Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM UJI INDERAWI


’Uji Pembedaan Segitiga, Uji Ranking, Uji Pembanding Jamak, dan Uji
Perbandingan Jamak’

Disusun oleh

Hesti Aristiarini

D.111.18.0010

Thp 18 A pagi

Program Studi S1 Teknologi Hasil Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Semarang
2020
ACARA 1

I. JUDUL
UJI PEMBEDAAN SEGITIGA (KERIPIK SINGKONG)

II. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji pembedaan segitiga dengan
benar dan dapat melakukan analisis hasil dari pengujian pembedaan
segitiga yang telah dilakukan.
2. Mahasiswa dapat menentukan uji pembedaan segitiga dengan produk
yang diujikan yaitu keripik singkong (warna, aroma, dan rasa)

III. WAKTU PELAKSANAAN


Praktikum ini dilaksanakan pada jam 14.30-selesai, tanggal 10
Desember 2020 di Laboratorium Uji Inderawi, lantai 2, Gedung V,
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang.

IV. DASAR TEORI


Uji Pembedaan, pengujian pembedaan digunakan untuk
menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensori atau organoleptik antara
dua contoh meskipun dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh
disajikan bersama tetapi untuk melaksanakan pembedaan selalu ada 2
contoh yang dapat dipertimbangkan. Uji-uji digunakan untuk menilai
pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan
atau persamaan antara dua produk dan komoditi yang sama terutama dari
segi konsumen. Untuk mempertentangkan contoh-contoh yag diuji dapat
menggunakan bahan pembanding (Hastuti,1987).

Pengujian pembedaan dapat terdiri dari :

Uji Pasangan (Paired Comparison Atau Dual Comparation)

Uji Segitiga (Triangel Test)


Uji Duo-Trio

Uji Pembanding Ganda (Dual Standard)

Uji Pembanding Jamak (Multiple Standard)

Uji Pasangan Tunggal (Single Stimulus)

Uji Pasangan Jamak (Multiple Pains)

Uji Tunggal (Yulia A, 2016)

Dalam uji pembedaan : (Susiwi. 2009)

1. Dikehendaki panelis yang peka

2. Menggunakan sampel baku / sampel pembanding.

3. Harus mengingat sampel baku/ sampel pembanding

Uji diskriminatif terdiri atas dua jenis, yaitu uji difference test (uji
pembedaan) yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya
perbedaan diantara contoh dan sensitifity test, yang mengukur kemampuan
panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Diantara uji pembedaan
adalah uji perbandingan pasangan (paired comparation test) dimana para
panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua
contoh yang disajikan (E-book pangan, 2006).

1. Uji Segitiga (Triangel Test)


Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil.
Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka dari pada uji
pasangan. Uji ini mula-mula diperkenalkan oleh 2 ahli statistik Den
Mark pada tahun 1946. Dalam pengujian ini, kepada masing-masing
panelis disajikan secara acak 3 contoh berkode. Pengujian ke 3 contoh
itu biasanya dilakukan bersamaan tetapi dapat pula berurutan, 2 dari 3
contoh pada uji segitiga sama dan yang ketiga berlainan. Panelis diminta
memilih satu diantara 3 contoh yang berbeda dari 2 yang lain. Dalam uji
ini tidak tidak ada contoh baku atau pembanding. Apabila terdapat satu
contoh berbeda dari 2 contoh lainnya, maka dapat ditulis dengan angka
1 sedangkan contoh sama ditulis angka 0 pada formulir isian yang
disediakan (Prasetyo, 2012).
Hasil dari penilaian panelis pada uji segitiga ditabelkan dan
dianalisis dengan distribusi binomial atau tabel statistik pada lampiran
(Artanto, 2012). Dalam uji segitiga panelis diminta untuk mencari
sampel yang berbeda dari keseluruhan karakteristik sensori. Oleh karena
itu dalam penyajian, tutupi semua perbedaan yang bukan merupakan
tujuan uji. Dengan uji ini besar dan arah perbedaan antar sampel tidak
tergambarkan, demikian juga indikasi karakteristik yang bertanggung
jawab terhadap timbulnya perbedaan tersebut. Dengan kata lain uji
segitiga terbatas pada produk-produk yang homogen. Tingkat
probabilitas uji segitiga adalah 1/3. Analisis hasil uji segitiga dilakukan
dengan membandingkan jumlah jawaban yang benar dengan tabel
binomial (Tim Evaluasi Sensoris,2014).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan
a. Alat
1. Wadah plastik 1 Buah
Digunakan untuk tempat contoh sampel keripik singkong
2. Label 3 Buah
Digunkan untuk memberi kode pada wadah plastik.
3. Alat tulis 1 Buah
Digunakan untuk mencatat data hasil pengujian

