PENUNTUN PRAKTIKUM
EVALUASI SENSORI
PRODUK PANGAN
PMKK5412
DISUSUN OLEH
NELA ESKA PUTRI, S.TP, M.Si
1
2
PENUNTUN PRAKTIKUM
EVALUASI SENSORI PRODUK PANGAN
PMKK 5412
DISUSUN OLEH:
Nama : .....................................................
NPM : .....................................................
Kelompok : .....................................................
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2018
3
4
KATA PENGANTAR
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
PELAKSANAAN UJI SENSORI YANG
BAIK
PRAKTIKUM 1
(GOOD SENSORY PRACTISE)
1.1 Pendahuluan
1
baik karena lebih praktis dan mudah dalam mempersiapan sampel uji. Pada kedua
tipe tersebut, tempat sampel uji hanya akan terbuka di satu sisi saja.
(a) (b)
(c)
Gambar 1.2. Tipe-tipe pintu untuk penyajian sampel berupa pintu geser (a);
tempat roti (b), dan tipe putar atau carrousel (c)
2
meja terbuat dari bahan polimerik yang mudah dibersihkan dan dirawat. Rak
terbuka diperlukan untuk menyimpan peralatan pada saat penyiapan panel uji.
Wastafel atau sink dilengkapi dengan keran air harus ada di ruang persiapan untuk
penyiapan air minum dan untuk mencuci bahan atau alat-alat. Ruang persiapan
juga perlu dilengkapi dengan peralatan dapur lengkap seperti kompor gas atau
kompor listrik atau elemen pemanas, oven pemanggang dan oven microwave.
Kelengkapan peralatan tersebut disesuaikan dengan persiapan sampel yang akan
dilakukan.
Selain itu peralatan pendingin (refrigerator) juga diperlukan untuk penyim-
panan bahan-bahan yang mudah rusak dan penyiapan bahan yang perlu untuk
didinginkan pada suhu rendah yang konstan sebelum penyajian. Freezer yang
terpisah sangat berguna untuk penyimpanan dalam jangka panjang, penyimpanan
sampel reference dan untuk menyimpan sampel yang diuji pada waktu yang
berbeda-beda. Ventilasi dalam ruang persiapan sangat penting terutama untuk
produk dengan aroma atau bau yang tajam atau adanya pemanasan menyebabkan
karakter aroma produk menjadi lebih tinggi. Semua area pemanasan terutama di
atas kom-por harus dilengkapi dengan unit exhaust sehingga bau dari proses
pemanasan tidak berpindah ke ruang booths. Sistem pencahayaan juga harus baik
sehingga dengan mudah teknisi dan panel leader (dalam praktikum: penyaji) atau
peneliti dapat mengenali adanya perubahan warna.
Ruangan lain yang diperlukan dalam laboratorium sensori adalah ruang
diskusi atau training panelis. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat
pertemuan antara panel leader dengan panelis untuk pemberian instruksi, traning
dan diskusi. Ruang diskusi harus terpisah dari area persiapan sampel sehingga
suara dan bau pemasakan tidak menganggu tugas panelis. Ruangan ini dilengkapi
dengan meja besar dan kursi untuk paling sedikit 10 orang. Papan tulis yang besar,
papan lipat atau white board diletakkan pada tempat dimana semua panelis yang
mengelilingi meja dapat melihatnya.
3
Selain itu penggunaan cake untuk produk gula icing tidak hanya melihat interaksi
flavor yang terjadi pada keduanya tetapi juga untuk melihat bagaimana sifat
produk dan cara penanganannya.
1.3.2 Suhu Penyajian
Suhu sampel yang disajikan dapat menyebabkan berbagai masalah, karena
suhu produk menentukan jumlah senyawa aroma (volatil) yang mengenai sel
olfaktori yagn ada di hidung. Untuk uji afektif, sampel sebaiknya disajikan pada
suhu sebagaimana produk tersebut dikonsumsi. Untuk uji pembedaan dan
deskriptif, suhu perlu dimodifikasi karena ketepatan rasa dan persepsi yang
terbaik adalah pada suhu 20 dan 40oC. Suhu selama pengujian sebaiknya dibuat
konstan sehingga menghasilkan data yang dapat dibandingkan. Pemanasan sampel
dapat dilakukan menggunakan oven panggang atau microwave, water bath, atau
sampel yang sudah dididihkan disimpan di dalam termos untuk menjaga kondisi
sampel tetap panas pada saat disajikan. Jika sampel dibiarkan untuk waktu yang
lama, perlu dipertim-bangkan cara penanganan yang tepan sehingga tidak terjadi
pengerasan di bagian luar atau permukaan sehingga terjadi perubahan kualitas.
1.3.2 Peralatan dan Wadah Saji
Peralatan untuk penyajian sebaiknya tidak mempengaruhi rasa maupun bau
produk. Hal tersebut dapat diatas dengan penggunaan wadah yang identik untuk
semua sampel. Jika warna menjadi salah satu kriteria yang dinilai, wadah yang
digunakan tidak berwarna (jernih) atau berwarna putih. Faktor-faktor seperti
kemu-dahan dalam pengkodean, tipe produk dan suhu penyajian ketika memilih
jenis wadah perlu dipertimbangkan. Piring sekali pakai yang terbuat dari plastik
keras, kertas berlapis lilin atau styrofoam sangat tepat digunakan ketika jumlah
sampel yang disajikan banyak. Wadah gelas merupakan wadah yang ideal, tetapi
perlu penanganan yang hati-hati dan harus diupayakan bahwa pencucian dengan
sabun tidak meninggalkan bau di dalam gelas dan jika gelas retak tidak digunakan
lagi untuk pengujian.
1.3.4 Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dapat disajikan dalam sesi tertentu sangat dipengaruhi
oleh kemampuan sensori dan tingkat kejenuhan secara mental dari panelis. Oleh
karena itu perlu dipertimbangkan masukan dari panelis, sehingga dapat tetapkan
jumlah sampel yang dapat secara efektif dievaluasi dalam satu sesi pengujian. Per-
timbangan tidak hanya tipe produk, jumlah atribut yang dievaluasi, tipe pengujian
dan pengalaman panelis, tetapi juga motivasi dari panelis.
1.3.5 Sampel Standar atau Referen
Adanya sampel standar dalam pengujian sensori dapat membantu panelis
dalam memberikan respon dan menurunkan variasi pengujian. Sebagai contoh, jika
4
sampel yang diuji terlalu banyak dan tidak dapat diuji dalam satu hari atau satu kali
pengujian, maka penggunaan sampel standar akan sangat membantu. Sampel stan-
dar harus sama dari hari ke hari selama masa pengujian dan jika digunakan skala
garis maka posisi atau nilainya harus sama dari waktu ke waktu. Sampel standar
berkode yang disajikan kepada panelis dapat dijadikan sebagai alat untuk evaluasi
konsistensi panelis.
1.3.6 Pengkodean
Kode yang diberikan pada sampel dimaksudkan untuk menyembunyikan
identitas perlakuan dan untuk menghindari bias. Disarankan untuk menggunakan
tiga digit angka acak untuk memberi kode sampel. Untuk mempermudah
pemberian kode, dapat digunakan tabel bilangan acak. Dengan menggunakan tabel
statistik tersebut, pemilihan angka dapat dimulai dari titik mana saja kemudian
bergerak horisontal maupun vertikal untuk memilih tiga angka. Jika melakukan
pengulangan pengujian dengan panelis yang sama, maka gunakan kode sampel yang
baru. Perhatikan juga alat yang digunakan untuk menulis kode karena beberapa
jenis spidol atau pena meninggalkan bau tertentu. Label yang dicetak secara
komputer juga dapat digunakan untuk keperluan pengkodean.
1.3.7 Urutan Penyajian
Urutan penyajian harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari
kesalahan atau kesalahan psikologis dan fisiologis. Urutan penyajian dapat
dilakukan secara seimbang maupun secara acak dari masing-masing perlakuan.
Untuk jumlah sampel dan panelis yang sedikit dapat dilakukan pengurutan
penyajian secara seimbang. Untuk percobaan yang lebih besar, diakukan
pengacakan urutan penyajian dengan menggunakan tabel bilangan acak atau
software komputer. Pertama kali berikan tanda pada sampel dari masing-masing
perlakuan, misalnya sampel A=1, sampel B=2,…………. dst, selanjutnya lakukan
pengacakan menggunakan tabel bilangan acak dengan cara yang sama seperti pada
proses pengkodean (hanya gunakan 1 digit yang kemudian diinterpretasikan
sebagai urutan penyajian).
