Anda di halaman 1dari 39

ISO & SNI

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah HKK &KKK

Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi

Sarjana Terapan Politeknik Negeri Sriwijaya

Disusun Oleh :

M. Yoga Azto Diraputra (061740351801)

Dosen Pembimbing :

Haris Wilianto, S.H., M.HUM.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya saya bisa menyelesaikan tugas makalah KKK dan HKK tentang ISO dan
SNI.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KKK dan HKK.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Palembang, 12 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Makalah ............................................................................................. 1

1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

BAB 2. PEMBAHASAN.

2.1 Pengertian Standardisasi ................................................................................3

2.1.1 Proses Standardisasi ..............................................................................4

2.1.2 Tujuan Adanya Standardisasi ............................................................... 4

2.2 Pengertian ISO ................................................................................................ 5

2.2.1 Macam-macam ISO ................................................................................6

2.2.2 Manfaat ISO Bagi Perusahaan ................................................................ 9

2.2.3 Tata Cara Mengurus Sertifikasi ISO ..................................................... 10

2.3 Pengertian Standar Nasional Indonesia ....................................................... 12

2.3.1 Tujuan Penerapan SNI .........................................................................14

2.3.2 Ruang Lingkup SNI ..............................................................................16

2.3.3 Sistem Penerapam SNI..........................................................................17

2.3.4 Pengawasan dan Sanksi ........................................................................20

2.3.5 Tata Cara Sertifikasi SNI ......................................................................25

ii
2.3.6 Contoh barang sehari-hari yang wajib berlabel SNI .....................................27

2.4 Syarat Suatu Produk dapat diberikan Setifikat ISO dan SNI ........................ 24

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan yang sukses dan maju merupakan impian bagi pemilik
perusahaan dan juga para karyawannya. Banyak faktor yang mempengaruhi
kesuksesan suatu perusahaan, diantaranya adalah citra yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Citra yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dipengaruhi oleh
kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Produk yang berkualitas
akan meningkatkan kepercayaan konsumen serta meningkatkan daya saing dari
perusahaan tersebut. Di era global ini, banyak perusahaan yang bergerak di bidang
yang sama, dan oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk terus menghasilkan suatu
produk yang berkualitas tinggi guna meningkatkan daya saing.
Produk yang berkualitas tentunya tidak dihasilkan dengan sembarang
prosedur. Terdapat suatu standarisasi yang harus diterapkan pihak produsen atau
perusahaan dalam menjamin mutu dari produk yang dihasilkan. Standarisasi
merupakan suatu ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi sesuatu.
Di Indonesia, terdapat Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merupakan
satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan
oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Sedangkan di dunia Internasional, terdapat ISO (International Organization for
Standardization) yaitu badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-
wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai kedua badan standardisasi
tersebut dan syarat agar suatu produk dapat dilabeli ISO dan SNI.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian standarisasi
2. Mengetahui tujuan dari adanya standarisasi
3. Mengetahui pengertian, tujuan, dan manfaat ISO

1
4. Mengetahui pengertian, tujuan, dan manfaat SNI
5. Mengetahui syarat suatu produk agar dapat dilabeli ISO dan SNI

1.3 Rumusan Masalah


Pada makalah ini hanya akan diberikan masing-masing satu contoh produk
atau barang agar dapat dilabeli ISO dan SNI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standardisasi

Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam


memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses
pembentukan standar teknis , yang bisa menjadi standar spesifikasi , standar cara
uji , standar definisi , prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain.

Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya
yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk,
bahan maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau
sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat
diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama
pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada.
Misalnya jika seluruh dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan
ukuran yang berbeda-beda, maka tidaklah mungkin berbagai pipa saling
bersambung karena masing-masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu
diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan kran air boleh memproduksi
pipa semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya
terjadi kekacauan.
Standardisasi di implementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk
baru ke pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah
berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga
fokus. Metode ini dibuat untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa
interlocks dengan lean manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk
standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa,
dan statistik proses kontrol.

3
2.1.1 Proses Standarisasi
Meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan
seperangkat rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian. Perencanaan
dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan dan ramalan
permintaan. Hasil dari perencanaan ini adalah:
· Rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan
perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur
perencanaan sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian
produksi aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan
kapasitas perencanaan tujuan.
· Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah-
demi-langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter
pemesinan, set-up instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas.
· Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan
dari gambar teknik untuk menentukan bagian).
Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur
manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan
mereka, proses, dan perkakas. Proses perencanaan sangat memakan waktu dan hasil
bervariasi berdasarkan orang yang melakukan perencanaan.

2.1.2 Tujuan Adanya Standarisasi


Tujuan dari adanya standarisasi maupun standar dengan memperhatikan dari
definisi yaitu:

 Berusaha agar pengembangan, pemasokan, dan manufaktur dari suatu


produk serta jasa bisa lebih aman, lebih bersih, lebih efisian, dan lebih
berkualitas.
 Menjadi pedoman dari teknis pemerintah untuk beberapa bidang seperti,
legislasi lingkungan, keselamatan dalam kesehatan, dan penyetaraan.
 Menyempurnakan dan mempercepat waktu proses produk masuk ke dalam
pasar serta suatu jasa yang berasal dari inovasi.

4
 Memberikan fasilitas terbaik dalam perdagangan antarnegara agar lebih
adil.
 Membuat hidup masyarakat lebih nyaman, lebih tenteram, dan lebih
sederhana karena adanya pemecahan pada setiap permasalahan bersama.
 Saling berbagi dalam kemajuan teknologi dan praktik mengenai
manajemen yang baik dan benar.
 Memberikan jaminan pada konsumen atau pemakai umum menyangkut
pada produk dan jasa.

2.2 Pengertian ISO

ISO berasal dari kata Yunani, “isos” yang berarti “sama.” ISO adalah
organisasi demokratis dengan masing-masing negara anggota memiliki satu suara.
Setiap negara anggota memiliki pengaruh yang sama dan penerapan standar bersifat
sukarela tanpa paksaan. International Organization for Standardization (ISO)
adalah anak dari dua organisasi terpisah yaitu International Federation of the
National Standardizing Associations (ISA), yang didirikan pada tahun 1926 di New
York, dan United Nations Standards Coordinating Committee (UNSCC).

