PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
GMP (Good Manufacturing Practices) merupakan suatu pedoman bagi industri pangan, bagaimana
cara berproduksi pangan yang baik. GMP merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri pangan
dapat memperoleh sertifikat sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) (Susiwi, 2009).
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang
bersifat ocial seperti halnya standar ISO. Oleh karena itu berbagai negara dapat mengembangkan
standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM
(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan.
GMP mempersyaratkan agar dilakukan pembersihan dan sanitasi dengan frekuensi yang memadai
terhadap seluruh permukaan mesin pengolah pangan baik yang berkontak langsung dengan makanan
maupun yang tidak. Mikroba membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu persyaratan
GMP : mengharuskan setiap permukaan yang bersinggungan dengan makanan dan berada dalam kondisi
basah harus dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga mempersyaratkan penggunaan zat kimia
yang cukup dalam dosis yang dianggap aman (Susiwi, 2009).
Cakupan Standar GMP prinsip dasar nya adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan
hanya dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi.
Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. 2015):
1) Disain dan fasilitas
2) Produksi (Pengendalian Operasional)
3) Jaminan
4) Penyimpanan
5) Pengendalian hama
6) Hygiene personil
7) Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan
8) Pengaturan Penanganan limbah
9) Pelatihan
10) Consumer Information (education)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari GMP dan SSOP ?
2. Bagaimana Implementasi GMP dan SSOP pada industri kripik tempe sanan Malang ?
3. Bagaimana Proses pengolahan kripik tempe pada Industri DIAN ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari GMP dan SSOP dalam Industri pangan
2. Mengetahui dan meniinjau implementasi GMP dan SSOP pada Industri kripik tempe sanan
Malang
3. Mengetahui dan meninjau langsung proses pengolahan produksi kripik tempe DIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian GMP
Istilah GMP di dunia industri pangan khususnya di Indonesia sesungguhnya telah diperkenalkan oleh
Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1978 melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
23/MEN.KES /SKJI/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB). Persyaratan
GMP sendiri sebenarnya merupakan regulasi atau peraturan sistem mutu (Quality System Regulation)
yang diumumkan secara resmi dalam Peraturan Pemerintah Federral Amerika Serikat No. 520 (Section
520 of Food, Drug and Cosmetics (FD&C) Act). Peraturan sistm mutu ini termuat dalam Title 21 Part 820
of the Code of Federal Regulation), (21CFR820),tahun 1970 dan telah direvisi tahun 1980. Di Indonesia
GMP ini dikenal dengan istilah Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) yang diwujudkan dalam
Peraturan Pemerintah (Gagan, 2010). Good Manufacturing Practices (GMP) memiliki beberapa
pengertian yang cukup mendasar yaitu :
1. Suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar aman bermutu, dan
layak untuk dikonsumsi.
2. Berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus
dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai bahan
baku sampai produk akhir.
GMP ( Good Manufacturing Practices ) merupakan suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur
dan mekanisme berproses yang tepat untuk menghasilkan out put yang memenuhi stndar dengan tingkat
ketidak sesuaian yang kecil. Good Manufacturing Practices yang dalam bahasa indonesia dapat
diterjemahkan menjadi Cara Produksi yang Baik (CPB) di terapkan oleh industri yang produknya di
konsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang sampai tinggi seperti :
produk obat-obatan, produk makanan, produk kosmetik, produk perlengkapan rumah tangga, dan semua
industri yang terkait dengan produksi produk tersebut (Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
2015). GMP secara luas berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek proses produksi maupun
proses operasi dari personelnya sendiri. Yang diutamakan dari GMP adalah agar tidak terjadi kontaminasi
terhadap produk selama proses produksi hingga informasi produk ke konsumen sehingga produk aman
dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen. Termasuk dalam pengendalian GMP adalah faktor fisik
(bangunan, mesin, peralatan, transportasi, konstruksi pabrik, dll), faktor higienitas dari personel yang
bekerja dan faktor kontrol operasi termasuk pelatihan dan evaluasi GMP.
GMP (Good Manufacturing Practices) merupakan suatu pedoman bagi industri pangan, bagaimana
cara berproduksi pangan yang baik. GMP merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri pangan
dapat memperoleh sertifikat sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) (Susiwi, 2009).
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang
bersifat ocial seperti halnya standar ISO. Oleh karena itu berbagai negara dapat mengembangkan
standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM
(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh
beberapa standar GMP tersebut (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015):
1) Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut dengan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang
baik)
2) Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang
baik)
3) Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB ( Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik)
4) Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat
2.2
produk akhir saja. Itu artinya, penjaminan mutu terhadap produk tidak semata-mata untuk mendapatkan
spesifikasi akhir yang diinginkan, tetapi penjaminan mutu dilakukan dengan cara membuat produk
dengan prosedur tertentu dslam masing-masing kondisi yang sama, kapanpun produk dibuat. Banyak hal
yang dikendalikan dalam GMP, meliputi : pengendalian mutu dari fasilitas dan sistemnya, bahan baku,
keseluruhan tahap produksi, pengujian produk, pemisahan, penyimpanan, dan lain-lain Larsson, G. C. et
al dalam (Hermansyah, 2013). Good Manufacturing Practices lebih berpean dalam proses produksi
karena elemen-elemen dalam GMP merupakan elemen-elemen system produksi yang jika digambarkan
dalam fishbone diagram :
2.3
program Pre-requisite (persyaratan dasar), yang berfungsi melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan
tugas serta kegiatan lain dalam industri pangan. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras
dengan Pre- requisite penerapan HACCP. Pre-requisite merupakan prosedur umum yang berkaitan
dengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi
produksi atau penanganan pangan. Diskripsi dari pre-requisite ini sangat mirip dengan diskripsi GMP
yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan operasi sanitasi dan higiene pangan suatu proses
produksi atau penanganan pangan. Secara umum perbedaan antara GMP dan SSOP (Standard Sanitation
Operating Prosedure) adalah : GMP secara luas terfokus dan pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam
pabriknya sendiri serta operasi personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri
untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi
pangan yang bermutu tinggi aman dan tertib (Winarno, 2002).