Dalam merancang urutan penyajian, perhatikan kombinasi penyajian dari
masing-masing uji (misalnya, uji pasangan = 2, uji duo trio referen tetap = 2, uji
segitiga = 6 kombinasi). Kemudian tentukan urutan penyajian sampel dari kiri ke
kanan beserta daftar panelis yang akan melakukan pengujian seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 1.1-1.4. Catatan untuk Tabel 1.1 – 1.3 : Angka (1,2,3,4) di
atas tigit digit kode sampel menunjukkan nomor urutan penyajian dari kiri ke
kanan
5
Tabel 1.1. Contoh „master sheet’ metode Uji Pasangan
No
Panelis A B
permutasi
1 2 169 2 507 1
2 1 212 1 194 2
3 1 962 1 644 2
4 2 273 2 693 1
dst
No permutasi: AB = 1
BA = 2
Tabel 1.2. Contoh „master sheet’ Metode uji duo trio referen tetap
Panelis No permutasi RA A B
1 1 R 557 1 485 2
2 2 R 636 2 684 1
3 1 R 325 1 238 2
4 2 R 401 1 159 1
dst
No permutasi: RA AB= 1
RA BA= 2
Panelis No permutasi A A B B
1 5 495 2 926 1 183 3
2 4 797 1 899 1 854 2
3 2 888 1 630 3 315 2
4 3 267 1 566 2 981 3
5 1 292 2 531 3 469 1
6 6 201 1 239 2 827 3
dst
6
Tabel 1.4. Contoh „master sheet’ untuk uji ranking dan rating Hedonik
Tim panel dalam uji sensori merupakan hal yang vital karena mereka
berfungsi sebagai instrumen penguji yang menentukan dihasilkannya data yang
diinginkan. Bagaimana panelis berinteraksi dengan lingkungan; produk, dan
prosedur uji merupakan sumber variasi dari suatu uji sensori. Pengontrolan atau
peraturan sederhana dibuat untuk meminimalkan variabel eksternal yang akan
menimbulkan hasil bias.
Beberapa pertimbangan umum seorang panelis dilihat dari aspek:
(1) Ketersediaan waktu dan kemauan untuk berpartisipasi dalam uji sensori
(bukan paksaan),
(2) Kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang diminta,
(3) Kesehatan dan kebiasaan personal,
Jenis panel dalam uji sensori dibagi menjadi dua yaitu panel tidak terlatih dan
panel terlatih. Tabel 1.5 adalah persyaratan jumlah panelis berdasarkan mengacu
pada ASTM (American Standar Testing Material) berdasarkan pada jenis metode uji
yang digunakan.
Tabel 1.5. Persyaratan jumlah minimum panelis untuk metode uji sensori
menurut ASTM (Lyon et al., 1999)
Panel tidak
Tipe Uji Panel terlatih
terlatih
Uji Pembedaan
- Uji pasangan (pair test) 30 20
- Uji segitiga 24 18
- Uji Two-out-of five - 12
- Duo trio 32 20
Uji Ranking 30 5
Uji Rating 20 8
Uji Deskripsi - 8
Uji Penerimaan (Acceptance test)
- Two sample preference test 50 -
- Multi sample preference 50 -
- Hedonic rating 70 -
- Magnitude estimation 70 -
7
Tugas
1. Rancang dan gambarlah denah laboratorium sensori dengan skala 1 m : 10 cm
untuk laboratorium Sensori Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas
Garut!
2. Buatlah daftar peralatan, baik perlengkapan ruangan maupun peralatan kerja
yang akan digunakan dalam laboratorium sensori yang dirancang!
Pustaka
Lyon, D.H., Francombe,. M.A., Hasdell, T.A., dan Lawson, K. 1999. Guidelines for
sensory analysis in food product development and quality control. 2nd
edition. Chapman and Hall, London.
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Evaluation Techniques.
CRC Press, Washing-ton DC.
Stone, H., Sidel, J.L. 2004. Sensory Evaluation Practices (3 rd edition). Elsevier
Academic Press. Cali-fornis, USA.
8
PRAKTIKUM 2 Bias Psikologi pada Penilaian Sensori
9
Error of Habituation
Jenis kesalahan ini terjadi karena penyajian sampel yang sama dalam jangka
waktu yang lama. Contohnya, bila staf QC harus melakukan pengujian terhadap
sampel yang sama dari hari ke hari. Terjadinya habituasi dapat dilihat dengan
memberikan seri sampel dengan intensitas yang meningkat atau menurun secara
perlahan, maka panelis yang mengalami habituasi cenderung akan memberikan
skor yang sama. Timbulnya habituasi merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada
manusia dan dapat dihindari dengan memberikan tipe produk yang bervariasi.
Stimulus Error
Seorang panelis yang memiliki persepsi tertentu tentang produk yang akan
diuji, akan memberikan penilaian yang sesat. Stimulus error merupakan alasan
utama mengapa seseorang yang terlibat langsung dengan tahapan formulasi
produk sebaiknya tidak dilibatkan dalam uji afektif produk tersebut.
Logical Error
Kesalahan jenis ini terjadi ketika dua atau lebih karakteristik sampel beraso-
siasi di dalam pikiran panelis. Pengetahuan bahwa produk yang lebih gelap ber-
pengaruh terhadap flavor, menyebabkan panelis memiliki persepsi yang lain. Cara
untuk menghindari hal ini adalah menjadikan sampel seragam dan menutupi
perbedaan karakteristik lain yang akan mempengaruhi karakteristik yang sedang
diuji.
Halo Effect
Contrast Effect
Masalah contrast effect merupakan masalah serius. Bila suatu produk dengan
ingredien kualitas rendah sebagai pengganti produk dengan ingredien kualitas
bagus disandingkan, maka nilai yang didapat sangat berbeda. Produk dengan ingre-
dien kualitias bagus mendapat nilai yang jauh lebih tinggi dan sebaliknya. Contrast
effect dapat diantisipasi akan terjadi ketika produk eksperimen dilawankan dengan
produk komersial atau bila identitas produk diketahui panelis.
10
Group Effect
Sampel yang baik bila disajikan diantara kelompok sampel yang jelek, maka
cenderung mendapat penilaian lebih rendah dibandingkan kalau ditampilkan
sendiri.
Central Tendency
Panelis tak terlatih sering menghindari skor-skor ekstrim di suatu skala peni-
laian, seperti “Amat sangat suka” atau “Amat sangat tidak suka” pada skala 9
point uji hedonik. Error ini terjadi karena panelis tidak terbiasa dengan cara peng-
ujian, tidak demikian halnya bila mengunakan panelis terlatih.
Dengan tidak digunakannya skor ekstrim, bukan berarti lebih baik mengguna
kan skala 7 point. Karena penurunan skala berarti membuat uji tersebut kurang
sensitif dan hal ini kurang direkomendasikan.
Pattern Effect
Sikap seseorang akan agak berubah dalam satu seri pengujian yang terdiri
dari beberapa sampel, yang terjadi karena baru menemui produk pada sampel
pertama dan menjadi jenuh pada sampel terakhir. Untuk pengujian dalam waktu
yang pendek, akan terjadi bias pada sampel pertama dan untuk pengujian dalam
jangka waktu lama, akan terjadi bias pada sampel terakhir.
Mutual Suggestion
Respon dari seorang panelis akan mempengaruhi panelis lain. Oleh karena itu
panelis dipisahkan dalam bilik individual untuk menghindari terlihatnya ekspresi
wajah panelis lain. Reaksi vokal juga tidak diperbolehkan selama proses pengujian.
Area pengujian juga harus bebas dari suara, gangguan, dan terpisah dari ruang
penyiapan.
Kurangnya Motivasi
Tingkatan usaha dari panelis untuk membedakan, untuk mendapatkan istilah
yang cocok dalam mengekspresikan kesannya, atau untuk konsisten dalam
membe-rikan skor adalah hal yang penting dan mempengaruhi hasil. Hal ini
menjadi tanggung jawab seorang panel leader untuk menciptakan suasana yang
nyaman bagi panelis sehingga mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Panelis yang memiliki minat biasanya selalu efisien. Motivasi merupakan kea-
daan terbaik dimana orang dengan mudah memahami dan melaksanakan tugas.
