Karya Kompos
Bagas Mojokerto : Pengendalian Mutu, HACCP, GMP dan
ISO
Disusun Oleh :
Mia Wulandari
Nur Diana Septi
1233010010
1233010021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses produksi pengalengan jamur kancing.
2. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian mutu, penerapan HACCP dan
Sistem GMP pada PT. Karya Kompos Bagas.
1.3 MANFAAT
1. Untuk memahami proses produksi pengalengan jamur kancing.
2. Untuk memahami sistem pengendalian mutu, penerapan HACCP dan
Sistem GMP pada PT. Karya Kompos Bagas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Jamur
Jamur Champignon merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil
dan termasuk dalam kategori jamur yang membentuk tubuh buah yang
berdaging. Tubuh buah berbentuk payung yang mempunyai akar semu atau
rhizoid, tangkai, tudung, dan kadang-kadang disertai cincin dan cawan
(Sinaga, 1990). Jamur Champignon yang dalam bahasa Indonesia disebut
jamur kancing. Jika ditinjau dari kandungan gizinya, jamur ini mengandungg
protein dan karbohidrat cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis jamur
lainnya. (Juantara, 2001). Berikut adalah komposisi zat gizi per 100 gram
yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi zat gizi per 100 gram
Kandungan
Air
90.4
Protein
2.7
Karbohidrat
4.4
Lemak
0.3
Vitamin C
0.003
Sumber : Considine (1982)
Tabel 2. Persyaratan mutu Jamur kancing dalam kaleng atau botol sesuai SNI
01-2741-1992
produk
dari
pemasaran,
rekayasa,
pembuatan
dan
produksi
hingga
pemasaran,
sehingga
penyimpangan-
bahan
tambahan
industri
harus
2.3 HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan suatu sistem
untuk mengidentifikasi bahaya dan menetapkan sistem pengendaliannya.
Sistem HACCP diarahkan pada tindakan pencegahan dan tidak bergantung
pada pengujian produk akhir (Fardiaz, 1996). Menurut Winarno (2002),
HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada
kesadaran atau penghayatan bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada
berbagai titik atau tahapan produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan
pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut.
Sistem HACCP dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap
kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi terhadap bahaya dan identifikasi titik pengawasan
01-4852-1998
yang
diadopsi
berdasarkan
Codex
Alimentarius
Melakukan
suatu
analisis
bahaya
dengan
mengidentifikasi
dan
ketentuan;
Melakukan tindakan korektif dan atau pencegahan yang diperlukan.
Program HACCP ini harus mencakup prosedur tindakan korektif dan atau
preventif untuk menghindari ketidaksesuaian terhadap ketentuan serta
analisis; dan
Melakukan verifikasi terhadap efektivitas penerapan program HACCP
secara berkala untuk melihat apakah sistem efektif sesuai dengan
rencana awal dan jika memungkinkan dapat dimodifikasi untuk mencapai
tujuan.
ruang
pengolahan,
ruang
penyimpanan,
peralatan
pencucian
dan
pembersihan
serta
pengolahan
dan
kotor, jorok, tidak disiplin dan tidak dapat bekerja dengan baik bisa
menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap produk. Karena itulah
perlu adanya standard sanitasi dan higien pada karyawan.
a. Kesehatan Karyawan
Karyawan yang bekerja harus dalam kondisi sehat dan prima serta tidak
sakit atau membawa penyakit. Karyawan yang sakit sebaiknya tidak
diperkenankan
untuk
bekerja
atau
diistirahatkan
karena
dapat
atau
batuk.
Selama
mengolah
pangan
karyawan
tidak
Cakupan
Referensi normatif
Definisi-definisi
Komitmen manajemen
Realisasi produk
Pengukuran, analisis, dan pengembangan
Standar-standar ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987,
penerapan
ISO
9001
bagi
industri
adalah
1)
2. ISO 14001:2004
ISO 14001 merupakan sistem manajemen lingkungan yang
keberadaannya membantu suatu organisasi dalam meminimalisasi
pengaruh buruk operasi terhadap lingkungan (perubahan yang merugikan
pada udara, air, dan tanah), dengan mematuhi peraturan, hukum yang
berlaku, persyaratan lain yang berorientasi lingkungan, serta perbaikan
yang berkelanjutan (Anonim, 2007).
