Anda di halaman 1dari 18

Kajian Teori

HIMPUNAN

1. Definisi Himpunan

Konsep himpunan adalah suatu konsep mendasar dalam semua ca- bang ilmu
matematika. Secara intutif, sebuah himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-
objek yang didefinisi secara jelas. Objek-objek dalam himpunan-himpunan sebagaimana akan
kita lihat dari contoh-contoh yang diberikan, dapat berupa apa saja: bilangan, orang, surat,
sungai, dan sebagainya. Objek-objek ini disebut elemen-elemen atau anggota-anggota dari
himpunan.

Contoh:

1. Dengan kata-kata, yakni dengan menyebutkan semua syarat atau sifat dari anggota himpunan
tersebut dalam kurung kurawal. Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40.  Ditulis,
A = {bilangan asli antara 10 dan 40}.

2. Notasi pembentuk, yakni dengan menyebutkan semua sifat dari anggota himpunan tersebut,
dimana anggotanya dinyatakan dalam suatu variabel dan ditulis dalam kurung kurawal. Contoh:
A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40. Ditulis, A= {x |10 < x < 40, x ϵ bilangan prima}
Keterangan: “ϵ” dibaca anggota dari

2. Penyajian Himpunan

 Enumerasi
Yaitu dengan cara menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua buah
kurung kurawal. Biasanya suatu himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital
maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.

Contoh:
Himpunan A yang berisi empat buah bilangan asli pertama ditulis sebagai A = {1,2,3,4}

Himpunan biasanya digunakan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai sifat yang mirip,
tetapi dari definisi himpunan kita mengetahui bahwa sah-sah saja elemen-elemen di dalam
himpunan tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Contohnya {kucing, a, Amir, 10, paku}
adalah himpunan yang etrdiri dari lima elemen yaitu kucing, a, amir, 10 dan paku.

Contoh lainnya:

R ={a,b,{a,b,c},{a,c}}

C = {a, {a}, {{a}}}

K = {{}}

Himpunan C memperlihatkan bahwa suatu himpunan dapat menjadi anggota himpunan lain.
Sedangkan K berisi satu elemen yaitu {}.

Untuk menuliskan himpunan dengan jumlah anggota yang besar dan telah memiliki urutan
tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan tanda ‘…..’ (ellipsis)

Contoh :

Himpunan alfabet ditulis sebagai {a,b,c,…,x,y,z}

Himpunan bilangan bulat positif ditulis {1,2,3,…}

Untuk menyatakan keanggotaan suatu himpunan digunakan notasi :

xÎA yang menyatakan x merupakan anggota himpunan A

xÏA menyatakan x bukan anggota A

 Simbol-simbol baku
Terdapat sejumlah simbol baku yang biasanya digunakan untuk mendefinisikan himpunan yang
sering digunakan, yaitu :

P = himpunan bilangan bulat positif


N = himpunan bilangan asli

Z = himpunan bilangan bulat

Q = himpunan bilangan rasional

R = himpunan bilangan real

C = himpunan bilangan kompleks

Adakalanya beberapa himpunan merupakan bagian dari sebuah himpunan yang universal.
Himpunan universal ini dilambangkan dengan U, yang harus diberikan secara eksplisit atau
diarahkan berdasarkan pembicaraan.

Sebagai contohnya, U = {1,2,3,4,5} dan A adalah himpunan bagian dari U dengan A = {1,3,5}

 Notasi pembentuk himpunan


Himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya.

Notasi: {x ½syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Contohnya, A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai

A = {x ½x adalah himpunan bialngan bulat positif yang lebih kecil dari 5}

A = {x ½x Î P, x < 5} = {1,2,3,4}

 Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini diperkenalkan
oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. Di dalam diagram Venn
himpunan semesta U digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya
digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut.

Contoh :
U = {1,2,…,7,8}, A = {1,2,3,5} dan B = {2,5,6,8} Ketiga himpunan tersebut digambarkan
dengan diagram Venn pada gambar berikut :

3. Kardinalitas

Misalkan A merupakan himpunan yang elemen-elemennya berhingga banyaknya. Jumlah elemen


A disebut kardinal dari himpunan A.

Notasi : n(A) atau [A]

Himpunan kosong

Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0 dinamakan
himpunan kosong (null set)

Himpunan Bagian (Subset)

Himpunan a dinamakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen dari B.