Minat panelis dapat dipertahankan dengan memberikan laporan mengenai hasil
11
pengujian secara kontinyu kepada mereka. Panelis harus merasakan bahwa kerja
panel merupakan aktivitas yang penting. Hal ini akan menciptakan suasana peng-
ujian yang terkontrol dan dengan cara yang benar.
Leniency Error
Error ini terjadi bila panelis memberikan penilaian terhadap produk
berdasarkan perasaannya terhadap sekelompok atau individu yang
mengembangkan produk, atau klien perusahaan, bukan berdasar perasaan
terhadap produk. Error ini lebih sering terjadi bila pengujian sensori
menggunakan para karyawan daripada kalau menggunakan konsumen
sesungguhnya.
Gelas/wadah
Timbangan
Sendok
Pipet tetes
Label
Bahan
Larutan sirup
Gula pasir
Asam sitrat
Pewarna
Flavor
Air
Pengolahan data
1. Beri nilai pada masing-masing sampel dari setiap pasangan sampel
Nilai 1 = respon yang benar
12
TABEL PENILAIAN SAMPEL
Nilai
Sampel Panelis
0 1
1 1
2
3
4
5
Dst...
2 1
2
3
4
5
Dst...
3 1
2
3
4
5
Dst...
4 1
2
3
4
5
Dst...
5 1
2
3
4
5
Dst...
Total
13
2.5. Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Evaluation Techniques.
CRC Press, Wa-shington DC.
14
PRAKTIKUM 3 AMBANG RANGSANGAN
15
3. Ambang beda (difference threshold) yaitu besarnya perbedaan stimulus yang
diperlukan untuk menghasilkan perbedaaan kesan. Dalam penentuan ambang
beda biasanya menggunakan satu stimulus standard yang dibandingkan dengan
beberapa variabel stimulus. Istilah JND (just noticeable difference) digunakan
ketika ambang beda ditentukan dari perubahan variable stimulus dari sedikit
diatas dan dibawah standar sampai ditemukan adanya perbedaan.
4. Ambang batas (terminal threshold) yaitu besarnya stimulus terendah yang mulai
menghasilkan kesan yang maksimum sehingga jika konsetrasi dinaikkan lagi
maka tidak terjadi lagi peningkatan intensitas kesan. Dengan kata lain indra
manusia sudah mencapai tingkat jenuh pada konsentrasi ambang batas.
Penentuan ambang sangat diperlukan terutama untuk menentukan
konsentrasi minimum ingredient pangan yang berpengaruh terhadap rasa dan
aroma sehingga pada saat formulasi tidak perlu digunakan dalam jumlah yang
berlebihan.
timbangan analitis
gelas ukur
sendok
gelas-gelas kecil untuk penyajian
label
marker/spidol
Bahan
NaCl
sukrosa atau gula pasir
asam sitrat
kafein
monosodium glutamate (MSG)
air sebagai pelarut
bahan penetral indra pencicip yaitu potongan kecil roti tawar atau potongan
agar-agar netral dan air minum
16
Tabel 3.1. Seri konsentrasi untuk pengujian ambang stimulus
17
245 537 398 954 829 481 113 662
Nama :
Sampel :
Instruksi:
18
Kode sampel
Respon
Metode Frekuensi
1. Hitung nilai frekuensi pada masing-masing konsentrasi. Frekuensi merupakan
persentasi jumlah orang yang menyatakan nilai +.
F0.5%
P 100
P t
dimana:
19
100%
90%
80%
70%
frekuensi
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
AM AP konsentrasi
Gambar 3.3. Contoh grafik frekuensi dalam penentuan ambang mutlak dan
ambang pengenalan
20
9
8
8 BET grup = 2.36
7
jumlah panelis 6 6
6
5
4
3
3
2
1 1
1
0
0
0.46 1.39 4.19 12.57 37.61 112.76 338.04
konsentrasi
Gambar 3.4. Contoh grafik distribusi populasi BETp dan lokasi BET grup
3.5. Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
Lawless, H.T., dan Heyman, H. 1998. Sensory Evaluation of Food Principles and
Practices. Kluwer acadecin, NY.
21
UJI PEMBEDAAN
22
perbedaan yang kecil antara dua sampel.Pengujian ini relatif mudah karena adanya
sampel baku (reference). Biasanya uji duo trio digunakan untuk melihat perlakuan
baru terhadap mutu produk atau menilai keseragaman mutu bahan. Panelis akan
diberi-kan tiga sampel dengan satu sampel sebagai sampel baku.
Dalam uji ini, peluang panelis untuk memberikan jawaban yang benar adalah 1
per 2. Uji ini lebih mudah dibandingkan dengan uji segitiga dan sering dilakukan
ketika uji segitiga tidak mungkin diterapkan, misalnya pada sampel yang mem-
punyai flavor terlalu kuat sehingga sulit dibedakan.
Uji Dua dari Lima
Uji dua dari lima merupakan salah satu jenis uji dalam kelompok uji pembe-
daan secara keseluruhan (overall difference test) dari dua sampel yang berbeda (A
dan B). Panelis akan diberikan lima sampel berkode, dua diantara kelima sampel
terse-but merupakan sampel dari set sampel yang sama sedangkan tiga yang lain
meru-pakan set sampel yang berbeda. Panelis diminta untuk mengidentifikasi
(misalnya secara visual atau perabaan) kedua sampel yang berasal dari set sampel
yang sama.
Metode uji ini secara statistik sangat efisien karena peluang untuk menjawab
dengan benar dua dari lima sampel adalah 1 per 10, yang jauh lebih sensitif
dibandingkan dengan uji segitiga yang hanya memiliki peluang 1 per 3. Akan tetapi
metode uji ini sangat dipengaruhi oleh kejenuhan panca indra dan kemampuan
memori panelis. Oleh karena itu metode uji ini lebih cocok diterapkan untuk
pengujian sensori secara visual, auditory (misalnya untuk menilai kerenyahan) dan
sifat taktil (perabaan) dan tidak disarankan untuk pengujian flavor dan bau. Jumlah
kombinasi sampel dalam uji dua dari lima adalah 20 seperti terlihat pada Tabel
4.1
Uji dua dari lima dapat dilakukan oleh setidaknya 20 orang panelis. Jika tidak
menggunakan 20 panelis, maka harus dipilih secara acak kombinasi penyajian
23
menggunakan 3 sampel A untuk separuh panelis dan untuk separuhnya lagi
menggunakan penyajian 3 sampel yang berasal dari sampel B.
Analisis hasil dari uji dua dari lima dilakukan dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar dan membandingkan dengan Tabel Binomial untuk uji dua
dari lima.
Wadah sampel
Sendok
Tissue
Label
Alat-alat tulis
Bahan
24
LEMBAR KERJA UJI SEGITIGA
Tanggal pengujian :
Jenis sampel :
Sampel perlakuan II F
Penyajian
Panelis Sampel Panelis Sampel
Booth Booth
I 1 P 426 F 659 F149 VI 6 P 871 F 888 F 729
25
P F F F P F
Panelis 1 Panelis 2
UJI SEGITIGA
Nama : Tanggal :
Produk :
Instruksi :
Sampel beda
Komentar:
………………………………………………………………………..…………….…
…….........................................................................................................................
26
Tabel 4.2. Data hasil uji segitiga dari 20 orang panelis
2. Hasil penilaian ini kemudian dianalisis dengan peluang binomial atau tabel
statistik. Tabel peluang binomial untuk uji segitiga disajikan pada Tabel 4.3.
n
0.10 0.05 0.01
3 3 3 -
4 4 4 -
5 4 4 5
6 5 5 6
7 5 5 6
8 5 6 7
9 6 6 7
10 6 7 8
11 7 7 8
27
12 7 8 9
13 8 8 9
14 8 9 10
15 8 9 10
16 9 9 11
17 9 10 11
18 10 10 12
19 10 11 12
20 10 11 13
21 11 12 13
22 11 12 14
23 12 12 14
24 12 13 15
25 12 13 15
26 13 14 15
27 13 14 16
28 14 15 16
29 14 15 17
30 14 15 17
31 15 16 18
32 15 16 18
33 15 17 18
34 16 17 19
35 16 17 19
Wadah sampel
Sendok
Tissue
Label
Alat-alat tulis
Bahan
Dua sampel berbeda dengan atribut yang mirip. Sampel harus sama dengan
yang digunakan pada uji segitiga
Air minum untuk penetral
Prosedur Kerja
Cara Penyiapan Sampel
1. Tiga sampel disajikan kepada panelis, dimana satu sampel diberi tanda R (refe-
rence) dan dua sampel lainnya diberi kode yang lain. Salah satu sampel
berkode yang lain dari R merupakan sampel yang identik dengan sampel R.
