Anda di halaman 1dari 27

1.

1 HIMPUNAN

– Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.

– Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

– HIMATIF adalah contoh sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota berupa mahasiswa.
Tiap mahasiswa berbeda satu sama lain.

A. Himpunan Enumerasi

Mengenumerasi artinya menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua
buah tanda kurung kurawal. Biasanyasuatu himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf
kapital maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.

B. Contoh

– Himpunan A mempunyai tiga bilangan asli pertama: A={1,2,3}.

– Himpunan B mempunyai dua bilangan genap positif pertama: B={4,5}.

– Meskipun himpunan biasa digunakan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai sifat
mirip, tetapi dari definisi himpunan diketahui bahwa sah-sah saja elemen-elemen di dalam
himpunan tidak mempunyai hubungan satu sama lain, asalkan berbeda.

– contoh: {hewan, a, Amir, 10, komputer} adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen, yaitu
hewan, a, Amir, 10, komputer.

– R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} } C = {a, {a}, {{a}} }

Contoh tersebut memperlihatkan bahwa suatu himpunan bisa terdapat anggota himpunan lain.

– K={ }

Contoh tersebut adalah himpunan kosong, karena K hanya berisi satu elemen yaitu { }.

Himpunan kosong dapat dilambangkan dengan Ø.

– Himpunan 100 buah bilangan asli pertama bisa dituli {1, 2, …, 100}

Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga, kita dapat menggunakan tanda ellipsis(∞).

– Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

C. Keanggotaan
x ∈ A : x merupakan anggota himpunan A;

x ∉ A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

misal, A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }

maka, 1 ∈ A dan b ∉ A

D. Simbol-simbol Baku

Terdapat sejumlah simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan yang
sering digunakan,

antara lain:

P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,…}

N = himpunan bilangan alami (natural) = {1,2,…}

Z = himpunan bilangan bulat = {…,-2,-1,0,1,2,…}

Q = himpunan bilangan rasional

R = himpunan bilangan riil

C = himpunan bilangan kompleks

Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya merupakan


bagian dari sebuah himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini disebut semesta dan
disimbolkan dengan U.

Himpunan U harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan. Sebagai
contoh, misalnya U = {bil. Genap kurang dari 6} berarti U = {2, 4}

E. Notasi Pembentuk Himpunan

Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan (set builder).
Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi
oleh anggotanya.

Notasi:{x|syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan:

Bagian di kiri tanda ’|’ melambangkan elemen himpunan


Tanda ’|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
Bagian di kanan tanda ’|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
Setiap tanda ’,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan
Contoh:

A adalah himpunan bilangan asli

Daftar anggota: A={1,2,3,. . .}

Notasi pembentuk himpunan: A={x | x ∈ A }

F. Diagram Venn

Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini diperkenalkan
oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. di dalam diagram
Venn, himpunan semesta (U) digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan
lainnya digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut.

Contoh: Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8},

A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.

Kardinalitas

Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A. Misalkan A merupakan himpunan
yang elemen-elemennya berhingga banyaknya. Jumlah elemen A disebut kardinal dari
himpunan A.

Notasi: n(A) atau |A| , notasi |A| untuk menyatakan kardinalitas himpunan.

B = {x|x merupakan HIMA di STTG}, Maka |B| = 4, dengan elemen-elemen B adalah


HIMATIF, HIMAKOM, HIMASIP, HIMATI.

A = {a, {a}, {{a}}, maka |A| = 3, dengan elemen-elemen A (yang berbeda) adalah a, {a}, dan
{{a}}.

Himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya mempunyai kardinalitas tidak berhingga
pula. Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota tidak berhingga, maka
|R| = ∞.

Himpunan Kosong

Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0 disebut
himpunan kosong (null set).

Notasi: Ø atau { }

Contoh: A = {x | x < x}, maka n(A) = 0


Perhatikan bahwa himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {Ø}.