Pada tahun 1946, 25 negara mengirimkan delegasi ke London untuk


bertemu di Institute of Civil Engineers untuk mendirikan agen internasional yang
bisa menciptakan standar industri yang dapat diadopsi secara internasional. Pada
tanggal 23 Februari 1947, ISO lantas didirikan dan mulai bekerja. Dalam enam
dekade terakhir, ISO telah menetapkan lebih dari 16.500 standar.

ISO menghubungkan 157 lembaga standar nasional dari seluruh dunia. ISO
dikelola oleh Sekretariat Pusat yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Meski ISO
adalah organisasi nonpemerintah, kemampuannya untuk menetapkan standar yang
sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya lebih
berpengaruh daripada kebanyakan organisasi non-pemerintah lainnya. Dalam
prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihak-
pihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu badan standar nasional dari setiap

5
negara dan perusahaan-perusahaan besar. ISO bekerja sama dengan Komisi
Elektroteknik Internasional (IEC) yang bertanggung jawab terhadap
standardisasi peralatan elektronik.

Standar ditetapkan oleh dorongan pasar yang ditetapkan melalui konsensus


oleh konsumen, pemerintah, bisnis, tren pasar, dll. ISO bertugas menetapkan
standar yang mendefinisikan kualitas, keamanan dan pertukaran dalam produk,
standar lingkungan, bahasa teknis dan terminologi umum, klasifikasi bahan,
pengujian dan analisis, serta banyak lagi.

Tanpa adanya standar internasional, setiap negara akan mengalami


kesulitan dalam melakukan perdagangan yang efisien dan menguntungkan, berbagi
penelitian medis dan ilmiah, menetapkan undang-undang lingkungan, dan menilai
kesesuaian di bidang manufaktur. Hingga saat ini, ISO terus berperan dalam
menetapkan standar universal yang diterima dan diadopsi oleh negara-negara
anggota pada khususnya.

2.2.1 Macam-macam ISO

Di era globalisasi perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan yang


sangat berat sehingga mau tidak mau harus meningkatkan daya saingnya atau mati.
Globalisasi berarti suatu keterbukaan dimana dihapusnya secara bertahap segala
bentuk hambatan dan persyaratan yang berimplikasi terjadinya peningkatan
mobilitas manusia, barang dan jasa dari suatu negara ke negara lainnya. Dan tentu
saja suka atau tidak suka, perusahaan lokalpun harus bersiap menghadapi penetrasi
dari perusahaan asing. Untuk merespon perkembangan tersebut diperlukan suatu
strategi bisnis yang cerdas terutama dalam meningkatkan daya saing produk,
misalnya bagaimana cara bersaing dengan produk-produk dari China yang
membanjiri pasar lokal dengan harga relatif murah dan bersifat masal. Strategi
bisnis yang diterapkan dapat berupa peningkatan kinerja secara internal maupun
eksternal. Peningkatan kinerja secara internal salah satu upayanya dengan
meningkatkan sistem manajemen perusahaannya menjadi lebih baik dan

6
tertata.Melalui tulisan ini, kita akan mencoba mengenal lebih dekat apa itu ISO dan
beberapa jenis standar ISO yang telah diterbitkan. Pada dasarnya ISO merupakan
singkatan dari The International Organization for Standardization, meskipun secara
teknis singkatannya menjadi IOS, namun penulisannya bakunya adalah ISO.

The International Organization for Standardization merupakan lembaga standar


dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan
dengan perubahan barang dan jasa. Lembaga atau organisasi ini berpusat di Jenewa,
Swiss. Lembaga tersebut telah banyak menerbitkan standar ISO antara lain yang
paling favorit adalah ISO 9001. Tentunya, selain ISO 9001 banyak lagi jenis standar
yang diterbitkan oleh The International Organization for Standardization. Dalam
kesempatan ini kita akan sedikit membahas beberapa standar ISO yang umum
diterapkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Ada beberapa jenis standar ISO lain yang diterbitkan oleh lembaga ini yang
banyak diterapkan di berbagai perusahaan di Indonesia, seperti:

 ISO 9001 adalah sistem manajemen mutu yang paling populer dimana revisi
terbaru adalah ISO 9001:2015. Ciri dari ISO 9001 ini adalah melakukan
pendekatan proses yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
manajemen mutu. Pendekatan yang dilakukan mensyaratkan untuk
dilakukannya identifikasi, penerapan, pengelolaan dan peningkatan
berkesinambungan.
 ISO 14001: standar ini terkait dengan sistem manajemen lingkungan.
Organisasi yang menerapkan sistem ini harus dapat mengidentifikasi aspek
dan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari operasional usahanya.
Aspek-aspek yang harus dipenuhi organisasi yang menerapkan standar ini
adalah pengelolaan limbah, upaya untuk penghematan energi, air, serta
bahan bakar.
 ISO 22000: merupakan standar yang berkaitan dengan sistem manajemen
keamanan pangan. Perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan
minuman harus memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan

7
konsumen sehingga dituntut untuk meningkatkan kontrol internal terlebih
dalam hal produksi. Standar ini mensyaratkan bahwa setiap produk harus
memiliki rencana proses dan pengendaliannya.
 ISP/IEC 27001: merupakan standar sistem manajemen keamanan informasi
yang juga dikenal sebagai Informasi Security Managemen System (ISMS).
Standar ini banyak diterapkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
aplikasi IT dan sejenisnya.
 ISO TS 16949: adalah Technical Specification yang dikeluarkan oleh ISO
untuk sistem manajemen mutu dibidang industri otomotif. Standar ini
memiliki konsep perbaikan berkelanjutan, pengendalian rantai pemasok,
serta tindakan perbaikan dan pencegahan.
 ISO/IEC 17025: standar yang terkait dengan persyaratan untuk lembaga
pengujian atau laboratorium. Adapun yang menjadi fokus pada standar ini
adalah kompentensi laboratorium pengujian dan kalibrasi. Standar ini
penting untuk memastikan keakuratan hasil pengujian terkait dengan bidang
kesehatan, perdagangan, produksi, hingga perlindungan pelanggan.
 ISO 28000: persyaratan terhadap sistem keamanan rantai pasokan. Standar
ini diperuntukkan bagi perusahaan yang memiliki ancaman resiko yang
tinggi seperti bank, fasilitas umum, hotel, atau pertambangan.
 ISO 5001: standar yang diterapkan untuk sistem manajemen energi yang
bertujuan untuk membantu organisasi membangun sistem dan proses dalam
meningkatkan kinerja, efisiensi, serta konsumsi energi. Standar ini juga
dirancang agar dapat terintegrasi dengan standar manajemen lainnya.
 OHSAS 18001: standard internasional untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/perusahaan.
Banyak organisasi di berbagai negara telah mengadopsi OHSAS 18001
untuk mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten
mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra
perusahaan.

