Anda di halaman 1dari 43

Himpunan

Eki Ahmad Zaki Hamidi, ST.,MT.


Pelajarilah semesta ini. Jangan merasa kecewa jika dunia tidak mengenal
anda, tetapi kecewalah jika anda tidak mengenal dunia.
(Kong Fu Tse – Filusuf China)

Chapter 2
Chap. 2 Himpunan
• Definisi Himpunan
• Penyajian Himpunan
• Kardinalitas
• Himpunan Kosong
• Himpunan Bagian (subset)
• Himpunan yang Sama
• Himpunan yang Ekivalen
• Himpunan Saling Lepas
• Himpunan Kuasa
Ch02_Himpunan 2
Definisi Himpunan
“Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek
yang berbeda”
Objek yang terdapat di dalam himpunan
disebut elemen, unsur, atau anggota. Kita
katakan bahwa himpunan mengandung
elemen-elemennya. Kata “berbeda” di dalam
definisi di atas adalah penting (sehingga
dicetak miring) untuk menekankan maksud
bahwa anggota himpunan tidak boleh sama.

Ch02_Himpunan 3
Penyajian Himpunan

Beberapa cara penyajian himpunan, yaitu mengenumerasi


elemen-elemennya, menggunakan simbol-simbol baku,
menyatakan syarat keanggotaan, dan menggunakan diagram
Venn.
1. Enumerasi
Cara mengenumerasi yaitu menuliskan semua elemen himpunan
yang bersangkutan diantara dua buah tanda kurung kurawal.
Contoh:
Misalkan A = {1,2,3,4}, R = {a,b,{a,b,c}, {a,c}}, dan K = {{}},
maka 3 ϵ A 5ϵA {a,b,c} ϵ R
{a} ϵ R aϵR {} ϵ K

Ch02_Himpunan 4
2. Simbol-simbol Baku
Terdapat sejumlah simbol baku yang berbentuk huruf tebal
(boldface) yang biasa digunakan untuk mendefinisikan
himpunan yang sering digunakan, antara lain:
P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,...}
N= himpunan bilangan asli = {1,2,...}
Z = himpunan bilangan bulat = {..., -2, -1, 0, 1, 2, ...}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Himpunan semesta atau himpunan universal disimbolkan
dengan U, contoh U = {1,2,3,4,5} dan A bagian dari U, dengan
A = {1,3,5}
Ch02_Himpunan 5
3. Notasi Pembentuk Himpunan
Dengan notasi pembentuk himpunan, himpunan dinyatakan
dengan menulis syarat yang harus dipenuhi anggotanya.
Notasi: {x | syarat yang harus dipenuhi oleh x}
Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat Keanggotaan:
a) Bagian dikiri tanda “|” melambangkan elemen himpunan.
b) Tanda “|” dibaca dimana atau sedemikian sehingga.
c) Kanan tanda “|” menunjukkan syarat anggota himpunan.
d) Tanda “,” didalam syarat keanggotaan dibaca dan.
Contoh:
A = {x| x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dr 5}
A = { x | x ϵ P, x < 5 }
A = {1, 2, 3, 4}
Ch02_Himpunan 6
2. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Di dalam
diagram Venn, himpunan semesta (U) digambarkan sebagai
suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan
sebagai lingkaran di dalam segiempat tersebut.
Contoh:
Misal U = {1,2,...,7,8}, A = {1,2,3,5} dan B = {2,5,6,8}.

Ch02_Himpunan 7
Kardinalitas

Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n


elemen berbeda (distinct) yang dalam hal ini n adalah bilangan
bulat tak-negatif. Sebaliknya himpunan tersebut dinamakan tak-
berhingga (infinite set).
Misal A merupakan himpunan berhingga, maka jumlah elemen
berbeda di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
Notasi : n (A) atau |A|
A = {x|x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 12},
maka |A| = 5, dengan elemen A = 2,3,5,7,11

Himpunan yang tidak berhingga mempunyai kardinal tidak


berhingga pula.