ISO menyadari akan kebutuhan sistem manajemen lingkungan,
sehingga sama seperti ISO 9001 didasari oleh BS 5750, ISO 14001
tumbuh dari BS 7750. ISO 14001 dipublikasikan pada tahun 1996.
Standar sistem manajemen ini mengalami revisi yang dipublikasikan pada
seimbang
dengan
kebutuhan
sosial-ekonomi
(International
Topik
Environmental management systems
Specification with
techniques
Environmental assessment of sites and
organizations
Environmental
labels
and
labelling
2000)
Environmental performance evaluation
DD ISO / TR
Guidelines
Examples
14032 : 2000
ISO 14040 : 1997
performance evaluation
Environmental management
of
cycle assessment
environmental
Life
Life
analysis
Environmental
management
Life
Life
cycle assessment
ISO 14043 : 2000
Impact assessment
Environmental management
cycle assessment
DD ISO / TS
Interpretation
Life cycle assessment
14048 : 2002
PD ISO / TR 14049
documentation format
Examples of application of ISO 14041
: 2002
Vocabulary
Guidelines
for
quality
environmental management
systems auditing
Sumber : Edwards (2004)
Data
and/or
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengawasan Mutu
Mutu dapat didefinisikan sebagai faktor yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil yang menyebabkan barang tersebut sesuai dengan tujuan
untuk apa barang itu dibutuhkan. Sedangkan pengawasan mutu adalah suatu
usaha untuk mempertahankan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Di PT. Karya Kompas Bagas
pengawasan mutu yang dilakukan meliputi:
1. Pengawasan mutu bahan terdiri dari
a. Pengawasan mutu bahan baku
b. Pengawasan mutu bahan pembantu
c. Pengawasan mutu kaleng dan gelas
2. Pengawasan mutu selama proses
3. Pengawasan mutu produk akhir
Pengawasan Mutu
Pengendalian Mutu
Bahan baku :
Jamur
Kancing
Kondisi jamur
Bahan
Pembantu :
Kadar klorin
kebersihan
-Air
-Garam
-Vitamin C
-Asam sitrat
dan
mushroom),
pencucian,
blanching,
grading,
sortasi
akhir/inspeksi,
(SOS)
Ukuran oversize atau undersize
Jamur sudah mekar atau terbuka
2. Penimbangan
Jamur yang telah diterima langsung ditimbang dan penimbangan
dilakukan tiap 5 keranjang. Penimbangan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui total produksi jamur dalam satu hari dan juga untuk
mengontrol
selisih
antara
hasil
peimbangan
petani
dan
hasil
secepat
mungkin
dengan
tujuan
untuk
maksimal
jam
untuk menghindari
pertumbuhan
bakteri,
10. Pencucian IV
Merupakan proses pencucian jamur yang terakhir dalam bentuk utuh
maupun irisan sebelum dilakukan pengirisan ke dalam kemasan. Alat
yang digunakan disebut under water shaker yang berupa bak yang
dilengkapi dengan ayakan bergoyang.pencucian ini bertujuan untuk
membersihkan Mite (hewan kecil yang berbentuk heksapoda yang
terdapat pada jamur) dan menghilangkan serpihan piringan jamur yang
mempengaruhi keseragaman bentuk produk dalam kemasan.
11. Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang terbawa oleh jamur
kancing pada saat pencucian dan untuk menentukan bobot isi (filling
weight). Penirisan ini sangat penting karena adanya air yang terikut dapat
mempengaruhi hasil penimbangan. Di PT Karya Kompo Bagas penirisan
dilakukan dengan alat stone trope (perangkap benda yang beratnya lebih
berat dari jamur) kemudian ke dewatering shaker yang membawa irisan
jamur ke alat automatic filler machine, yaitu ayakan bergetar yang pada
bagian dasarnya berlubang lubang untuk mengeluarkan air. Akibatnya
getaran dari mesin tersebut menyebabkan air menetes dan membawa
jamur bergerak perlahan lahan hingga akhirnya jamur jatuh ke meja
pengisian. Penirisan dilakukan 2 menit.
