Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Himpunan dan Penyajian Himpunan

A. Definisi Himpunan

“Himpunan adalah kumpulan dari benda atau objek yang berbeda dan didefiniskan secara
jelas”. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur atau anggota

Contoh :

 Kelas 1EA36 dan 1EA23 adalah contoh sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota
berupa mahasiswa. Tiap mahasiswa berbeda satu sama lain.
 Himpunan Huruf: A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X,
Y, Z

B. Penyajian Himpunan
1) Enumerasi
Setiap anggota himpunan didaftarkan secara rinci.
Contoh :
 Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.
 Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.
 C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
 R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
 K = { {} }
 Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }
 Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

Keanggotaan
x € A : x merupakan anggota himpunan A;
x ∉ A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

1
Contoh :
Misalkan: A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} } K = {{}}
maka 3 € A
{a, b, c} € R
{} € K
{} ∉ R

2) Simbol-simbol Baku

P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }


N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks

Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U. Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3,


4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U, dengan A = {1, 3, 5}.

3) Notasi Pembentuk Himpunan

Notasi: { x syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh :
 A adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5
A = { x | x bilangan bulat positif lebih kecil dari 5} atau
A = {x|x P, x < 5 }
yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}

 M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Ekonomi 1}

2
4) Diagram venn
Diagram venn yaitu dengan menyajikan himpunan secara grafis denagn tiap-tiap himpunan
digambarkan sebagai lingkaran dan memilki himpunan semesta yang digambarkan dengan segi
empat .

1.2 Kardinalitas

Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.


Notasi: n(A) atau |A|

Contoh :
 B = { x | x merupakan bilangan prima lebih kecil dari 20 },
atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19}
maka |B| = 8
 T = {kucing, a, Amir, 10, paku},
maka |T| = 5
 A = {a, {a}, {{a}} }, maka |A| = 3

1.3 Macam-Macam Himpunan


1) Himpunan Berhingga
Himpunan berhingga yaitu himpunan yang jumlah elemennya berhingga.
Contoh :
A = {x|x adalah 3 bilangan ganjil pertama} = {1,3,5,7,9}
B = {x|5 < x<15, x= bilangan genap} = {6,8,10,12,14}

2) Himpunan Tak Hingga


Himpunan tak hingga yaitu himpunan yang jumlah elemennya tak berhingga.

3
Contoh :
A = {x|x adalah bilangan genap > 2 }= {4,6,8,10,11, ... }
B = {x|x adalah bilangan asli >5 } = {6,7,8,9,10, ... }

3) Himpunan Kosong (voidset/nullset)


 Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).
 Notasi : Ø atau {}
Contoh :
(i) E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii) P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0

 himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai { Ø }


 himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai { Ø, { Ø }}
 { Ø } bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan
kosong.

4) Himpunan Sama
 A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya
setiap elemen B merupakan elemen A.
 A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A.
Jika tidak demikian, maka A ≠ B.
 Notasi : A = B ↔ A B dan B A
Contoh :
 Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
 Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A ≠ B
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

5) Himpunan Ekivalen
 Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari
kedua himpunan tersebut sama.
 Notasi : A ~ B ↔ |A| = |B|
Contoh :
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka
A ~ B sebab |A| = |B| = 4

4
6) Himpunan Lepas
 Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama.
 Notasi : A // B
 Diagram Venn:

7) Himpunan Bagian (Subset)


Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Notasi: A B
Diagram Venn:

1.4 Operasi Terhadap Himpunan

Kita dapat melakukan operasi terhadap dua buah himpunan atau lebih untuk menghasilkan
himpunan lain. Jenis operasi yang dapat digunakan terhadap himpunan adalah operasi irisan
(intersection), gabungan (union), selisih (difference), komplemen (complement), beda-setangkup
(symmetric difference) dan perkalian kartesian (cartesian product). Masing-masing dari jenis
operasi tersebut akan dibahas lebih detail dalam artikel ini

1. Irisan (intersection)

Irisan dari himpunan A dan B adalah sebah himpunan yang setiap elemen nya merupakan bagian
dari himpunan A dan himpunan B.

Notasi : A ∩ B = { x | x ∈ A dan x ∈ B }

Diagram Venn untuk A ∩ B seperti gambar berikut :

Daerah yang diarsir merupakan bagian dari daerah A dan daerah B.