Ch02_Himpunan 8
Himpunan Kosong

“Himpunan yang tidak memiliki satupun


elemen atau himpunan dengan kardinal = 0
disebut himpunan kosong (empty set)”
Notasi : Ø atau {}
Contoh :
P = { orang indonesia yang pernah ke planet mars}
maka |P| = 0
Perhatikan bahwa himpunan {{}} dapat ditulis
sebagai {Ø}, bahwa {Ø}bukan himpunan kosong
karena ia memuat satu elemen Ø.
Ch02_Himpunan 9
Himpunan Bagian (Subset)

“Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan


B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari
B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.”
Notasi A  B
U

B A

Teorema : Untuk himpunan A sembarang berlaku:


1. A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (A  A)
2. Himpunan Kosong merupakan bagian dari A (Ø  A)
3. Jika A  B dan B  C, maka A  C
Ch02_Himpunan 10
Himpunan yang Sama

“Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya


jika keduanya mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain,
A sama dengan B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B
himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka kita katakan
A tidak sama dengan B.”
Notasi : A = B ↔ A  B dan B  A
Tiga hal yang penting untuk kesamaan Himpunan:
1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting
{1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}
2. Pengulangan elemen tak mempengaruhi kesamaan himpunan
{1,1,1,1} = {1,1} = {1} atau {1,2,3} = {1,2,1,3,2,1}
2. Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C berlaku aksioma
a) A = A, B = B, dan C = C
b) Jika A = B, maka B = A
c) Jika A = B dan B = C, maka A = C
Ch02_Himpunan 11
Himpunan yang Ekivalen

“Himpunan A dikatan ekivalen dengan


himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari
kedua himpunan itu sama.”
Notasi : A ~ B ↔ |A| = |B|

Contoh:
Jika A = {1,3,5,7} dan B = {a,b,c,d},
maka A ~ B sebab |A| = |B| = 4

Ch02_Himpunan 12
Himpunan Saling Lepas

“Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas


jika keduanya tidak memiliki elemen yang
sama.”
Notasi : A // B
U

A B

Ch02_Himpunan 13
Himpunan Kuasa

“Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah


suatu himpunan yang elemennya merupakan semua
himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong
dan himpunan A sendiri.”
Notasi : P(A) atau 2ᴬ
Contoh : Jika A = {1,2}, maka P(A) = {Ø, {1},{2},
{1,2}}

Ch02_Himpunan 14
Operasi Terhadap Himpunan
1. Irisan (intersection)
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah sebagai
himpunan yang setiap elemennya merupakan dari himpunan
A dan himpunan B
Notasi : A ∩ B = {x|x ϵ A dan x ϵ B}

2. Gabungan (union)
Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan
yang setiap anggotanya merupakan anggota himpunan A atau
himpunan B
Notasi : A U B = {x| x ϵ A atau x ϵ B}

Ch02_Himpunan 15
3. Komplemen (complement)
Komplemen (complement) dari suatu himpunan A terhadap
suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.
Notasi : Ᾱ = {x|x ϵ U dan x ϵ A}
4. Selisih (difference)
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah
suatu himpunan yang elemennya merupa-
kan elemen dari A tetapi bukan elemen
dari B. Selisih antara A dan B dapat juga
dikatakan sebagai komplemen himpunan B
relatif terhadap himpunan A.
Notasi : A – B = {x|x ϵ A dan x ϵ B} = A ∩ B
Ch02_Himpunan 16
5. Beda Setangkup (Symmetric Difference)
Beda Setangkup (Symmetric Difference) dari himpunan A dan
B adalah suatu himpunan yang elemennya ada pada himpunan
A atau B, tetapi tidak pada keduanya.
A  B  ( A  B)  ( A  B)  ( A  B)  ( B  A)

Ch02_Himpunan 17
6. Perkalian Kartesian (cartesian product)
Perkalian Kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan berurutan (ordered pairs) yang
dibentuk dari komponen pertama dari himpunan A dan komponen
kedua dari himpunan B.
A  B  {(a, b) a  Adanb  B}
Misal C={1,2,3} dan D={a,b}, maka perkalian kartesian C dan D
CxD = {(1,a), (1,b), (2,a),(2,b),(3,a),(3,b)}
1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka |AxB| = |A| |B|
2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a), atau (a,b) ≠ (b,a)
3. Perkalian kartesian tidak komulatif, AxB ≠ BxA, dengan syarat A
atau B tidak kosong. Contoh diatas DxC ≠ CxD
4. Jika A = Ø atau B = Ø, maka A x B = B x A = Ø
Ch02_Himpunan 18
Perampatan Operasi Himpunan
Misalkan A1, A2,A3,.......,An merupakan Himpunan maka,
n
1  2  ...n   Ai
i 1
n
1  2  ...n   Ai
i 1
n
1 2  ...  n   Ai
i 1
n
1  2  ...  n   Ai
i 1