28
2. Setiap sampel diberi kode yang terdiri dari 3 angka. Kode angka diberikan
secara acak.
3. Setiap panelis akan menerima kode dan urutan penyajian sampel yang
berbeda. Contoh lembar kerja penyaji diberikan pada Gambar 4.4. Sampel
disajikan memanjang seperti contoh pada Gambar 4.5.
Cara Penilaian
1. Panelis diminta untuk menunjukkan sampel yang sama dengan sampel R.
2. Hasil penilaian panelis ditulis pada formulir isian yang disediakan. Contoh for-
mulir isian yang harus diisi oleh panelis disajikan pada Gambar 4.6.
Analisis Data
1. Panelis yang memberikan jawaban benar (dapat menentukan sampel yang
sama dengan sampel R) diberi tanda 1 pada tabel hasil dan panelis yang
memberikan jawaban salah diberi tanda 0.
2. Hasil pengujian dianalisis dengan menghitung jumlah panelis yang memberikan
jawaban benar kemudian dibandingkan dengan Tabel Binomial uji duo trio
(Tabel 4.4).
Contoh Penggunaan Tabel Peluang Binomial
1. Dari Tabel 4.4, pada pertemuan kolom taraf nyata 0.05 dan baris jumlah
panelis 20 diperoleh jumlah minimal panelis yang menjawab benar adalah 15.
Jadi 15 orang adalah minimum jumlah panelis yang harus menjawab dengan
benar agar diperoleh hasil kedua produk berbeda nyata.
2. Jika jumlah panelis yang menjawab benar pada pengujian duo trio < jumlah
minimal panelis yang ada pada tabel maka disimpulkan bahwa produk A tidak
berbeda nyata dengan produk B pada taraf signifikansi 0.05.
29
LEMBAR KERJA PENYAJIAN UJI DUO TRIO
Tanggal pengujian :
Jenis sampel : Kecap
Penyajian
Booth Panelis Sampel Booth Panelis Sampel
I 1 R A 736 B 865 VI 6 R B 127 A 157
11 R B 959 A 998 16 R A 228 B 255
30
UJI DUO TRIO
Produk : Kecap
Di hadapan anda terdapat sampel yang bertanda R dan dua sampel berkode.
Sampel yang paling kiri (R) merupakan sampel referen. Tentukan dari kedua
sampel berkode yang bukan R, yang mana yang SAMA dengan sampel berkode R.
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
n
0.10 0.05 0.01
4 4 - -
5 5 5 -
6 6 6 -
7 6 7 7
8 7 7 8
9 7 8 9
31
n
0.10 0.05 0.01
10 8 9 10
11 9 9 10
12 9 10 11
13 10 10 12
14 10 11 12
15 11 12 13
16 12 12 14
17 12 13 14
18 13 13 15
19 13 14 15
20 14 15 16
21 14 15 17
22 15 16 17
23 16 16 18
24 16 17 19
25 17 18 19
26 17 18 20
27 18 19 20
28 18 19 21
29 19 20 22
30 20 20 22
31 20 21 23
32 21 22 24
33 21 22 24
34 22 23 25
35 22 23 25
36 23 24 26
37 23 24 26
38 24 25 27
39 25 26 28
40 25 26 28
41 26 27 29
32
4.3.3 Uji Dua dari Lima
Alat
Gambar 4.7. Cara penyajian sampel pada uji dua dari lima
33
UJI DUA DARI LIMA
Nama :
Kriteria : Warna
Instruksi:
846
165
591
497
784
Gambar 4.8. Contoh formulir isian (scoresheet) uji dua dari lima
Analisis Data
1. Hitung jumlah panelis yang memberikan jawaban yang benar, jangan dihitung
jika ada panelis yang tidak memberikan jawaban.
2. Gunakan Tabel 4.5. Data yang diperlukan untuk melihat tabel tersebut
adalah jumlah panelis total, dan tentukan tingkat signifikansi (). Gunakan nilai
= 0.05.
34
3. Data yang dihasilkan dari tabel tersebut merupakan jumlah minimal panelis
yang memberikan jawaban benar untuk dapat menyatakan kedua sampel A
dan B berbeda.
Tabel 4.5. Tabel Binomial untuk uji dua dari lima
n
0.10 0.05 0.01
3 2 2 3
4 2 3 3
5 2 3 3
6 3 3 4
7 3 3 4
8 3 3 4
9 3 4 4
10 3 4 5
11 3 4 5
12 4 4 5
13 4 4 5
14 4 4 5
15 4 5 6
16 4 5 6
17 4 5 6
18 4 5 6
19 5 5 6
20 5 5 7
21 5 6 7
22 5 6 7
23 5 6 7
24 5 6 7
25 5 6 7
26 6 6 8
27 6 6 8
28 6 7 8
29 6 7 8
30 6 7 8
31 6 7 8
32 6 7 9
33 7 7 9
34 7 7 9
35 7 8 9
36 7 8 9
37 7 8 9
38 7 8 10
39 7 8 10
40 7 8 10
41 8 8 10
35
n
0.10 0.05 0.01
42 8 9 10
43 8 9 10
44 8 9 10
45 8 9 10
4.5 Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
USA.
36
PRAKTIKUM 5 UJI PEMBEDAAN
37
DDT dapat digunakan untuk pengawasan atribut sensori, untuk mendapatkan
informasi perubahan produksi yang menghasilkan perbedaan yang dapat dideteksi.
Selain itu, pengujian ini juga digunakan untuk menyeleksi panelis. Peluang pengu-
jian sebesar 1 per 2.
Wadah sampel
Sendok
Tissue
Label
Alat-alat tulis
Bahan
38
LEMBAR KERJA UJI PEMBEDAAN SEDERHANA
Tanggal pengujian :
Susu perlakuan II B
Penyajian
Booth Panelis Sampel Booth Panelis Sampel
1 A 861 A 721 6 A 786 B 187
I VI
11 A 487 A 926 16 A 376 B 864
39
UJI PEMBEDAAN SEDERHANA
Nama : Tanggal :
Produk : Susu
Instruksi
Beri penilaian Anda dengan memberi tanda (√) pada kolom di bawah ini:
Komentar:
………………………………………………………………………..…………….
…………………………………………………………………………………....
Analisis Data
1. Berdasarkan hasil penilaian panelis yang dituliskan pada formulir isian maka
dibuat tabulasi data.
2. Hasil penilaian dianalisis menggunakan metode chi-square. Contoh hasil
tabulasi data disajikan pada Tabel 5.1.
40
Tabel 5.1.Contoh tabulasi data uji pembedaan sederhana (α = 0.05)
Pasangan
Penilaian Panelis Pasangan Beda Total
Sama
(AB atau BA)
(AA atau BB)
Sama 17 9 26
Berbeda 13 21 34
Total 30 30 60
Perhitungan Chi-square
(O E)2
2 = E
Seperti halnya sebaran binomial maka juga terdapat sebaran chi-square yang
dapat digunakan untuk menghitung peluang hasil tertentu jika H0 benar. Dalam
prakteknya, nilai 2 dihitung dan dibandingkan dengan nilai tabel 2 pada suatu
taraf signifikansi. Jika nilai2 hitung > nilai 2 tabel maka hipotesis H0 ditolak dan
sebaliknya. Tabel Chi-square disajikan pada Tabel 5.2.