Notasi : A Í B

Himpunan yang Sama

Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elem B merupakan elemen A.
Notasi : A = B « A Í B dan B Í A

Himpunan yang ekivalen

Himpunana dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua
himpunan tersebut sama.

Notasi : A ~ B « n(A) = n(B)

Himpunan yang saling lepas

Dua himpunan dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.

Notasi : A // B

Himpunan kuasa

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.

Notasi : P(A) atau 2A

4. Jenis-Jenis Himpunan

a. Himpunan Nol

B = {x│x bilangan asli >15}

Maka B dapat ditulis dengan B = {16, 17, 18,…}

Dibaca himpunan B adalah himpunan bilangan 16, 17, 18 dan seterusnya.


5. Operasi Terhadap Himpunan

Operasi pada himpunan terdiri dari gabungan, irisan, komplemen, selisih, penjumlahan/beda
setangkup, dan perkalian kartesian. Setiap operasi pada himpunan mempunyai suatu aturan yang
digunakan untuk melakukan tindakan pada suatu himpunan. Dua himpunan atau lebih ini dapat
dioperasikan sehingga menghasilkan himpunan baru. Perlakuan operasi yang melibatkan dua
himpunan atau lebih disebut dengan operasi pada himpunan.

1. Irisan Himpunan/Intersection ( ∩ )

Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan dengan anggota-anggota yang sama-sama
terdapat pada dua himpunan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa himpunan irisan memuat
semua anggota-anggota yang sama dari himpunan A dan himpunan B.

Simbol himpunan beririsan dinyatakan dalam notasi ∩, dibaca irisan. Notasi pembentuk
himpunan untuk irisan dua himpunan A dan B dinyatakan dalam persamaan A ∩ B =  {x | x ∈ A
dan x ∈ B}.

Sebagai contoh terdapat himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}. Perhatikan bahwa
ada dua anggota himpunan yang sama-sama terletak pada himpunan A dan B yaitu a dan e.
Sehingga, irisan himpunan A dan himpunan B adalah a dan e yang dituliskan dalam simbol
dengan A ∩ B =  {a, e}.

Contoh operasi pada himpunan yang mmerupakan irisan himpunan dapat dilihat seperti berikut.

1. A = {a, b, c, d, e}
B = {a, i, u, e, o}
A ∩ B = {a, e}

2. A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A ∩ B = {2, 3, 5}
2. Gabungan Himpunan/Union ( ∪ )

Operasi pada himpunan yang merupakan gabungan himpunan menyatakan operasi untuk
menggabungkan anggota-anggota dari dua himpunan atau lebih menjadi sebuah himpunan baru.
Anggota-anggota himpunan gabungan berasal dari semua anggota himpunan yang dioperasikan.
Jika terdapat anggota himpunan yang sama cukup dituliskan satu kali.

Simbol untuk menyatakan gabungan himpunan adalah notasi ∪ (union) yang dibaca gabungan.
Notasi pembentuk himpunan untuk gabungan dua himpunan A dan B dinyatakan dalam
persamaan A ∪ B = {x|x ϵ A atau x ϵ B}.

Sebagai contoh, terdapat dua buah himpunan A dan B dengan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u,
e, o}. Operasi pada himpunan untuk gabungan kedua himpunan dilakukan dengan
menggabungkan semnua anggota-anggotanya. Sehingga hasil dari gabungan himpunan A dan
himpunan B adalah {a, b, c, d, e, i, u, o} yang dapat dinotasikan dengan A ∪ B = {a, b, c, d, e, i,
u, o}.

Contoh soal operasi gabungan himpunan diberikan seperti berikut.

1. A = {a, b, c, d, e}
B = {a, i, u, e, o}
A ∪ B = {a, b, c, d, e, g, k}

2. A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 11}

3.Selisih Himpunan/Difference ( – )

Selisih dua himpunan meliputi semua anggota himpunan yang tidak dimiliki himpunan lain.
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda kurang ( – ). Notasi pembangkit untuk
selisih dua himpunan A dan B ditulis dalam persamaan A – B = {x|x ϵ A atau x ∉ B}.
Pada selisih himpunan A – B, himpunan barunya berupa semua anggota A yang tidak ada pada
B. Sedangkan selisih himpunan B – A, himpunan baru yang dihasilkan sama dengan anggota
himpunan B yang tidak ada pada A.

