PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mutu memegang peranan penting dalam produk produk pangan. Mutu
biasanya berupa karakteristik fisik maupun karakteristik fisiologi. Konsumen
biasanya cenderung untuk menilai atribut yang dimiliki oleh suatu produk
misalnya sifat yang baik, menarik dan lebih disukai oleh konsumen.
Pengendalian mutu merupakan masalah yang sangat penting didalam
industri pangan dan perlu mendapatkan perhatian khusus dalam program
keamanan pangan. Pengendalian mutu dilakukan agar segala aspek produksi
yang dapat mempengaruhi kualitas produk dapat dikendalikan. Aspek aspek
yang harus dikendalikan meliputi pengendalian selama proses produksi
berlangsung, aspek bahan baku, maupun pengolahan.
Pengendalian mutu dalam industri makanan dapat mencegah terjadinya
kasus penyakit yang disebabkan keracunan. Bahaya spesifik yang timbul pada
rantai produksi makanan dapat diidentifikasi sedini mungkin sehingga dapat
dilakukan pencegahan dan pengendalian.
PT. Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu perusahaan
penghasil roti dengan merk dagang sari roti terbesar di Indonesia. Bahan baku
pembuatan roti di perusahaan tersebut ialah tepung terigu, yang disupplai oleh
PT. ISM Bogasari Flour Mill.
1.2. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT)
Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard
Analysis and Critical Control Points, HACCP) didefinisikan sebagai suatu
pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk mengidentifikasi, menilai,
dan mengendalikan bahaya. Pada awalnya, prinsip HACCP dibuat untuk
keamanan bahaya pangan, namun sistem ini akhirnya dapat diaplikasikan
lebih luas dan mencakup industri lainnya. Prinsip Sistem HACCP terdiri dari
tujuh, yaitu:
1. Melakukan analisis bahaya
2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP)
3. Menentukan batas kritis
4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP
5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan
adanya CCP yang tidak berada di bawah kontrol
6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem
HACCP bekerja secara efektif
7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang
berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya.
2.2. GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICES)
Good Manufacturing Practies (GMP) atau cara produksi makanan yang
baik (CPMB) merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan
tujuan agar produsen memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah
ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bermutu sesuai dengan
tuntutan konsumen. Jadi GMP merupakan program penunjang keberhasilan
dalam implementasi HACCP sehingga produk pangan yang dihasilkan benarbenar bermutu dan sesuai dengan tuntutan konsumen, tidak hanya didalam
akan tetapi juga di luar negeri.
Secara umum, peraturan GMP terdiri dari desain dan kontruksi higienes
untuk pengolahan produk makanan, desain dan konstruksi higienes untuk
peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan, pembersihan dan
desinfeksi peralatan, pemilihan bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan
dan higienitas pekerja, serta dokumentasi yang tepat.
2.3. ISO (INTERNATONAL STANDARD ORGANIZATION)
Internatonal Standard Organization (ISO) adalah suatu asosiasi global
yang terdiri dari badan-badan standardisasi nasional yang beranggotakan
tidak kurang dari 140 negara. ISO merupakan suatu organisasi di luar
pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun
1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi
dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu
perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan
kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan
ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan
internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.
Jenis-jenis ISO antara lain sebagai berikut :
1. ISO 9001
ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu dan merupakan
persyaratan sistem manajemen yang paling populer di dunia. ISO 9001
telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi yang paling akhir adalah
ISO 9001:2008. Salah satu ciri penerapan ISO 9001 adalah diterapkannya
pendekatan proses. Pendekatan proses ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas system manajemen mutu. Pendekatan ini mensyaratkan
organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan
melakukan peningkatan berkesinambungan (continual improvement).
2. ISO 14001
pelanggannya,
sehingga harus
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PENERAPAN SISTEM HACCP PADA PROSES PEMBUATAN TEPUNG TERIGU DI PT. ISM BOGASARI FLOUR
MILLS SURABAYA
Proses
Kriteria
Identifikasi bahaya
Pengendalian
Bahan baku
datang
(gandum)
CP
- Fisik :
Adanya benda-benda asing yang berukuran lebih besar
dari biji gandum, contohnya seperti batang, ranting,
kayu, dan benda-benda lain yang kemungkinan terikut
di kapal pada saat pemanenan gandum.