b. Bahan
1. Keripik singkong 3 sampel yang berbeda merek
Digunkan sebagai jenis contoh sampel pengujian
2. Air mineral 1 Buah
Digunakan sebagai penetral sesudah mencoba sampel untuk
mencoba sampel berikutnya agar bisa netral terlebih dahulu
VI. CARA KERJA
1. Disiapkan 3 sampel bahan yang akan diujikan
2. Diantaranya merupakan produk yang sama dan 1 merupakan produk
lain.
3. Dicicipi 3 sampel tersebut dan diberi tanda 1 pada kuisioner untuk
sampel yang berbeda dari yang lainnya.
4. Diamati warna, aroma, dan rasa dari keripik tersebut. Bahan yang
diujikan keripik singkong dengan kode 712,752,dan 717.
5. Dinyatakan apakah ada contoh sampel yang disajikan memiliki
kesamaan atau berbeda dengan contoh baku bila sama diberi tanda 0,
sedangkan bila berbeda diberi tanda 1 dan tidak boleh memberi
angka yang sama .

VII. DATA PENGAMATAN


Panelis 1
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : gigih arya yudhantama
Tanggal Penelitian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Keripik Singkong
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda Siantar
ketiga contoh ini dan beri tanda 1
Kriteria
KODE
Warna Aroma Rasa
712 0 0 1
717 1 1 0
752 0 0 0

Panelis 2
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : ivan
Tanggal Penelitian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Keripik Singkong
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda Siantar
ketiga contoh ini dan beri tanda 1
Kriteria
KODE
Warna Aroma Rasa
752 1 0 0
715 0 1 1
712 0 0 0

Panelis 3
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : dita indah kartika
Tanggal Penelitian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Keripik Singkong
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda Siantar
ketiga contoh ini dan beri tanda 1
Kriteria
KODE
Warna Aroma Rasa
712 0 0 0
717 0 1 1
752 1 0 0

Panelis 4
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : hariyono
Tanggal Penelitian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Keripik Singkong
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda Siantar
ketiga contoh ini dan beri tanda 1
Kriteria
KODE
Warna Aroma Rasa
712 0 0 0
717 0 1 1
752 1 0 0

Panelis 5
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : oktafiani
Tanggal Penelitian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Keripik Singkong
Instruksi : Nyatakan salah satu contoh yang berbeda Siantar
ketiga contoh ini dan beri tanda 1
Kriteria
KODE
Warna Aroma Rasa
712 0 0 1
717 0 0 0
752 1 1 0

VIII. PEMBAHASAN
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada
perbedaan sifat sensori atau organoleptik antara dua contoh meskipun dalam
pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi untuk
melaksanakan pembedaan selalu ada 2 contoh yang dapat dipertimbangkan.
Uji-uji digunakan untuk meniilai pengaruh macam-macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau
untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dan
komoditi yang sama terutama dari segi konsumen. Untuk
mempertentangkan contoh-contoh yag diuji dapat menggunakan bahan
pembanding (Hastuti,1987).

Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil.


Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka dari pada uji
pasangan. Uji ini mula-mula diperkenalkan oleh 2 ahli statistik Den Mark
pada tahun 1946. Dalam pengujian ini, kepada masing-masing panelis
disajikan secara acak 3 contoh berkode. Pengujian ke 3 contoh itu biasanya
dilakukan bersamaan tetapi dapat pula berurutan, 2 dari 3 contoh pada uji
segitiga sama dan yang ketiga berlainan. Panelis diminta memilih satu
diantara 3 contoh yang berbeda dari 2 yang lain. Dalam uji ini tidak tidak
ada contoh baku atau pembanding. Apabila terdapat satu contoh berbeda
dari 2 contoh lainnya, maka dapat ditulis dengan angka 1 sedangkan contoh
sama ditulis angka 0 pada formulir isian yang disediakan (Prasetyo, 2012)