Himpunan bagian (subset)

Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Notasi: A ⊆ B

Contoh: A ⊆ B jika elemen A ada di B


A={1,2,3}
B={1,2,3,4,5,7}
C={1,2,4,5}

Jadi : * A ⊆ B
* A bukan himpunan bagian C

Himpunan yang Sama

– Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A
merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.

– A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak
demikian, maka A ≠ B.

– Notasi : A = B ↔ A ⊆ B dan B ⊆ A

– Contoh: A={a,b,c}, B={c,a,b} Jadi, A=B

– tiga prinsip yang perlu diingat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:

1. urutan elemen dalam himpunan tidak penting.

jadi {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}

2. pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.

Jadi, {1,1,1,1}={1,1}={1} {1,2,3}={1,2,1,3,2,1}

3. untuk tiga buah himpunan, A, B, C berlaku aksioma berikut:

– A = A, B = B, dan C=C

– Jika A = B,maka B

– Jika A = B, dan B = C maka A = C


Himpunan Ekivalen

– Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua
himpunan tersebut sama.

– Notasi: A ~ B ↔ |A|=|B|

Contoh: A={a,b,c} dan B={2,4,6} maka A ~ B sebab |A|= |B|

Himpunan Saling Lepas

– Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen
yang sama.

– Notasi : A // B

– Contoh: jika A={2,4,6,8} dan B={3,5,7} maka A // B sebab elemen himpunan A dan elemen
himpunan B tidak ada yang sama.

Himpunan Kuasa

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A
sendiri.
Notasi : P(A) atau 2A
Jika |A| = m, maka |P(A)| = 2m.
Contoh:

– Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}

– Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P(Ø) = {Ø}, & himpunan kuasa dari himpunan
{Ø} adalah P({Ø}) = {Ø, {Ø}}.

Operasi Pada Himpunan

1. Irisan ( ∩ )

Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yg setiap elemennya merupakan
elemen dari himpunan A dan himpunan B.

Notasi: A ∩ B={x | x ∈ A dan x ∈ B}

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A ∩ B={2,3,5}

2. Gabungan ( ∪ )
Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan
anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka, A ∪ B={1,2,3,4,5,7,11}

3. Komplemen

Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan
yang elemennya

merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi : Ā = { x | x ∈ U, tapi x ∉ A }

Misalkan U={0,… 11} dan A={1,3,5,7} maka, Ā = {0,2,4,6,8,9,10,11}

4. Selisih

Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen
A dan bukan elemen B. Selisih antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai komplemen
himpunan B relatif terhadap himpunan A.

Notasi : A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B’

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A – B = {1,4}

5. Beda Setangkup

Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah sesuatu himpunan yang elemennya ada pada
himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.

Notasi: A⊕B = (A∪B) – (A∩B) = (A-B) ∪ (B-A)

Misalkan A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 } maka , A⊕B = { 3, 4, 5, 6 }

6. Perkalian Kartesain

Perkalian kartesian (Cartesian products) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan

berurutan (ordered pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen kedua dari himpunan A
dan B.

Notasi: A x B ={(a,b)| a ∈ A dan b ∈ B}


Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3,
b) }

Catatan:

1. jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| . |B|

2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B ≠ B x A dengan syarat A dan B tidak kosong.

4. Jika A = ∅ atau B = ∅ maka A x B = B x A = ∅

Sifat-sifat Operasi Himpunan

1. Hukum identitas:

–A∪∅=A

–A∩U =A

2.Hukum null:

–A∩∅=∅

–A∪U=U

3. Hukum Komplemen:

–A∪Ā=U

–A∩ Ā=∅

4. hukum idempotent:

–A∪A=A

–A ∩A=A

5. Hukum Involusi:

– –(–A)= A

6. Hukum Penyerapan:

– A ∪ (A ∩ B) = A
– A ∩ (A ∪ B) = A

7. Hukum Komutatif:
–A∪B=B∪A

–A∩B=B∩A

8. Hukum Asosiatif:

– A ∪ (B ∪ C)=(A ∪ B) ∪ C

– A ∩ (B ∩ C)=(A ∩ B) ∩ C

– A ⊕ (B ⊕ C)=(A ⊕ B) ⊕ C

9. Hukum distributif :

– A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)