CP
- Biologi :
Adanya serangan hama.
- Fisik :
Terjadi kenaikan kadar air pada gandum.
First cleaning
CCP
- Dilakukan
proses
pre-cleaning,
yaitu
mengangkut gandum dengan bucket elevator
menuju drum separator untuk memisahkan biji
gandum dari benda-benda asing tersebut.
- Gandum dan material yang lolos masuk ke raw
wheat bin, sedangkan material yang berukuran
besar akan ditampung dalam suatu sack.
- Silo dibersihkan dan di-fogging sebelum biji
gandum disimpan di dalamnya.
- Dilakukan pengecekan kadar air dan kadar
protein gandum.
- Dilakukan re-sirkulasi terhadap biji gandum yang
telah disimpan selama tiga bulan.
- Dilakukan pembersihan cemaran logam dengan
alat magnetic separator. Cemaran logam yang
menempel pada magnetic separator dibersihkan
setiap 4 jam.
- Fisik :
Adanya cemaran logam.
Adanya impurities yang ukurannya lebih besar
daripada gandum (biji jagung, biji kedelai, barley,
First
dampening
CP
Second
dampening
CP
Second
cleaning
CCP
Milling process
CP
- Fisik :
Adanya biji gandum yang belum tergiling sampai
halus.
Sifting process
CP
- Fisik :
Adanya kulit gandum yang terikut pada tepung serta
tepung yang masih kasar.
- Fisik :
Packing
CCP
CP
- Fisik :
Timbulnya kutu dan serangga pada saat penyimpanan
Terjadi kerusakan dan penggumpalan pada tepung
3.2. PENERAPAN GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICES) PADA TEPUNG TERIGU DI PT ISM. BOGASARI
FLOUR MILLS SURABAYA
ASPEK
INDIKATOR
Ruangan
KETIDAKSEDUAIAN
Sudut lantai bangunan bagian dalam masih berbentuk siku
padahal standar yang ditetapkan sudut lantai harus dibuat
melengkung agar mudah dibersihkan, desain langit-langit
masih belum optimal untuk mencegah penumpukan debu.
Sirkulasi
Udara
Fasilitas
Sanitasi
Mesin
Peralatan
Pemeliharaan
Bangunan Sarana
Kerja
Perlengkapan
Kerja Karyawan
Kebersihan
Pekerja
Bangunan dan
fasilitas
Kesehatan dan
kebersihan karyawan
ALTERNATIF
Perbaikan seperti sudut lantai
bangunan bagian dalam dibuat
melengkung, langit-langit
didesain dengan baik untuk
mencegah penumpukan debu,
perlu peningkatan dalam hal
penerangan.
Sirkulasi udara harus mencegah
akumulasi debu dan delingkapi
dengan kain kasa pencegah
serangga, seperti tikus dan
sebagainya,
Disediakan tempat untuk mencuci
tangan yang dilengkapi sabun dan
pengering di ruang produksi.
Tempat sampah harus dirancang
dan ditempatkan pada tempat
terpisah untuk mencegah
kontaminasi.
Dibuatkan screening untuk
mencegah serangga/hewan-hewan
yang bisa mencegah kontaminasi
Kondisi sarung tangan harus
selalu dijaga kebersihannya.