A  ( B1  B 2  ...  Bn )  ( A  B1)  ( A  B 2)  ...  ( A  Bn )


menjadi
n n
A  ( Bi )   ( A  Bi )
Ch02_Himpunan 19
i 1 i 1
Hukum-hukum Aljabar Himpunan
1. Hukum Identitas 2. Hukum null/dominasi
a)   Ø   a)   Ø  Ø
b)      b)     
3. Hukum Komplemen 4. Hukum idempoten
a)      a)     
b)     Ø b)     
5. Hukum Involusi 6. Hukum Absorpsi
a )( A)  A a)   (   )  
b)   (   )  
7. Hukum Komutatif 8. Hukum Asosiatif
a)        a)   (   C )  (   )  C
b)        b)   (  C )  (   )  C

Ch02_Himpunan 20
9. Hukum distributif 10. Hukum De Morgan
a)   a)       
b)   (  C )  (   )  (   C ) b)       
11. Hukum 0/1 (Hukum Komplemen 2)
a )Ø  
b )  Ø

Ch02_Himpunan 21
Prinsip Dualitas
Prinsip Dualitas pada Himpunan: Misalkan S adalah suatu kesamaan
yang melibatkan himpunan (set identity) dan operasi-operasi
seperti, ,, dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan
menganti  menjadi , dan  menjadi , dan
Ø menjadi U, dan U menjadi Ø, sedangkan komplemen dibiarkan
seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan disebut dual dari
kesamaan S.
Contoh: Dualitas dari persamaan dibawah ini adalah:
(   )  (   )    (   )  (   )  
Dualitas ini berarti bahwa
(   )  (   )  
Adalah kesamaan yang benar, dan dualnya,
(   )  (   )   juga benar.
Ch02_Himpunan 22
Dualitas dari hukum-hukum aljabar
Himpunan
1. Hukum Identitas Dualnya
Ø     
2. Hukum null/ dominasi Dualnya
Ø  Ø   
3. Hukum Komplemen Dualnya

     Ø
4. Hukum Idempoten Dualnya

     
5. Hukum Pernyerapan Dualnya
  (   )     (   )  

Ch02_Himpunan 23
6. Hukum Komulatif Dualnya

       
7. Hukum Asosiatif Dualnya
  (  C )  (  )  C   (  C )  (  )  C
8. Hukum Distributif Dualnya
  (  C )  (  )  (  C )   (  C )  (  )  (  C )

9. Hukum De Morgan Dualnya

     


10. Hukum 0/1 Dualnya

Ø Ø

Ch02_Himpunan 24
Prinsip Inklusi-Eksklusi
Sejumlah lemma dan teorema yang berkaitan dengan prinsip ini
dituliskan sebagai berikut:
1. LEMMA, misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang
saling lepas (disjoint) maka,       
2. Teorema, misalkan A dan B adalah himpunan berhingga, maka,
   berhingga dan           
3. Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung jumlah elemen
hasil operasi beda setangkup,         2   
4. Teorema, misalkan A,B,dan C adalah himpunan berhingga maka,
    C berhingga dan
 C      C      C    C
5. Teorema, misalkan A1,A2,...Ar adalah himpunan berhingga maka,
1  2  ...  r   i   i  j   i  j  k
i 1i  j  r 1i  j  k  r
Ch02_Himpunan
 ...  (1) r 1 1  2  ...  r 25
Latihan
Sebanyak 1232 orang mahasiswa mengambil kuliah bahasa Inggris,
879 orang mengambil kuliah bahasa Prancis, dan 114 mengambil
kuliah bahasa Jerman. Sebanyak 103 orang mengambil kuliah
bahasa Inggris dan Prancis, 23 orang mengambil kuliah bahasa
Inggris dan Jerman, dan 14 orang mengambil kuliah bahasa Prancis
dan Jerman. Jika 2092 orang mengambil paling sedikit satu buah
kuliah bahasa Inggris, bahasa Prancis dan bahasa Jerman, berapa
banyak mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah bahasa
tersebut?
Penyelesaian:
Misal:
I = himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa Inggris
P= himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa Prancis
J= himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah bahasa Jerman
Ch02_Himpunan 26
Partisi
• Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan
himpunan bagian tidak kosong A1,A2,...dari A sedemikian
sehingga:
a) . 1  2  ...  , dan
b) Himpunan bagian A1 saling lepas, yaitu
i  j  Ø untuk i  j
Misalkan A={1,2,3,4,5,6,7,8}, maka {{1}, {2,3,4}, {7,8}, {5,6}}
adalah partisi dari A.
Catatan:
Partisi yang membagi himpunan A menjadi beberapa buah “blok”. Pada
contoh diatas, himpunan A dibagi menjadi 4 buah blok, yaitu {1}, {2,3,4},
{7,8}, dan {5,6}. Jika himpunan A terbatas jumlah elemennya, maka
jumlah partisi tidak boleh lebih dari |A|
Ch02_Himpunan 27
Pembuktian Proposisi Himpunan

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn


Misalkan A,B, dan C adalah himpunan. Buktikan
persamaan dibawah dengan diagram Venn.
  (  C )  (  )  (  C )

  (  C ) (   )  (   C )

Ch02_Himpunan 28
2. Pembuktian dengan menggunakan tabel keanggotaan
Misalkan A,B, dan C adalah himpunan. Buktikan
persamaan dibawah dengan tabel keanggotaan
  (  C )  (  )  (  C )

Ch02_Himpunan 29
3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan
a) Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa,
(   )  (   )  
Penyelesaian:
(   )  (   )    (  ) Hukum Distributif
  Hukum Komplemen
=A Hukum Identitas

Ch02_Himpunan 30
3. Pembuktian dengan menggunakan definisi
Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi himpunan
yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi proposisi yang berbentuk
implikasi. Biasanya dalam implikasi tersebut terdapat notasi
himpunan bagian ( atau )
Misalkan A dan B himpunan. Jika Ø
    Ø dan   (  C) maka   C. Buktikan!
Penyelesaian:
1) Dari definisi himpunan bagian, P  Q jika setiap x ϵ P juga ϵ Q.
Misalkan x ϵ A. Karena   (  C) maka x juga  (  C).
dengan operasi gabungan maka x  (  C) berarti x   atau x  C
2) Karena x ϵ A dan     Ø maka x  
Dari 1) dan 2), x ϵ C, harus benar, Karena
x  A juga berlaku x  C, maka dapat disimpulkan A  C.
Ch02_Himpunan 31
Himpunan Ganda
Himpunan Ganda (multiset) : Himpunan yang elemennya boleh
berulang (tidak harus berbeda).
Contohnya,{a,a,a,b,b,c},{2,2,2},{2,2,4}

Operasi Himpunan Ganda


Misalkan P dan Q adalah himpunan ganda:
1. P  Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama
dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh: P = {a,a,a,c,d,d} dan Q = {a,a,b,c,c} maka P  Q
{a,a,a,b,c,c,d,d}
2. P  Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama
dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh: P = {a,a,a,c,d,d} dan Q = {a,a,b,c,c} maka P  Q
{a,a,c}
Ch02_Himpunan 32
3. P – Q adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas
elemennya sama dengan:
• Multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya
pada Q, jika selisihnya positif.
• 0, jika selisihnya nol atau negatif.
Contoh: Jika P = {a,a,a,b,b,c,d,d,e} dan Q = {a,a,b,b,b,c,c,d,d,f}
maka P – Q = {a,e}
4. P + Q, yang didefinisikan jumlah (sum) dua buah himpunan
ganda, adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas
elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen
tersebut pada P dan Q. Catatan Beda setangkup tidak
didefinisikan pada himpunan ganda.
Contoh : Jika P = {a,a,b,c,c} dan Q = {a,b,b,d} maka P + Q =
{a,a,a,b,b,b,c,c,d}
Ch02_Basic Laws 33
Pengantar Logika dan Himpunan
Fuzzy
• Logika Fuzzy umumnya diterapkan pada masalah-masalah yang
mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty).
• Logika Fuzzy dikembangkan dari teori himpunan fuzzy. Sementara,
himpunan yang dibahas sebelumnya adalah himpunan tegas (crisp set).
Keanggotaan suatu unsur di dalam himpunan dinyatakan secara tegas,
apakah objek tersebut anggota himpunan atau bukan. Untuk sembarang
himpunan A, sebuah unsur x adalah anggota himpunan apabila x terdapat
atau terdefinisi di dalam A. Sebagai contoh, misalkan A = {0,4,7,8,11},
maka jelas 7  A, tetapi5  A.
• Fungsi karakteristik, dilambangkan dengan χ, mendefinisikan apakah suatu
unsur dari semesta pembicaraan merupakan anggota suatu himpunan atau
bukan, yaitu
1, x  A
 ( x)  