Sebagai contoh, diketahui dua buah himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}. Selisih
dua himpunan A – B = {b, c, d}, sementara selisih dua himpunan B – A = {i, u, o}.

Contoh operasi pada himpunan untuk selisih himpunan:

1. A = {a, b, c, d, e}
B = {a, i, u, e, o}
A – B = {b, c, d}

2. A = {a, b, c, d, e}
B = {a, i, u, e, o}
B – A = {i, u, o}

3. A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A – B = {1, 4}

4. Komplemen Himpunan ( AC )

Komplemen dari sebuah himpunan A adalah himpunan semua anggota himpunan semesta (S)
yang tidak ada di himpunan A. Notasi komplemen suatu himpunan dinyatakan dalam pangkat C
yang melekat pada himpunan terkait.

Himpunan semesta memuat semua anggota dari himpunan yang dibicarakan. Sebagai contoh,
cakupan himpunan semesta untuk bilangan ganjil adalah semua bilangan ganjil yang tak
berhingga. Untuk cakupan himpunan semesta untuk lima bilangan ganjil pertama memuat
himpunan dengan anggota-anggota 1, 3, 5, 7, dan 9.
Sementara komplemen suatu himpunan merupakan himpunan dengan anggota yang bukan
merupakan anggota himpunan semesta.

Untuk sebuah himpunan A maka komplemen dari himpunan A dinyatakan dalam notasi
AC (dibaca A komplemen). Notasi pembangkit untuk menyatakan pernyataan suatu himpunan
komplemen adalah AC =  {x| x ∉ A, x ∈ S}.

Contoh soal komplemen dari suatu himpunan:

1. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = {1, 3, 5, 7, 9}
AC = {2, 4, 6, 8, 10}

2. S = {bilangan ganjil kurang dari 20}


A= {1, 3, …, 9}
Ac = {11, 13, 15, 17, 19}

3. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
A = {1, 3, 5, 7}
Ac = {2,4,6}

5. Beda Setangkup (Symmetric Difference)

Operasi himpunan beda setangkup menghasilkan himpunan baru dengan anggota-anggota yang
bukan merupakan irisan dari himpunan-himpunan yang dioperasikan. Pada operasi beda
setangkup himpunan A dan B akan menghasilkan suatu himpunan yang anggotanya ada pada
himpunan A atau B tetapi tidak pada keduanya.
Notasi operator beda setangkup dinyatakan dalam sebuah tanda plus dalam sebuah lingkaran, ⊕.
Notasi pembangkit untuk beda setangkup adalah A ⊕ B =  {x | x ∈ A tetapi x ∉ B dan x ∈ B
tetapi x ∉ A}. Pernyataan tersebut sama dengan  A ⊕ B = (A ∪ B) – (A ∩ B) atau sama dengan
A ⊕ B = (A – B) ∪ (B – A).

Sebagai contoh diketahui dua buah himpunan A = {a, b, c, d, e} dan B = {a, i, u, e, o}. Anggota-
anggota himpunan A dan B yang sama meliputi a dan e (irisan kedua himpunan). Hasil operasi
beda setangkup merupakan anggota himpunan A atau B tetapi tidak keduanya.

Jadi, himpunan baru hasil operasi himpunan beda setangkup untuk himpunan A dan himpunan B
adalah b, c, d, i, u, dan o yang dapat dinotasikan dengan A ⊕ B = {b, c, d, i, u, o}.

Contoh operasi himpunan beda setangkup:

1. A = {a, b, c, d, e}
B = {a, i, u, e, o}
A ⊕ B = {b, c, d, i, u, o}

2. A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = {2, 3, 5, 7, 11}
A ⊕ B = {1, 4, 7, 11}
Operasi himpunan beda setangkup memenuhi hukum komutatif (A + B = B + A) dan asosiatif:
(A + B) + C = A + (B + C).

6. Perkalian Kartesian (Cartesian Product)

Operasi pada himpunan untuk perkalian kartesian berupa pasangan berurutan. Misalnya pada
perkalian kartesian dari himpunan A dan B, hasil himpunan barunya adalah semua pasangan
berurut yang dibentuk dari anggota – angota himpunan A dan B. Simbol notasi perkalian
kartesian himpunan A dan B dinyatana melalui A × B.

Sebagai contoh, diketahui dua buah himpunan A = {1, 2, 3} dan B ={a, b}. Himpunan hasil
operasi perkalian kartesiannya adalah A × B = {(1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b)}.

Notasi pembangkit untuk himpunan hasil operasi perkalian kartesian untuk himpunan A dan B
adalah A × B = {(a, b) | a ∊ A dan b ∊ B}.

Contoh operasi himpunan untuk perkalian kartesian:

1. A = {1, 2, 3}
B = {7, 9}
A × B = {(1,7), (1,9), (2,7), (2,9), (3,7), (3,9)}

2. F = {bakso, soto, mie ayam}


D = {es teh, es jeruk, kopi}
F × D = {(bakso, es teh), (bakso, es jeruk), (bakso, kopi), (soto, es teh), (soto, es jeruk), (soto,
kopi), (mie ayam, es teh), (mie ayam, es jeruk), (mie ayam, kopi)}

Pada operasi perkalian kartesian tidak berlaku A × B = B × A, karena anggota (a, b) tidak sama
dengan (b, a).

6. Hukum-Hukum Himpunan

Hukum-hukum Himpunan
• Disebut juga sifat-sifat (properties) himpunan

• Disebut juga hukum aljabar himpunan

1. Hukum identitas: − A   = A − A  U = A

2. Hukum null/dominasi: − A   =  − A  U = U

3. Hukum komplemen: − A  A = U − A  A = 

4. Hukum idempoten: − A  A = A − A  A = A

5. Hukum involusi: − (A)= A

6. Hukum penyerapan (absorpsi): − A  (A  B) = A − A  (A  B) = A

7. Hukum komutatif: − A  B = B  A − A  B = B  A

8. Hukum asosiatif: − A  (B  C) = (A  B)  C − A  (B  C) = (A  B)  C

9. Hukum distributif: − A  (B  C) = (A  B)  (A  C) − A  (B  C) = (A  B)  (A C)

10. Hukum De Morgan: − A B = A B − A B = A B 11. Hukum 0/1 −  = U − U = 

7. Prinsip Dualitas

Prinsip dualitas → dua konsep yang berbeda dapat saling dipertukarkan namun tetap
memberikan jawaban yang benar. Contoh: Di AS → kemudi mobil di kiri depan Di Inggris (juga
Indonesia) → kemudi mobil di kanan depan Peraturan: (a) di Amerika Serikat, - mobil harus
berjalan di bagian kanan jalan, - pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului, -
bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung (b) di Inggris, - mobil harus
berjalan di bagian kiri jalan, - pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului, -
bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

(Prinsip Dualitas pada Himpunan).

Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi
seperti , , dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti

 → ,

 → ,

 → U,

U → ,

sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan disebut dual
dari kesamaan S.

1. Hukum identitas: A   = A Dualnya: A  U = A

2. Hukum null/dominasi: A   =  Dualnya: A  U = U

3. Hukum komplemen: A  𝐴 = U Dualnya: A  𝐴= 

4. Hukum idempoten: A  A = A Dualnya: A  A = A 9

5. Hukum penyerapan: A  (A  B) = A Dualnya: A  (A  B) = A

6. Hukum komutatif: A  B = B  A Dualnya: A  B = B  A


7. Hukum asosiatif: A  (B  C) = (A  B)  C Dualnya: A  (B  C) = (A  B)  C

8. Hukum distributif: A  (B  C)=(A  B)  (A  C) Dualnya: A  (B  C) = (A  B)  (A


 C)

9. Hukum De Morgan: A B = A  B Dualnya: A B = A  B

10. Hukum 0/1 = U Dualnya: U = 

Contoh: Dual dari (A  B)  (A B ) = A adalah (A  B)  (A B ) = A.

8. Prinsip Inklusi-Eksklusi

Untuk dua himpunan A dan B:

A  B = A + B – A  B

A  B = A +B – 2A  B

Contoh: Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?

Penyelesaian:

A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,

B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,

A  B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat
yang habis dibagi oleh KPK – Kelipatan Persekutuan Terkecil – dari 3 dan 5, yaitu 15),

Yang ditanyakan adalah A  B.

A = 100/3 = 33,

B = 100/5 = 20,


A  B = 100/15 = 6 A  B = A + B – A  B = 33 + 20 – 6 = 47

Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5

9. Partisi

Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1 , A2 , …
dari A sedemikian sehingga: (i) A1  A2  … = A, dan (ii) Ai  Aj =  untuk i  j

Contoh: Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah
partisi A.

10. Pembuktian Proposisi Himpunan

Proposisi himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan. • Proposisi dapat
berupa: 1. Kesamaan (identity) Contoh: Buktikan “A  (B  C) = (A  B)  (A  C)” 2.
Implikasi Contoh: Buktikan bahwa “Jika A  B =  dan A  (B  C) maka selalu berlaku
bahwa A  C”.

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn Contoh 26. Misalkan A, B, dan C adalah
himpunan. Buktikan bahwa A  (B  C) = (A  B)  (A  C) dengan diagram Venn. Bukti: A
 (B  C) (A  B)  (A  C) Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.
Terbukti bahwa A  (B  C) = (A  B)  (A  C). 22 • Diagram Venn hanya dapat digunakan
jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya. • Metode ini mengilustrasikan
ketimbang membuktikan fakta. • Diagram Venn tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk
pembuktian secara formal.

2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan Contoh 27. Misalkan A, B, dan C


adalah himpunan.
Buktikan bahwa A  (B  C) = (A  B)  (A  C).

Bukti: 1 berarti “x adalah elemen dari himpunan ini” 0 berarti “x adalah bukan elemen dari
himpunan ini”

A B C BC A  (B  C) AB AC (A  B)  (A  C)

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 1 1 0 0 0 0

0 1 01 1 0 0 0 0

0 1 1 1 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0

1 0 1 1 1 0 1 1

1 1 0 1 1 1 0 1

1 1 1 1 1 1 1 1
Karena kolom A  (B  C) dan kolom (A  B)  (A  C) sama, maka A  (B  C) = (A  B)
 (A  C).

3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan. Contoh 28. Misalkan A dan B himpunan.
Buktikan bahwa (A  B)  (A  B) = A Bukti: (A  B)  (A  B) = A  (B  B) (Hukum
distributif) = A  U (Hukum komplemen) = A (Hukum identitas)

Contoh1: A dan B himpunan. Buktikan bahwa A  (B – A) = A  B Bukti: A  (B – A) = A 


(B A ) (Definisi operasi selisih) = (A  B)  (A A ) (Hukum distributif) = (A  B)  U
(Hukum komplemen) = A  B (Hukum identitas)

Contoh 2:Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa (i) A  ( A  B) = A 


B dan (ii) A  ( A  B) = A  B Bukti: (i) A  ( A  B) = ( A  A)  (A  B) (H. distributif)
= U  (A  B) (H. komplemen) = A  B (H. identitas) (ii) adalah dual dari (i) A  ( A  B) =
(A  A)  (A  B) (H. distributif) =   (A  B) (H. komplemen) = A  B (H. identitas)

4. Pembuktian dengan menggunakan definisi • Metode ini digunakan untuk membuktikan


pernyataan himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk
implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( atau ).

Misalkan A dan B himpunan. Jika A  B =  dan A  (B  C) maka A  C. Buktikan! Bukti:


(i) Dari definisi himpunan bagian, P  Q jika dan hanya jika setiap x  P juga  Q. Misalkan x
 A. Karena A  (B  C), maka dari definisi himpunan bagian, x juga  (B  C). (ii) Dari
definisi operasi gabungan (), x  (B  C) berarti x  B atau x  C. Karena x  A dan A  B =
, maka x  B Dari (i) dan (ii), x  C harus benar. Karena x  A juga berlaku x  C, maka
dapat disimpulkan A  C .
Daftar Pustaka

Fahmi, Syariful dan Soffi Widyanesti Priwantoro. 2014. LOGIKA MATEMATIKA DAN
HIMPUNAN. Yogyakarta: UAD PRESS

https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2020-2021/Himpunan(2020)-2.pdf

https://idschool.net/sma/operasi-pada-himpunan/

https://www.inews.id/news/nasional/contoh-soal-himpunan-dan-penyelesaiannya-yang-
singkat-dan-mudah

https://www.gramedia.com/literasi/definisi-himpunan/

Anda mungkin juga menyukai