41
Derajat Bebas Tingkat Signifikansi ()
(v) 0.10 0.05 0.01 0.001
5 9,24 11,07 15,09 20,51
6 10,64 12,59 16,81 22,46
7 12,02 14,07 18,48 24,32
8 13,36 15,51 20,09 26,12
9 14,68 16,92 21,67 27,88
10 15,99 18,31 23,21 29,59
11 17,28 19,68 24,73 31,26
12 18,55 21,03 26,22 32,91
13 19,81 22,36 27,69 34,53
14 21,06 23,68 29,14 36,12
15 22,31 25,00 30,58 37,70
16 23,54 26,30 32,00 39,25
17 24,77 27,59 33,41 40,79
18 25,99 28,87 34,81 42,31
19 27,20 30,14 36,19 43,82
20 28,41 31,41 37,57 45,31
21 29,62 32,67 38,93 46,80
22 30,81 33,92 40,29 48,27
23 32,01 35,17 41,64 49,73
24 33,20 36,42 42,98 51,18
25 34,38 37,65 44,31 52,62
26 35,56 38,89 45,64 54,05
27 36,74 40,11 46,96 55,48
28 37,92 41,34 48,28 56,89
29 39,09 42,56 49,59 58,30
30 40,26 43,77 50,89 59,70
26 x 30 34 x 30
E 13 dan E 17
sama 60 beda 60
Interpretas ihasil
Nilai2 hitung (4.34) > nilai2 tabel (3.84) maka hipotesis H0: A = B ditolak.
42
Kesimpulan
Ada perbedaan yang signifikan di antara kedua sampel (A dan B) yang diuji
pada taraf signifikansi 0.05.
Wadah sampel
Sendok
Tissue
Label
Alat-alat tulis
Bahan
43
LEMBAR KERJA UJI PEMBEDAAN BERARAH
Tanggal pengujian :
Roti tawar II B
Penyajian
Booth Panelis Sampel Booth Panelis Sampel
1 A 769 B 475 6 B 771 A 183
I VI
11 A 714 B 927 16 B 614 A 253
44
UJI PEMBEDAAN BERARAH
Nama : Tanggal :
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat 2 sampel roti tawar. Amati tekstur roti dengan
tangan dan cicipi sampel secara berurutan dari kiri ke kanan. Pencicipan
hanya diperbolehkan satu kali dan tidak diperkenankan mengulang pen-
cicipan. Identifikasi mana sampel yang lebih lembut teksturnya (tekstur
di tangan dan di dalam mulut).
Beri penilaian Anda dengan tanda (√) pada kolom di bawah ini:
769
475
Komentar
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
45
Analisis Data
1. Berdasarkan hasil penilaian panelis yang dituliskan pada formulir isian maka
dibuat tabulasi data.
2. Panelis yang member jawaban benar di berinilai 1 dan panelis yang member
jawaban salah diberi nilai 0.
3. Hasil penilaian ini kemudian dianalisis dengan peluang binomial atau tabel
statistik. Karena dalam pengujian dilakukan untuk mendeteksi satu sampel
lebih tinggi intensitasnya dibandingkan sampel lain, maka digunakan tabel sta-
tistik berekor satu seperti yang digunakan pada pengolahan data untuk Uji
Duo-Trio (Tabel 4.3).
5.5. Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
USA.
46
UJI STATISTIKA I
PRAKTIKUM 6
Peluang Binomial :
n x n x
b (x n , p ) p (1 p )
x
47
untuk : x = 0, 1, 2, ... , n
n > 0 dan bilangan bulat
0≤p≤1
dimana : n = banyaknya ulangan (trials)
p= peluang “sukses” pada sembarang ulangan
Dalam penerapannya, jika pengolahan data dilakukan secara manual maka
diperlukan bantuan tabel-tabel peluang binomial untuk menghitungnya. Tabel
peluang binomial dengan mudah dapat disusun dengan bantuan program statistik
komputer yaitu program Microsoft Office Excel.
6.3.2 Metode Chi-square
Nilai statistik 2 (chi-square) digunakan dalam pengujian hipotesis yang
berkaitan dengan frekuensi kejadian. Uji 2 dapat diterapkan sebagaimana uji
binomial; walaupun demikian uji 2 mempunyai kegunaan yang lebih karena dapat
diguna-kan untuk lebih dari dua kategori. Suatu nilai 2 dihitung dan dibandingkan
dengan nilai terbesar dari hipotesis nol (diberikan oleh tabel pada berbagai tingkat
signi-fikansi). Jika nilai 2 terhitung > nilai tabel maka hipotesis nol (H0) ditolak,
dan seba-liknya.
Berikut ini formula untuk menghitung nilai 2 :
(O E)2
2 = E
dimana :
Sebagai catatan, dalam pengolahan data uji pemeringkatan, uji yang digunakan
dikenal sebagai uji Friedman. Uji ini juga berdasarkan nilai chi-square untuk
penarikan kesimpulan.
48
6.4.1 Pengolahan Data Uji Segitiga (Triangle Test)
Bahan
Prosedur Kerja
1. Hidupkan komputer dan monitornya.
2. Jalankan program Excel dan buka worksheet baru.
3. Pada sel A1 ketikkan: Tabel Peluang Binomial Uji Duo-Trio.
4. Buat judul kolom dengan mengetikkan Jumlah panelis (n) pada sel A3,
Jawaban benar (x) pada sel B3, dan Peluang pada sel C3.
49
5. Ketikkan jumlah panelis yang mengikuti uji duo-trio, misalnya 25, pada kolom
n sebanyak 25x (sel A4 s/d A28).
6. Ketikkan angka 1 s/d 25 pada kolom x.
7. Pada sel C4 ketikkan: =1-binomdist(b4-1,a4,0.5,true), tekan ENTER
maka akan muncul nilai 1.000.
8. Copy sel C4 sampai ke sel C28.
9. Simpan berkasnya.
Penarikan Kesimpulan
1. Baca nilai peluang pada nilai x tertentu. Misalnya, dari 25 panelis ada 13
panel-is yang menjawab dengan benar, diperoleh besarnya peluang = 0.500.
2. Bandingkan nilai peluang tersebut dengan taraf signifikansi yang dipilih
(umumnya 0.05 atau 5%).
3. Jika peluang < 0.05 maka kedua produk yang diuji BERBEDA NYATA pada
taraf nyata 5%; dan berlaku sebaliknya.
4. Jadi dari contoh di atas, karena peluang 0.500 > 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa kedua produk yang diuji TIDAK BERBEDA NYATA pada taraf nyata
5%.
50
2. Bandingkan nilai peluang tersebut dengan taraf signifikansi yang dipilih
(umumnya 0.05 atau 5%).
3. Jika peluang < 0.05 maka kedua produk yang diuji BERBEDA NYATA pada
taraf nyata 5%; dan berlaku sebaliknya.
4. Jadi dari contoh di atas, karena peluang 0.000 < 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa kedua produk yang diuji BERBEDA NYATA pada taraf nyata 5%.
51
Kolom Sajian berisi produk yang disajikan kepada panelis : AA/BB sebanyak
10 dan AB/BA sebanyak 10.
Kolom Jawaban berisi penilaian panelis (Sama = 0 atau Beda = 1);
Jadi total 20 baris dimana setiap baris mewakili seorang panelis.
4. Pemrosesan data:
Analyze
Descriptive Statistics
Crosstab...
Row(s): Jawaban
Column(s): Sajian
Statistics...
Chi-square
Continue
OK
5. Keluaran:
-Tabel Case Processing Summary
-Tabel Jawaban*Sajian Crosstabulation
-Tabel Chi-Square Test
6. Simpan berkas input data dan keluaran
Penarikan Kesimpulan
Dari Tabel Chi-Square Test pada Pearson Chi-Square, baca nilai Asymp. Sig. (2-
sided) dan bandingkan dengan taraf signifikansi 0.05. Jika nilainya < 0.05 maka
produk A BERBEDA NYATA dengan produk B pada taraf nyata 5%atau seba-
liknya.
52
Test Variables: Rank_A
Rank_B
Rank_C
Rank_D
Test Type:
Friedman
OK
5. Keluaran:
-Tabel Ranks
-Tabel Test Statistics
6. Simpan berkas input data dan keluaran
Penarikan Kesimpulan
Dari Tabel Test Statistics, baca nilai Asymp. Sig. dan bandingkan dengan taraf
signifikansi 0.05. Jika nilainya < 0.05 maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang nyata diantara keempat produk yang diperingkat pada taraf nyata 5%, atau
sebaliknya. Dalam praktek jika terdapat perbedaan yang nyata maka perlu
dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji LSDrank akan tetapi uji ini tidak tersedia pada
program SPSS; jadi harus dikerjakan secara manual.
6.5 Pustaka
Mattjik, A.A., dan Sumertajaya, M. 2002. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
USA.