12. Pengisian
Pengisian jamur kedalam kemasan dilakukan setelah jamur ditiriskan dan
kemasan setelah disemprot dengan air. Pengisian dilakukan dengan
menggunakan alat pengisi semi automatis (automatic filler machine) yang
dilengkapi alat agigator. Agigator tersebut berfungsi untuk mengatur
pengisian jamur agar sesuai denan standart. Jamur yang jatuh pada
agigator akan mengalir melalui saluran yang berisi air (cannal flume).
Pada cannal flume terdapat alat perangkap benda asing (stone trap) yang
berfungsi untuk memisahkan benda asing apabila ada yang terikaut
dengan jamur. Setelah jamur melewati cannal flume maka jamur akan
kembali lagi ke conveyor dewater. Untuk menghindari adanya kelebihan
pengisian, maka dilakukan pengecekan dengan jalan penimbangan,
penimbangan dilakukan secara manual dengan alat bantu timbangan.
13. Pemberian larutan (Brinning)
Brinning adalah pengisian larutan brine yang dilakukan saat sebelum
masuk pada exhauster melalui pipa pengisi. Prinsip pengisian adalah
mengisikan larutan brine pada kemasan hingga penuh. Larutan brine
diisikan dalam keadaan panas, hal ini disebabkan untuk membantu
terbentuknya ruang hampa dan untuk mencapai temperature awal yang
diperlukan. Sedangkan pemberian brine dimaksudkan untuk memberi cita
rasa, membantu penetrasi panas dan mencegah warna gelap pada jamur
saat sterilisasi.
14. Penghampaan udara (Exhausting)
Exhausting adalah perlakuan pemanasan terhadap bahan dengan
menggunakan uap panas, dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari
dilakukan
dengan
pemanasan
pada
exhauster
box.
Pengepaka
n
Penimbangan
Pelabelan
Pencucian Awal
Penyimpanan
sementara
Pencucian I, II,
III
Pendinginan sampai
suhu 38-45C, 15 menit
Blanching
Suhu 80-90C, 10-15
menit
Sterilisasi
Pendinginan
Penutupan
Grading
Exhausting
Suhu 80-95C, 6-8 menit
3.3 HACCP
Sortasi
Pengisian larutan
(brinning)
Pengirisan
Pencucian
IV
Penirisa
n
Pengisian
Pengiriman
terhadap
bahaya
dan
identifikasi
titik
pengawasan
serta
Penimbangan
HAZARD (BAHAYA )
TINGKAT
CP/CCP
KRITERIA KONTROL
Mobil
pengangkut
harus
terjaga
kebersihannya
Ukuran jamur harus
sesuai
dan.
tidak
rusak/cacat
Kondisi
mobil
pengangkut
dijaga
kebersihannya
Periksa secara visual
sesuai dengan kriteria
kontrol
Berat
isi
sesuai
dengan
standar
penimbangan
Air bersih
Kadar klorin 1-2.5 ppm
Resample
Penggantian
pencucian
kriteria
air
sesuai
Penggantian
pencucian
kriteria
air
sesuai
Suhu
dan
disesuaikan
waktu
Penambahan
larutan
Pencucian
Awal
Kotoran,
tanah
sisa
kompos, benda asing
Serangga (mite)
CP
Pencucian
I,II,III
CP
Air bersih
Kadar klorin 5-10 ppm
CCP
Suhu 80-90C
Waktu 10-12 menit
Over
CP
Blanching
Pendinginan
cooking,
TINDAKAN JIKA
KRITERIA TIDAK
TERPENUHI
Dibersihkan kembali,
Reject atau ditolak
rekontaminasi mikroba
Kadar
klorin
air
pendingin 1-2.5 ppm
Grading
Ukuran jamur
seragam
belum
CP
Sortasi
CP
Pengirisan
Keseragaman
ukuran
jamur yang diiris
Kontaminasi dari alat
(pisau slicer)
CP
Pencucian IV
Penirisan
kaporit
Pengecekan kembali
Pengecekan kembali
Reject
Pengecekan kembali
Stel ulang alat
Penggantian
pencucian
kriteria
air
sesuai
Pengisian
Pengisian brine
CP
Exhausting
CCP
Penutupan
CCP
CCP
Sterilisasi
Pendinginan
CCP
Pengecekan kembali
Reject
Re-exhaust
Perbaikan
seamer
holding, reject
Pastikan
prosedur
sterilisasi
berjalan
sesuai kriteria yang ada
Reject
Pastikan
prosedur
pendinginan