Uji dari masing-masing panelis berbeda semua dikarenakan indra


penglihat dan rasa itu berbeda pada masing-masing panelis, Aroma adalah
bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-
syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung, aroma pada
keju dihasilkan oleh kerja bakteri asam laktat yang berperan untuk
menimbulkan aroma dan asam. Warna merupakan sensori pertama
yang dapat dilihat langsung oleh panelis. penentuan mutu bahan
makanan umumnya bergantung pada warna yang dimilikinya,
warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis. Rasa adalah
tingkat kesukaan dari keju yang diamati dengan indera perasa
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kurang enak, enak dan sangat
enak dengan pembahasan ini bisa dilihat pada table diatas.

IX. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum :

1. Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada


perbedaan sifat sensori atau organoleptik antara dua contoh meskipun
dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi
untuk melaksanakan pembedaan selalu ada 2 contoh yang dapat
dipertimbangkan. Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan
yang kecil. Dalam uji ini tidak tidak ada contoh baku atau pembanding.
Apabila terdapat satu contoh berbeda dari 2 contoh lainnya, maka dapat
ditulis dengan angka 1 sedangkan contoh sama ditulis angka 0 pada
formulir isian yang disediakan.
2. Dari hasil praktikum pada 3 kode sampel Keripik singkong, terdapat 5
panelis yang melakukan uji pembedaan segitiga tersebut, dan hasil uji
tersebut memiliki data yang berbeda-beda tiap panelisnya, walaupun
pada data warna/aroma/rasa pada tiap panelisnya juga ada yang sama
dalam memberi tanda 1 (yang berbeda). Dengan ini dapat kita ketahui
bahwa tiap orang memiliki indera penglihatan, indera penciuman, dan
indera perasa yang berbeda-beda tergantung pada tiap orang.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Mylaporan. 2017. LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI UJI


SEGITIGA. https://mylaporan.wordpress.com/2017/05/25/laporan-
praktikum-uji-segitiga/ (Diakses pada tanggal 10 Desember 2020)

Santoso, Sukarno. 2018. LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN


PEMBEDA SEDERHANA. https://docplayer.info/72926969-Laporan-
praktikum-uji-segitiga-dan-pembeda-sederhana.html (Diakses pada tanggal
10 Desember 2020)

Artanto, aditya widy dkk. 2012. Uji segitiga. Bpk mulia : jakarta

Hastuti, p.1987.pedoman uji indrawi bahan pangan. PAU pangan dan gizi :
yogyakarta
Prasetyo, tridimas. 2012.aji segitiga .kencana:bandung
Yulia, ade.2016 kuliah evaluasi sensori. Fakultas teknologi pertanian.
Universitas : ambi
 

ACARA 2

I. JUDUL
UJI RANGKING ( SUSU COKELAT)

II. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji rangking dengan benar dan
dapat melakukan analisis hasil dari pengujian uji rangking yang telah
dilakukan.
2. Mahasiswa dapat menentukan uji rangking dengan produk yang diujikan
yaitu susu cokelat
3. Untuk mengetahui perubahan mutu produk akibat perubahan atau
perbaikan proses produksi, apakah produk tersebut sama, lebih baik, atau
bahkan lebih buruk dari produk sebelumnya
4. Dapat digunakan untuk menentukan mutu produk terbaik dan produk
mana yang paling digemari , sehingga selanjutnya jenis dan tingkat
produk dapat digunakan sebagai standar proses pembuatan suatu produk

III. WAKTU PELAKSANAAN


Praktikum ini dilaksanakan pada jam 14.30-selesai, tanggal 10 Desember
2020 di Laboratorium Uji Inderawi, lantai 2, Gedung V, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Semarang