Poste, L.M., Mackie, D.A., Butler, G., dan Larmond, E. 1991. Laboratory methods
for sensory analysis of foods. Research Branch Agricuture Canada
Publication 1864/E. Canada.
53
Uji Beda Dari Kontrol
PRAKTIKUM 7
54
campuran dari kedua kelompok panel tersebut. Panelis harus sudah mengenal
format pengujian yang digunakan serta memahami skala nilai yang digunakan.
Biskuit dari tiga merek yang berbeda; tetapkan satu mereksebagai kontrol
Air minum untuk penetral
Prosedur Kerja
A B R
55
Tabel 7.1. Urutan penyajian pada ujibedadarikontrol
Cara Penilaian
1. Panelis diminta untuk melakukan pengujian dua arah antara sampel uji dengan
kontrol, namun tidak dilakukan antar sampel uji.
2. Respon yang diberikan pada kuesioner adalah apakah sampel uji dengan kon-
trol sama atau beda, dan jika berbeda seberapa jauh tingkat perbedaan
tersebut (sedikit sampai sangat besar) seperti yang dapat dilihat pada contoh
kuesioner (Gambar 7.2).
Analisis Data
1. Pengolahan data dilakukan dengan rancangan blok acak lengkap (randomized
complete block design) yaitu rancangan yang disusun berdasarkan perlakuan
dan blok (pengelompokan terhadap perlakuan).
2. Dari hasil analisis ragam ANOVA (Tabel 7.2) dapat ditentukan berbeda atau
tidak. Bila berbeda, dilanjutkan dengan Dunnett's multiple comparison test.
56
Keterangan: s = banyaknya sampel; p = banyaknya panelis; KTS = Kuadrat
Tengah Sampel; KTP = Kuadrat Tengah Panelis; dan KTG = Kuadrat Tengah
Galat
(total skor)2
Faktor koreksi (FK) =
(sampel x panelis)
2
(subtotal skor @sampel)
Jumlah kuadrat sampel JKS =
Panelis - FK
2
(subtotal skor @panelis)
Jumlah kuadrat panelis JKP =
Sampel - FK
57
UJI BEDA DARI KONTROL
Nama : Tanggal:
Sampel : Biskuit
Instruksi:
Caranya: Cicip sampel kontrol, kemudian netralkan mulut, lalu ciciplah 1 sampel
yang terdapat dekat dengan anda. Apakah berbeda? Bila tidak beri tanda cek (√)
pada kolom yang disediakan untuk sampel dengankode 245. Bila berbeda,
rasakan seberapa besar perbedaannya, kemudian berilah tanda cek (√) pada
kolom yang sesuai dengan penilaian anda. Selesai sampel 1, lakukan hal yang
sama pada sampel berikutnya. Tuliskan komentar terutama terhadap perbedaan
yang terdeteksi
Kode Sampel
Respon Perbedaan
245 398 954
Tidakbeda/sama
Sedikit berbeda
Agak berbeda
Moderat
Cukupbesar
Besar
Sangat besar
Komentar:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Gambar 7.2. Contoh formulir isian (scoresheet) uji beda dari kontrol
58
Pembacaan Tabel Lampiran 7.1. Distribusi Nilai F
Tabel ini digunakan untuk memperoleh nilai F tabel yang diperlukan untuk
dibandingkan dengan nilai F dari tabel ANOVA (= F hitung). Data yang diperlukan
adalah n1 (v1)= derajad bebas pembagi dan n2 (v2)= derajad bebas penyebut. Nilai
n1 dari tabel ANOVA adalah derajad bebas sampel atau panelis. Sedangkan nilai n 2
dari tabel ANOVA adalah derajad bebas galat. Jika nilai F hitung > F tabel maka
berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada taraf yang dipilih, demikian pula
sebaliknya.
Uji Dunnett merupakan uji lanjut yang dilakukan apabila terdapat signifikansi
dari hasil ANOVA. Uji ini membandingkan selisih nilai rata-rata dari dua sampel
dengan selang ujinya.
2 KTG
Selang uji=D
banyaknya panelis
dimana nilai D diperoleh dari tabel Lampiran 7.2. Data dimasukan untuk kedua
table tersebut adalah p = banyaknya nilai rata-rata perlakuan (tidak termasuk
kontrol) dan df = derajat bebas galat.
Jika selisih nilai rata-rata sampel produk terhadap control > selang uji, maka
berarti produk tersebut berbeda nyata dengan kontrol.
Jika selisih nilai rata-rata sampel produk terhadap control ≤ selang uji, maka
berarti produk tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Berikut ini adalah contoh tabulasi skor pembedaan hasil pengujian tersebut.
Penghitungan total baris dan total kolom sekaligus dilakukan untuk
mempermudah ANOVA (Tabel 7.3 dan Tabel 7.4).
Jumlah kuadrat panelis (JKP) = (102 + 162 + .... + 112)/3 - 2195.8 = 253.5
59
Pembacaan tabel pada Lampiran 7.1.
Data masukan :
60
No. Panelis ProdukKontrol Produk F Produk N Total Baris
35 4 6 5 15
36 2 3 6 11
37 3 4 6 13
38 0 4 4 8
39 4 8 7 19
40 0 5 6 11
41 1 5 5 11
42 3 4 4 11
Total Kolom 100 200 226 526
Rata2 2.38 4.76 5.38
Tabel 7.4. Hasil ANOVA RBAL untuk uji beda dari kontrol
SumberKer Derajatb JumlahKua KuadratTe
Fhitung
agaman ebas (db) drat (JK) ngah (KT)
7.5 Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
US.
61
Uji Pembedaan Intensitas Atribut
PRAKTIKUM 8
(Uji Ranking Berpasangan dan Uji
Rating Intensitas)
62
”Amat sangat kuat aromanya”
”Sangat kuat aromanya”
”Kuat”
”Agak kuat”
”Antara agak kuat dan agak ringan” (Netral)
”Agak ringan aromanya”
”Ringan”
”Sangat ringan aromanya”
”Amat sangat ringan aromanya”
63
Nama : Tanggal:
Sampel: Sari buah siap minum
Kriteria : Tingkat kemanisan
Instruksi
1. Perhatikan masing-masing kode contoh sesuai dengan letak contoh, sebelah
kiri atau di sebelah kanan.
2. Ciciplah dari kiri ke kanan untuk masing-masing pasangan contoh. Tentukan
contoh mana yang lebih manis dan tuliskan kode contohnya pada kolom
yang disediakan.
3. Lanjutkan pengujian pada pasangan contoh berikutnya sampai ke enam
pasangan contoh selesai dievaluasi. Gunakan air minum untuk menetralkan
mulut anda.
Jika anda merasakan tak ada perbedaan di satu pasangan, tebaklah. Komentar
alasan pemilihan atau karakteristik contoh dapat anda tulis pada kolom catatan
64
Analisis Data
Nama : Tanggal:
Instruksi:
1. Lakukan pembauancontoh satu persatu dari kiri ke kanan
2. Setelah membau satu contoh, berikan penilaian anda terhadap aroma udang
contoh dengan cara memberikan tanda cek (V) terhadap intensitas aroma
udang pada kolom yang tersedia di bawah kode contoh.
3. Selesai menilai netralkan hidung dengan cara sesaat menghindar dari krupuk,
kemudian bau contoh berikutnya dan lakukan penilaian terhadap aroma
udangnya. Demikian seterusnya hingga contoh terakhir.
Gambar 8.2. Contoh score sheet pada Uji Rating Intensitas (skala kategori)
65
Tabel 8.1. Tabulasi data Uji Ranking Berpasangan
Panelis Pas Pas A-C Pas Pas Pas B-D Pas C-D
A-B A-D B-C
1 B C D A B C
2 B C D A D C
3 B C D B D C
4 B A D B D C
5 B C D B D C
6 B C D A D C
7 B C D A D C
8 B C D B D D
9 B C D B D D
10 B C D B D D
11 B C D A D D
12 B C D A B D
Jumlah B=12 C=11;A=1 D=12 A=6; B=2;D=10 C=7;D=5
B=6
66
Tabel 8.3. Perhitungan jumlah peringkat uji ranking berpasangan
dimana:
p=banyaknya panelis,
t=banyaknya perlakuan,
6. Interpretasikan hasil.
Nilai T (=34.17) > nilai kritik 2 (=7.81) berarti keempat sampel berbeda secara
signifikan pada taraf 5 % dalam hal kemanisan, sedangkan urutan kemanisan
produk berdasarkan skala jumlah peringkat kemanisan, yaitu D - C - B - A.
8.5 Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., dan Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
USA.
67
Uji Afektif
68
skala 5-point atau 7-point. Contoh diberi kode dan disajikan secara sama. Urutan
penyajian contoh hendaknya diacak untuk masing-masing panelis. Semua contoh
dapat disajikan bersamaan atau bisa juga disajikan satu persatu
Alat
Piring saji
Tissue
Gunting
Label
Alat tulis
Bahan
Kripik singkong
Air minum untuk penetral
Cara Penyiapan dan Penyajian
Uji Ranking Hedonik
1. Tempatkan tiga potong sampel pada wadah penyajian yang memiliki kode tiga
digit angka acak. Bila perlu potong-potong sampel sehingga seragam untuk
menghilangkan identitas produk.
2. Panelis diminta untuk melakukan pengujian kesukaan setelah melakukan peng-
ujian secara keseluruhan mulai dari penampakan, aroma, rasa dan tekstur
(pengunyahan).
3. Panelis diminta membandingkan semua produk dan mengurutkan berdasarkan
kesukaan dengan mengisi lembar pertanyaan Uji Ranking Hedonik seperti
dapat dilihat pada Gambar 9.1.
Uji Rating Hedonik
1. Tempatkan 3 potong sampel pada wadah penyajian yang memiliki kode tiga
digit angka acak. Bila perlu potong-potong sampel sehingga seragam untuk
menghilangkan identitas produk.
2. Sajikan sampel uji kepada panelis satu persatu (jangan bersamaan!) untuk men-
dapatkan respon spontan panelis terhadap sampel tanpa perlu
membandingkan dengan sampel yang lain.
69
Uji Ranking Hedonik
Petunjuk
Di hadapan anda terdapat 4 contoh kripik singkong keju. Anda diminta untuk
mem-bandingkan kerenyahan ke 4 contoh. Kunyahlah masing-masing contoh
berurutan dari paling kiri ke kanan. Rasakan kerenyahanannya.
Kemudian berilah penilaian dengan mengurutkan dari yang paling anda sukai
kere-nyahannya (tulis angka 1 pada kolom Ranking) hingga yang paling sedikit
anda sukai kerenyahannya (tulis angka 4 pada kolom Ranking). Anda
diperbolehkan mencicip ulang contoh-contoh tersebut sebelum anda
melakukan penilaian.
Komentar:
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
...............
70
4. Respon status kesukaan diisi pada formulir isian pada Gambar 9.2.
Analisis Data
1. Ranking Hedonik
1. Untuk uji rating hedonik, lakukan pengolahan data menggunakan analisis Chi-
square (friedman) dengan program SPSS seperti dijelaskan pada Praktikum 4.
2. Jika hasil perhitungan SPSS menunjukkan nilai Asymp. Sig. < 0.05 (terdapat
perbedaan yang signifikan), selanjutnya dilakukan uji LSD rank dengan rumus
sebagai berikut:
LSDrank t /2, ptt 1 / 6
dimana:
t/2, = nilai kritik t pada taraf /2 dengan derajat bebas v = .
Untuk taraf = 10%, 5%, dan 1% nilai t/2, = 1.645, 1.960, dan 2.576
p = jumlah panelis
t = jumlah perlakuan (sampel uji)
Penarikan kesimpulan :
Jika selisih R dua sampel ≥ LSDrank maka ada perbedaan antara kedua sampel
pada taraf .
Jika selisih R dua sampel < LSDrank maka tidak ada perbedaan antara kedua
sampel pada taraf .
71
Uji Rating Hedonik
Petunjuk
Anda akan mendapatkan 4 sampel uji yang akan diberikan secara satu persatu.
- Lakukan penilaian terhadap sampel uji (satu per satu) secara keseluruhan
mulai dari penampakan, aroma, rasa dan tekstur (kerenyahan)
- Tulis kode contoh sampel pada kolom kosong yang tersedia
- Tuliskan respon anda terhadap sampel yang sedang diuji dengan cara
memberi tanda pada kolom dibawah kode contoh sesuai dengan status
kesukaan yang anda pribadi rasakan (sangat suka – sangat tidak suka).
- Lakukan cara yang sama sampai seluruh sampel uji selesai dinilai.
Kode Contoh
Penilaian
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Tidak suka
72
2. Rating Hedonik
Lakukan pengolahan data uji rating hedonik seperti halnya pada uji rating
intensitas menggunakan n analisis ragam (ANOVA) dengan bantuan program SPSS
mengikuti tahapan pengolahan data yang sudah dijelaskan pada Praktikum 7.
9.5. Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V. dan Carr, B. T. 1999. Sensory Technique Evaluation.
3ed. CRC Press LLC. Florida. USA
Poste, L. M., Mackie, D. A., Butler, G., dan Larmond, E. 1991. Laboratory
methods for sensory analysis of foods. Research Branch Agricuture Canada
Publication 1864/E. Canada.
Lawless, H.T., dan Heymann, H. 1999. Sensory evaluation of food. Principles and
practices. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland. USA.
73
Statistika Pengolahan Data Uji
Sensori II
PRAKTIKUM 10
74
Tukey‟s HSD. Uji lanjut Dunnet adalah uji lanjut yang khusus digunakan untuk uji
beda dari kontrol (difference from control test).
Alat
Perangkat komputer PC
Perangkat lunak SPSS (versi 17 ke atas)
Perangkat penyimpan USB
Peralatan tulis menulis
Bahan
Data simulasi uji rating intensitas, skala hedonik atau uji deskriptif untuk dua
produk
Prosedur Kerja
1. Hidupkan komputer dan monitornya.
2. Jalankan program SPSS dan buka lembar kerja baru.
3. Input data:
Misalnya ada 20 panelis yang menguji produk A dan B.
Siapkan dua kolom yaitu Produk dan Skor
Kolom Produk berisi produk yang disajikan kepada 20 panelis : ketik angka
1 untuk produk A sebanyak 10x dan ketik angka 2 untuk produk B sebanyak
10x (sebaiknya jumlah keduanya sama ).
Kolom Skor berisi skor penilaian panelis terhadap produk
Jadi total 20 baris dimana setiap baris mewakili seorang panelis.
4. Pemrosesan data:
Analyze
Compare Means
Independent-Sample T Test...
Test variable(s): Skor
Grouping variable: Produk
Define Groups
Used specified values
Group 1: 1
Group 2: 2
Continue
OK
5. Keluaran:
-Tabel Group Statistics
-Tabel Independent Sample Test
6. Simpan berkas input data dan keluaran
75
Penarikan Kesimpulan
Dari Tabel Independent Sample Test pada t-test for Equality of Means kolom
Sig. (2-sided) untuk Equal variances not assumed, bandingkan nilainya dengan taraf
signify-kansi 0.05. Jika nilainya < 0.05 maka produk A berbeda nyata dengan
produk B pada taraf nyata 5%atau sebaliknya.
4. Pemrosesan data:
Analyze
General Linear Model
Univariate...
76
Dependent Variable: Skor
Fixed Factor(s): Panelis
Sampel
Model...
Custom
Model: Panelis
Sampel
Build Term(s). All 2-way
Include intercept in model: hilangkan tanda cek
Continue
Post Hoc…
Post Hoc Tests for: Sampel
Duncan
Continue
OK
5. Keluaran:
-Tabel Between-Subjects Factors
-Tabel Tests of Between-Subjects Effects
-Tabel Post Hoc Tests
6. Simpan berkas input data dan keluaran
Penarikan Kesimpulan
Dari Tabel Tests of Between-Subjects Effects pada source Sampel, baca nilai sig.
dan bandingkan nilainya dengan taraf signifikansi 0.05. Jika nilainya < 0.05 maka
terdapat signifikansi perlakuan (dalam hal ini adalah jenis produk) terhadap skor
pada taraf nyata 5%atau sebaliknya. Jika hasilnya signifikan maka lanjutkan dengan
hasil Post Hoc Test.
10.4.2 Pengolahan Data Uji Beda Dari Kontrol (Difference from Control
Test)
Sama dengan Praktikum 10.4.1 tetapi dengan Post Hoc Test adalah Dunnet.