5
Jika dua himpunan saling lepas, maka irisan nya adalah
himpunan kosong, karena tidak ada elemen yang sama didalam
kedua himpunan tersebut.

Contoh lainnya :

a. Jika A = {3, 6, 9, 12} dan B = {2, 4, 6, 8, 10, 12}, maka A ∩ B = {6, 12}
b. Jika A = {4, 7, 9} dan B = {-2, 5}, maka A ∩ B = ∅. Yang berarti A || B

2. Gabungan (union)

Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan
anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }

Diagram Venn untuk A ∪ B seperti gambar berikut.

Dapat kita perhatikan bahwa gabungan dari himpunan A dengan


himpunan B menjadikan satu kesatuan antara dua buah himpunan.

Jadi, misalkan :
A = {2, 4, 6} dan B = {1, 3, 5}, maka
A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

6
Contoh lainnya :

a. Jika A = {1, 5, 8} dan B = {7, 10, 15}, maka A ∪ B = {1,5,7,8,10,15}

b. Jika A = {a, b, c} dan B = {d, e, f}, maka A ∪ B = {a,b,c,d,e,f}

3. Selisih (difference)

Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen
dari A tetapi bukan elemen dari B. Operasi selesih hanya mengambil bagian yang tidak terdapat
pada pasangan himpunan nya.

Notasi : A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B }

Diagram Venn untuk A - B ditunjukkan pada gambar berikut.

Perhatikan bahwa bagian yang diarsir hanya elemen-elemen


khusus yang terdapat pada elemen A saja, dan bukan pada
elemen B.

Contoh lainnya :

a. Jika A = {1,2,3,…,10} dan B = {1,3,5,7,9}, maka A – B = {2,4,6,8,10} dan B – A = Ø

b. {3, 7, 9} – {3, 6, 7} = {9}

c. {3, 6, 7} – {3, 7, 9} = {6}

7
4. Komplemen (complement)

Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan
yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi : Ā = {x | x ∈ U dan x ∉ A}

Operasi komplemen himpunan A terhadap himpunan semesta U


adalah sebagai berikut.

Contoh 1 :
Misalkan U = {1,2,3,..10}
a. Jika A = {2,4,6,8,10}, maka Ā = {1,3,5,7,9}

Contoh 2 :
A = himpunan semua rumah yang berada di Jakarta
B = himpunan semua rumah yang berada di Medan
C = himpunan semua rumah yang dibangun setelah tahun 2016
D = himpunan semua rumah yang nilai jualnya diatas dari
Rp 500 juta
E = himpunan semua rumah milik mahasiswa univeristas tertentu

a. Pernyataan "semua rumah milik mahasiswa universitas ini berada di Jakarta


atau berada di Medan" dapat dinyatakan dalam notasi himpunan sebagai (E ∩
A) ∪ (E ∩ B) atau E ∩ (A ∪ B)

b. Pernyataan "semua rumah yang berada di Jakarta yang dibuat setelah tahun
2016 yang nilai jualnya diatas dari Rp 500 juta" dapat dinyatakan dalam
notasi himpunan sebagai A ∩ C ∩ D

c. Pernyataan "semua rumah yang nilai jualnya diatas Rp 500 juta yang berada
di luar Jakarta yang bukan milik mahasiswa di Universitas tertentu" dapat
dinyatakan dalam notasi himpunan sebagai Ā ∩ Ē ∩ D

8
5. Beda-Setangkup (symmetric difference)

Operasi beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemen nya ada
pada himpunan A dan B tetapi tidak pada keduanya. Dengan kata lain, operasi beda setangkup
mengambil semua bagian yang berbeda dari kedua himpunan.

Notasi : A ⊕ B = (A ∪ B)– (A ∩ B)

Diagram Venn untuk A ⊕ B adalah sebagai berikut.

Contoh :
a. Jika A = {2, 5, 8} dan B = {2, 4, 6}, maka
A ⊕ B = {4,5,6,8}
b. A = himpunan segitiga sama kaki
B = himpunan segitiga sama siku-siku
A ⊕ B = himpunan segitiga sama kaki yang tidak siku-siku
dan segitiga siku-siku yang tidak sama kaki.

6. Perkalian Kartesian (cartesian product)

Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan
yang berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari komponen pertama dari himpunan A dan
komponen kedua dari himpunan B.