IV. DASAR TEORI


Penginderaan merupakan proses fisiologis dan reaksi psikologis
(mental). Indera manusia merupakan alat tubuh untuk mengadakan reaksi
mental (sensation, penginderaan) jika mendapat rangsangan atau stimulus dari
luar reaksi mental ini dapat menimbulkankesadaran atau kesan akan benda
yang menimbulkan rangsangan, dilain pihak kesadaran ataukesan itu
menimbulkan sikap terhadap benda yang merangsang itu. Sikap itu dapat
berwujud tidak menyukai jika rangsangan itu menimbulkan kesan yang tidak
menyenangkan,sebaliknya dapat berupa sikap menyukai jika rangsangan itu
menyenangkan (Soekarto, 1985).
Kartika (1998) menyatakan bahwa dalam penilaian organoleptik
diperlukan panel yang bertindak sebagai instrumen atau alat. Alat ini terdiri
dari orang atau sekelompok orang yang bertugas menilai sifat mutu suatu
produk pangan berdasarkan kesan subyektif. Sekelompokorang panel yang
melaksanakan penilaian organoleptik disebut panelis.Pengujian organoleptik
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu kelompok uji pembedaan
(different test), kelompok uji pemilihan (preference test), kelompok uji
deskriptif(uji analitik), dan kelompok uji skalar (Soekarto, 1985). Salah satu
contoh dari kelompok ujiskalar adalah uji rangking.
Kartika (1988) mengemukakan bahwa uji rangking dapat digunakan
untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dan dalam
rangka memilih yangterbaik dan menghilangkan yang terjelek. Uji rangking
dapat menggunakan penelis terlatih untuk uji rangking pembedaan dan
panelis tidak terlatih untuk uji rangking kesukaan. Ranking adalah suatu
proses pengurutan dua sampel atau lebih berdasarkan intensitas atau derajat
atribut yang dirancang atau menurut tingkat kesukaan produk dalam rangka
memilih yang terbaik atau menghilangkan yang terjelek, dengan maksud
untuk menambah atau mengurangi jumlah suatu atribut, kualitas secara
keseluruhan atau respon pada saat yang sama (Nur Aini dkk, 2013).
Uji ranking pada umumnya dilakukan untuk menentukan urutan
sejumlah komoditas atau produk yang berbeda intensitas sifatnya. Selain itu
juga, uji ranking dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk dan
memilih contoh yang terbaik. Dalam uji ranking, panelis diminta untuk
mengurutkan sampel yang diuji menurut intensitas mutu sensorik. Sampel
diberi nomor urut dari intensitas mutu sensorik. Dari segi jumlah contoh yang
disajikan, uji peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala, namun dari segi
penginderaan mirip dengan uji pembandingan (Anonim, 2013)
Uji ranking mempunyai kemudahan bagi panelis yaitu dalam
memahami instruksi dan merespon, setelah panelis mengenal sifat indrawi
yang diujikan. Kelebihan lainnya yaitu bahwa data responnya sudah
merupakan data kuantitatif yang kemudian dapat dilakukan berbagai cara
menurut keperluan akuasinya. Uji ranking mempunyai kelemahan yaitu
terbatasnya jumlah contoh yang dapat diuji. Membuat peringkat sampai 6
sampel masih mudah bagi panelis, tetapi apabila jumlah sampel lebih dari 6,
panelis akan mengalami kesulitan (Nur Aini dkk, 2013).
Menurut Supriyatna (2007), uji ranking termasuk pada uji skalar karena
hasil pengujian oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesandengan
jarak (interval) tertentu. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan
contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat mututingkat sensorik.
Jarak atau interval antara jenjang (ranking) ke atas dan ke bawah tidak
harussama, misalnya jenjang no. 1 dan 2 boleh berbeda dengan jenjang nomor
2 dan nomor 3. Dalam pengujian penjenjangan, komoditi diurutkan atau
diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, dan
makin kebawah nomor urut semakin besar. Angka-angka ini tidak
menyatakan besar skalar melainkan nomor urut. Dalam uji ranking, contoh
pembanding tidak ada. (Supriyatna, 2007)
Keuntungan dari uji rangking adalah cepat, dapat digunakan untuk
bermacam-macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh
baku atau tidak, dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua
contoh pada rank yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan
jumlah atau tingkat perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat
dibandingkan langsung dengan nilai yang sama pada set data lain dan bila
terdapat perbedaan yang kecil panelis merasa harus membedakan contoh yang
dianggap identik,sehingga dapat menyebabkan inkonsistensi pada uji
rangking (Oktrafina, 2010).
Uji ranking ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu
produk, yaitu untuk mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari
produk lama. Selain itu juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk
yang paling digemari konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu.Dengan
menggunakan uji ranking, uji penjenjangan atau pengurutan ini maka mutu
produk dapat diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa
diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah
yang dijadikan patokandalam proses pembuatan suatu produk. Angka-angka
atau nilai hasil uji ranking yang dilakukan hanyalah nomor urut, tidak
menyatakan besaran skalar. Uji ini juga tidak menyatakan contoh
pembanding sebagai komoditi yang paling tinggi nilainya tetapi hanyalah alat
atau sarana untuk pedoman dalam membandingkan berbagai komoditi yang
sama jenisnya, sedangkan kualitasnya berbeda (Gissel, 1985).