Penerapan GMP pada dasarnya semua industri yang terkait dengan makanan, obat-obatan, kosmetik,
pakan ternak wajib menerapkan sejak prabrik didirikan dan proses produksi pertama dilakukan, karena
penerapan GMP merupakan persyaratan dasar bagi industri tersebut beroperasi. Namun karena rata-rata
industri di indonesia bermula dari UKM, yang kemudian berkembang menjadi industri besar dengan
tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali penerapannya di abaikan. Baru setelah ada
tuntutan oleh pelanggan untuk sertikasi GMP atau standar lainnya seperti ISO 22000, HACCP, BRC,
IFS, dan SQF baru GMP tersebut di terapkan (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
2.4
terhadap seluruh permukaan mesin pengolah pangan baik yang berkontak langsung dengan makanan
maupun yang tidak. Mikroba membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu persyaratan
GMP : mengharuskan setiap permukaan yang bersinggungan dengan makanan dan berada dalam kondisi
basah harus dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga mempersyaratkan penggunaan zat kimia
yang cukup dalam dosis yang dianggap aman (Susiwi, 2009).
Cakupan Standar GMP prinsip dasar nya adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan
hanya dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi.
Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. 2015):
11) Disain dan fasilitas
12) Produksi (Pengendalian Operasional)
13) Jaminan
14) Penyimpanan
15) Pengendalian hama
16) Hygiene personil
17) Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan
18) Pengaturan Penanganan limbah
19) Pelatihan
20) Consumer Information (education)
2.4 Manfaat Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam Industri Pangan.
Good Manufacturing Practices (GMP) berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum
dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai
pengolahan dari mulai bahan baku sampai produk akhir. Adanya penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP) dalam industri pangan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan
pemeliharaan maka perusahaan dapat memberikan jaminan produk pangan yang bermutu dan aman
dikonsumsi yang nantinya akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan dan unit
usaha tersebut akan berkembang semakin pesat (Gagah, 2010).
Adapun manfaat dari penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) sebagai berikut (Gagah, 2010):
1. Menjamin kualitas dan keamanan pangan
2. Meningkatkan kepercayaan dalam keamanan produk dan prouksi
dan HACCP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi tradisional yang mendeteksi adanya cacat dan
bahaya dalam suatu produk pangan setelah produk selesai diproses (Gagan, 2010).
GMP menetapkan KRITERIA (istilah umum, persyaratan bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta
control terhadap proses produksi dan proses pengolahan), STNDAR (Spesikasi bahan baku dan
produk, komposisi produk) dan KONDISI (parameter proses pengolahan) untuk menghasilkan produk
mutu yang baik. Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) memfokuskan perhatian
terhadap masalah pengawasan dan pengendalian keamanan pangan melalui identikasi, analisis dan
pemantauan terhadap titik-titikkritis pada keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses
pengolahan yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, 2015).
2.6 Ruang Lingkup GMP
Ruang lingkup GMP mencakup cara-cara produksi yang baik dari sejak, bahan mentah masuk
ke
pabrik
sampai
produk
lainnya
yang
harus
dipenuhi. Berikut ini adalah berbagai hal yang dibahas dalam Cara Produksi Pangan yang Baik (Naim,
2015).
a. Lingkungan Sarana Pengolahan
b. Bangunan dan Fasilitas Pabrik
c. Peralatan Pengolahan
d. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
e. Sistem Pengendalian Hama
f. Higiene Karyawan
g. Pengendalian Proses
h. Manajemen dan Pengawasan
i. Pencatatan dan Dokumentasi
2.7 Strategi Penerapan GMP
Bukan suatu hal yang mudah ketika suatu industri akan menerapkan GMP, sehingga perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya (Sucofindo, 2011):
1) Bangun komitmen pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan. Komitmen merupakan hal
yang paling utama, karena dalam merapkan GMP di butuhkan sumber daya terutama financial
yang cukup besar. Di tambah lagi dengan komitmen karyawan untuk mau melaksanakan standar
GMP secara efektif, karena bisa jadi di perlukan peruabahan pola pikir, dan kebiasaan. Pilih
standar referensi penerapan GMP secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas.
2) Tetapkan indikator-indikator keefektifan penerapan GMP, dan lakukan evaluasi kinerja penerapan
GMP yang digunakan alat untuk peningkatan.
3) Bentuk tim yang solid, dengan penanggung jawab personel yang memiliki jiwa kepemimpinan
serta motivasi yang kuat.
4) Secara terus-menerus lakukan awareness baik untuk manajer, supervisor maupun karyawan
(Sucufindo, 2011).
2.8 Lingkungan Sarana Pengolahan
Pencemaran pada bahan pangan dapat terjadi karena lingkungan yang kotor. Oleh karena itu,
lingkungan di sekitar sarana produksi/ pengolahan harus terawat baik, bersih, dan bebas dari tumbuhnya
tanaman liar. Mengingat lingkungan yang kotor dapat menjadi penyebab pencemaran bahan pangan maka
dari sejak awal pendirian pabrik perlu dipertimbangkan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan
pencemaran tersebut. Untuk menetapkan lokasi pabrik perlu dipertimbangkan keadaan dan kondisi
lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah mempertimbangkan
berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang
diproduksinya (Naim, Afifah dkk. 2015).
2.8.1 Lokasi Pabrik
Pengolahan pangan yang baik dan sehat yaitu berada di lokasi yang bebas dari pencemaran. Pada
saat memilih lokasi pabrik pengolahan pangan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah (Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. 2015):
a. Pabrik pengolahan pangan harus berada jauh dari lokasi industri yang sudah mengalami polusi,
yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran terhadap produk pangan yang dihasilkan.
b. Pabrik pengolahan pangan harus tidak berlokasi di daerah yang mudah tergenang air atau banjir
karena sistem saluran pembuangan airnya tidak berjalan lancar. Lingkungan yang demikian
menjadi tempat berkembangnya hama penyakit seperti serangga, parasit, binatang mengerat,
dan mikroba.
c. Pabrik pengolahan pangan harus jauh dari daerah yang menjadi tempat pembuangan sampah
baik sampah padat maupun sampah cair atau jauh dari daerah penumpukan barang bekas dan
daerah kotor lainnya.