8
2.2.2 Manfaat ISO bagi Perusahaan

ISO sebagai Standar Internasional membawa teknologi, ekonomi dan


manfaat sosial. Selain itu, manfaat ISO yaitu untuk membantu menyelaraskan
spesifikasi teknis dari produk dan jasa, membuat industri lebih efisien, dan
mencegah hambatan perdagangan internasional. ISO membantu meyakinkan
konsumen bahwa produk yang aman, efisien dan baik untuk lingkungan.

ISO telah mengembangkan standard bahan dalam menggambarkan manfaat


ekonomi dan sosial. Hal itu dimaksudkan untuk diketahui oleh para pengambil
keputusan dan pemangku kepentingan, sebagai contoh konkret dari nilai standar.

ISO sebagai Standar Internasional adalah pedoman dan alat strategis untuk
membantu perusahaan mengatasi beberapa tantangan yang paling menuntut dari
bisnis modern. Memastikan bahwa operasi bisnis sampai se-efisien mungkin,
meningkatkan produktivitas dan membantu perusahaan mengakses pasar baru.
Manfaat ISO tentu tidak hanya dirasakan oleh perusahaan saja, tapi juga klien
dan pelanggan.

Manfaat ISO bagi perusahaan meliputi:

1. Penghematan biaya. Membantu mengoptimalkan operasi, sehingga


meningkatkan bottom line baik saat produksi maupun pemasaran.
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan. Membantu meningkatkan kualitas
barang, meningkatkan kepuasan pelanggan serta meningkatkan penjualan.
3. Membuka akses ke pasar baru. Membantu mencegah hambatan
perdagangan dan membuka pasar global.
4. Peningkatan pangsa pasar. Membantu meningkatkan produktivitas
perusahaan dan keunggulan secara kompetitif.
5. Manfaat lingkungan. Membantu mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.

9
Perusahaan sebagai pelaku bisnis juga mendapatkan keuntungan dari
mengambil bagian dalam proses pembangunan standar. Mengapa perusahaan turut
terlibat dalam pengembangan standar?

Salah satu kekuatan dari standar ISO adalah bahwa ISO dibuat oleh orang-orang
yang membutuhkannya. Ahli industri mendorong semua aspek dari proses
pengembangan standar, dari memutuskan apakah standar baru diperlukan untuk
mendefinisikan semua konten secara teknis. Terlibat dalam proses ini dapat
membawa keuntungan yang signifikan bagi perusahaan, misalnya dengan:

 Memberikan akses awal untuk informasi yang bisa membentuk pasar di


masa depan
 Memberikan perusahaan Anda suara dalam pengembangan standar
 Membantu menjaga akses pasar terbuka.

Terlibat dalam pengembangan standar membawa keprihatinan dan kebutuhan untuk


menanggung pada sebuah proses yang akan mempengaruhi perusahaan Anda di
masa depan.

2.2.3 Tata Cara Mengurus Sertifikasi ISO

Berikut adalah tata cara dalam mengurus sertifikat ISO jika menggunakan
jasa.

1. Perusahaan yang akan nengurus sertifikat ISO, harus memiliki syarat mutlak,
yakni telah beroperasi selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Jika belum memenuhi
syarat tersebut, Jasa ISO tidak bisa membantu. Syarat ini tidak bisa diterobos begitu
saja, karena ada prosedur yang mengikat untuk mengantongi sertifikat ISO. Selain
itu, tujuan dari standar lamanya berdiri sebuah perusahaan untuk memperoleh
sertifikat ISO ini adalah untuk mendapatkan pelayanan dan pengawasan langsung

10
dari konsultan ISO. Batasan 3 bulan sudah memastikan bahwa sebuah perusahaan
sudah memiliki alamat atau tempat uang pasti.

2. Perusahaan aktif mempelajari buku panduan ISO yang sudah diterbitkan. Hal ini
penting untuk memahami seluk beluk standar ISO dan penerapannya. Peran
pimpinan perusahaan sangatlah penting.

3. Membentuk Working Group yang terdiri dari karyawan perusahaan tersebut.


Tugasnya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Tim ini
akan menjadi leader bagi karyawan lainnya. Tim inti yang akan membimbing
karyawan lainnya.

4. Menetapkan waktu training. Training ini adalah tahap awal dalam melakukan
kontak langsung dengan konsultan ISO. Ada 3 jenis training yang dilakukan, yakni
Training Dokumentasi, Training Awareness, dan Training Internal Audit.

5. Mempelajari dan menerapkan sistem manajemen yang ada dengan baik.


Tentunya akan dibantu oleh Jasa ISO dan konsultan ISO.

6. Melakukan tanda tangan kontrak dengan lembaga ISO. Dengan demikian


sertifikat ISO akan segera dikantongi. Tanda tangan kontrak ini dilakukan atas
kesepakatan antara dua belah pihak, yakni pihak konsultan ISO dengan perusahaan.
Ada kebijakan yang mengatur di dalamnya.

7. Melakukan analisis terhadap sistem manajemen ketika belum diterapkan standar


ISO dan ketika sudah ditetapkan standar ISO. Analisis ini menjadi cermin untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan yang sudah berjalan. Meningkatkan yang belum
maksimal dan mempertahankan prestasi yang telah diukir.

