Anda di halaman 1dari 16

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... iii

7. STANDAR K3 ............................................................................................................ 1

7.1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

7.2. BERBAGAI KEUNTUNGAN STANDAR K3 ..................................................... 2

7.2.1. Tujuan Dari Standar K3 ......................................................................... 2

7.2.2. Pencegahan Terhadap Terjadinya Kecelakaan ..................................... 3

7.2.3. Menunjukkan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan ................ 4

7.2.4. Menggambarkan Efektifitas Manajemen K3 .......................................... 4

7.2.5. Mengurangi Biaya Produksi ................................................................... 4

7.2.6. Kompetisi Berimbang ............................................................................ 5

7.2.7. Meningkatkan Kepercayaan Mitra Kerja ................................................ 5

7.2.8. Meningkatkan Kepercayaan Dan Kepuasan Konsumen ........................ 5

7.3. RUANG LINGKUP STANDAR ......................................................................... 6

7.3.1. Ruang lingkup standar........................................................................... 6

7.3.2. Tujuan Standarisasi Nasional ................................................................ 6

7.3.3. Perkembangan Penyusunan Standar K3 ............................................... 7

7.3.4. Pendekatan Yang Direkomendasikan.................................................... 7

LEMBARAN KERJA STANDAR K3 ............................................................................... 2

ii
TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Memahami pengertian standar K3

b. Memahami perkembangan standar k3 dalam "Issue" global dan nasional untuk


diadopsi sesuai kebutuhan Industri.

c. Memahami keuntungan menggunakan standar K3

d. Memahami kebutuhan manual K3, standar Engineering dan prosedur operasi


sesuai dengan tingkat resikonya.

iii
7. STANDAR K3

7.1. PENDAHULUAN
Telah terjadi pergeseran nilai standar yang signifikan dalam manajemen K3
yang dipacu oleh Organisasi Standar Internasional (=ISO, International Standart
Organization) sejak mereka menetapkan perlu adanya seri ISO 9000 dan ISO
14000. Walaupun seri-seri ISO tersebut tidak mengikat, namun tidak dapat
dipungkiri besarnya keinginan untuk memiliki standar manajemen K3. Hal
tersebut terbukti adanya keinginan untuk membuat ISO 18000 mengenai
manajemen K3, sebagaimana ISO 9000 untuk manajemen kualitas dan ISO
14000 untuk manajemen lingkungan. Ini merupakan tantangan bagi manajemen
K3 mengingat ISO 9000 can ISO 14000 diterapkan diberbagai sektor industri di
seluruh dunia. Menjadi keinginan para manajemen untuk melakukan bisnis
dengan biaya yang efektif dan efisien sesuai dengan harapan yang dikehendaki
konsumen dalam mengimplernentasikan seri-seri ISO 9000 dan seri-seri ISO
14000.

Mencermati kelahiran ISO 9000 dan ISO 14000 yang begitu rumit dan pelik,
ternyata untuk penerbitan seri ISO 18000 lebih pelik dan rumit. Untuk membuat
standar K3 yang berlaku untuk seluruh dunia bagi berbagai sektor industri
bahkan pada pertemuan di Genewa tahun 1997, hal tersebut dianggap hampir
tidak mungkin. Contohnya, adalah tidak mungkin memiliki standar yang sama
bagi industri pengolahan minyak dan industri kecil garmen. Namun dapat
dirasakan bahwa bagi perusahaan yang telah menerapkan ISO 9000 dan ISO
14000, mereka tetap berusaha meningkatkan mutu sehingga sertifikasi yang
sudah diperoleh akan tetap mereka miliki.

Biaya yang tinggi dan alokasi waktu telah disediakan agar staf dan karyawan
yang terkait dapat bekerja sesuai standar yang diminta. Pemakai (konsumen)
sadar dengan sertifikasi ISO 9000 dan ISO 14000 merupakan jaminan bahwa
produk yang mereka pakai terjaga kualitasnya dan mempunyai sifat ramah
terhadap lingkungan.

Namun masih dirasakan kekurangannya oleh pemakai (konsumen) serta


organisasi dunia, seperti ILO akan adanya standar K3 yang dapat berlaku di
seluruh dunia. Memang ILO telah berhasil membuat standar OSH yang berlaku
bagi industri besar maupun kecil, tetapi sosialisasi dan penerapannya masih
perlu dikaji.