d. Pabrik pengolahan pangan harus jauh dari tempat pemukiman penduduk yang terlalu padat dan
kumuh (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
A. Lingkungan
Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara sebagai berikut
(Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015):
a. Sampah dan bahan buangan pabrik lainnya harus dikumpulkan setiap saat di
tempat
khusus
dan
segera dibuang
atau
didaur
ulang
sehingga
tidak
dan
fasilitas
pengolahan
pangan
harus
dapat
menjaminbahwa
pangan
selama dalam proses produksi tidak tercemar olehbahaya fisik, biologis, dan kimia, serta
mudah dibersihkan dan disanitasi.Bangunan secara umum harus memenuhi hal-hal berikut ini (Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. 2015):
Bangunan dan ruangan sesuai persyaratan teknik dan higiene : jenis produk pangan dan urutan
proses (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
a. Mudah dibersihkan, mudah dilakukan kegiatan sanitasi, mudah dipelihara dan tidak
terjadi kontaminasi silang.
b. Bangunan terdiri dari
ruang
pokok
(proses
produksi),
ruang pelengkap
antara
ruang
bahan
Perdagangan. 2015).
1) Disain dan Konstruksi Pabrik
Ruang proses pengolahan meliputi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015) :
a. Ruang bahan baku dan bahan pembantu,
b. Ruang bahan berbahaya (insektisida, pencuci, desinfektan),
c. Ruang penyiapan bahan (ruang penimbangan, pencucian, pengupasan),
d. Ruang proses (pemasakan, penggorengan, pemanggangan, fermentasi, pencetakan, dll),
e. Ruang pengemasan
f. Ruang penyimpanan produk (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
2) Kontruksi Lantai (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015)
a. Lantai tahan lama, mudah pembuangan air, tidak tergenang, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi.
b. Lantai ruang proses: rapat atau kedap air, tahan terhadap air, garam, asam, basa, atau bahan
kimia lain.
c. Lantai rata, halus, tidak licin, mudah dibersihkan.
d. Ruang pengolahan plus pencucian/pembilasan, lantai
3) Kontruksi Dinding atau Ruang pemisah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015)
a. Dinding tahan lama, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta melindungi produk pangan
dari kontaminasi.
b. Bahan dinding tidak menyerap air (pondasi semen) dan tidak beracun.
c. Permukaan halus, rata, berwarna terang,t ahan lama, tidak mudah
mengelupas,
ruang
pengolahan
yangmenggunakan
atau
menimbulkan uap air, terbuat dari bahan yang tidak menyerap air (langit dilapisi cat tahan
panas bukan kapur) (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
Pintu dari bahan yang tahan lama (kayu, aluminium dll), kuatdan tidak mudah pecah.
Permukaan pintu rata, halus, berwarna terang, mudahdibersihkan.
Pintu diruangan yang basah dilapisi bahan yang tidak menyerap air.
Pintu dapat ditutup dan dibuka dengan baik
Pintu ruang proses membuka keluar, sebaiknya dilengkapi tirai (plastik lembaran).
Pintu ukuran besar untuk kendaraan dilengkapi pintu kecil untuk lalu lintas orang
sehingga
pembuakaan pintu
Perdagangan. 2015).
6) Kontruksi Jendela
a. Bahan tahan lama, tidak mudah pecah atau rusak.
b. Permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan.
c. Jendela tidak terlalu rendah minimal 1 m dari lantai dan tidak terlalu tinggi untuk
memudahkan pembersihan.
d. Jendela dibatasi ukuran dan jumlahnya untuk menghindari pencemaran dari luar.
e. Jendela dilengkapi kasa pencegah serangga yang mudah dibersihkan (Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kuisioner Observasi
Metode penelitian yang digunakan dalam observasi di Industri UKM (Usaha Kecil Menengah)
yang berlokasi di daerah sanan, kota Malang adalah wawancara dan studi pengamatan langsung. Peneliti
yang berjumlah 3 orang mahasiswi melakukan observasi dan meninjau langsung proses pengolahan
industry tempe. Dengan bantuan kuisioner yang berisikan data terkait standar implementasi GMP dan
SSOP , peneliti juga melakukan studi wawancara dengan pemilik industry kripik tempe sanan. Dalam hal,
interpretasi data terkait keberhasilan dan kesesuaian industry dengan standar yang dimiliki peneliti, juga
melakukan analisis menggunakan SPSS analisis deskriptif dengan prosentase ketercapaian terlihat dalam
diagram pie yang terlampir.
A. Implementasi GMP
1. Lokasi
Pernyataan
Lokasi produksi bahan pangan terletak di tempat yang bebas pencemaran
Ya
Lokasi produksi bahan pangan berada di dekat tempat pembuangan sampah akhir
Tidak
2. Bangunan
Pernyataan
Bangunan memenuhi persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis produknya
dan mudah dibersihkan dan dipelihara
Ruangan pokok dan ruangan pelengkap terpisah dengan jelas
Ruangan diatur menurut urutan proses produksi dan lalu lintas pekerja lancar
Kondisi lantai ruangan pokok:
a. Kedap air, tahan terhadap air, garam, basa, asam dan bahan kimia lainnya.
b. Permukaannya rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
c. Kelandaian cukup kea rah saluran pembuangan air (drainase).
d. Pertemuan antara lantai dan dinding tak membentuk sudut mati
Ya
Tidak
Atap ruangan pokok dan pelengkap terbuat dari bahan tahan lama, tahan terhadap air
dan tidak bocor
Langit-langit ruangan terbuat dari bahan yang tidak mudah mengelupas, tak berlubang,
tak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan
Tinggi langit-langit dari lantai lbih dari 3 m, permukaan rata, berwarna terang
Pintu ruangan kuat, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan dan
membuka kea rah luar
Jendela kuat, permukaan rata, halus, mudah dibersihkan dan berwarna terang
Ventilasi dan pengatur suhu ruang cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan
dapat menghilangkan uap, gas, debu, asap dan panas
3. Fasilitas Sanitasi
Pernyataan
Kondisi kebersihan perusahaan di jaga rapid an bersih setiap saat
Ya
Bangunan dilengkapi sarana penyediaan air ( sumber air, perpipaan, tendon air )
Tidak
4. Alat Produksi
Pernyataan
Alat dan perlengkapan produksi makanan berfungsi baik dan memenuhi persyaratan
teknik dan hygiene
Alat dan perlengkapan yang digunakan:
a. Sesua dengan jenis produksi
b. Permukaan yang berhubungan langsung dengan makanan halus, tidak
berlubang, tidak mengelupas dan tidak berkarat
c. Tidak mencemari hasil produksi
d. Mudah dibersihkan
Alat yang digunakan berbahan dasar stainless steel
Ya
Tidak
Ya
Tidak
6. Proses Pengolahan
Pernyataan
Setiap produk dibuat menurut atau memiliki formula dasar yang berisi:
a. Jenis bahan yang digunakan dan persyaratan mutunya
b. Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan
c. Tahapan proses pengolahan
d. Parameter/faktor-faktor proses
e. Jumlah hasil (rendemen) yang diperoleh untuk satu kali proses
f. Uraianlengkapmengenai kemasan yang digunakan
g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir
h. Persyaratan produk lainnya
Ya
Tidak
Ada protocol pembuatan ( dalam bentuk instruksi tertulis ) untuk setiap satuan
pengolahan yang dilengkapi dengan penyebutan nama makanan, tanggal pembuatan
dan nomor kode, tahapan pengolahan dn parameternya dan rendemen
7. Produk Akhir
Pernyataan
Ya
Tidak
Produk akhir memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan dan tidak
merugikan serta aman bagi kesehatan
Sebelum produk akhir diedarkandilakukan pemeriksaan secara:
a. Organoeleptik dan fisika
b. Kimia
c. Biologi/mikrobiologi
8. Laboratorium
Penyataan
Perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan dan produk
akhir di laboratorium
Setiap pemeriksaan mengguanakan protocol/prosedur yang memuat nama produk,
tanggal pembuatan, tanggal pengambilan contoh, jumlah contoh yang diambil, kode
produksi, jenis pemeriksaan yang dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, naman
pemeriksaan dan hal lain yang diperlukan
Perusahaan menggunakan jasa laboratorium terakreditasi di luar perusahaan
Ya
Tidak
9. Karyawan
Pernyataan
Karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan:
a. Dalam keadaan sehat, bebas luka, penyakit kulit, dan hal lain yang
dapatmencemari hasil produksi
b. Secara berkala dilakukan pemeriksaan kesehatan
c. Mengenakan pakaian kerja yang sesuai, termasuk sarung tangan, tutup kepala
dan sepatu
d. Mencuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
e. Selama pekerja tidak makan, minum merokok,meludah atau tindakan lain yang
dapat mengkontaminasi produk
Perusahaan menunjuk dan menetapkan penaggung jawab bidang produksi dan
pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai tugas dan tanggung jawanya
10. Wadah dan Kemasan
Pernyataan
Wadah dan pmbungkus yang digunakan memenuhi syarat:
a. Dapat melindungi dan mempertahankan mutu produk dari pengaruh
luar
b. Menjamin keutuhan dan keaslian produk
c. Dibuat dari bahan yang kuat dan tidak melepaskan bagian/unsurnya,
tahan terhadap perlakuan selama pengolahan pengangkutan dan
peredaran
d. Aman bagi konsumen
Sebelum digunakan wadah dibersihkan, dikenakan tindakan sanitasi, dan
sterilisasi secara aseptik
11. label
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Pernyataan
Ya
Tidak
12. Penyimpanan
Pernyataan
Bahan baku, bahan tambahan dan produk akhir disimpan pada ruangan yang
terpisah, bersih, bebas serangga/hama, ventilasi dan sushu yang sesuai
Bahan baku, bahan tambahan dan produk akhir diberi kode (tanda) jelas
sehingga dapat dibedakan dapat dibedakan antara yang belum dan sudah
diperiksa
Bahan yang lebih dulu diterima, maka diproses lebih dahulu
Produk akhir yang lebih dahulu dibuat, maka diedarkan lebih dahulu
Bahan berbahaya (insektisida, rodentisida, desinfektan, dan lain-lain) disimpan
dalam uangan tersendiri dan diawasi secara ketat
Wadah dan pengemas disimpan ditempat bersih dan terlindung dari
pencemaran
Label disimpan secara baik dan teratur agar terhindar kesalahan penggunaan
Alat dan perlengakpan produksi setelah dibersihkan dikenakan tindakan
sanitasi
Alat dan perlengkapan yang belum digunakan disimpan agar terlindung dari
debu dan pencemaran lain
Ya
Tidak
13. Pemeliharaan
Pernyataan
Bangunan dan bagian-bagiannyan terpelihara, tampak bersih, dan berfungsi
baik
Usaha pencegahan masuknya serangga dan binatang pengganggu (hama)
dilakukan
Pengendalian serangga dan hama dengan menggunakan bahan kimia beracun
Prosedur dan dosis penggunaan bahan kimia beracun berdasarkan peraturan
Ya
Penanganan limbah padat dilakukan dengan dikubur, dibakar atau diolah lanut
Lembah air dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke luar
Limbah gas buangan diatur/diolah agar tidak menganggu kesehatan lingkungan
Tidak
Ya
Tidak
korosi
Perusahaan menggunakan air untuk apa saja : produksi, membersihkan alat dan bahan,
mencuci Tangan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Bersih
Ya
Tidak
Ya
Tidak
lainnya),
b. permukaannya rata, tidak licin dan mudah dibersihkan,
c. cukup kering dan kelandaiannya cukup ke arah saluran pembuangan
air (drainase)
d. pertemuan antara lantai dan dinding melengkung dan kedap air
Pintu masuk ruang produksi dilengkapi dengan air pencuci kaki dan roda
pengangkut
Ventilasi dan pengatur suhu ruang produksi mampu menjamin sirkulasi udara
dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, debu, asap dan panas
Semua bahan kimia berbahaya dan pestisida/insektisida diberi label dengan
jelas
Bahan kimia berbahaya dan pestisida/insektisida ditempatkan terpisah
dengan jelas
Operator yang menangani bahan kimia berbahaya dan pestisida telah terlatih
Ya
Tidak
Ada petunjuk teknis (SOP) pemusnahan bahan kimia berbahaya dan wadah
yang rusak
Identitas pemasok, distributor dan/atau produsen didokumentasikan secara
baik
Ya
Tidak
Ya
Tidak
KUISIONER PENELITIAN
ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
I.
Status Responden
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan Terakhir
: Ibu Yuliati
: Perempuan
: 42 tahun
: SMA
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
kecil:
a. Ya
b. Tidak
Tidak memanjangkan
kuku:
a. Ya
b. Tidak
Bahan makanan disimpan
b. Tidak
Wadah yang digunakan saat menyajikan makanan bersih,tidak berkarat dan tidak bocor:
a. Ya
b. Tidak
b. Tidak
13. Tersedia tempat pengumpulan sampah:
a. Ya
b. Tidak
lokas_pabrik
Valid Percent
Valid
baik
75.0
75.0
Kurang
baik
25.0
100.0
Total
B. Bangunan Pabrik
Missing
100.0
System
bangunan_pabrik
Total
Valid Percent
Valid
Total
Cumulative
Percent
baik
84.2
84.2
kurang
baik
15.8
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
System
100.0
C. Fasilitas Sanitasi
fasilitas_sanitasi
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
Cumulative
Percent
100.0
100.0
Total
D. Alat Produksi
alat_produksi
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
Cumulative
Percent
100.0
100.0
Total
E. Bahan Baku dan Bahan Tambahan
bahanbaku_btm
Valid Percent
Valid
Cumulative
Percent
baik
50.0
50.0
kurang
baik
50.0
100.0
Total
100.0
F. Proses Pengolahan
proses_pengolahan
Valid Percent
Valid
baik
88.9
88.9
kurang
baik
11.1
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
G. Produk Akhir
produk_akhir
Valid Percent
Valid
H.
BAIK
50.0
50.0
kurang Baik
50.0
100.0
Total
I.
Laboratorium
Cumulative
Percent
100.0
Laboratorium
Valid Percent
Valid
Missing
kurang
karyawan
100.0
100.0
baik
Valid Percent
Cumulative
Percent
System
Valid
baik
Total
kurang
baik
Total
Missing
Cumulative
Percent
83.3
83.3
16.7
100.0
100.0
System
Total
J. Karyawan
Valid
baik
20.0
20.0
kurang
baik
80.0
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Label
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
Cumulative
Percent
100.0
100.0
M. Penyimpanan
penyimpanan
Valid Percent
Valid
baik
88.9
88.9
Kurang
baik
11.1
100.0
Total
A. Pemeliharaan
Missing
100.0
System
Total
pemeliharaan
Valid Percent
Valid
Cumulative
Percent
baik
60.0
60.0
kurang
baik
40.0
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
System
Total
100.0
Valid
baik
12.5
12.5
tidak baik
87.5
100.0
Total
Missing
b. Kondisi
Permukaan
Kebersihan
yang
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Valid
baik
60.0
60.0
tidak baik
40.0
100.0
Total
Missing
c. Pencegahan
Kontaminasi Silang
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
pencegahan_kontaminasi_silang
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
Total
100.0
Cumulative
Percent
100.0
e. Perlindungan
Bahan-Bahan
dari
90.9
90.9
9.1
100.0
tidak baik
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Kontaminasi
perlindungan_darikontaminasi
Valid Percent
baik
Valid
f.
tidak baik
Total
Pelabelan,
Cumulative
Percent
91.7
91.7
8.3
100.0
100.0
pelabelan_penyimpananbahantoksik
Valid Percent
Valid
baik
28.6
28.6
tidak baik
71.4
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Valid
baik
33.3
33.3
tidak baik
66.7
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Pengendali_hama
Valid Percent
Valid
baik
71.4
71.4
tidak baik
28.6
100.0
Total
Missing
3.2 Lokasi Industri Observasi
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Industry Kripik Tempe Dhian yang berlokasi di Jl. Sanan III C No. 23 Malang
3.3. Tahapan Observasi Industri
A. Tahap Pertama Observasi
1) Menentukan lokasi yang dapat dan bersedia untuk dilakukan observasi oleh semua
anggota kelompok observasi
2) Menentukan 2 lokasi observasi, diantaranya adalah di industry Kripik Tempe Sanan (3
orang observer), dan Industri Mie (2 orang observer).
3) Melakukan persetujuan atau perizinan dengan pemilik industry
4) Menentukan waktu observasi
5) Berangkat menuju lokasi observasi di industry kripik tempe sanan pada pukul 6.00 WIB
6) Tiba di lokasi industry tempe sanan pada pukul 06.30 WIB
7) Melakukan Wawancara Terstruktur dengan sambutan ramah dan hangat dari kedua belah
pihak (observer dan pemilik industry)
8) Meninjau dan mengamati proses pengolahan kripik tempe yang mulai pada tahap
pembersihan kedelai, dan perebusan kedelai yang berlokasi di rumah pemilik indutri
kripik tempe tersebut.
9) Meninjau dan mengamati proses penggorengan kripik tempe di lokasi (rumah )berbeda,
namun masih kerabat dari pemilik industry (tepatnya di bagian dapur pemilik rumah).
10) Selanjutnya meninjau dan mengamati proses pengemasan produk akhir yaitu kripik
tempe di bagian loby rumah dan juga proses pemberian label produksi kripik tempe
DHIAN
B. Tahap Kedua Observasi
1) Menentukkan perizinan terkait waktu observasi
2) Melakukan observasi tahap 2, yang dilakukan sekitar pukul 12.30 WIB
3) Tiba di lokasi Observasi pada sekitar pukul 12.48 WIB
4) Melakukan observasi dengan metode Wawancara Tidak Terstruktur dan studi
5) pengamatan lingkungan (sanitasi) industry kripik tempe DHIAN.
6) Observer menemukan adanya perbedaan kondisi saat beroperasi dan sesudah beroperasi
(di jam istrirahat) (dalam lampiran gambar/dokumentasi).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum lokasi Industri
Observasi di mulai pada hari senin tanggal 4 April 2016 di industry kripik tempe Dhian yang
berlokasi di Jl. Sanan III C No. 23 Malang. Industri kripik tempe Dhian merupakan home industry yang
berbasis UKM (Usaha Kecil Menengah). Sehingga, hal ini menjadi ketertarikan observer untuk
melakukan observasi dan pengamatan dengan menggunakan metode kuisioner jenis tertutup yang
berisikan standar GMP dan SSOP yang harus dimiliki oleh industry. Dari studi literature kami pada Bab 2
Tinjauan Pustaka menunjukkan bahwa rata-rata industri di Indonesia bermula dari UKM, yang kemudian
berkembang menjadi industri besar dengan tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali
penerapannya di abaikan (Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2015). Industri Kripik Tempe Dhian
merupakan home industry keluarga milik ibu Yuliati yang sudah berdiri sejak 15 tahun. Industri ini
memperkerjakan 9 orang beserta Ibu Yuliati yang ikut membantu proses pengolahan pabrik tempe
tersebut. Perekrutan karyawan dipilih langsung dari saudara atau kerabat Ibu Yuliati dan satu tetangga
dekat rumah. Masing-masing pekerja memiliki tupoksi yang disesuaikan dengan ketrampilan yang
dimiliki.
Pada bagian proses pembersihan kedelai dari kulitnya, kemudian pembersihan kedelai menggunakan
air agar lebih bersih hingga pada proses perebusan kedelai dilakukan oleh 1 karyawati yang merupakan
tetangga rumah Ibu Yuliati. Pada proses tersebut, observer dapat menilai sanitasi dan personal hygiene
yang dilakukan cukup baik, ditandai dengan penampilan secara fisik dari karyawati tersebut ketika
bekerja (baju, kerapian rambut, dan kebersihan badan), kedisiplinan bekerja yang ditandai dengan tidak
makan dan minum ketika bekerja sehingga focus terhadap pekerjaan, serta selalu menjaga kebersihan
hingga selesai proses pengolahan kedelai tersebut yang ditandai pula dengan membersihkan, merapikan
dan memisahkan antara bahan baku yang telah diolah dengan limbah kulit kedelai serta air limbah kedelai
yang di pisahkan dengan wadah yang berbeda-beda dan sesuai peruntukkannya. Namun dalam
penanganan limbah kedelai baik berupa kulit kedelai dan limbah cair dari pembersihan dan perebusan
kedelai setiap harinya selalu diangkut oleh 1 karyawan yang dimanfaatkan untuk tambahan pakan ternak
(Sapi) dan air minum sapi yang lokasinya berjauhan dengan bangunan proses produksi kripik tempe.
Sehingga tidak terdapat limbah yang terbuang ke lingkungan sekitar bangunan industry. Selain itu juga
masing-masing karyawan dan karyawati Ibu Yuliati ramah dan baik kepada kami (observer).
Gambaran lokasi observasi terbagi menjadi dua bangunan rumah yang jaraknya sekitar 100 meter. Di
mulai dari rumah pemilik industry kripik tempe Dhian rumah Ibu Yuliati yang menjadi tempat
pengolahan awal kripik tempe yaitu :
1) Proses pemisahan kulit kedelai dengan menggunakan alat yang terlampir
2) Tahap selanjutnya yaitu proses pembersihan kedelai metode sederhana dengan menggunakan
sumber air sumur tanah,
3) Kemudian kedelai yang telah bersih di rebus dengan menggunakan tangka yang tidak berkarat
dan cukup bersih .
Dilihat dari kondisi tempat (bangunan 1) proses pengolahan, hingga peralatan proses produksi dapat
digolongkan ke dalam sanitasi lingkungan indutri pangan yang baik dan sehat. Dikarenakan lokasi yang
terpisah antara pengolahan bahan baku dan proses produksi produk akhir, sehingga hal ini juga sesuai
dengan kriteria instrument GMP dan SSOP Observer tentang point Penyimpanan di GMP dan Pencegahan
Kontaminasi Silang pada point SSOP. Ditambah lagi, bangunan yang kokoh serta mencegah masuknya
hewan pengganggu serta dilengkapi dengan ventilasi yang sesuai dan fasilitas cuci tangan yang tersedia.
Lantai bangunan yang cukup bersih dan kering dari sisa-sisa proses produksi setelah selesai beroperasi,
dan terdapat ventilasi yang cukup dalam bangunan yang digunakan untuk proses pembersihan, dan
perebusan kedelai. Namun dalam proses pengolahan kedelai tersebut menyisakan bau kedelai dalam
ruangan tersebut. Selain itu ruangan tersebut juga digunakan untuk proses fermentasi kedelai.
Pada bangunan yang kedua (2) letaknya tidak jauh dari bangunan milik Ibu Yuliati, observer meninjau
ke bagian dapur yang merupakan tempat proses pemotongan tempe (dicetak berbentuk bulat), pemberian
adonan kripik tempe, hingga proses penggorangan. Pada studi pengamatan tersebut, observer melihat
kondisi dinding yang berwarna hitam dikarenakan limbah gas yang dihasilkan sewaktu menggoreng,
kemudian lantai yang cukup bersih dan kering terutama dibagian dekat dengan kompor lantai dilapisi
dengan kertas koran. Pada proses pengolahan tersebut Ibu Yuliati memperkerjakan 4 karyawan dan
karyawati dengan tugas yang berbeda masing-masing pekerja, 2 orang karyawati bertugas dalam
pemberian adonan kripik temped an penggorangan kripik tempe, dan 2 orang karyawan yang bertugas
memotong dan mencetak tempe dalam bentuk bulat dan memanjang. Dari segi personal hygiene ke 4
karyawan dan karyawati tersebut tergolong cukup baik, ditandai dengan penampilan secara fisik yang
bersih baik baju, clemek yang digunakan pada karyawati, dan kerapian rambut baik karyawan dan
karyawati tersebut. Dari segi peralatan yang digunakan pun sanitasinya cukup bersih, ditandai pula pada
wajan ataupun wadah yang digunakan selama proses pengolahan kripik tempe tidak berkarat atau
menghitam serta selalu dibersihkan dan dirapikan ke tempat yang disediakan peralatan tersebut saat
setelah beroperasi. Pada bagian loby banguna 2 yaitu dilakukan proses produksi yang terakhir diantaranya
adalah pengemasan kripik tempe dan pelabelan. Pada proses pengemasan kripik tempe, observer
mengamati kurangnya kesesuaian wadah yang digunakan untuk mengemas produk akhir tersebut bila
dikaitkan dengan instrument GMP dan SSOP. Hal ini ditandai dengan wadah yang berupa plastic tersebut
kurang bisa menahan goncangan dan bahkan panas yang nantinya dapat mempengaruhi kualitas dari
produk kripik tempe tersebut. Selain itu, juga tidak adanya perlakuan khusus yang diberikan pada proses
pengemasan produk guna menjaga mutu kripik tempe dari gangguan luar (suhu, bakteri, dan goncangan).
Pada proses pelabelan, label yang digunakan berisikan nama merk yang dicantumkan dengan warna
merah DIAN, alamat produksi, dan terdapat pula komposisi dari produk yang sesuai dengan proses
yang telah diamati oleh observer, dicantumkannya kode expired dimulai dari produksi tanggal 4 Maret
dan 6 Maret 2016 dengan tanggal expired yang sama yaitu pada bulan 8 tahun 2016. Belum
tercantumkannya kode BPOM RI serta Netto dari produk kripik tempe tersebut. Menurut hasil wawancara
kami dengan Ibu Yuliati bahwa produksi kripik tempe yang dilakukan setiap harinya sehingga tidak
terdapat proses penyimpanan bahan baku dapat menghasilkan produk akhir kripik tempe 200 bungkus per
harinya yang didistribusikan di toko milik sendiri, daerah oro-oro dowo, dan wilayah singosari.
Valid
baik
75.0
75.0
Kurang
baik
25.0
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Lokasi produksi tempe tidak terletak di tempat bebas pencemaran, berada di lingkungan
yang padat penduduknya, berada di dekat jalan raya, serta lokasi produksi tidak berada di dekat
tempat sampah. Sehingga dari kriteria tersebut dapat disimpulkan jika lokasi pabrik masuk dalam
kriteria baik dengan persentase 75%.
B. Bangunan Pabrik
bangunan_pabrik
Valid Percent
Valid
baik
84.2
84.2
kurang
baik
15.8
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Tempe dan kripik tempe dibuat dalam dua tempat yang berbeda/ dua rumah yang berbeda
namun masih dalam lingkup bertetangga. Rumah yang digunakan untuk pembuatan tempe sudah
terdapat sekat yang memisahkan antara tempat pencucian kedelai, pemisahan dengan kulit,
pemasakan kedelai, dan perendaman kedelai dengan tempat yang digunakan untuk peragian serta
pencetakan tempe. Terdapat sekat berupa tembok. Ventilasi cukup menerangi ruangan serta
cukup untuk pertukaran udara. Lantai ruangan terbuat dari bahan yang kedap air namun
posisinya tidak landai ke arah saluran pembungan air karena memang tidak ada limbah yang
dihasilkan. Air bekas pencucian kedelai serta kelupasan kulit kedelai dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Bangunan penggrengan tempe yang berada di rumah yang berbeda juga sudah
cukup baik dengan dinding yang kokoh serta ventilasi yang cukup. Sehingga berdasarkan
persyaratan bangunan, persentase bangunan pabrik yang sekitar 84% dapat dikatakan baik.
C. Fasilitas Sanitasi
fasilitas_sanitasi
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Total
Fasilitas sanitasi berupa penyediaan sumber air bersih, sarana pembuangan, fasilitas cuci
tangan, serta fasilitas toilet sudah cukup bagus. Walaupun tidak terdapat westafle, pencucian
tangan dilakukan dengan air mengalir dari kran dan dengan sabun. Jumlah dari fasilitas sanitasi
yang disediakan sudah mencukupi jumlah karyawan pabrik, karena lokasi produksi di rumah
sendiri maka tersedia toilet yang dijaga kebersihannya. Ketersediaan tempat sampah serta saluran
pembuangan limbah sudah sesuai. Karena limbah yang dihasilkan tidak dibuang langsung dan
untuk makan ternak. Sehingga persentase untuk fasilitas kesehatan sebesar 100% dengan kriteria
baik.
D. Alat Produksi
alat_produksi
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Total
Alat yang digunakan untuk produksi tempe terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan,
kegunaan alat yang ada juga sudah sesuai dengan fungsinya. Kebersihan alat juga
diperhatikan sehingga bahan yang terdapat pada alat tidak mencemari hasil produksi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa alat produksi sesuai ketentuan dengan kriteria baik.
E. Bahan Baku dan Bahan Tambahan
bahanbaku_btm
Valid Percent
Valid
Cumulative
Percent
baik
50.0
50.0
kurang
baik
50.0
100.0
Total
100.0
Bahan baku produksi berupa kedelai diperoleh dari koperasi terdekat yang letaknya di
seberang jalan raya dan dekat dengan pabrik. Standar mengenai bahan baku sudah sesuai
persyaratan keamanan. Untuk bahan tambahannya dapat dibeli di toko sembako yang
terletak di sebelah rumah yang digunakan untuk penggorengan kripik tempe. Akan tetapi
untuk pemeriksaan secara fisika, kimia, dan biologi terkait bahan baku dan bahan
tambahan tidak dilakukan. Sehingga presentase untuk poin bahan baku dan bahan
tambahan ini setara, dengan kriteria baik 50%.
F. Proses Pengolahan
proses_pengolahan
Valid Percent
Valid
baik
88.9
88.9
kurang
baik
11.1
100.0
Total
Missing
Cumulative
Percent
100.0
System
Total
Pada saat proses pengolahan, bahan baku diolah dalam sekali proses yaitu sekitar jam 7 pagi
sampai jam 10 siang untuk proses pencucian kedelai, pengelupasan kulit, sampai perendaman
dan penirisan kedelai. Untuk sore harinya dilakukan peragian serta pencetakan tempe, setelah
salah satu alat produksi ada yang nganggur maka dilanjutkan lagi proses dari awal produksi
dan begitu terus berkelanjutan. Terdapat dua bentuk cetakan tempe, tempe yang berbentuk
kotak dijual mentahan sedangkan tempe yang dibentuk seperti tabung/ bulat khusus untuk
keripik tempe. Keripik tempe yang sudah jadi dibungkus dengan plastik tebal dan diberi
pelabelannama produk, jenis rasa kripik, tanggal kadaluarsa, serta alamat lengkap tempat
produksi. Akan tetapi tidak disebutkan mengenai persentase AKG produk. Sehingga poin
proses pengolahan produk bernilai 88% dengan kriteria baik
G. Produk Akhir
produk_akhir
Valid Percent
Valid
Cumulative
Percent
baik
50.0
50.0
kurang Baik
50.0
100.0
Total
100.0
Produk yang dihasilkan dari proses produksi berupa tempe mentahan dan kripik tempe.