8. Membandingkan sistem manajemen perusahaan sebelum ada konsultan ISO dan


setelah ada konsultan ISO. Perbandingan ini bisa juga sebagai langkah riil dari
analisis yang kita lakukan. Tindakan berkelanjutan yang ada di dalamnya adalah

11
masih menerapkan manajemen perusahaan berstandar ISO untuk terus melanjutkan
sosialisasinya kepada seluruh karyawan.

9. Meningkatkan mutu atau kualitas keterampilan karyawan dengan menganjurkan


mereka untuk memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan
(SKT). Hal ini penting untuk menunjang kinerja perusahaan.

10. Melakukan Audit Internal yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Di mana
bisa dilakukan dengan mengadakan meeting-meeting khusus untuk menilai kinerja
perusahaan saat berada di bawah pengawasan konsultan ISO. Audit ini sebagai
audit latihan sebelum benar-benar menghadapi Audit Eksternal yang langsung
dilakukan oleh pihak ISO. Benahi apa yang kurang sehingga nantinya tidak kaget
saat menghadapi Audit Eksternal atau audit inti serta sudah memiliki kesiapan yang
tinggi.

11. Hasil audit inti inilah yang akan meluncurkan sertifikat ISO ke tangan
perusahaan. Awal dari tanggung jawab baru untuk mempertahankan kualitas.

2.3 Pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI)


Badan Standardisasi Nasional merupakan Lembaga pemerintah non-
kementerian Indonesia dengan tugas pokok mengembangkan dan membina
kegiatan standardisasi di negara Indonesia. Badan ini menggantikan fungsi dari
Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Dalam melaksanakan tugasnya Badan
Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun
2000 tentang Standardisasi Nasional.Badan ini menetapkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang digunakan sebagai standar teknis di Indonesia.Pelaksanaan
tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang akreditasi dilakukan oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN mempunyai tugas menetapkan
akreditasi dan memberikan pertimbangan serta saran kepada BSN dalam
menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi.Sedangkan pelaksanaan tugas dan
fungsi BSN di bidang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh
Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU). KSNSU mempunyai

12
tugas memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai standar nasional
untuk satuan ukuran.Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi
produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan,
keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan
standardisasi secara nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem
nasional yang mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang
dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam
transaksi pasar global. Dari sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang


berlaku secara nasional di Indonesia.SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Agar SNI memperoleh
keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan
memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:

1. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder


yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat
dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI;
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak
memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
4. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi
perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar
global dan memperlancar perdagangan internasional; dan

13
6. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi
pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan
nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun


2000 tentang Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam pelaksanaan
standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan pekerjaan instalasi guna
mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI mempunyai
manfaat, sebagai berikut:

1. dari sisi produsen

Terdapat kejelasan target kualitas produk yang harus dihasilkan sehingga


terjadi persaingan yang lebih adil;

2. dari sisi konsumen

Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat


melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga;

3. dari sisi Pemerintah

Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah
tapi tidak terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan
keunggulan kompetitif produk dalam negeri di pasaran internasional.

2.3.1 Tujuan Penerapan SNI


Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan, jasa dan produk yang tidak
memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) diperbolehkan dan tidak
dilarang. Meskipun begitu, kita juga tahu agar produk dalam negeri bisa bersaing
secara sehat di dunia internasional maka sangatlah diperlukan penerapan SNI.
Pemberlakuan SNI terhadap semua bentuk kegiatan dan produk dimaksudkan untuk

14
melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi
nasional dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Andaikata SNI ini diterapkan
oleh semua bentuk kegiatan dan produk maka sangatlah mendukung percepatan
kemajuan di negeri ini. Seperti halnya di negara-negara eropa yang produk-
produknya memenuhi standar nasional bahkan internasional.

Dengan adanya standardisasi nasional maka akan ada acuan tunggal dalam
mengukur mutu produk dan atau jasa di dalam perdagangan, yaitu Standar Nasional
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perlindungan kepada
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik
untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan
hidup.

Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan


Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang
ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000. Ketentuan ini adalah
sebagai pengganti PP No. 15/1991 tentang Standardisasi Nasional Indonesia dan
Keppres No. 12/1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia

Di dalam Peraturan Pemerintah RI No.102 Tahun 2000 tentang


Standarnisasi Nasional pada butir a dan b menjelaskan bahwa tujuan penerapan SNI
adalah :

a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya gunaproduksi,


mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, peluusaha, tenaga kerja dan
masyarakat khususnya di bidang keselamatan,keamanan, kesehatan dan lingkungan
hidup, maka efektifitas pengaturan dibidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan;

b. bahwa Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan pembentukan


OrganisasiPerdagangan Dunia (World Trade Organization) yang di dalamnya
mengaturpula masalah standardisasi berlanjut dengan kewajiban untuk
menyesuaikanperaturan perundang-undangan nsasional di bidang standardisasi;.

15
Pada prinsipnya tujuan dari standardisasi nasional adalah:

1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja


dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan
maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Membantu kelancaran perdagangan.
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

2.3.2 Ruang Lingkup SNI


Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang
Standardisasi Nasional Pasal 2 mengenai ruang lingkup dari Standardisasi nasional
adalah mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan:

1. Metroligi teknik

Yang dimaksud metrologi teknik adalah metrologi yang mengelola satuan-


satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, yang
menyangkut persyaratan teknik dan pengembangan standar nasional untuk
satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk membeikan kepastian dan kebenaran dalam
pengukuran.

2. Mutu

Yang dimaksud dengan mutu adalah keseluruhan karakteristik dari maujud


yang mendukung kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat.

3. Standar

Yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun

16
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengam memperhatikan
syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya.

4. Pengujian

Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu
atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk bahan, peralatan,
organisme, fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur
yangtelah ditetapkan.