1
7.2. BERBAGAI KEUNTUNGAN STANDAR K3
Kebutuhan terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
faktor yang dominan. Negara-negara yang menjual produknya ke negara maju
dihadapkan dengan kemungkinan sekarang atau dimasa mendatang bahwa
perusahaan mereka telah membuktikan bahwa sistem manajemen mutu mereka
telah sesuai dengan standar manajemen international. Sebenarnya British
Standard Industry (BSI) menciptakan manajemen mutu dalam BS 5750 pada
tahun1970.

Badan sertifikasi di Eropa mempersyaratkan pemenuhan ISO 9000 sebelum


suatu produk dinyatakan memenuhi standar. Sebagai contoh, suatu perusahaan
Beton tidak berguna memiliki standar manajemen mutu jika beton yang dibuat
tidak sesuai dengan standar mutu beton. Produk-produk yang menyangkut
unsur-unsur keselamatan yang kritis di Eropa diperlukan adanya "cap CE", yaitu
sebuah tanda yang menyebutkan bahwa produk tersebut telah lulus semua
pengujian yang diharuskan oleh peraturan.

Perlu diingat dengan baik bahwa sesungguhnya desakan pasar dan konsumen
saat ini menginginkan adanya standar K3. Hal ini terungkap selama pertemuan
sub komite teknis yang melaporkan perkembangan modul standar manajemen
lingkungan ISO 14000 memutuskan untuk mendelegasikan standar
keselamatan dan kesehatan kerja kepada komite lain selain TC 207. Di negara
maju, masalah K3 diwajibkan dibawah hukum dan mengundang resiko dituntut,
baik untuk perusahaan maupun untuk perorangan yang mengabaikannya.

Alasan lain yang mungkin menempatkan standar K3 dikeluarkan dari ISO 14000
adalah karena masalah K3 diinspeksi oleh banyak petugas yang memiliki
otoritas terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja seperti di
Indonesia oleh Depnaker, Depkes, Dep Pertanian, Depperin dan Deptam dan
masih banyak lagi otoritas dari departemen lain.

7.2.1. Tujuan Dari Standar K3


a. Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan.
b. Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan perundangan.
c. Menggambarkan efektifitas manajemen K3
d. Mengurangi biaya produksi
e. Kompetisi berimbang
f. Meningkatkan kepercayaan mitra kerja
g. Meningkatkan kepercayaan konsumen

2
7.2.2. Pencegahan Terhadap Terjadinya Kecelakaan

Bagaimana suatu standar dapat ikut berperan dalam pencegahan


terjadinya kecelakaan telah lama dipahami. Contohnya dalam sejarah
perkembangan K3, setelah Revolusi Industri dengan ditemukannya
mesin uap. Para petani di desa masuk ke kota dan bekerja di pabrik.
Karena tingkat pendidikan mereka yang rendah dan latar belakang
pekerjaan yang sangat berbeda, maka pada saat tersebut banyak sekali
terjadi kecelakaan dan penyakit.

Beberapa pengusaha yang terpanggil dengan melihat akibat dari


kecelakaan-kecelakaan tersebut, membuat peraturan untuk melindungi
tenaga kerja. Peraturan-peraturan tersebut merupakan standar kerja
tertua di industri.

Sejak itu, lingkungan kerja menjadi lebih baik misalnya peraturan yang
melarang anak-anak untuk bekerja dan wanita untuk bekerja malam,
dengan demikian kecelakaan kerja dapat dihindari.

Pada tahun 1911 di Amerika Serikat diberlakukan Workman


Compensation Law. Pada waktu yang bersamaan diberlakukan juga di
Inggris, Belanda dan Jerman. Workman Compensation Law mengatur
kompensasi ganti rugi korban kecelakaan baik akibat kesalahan pekerja
yang bersangkutan ataupun bukan. Di Indonesia berlaku Undang-undang
Keselamatan (Veilegheids Reglement) tahun 1910 dan saat itu
merupakan standar kerja tertua di Indonesia.

Umumnya kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan oleh faktor


penyebab langsung seperti keadaan lingkungan kerja, mesin dan
kelengkapan peralatan, bahan/material, tidak memenuhi, maka
diperlukan acuan dasar, tolok ukur dan standar kriteria aman mulai dari
proses material menjadi barang dan bahkan sampai pemanfaatannya.