Notasi : A x B = {(a, b) | a ∈ A dan b ∈ B}

Contoh 1:
Misalkan C = {1,2,3}, dan D = {a,b}, maka perkalian kartesian
C dan D adalah C x D = {(1,a),(1,b),(2,a),(2,b),(3,a),(3,b)}
Contoh 2:
Misalkan :
A = himpunan makanan = {n = nasi lemak, b = bubur,
m = mie rebus, g = gorengan }
B = himpunan minumam = {j = jus jerus, t = teh manis,
a = air putih}

9
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat
dihasilkan dari kedua himpunan diatas?
= |A x B| = |A|.|B| = 4 . 3 = 12 kombinasi makanan dan
minuman, yaitu {(n,j),(n,t),(n,a),(b,j),(b,t),(b,a),(m,j),
(m,t),(m,a),(g,j),(g,t),(g,a)}.

Perlu diperhatikan bahwa :

a. Jika A dan B adalah himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| |B| .

b. Susunan (a, b) berbeda dengan (b, a), artinya (a, b) ≠ (b, a).

c. Jika A = Ø atau B = Ø, maka A x B = B x A = Ø.

1.5 Diagram Venn


Diagram Venn atau diagram set adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan
hubungan logika dan hipotesis di antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek.

Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai diagram Venn. Diagram
Venn diperkenalkan oleh pakar Matematika Inggris pada tahun 1834 – 1923 bernama John
Venn.

Dalam membuat diagram Venn yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Himpunan semesta (S) digambarkan sebagai persegi panjang dan huruf S diletakkan
disudut kiri atas persegi panjang.
2. Setiap himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong) ditunjukkan oleh kurva
tersebut.
3. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik)
4. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, maka anggota-anggotanya tidak perlu
dituliskan.

Contoh soal diagram venn :

1. A = {Hasya,Yasmin,Sinta,Fauzan,Heldan,Firman,Kafa,Tyo}

B = {Fajrin,Fajar,Jami,Hasya,Fauzan,Heldan,Tyo,Sinta,Agung}

10
Dari himpunan A dan B tersebut, terdapat anggota-anggota himpunan sdari kedua himpunan
tersebut yang sama. Maka anggota himpunan A dan B yang sama inilah yang disebut dengan
Irisan. Dengan menggunakan diagram venn maka irisan A dan B adalah sebagi berikut :

2. Jika A = {1,2,3,4,5} dan B = {2,3,5,6}

Maka A ∩ B = {2,3,5}, ditunjukan pada diagram venn berikut :

3. S = {a,b,c,d,e,f,g,h,i,j} K ={a,b,c,d,e,f} L = {b,c,d,e}

Ditanyakan : K ∪ L ?

Dari ketiga himpunan tersebut, kita dapat menentukan bahwa K ∪ L = {a,b,c,d,e,f}.

Dengan menggunakan diagram venn dapat digambarkan sebagi berikut :

11
BAB 2
Hukum – Hukum Aljabar Himpunan

2.1 Hukum – Hukum Aljabar Himpunan


Pada operasi antara dua himpunan atau lebih terdapat beberapa sifat yang berlaku didalam nya.
Sifat-sifat tersebut dinyatakan dalam kesamaan himpunan (set identities). Kesamaan tersebut
diberi nama “hukum” yang menyatakan bahwa bila dua himpunan atau lebih dioperasikan, maka
hukum-hukum yang mengatur operasi tersebut berlaku.

Ada banyak hukum yang terdapat dalam himpunan, namun di bawah ini hanya dijelaskan 11
buah hukum yang penting saja. Hukum didalam himpunan ini juga sering disebut
sebagai hukum-hukum aljabar himpunan karena hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar
dalam bilangan riil yaitu hukum distributif, seperti a(b+c) = ab + bc.

Berikut adalah hukum-hukum aljabar himpunan:

12
13
2.2 Prinsip Dualitas Pada Himpunan

Tabel Dualitas dari Hukum Aljabar Himpunan

Contoh prinsip dualitas :


Misalkan A ∈ U dimana A = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B), maka pada dualnya, misalkan U*, berlaku :
A = (A ∪ B) ∩ (A ∪ B)

14
2.3 Prinsip Inklusi-Eksklusi
Sebelum ke prinsip inklusi dan eksklusi kita harus mengenal operasi yang ada di inklusi dan
eksklusi terlebih dahulu. Sebagai berikut :
a. Irisan ( ∩ )

Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yg setiap elemennya merupakan
elemen dari himpunan A dan himpunan B.
Notasi: A ∩ B={x | x ∈ A dan x ∈ B}
Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A ∩ B={2,3,5}
b. Gabungan ( ∪ )

Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan
anggota himpunan A atau himpunan B.
Notasi : A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }
Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka,
A ∪ B={1,2,3,4,5,7,11}

Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta
operasi irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan
diperkaya dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Berapa
banyak anggota di dalam gabungan dua buah himpunan A dan B? penggabungan dua buah
himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen-elemennya berasal dari berasal dari
himpunan A dan himpunan B. Himpunan A dan himpunan B mungkin saja memiliki elemen-
elemen yang sama. Banyaknya elemen bersama A dan B adalah . Setiap unsur yang sama itu
telah dihitung dua kali, sekali pada dan sekali pada , meskipun ia seharusnya dianggap sebagai
satu buah elemen di dalam . Karena itu, jumlah elemen hasil penggabungan seharusnya adalah
jumlah elemen di masing-masing himpunan dikurangi dengan jumlah elemen di dalam irisannya,
atau Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi.

Prinsip inklusi-eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan.
Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C berlaku teorema berikut.
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan berhingga, maka berhingga dan

15
Bukti

16
Sehingga, untuk r buah himpunan berlaku teorema berikut:

17
2. 4 Pembuktian Proposisi Himpunan
Proposisi himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan. Pernyataan
dapat berupa kesamaan (set identity), misalnya A (B C) = (A B) (A C) adalah kesamaan
himpunan atau dapat berupa implikasi seperti “ jika A B = dan (B C), maka selalu berlaku
bahwa A Terdapat beberapa metode untuk membuktikan kebenaran proposisi himpunan. Untuk
suatu proposisi himpunan . untuk suatu proposisi himpunan kita dapat membuktikannya dengan
beberapa metode yang menghasilkan kesimpulan yang sama. Di bawah ini dikemukakan
beberapa metode pembuktian proposisi perihal himpunan.
a. Dengan diagram venn
Buatlah diagram venn untuk bagian ruas kiri kesamaan dan diagram venn untuk ruas kanan
kesamaan. Jika diagram venn keduanya sama beraarti kesamaan tersebut benar. Kelebihan
metode ini yaitu pembuktian dapat dilakukan dengan cepat sedangkan kekurangannya hanya
dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya. Metode ini lebih
mengilustrasikan dibandingkan membuktikan fakta. Dan banyak matematikawan tidak
menganggap sebagai pembuktian valid untuk pembuktian secara formal. Oleh karena itu
pembuktian dengan diagram venn kurang dapat diterima.
b. Pembuktian dengan tabel keanggotaan
Kesamaan himpunan dapat dibuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan. Kita
menggunakan angka 1 untuk menyatakan bahwa suatu elemen adalah anggota himpunan , dan 0
untuk menyatakan bukan himpunan. (nilai ini dapat dianalogikan dengan true dan false).
Contoh : Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. buktikan bahwa A (B C) = (A B) (A C) tabel
keanggotaan untuk kesamaan tersebut adalah seperti dibawah ini. Karena kolom A (B C) dan
kolom (A B) (A C) sama maka kesamaan tersebut benar.

A B C BC A (BC) AB AC (AB) (AC)

0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
c. Pembuktian dengan aljabar himpunan
Aljabar himpunan mengacu pada hukum- hukum aljabar himpunan, termasuk di dalamnya
teorema-teorema ( yang ada buktinya ), definisi suatu operasi himpunan dan penerapan prinsip
dualitas. Contoh :
Misalkan A dan B himpunan . buktikan bahwa A (B A) = A Penyelesaian :
A (B A) = A (B Ac) definisi operasi selisih
c
= (A B) (A A ) hukum distributif
= (A B) hukum komplemen
=AB hukum identitas

18
d. Pembuktian dengan menggunakan definisi

Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi himpunan yang tidak berbentuk kesamaan ,
tetapi proposisi yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut terdapat notasi
himpunan bagian ( ).

Langkah-langkah untuk membuktikan bahwa X Y adalah sebagai berikut:

 Ambil sembarang x X
 Dengan langkah-langkah yang benar tunjukkan bahwa x Y

Oleh karena itu x diambil sembarang dalam X , maka berarti bahwa setiap anggota X merupakan
anggota Y atau X Y. Pembuktian yang melibatkan kesamaan himpunan (X = Y) haruslah
melalui 2 arah sesuai dengan definisinya , yaitu X Y dan Y X.

e. Pembuktian dengan menggunakan sifat keanggotaan.