sesuai
kriteria kontrol, periksa
Reject
Penggantian
air
pendingin yang sesuai
Penyimpanan
sementara
Kaleng penyok
CP
Pelabelan
Label
tidak
sesuai
kriteria atau label salah,
rusak
CP
pengepakan
kriteria
Pelabelan kembali
Pengepakan kembali
Reject
3.4 GMP
GMP merupakan pedoman cara memproduksi pangan agar pangan
yang dihasilkan diproduksi dengan cara yang telah memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk pangan yang
diinginkan dan sesuai dengan tuntutan konsumen. (Thaheer 2005) GMP
dibagi menjadi beberapa sub bagian, masing-masing memiliki kebutuhan
yang terperinci dan berhubungan dengan kegiatan pada fasilitas pemrosesan
pangan. Sub bagian GMP tersebut adalah personil, bangunan, distribusi dan
pengukuran cacat produk (Katsuyama dan Jantschke, 1999). Berikut adalah
Tabel Penerapan GMP pada PT.Karya Kompos Bagas :
Tabel 6. Penerapan GMP di PT. Karya Kompos Bagas
NO
1
SASARAN GMP
Bahan baku
KONDISI DI LAPANGAN
Pencucian berulang-ulang terhadap jamur champignon
Bangunan
Ruangan produksi
Lingkungan pabrik
selesai proses.
Pada pintu masuk ruang produksi diberi plastik, tempat
kubangan air dan tempat cuci tangan dengan tujuan
untuk mencegah kontaminasi dari luar danmasuknya
serangga. Pertukaran udara berjalan dengan baik
karena jumlah ventilasi cukup.
Setiap bulan dilakukan penyemprotan dengan
insektisida. Bahan kimia yang digunakan adalah sabun,
Pekerja
Air
3.5 ISO
PT Karya Kompos Bagas telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dan ISO
14001:2004. Hal ini membuktikan bahwa sistem manajemen mutu dan
sistem
manajemen
lingkungan
telah
diakui
secara
Internasional.
Keuntungan yang diperoleh oleh PT. Karya Kompos Bagas dari adanya
penerapan ISO 9001 ini adalah 1) meningkatkan kepercayaan dan
kepuasan konsumen melalui jaminan mutu yang terorganisir dengan baik
dan sistematis. 2) mendapat citra baik dan mampu bersaing. 3) mencegah
audit manajemen mutu ganda oleh konsumen. 4) setelah terdaftar pada
badan internasional, industri dapat membidik target perdagangan baru. 5)
meningkatkan kesadaran mutu organisasi.
Sertifikat ISO 14001 merupakan sistem manajemen lingkungan yang
keberadaannya
membantu
suatu
organisasi
dalam
meminimalisasi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
sitrat.
Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dilakukan
untuk mengantisipasi terhadap bahaya dan identifikasi titik pengawasan
serta mengutamakan tindakan pencegahan di setiap tahap operasional.
Penerapan HACCP pada proses pengalengan jamur kancing meliputi
Penerimaan jamur segar (CP), Penimbangan (CP), Pencucian Awal (CP),
Pencucian I,II,III (CP), Blanching (CCP), Pendinginan (CP), Grading (CP),
Sortasi (CP), Pengirisan (CP), Pencucian IV (CP), Penirisan (CP),
Pengisian (CP), Pengisian brine (CP), Exhausting (CCP), Penutupan
(CCP), Sterilisasi (CCP), Pendinginan (CCP), Penyimpanan sementara
merupakan
pedoman
cara
PT Karya Kompos Bagas telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dan ISO
14001:2004. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan ini memiliki sistem
manajemen mutu yang baik dan sistem manajemen lingkungan yang
telah diakui secara Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2007.
Food
Safety
Management
System
ISO
22000.
2007.
The
ISO
22000
International
Standard
Specifies.
&
GIZI
IPB
dengan
Kantor
Meneteri
Negara
Urusan