Produksi tempe ini sudah berjalan selama 15 tahun dan hasil prduksinya juga sudah
dipasarkan dalam wilayah yang cukup luas, sehingga untuk terjaminnya mutu sudah
aman. Apalagi dalam kemasan produk sudah terdaftar dalam P-IRT (Pangan-Industri
Rumah Tangga) juga.akan tetapi sejauh ini untuk pemeriksaan terkait fisika, kimia dan
biologi/mokrobiologi produk akhir tidak dilakukan. Sehingga persentase antara poin baik
dan kurang baik dalam produk akhir ini sebesar 50%.
H. Laboratorium
Laboratorium
Valid Percent
Valid
kurang
baik
Missing
System
100.0
Cumulative
Percent
100.0
Total
Valid
baik
83.3
83.3
kurang
baik
16.7
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Karyawan yang bekerja di lokasi produksi kripik tempe dalam keadaan sehat dan tidak
terluka. Kebersihan diri pekerja sangat diperhatikan mulai dari sanitasi tangan dan badan
pekerja. Pekerja juga menggunakan celemek saat menggoreng tempe. Pekerja juga tidak
melakukan kegiatan seperti meludah, merokok, dan makan yang dapat mengkontaminasi
produk. Akan tetapi untuk pemakaian sarung tangan, tutup kepala, dan sepatu tidak
dilakukan. Sehingga poin sanitasi karyawan masuk kriteria baik dengan persentase 83%.
J. Wadah dan Kemasan
Wadah_kemasan
Valid Percent
Valid
baik
20.0
20.0
kurang
baik
80.0
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Kemasan/ wadah yang digunakan tidak mampu melindungi produk dari pengaruh luar,
tidak dapat menjamin keutuhan dan keaslian produk serta tidak tahan terhadap perlakuan
selama pengolahan, karena wadah terbuat dari plastik yang kemungkinan pada saat
pengangkutan produk dapat terjadi hal yang dapat merusak kemasan akibat gesekan
sehingga kemasan berlubang dan bisa terkontaminasi dengan udara. Wadah juga tidak
dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengemas produk. Sehingga
persentase untuk poin kemasan sebesar 80% dengan kategori kurang baik.
K. Label
Label
Valid Percent
Valid
baik
Missing
System
Cumulative
Percent
100.0
100.0
Untuk pelabelan makanan sudah sesuai ketentuan dengan kombinasi ukuran serta warna
yang membedakan produk tersebut dengan produk lainnya. Persentase poin pelabelan
sebesar 100% dengan kriteria baik.
L. Penyimpanan
penyimpanan
Valid Percent
Valid
baik
88.9
88.9
Kurang
baik
11.1
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Dilakukan penyimpanan terhadap bahan baku maupun bahan tambahan untuk produksi.
Selain itu produk yang terlebih dahulu selesai diproses juga harus terlebih dahulu
diedarkan. Bahan-bahan yang megandung obat memang terletak di ruangan yang berbeda
dari ruangan untuk produksi namun tidak diawasi secara ketat. Semua alat dan
perlengkapan yang digunakan sebagai proses produksi juga disimpan dengan baik dan
dikenakan tindakan sanitasi seperti upaya membersihkan produk. Sehingga poin
penyimpanan peralatan produksi maupun hasil produksi masuk dalam kriteria baik
dengan persentase 88%.
M. Pemeliharaan
pemeliharaan
Valid Percent
Valid
baik
60.0
60.0
kurang
baik
40.0
100.0
Total
Missing
Total
Cumulative
Percent
System
100.0
Bagunan produksi yang digunakan memang terlibat bersh dan berfungsi dengan baik.
Keperluan sarana pengendalian terhadap hama tidak terlalu diperhatikan, hanya terdapat
bahan kimia pengendali hama akan tetapi untuk aturan penggunaan yang disesuaikan
dengan prosedur penggunaan dan peraturan dosis. Limbah pencucian kedelai tidak
dialirkan melalui saluran pembuangan karena memang limbahnya ditampung dalam bak,
menunggu untuk diambil tetangga sebagai pakan sapi. proses penampungan air limbah
tersebutlah yang menyebabkan bau kurang sedap pada ruangan pencucian. Akan tetapi
untuk pemeliharaan dan kebersihan alat produksi sudah baik. Sehingga pemeliharaan alat
produksi sudah tergolong baik dengan persentase 60%.
Bab V
KESIMPULAN
GMP (Good Manufacturing Practices) ini dikenal dengan istilah Cara Produksi Makanan
yang Baik (CPMB) yang diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah (Gagan, 2010), yakni suatu
pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar aman bermutu, dan layak
untuk dikonsumsi. Menurut Dinas Perdagangan dan Perindustrian tahun 2015, GMP merupakan
suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk
menghasilkan out put yang memenuhi stndar dengan tingkat ketidak sesuaian yang kecil.
Prinsip dasar dari GMP adalah bahwa mutu dibangun di dalam produk, dan tidak hanya
diuji pada produk akhir saja. Itu artinya, penjaminan mutu terhadap produk tidak semata-mata
untuk mendapatkan spesifikasi akhir yang diinginkan, tetapi penjaminan mutu dilakukan dengan
cara membuat produk dengan prosedur tertentu dslam masing-masing kondisi yang sama,
kapanpun produk dibuat (Larsson, G. C. et al dalam Hermansyah, 2013).
Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan Pre- requisite (persyaratan
dasar) penerapan HACCP, yakni untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau
penanganan pangan. Kaitan GMP dengan SSOP adalah GMP secara luas terfokus dan pada aspek
operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta operasi personil. Sedang SSOP
merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan atau
sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi pangan yang bermutu tinggi
aman dan tertib (Winarno, 2002).
Penerapan GMP di pabrik produksi kripik tempe sudah memenuhi persyaratan
berdasarkan poin-poin GMP dalam instrumen yang diteliti. Walaupun ada beberapa poin yang
kriterianya kurang baik seperti pengujian produk di laboratorium serta wadah produk. Selain itu
persentase seimbang juga dialami pada pion produk akhir serta pada bahan baku dan bahan
tambahan. Sedangkan untuk poin SSOP banyak yang belum sesuai.