Contoh :
Bagaimana membuktikan A∪(B∩C) = (A∪B)∩(A∪C)?
x ∈A ∪ (B ∩ C)
⇔x ∈ A ∨ x ∈ (B ∩ C)
⇔x ∈ A ∨ (x ∈ B ∧ x ∈ C)
⇔(x ∈ A ∨ x ∈ B) ∧ (x ∈ A ∨ x ∈ C)
(hukum distributif untuk logika matematika)
⇔x ∈ (A ∪ B) ∧ x ∈ (A ∪ C)
⇔x ∈ (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)

19
BAB 3
SOAL-SOAL LATIHAN

1. Soal yang berkaitan dengan (1.3) Macam-Macam Himpunan


Himpunan kosong
Kalau dari namanya kita dapat prediksikan apa yng di maksud dengan Himpunan
Kosong. Jadi himpunan kosong adalah Himpunan yang tidak mempunyai anggota,
ini berarti bahwa dalam himpunan tersebuta tidak ada yang menjadi anggota dari
himpunan tersebut , kemudian himpunan kosong ini dilambangkan dengan { } atau
∅ . untuk lebih jelasnya kita simak contoh di bawah ini :

P adalah himpunan nama bulan dalam satu tahun yang diawali huruf K. karena
tidak ada nama bulan yang diawali dengan huruf K, maka meru,pakan himpunan
kosong dan dapat di tulis P={ }

Dari contoh di ats kalian dapat kembangkan sendiri untuk bentuk - bentuk
himpunan kosong yang kalian temukan sendiri agar dapat menambah pemahaman
kalian mengenai himpunan kosong.

2. Himpunan terhingga
Kemudian yang kedua adalah himpunan terhinggaa. yang dinamakan terhingga
berarti tidak terbatas dan jika tidak terbatas berarti dapat kita hitung atau dapat
kita tentukan jumlah anggotanya, naha sudah muali bingungkan , :) makanya
makan dulu seblum belajar biar tidak bingung :) . oke kita kembali ke materi tadi
tentang himpunan terhingga. dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan untuk
pngertian himpunan terhingga yaitu Himpunan yang banyak anggotanya terhingga
atau terbatas. contoh di bawah ini akan memperjelas pengertian himpunan
terhingga di atas :

P adalah himpunan bilangan genap di bawah 5, ditulis P ={2,4}


penjelasa : jika P adalah suatu himpunan yang terdefinisi sebagai himpunan
bilangan genap di bawah 5 maka kita dapat menentukan anggota himpunan P yaitu
2 dan 4, dengan demikian dapat di tuliskan menjadi P ={2,4}. dan banyaknya
anggota himpunan P adala 2 yaitu ( 2, 4 )

Nah dari contoh di atas saya rasa sudah cukup jelas bahwa jika ada sebuah
himpunan yang dapat kita cari anggotanya dan juga banyaknya anggota himpunan
tersebut maka himpunan tersebut merupakan himpunan terhingga. Sekarang giliran
kalian untuk mencari himpunan terhingga sebanyak - banyaknya menurut kalian.

3. Himpunan tak terhingga


Kita lanjutkan pada himpunan yang ketiga . himpunan yang ketiga ini dapat di
bilang sebagai himpunan kebalikan dari himpunan kedua yang telah kita bahas tadi.
jika di atas kita membahas himpunan terbatas maka kali ini kita akan membahas

20
himpunan tak terbatas. kalau kita mengakatan bahwa himpunan tak terbatas ini
kebalikan dari himpunan terhingga maka pengertian dari himpunan tak terhingga
yaitu Himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga atau tak terbatas. langsung
saja perhatikan contoh di bawah ini:

Q adalah himpunan bilangan cacah, ditulis Q={0,1,2,3,...}

Penjelasan : jika ada himpuan q yang di definisikan himpunan bilangan cacah maka
dapat kita tentukan anggota dari himpunan Q itu adalah 1, 2, 3, 4...... dan seterusnya
sampai tak terhingga.
maka jika Q himpunan bilangan cacah ini berarti himpunan q adalah himpunan tak
terhingga dan dapat di tulis Q={0,1,2,3,...}