– A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A∩C)

10. Hukum DeMorgan :

– A∩B = A∪ B

– A∪B = A∩ B

Prinsip Inklusi-Eksklusi

Berapa banyak anggota didalam gabungan dua buah himpunan A dan B? Penggabungan dua
buah menghasilkan dua buah himpunan baru yang elemen-elemenya berasal dari himpunan A
dan himpunan B.
Himpunan A dan himpunan B mungkin saja memiliki elemen-elemen yang sama. Banyaknya
elemen bersama antara A dan B adalah ⏐A ∩ B ⏐. Setiap unsur yang sama itu telah dihitung
dua kali, sekali pada ⏐A⏐ dan sekali pada ⏐B⏐, meskipun ia seharusnya dianggap sebagai
satu buah elemen didalam ⏐A∪ B⏐, karena itu, jumlah elemen hasil penghubungan
seharusnya adalah jumlah elemen dimasing-masing himpunan dikurangi dengan jumlah elemen
didalam irisannya, atau ⏐A ∪ B⏐ = ⏐A⏐ + ⏐B⏐– ⏐A ∩ B⏐.
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi. Dengan cara yang sama, kita dapat
menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup: ⏐A ⊕ B⏐ = ⏐A⏐ + ⏐B⏐–
2⏐A ∩ B⏐

Partisi
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1,A2
…..dari A sedemikian

sehingga :

(a) A1 A2 …. = A, dan

(b) Himpunan bagian Ai saling lepas;yaitu Ai ∩ Aj = Ø untuk i ≠ j.

Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A.

Multiset

Dari definisi himpunan, himpunan adalah kumpulan elemen yang berbeda. Namun pada
beberapa situasi, adakalanya elemen himpunan tidak seluruhnya berbeda, misalnya himpunan
nama-nama mahasiswa di sebuah kelas. Nama-nama mahasiswa di dalam sebuah kelas mungkin
ada yang sama, karena itu ada perulangan elemen yang sama di dalam himpunan tersebut.
Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan-ganda atau
multiset. Contoh: {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {} adalah himpunan ganda.
Multiplisitas dari suatu elemen pada multiset adalah jumlah kemunculan elemen tersebut pada
multiset. Misalkan : Jika M = { 0, 1, 01, 1, 0, 001, 0001, 00001, 0, 0, 1}, maka multiplisitas
elemen 0 adalah 4. Himpunan merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1. Kardinalitas dari suatu multiset
didefinisikan sbg kardinalitas himpunan padanannya, dgn mengasumsikan elemen2 di dalam
multiset semua berbeda.
Operasi Antar Dua Buah Multiset
Misalkan P dan Q adalah multiset:

1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas maksimum
elemen tersebut pada himpunan P dan Q.

Contoh:

P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },

P Q = { a, a, a, b, c, c, d, d

2. P ∩ Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


minimum elemen tsb pada himpunan P dan Q.

Misal: Jika P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c } maka P ∩ Q = { a, a, c }

Pembuktian Kalimat Himpunan

Kalimat himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan. Kalimat dapat
berupa kesamaan himpunan, misalnya “A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)” adalah sebuah
kesamaan himpunan, atau berupa kalimat implikasi seperti “jika A ∩ B = Ø dan A ⊆ (B ∪ C)
maka selalu berlaku bahwa A ⊆ C”.
1.2 LOGIKA

Matematika Diskrit punya pengertian yaitu ilmu matematika yang bakalan mempelajari tentang
objek-objek diskrit. Di dalam logika akan membahas tentang banyak sub bab, antara lain :

Proposisi

Proposisi bisa juga disebut sebagai statement mempunyai pengertian yaitu sebuah nilai
deklaratif yang memiliki satu kebenaran Benar (B) atau Salah (S). Beberapa contoh yang
merupakan preposisi atau bukan preposisi :

11 merupakan bilangan prima.

Hewan adalah salah satu jenis makhluk hidup di bumi.