2.3.3 Sistem Penerapan SNI


Penerapan SNI bagi semua bentuk kegiatan dan produk berlaku di seluruh
wilayah RI dan bersifat sukarela. Dalam hal berkaitan dengan keselamatan,
keamanan, kesehatan, pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau pertimbangan
ekonomi dapat diberlakukan wajib oleh instansi teknis yang terkait. Mengenai tata
cara pemberlakuan SNI wajib diatur dengan Keputusan Pimpinan Instansi Teknis.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 Tentang Standarnisasi
Nasional menjelaskan tentang berbagai penerapan SNI Pada Bab VI Pasal 12 s/d
21 sebagai berikut :

Pasal 12

1. Standar nasional Indonesia berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.


2. Standar Nasional Indonesia bersifat sukarela untuk ditetapkan oleh
pelakuusaha.
3. Dalam hal standar Nasional Indonesia berkaitan dengan
kepentingankeselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian
fungsilingkungan hidup dan atau pertimbangan sekonomis, instansi teknis
dapatmemberlakukan secara wajib sebagian atau seluruh spesifikasi teknis
dan atauparameter dalamStandar nasional Indonesia.

17
4. Tata cara Pemberlakukan Standar Nasional Indonesia sebagaimana
dimaksuddalam ayat (3), diatur lebih lanjut dengan keputusan Pimpinan
Instansi teknissesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 13

Penetapan Standar Nasional Indonesia dilakukan melalui kegitan sertifikasi


danakreditasi.

Pasal 14

1. Terhadap barang dan atau jasa, proses, sistem dan personal yang
telahmemenuhi ketentuan/spesifikasi dan atau dibubuhi tanda SNI.
2. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga
ataulaboratorium.
3. Tanda SNI yang berlaku adalah sebagaimana tercantum dalam
lampiranPeraturan Pemerintah ini.
4. Persyaratan dan tata cara pemberian sertifikat dan pembubuhan tanda
SNIsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
olehKetua Komite Akreditasi Nasional.

Pasal 15

Pelaku usaha yang menerapkan Standar Nasional Indonesia yang


diberlakukansecara wajib, harus memiliki sertifikat dan atau tanda SNI.

Pasal 16

1. Lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan, atau


laboratoriumsebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) di akreditasi
oleh KomiteAkreditasi Nasional.
2. Unjuk kerja lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan,
ataulaboratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diawasi dan dibina
olehKomite Akreditasi Nasional.

18
Pasal 17

1. Biaya Akreditasi dibebankan kepada lembaga sertifikasi, lembaga


inspeksi,lembaga pelatihan dan laboratorium yang mengajukan
permohonan akreditasi.
2. Besarnya biaya akreditasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintahtersendiri.

Pasal 18

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang atau


jasa,yang tidak memenuhi dan atau tidak sesuai dengan Stanar Nasional
Indonesiayang telah diberlakukan secara wajib.
2. Pelaku usaha, yang barang dan atau jasanya telah memperoleh sertifikat
produk dan atau tanda
Standar Nasional Indonesia dari lembaga sertifikasi produk,dilarang
memproduksi dan mengedarkan barang dan atau jasa yang tidak memenuhi
Standar Nasional Indonesia.

Pasal 19

1. Standardisasi Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib


dikenakansama, baik terhadap barang dan atau jasa produksi dalam negeri
maupunterhadap barang dan atau jasa impor.
2. Barang atau jasa impor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemenuhanstandarnya ditujukan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh
lembagasertifikasi atau laboratorium yang telah diakreditasi Komite
Nasional ataulembaga sertifikasi atau laboratorium Negara pengekspor
yang diakui KomiteAkreditasi Nasional.
3. Pengakuan lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan
ataulaboratorium negara pengekspor oleh Komite Akreditasi Nasional
sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) didasarkan pada perjanjian saling
pengakuan baiksecara bilateral maupun multilateral.

19
4. Dalam hal barang dan atau jasa impor sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)tidak dilengkapi sertifikat, Pimpinan instansi teknis dapat menunjukan
salahsatu lembaga sertifikasi atau laboratorium baik di dalam maupun di
luar negeri yang telah diakreditasi dan atau diakui oleh Komite Akreditasi
Nasionaluntuk melakukan sertifikasi terhadap barang dan atau jasa impor
dimaksud.

Pasal 20

1. Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


Pasal12 ayat (3) dinotifikasikan Basdan Standardisasi nasional kepada
OrganisasiPerdagangan Dunia setelah memperoleh masukan dari instansi
teknis yangberwenang dan dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan
sebelum StandarNasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib berlaku
efektif.
2. Badan Standardisasi Nasional menjawab pertanyaan yang datang dari
luarnegeri yang berkaitan dengan Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia setelahmemperoleh masukan dari instnasi teknis yang
berwenang.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberlakuan Standar Nasional Indonesiadiatur


dengan Keputusan pimpinan instansi yang berwenang.

2.3.4 Pengawasan dan Sanksi


Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 Tentang
Standarnisasi Nasional menjelaskan tentang pengawasan dan sanksi terhadap
pelanggaran SNI Pada Pasal 23 dan Pasal 24 sebagai berikut :

Pasal 23

20
1. Pengawasan terhadap pelaku usaha, barang dan atau jasa yang
telahmemperoleh sertifikasi dan atau dibubuhi tanda SNI yang diberlakukan
secarawajib, dilakukan oleh Pimpinan instansi teknis sesuai
kewenangannya dan atauPemerintah Daerah.
2. Pengawasan terhadap unjuk kerja pelaku usaha yang telah
memperolehsertifikasi produk dan atau tanda SNI dilakukan oleh lembaga
sertifikasi produkyang menerbitkan sertifikat dimaksud.
3. Masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakatmelakukan pengawasan terhadap barang yang beredar di
pasaran.

