Disusun oleh :
Kelompok 9 / AP2
PROGRAM DIPLOMA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan alat indera dari masing-masing
mahasiswa dan melatih setiap mahasiswa melakukan tugasnya sebagai kelompok penyaji atau
sebagai kelompok panelis. Selain itu untuk memperkenalkan kepada mahasiswa sifat-sifat inderawi
agar mahasiswa menjadi lebih terlatih untuk peka terhadap rasa,tekstur,bau,dan warna pada kadar
bahan tertentu.
BAB II
METODOLOGI
A. Uji Rasa
Sejumlah Secang
Gula
Pewarna minuman Food Grade ( orange, kuning, merah )
Air minum
Pengaduk
Nampan (6 buah)
Gelas jar (18 buah)
B. Uji Aroma
Enam jenis rempah-rempah ( lada, pala, jahe, kayu manis, oregano, bawang putih
bubuk)
Kopi hitam ( sebagai penetral bau )
Gelas sloki (42 buah)
Nampan (6 buah)
2.2 Prosedur Kerja
Masukkan
+ Food Grade
x6 meja
B. Bubuk Rempah - rempah
x6 Meja
2. Penyajian Contoh Uji
P BERKODE
BERKODE
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Analisa uji data diatas berdasarkan pada respon dari panelis. Jika respon panelis benar, maka
akan didapat nilai 1 yang artinya respon benar. Sedangkan jika respon panelis salah, maka akan
didapat nilai 0 yang artinya respon salah. Kemudian, dilakukan perhitungan presentase panelis yang
member respon salah dan benar pada contoh uji.
3.2 Pembahasan
Aroma adalah rasa dan bau yang sangat subyektif serta sulit diukur, karena setiap orang
mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi
setiap individu memiliki kesukaan yang berlainan (Meilgaard et al. 2000).Molekul gas pada udara
yang dihirup tersebut merangsang dan menyentuh sel-sel peka bau dalam rongga hidung. Bau
tersebut akan terasa apabila gas bergerak melewati ujung-ujung solfaktori.
Identifikasi aroma dari 6 sampel yang diujikan pada 28 panelis pada saat praktikum
didapatkan hasil dengan presentase aroma yang bisa di deteksi tertinggi adalah Bawang Putih (608)
sebesar 100%. Selain bawang putih ini tidak ada lagi aroma yang 100% benar, hal ini dimungkinkan
bahwa para panelis sudah peka ataupun sudah mengenal aroma bawang putih sehingga mereka
langsung mengenali essens bawang putih walaupun dengan mata tertutup tanpa ada yang salah dari
ke 28 panelis yang diujikan. Kemudian bobot presentase tertinggi kedua adalah Lada (397) dan
Oregano (395) yang sama-sama mendapat presentase sebesar 89,3% dari 28 panelis 3 menjawab
salah dan 25 menjawab benar, hal ini dikarenakan aroma khas lada yang bisa membuat hidung
sengak dan bentuk tekstur dari oregano yang khas yang sudah dikenali banyak orang, sehingga hal
ini membuat banyak panelis bisa membedakan aroma dengan benar. Aroma Jahe (409) memiliki
presentasi sebesar 78,6% dari 28 panelis 6 menjawab salah dan 22 menjawab benar, hal ini
dikarenakan kemungkinan para panelis yang menjawab salah masih bingung membedakan aroma
jahe dan lada, atau mungkin jarang mengenali aroma jahe yang jarang digunakan sebagai bumbu
dapur bahkan pada saat digunakan pun terkadang jahe sendiri tidak ikut disajikan dalam masakan
tetapi dibuang oleh karena itu sebagian panelis kurang mengenali aroma jahe. Bobot presentasi
terendah yaitu pada pala (915) sebesar 57,1% dan kayu manis (753) sebesar 67,9% banyak panelis
yang keliru dan bingung membedakan aroma pala dan kayu manis, hal ini dikarenakan pala dan
kayu manis sangat jarang sekali digunakan untuk bumbu dapur, dan bahkan sebagian panelis tidak
mengetahui dan sangat asing dengan wujud pala, apalagi dengan kayu manis sebagian panelis sangat
asing dengan aroma kayu manis.