Jika 20 habis dibagi 4 maka habis dibagi 2 juga.

Tyas pandai bermain basket atau futsal.

Olahragalah secara teratur!!

Semoga sukses dalam menggapai cita-cita mu.

Kalimat deklaratif pertama dan kedua merupakan kalimat proposisi primitip(primitif) karena
tidak memiliki kata penghubung sama sekali. Kalimat yang ketiga dan keempat merupakan
kalimat proposisi majemuk(composite) karena memiliki kata penghubung "jika", "atau". Dan
yang kalimat kelima dan keenam bukan kalimat proposisi.

Penghubung sendiri di dalam logika matematika ada 5 jenis penghubung, yaitu :

Negasi (Negation)

Negasi untuk berbagai macam proposisi, yang memiliki nilai kebenaran B/S, maka negasinya
memiliki nilai kebenaran dari lawannya yaitu S/B.

Konjungsi (Conjunction)

Sebuah proposisi yang bernilai benar jika proposisi p dan q keduanya bernilai benar.

Disjungsi (Disjunction)

Proposisi yang bernilai salah jika proposisi p dan q keduanya bernilai salah.

Implikasi (Implication)
Proposisi yang bernilai salah jika dan hanya jika p bernilai benar dan q bernilai salah. Proposisi
p disebut sebagai anteseden(promis/hipotesa) dan proposisi q disebut sebagai
konsekuen(konklusi/kesimpulan).

Ekuivalen (Equivalence)

Proposisi yang bernilai benar jika proposisi p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama.

Di dalam matematika diskrit ini secara simbolik, proposisi biasanya dilambangkan dengan huruf
kecil seperti p, q, r dan seperti ini permisalannya :

p : 6 adalah bilangan genap.

q : Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.

r : 3+3 = 6

Untuk mendefinisikan p sebagai preposisi "6 adalah bilangan genap" , begitu dengan q dan r.

Dibawah ini adalah beberapa contoh proposisi majemuk dan notasi simbolik nya. Ekspresi
proposisi majemuk dalam notasi simbolik disebut sebagai Ekspresi Logika.

Contoh 1.1

Diketahui proposisi-proposisi sebagai berikut :

p : Hari ini hujan

q : Murid-murid diliburkan dari sekolah

maka

p ^ q : Hari ini hujan dan murid-murid diliburkan dari sekolah

p v q : Hari ini hujan atau murid-murid diliburkan dari sekolah

~p : Hari ini tidak hujan

Contoh 1.2

Diketahui proposisi-proposisi sebagai berikut :


p : Hari ini hujan

q : Hari ini dingin

maka

q v ~p : Hari ini dingin atau tidak hujan

~p ^ ~q : Hari ini tidak hujan maupun dingin

~ (~p) : Salah bahwa hari ini tidak hujan

Tabel kebenaran

Nilai kebenaran dari proposisi majemuk ditentukan oleh nilai kebenaran dari proposisi
atomiknya, dan caranya adalah menghubungkan dengan operator logika. Misalnya p dan q
adalah proposisi, maka :

(a) Konjungsi p ^ q bernilai benar jika p dan q keduanya benar, maka selain itu nilainya salah.

(b) Disjungsi p v q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, maka selain itu nilainya benar.

(c) Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, dan bernilai salah jika p benar.

Contoh 2.1

Diketahui :

p : 17 adalah bilangan prima

q : bilangan prima selalu ganjil

dari pernyataan diatas jelas sekali bahwa p bernilai benar dan q bernilai salah sehingga
konjungsi.

p ^ q : 17 adalah bilangan prima dan bilangan prima selalu ganjil

maka pernyataan tersebut salah.

Kita bisa mempermudah untuk menentukan nilai kebenaran proposisi majemuk dengan
menggunakan tabel kebenaran (truth table ). Tabel kebenaran menampilkan hubungan antara
nilai kebenaran dengan proposisi atomik.
Sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua kasus, dan sebaliknya
jika ia salah untuk semua kasus maka disebut kontradiksi. Pengertian dari kata "semua kasus"
adalah semua kemungkinan nilai kebenaran dari proposisi atomiknya. Proposisi tautologi
mempunyai ciri di dalam tabel kebenaran pada kolom terakhir nilai nya hanya memuat T saja.
Sedangkan proposisi kontradiksi dicirikan di dalam tabel kebenaran pada kolom terakhir hanya
memuat nilai F saja.