Pasal 24

1. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam


Pasal18 ayat (1) dan (2) dapat dikenakan sanksi administratif dan atau
sanksipidana.
2. Saknsi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
pencabutansertifikat produk dan atau pencabutan hak penggunaan tanda
SNI, pencabutanijin usaha, dan atau penarikan barang dari peredaran.
3. Sanksi pencabutan sertifikat produk dan atau hak penggunaan tanda
SNIdilakukan oleh lembaga sertifikasi produk.
4. Sanksi pencabutan ijin usaha dan atau penarikan barang dari
peredaranditetapkan oleh instansi teknis yang berwenang dan atau
Pemerintah Daerah.
5. Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa sanksi
pidanasesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud
peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lainperaturan
perundang-undangan di bidang Perindustrian, Ketenagalistrikan,Kesehatan,
Perlindungan Konsumen dan peraturan perundang- undangan yangterkait
dengan kegitan Standardisasi Nasional. penjelasan Pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000

21
Adapun bentuk pelanggaran terhadap SNI yang tercantum pada Peraturan
Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standarnisasi Nasional Pasal 18
adalah sebagai berikut :

Pasal 18

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang atau


jasa,yang tidak memenuhi dan atau tidak sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia yang telah diberlakukan secara wajib.
2. Pelaku usaha, yang barang dan atau jasanya telah memperoleh sertifikat
produkdan atau tanda Standar Nasional Indonesia dari lembaga sertifikasi
produk,dilarang memproduksi dan mengedarkan barang dan atau jasa yang
tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia.

Pasal 62

Setiap orang yang memalsukan SNI atau membuat SNI palsu diberikan
pidana penjara paling lama 7 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50 M.

Pasal 63

Setiap orang yang dengan sengaja memperbanyak, memperjualbelikan, atau


menyebarkan SNI tanpa persetujuan BSN diberikan pidana paling lama 4 bulan
atau pidana denda paling banyak Rp 4 M.

Pasal 64

Setiap orang yang dengan sengaja membubuhkan tanda SNI dan /atau Tanda
Kesesuaian pada Barang dan/ atau kemasan atau label di luar ketentuan yang
ditetapkan dalam sertifikat; membubuhkan nomor SNI yang berbeda dengan nomor
SNI pada sertifikatnya akan dikenakan pidana penjara paling lama 4 bulan atau
pidana denda paling banyak Rp 4 M.

22
Pasal 65 dan 66

Setiap orang yang tidak memiliki asertifikat atau memiliki sertifikat tetapi habis
masa berlakunya, dibekukan sementara, atau dicabut yang dengan sengaja
memperdagangkan atau mengedarkan Barang, memberikan Jasa, dan/atau
menjalankan proses atau sistem dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 35 M

Pasal 67

Setiap orang yang mengimpor barang yang dengan sengaja memperdagangkan


atau mengedar Barang yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran SNI dipidana
penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M

Pasal 68

Setiap orang yang tanpa hak menggunakan dan/atau membubuhkan Tanda SNI
dan/atau Tanda Kesesuaian dipidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 35 M.

Pasal 69

Setiap orang yang memalsukan tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian atau
membuat Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian palsu dipidana penjara paling
lama 7 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50 M.

Pasal 70

Setiap orang yang dengan sengaja: menerbitkan sertifikat berlogo KAN;


menerbitkan sertifikat kepada pemohon sertifikat yang tidak sesuai dengan SNI;
menerbitkan sertifikat di luar ruang lingkup Akreditasi dipidana penjara paling
lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 35 M.

23
Pasal 71

Setiap orang yang memalsukan sertifikat Akreditasi atau membuat sertifikat


Akreditasi palsu dipidana penjara paling lama 7 tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 50 M

Pasal 72

Pelaku tindak pidana dapat dijatuhi pidana tambahan berupa : kewajiban


melakukan penarikan Barang yang telah beredar; kewajiban mengumumkan
bahwa Barang yang beredar tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini;
dan/atau perampasan atau penyitaan Barang dan dapat dimusnahkan.

Pasal 73

Pidana denda yang dijatuhkan terhadap korporasi, diberlakukan dengan


ketentuan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda secara pribadi dan diberikan
pidana tambahan berupa: pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan status badan
hukum.

Sanksi yang tegas sebagaimana disebutkan diatas membuktikan keseriusan


pemerintah untuk menegakkan perlindungan pada kepentingan nasional dan
sebagai usaha untuk meningkatkan daya saing nasional. Meski di sisi lain kesiapan
dari masyarakat industri di Indonesia untuk menjalankan regulasi yang telah
dirumuskan tidak bisa diabaikan. Untuk itu sinergi dalam berbagai bidang antara
pemerintah dan juga masyarakat Indonesia mulai dari sosialisasi regulasi, peran
serta masyarakat dalam melaksanakan SNI, perumusan SNI, membangun budaya
standar, serta melaporkan pelanggaran menjadi hal yang utama untuk bisa
diwujudkan.

24
2.3.5 Tata Cara Sertifikasi SNI

kegiatan sertifikasi dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk


(LSPro). Perusahaan yang ingin produknya disertifikasi mengajukan aplikasi ke
LSPro dan mengikuti proses sertifikasi yang ada di LSPro. Dalam melakukan
proses sertifikasi tersebut, Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) haruslah
mengoperasikan skema sertifikasi tertentu , dalam SNI ISO/IEC 17067:2013
dikatakan bahwa skema sertifikasi ialah ‘Aturan, prosedur dan manajemen untuk
melakukan sertifikasi terhadap produk – produk tertentu’. Jadi dalam melakukan
sertifikasi, LSPro haruslah memastikan bahwa kegiatan sertifikasi yang
dilakukannya sesuai dengan skema yang dioperasikannya.

Pada prinsipnya skema sertifikasi produk sangatlah bergantung dari jenis ,


karakteristik serta proses produksi produk tersebut. Dalam SNI ISO/IEC
17067:2013 – Penilaian kesesuaian – Fundamental sertifikasi produk dan panduan
skema sertifikasi produk. Disebutkan contoh-contoh skema sertifikasi dari mulai
tipe 1a,1b,2,3,4,5,6 dan tipe n. dari sekian banyak contoh tipe sertifikasi tersebut,
yang banyak digunakan oleh regulator maupun lembaga sertifikasi adalah skema
sertifikasi tipe 5 dan tipe 1b.

Skema sertifikasi tipe 5

Skema sertifikasi tipe 5 ini merupakan skema untuk sertifikasi produk yang
menggabungkan (jika diperlukan) antara assessmen proses produksi, audit sistem
manajemen yang relevan, pengujian serta survailen berupa pengujian di pabrik
ataupun di pasar, audit sistem manajemen dan assessmen proses
produksi. Sertifikat untuk tipe 5 ini biasanya berlaku untuk 2-4 tahun, dengan
survailen dilakukan setiap tahun.