Uji yang dilakukan selanjutnya yaitu uji pengaruh warna terhadap penerimaan sensori, pada
uji ini indra yang digunakan adalah indra penglihatan dan indra pengecap. Pada uji pengaruh warna
pada penerimaan sensori, panelis diberi tiga minuman yang diberi pewarna food grade dan satu
minuman berkode P yang dijadikan pembanding(tidak diberi tambahan warna). Kode 531 dengan
tambahan pewarna food grade kuning, kode 813 dengan tambahan pewarna food grade oranye, dan
kode 794 dengan tambahan pewarna food grade merah.
Dari 28 panelis yang melakukan uji, hanya 14 orang yang berhasil menebak kode 531
memiliki rasa dan aroma yang sama dengan pembanding. Lalu, ada 15 orang yang berhasil
menganalisis kode 794 sama dengan pembanding, dan 16 orang yang mampu menganalisis kode
813 sama dengan pembanding. Kemungkinan panelis banyak yang terkecoh oleh penambahan
pewarna food grade, sehingga mereka beransumsi jika warna yang lebih gelap sebagai larutan yang
lebih manis. Padahal warna yang lebih gelap tidak menunjukan bahwa konsentrasi gula yang
diberikan lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh warna sangat mempengaruhi
penerimaan sensori panelis.
Berdasarkan seluruh data dari hasil uji, dapat diketahui bahwa setiap panelis memiliki
perbedaan kepekaan terhadap rasa dan bau yang berbeda, yang dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain :
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, wanita lebih peka dibandiung laki laki dalam merasakan sesuatu. Wanita
juga lebih dapat mengmukakan sesuatu apa yang dirasakan dibanging laki laki. Akan tetapi,
penilaian sensori wanita terhadap aroma dan flavor lebih cenderung tidak konsisten
diabanding laki laki. Hal ini berhubungan dengan siklus menstruasi dan kehamilan.
2. Usia
Pada umumnya, kemampuan seseorang dalam merasa, mencium mendengar dan melihat
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, berkurangnya
kemampuan seseorang bervariasi tergantung pengalaman dan latihan yang di ikuti, biasanya
sekitar usia 60 tahun atau lebih.pada panel yang memerlukan populasi mewakili berbagai
target konsumen, maka panelis yang berusia tua juga dibutuhkan.
3. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisilologis panelis yang mempengaruhi kepekaannya adalah kosidi lapar ataupun
kenyang, kelelahan, sakit, obat, waktu bangun tidur, dan merokok.
4. Faktor Genetis
Faktor genetis juga diketahui dapat mempengaruhi persepsi sensori seseorang,
khususnya apabila berhubungan dengan deteksi pengenalan dan ambang batas terhadap
substansi tertentu. Misalnya, pada orang yang peka terhadap phenylthiocarbamide (PTC) dan
6-n-prophylthiouracil (PROP). Umumnya orang yang oeka terhadap substansi tersebut sangat
peka terhadap rasa pahit.
5. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis seseorang seperti mood, motivasi, bias, tingkah laku, serta kondisi
terlalu senang atau terlalu sedih dapat mempengaruh kepekaan indera seseorang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada uji warna dapat disimpulkan bahwa sebenarnya penambahan warna tidak berpengaruh
terhadap rasa. Faktor-faktor yang memungkikan mempengaruhi rasa pada minuman secang dapat di
karenakan panelis tidak meminum air putih terlebih dahulu sebagai penetral, sehingga
mengakibatkan panelis mengalami kekeliruan pada saat pengujian. Sedangkan dari uji aroma
terhadap rempah-rempah, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari panelis telah mengetahui dan
dapat membedakan aroma dari rempah-rempah yang disajikan oleh tim penyaji.
3.2 Saran
Sebaiknya tim penyaji lebih baik lagi dalam menyiapkan bahan pengujian dan menjelaskan
prosedur untuk uji organoleptik dengan jelas sehingga lebih mudah dipahami. Serta untuk panelis
diharapkan untuk tetap menjaga ketertiban selama menunggu giliran untuk melakukan uji
organoleptik.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Idham. 2007. Menyusun standard operating procedure pembuatan cookies untuk
skala laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kartika, B., Hastuti P. dan Supartono, W. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T. 2000. Sensory Evaluation Techniques. Boca Raton,
Florida: CRC Press
https://rifky1116058.wordpress.com/2013/01/09/apa-itu-uji-organoleptik/
http://fikapuspita.blogspot.co.id/2014/09/laporan-praktikum-evaluasi-sensori.html
http://www.academia.edu/8222325/Laporan_Praktikum_Uji_Pengenalan_Organoleptik
http://riansteknologipertanian.blogspot.co.id/2014/09/laporan-praktikum-uji-
inderawisensori.html