Predikat/ fungsi proposisi

Misalkan P(x) merupakan sebuah pernyataan yang mengandung variabel x dan D adalah sebuah
himpunan. P itu sendiri bisa disebut sebagai fungsi proposisi (dalam D) jika untuk setiap x di D,
P(x) adalah proposisi. Sedangkan D adalah daerah asal pembicaraan (domain of discourse) dari
P.

Sebuah predikat seringkali menyatakan tentang sebuah hubungan relasional antara konstanta,
variabel dan fungsi. Berikut adalah simbol-simbol yang digunakan dalam logika predikat :

Simbol konstanta : a, b, c, d

Simbol variabel : x, y, z, w

Simbol fungsi : f, g, h

Simbol predikat : P, Q, R, S

Hukum-hukum logika proposisi

Proposisi dalam hubungan ekivalensi logika, memenuhi sifat-sifat yang dinyatakan dalam
sejumlah hukum. Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar pada sistem bilangan
riil, misalnya a(b+c) = ab + bc , yaitu hukum distributif,sehingga kadang-kadang hukum logika
proposisi dinamakan juga hukum-hukum aljabar proposisi. Selain menggunakan tabel
kebenaran, keekivalenan dapat dibuktikan dengan menggunakan dengan hukum-hukum logika,
khususnya pada proposisi majemuk yang mempunyai banyak proposisi atomik.

Proposisi bersyarat(implikasi)
Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi, proposisi majemuk juga dapat muncul
berbentuk "jika p, maka q", seperti pada contoh dibawah ini :

a. Jika adik lulus ujian, maka dia mendapat hadiah dari ayah.

b. Jika anda tidak mendaftar ulang, maka anda dianggap mengundurkan diri.

Pernyataan berbentuk "jika p, maka q" semacam itu disebut sebagai proposisi bersyarat atau
kondisional atau implikasi.

Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk "jika p, maka q" disebut sebagai
proposisi bersyarat (implikasi) dan dilambangkan dengan p -> q . Proposisi p disebut hipotesis
(antesenden/premis/kondisi) dan proposisi q disebut konklusi (konsekuen).

Varian proposisi bersyarat

Terdapat bentuk implikasi lain yang berkaitan dengan p -> q , yaitu proposisi sederhana yang
merupakan varian dari implikasi. Ketiga variasi proposisi bersyarat tersebut adalah konvers,
invers, dan kontraposisi dari proposisi asal p -> q.

Konvers (kebalikan) : q -> p

Invers : ~p -> ~q

Kontraposisi : ~q -> ~p

Contoh 6.1

Tentukan konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan berikut :

"Jika Amir mempunyai mobil, maka ia orang kaya"

Jawaban :

Konvers : Jika Amir orang kaya, maka ia mempunyai mobil

Invers : Jika Amir tidak mempunyai mobil, maka ia bukan orang kaya

Kontraposisi : Jika Amir bukan orang kaya, maka ia tidak mempunyai mobil

Bikondisional(BI-implikasi)
Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk "p jika dan hanya jika q" yang dinamakan
bikondisional atau bi-implikasi. Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk "p jika
dan hanya jika q" disebut bikondisional (bi-implikasi) dan dilambangkan dengan p <--> q.

Contoh 7.1

Dibawah ini proposisi majemuk bi-implikasi :

1 + 1 = 2 jika dan hanya jika 2 + 2 = 4

Jika anda orang kaya maka anda mempunyai banyak uang dan sebaliknya

Bandung terletak di Jawa Barat jika dan hanya jika Jawa Barat adalah sebuah propinsi di
Indonesia

Inferensi

Misalkan kita diberikan beberapa proposisi, kita dapat menarik kesimpulan baru dari deret
proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi tersebut disebut
sebagai inferensi (inference). Di dalam matematika distrik terdapat sejumlah kaidah inferensi,
beberapa diantaranya adalah :

Modus Ponen atau law of detachment menyatakan bahwa jika hipotesis p dan pada implikasi p
-> q benar, maka konklusi q benar.