25
Skema sertifikasi tipe 1b

Skema sertifikasi tipe 1b merupakan skema untuk sertifikasi produk yang


hanya menilai kesesuaian produk per batch produksi/atau per-shipment pengiriman,
sehingga tidak diperlukan adanya audit sistem manajemen, dan assessmen proses
produksi, namun dengan pengujian atau inspeksi setiap batch pengiriman dengan
sampling yang sesuai mewakili produk yang akan disertifikasi. Sertifikat hanya
berlaku untuk produk dalam batch yang sama, sedangkan untuk produk lain yang
berbeda batch harus dilakukan sertifikasi kembali. Tidak ada mekanisme survailen
dalam skema sertifikasi tipe ini.

26
2.3.6 Contoh barang sehari-hari yang waji berlabel SNI

Pemerintah terus mengkampanyekan agar masyarakat menggunakan barang-


barang yang sesuai standar nasional Indonesia (SNI). Alasannya, agar keamanan
dan keselamatan konsumen terjaga jika menggunakan produk ber-SNI.

Hingga kini, banyak masyarakat yang tidak tahu apa-apa saja produk yang harus
punya kriteria SNI. Direktorat Jendrel Standarisasi dan Perlindungan Konsumen
memberikan penjelasan kriteria produk yang telah wajib dibrelakukan Standar
Nasional Indonesia (SNI), contohnya untuk kebutuhan sehari-hari.

Berikut contohnya seperti dikutip dari data Kementerian Perdagangan,

1. Peralatan Makan dan Minum

27
Keramik berglasir memiliki SNI wajib menurut PermendagNo. 82/M-
IND//KEP/8/2012 dan SNI 7275:2008, dengan ukuran SNI seperti sifat tampak,
kekerasan glasir, ketahanan terhadap kejut suhu, penyerapan air, ketahanan pukul,
batas kelarutan maksumum Pb dan Cd.

Produk melamin memiliki SNI wajib menurut Permendag No. 20/M-


IND/PER/2012 dan SNI 7322:2008/. Dengan ukuran SNI kandungan kadmium
(Cd), kromium Heksavalen, raksa (Rg), dan timbal (Pb). Lalu memiliki, migrasi
global seperti air suling (Simulin A), Asam asetat tiga persen (Simulan B),
alkohol 15 persen (Simulan C) dan minyak zaitun (Simulan D).

2. Produk air minum kemasan

28
Produk air minum kemasan memang harus memiliki standar nasional Indonesia,
karena akan berdampak secara langsung kepada tubuh kita. Sesuai dengan
Peraturan Kementrian Perindustrian (Permenpeind) No. 49/M-IND/PER/3/2012
dan SNI 01-6242-2000 memiliki ukuran SNI seperti, kadar air dari bau, rasa dan
warna. Cemaran logam, arsen dan mikroba.

3. Produk Makanan

Tepung terigu menjadi satu dari produk yang harus memiliki SNI wajib menurut
Permenperin No. 35 tahun 2011 dan SNI 3751:2009. Tepung terigu harus
memiliki ukuran standar seperti keadaan bentuk, nau dan warna. Lalu serangga,
kehalusan, kadar air, kadar abu, kadar protein, keasaman dan kandungan besi,
vitamin B1 dan B2, Asam folat, yang terkandung didalam tepung terigu itu.

4. Produk elektronik

29
Setrika listrik telah diberlakukan SNI Wajib, sesuai dengan PerMenperind No.
17/M-IND/PER/2012, perubahan atas peraturan Menteri Perindustrian No. 84/M-
IND/PER/6/2010 tentang pemberlakuan SNI terhadap tiga produk industri
elektronika secara wajib.

Setrika listrik juga harus mengikuti peraturan label dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan PerMendag no. 73/M-DAG/PER/9/2015. Serta ketentuan buku manual
dan kartu garansi dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan PerMendag No. 19/M-
DAG/PER/5/2009.

Kriteia setrika listrik wajib SNI seperti, penandaan, proeksi terhadap jangakauan
ke bagian aktif, masukan daya dan arus, pemanasan, arus bocor, ketahanan
terhadap uap air dan, stabilitas dan bahaya mekanik.

2.4 Syarat Suatu Produk dapat Diberikan Sertifikat ISO dan SNI

Agar suatu produk dapat dilabeli ISO dan SNI, tentunya, produk tersebut
harus memenuhi standar yang dibutuhkan sebagai produk berkualitas tinggi. Disini,
kami memberikan contoh sebuah produk yang harus memenuhi berbagai syarat
agar dapat dilabeli produk bersertifikat ISO, yaitu id card. Sedangkan untuk SNI,
kami memberikan contoh produk yaitu helm.

30
Ciri-Ciri & Ukuran Kartu Sesuai Standar ISO, ATM, Credit Card

Berapa idealnya ukuran standar id card yang sesuai dengan acuan


International Organization for Standards (ISO)? Hal ini memang sepele namun juga
tidak sedikit yang keliru ketika hendak mencetakkan kartu untuk usahanya seperti
kartu id card, kartu member, kartu pelajar, kartu RFID dsb

Menurut badan standarisasi internasional dalam dokumen ISO 7810


(karakteristik fisik id card). Menurut ISO 7810 ada 4 ukuran yaitu:
ID-1 : 85.60 × 53.98 mm (paling banyak untuk id card dan kartu bank)
ID-2 : 105 × 74 mm (id card Jerman)
ID-2 : 125 × 88 mm (paspor dan visa)
ID-4 : 25 × 15 mm (kartu SIM untuk wilayah tertentu)

Lantas berapa ukuran kartu yang berlaku di Indonesia? Sama dengan ukuran
standar atm & kartu kredit sesuai ISO 7810 ID1 = 85.60 x 53.98 m. ada istilah lain
yang juga sering dipakai adalah:

CR-79 memiliki ukuran 3.303? x 2.051? (83.9 mm x 51 mm), umumnya dipakai


untuk kartu proximity.

CR-80 (ukuran ID-1) adalah ukuran standar kartu id card 3.375″ x 2.125″ (85.6 mm
x 54 mm) yang paling banyak dipakai.