10.5 Pustaka
Mattjik, A. A., dan Sumertajaya, M. 2002. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
Meilgaard, M., Civille, G. V., dan Carr, B. T. 1999. Sensory Evaluation
Techniques. CRC Press LLC. Florida. USA.
O‟Mahony, M. 1986. Sensory Evaluation of Food. Marcel Dekker, Inc., New York,
USA.
Poste, L. M, Mackie, D. A., Butler, G., dan Larmond, E. 1991. Laboratory
methods for sensory analysis of foods. Research Branch Agricuture Canada
Publication 1864/E. Canada.
77
PRAKTIKUM 11
Seleksi Panelis
78
pencicipan dan penciuman, (2) uji segitiga dan (3) uji ranking untuk menguji
kemampuan panelis untuk membedakan dan mengurutkan intensitas rangsangan.
timbangan analitis
gelas ukur
sendok
gelas-gelas kecil untuk penyajian
vial/botol kecil
label
marker/spidol
Bahan
NaCl
sukrosa atau gula pasir
asam sitrat
kafein
monosodium glutamate (MSG)
sediaan aroma standar
penetral
Cara Penyiapan Sampel Uji
1. Uji rasa dasar: siapkan lima larutan rasa dasar yang terdiri dari larutan sukrosa
2%, NaCl 0.5%, asam sitrat 0.08%, MSG 0.05% dan kafein 0.005%
2. Uji aroma dasar: siapkan 10 sediaan aroma dasar dalam vial atau botol kecil
bertutup dan kertas smelling strip yang sudah dipotong-potong sesuai dengan
kebutuhan.
3. Uji Segitiga: siapkan dua sampel yang memiliki perbedaan yang sangat kecil.
Sampel yang disiapkan dapat berupa larutan rasa dasar dengan konsentrasi
yang berbeda (misal sukrosa 5 dan 7%), atau sediaan aroma dengan
pengenceran yang berbeda (misal pengenceran 10 dan 20x), atau dapat juga
berupa produk dengan konsentrasi ingredient tertentu yang berbeda (misalnya
sari buah dengan konsentrasi gula atau asam yang berbeda). Jumlah set uji
segitiga yang disajikan kepada setiap panelis adalah 3 (tiga) set, sehingga setiap
panelis secara total akan mendapat 9 (sembilan) sampel.
4. Uji ranking/rating: siapkan empat sampel uji yang memiliki perbedaan intensi-
tas sensori. Seperti halnya pada uji segitiga diatas, sampel yang disiapkan dapat
berupa larutan rasa dasar dengan empat konsentrasi yang berbeda (misal 4, 6,
8, 10%), atau sediaan aroma dengan empat pengenceran yang berbeda (misal
10, 15, 20, 25x), atau berupa produk dengan perbedaan pada konsentrasi
ingredien tertentu.
79
Cara Penyajian Sampel Uji
1. Uji rasa dasar: sajikan 4 sampel larutan rasa dasar dari 5 sampel yang dibuat.
Berikan kode sampel dan lakukan pengacakan baik dalam hal urutan maupun
jenis larutan yang disajikan kepada masing-masing panelis.
2. Uji aroma dasar: sajikan 4 sediaan aroma dasar dari 10 sediaan yang disiapkan.
Berikan kode sampel dan lakukan pengacakan baik dalam hal urutan maupun
jenis larutan yang disajikan kepada masing-masing panelis.
3. Uji segitiga: secara keseluruhan panelis akan melakukan uji segitiga sebanyak 3
kali. Sajikan set uji segitiga satu persatu. Mintalah kepada panelis untuk memu-
tar booth setelah melakukan uji, agar set sampel uji segitiga berikutnya dapat
disajikan. Perhatikan kombinasi dan urutan sampel yang disajikan harus ber-
beda untuk ketiga set sampel uji segitiga yang disajikan kepada panelis. Kombi-
nasi dan urutan penyajian mengacu pada praktikum uji segitiga.
4. Uji ranking/rating: sajikan keempat sampel yang dipersiapkan dengan memper-
hatikan kombinasi dan pengacakan dalam urutan penyajian di masing-masing
booth. Ketentuan kombinasi dan urutan penyajian mengacu pada praktikum
mengenai uji ranking sederhada atau uji rating (skala) intensitas.
Cara Penilaian
1. Mintalah kepada panelis untuk melakukan keempat metode uji dengan urutan
(1) uji rasa dasar; (2) uji aroma dasar; (3) uji segitiga; (4) uji ranking/rating.
Metode uji yang dapat dipertukarkan dalam urutan pengujian adalah uji (1)
dan (2). Contoh kuesioner dapat dilihat pada Gambar 11.1.
2. Uji rasa dasar dan aroma dasar: mintalah kepada panelis untuk
mendeskripsikan rasa dan aroma yang teridentifikasi menggunakan persepsi
dan perbendaharan kata yang dimiliki oleh masing-masing panelis secara bebas
(Gambar 11.2). Pengujian sampel dilakukan secara berurut (untuk uji rasa
dasar) dan secara acak (untuk uji bau) dan pengujian dilakukan hanyak satu
kali dan tidak diperbolehkan untuk mengulang. Cara menetralkan indra
pencicip dilakukan dengan menggunakan air, sebelum melakukan pengujian
sampel berikutnya. Untuk pengujian aroma berikan jeda waktu istirahat antar
sampel selama minimal 30 detik.
3. Uji segitiga: mintalah kepada panelis untuk melakukan uji segitiga sebanyak 3
kali. Seperti halnya ketentuan dalam uji segitiga, panelis diminta mengisi
nomor kode sampel yang berbeda dari tiga sampel uji yang disajikan
(Gambar 11.3).
4. Uji ranking/rating: mintalah kepada panelis untuk mengurutkan sampel dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi intensitasnya baik dengan mem-
berikan urutan (1=intensitas paling rendah) atau memberikan respon berupa
skala sesuai dengan dengan jenis skala yang dimintakan (Gambar 11 .4).
80
UJI RASA DASAR
Nama : ……………………………..
Kriteria : Rasa
Instruksi :
Lakukan pencicipan sampel larutan yang ada di hadapan anda satu per satu secara
berurut dari kiri ke kanan. Ambil satu sendok sampel larutan, tempatkan pada
sendok pencicip anda dan masukkan kedalam mulut (keatas lidah), rasakan selama
5 detik kemudian ditelan. Deskripsikan rasa yang teridentifikasi pada tempat yang
tersedia di bawah ini. Setelah mencicipi satu sampel, lakukan pembilasan lidah
dengan meminum air tawar dan jeda waktu selama 30 detik, untuk kemudian
berpindah pada sampel berikutnya.
81
UJI AROMA DASAR
Kriteria : Bau
Instruksi :
Lakukan penciuman sampel satu persatu dengan mencium smelling strip.
Deskripsikan bau yang tercium dalam bentuk verbal (kata-kata) pada tabel
dibawah ini. Istirahatkan hidung anda selama 30 detik sebelum melakukan
pengujian sampel berikutnya.
Kode sampel Deskripsi Aroma
82
UJI SEGITIGA
Sampel :
Kriteria : Kemanisan
Instruksi:
Di hadapan anda terdapat 3 set sampel uji segitiga. Untuk masing-masing set,
identifikasi sampel yang berbeda dari dua sampel lainnya dan tuliskan kode sampel
yang berbeda tersebut pada kolom yang tersedia.
Gambar 11.3. Contoh kuesioner uji segitiga untuk keperluan seleksi panelis
83
UJI RATING
Sampel :
Kriteria :
Instruksi:
Urutkan intensitas rasa asam dari empat sampel yang disajikan. Tuliskan kode
sampel dari urutan 1 (paling tidak asam) sampai 4 (paling asam)
Gambar 11.4. Contoh kuesioner uji segitiga untuk keperluan seleksi panelis
84
maka panelis yang terpilih adalah panelis yang menjawab 2 set benar dari 3 set
uji segitiga yang dilakukan
3. Uji ranking/rating: panelis yang terpilih menjadi kandidat panelis terlatih adalah
panelis yang secara tepat mengurutkan intensitas sampel secara benar.
11.5. Pustaka
Meilgaard, M., Civille, G.V., and Carr, B.T. 2007. Sensory Technique Evaluation.
4th. CRC Press LLC. Florida. USA
85