Modus Tollen kaidah ini didasarkan pada tautologi [~q ^ (p -> q) ] -> ~p.

Silogisme Hipotesis kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p -> q) ^ (q -> r)] -> (p -> r).

Silogisme Disjungtif kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p v q) ^ ~p] -> q.

Simplifikasi kaidah ini didasarkan pada tautologi (p ^ q) -> p, yang dalam hal ini, p dan q
adalah hipotesis, sedangkan p adalah konklusi.

Penjumlahan kaidah ini didasarkan pada tautologi p -> (p v q) .

Konjungsi kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p) ^ (q)) -> (p ^ q) .

Aksioma, teorema, lemma, corollary


Di dalam matematika maupun ilmu komputer kita sering menemukan kata Lemma dan
Corollary.

Aksioma adalah proposisi yang diasumsikan benar. Aksioma tidak memerlukan pembuktian
kebenaran lagi.

Contoh Aksioma :

Untuk semua bilangan real x dan y, berlaku x + y = y + x (hukum komutatif penjumlahan).

Jika diberikan dua buah titik yang berbeda, maka hanya ada satu garis lurus yang melalui dua
buah titik tersebut.

Teorema adalah proposisi yang sudah terbukti benar. Bentuk khusus dari teorema adalah lemma
dan corollary.

Lemma adalah teorema sederhana yang digunakan dalam pembuktian dalam teorema lain.
Lemma biasanya tidak menarik namun berguna pada pembuktian proposisi yang lebih
kompleks.

Corollary adalah teorema yang dapat dibentuk lagnsung dari teorema yang telah dibuktikan,
atau dapat dikatakan bahwa Corollary adalah teorema yang mengikuti teorema lain.

Contoh Teorema :

Jika dua sisi dari sebuah segitiga sama panjang, maka sudut yang berlawanan dengan sisi
tersebut sama besar.

Contoh Lemma :

Jika n adalah bilangan bulat positif, maka n - 1 bilangan positif atau n - 1 = 0

Contoh Corollary :

Jika sebuah segitiga adalah sama sisi, maka segitiga tersebut sama sudut.
1.3  MATRIKS

Penjumlahan dua buah matriks akan menghasilkan sebuah matriks dengan ukuran yang sama
dengan kedua matriks yang dijumlahkan, dan setiap unsur didalamnya merupakan hasil
penjumlahan dari unsur yang seletak pada kedua matriks

Contoh nya :

Pengurangan Matriks

Pengurangan dua buah matriks akan menghasilkan sebuah matriks dengan ukuran yang sama
dengan kedua matriks yang dikurangkan, dan setiap unsur didalamnya merupakan hasil
pengurangan dari unsur yang seletak pada kedua matriks

Contoh nya :

Perkalian Matriks

Perkalian matrik dengan skalar

Suatu matriks yang dikalikan dengan skalar akan menghasilkan matrik dengan ukuran sama
tetapi setiap unsur pada matrik dikalikan degan skalar tersebut.

Contoh nya :

Perkalian matriks dengan matriks lain.

  Misalkan matrik Amxn dan Bpxq, maka:


AxB bisa dilakukan jika n=p dan hasilnya berukuran mxq.

BxA bisa dilakukan jika q=m dan hasilnya berukuran pxn.


RELASI DAN FUNGSI

Relasi

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan anggota-
anggota himpunan A dengan

anggota-anggota himpunan B.

Contoh :

Empat orang anak yaitu Ria, Rian, Reni, dan Revi memilih jenis musik yang mereka sukai.
Ternyata:

Ria dan Rian memilih musik pop.

Rian dan Reni memilih musik rock.

Rian, Reni, dan Revi memilih musik jazz.