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Gelas plastic ( 3 Buah )
Digunakan untuk tempat contoh sampel susu cokelat
2. Label ( 3 Buah )
Digunkan untuk memberi kode pada gelas plastik.
3. Alat tulis ( 1 Buah )
Digunakan untuk mencatat data hasil pengujian
b. Bahan
1. Susu cokelat ( 3 Gelas berbeda merek )
Digunkan sebagai jenis contoh sampel pengujian
2. Air mineral ( 1 Buah )
Digunakan sebagai penetral sesudah mencoba sampel untuk
mencoba sampel berikutnya agar bisa netral terlebih dahulu

VI. CARA KERJA


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diminum dan dirasakan susu coklat kode 371 lalu dinetralkan dengan air
mineral sebelum mencoba susu cokelat kode 475
3. Diminum dan dirasakan susu coklat kode 475 lalu dinetralkan dengan air
mineral sebelum mencoba susu cokelat kode 551
4. Diminum dan dirasakan susu coklat kode 551 lalu dinetralkan dengan air
mineral
5. Dicatat hasil pengujian setelah mencoba ketiga susu cokelat dengan kode
yang berbeda ( kode 371, kode 475, kode551) untuk dapat mengurutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis

VII. DATA PENGAMATAN


Panelis 1
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : gigih arya yudhantama
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Susu Cokelat
Instruksi : .Ujilah rasa contoh-contoh berikut kemudian urutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis pada susu
cokelat. Tuliskan nomor kode contoh pada kotak yang
tersedia sesuai dengan tingkat rasa manis.
Urutan I II III
Kode 371 475 551

Panelis 2
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : ivan
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Susu Cokelat
Instruksi : Ujilah rasa contoh-contoh berikut kemudian urutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis pada susu
cokelat. Tuliskan nomor kode contoh pada kotak yang
tersedia sesuai dengan tingkat rasa manis.
Urutan I II III
Kode 475 551 371

Panelis 3
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : oktaviani
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Susu Cokelat
Instruksi : Ujilah rasa contoh-contoh berikut kemudian urutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis pada susu
cokelat. Tuliskan nomor kode contoh pada kotak yang
tersedia sesuai dengan tingkat rasa manis.
Urutan I II III
Kode 475 371 551

Panelis 4
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : dita indah kartika
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Susu Cokelat
Instruksi : Ujilah rasa contoh-contoh berikut kemudian urutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis pada susu
cokelat. Tuliskan nomor kode contoh pada kotak yang
tersedia sesuai dengan tingkat rasa manis.
Urutan I II III
Kode 475 371 551

Panelis 5
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : hariyono
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Jenis Contoh : Susu Cokelat
Instruksi : Ujilah rasa contoh-contoh berikut kemudian urutkan
berdasarkan kedekatannya dengan rasa manis pada susu
cokelat. Tuliskan nomor kode contoh pada kotak yang
tersedia sesuai dengan tingkat rasa manis.
Urutan I II III
Kode 475 551 371

VIII. PEMBAHASAN
Uji ranking merupakan uji yang digunakan untuk menilai produk atau
bahan panganyang terbaik dan disukai oleh konsumen dengan cara
mengurutkan beberapa produk lalu dipilih mana yang paling baik yang akan
digunakan, dan yang paling jelek dihilangkan. Dengan menggunakan uji
rangking, perubahan mutu produk akibat perubahan atau perbaikan proses
produksi dapat diukur dan diketahui apakah produk tersebut sama, lebih baik,
atau bahkan lebih buruk dari pada produk yang lama. Selain itu, dapat juga
ditentukan mutu produk yang terbaik dan produk mana yang paling digemari
oleh konsumen, sehingga untuk selanjutnya jenis dan tingkat produk tersebut
dapat digunakan sebagai standar proses pembuatan suatu produk.
Pada praktikum kali ini disediakan 3 produk susu cokelat yang
berbeda merk, kemudian dilakukan uji ranking pada ketiga susu cokelat
tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada ketiga
produk tersebut diperoleh data hasil pengujian sampel yang dilakukan oleh 5
orang panelis pada masing-masing sampel, dengan parameter yang diujikan
yaitu rasa manis. Pada parameter rasa manis yang diujikan susu cokelat
secara berturut-turut panelis uji sample ini terdapat 2 kesamaan dan yang lain
bebeda-beda.Terdapat perbedaan dari rasa manis terhadap ketiga produk susu
cokelat tersebut, hal ini dapat dikarenakan pada ketiga susu cokelat tersebut
yang mempunyai tingkat rasa manis berbeda satu sama lainnya karena jenis
gula dan kadar atau konsentrasi gula yang digunakan dalam pembuatan susu
cokelat berbeda satu sama lainnya. Dan juga karena bahan tambahan lainnya
yang dapat mempengaruhi rasa manis yang ditambahkan dalam pembuatan
susu cokelat tersebut. Susu adalah cairan yang berasal dari kambing , sapi
yang sehat, dengan pemerahan sempurna dan benar,tanpa menambah atau
mengurangi suatu komponen. Susu merupaka produk hasil peternakan yang
kompleks,kaya akan lemak, protein, dan laktosa.campuran komposisi susu
juga dilengkapi dengan berbagai mineral seperi kalsium (Ca) dan pottasiium
(P), serta vitamin yang keseluruhannya dibutuhkan oleh manusia (nurtini
surti,2014). Uji rangking ini yang dilakukan oleh ke 5 panelis ini dengan
sampel susu Ultra milk low fat 371, original 475, dan Ultra Milk Mix antara
Original dan low fat(551). Yang kemudian akan diuji rasa dan kekentalan
pada susu tersebut dan diuji rangking 5 panelis diantaranya lebih memilih
kode 475 sebagai urutan pertama dari pada kode 371 dan kode 551 dimana
susu yang diuji dilihat dari kekentalan dan rasa. Pada kode 475 rasa coklat
pada susu lebih manis dari pada kode 371 dan kode 551. Bahan sampel susu
yang diujikan pada kode 475 digemari karena rasanya yang manis serta
kekentalan yang pas pada kode 371 rasanya agak manis kondisi susunya pun
kurang kental dan warna coklatnyapun pudar pada kode 551 warna coklatnya
kurang coklat dan rasanya pun kurang manis dan kurang diminati.

Dalam melakukan pengujian ini terdapat faktor-faktor yang


mempengaruhi panelis terhadap hasil pengujian, diantaranya kondisi
psikologis panelis (seperti: error of habituation yaitu panelis yang cenderung
memberikan nilai atau respon yang sama terhadap sampel, error of
expectation yaitu adanya informasi yang diberikan yang menimbulkan bias
terhadap penilaian, logicalerror yaitu panelis berpikir misalnya warna dari
susu cokelat tersebut kurang cokelat maka rasanya kurang manis, error of
central tendency yaitu panelis menilai sampel yang ditengah paling bagus,
time error yaitu penyaji menyajikan sampel dari yang kurang dan yang
terakhir sampel yang bagus), faktor fisiologis panelis, kesehatan dari panelis,
serta suasana dan tempat pengujian yang mempengaruhi konsentrasi
dari panelis sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum Uji Rangking maka dapat
diambil kesimpulkan sebagai berikut :
1. Uji rangking dilakukan dengan mengurutkan sampel yang diuji menurut
intensitasmutu sensorik. Nomor urut pertama menyatakan tingkat
yang paling tinggi dannomor urut yang paling besar mempunyai
tingkatan yang paling rendah.
2. Terdapat perbedaan dari rasa manis terhadap ketiga produk susu cokelat
tersebut, hal ini dapat dikarenakan jenis gula dan kadar atau konsentrasi
gula yang digunakan dalam pembuatan susu cokelat berbeda satu sama
lainnya. Dan juga karena bahan tambahan lainnya yang dapat
mempengaruhi rasa manis yang ditambahkan dalam pembuatan susu
cokelat tersebut. Serta masing-masing panelis mempunyai tingkat
kesukaan rasa manis yang berbeda-beda.
3. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi panelis terhadap hasil
pengujian, diantaranya kondisi psikologis panelis dan faktor fisiologis
panelis, kesehatan dari panelis, serta suasana dan tempat pengujian yang
mempengaruhi konsentrasi dari panelis sehingga hasil yang diperoleh
kurang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur dkk. 2013.Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu
danTeknologi Pangan, Purwokerto.