Tolok ukur / kriteria / standar dapat berupa :


● peraturan perundangan
● standar nasional maupun internasional

Untuk mempermudah menekan kecelakaan secara konsisten, maka


disusun ikhtisar kerangka dasar keselamatan peralatan dan bahan baku
serta bagian-bagian dimana unsur sumber bahaya banyak didapat.
Dengan memperhatikan standar yang berbeda maka faktor keamanan
dapat diprediksi jauh sebelum peralatan dibuat sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan. Semakin canggih peralatan dan
teknologi yang dipakai, peranan K3 semakin penting.

3
7.2.3. Menunjukkan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan

Suatu industri yang secara nyata beroperasi pasti berusaha untuk


mematuhi peraturan perundangan. Ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundangan akan menimbulkan kerugian dengan kemungkinan
mengalami tuntutan bahkan kemungkinan dicabut ijin usahanya.

Dengan adanya keinginan pasar dan konsumen atas jaminan produk dan
kualitas barang, memaksa industri untuk mematuhi peraturan
perundangan misalnya SMK3, bahkan sesuatu yang tidak mandatory
seperti ISO. Dengan mendapatkan penghargaan, memperoleh sertifikasi
memaksa industri untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan
perundangan bila tidak ingin sertifikasi yang telah diperoleh dicabut.

7.2.4. Menggambarkan Efektifitas Manajemen K3

Manajemen yang efektif menghasilkan bisnis yang berhasil, sangat


dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, pendokumentasian seluruh
kegiatan dalam melaksanakan sistem manajemen K3.

Dalam perencanaan perlu diadakan pelatihan terlebih dahulu bagi


karyawan
sesuai dengan lingkungannya karena dapat terjadi perubahan lingkungan
kerja setiap saat. Adanya suatu standar sangat menguntungkan karena
dapat diukur secara obyektif kompetensi karyawan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Karena itu standar tersebut harus memenuhi harapan
yang dimaksud. Sehubungan dengan banyaknya varietas keselamatan
dan kesehatan kerja, peraturan perundangan yang dihadapi, masalah
dan teknik manajemen yang harus dihadapi perlu profesionalisme dan
harus realistis membagi waktu dan biaya. Karena itu perlu membuat
suatu skala prioritas isu dalam menyelesaikan permasalahan yang tidak
mungkin dapat diselesaikan sempurna, sekaligus skala prioritas harus
ditinjau lagi setiap saat.

7.2.5. Mengurangi Biaya Produksi

Pada mulanya untuk mencapai standar yang dimaksud perlu biaya


permulaan yang cukup tinggi. Namun bila standar yang dimaksud dapat
dicapai, akan terjadi penurunan biaya produksi karena kepercayaan yang
diberikan pemakai membuahkan image baik terhadap perusahaan. Nama
baik tersebut akan memberikan dampak positif terhadap biaya karena
waktu dan biaya yang tadinya dikeluarkan untuk mencapai standar
dimaksud tidak dikeluarkan, sebaliknya kepercayaan masyarakat
terhadap produksi yang dihasilkan meningkatkan pendapatan melalui

4
penghematan bahan baku yang dipakai dan menurunkan-limbah yang
dihasilkan. Perusahaan akan lebih efisien dalam bekerja, karena bekerja
dengan filosofi standar manajemen yang dipakai.

7.2.6. Kompetisi Berimbang

Pada mulanya sebelum standar dimaksud tercapai, banyak biaya


pengeluaran untuk masksud yang tidak jelas. Walaupun itu perusatiaan
sejenis tetapi terdapat perbedaan dalam mengeluarkan biaya produksi.
Dengan tercapainya standar yang dimaksud, biaya yang tidak perlu dapat
ditekan sehingga kompetisi terhadap perusahaan lain dalam biaya
produksi utama berimbang.

7.2.7. Meningkatkan Kepercayaan Mitra Kerja

Didalam bisnis tidak dapat dilakukan sendiri dan perlu kerjasama dengan
mitra kerja meliputi berbagai kepentingan perangkat keras maupun
perangkat lunak. Kecercayaan mitra kerja terhadap hasil produksi
dipengaruhi oleh standar mutu produk dan sifat ramah terhadap
lingkungan. Tidak jarang bahwa hasil produksi yang tadinya banyak
diminati masyarakat menjadi hancur disebabkan karena hasil produksi
dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kecelakaan.

Kepercayaan terhadap hasil produk ini perlu dijaga dengan melakukan


usaha proaktif dengan mempublikasikan temuan-temuan yang positif
yang selalu mengikuti standar yang dimaksud. Bila mitra kerja diyakinkan
kepercayaannya terhadap hasil produk maka kepercayaan terhadap
perusahaan tersebut menjadi meningkat sesuai harapan perusahaan
bersaing pada situasi global.

7.2.8. Meningkatkan Kepercayaan Dan Kepuasan Konsumen

Kunci dan meningkatkan kepercayaan masyarakat adalah apabila


memuaskan konsumen. Kepercayaan masyarakat menurun karena
perusahaan ternyata tidak dapat memenuhi standar K3 yang diharuskan
dan hanya bersandar kepada advertensi dan labelisasi. Dengan menjaga
standar K3 yang dimaksud yang dibuktikan dari usaha pencegahan
kecelakaan yang terjadi dalam pemakaian produk melalui penerangan
dan petunjuk pemakaian yang mudah diikuti dan pengakuan dari badan
sertifikasi bahwa produk tersebut cukup aman dan memenuhi standar K3.

5
7.3. RUANG LINGKUP STANDAR

7.3.1. Ruang lingkup standar

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 102 tahun 2000 tentang


Standarisasi Nasional mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan
metrologi, teknik, standar pengujian dan mutu.

7.3.2. Tujuan Standarisasi Nasional

a. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha,


tenaga kerja dan masyarakat baik untuk keselamatan, kesehatan
maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. Membantu kelancaran perdagangan.

c. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

Dalam peraturan Pemerintah yang dimaksud dengan standar adalah


spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan
metoda yang disusun berdasarkan konsesnus semua pihak terkait
dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman perkembangan masa kini dan masa mendatang untuk
memperoleh manfaat sebesar-besarnya.

Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib, dikenakan


baik terhadap barang dan jasa produksi dalam negeri maupun terhadap
barang dan jasa impor. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Sanksi
administratif sebagaimana dimaksud berupa pencabutan sertifikat produk
dan pencabutan hak penggunaan tanda SNI, pencabutan ijin usaha
dan/atau penarikan barang dari peredaran. Sanksi pidana berupa sanksi
pidana sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan
potential hazard yang harus dihadapi, Standar K3 dibagi menjadi :
● Standar fisik, misalnya bising, pencahayaan, radiasi meng-ion
standar listrik
● Standar kimia, misalnya TLV, gas, cair, dan kimia padat
● Standar biologis, misalnya kapasitas paru, standar sanitasi

Berdasarkan Negara Yang Mengeluarkan :


● Standar Nasional Indonesia Indonesia
● British Standard BS

6
● NIOSH Amerika
● OSHA Amerika
● DIN Jerman
● JIS Japan

Berdasarkan asosiasi:
● American Petroleum Institute Amerika
● ISO International Standard
● ANSI/ASME Amerika

7.3.3. Perkembangan Penyusunan Standar K3

Pada tahun 1986 telah mengembangkan Standar Manajemen Kualitas


seri ISO 9000 kemudian tahun 1996 diluncurkan Sistem Manajemen
Lingkungan seri ISO 14000. Dalam kedua standar tersebut tampak
bahwa masalah K3 dicantumkan secara Iangsung atau tidak langsung
dalam usaha menjamin mutu produk tanpa cacat serta terhindarnya
masalah lingkungan hidup. Karena itu masuk akal apabila masalah
keselamatan dan kesehatan kerja perlu dilaksanakan suatu sistem
manajemen yang disusun secara sistematis oleh manajemen sejalan
dengan sistem manajemen lain. Diberbagai negara dunia telah
dikembangkan berbagai macam sistem manajemen K3 disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing negara atau perusahaan karena
belum disepakati suatu standar internasional (BS 7850)

Komisi-komisi di Eropa telah memutuskan secara eksplisit pada tiap


masalah K3 yang spesifik dan dipublikasikan negara anggota
mengadopsi dengan sedikit perubahan atau tanpa perubahan sama
sekali dan menjadikannya hukum melalui penerbitan instrumen undang-
undang. Peraturan K3 menuntut suatu pernyataan K3 dan sistem
kebijakan dan mengimplementasikan dalam suatu sistem menyatu
dengan kontrol-kontrolnya dalam sebuah Manual K3 dan dilengkapi
dengan SOP.