0, x  A
jadi, χᴀ memetakan X ke himpunan {0,1}, yang dalam hal ini X adalah
semesta pembicaraan.
Ch02_Himpunan 34
• Misalkan X = {1,2,3,4,5,6} dan   X yang dalam hal ini A
= {1,2,5}. Dengan fungsi karakteristik, kita menyatakan A
sebagai
A = {(1,1), (2,1), (3,0), (4,0), (5,1),(6,0)}
Keterangan: (2,1) berarti χᴀ(2) = 1; (4,0) berarti χᴀ(4) = 0
• Didalam teori himpunan fuzzy, keanggotaan suatu elemen
dalam himpunan dinyatakan dengan derajat keanggotaan
(membership value) yang nilainya terletak di dalam selang [0,1]
• Derajat keanggotaan ditentukan dengan fungsi keanggotaan:
 
: X  [0,1]

• Bandingkan dengan fungsi keanggotaan pada himpunan tegas:


 
: X  {0,1}

Ch02_Himpunan 35
Arti derajat keanggotaan adalah sebagai berikut:
a) Jika  ( x)  1 , maka x adalah anggota penuh dari

himpunan A.
b) Jika  ( x)  0 , maka x bukan anggota himpunan A.

c) Jika  (x)   , dengan 0 <  < 1, maka x adalah


anggota himpunan A dengan derajat keanggotaan


sebesar 

Ch02_Himpunan 36
Operasi Himpunan Fuzzy

• Misalnya himpunan fuzzy A dan himpunan


fuzzy B masing-masing memiliki fungsi
keanggotaan sebagai berikut:

Grafik fungsi keanggotaan himpunan fuzzy A dan B


Ch02_Himpunan 37
Operasi Himpunan Fuzzy
1. Gabungan
     ( x)   ( x)  max(  ( x),  ( x))
    

   diartikan sebagai “x dekat A atau x dekat B”.

Grafik fungsi keanggotaan    digambarkan diatas (garis yang tebal


menunjukkan derajat keanggotaan hasil gabungan).
Ch02_Himpunan 38
Operasi Himpunan Fuzzy
2. Irisan
     ( x)   ( x)  min(  ( x),  ( x))
    

   diartikan sebagai “x dekat A atau x dekat B”.

Grafik fungsi keanggotaan    digambarkan diatas (garis yang tebal


menunjukkan derajat keanggotaan hasil irisan).
Ch02_Himpunan 39
Operasi Himpunan Fuzzy
3. Komplemen
    1   ( x)
 

 diartikan sebagai “x tidak dekat A”.

Grafik fungsi keanggotaan  digambarkan diatas (garis yang tebal


menunjukkan derajat keanggotaan hasil komplemen).
Ch02_Himpunan 40
Logika Fuzzy
• Pada logika klasik, nilai kebenaran proposisi adalah
1 (true) atau 0 (false).
• Pada logika fuzzy, nilai kebenaran proposisi adalah
nilai riil di dalam selang [0,1].
• Misalkan p adalah proposisi yang didefinisikan pada
himpunan fuzzy A, maka nilai kebenaran proposisi p
adalah T(p):

T ( p)   ( x),  0    1
 

• Jadi nilai kebenaran p : x ϵ A sama dengan derajat


keanggotaan x di dalam A.
Ch02_Himpunan 41
Bentuk Proposisi dalam Logika Fuzzy

1. Proposisi atomik, berbentuk “x is A” yang dalam hal


ini, x adalah peubah linguistik dan A adalah
terma/nilai linguistik.
Contoh : Proposisi (dalam bahasa Inggris): “man is old”
Jika x = 50 dan fungsi keanggotaan old adalah
0 , x  45

 old  ( x  45) / 15 ,45  x  60
1 , x  60

Maka nilai kebenaran “man is old” adalah:
(50-45)/15=1/3=0,333
Ch02_Himpunan 42
Bentuk Proposisi dalam Logika Fuzzy

2. Proposisi majemuk, berbentuk:

“x is A or y is B”
“x is A and y is B”

Contoh (dalam bahasa Inggris): “temperatur is


cold or it is rainy”

Ch02_Himpunan 43

Anda mungkin juga menyukai