CR-90 memiliki ukuran yang lebih besar dari CR-80 yakni 3.63″ x 2.37″ (92 mm
x 60 mm).

CR-100 merupakan ukuran yang paling besar yaitu 3.88″ x 2.63″ (98.5 mm x 67
mm), 42% lebih besar dari CR-80.

Jika ditinjau dari segi ketebalan kartu, minimum ketebalan yang telah
ditentukan oleh standar ISO adalah tebal 30mil atau setara dengan 0,762 mm.

31
Namun kini sudah banyak jasa percetakan kartu yang menggunakan ketebalan lebih
tebal dari ukuran standar yaitu 0,83mm dan 0,96mm.

Selain itu, kartu yang sesuai dengan standar ISO memiliki karakter yang
tidak dimiliki oleh kartu instan lainnya. Yaitu dari segi warna ketajaman lebih solid,
potongan siku kartu tidak tajam & lebih rapi sehingga sangat ramah dengan
berbagai macam tipe id card printer (tidak mudah merusak head printer). Lalu
menggunakan sistem laminasi PRESS OVEN sehingga antara bahan dan laminasi
sangat menyatu beda dengan sistem laminating biasa yang fungsinya hanya untuk
menempelkan saja.

Standar Helm untuk SNI

Merujuk pada Standar Helm SNI 1811:2007, dan amandemennya SNI


1811:2007/Amd:2010, penetapan standar tersebut demi menjamin mutu helm di
pasaran, baik dari sisi konstruksi dan mutunya, demi melindungi kepala. Terkait
syarat mutu, material helm harus memenuhi tiga ketentuan.
1. Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah jika ditempatkan
di ruang terbuka pada suhu 0 derajat Celsius sampai 55 derajat Celsius selama
paling sedikit 4 jam dan tidak terpengaruh oleh radiasi ultra violet, serta harus
tahan dari akibat pengaruh bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih
lainnya.
2. Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak dapat terpengaruh
oleh perubahan suhu.
3. Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh terbuat dari bahan
yang dapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit, dan tidak mengurangi
kekuatan terhadap benturan maupun perubahan fisik sebagai akibat dari
bersentuhan langsung dengan keringat, minyak dan lemak si pemakai.

Konstruksi helm SNI.


Sementara terkait dengan konstruksinya, helm harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.

32
1. Helm harus terdiri dari tempurung keras dengan permukaan halus, lapisan
peredam benturan dan tali pengikat ke dagu.
2. Tinggi helm sekurang-kurangnya 114 mm diukur dari puncak helm ke bidang
utama, yaitu bidang horizontal yang melalui lubang telinga dan bagian bawah
dari dudukan bola mata.
3. Keliling lingkaran bagian dalam helm adalah S (antara 500 mm– 540 mm, M
(540 mm – 580 mm), L (580 mm – 620 mm), XL (lebih dari 620 mm).
4. Tempurung terbuat dari bahan yang keras, sama tebal dan homogen
kemampuannya, tidak menyatu dengan pelindung muka dan mata serta tidak
boleh mempunyai penguatan setempat.
5. Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut yang dipasang pada
permukaan bagian dalam tempurung, dengan tebal sekurang-kurangnya 10 mm
dan jaring helm atau konstruksi lain yang berfungsi seperti jaring helm.
Konstruksi helm half face yang sesuai SNI. Konstruksi helm half face yang
sesuai SNI.(Badan Standardisasi Nasional)
6. Tali pengikat dagu lebarnya minimal 20 mm dan harus benar-benar berfungsi
sebagai pengikat helm ketika dikenakan di kepala dan dilengkapi dengan
penutup telinga dan tengkuk, Konstruksi helm half face yang sesuai SNI.
7. Tempurung tidak boleh ada tonjolan keluar yang tingginya melebihi 5 milimeter
dari permukaan luar tempurung dan setiap tonjolan harus ditutupi dengan bahan
lunak dan tidak boleh ada bagian tepi yang tajam.
8. Lebar sudut pandang sekeliling sekurang-kurangnya 105 derajat pada tiap sisi
dan sudut pandang vertikal sekurang-kurangnya 30 derajat di atas dan 45 derajat
di bawah bidang utama.
9. Helm harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup leher, pet yang bisa
dipindahkan, tameng atau tutup dagu.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam
memproduksikan sesuatu. Standarisasi diperlukan guna memastikan dan menjamin
kualitas atau mutu suatu produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
Organisasi yang mengatur standardisasi secara internasional adalah ISO. ISO
sebagai Standar Internasional adalah pedoman dan alat strategis untuk membantu
perusahaan mengatasi beberapa tantangan yang paling menuntut dari bisnis
modern. Memastikan bahwa operasi bisnis sampai se-efisien mungkin,
meningkatkan produktivitas dan membantu perusahaan mengakses pasar baru.

Di Indonesia sendiri terdapat SNI yang merupakan satu-satunya standar


yang berlaku secara nasional di Indonesia. Dengan adanya standardisasi nasional
maka akan ada acuan tunggal dalam mengukur mutu produk dan atau jasa di dalam
perdagangan, yaitu Standar Nasional Indonesia, sehingga dapat meningkatkan
perlindungan kepada
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik
untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan
hidup.

34
DAFTAR PUSTAKA

http://bsn.go.id/main/berita/berita_det/7008/Infografis---Alur-Proses-
Sertifikasi-SNI-pada-Produk#.WwbIBSBlC00

https://www.caraprofesor.com/mengenal-pengertian-standarisasi/

http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/04/iso-9001-iso-14001-ohsas-18001-
standar.html

http://kartuidcard.com/ciri-ciri-ukuran-kartu-sesuai-standar-iso-atm-credit-
card/

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-standar-nasional-
indonesia.html

https://otomotif.kompas.com/read/2018/02/04/090200615/ini-standar-helm-
sepeda-motor-sesuai-sni

http://ska-skt.co.id/cara-mengurus-sertifikasi-iso/

http://www.safetyshoe.com/tag/pengertian-standar-iso/

https://zahiraccounting.com/id/blog/mengenal-jenis-jenis-standar-iso/

35

Anda mungkin juga menyukai