7.3.4. Pendekatan Yang Direkomendasikan

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka untuk


kepentingan mereka dilakukan pendekatan yang pada umumnya sebagai
berikut :

7
Dibuat suatu daftar peraturan yang terdiri dari dua jenis :
● Daftar peraturan yang dapat berdiri sendiri. Berisi semua rincian
secara langsung dalam peraturan (suatu instrumen undang-undang)
atau aturan-aturan tambahan.
● Daftar peraturan yang umum sifatnya. (khusus untuk tempat kerja
aman dan peralatan kerja) dan membutuhkan dukungan pedoman
praktek yang rinci dan diungkapkan dalam SOP (Standard
Operational Procedure).

Sebagai contoh bahwa setiap karyawan baru harus dilatih K3 sehingga


ybs dapat mengendalikan diri yang dapat dilihat pada manual standar
pengendalian dan pemantauan. Hasil dari prosedur pelatihan K3
memberikan rasa percaya diri untuk menjadi yang terbaik.

Dengan adanya prosedur dan pelatihaan K3 bagi karyawan baru yang


dikelola dibawah suatu sistem yang terkendali adalah kecil kemungkinan
suatu situasi terjadi akibat kelalaian oleh manajer apabila sistem berjalan
sesuai yang diharapkan. Kelalaian dapat terjadi apabila peraturan dan
kontrol-kontrolnya diabaikan. Kelalaian akan terlihat dari suatu inspeksi.

Untuk mendapat standar K3 perusahaan biasanya sesuai dengan


keperluannya membuat Manual K3, sehingga secara obyektif tujuan K3
dapat diukur keberhasilannya. Prosedur lengkap untuk setiap tugas yang
diatur atau berhubungan dengan undang-undang dapat dimasukkan
dalam SOP. Hal ini merupakan pendekatan agar kelemahan yang muncul
dapat diidentifikasi. Untuk menjawab bahwa keselamatan pekerja tidak
dapat dipisahkan dengan lingkungan kerjanya, sebagai contoh suatu
kecelakaan proses\dapat menimpa pekerja maupun masyarakat dan
lingkungan kerjanya, suatu hal yang sering terjadi pada industri kimia.

Dibawah ini salah satu contoh dari Manual K3 suatu perusahaan sesuai
dengan jenis industri. Manual tersebut dibagi dalam bagian-bagian
sebagai berikut:

Bagian I Administrasi
● Tata cara penggunaan Manual K3
● Persyaratan peraturan perundangan
● Penempatan Manual K3 pada setiap prosedur
● Kebijakan K3
● Organisasi dan tanggung jawab
● Konsultasi dan partisipasi karyawan

8
Bagian II Prosedur Keselamatan
● Tempat kerja
● Peralatan kerja
● Peralatan APD
● Manual penanganan
● VDU
● Listrik
● P3K
● Paparan bahan karsinogen
● Paparan bising
● Penanganan B3
● Rambu keselamatan
● Pekerja hamil
● Pengumuman Kecelakaan
● Analisis tugas
● Truk dan forklift
● Baterai
● Ruang tertutup
● Kerja di tempat panas
● LPG
● Udara bertekanan
● Mesin uap dan tekan
● K3 untuk kontraktor
● K3 untuk tamu perusahaan

Bagian III Kesehatan Karyawan


● Pelayanan kesehatan (Medis)
● Tes audiometer
● Tes mata
● Fasilitas kesehatan
● Progran pelatihan

9
Bagian IV Loss control
● Audit dan kaji ulang
● Tanggap darurat
● Prosedur investigasi kecelakaan
● Standar yang digunakan
● Bagian V Prosedur Operasi Standar (SOP)
● Tanggap darurat dan evakuasi
● Ijin kerja
● Tempat kerja aman
● Kebisingan
● Peralatan pelindung diri
● VDU
● Truk dan forkiift
● Penanganan dan substansi B3
● Bekerja dalam ruang tertutup
● Kerja di tempat panas
● Rambu K3
● Pekerja hamil
● Baterai
● Udara bertekanan tinggi
● Peraiatan panas dan uap
● Kontraktor dan tamu
● Kelistrikan
● Alat pembangkit listrik
● Office safety
● Pintu otomatis
● Bengkel kerja
● Pembersihan jendela
● Bekerja di tempat tinggi
● Tangga
● Pemindahan alat / truk muat
● Paparan terhadap karsinogen

10
● Pengelasan
● Menara berjalan

Dalam daftar tersebut diatas hanya berupa judul saja yang ditujukan baik
untuk manual maupun SOP sedang isi lengkapnya dapat dilihat pada
referensi.

PENUTUP

a. Bahwa standar K3 memang diperlukan untuk mencegah terjadinya :


● Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan.
● Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan perundangan.
● Menggambarkan efektifitas manajemen K3
● Mengurangi biaya produksi
● Kompetisi berimbang
● Meningkatkan kepercayaan mitra.kerja
● Meningkatkan kepercayaan konsumen

b. Karena belum adanya standar baku yang berlaku secara internasional, maka
dianjurkan tiap-tiap industri membuat manual K3, standar engineering industri dan
standard operational procedure (SOP).

c. Standar-standar yang diperlukan dapat diadopsi dari standar :


● yang ada dan berlaku, misalnya di Indonesia SNI
● yang dibuat oleh asosiasi, misalnya ASTM, ASME
● yang dibuat negara lain, misalnya NIOSH, DIN, JIS, BS

d. Standar harus diperbaharui dengan mengikuti perkembangan teknologi dan


manajemen K3 terkini.

11
Lampiran

LEMBARAN KERJA STANDAR K3


Berikut adalah daftar periksa yang dapat dipergunakan dalam implementasi
STANDAR K3 di perusahaan
Nama perusahaan :
Bidang usaha :
Tahun didirikan :
Assessment Action
Tingkatan Strategi untuk
TUJUAN YANG HARUS DICAPAI Ya/ Tidak
A B C D memenuhi

1. Ketaatan terhadap Peraturan Perundangan


a. Apakah para karyawan dalam fasilitas kerja
mendapat pelatihan yang berhubungan dengan
peraturan perundangan tentang Standar K3?
b. Apakah manajemen dan karyawan mendukung
peraturan perundangan tersebut dalam
kebijakan perusahaan dan praktek di
perusahaan?
c. Apakah fasilitas diperbaharui terhadap
perubahan dan tambahan dari peraturan
perundangan?
d. Apakah fasilitas kerja saudara memenuhi dan
sesuai dengan "Hazard Communication" dan
semua dokumentasi pelaporan yang
dibutuhkan?
e. Apakah fasilitas kerja saudara telah memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan yang
sesuai dengan peraturan perundangan?

2. Kondisi K3
a. Apakah fasilitas kerja saudara dilindungi oleh
peraturan perundangan K3? Jika tidak,
peraturan perundangan apa yang dipakai?
b. Apakah saudara mengetahui lokasi wilayah
Departemen terkait yang bertanggung jawab
terhadap K3?
c. Apakah saudara mengetahui dan memahami
prioritas program K3 sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku?
d. Apakah semua pintu masuk gedung/fasilitas
kerja dijaga petugas keamanan atau diberi label
"Pintu Khusus Karyawan"?
e. Apakah tamu perusahaan diinformasikan
peraturan K3 sebelum masuk fasilitas kerja oleh
petugas berwenang?

2
Assessment Action
Tingkatan Strategi untuk
TUJUAN YANG HARUS DICAPAI Ya/ Tidak
A B C D memenuhi

f. Apakah para karyawan telah dilatih untuk


berpartisipasi dalam program K3 sesuai
peraturan perundangan yang berlaku?
g. Apakah poster-poster K3 dipajang sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku?
h. Apakah fasilitas kerja saudara siap diperiksa
oleh inspektur keselamatan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku?
i. Apakah fasilitas kerja saudara memelihara
catatan dan dokumentasi K3 sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku?
j. Apakah ada petugas K3 yang kompeten
menangani pelanggaran, rekomendasi dan
sangsi hukum.
Keterangan
A: Sangat memenuhi
B : Memenuhi
C : Kurang memenuhi
D : Tidak memenuhi

Anda mungkin juga menyukai