Adanya penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran
Kehalalan
Sikap Kerja
Karyawan
Fasilitas Fisik
Peralatan
Keterangan :
Foreign Material : material lain selain gandum (jagung, kedelai, batu,
rumput)
Shrunken dan Broken Kernel : biji gandum yag kisut atau tidak utuh
Damage
Kernel
biji
gandum
yang
rusak
akibat
cuaca,
mikroorganisme, insecta
d) Moisture (Kadar Air)
Berfungsi untuk mengukur kadar air pada gandum yang
berpengaruh pada proses dan penyimpanan gandum. Periode
penyimpanan gandum pada kadar air tinggi menyebabkan gandum
mudah diserang mikroorganisme dan serangga. Alat yang dipakai
untuk mengukur kadar air adalah moisture tester.
e) Ash Content (Kadar Abu)
Berfungsi untuk mengetahui kadar mineral dalam gandum yang
dipegaruhi oleh faktor genetik, faktor musim, dan keadaan mineral
tanah. Penyebaran mineral yang tidak rata dalam gandum dapat
mempengaruhi ekstraksi dan kualitas penggilingan.
f) Protein Content (Kadar Protein)
Berfungsi untuk mengetahui kadar protein yang ada dalam
gandum. Kadar protein dapat mempengaruhi perbedaan pemakaian
untuk produk akhir. Kadar protein germ dan bran lebih besar daripada
endosperm.
2. Pengendalian mutu penyimpanan bahan baku
Pengendalian mutu selama penyimpanan gandum dalam silo
dilakukan dengan cara memeriksa secara rutin ada tidaknya koyi yang
berterbangan disetiap tutup bagian atas silo dan menjaga silo tetap dalam
keadaan tertutup. Pengendalian mutu juga dilakukan dengan cara
mengontrol pengisian jumlah gandum yg masuk ke dalam silo, yaitu
maksimal diberikan jarak 1 meter dari tutup silo. Hal ini bertujuan untuk
memberikan ruang udara pada silo sehingga gandum dapat mengalami
sirkulasi, apabila terjadi penyimpanan gandum hampir 3 bulan pada silo
maka diadakan resirkulasi dengan cara memindahkan gandum ke silo lain.
Silo yang kosong harus dibersihkan dulu, sebelum gandum dikembalikan
agar terhindar dari penggumpalan, pembusukan dan kontaminasi bahan.
sehingga
dapat
dengan
mudah
diketahui
adanya
adalah 14%. Apabila kadar air dalam tepung tinggi, maka daya
simpannya pendek karena adanya mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembangbiak. Mikroba yang menyebabkan kerusakan biasanya
adalah jenis kapang (Aspergillus). Penetapan kadar air dilakukan
melalui
pemanasan
dengan
suhu 1350C
selama
35
menit
Cakra Kembar
13 14
Segitiga Biru
max 11
Lencana Merah
10 12,5
9,5 11,5
Payung
3. Ash
Kadar abu dari tepung terigu menentukan mineral organik dalam
tepung terigu, bran, pollard, serta meningkatkan efisiensi dari proses
penggilingan. Kadar abu mempengaruhi kualitas penggilingan,
ekstraksi tepung, banyaknya aleuron cell dan bran dalam tepung
terigu. Kadar abu dalam tepung terigu maksimal 0,6%. Penetapan
kadar abu dilakukan melalui pengabuan 6500C selama 5 jam.
4. Falling Number
Falling Number merupakan pengujian aktivitas enzim amilase. Apabila falling number tinggi, maka aktivitas enzim amilase-nya menurun, sebaliknya jika falling number rendah maka
aktivitas enzim enzim -amilase meningkat. Falling number dalam
tepung terigu minimal 250. Dalam aplikasi pembuatan roti, aktivitas
-amilase tinggi menyebabkan sticky bread, sebaliknya aktivitas -
mie,
aktivitas
-amilase
rendah
mempengaruhi
perenggangan
(extention)
dengan
meniup
adonan.
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
karakteristik
minimal
sedangkan pemasangan
di ruang pengemasan
bertujuan
4. Peralatan Produksi
Alumunium
Aluminium saat ini banyak digunakan karena mempunyai sifat,
ringan, warna putih keabuan, pengantar panas yang baik, tidak
beracun, tak tahan terhadap soda, chlor, asam, bila lembab lekas
bersenyawa dengan zat asam. 19 Masakan yang dimasak dengan
menggunakan alat dari aluminium harus segera dituang agar masakan
tidak berubah baik rasa maupun warnanya, misalnya masakan sayur
asam, acar, masakan telur. Bila masakan ini dibiarkan diataspanel
aluminium maka masakan akan berubah menjadi biru atau kebiruan.
Selain digunakan untuk peralatan dapur aluminium juga banyak
digunakan untuk perkakas, peralatan interior dan eksterior pada kereta
dan peralatan lain. Anoda aluminium akan meminimumkan oksida yang
menghitamkan segala sesuatu/ makanan yang menempel.
b)
Stainless Steel
Stainess Steel banyak disukai oleh konsumen. Meskipun harganya
yang mahal, namun pemeliharaannya cukup mudah.
3.6.
HACCP PADA PROSES PEMBUATAN ROTI TAWAR di PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, Tbk
Analisis
HACCP
Proses
Hazard
Kriteria Kontrol
Persiapan bahan
baku dan bahan
pembantu
CP
Pencampuran
Adonan kurang
homogen.
CP
Penimbangan
CP
Pembulatan
CP
Periiksa permukaan
adonan.
Fermentasi awal
CP
Pastikan volume
pengembangan adonan.
Pengepresan
CP
Tindakan Jika
Kriteria Tidak
Tercapai
Reject
Penyiapan
ulang
Reject
Check lama
pengadukan
Reject
Check lama
pengadukan
Pembuatan
ulang
Reject
Terlalu kecil :
reject
Terlalu besar :
reject
Pengepresan
ulang
Reject
Pencetakan
CP
Fermentasi
lanjutan
Pemanggangan
CCP
Pendinginan
CP
Pengupasan
Rekontaminasi alat,
ruangan, dan pekerja.
Rekontaminasi alat,
ruangan, dan pekerja.
CP
CP
Pemotongan
Sortasi
CP
CP
Suhu : 2000C
Waktu : 35 menit
Kematangan roti
Kecepatan pengupasan
sesuai krtieria kontrol.
Kecepatan pemotongan
sesuai kriteria kontrol.
Pastikan tidak ada benda
asing dan logam pada
produk roti.
Reject
RH, suhu, dan
lama
fermentasi
disesuaikan.
Volume
pengmbangan
harus
diperhatikan.
Reject.
Waktu dan
suhu
disesuaikan.
Over backing :
reject.
Waktu dan cara
pendinginan
disesuaikan.
Kurang dingin :
reject.
Reject
Reject
Reject
Pengemasan
Rekontaminasi dari
alat, ruang, pekerja,
serta pengemas.
CP
Sanitasi ulang
Reject
Penulisan
kode produksi
Pelabelan
ulang
dengan
plastik
putih,
agar
adonan
tetap
terjaga
kebersihannya.
d. Pemotongan adonan dengan berat 50g agar besar ukuranya seragam.
Jarak penataan roti dalam loyang kurang lebih 4 cm agar adonan tidak
lengket satu sama lain dan bentuknya bagus saat mengembang.
e. mengontrol berjalannya proses pengovenan apakah api oven tetap
menyala atau tidak pada waktu 15 menit dengan suhu 200C.
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir
Agar mendapatkan produk akhir dengan kualitas yang baik maka
perlu dilakukan Sortasi terhadap produk akhir. Sortasi merupakan salah
satu cara dalam menjaga kualitas produk sehingga dapat dihasilkan
kualitas baik yang dapat disukai konsumen. Tujuan dari tahap sortasi untuk
ISO
PT. Nippon Indosari Corpindo mendapatkan sertifikat ISO 22000 yang
merupakan suatu standar tentang persyaratan sistem manajemen keamanan
pangan, dimana setiap jenis roti yang akan diproduksi harus dibuatkan
rencana proses dan pengendaliannya. Sertifikat ini mengalami pembaharuan
setiap 3 tahun sekali dengan setiap periode tertentu dilakukan audit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Hasil pembahasan pada makalah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:
4.2
a.
b.
Saran
Hasil pembahasan pada makalah ini dapat ditarik saran yaitu:
a.