4. Himpunan semesta
Hah sudah muali capek nulis nih langsung saja ke pengertian himpunan semesta
deh, himpunan semesta yaitu Himpunan yang memuat semua objek (anggota
himpunan) yang dibicarakan.
Himpunan semesta dilambangkan dengan “S”. dsn langsung juga ke contoh nya :
jika ada himpunan R yang memiliki anggota {1,2,3,4,5} maka Himpunan semesta
yang mungkin adalah: S={bilangan asli di bawah 10}, S={Bilangan cacah} dsb.coba
kalian cari lagi untuk himpunan semesta dari R yang kalian tahu.

kita lanjut ke himpunan yang kelima yaitu :


5. Himpunan Bagian
kalau diatas himpuna semesta sekarang kita bicarakan himpunan bagian ,
perhatikan penjelasan berikut Himpunan A merupakan himpunan bagian dari
himpunan B jika setiap anggota A
menjadi anggota B, ditulis dengan notasi A ⊂ B.
contoh:
A={2,4}
B={1,2,3,4,5}
maka A ⊂ B
Himpunan A dengan banyak anggota n(A) mempunyai himpunan bagian yang
mungkin dari himpunan itu sebanyak 2 n(A)

contoh:
Diketahui himpunan A={2,3,5}
n(A) = 3 Banyak himpunan yang mungkin dari himpunan A adalah : 2pangkatn(A)=
2 pangkat 3 = 8
Himpunan bagian dari A adalah: { }, {2}, {3}, {5}, {2,3}, {2,5}, {3,5}, {2,3,5}
Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan.

6. Himpunan Ekuivalen
Himpunan A dan B dikatakan Ekuivalen jika banyak anggota kedua himpunan
tersebut sama==> n(A) = n(B).
contoh:

21
A={1,2,3} ==> n(A) = 3
B={4,5,6} ==> n(B) = 3
n(A) = n(B), maka A ekuivalen dengan B

2. Soal yang berkaitan dengan (1.4) Operasi Terhadap Himpunan

Diketahui himpunan P = { x | x ≤ 6, x bilangan cacah}, Q = { x| 1 ≤ x ≤ 8, x bilangan ganjil}, R


= { x| 2 ≤ x ≤ 8, x bilangan asli} Tentukanlah P ∪ {Q ∩ R}!

Jawab :
P = { 0,1,2,3,4,5,6 }
Q ={ 1,3,5,7}
R = {2,3,4,5,6,7,8 }
Q ∩ R = {3,5,7}

P ∪ {Q ∩ R} = { 0,1,2,3,4,5,6 } ∪ {3,5,7}
= { 0,1,2,3,4,5,6,7 }

Jadi, P∪ {Q ∩ R} = { 0,1,2,3,4,5,6,7 }

3. Soal yang berkaitan dengan (2.3) Prinsip Inklusi dan Eksklusi

Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari sekian
banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf diskrit, 73
mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah teori graf dan
matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil sebuah mata kuliah baik
dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi?

Penyelesaian:
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah teori graf
ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah
dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya mahasiswa tingkat 1. Misalkan A
merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf, dan B
adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi. Maka n(A)=87,
n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori
graf atau matematika ekonomi adalah

n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B)

22
= 87 + 73 – 29
= 160-29
= 131

Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata
kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi.

4. Soal yang berkaitan dengan (2.4) Pembuktian Proposisi Himpunan

Bukti Langsung

Bukti langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan teorema yang berbentuk implikasi p
g q. Di sini p sebagai hipotesis digunakan sebagai fakta yang diketahui atau sebagai asumsi.
Selanjutnya, dengan menggunakan p kita harus menunjukkan berlaku q. Secara logika
pembuktian langsung ini ekuivalen dengan membuktikan bahwa pernyataan p g q benar dimana
diketahui p benar.

Contoh :

Buktikan, jika x bilangan ganjil maka x2 bilangan ganjil.

Pembahasan: Diketahui x ganjil, jadi dapat ditulis sebagai x = 2n-1 atau x=2n+1 untuk suatu
bilangan bulat n. Selanjutnya, x2 = (2n - 1)2 = 4n2 + 4n + 1 = 2 (2n2 + 2)+1= 2m + 1

Keterangan : 2n2+2 diibaratkan sebagai m, karena adanya sifat ketertutupan operasi penjumlahan
pada himpunan semua bilangan bulat. Penjumlahan dua bilangan bulat adalah bilangan bulat.

23

Anda mungkin juga menyukai