Jika A = {Ria, Rian, Reni, Revi} dan B = {pop, rock, jazz}, maka dapat dibentuk relasi
(hubungan) antara anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. Relasi
yang tepat dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi “menyukai”.

Ria dipasangkan dengan pop, berarti Ria menyukai musik pop, Rian dipasangkan dengan pop,
rock, dan jazz, berarti Rian menyukai tiga jenis musik, yaitu musik pop, rock, dan jazz, Reni
dipasangkan dengan rock dan jazz, berarti Reni menyukai dua jenis musik, yaitu musik rock dan
jazz, sedangkan Revi dipasangkan dengan jazz, berarti Revi menyukai musik pjazz. Relasi
terebut dapat ditunjukkan dengan jelas pada gambar dibawah ini.
1.      Menyatakan Relasi

Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan diagram panah, diagram cartesius dan
himpunan pasangan berurutan.

Contoh :

Empat orang anak yaitu Tias, Jamal, Farid, dan Dika memilih permainan yang mereka gemari.
Ternyata:

Tias, Jamal, dan Farid memilih permainan voli.

Jamal dan Farid memilih permainan basket.

Farid dan Dika memilih permainan tenis.

Jika himpunan A = {Tias, Jamal, Farid, Dika} dan himpunan B = {voli, basket, tenis}. Terdapat
relasi gemar bermain dari himpunan A ke himpunan B.

a.  Nyatakan dengan diagram panah,

b.  Nyatakan dengan diagram cartesius

c.  Nyatakan dengan himpunan pasangan berurutan.

Jawab :

a.      Diagram Panah

b.     Diagram Cartesius
c.      Himpunan Pasangan Berurutan.

{(Tias, Voli), (Jamal, Voli), (Jamal, Basket), (Farid, Voli), (Farid, Basket), (Farid, Tenis),
(Dika, Tenis)}

Fungsi

Fungsi  dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan setiap anggota
himpunan A(daerah asal atau domain),  dengan tepat satu anggota himpunan B(daerah kawan
atau kodomain). Himpuan nilai yang diperoleh disebut daerah hasil (range).

Contoh :

Hardi adalah anak Pak Manan, Nanda anak Pak Udin,  Indri dan Aldi anak Pak Drajat. Jika
himpunan A = {Hardi, Nanda, Indri, Aldi} dan himpunan B = {Manan, Udin, Drajat}. Terdapat
relasi anak dari himpunan A ke himpunan B, fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Menyatakan Fungsi

Menyatakan fungsi dalam diagram panah, diagram cartesius, dan pasangan berurutan

   Contoh :

Misalkan A = {1, 2, 3} dan B = {-3, -2, -1, 0, 1, 2}.  Jika fungsi f : A → B ditentukan dengan
f(x) = 6 – 3x. Nyatakan dalam diagram panah,   diagram cartesius, dan pasangan berurutan

Penyelesaian :

f(1) = 6 – 3 (1) = 6 – 3= 3

f(2) = 6 – 3(2) = 6 – 6 = 0

f(3) = 6 – 3(3) = 6 – 9 = -3

Diagram Panah
Diagram Cartesius

Himpunan Pasangan Berurutan

{(1, 3), (2, 0), (3, -3)}


Puji syukur sedalam - dalamnya saya panjatkan kehadirat Allah SWT.

Yang telah melimpahkan rahmatnya dan karunianya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas
ini.

Adapun isi dari tugas ini merupakan kumpulan materi matematika diskrit yang berdasarkan
informasi yang saya dapatkan baik dari kampus atau media – media yang lain.

Akhirnya segala urusan kita kembali kepada Allah, mohon maaf atas segala kesalahan dan
kesejahteraan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dan semoga
menjadi tambahan ‘ilmu bagi kita semua.

Amin Ya Robbal ‘Alamin.


TUGAS 1
MATEMATIKA DISKRIT

OLEH
NAMA : RINALDY
NIM : F1G117045

JURUSAN MATEMATIKA
KOSENTRASI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai