Anda di halaman 1dari 14

Makalah Retort

Ekstraksi Metalurgi dan Pemurnian Logam

Oleh :

Marco Dendy Rizaldy T. 06161041

Maria Lena Sinambela 06161043

Nicolas Mandela M. 06161055

Septian Windarta 06161069

Teknik Material dan Metalurgi


Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat, kasih, serta karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah berjudul “Retort” ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekstraksi Metalurgi dan Pemurnian Loga, serta
untuk menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari sebagai manusia, bahwa masih ada keterbatasan ilmu
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami menerima
saran dan kritik yang membangun, demi kelanjutan proses pembelajaran kami
selanjutnya. Kami berharap, makalah ini dapat diterima dengan baik dan
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami
mengucapkan terima kasih.

Balikpapan, 2 April 2019

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk pangan pada umumnya merupakan bahan biologi kompleks yang


tersusun oleh aneka macam bahan baku dan bahan tambahan. Komponen-
komponen penyusunnya dapat berinteraksi satu sama lain, baik selama
pengolahan maupun penyimpanan. Laju reaksi dari interaksi antarkomponen
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain suhu, kelembaban, cahaya,
oksigen, kondisi kebersihan, serta kondisi dan tata cara penanganan produk
pangan tersebut. Penurunan mutu produk pangan erat kaitannya dengan tingkat
kerusakan baik kerusakan (bio)kimia, kerusakan fisik, maupun kerusakan
(mikro)biologi. Kerusakan produk pangan dapat diperlambat melalui teknik
pasca-panen yang tepat sehingga dapat disimpan lebih lama.

Berbagai usaha untuk memperpanjang umur simpan telah dikembangkan


secara spesifik disesuaikan dengan karakteristik produk. Salah satu teknik
pascapanen yang utama adalah melalui pengemasan. Produk low acid foods
(pangan berasam rendah) merupakan produk pangan dengan kategori tingkat
potensi bahaya tertinggi (Potential Hazardous Food) jika disimpan dalam waktu
lama. Oleh sebab itu umumnya usaha memperpanjang umur simpan pangan ber-
asam rendah adalah dengan dikalengkan. Pada proses 2 pengalengan, produk
dikemas secara hermetis, kemudian diberi panas dengan suhu tinggi dengan
tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen dan pembusuk. Pengemasan
dengan Retort Pouch merupakan pengembangan dari industri pengemasan
khususnya pengalengan, dengan berbagai modifikasi pada proses maupun
peralatan yang digunakan.

i
1.2 Rumusan Masalah

Rumusuan masalah pada makalah ini yaitu :

1. Bagaimana mengetahui prinsip kerja mesin retort?

2. Bagaimana kualitas produk mesin retort?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan mesin retort?

1.3 Tujuan

Tujuan pada makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui prinsip kerja mesin retort

2. Untuk mengetahui kualitas produk mesin retort

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mesin retort

i
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Retort

Alat produksi arang dengan menggunakan tungku secara umum dibedakan


menjadi dua yaitu tipe kiln dan tipe retort. Contoh implementasi dari tahap
pirolisis primer adalah karbonisasi atau pengarangan dengan menggunakan alat
pengarangan seperti retort dan kiln.

Alat dengan prinsip pemanasan pada proses pirolisis yang berasal dari luar
sistem atau berasal dari pembakaran sebagian dari produk pirolisis, seperti gas dan
tar disebut retort. Sedangkan alat dengan prinsip pemanasan pada proses pirolisis
yang berasal dari dalam sistem atau dengan pembakaran sebagian dari bahan baku
(umpan) yang akan diarangkan disebut kiln,Prinsip kerja retort menurut FAO
2008 disajikan pada Gambar 2.1. Sedangkan prinsip kerja retort menurut Pro
Natura International, Green- Charcoal, December 2004 dalam FAO (2008)
disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.1 Prinsip retort untuk pengarangan (FAO 2008)

i
Gambar 2.2 Continous rotary retort (Pro Natura International 2004)

Retort adalah alat yang di gunakan untuk menstrilkan bahan pangan yang
sudah di kalengkan. Sterilisasi adalah proses termal yang di lakukan pada suhu
tinggi >100 derjat cecius,dengan tujuan utamnnya memusnahkan spora patogenn
dan pembusuk, suatu produk di katakan steril apabila tidak ada mikroba yang
dapat tumbuh pada produk tersebut.

2.2 Prinsip Kerja


Prisip kerja pada retort ini adalah elemen pemanas pada retort untuk
memanaskan air dan membentuk uap panas, uap panas ini yang di gunakan untuk
mengeluarkan udara yang ada ala retort,sehingga ada tekanan uap murni. Uap
panas murni tersebut di gunakan untuk memanaskan segala sesuatu yang ada pada
wadah tersebut. Jumlah panas yang di perlukan untuk sterilisasi yang memadai
tergantung beberapa faktor antara lain ukuran dari pada kaleng maupun pipa dan
ph bahan.
Pada kondisi penyimpanan renik tahan proses sterilisasi, tetap tidak mampu
berkembang baik pada suhu penyimpanan norma yang di tetapkan untuk makanan
tersebut. Sterilisasi komersial yang memiliki dua tipe yaitu sterilisasi dalam
kemasan (in batch sterization),dimana bahan dan kemasan di steril kan bersama

i
sama. Lalu kemudian ada tipe antiseptik (in flow serikization ),dimana bahan dan
kemasan di di strilkan secara terpisah.
Pasteurisasi sebagaimana halanya blanching adalah proses termal yang
dilakukan pada suhu kurang dari 100 derajat celcius. Waktu yang di perlukan
untuk strektrilisasi tergantung pada tinggi suhu. Tujuan utama dari proses termal
adalah pasteurisasi dan untuk menginaktifkan sel sel vegetatif dan mikroba
phatogen. Alat yang melakukan pasteurisasi adalah pasteurizer yang mrmiliki
prinsip sebagai bahan berupa cairan dialirkan ke heat exchanger sehingga terjadi
perpindahan panas.
Panas melalui plate di pindah kan dari air pemanas ke bahan. Air pemanass
yang berasal dari tangki air yang di panas kan heat excharger. Lama proses
pemanasan pada produk terjadi selama produk mengalir dalam holding tube.
Pengaturan aliran dilakukan menggunakan air panas yang di alirkan secara
terputus (batch) dengan sistem suhu rendah dan waktu yang lama(low temperature
long time, atau dengan menggunakan aliran air panas yang kontinyu dengan
sistem suhu tinggi dan waktu yangg singkat ( hinght temperature shotr time).
Apabila retort masih memiliki kantong kantong udara di dalamnya, maka
efisiensi pemanasan akan berkurang dan suhu yang terjadi di dalam setiap
sebagian retotr tidak merata yang pada akhirnya berakibat pada tidak
terpenuhinnya kecukupan panas yang dialami oleh bahan pangan selama proses
sterilisasi. Dalam hal ini proses venting serta waktu yang tercapinya come up time
sangat penting diperhatikan. Dengan prosedur venting yang benar maka dapat di
jamin bahwa retort benar benar telah terisi uap jenuhh secara merata memiliki
suhu pemanasan yang sama pada setiap bagian di dalam retort.
Terjadi distribusi panas yang merata karena di pengaruhi juga oleh faktor
faktor antara lain volume uap jenuh yang telah di suplai, kondisi bagian penyebar
uap (steam spreader),serta kondisi peralatan dan perpipaa lainnya telah di retort.

2.3 Perlengkapan pada Retort


2.3.1 Dinding Retort
Berupa dimensi fisik dan jumlah krat yang di gunakan dalam setiap kali
proses, untuk retort vertikal perlu di perhatikan adannya centering dan plat plat

i
bafles, bahan yang di gunakan juga untuk retotr adalah bahan plat baja dengan
ketebalan minimal ¼ inch. Beserta denga pintu retort yang terbuat dari plat baja
besi cor yang di lengkapi kunci sebagai pengamanan.

2.3.2 Suplai Uap dan Jalur Pipa Uap Utama Menuju Retort
Ukuran pipa, ukuran dan tipe katup, pengatur atau pengurang tekanan dan
seluruh sambungan pipa, termasuk pada pipa pipa uap by pass. Kemudian steam
header pipa yang cukup besar untuk mensuplai uap air kesemua retortyang sedang
beroperasi. Ketidak cukupan uap air di tunjukkan dengan tidak terpenuhinnya
persyaratan venting, perlu waktu lama untu mencapai suhu proses dan fluktasi
suhu retort pada saat venting. Kemuadian pada steam inlet masuk ke dalam retort
melalui bagian atass bagian bawah retort di lengkapi dengan klep control uap air.

2.3.3 Kontrol Uap


Suhu atau tekanan yang berlangsung berupa elemen suhu pengatiur suhu
dengan jenis dan lokasinnya. Steam controller berguna untuk menjaga suhu retort
yang sedang beroperasi. Ketidak cukupan uap air di tunjukkan dengan tidak
terpenuhinya persyaratan venting, perlu waktu lama untuk mencapai suhu proses
dan fluktasi suhu retort pada saat venting. Kemudian pada steam inlet.

2.3.4 Sistem Udara


Untuk di kontrol suhu dan tekanan yang berlangsung, elemen pengatur
suhu eruoa jenis dan lokasinnya,beserta tipenya.

2.3.5 Perpipaan
Penyebar uap (steam spreder), bentuk ukuran, lokasi dan konfigurasi:
jumlah ukuran dan lokasi lubang lubang di dalam pipa, ukuran sambungan pipa
dengan yang lainnya. Pada pipa retort horizontal yang harus di lengkapi dengan
steam spreader yang terbentang sepanjang retort, miliki lubang lubang yang
membentuk sudut pancaran 90 derajat dan memiliki lubang 1 ½ sampai 2 kali luas
penampang steam inlet yang paling kecil di bagi dengan luas penampang lubang.

i
Vens : yang merupakan lokasi dan ukuran pipa juga tipe dan ukuran katup katup
nya. Vens yang berfungsi untuk mengeluar kan udara dalam retort sebelum proses
di mulai (venting time). Di pasang bersebrangan dengan steam inlet yang di
kontrol dengan gate valve yang harus di buka penuh selama venting.
- Lubang kecil yang retort yang di gunakan untuk sirkulasi uap air
mengeluarkan sedikit uap air udara dari retort serta untuk mengamati
alirann uap air.
- Dameter lubang minimal 1/8 inch, terbuka dan terus mengeluarkan uap air
selama come up time process time.
- Retort horizontal perlu minimal 2 bieeder pada kedua ujung retort bagian
atas bleeder tambahnnya yang di letakkan di tengak retort.

2.4 Pencapain Suhu Retort ( come uo time/CUT )


Setelah proses venting suhu retort di naikkan mencapai suhu proses. Selama
aliran uapo panas terbuka dan sasluran venting tertutup, maka retort akan
meningkat suhunya. Rekorder suhu akan mulai naik sampai mencapai suhu
proses. Peningkatan suhu ini di lakukan sampai mencapi suhu dan tekanan yang di
ingin kan. Waktu total sejak awal venting sampai tercapai suhu retort disebut
dengan come up time (CUT).
CUT adalah waktu yang di perlukan untuk menaikkan suhu retirt sampai
mencapai suhu proses yang di kehendaki, dengan demikian CUT dihitung dari
mulai saat pertama pipa uap di buka sampai akhirnya retort mencapai suhu retort.
Dari pengalaman empiris,diketahui dengan bahwa hanya hanya 40% daru CUT
mempunyai efel letal yang singnifikan bagi tercapainya sterilisasi. CUT yang
biasanya di mulai dari 0 hingga 0,5-0,6 menit tergantung pada penjadwalan proses
pemanasan yang di rancang oleh seorang ahli pengolahan.

2.5 Proses Setrilisasi (temperatur dan tekanan dipertahankan konstan)


Selama proses sterilisasi ini, usahakan keadaan suhu dan tekanan tetap dalam
keadaan konstan sesuai dengan ketentuan (±116°C) dan tekanan yang diinginkan
(0.8 kg/cm2). Sedangkan lamaya proses sterilisasi tergantung pada jenis ikan dan

i
kaleng yang digunakan. Waktu sterilisasi berbagai jenis kaleng sebagaimana
disajikan pada tabel.

2.6 Cooling (pendinginan).


Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya over coocking pada
produk yang dikalengkan. Pendinginan dilakukan dalam retort selama 30 menit
dengan suhu 40°C. Medium yang digunakan untuk proses pendinginan ini adalah
air yang mengalir. Pada retort yang vertikal, setelah penurunan suhu mencapai
100°C maka tekanan pada pressure gauge menunjukkan angka 0 kg/cm2. Hal-hal
yang perlu diperhatikan selama proses pendinginan adalah: a) Usahakan
membuka kran air secara perlahan-lahan, sehingga air dapat masuk ke dalam
retort sedikit demi sedikit; b) Lakukan pendinginan selama kurang lebih 30
menit hingga diperoleh suhu sekitar 40°C.

2.7 Cara Kerja pada Retort


Langkah persiapan;

1. Sebelum produk dimasukkan dalam retort, yakinkan bahwa retort dalam


keadaan bersih dan bebas dari karat.
2. Retort dipanaskan dengan uap dengan tujuan untuk mengurangi tekanan
dari dalam.
3. Masukkan keranjang yang telah berisi produk. Produk di dalam keranjang
harus dalam keadaan tersusun rapi.
4. Sebelum retort ditutup, terlebih dahulu periksa keadaan lapisan karet pada
bagian tutup sehingga pada waktu operasi berlangsung tidak terjadi
kebocoran melalui tutup.
5. Tutup retort yang akan dioperasikan sampai rapat.
6. Sebelum kita membuka keran uap panas, terlebih dahulu periksa keadaan
peralatan retort baik katup-katupnya maupun peralatan yang lain. Yakinkan
bahwa semua alat-alat kontrol berfungsi dengan baik.
7. Retort siap dioperasikan

i
Langkah pengoperasian;

1. Yakinkan bahwa keran pada pipa-pipa untuk pemasukan air tertutup rapat
sedangkan keran pipa pembuangan air dan pembuangan uap dalam keadaan
terbuka.
2. Buka keran pemasukan uap kira-kira ¾-nya sampai suhu mencapai 100°C,
tujuannya agar dihasilkan uap murni dan udara yang ada di dalam retort
dapat keluar. Kegiatan ini disebut venting.
3. Setelah diperoleh uap jenuh (uap murni) keran pembuangan ditutup dan
keran pemasukan uap diperkecil kira-kira ¼-nya. Besarnya bukaan keran
pembuangan dan keran pemasukan uap murni dapat disesuaikan dengan
kebutuhan saat sterilisasi dilakukan.
4. Perhatikan keadaan alat pembaca tekanan (pressure gauge) dan
thermometer sampai mencapai suhu yang diinginkan (±116°C) dan tekanan
yang diinginkan (0.8 kg/cm2).
5. Apabila suhu dan tekanan yang diinginkan telah dicapai, maka suhu dan
tekanan tersebut dipertahankan sesuai dengan waktu proses yang telah
ditentukan. Waktu proses dihitung sejak suhu dan tekanan yang diinginkan
dicapai sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu dan
tekanan tersebut (come up time/CUT) tidak dihitung sebagai waktu proses
demikian juga halnya dengan waktu pendinginan (cooling).
6. Selama proses sterilisasi berlangsung, usahakan jangan sampai terjadi
fluktuasi suhu dan tekanan.
7. Untuk menjaga keseimbangan dari suhu dan tekanan pada retort tersebut,
caranya dengan mengatur besar kecilnya keran pemasukan uap dan
mengatur keran pembuangan uap pada bagian atas.
8. Setelah selesai waktu proses maka kita lakukan pendinginan yaitu dengan
cara menutup keran pemasukan uap dan membuka keran pemasukan air
secara perlahan-lahan.
2.7.1 Proses Retort pada Natrium Nitrat
Proses retort menggunakan bahan baku natrium nitrat (96% ) dan asam
sulfat (93%). Di dalam reaktor terjadi reaksi eksotermis antara natrium nitrat dan
asam sulfat.

i
Reaksi yang terjadi :
NaNO3 + H2SO4 HNO3 + NaHSO4

Suhu operasi antara 150-200oC selama 12 jam . Selama waktu proses


asam nitrat mengalami dekomposisi karena panas reaksi yang terjadi maka
untuk mengurangi dekomposisi suhu reaktor harus dijaga. Asam nitrat
menguap pada suhu 110-130oC, kemudian dilewatkan condesor partial. Hasil
gas dan embunan dipisahkan dengan separator, cairan asam nitrat hasil
konsentrasinya 96-9 9%.

Gas yang tidak terembunkan berkisar antara 10 -12% dari asam nitrat
keluar reaktor. Gas yan g tidak terembunkan diserap oleh air dalam absorber.
Hasil cairan absorber menghasilkan asam nitrat dengan kadar 60-70%. Hasil
samping reaktor berupa campuran NaHSO4 dan zat yang tidak bereaksi disebut
nitercake. Nitercake dapat digunakan pada industri baja dan juga dapat sebagai
bahan baku asam klorida bila direaksikan dengan garam natrium klorida. (Kirk
& Othmer, 1 983).

i
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut :
1. Prisip kerja pada retort ini adalah elemen pemanas pada retort untuk
memanaskan air dan membentuk uap panas, uap panas ini yang di gunakan
untuk mengeluarkan udara yang ada ala retort,sehingga ada tekanan uap
murni.
2. Retort adalah alat yang di gunakan untuk menstrilkan bahan pangan yang
sudah di kalengkan. Sterilisasi adalah proses termal yang di lakukan pada
suhu tinggi >100 derjat cecius,dengan tujuan utamnnya memusnahkan
spora patogenn dan pembusuk, suatu produk di katakan steril apabila tidak
ada mikroba yang dapat tumbuh pada produk tersebut.
3. Jumlah panas yang di perlukan untuk sterilisasi yang memadai tergantung
beberapa faktor antara lain ukuran dari pada kaleng maupun pipa dan ph
bahan. Pada kondisi penyimpanan renik tahan proses sterilisasi, tetap tidak
mampu berkembang baik pada suhu penyimpanan norma yang di tetapkan
untuk makanan tersebut. Dan terjadi distribusi panas yang merata

3.2 Saran
Saran pada makalah ini adalah semoga alat reaktor retort ini dapat
dikembangkan lagi menjadi reaktor yang lebih modern dan baik dalam hal
efisiensi dan kegunaan kedepannya.

i
Daftar pustaka
https://www.scribd.com/doc/224237998/Telly-Retort

ahmandun,dkk. 2013. “ pemanasan buras dalam kemasan retort pouch seagai


alternatif produk pangan darurat “. Bogor; Jawa

https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/18/pengoperasian-retort-pada-
pengalengan-ikan/

Anda mungkin juga menyukai