Anonim. 2013. “Ranking” (on-line) http://en.wikipedia.org/wiki/Ranking, diakses


pada 30 Maret 2013.

Anonim. 2013. “Uji Ranking”(on-line).http://www.scribd.com/doc/96109695/Uji-


Ranking, diakses pada 30 April 2013.
Jellinek, Gissel. 1985. Evaluation of Food Bills Howard Limitted. England.

Kartika, B., Pudji, H., Wahyu, S. 1988. Pedoman Uji Indrawi


Bahan Pangan. UGM-Press,Yogyakarta.

Oktafrina dan Surfiana. 2010.BPP Evaluasi Sensoris. Politeknik Negeri


Lampung,Lampung.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Supriyatna, Endang dkk. 2007. Analisis Organoleptik. Pusat Pendidikan dan


PelatihanIndustri Departemen Perindustrian RI, Bogor

LAMPIRAN
ACARA 3
I. JUDUL
UJI PEMBANDING JAMAK (BUMBU-BUMBU)

II. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji pembanding jamak dengan
benar dan dapat melakukan analisis hasil dari pengujian pembanding
jamak yang telah dilakukan.
2. Mahasiswa dapat menentukan uji pembanding jamak dengan produk
yang diujikan yaitu bumbu bumbu (kesamaan aroma).
3. Mahasiswa dapat mengetahui kepekaan indra pembau dan penglihatan

III. WAKTU PELAKSANAAN


Praktikum ini dilaksanakan pada jam 14.30-selesai, tanggal 10 Desember
2020 di Laboratorium Uji Inderawi, lantai 2, Gedung V, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Semarang.

IV. DASAR TEORI

Uji pembedaan adalah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan


bagi industri pangan atau industri lainnya yang menghasilkan produk untuk
masyarakat melalui pasar bebas atau kondisi persaingan bebas. Untuk
mempertahankan agar produk tetap dipilih oleh kosumen, produk harus
senantiasa dapat mempertahankan karakter dasarnya, tetapi harus dapat
menampilkan atribut mutu organoleptiknya secara progres demi
peningkatan kepuasan pelanggan. Produk harus dapat memenuhi kriteria
mutu baik, jumlah cukup, distribusi lancar, dan harga bersaing.
Beberapa produk bahkan tidak cukup hanya sekedar memenuhi
persyaratan standar minimal yang diharuskan, tetapi harus lebih (Dewi,
2011).
Uji pembedaan adalah uji yang digunakan untuk menilai adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk atau lebih yang komoditasnya
sama. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada
dua sampel yang dipertentangkan. Uji ini digunakan juga untuk menilai
pengaruh dari berbagai perlakuan proses atau berbagai penggunaan
bahan baku dalam industri pangan (makanan dan minuman). Uji
pembedaan dibagi menjadi dua, yaitu uji pembedaan dengan
pembanding (acuan) dan uji pembedaan tanpa pembanding (tanpa
acuan). Uji tanpa acuan digunakan jika tujuan pengujian hanya untuk
menentukan ada atau tidak ada perbedaan antara dua atau lebih contoh yang
diuji. Uji pembedaan dengan pembanding diperlukan jika tujuan
pengujian untuk mengukur atau menilai pengaruh perlakuan.
Uji pembanding ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-
macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan
bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara dua produk dari komoditi yang sama, terutama dari segi
konsumen produk yang digunakan dalam praktikum ini antara lain Bumbu-
bumbu (rendang, soto, gule, rending, kare). Uji ini juga dipergunakan
untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau
bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui
adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang
sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan
dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini
tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan
panelis, dan kepekaan masing-masing panelis. Salah satu uji yang
termasuk dalam uji pembedaan adalah uji pembanding ganda dan uji
pembanding jamak.
Uji pembanding jamak atau uji baku jamak merupakan salah
satu uji pembedaan yang menggunakan contoh baku hingga tiga atau
lebih. Sifat dari bahan yang akan diuji ditunjukkan dari banyaknya
contoh pembanding yang menunjukkan bahwa perbedaan sifat antar
pembanding atau baku tersebut tidak terlalu mencolok. Karena
banyaknya pembanding yang disediakan, maka uji dilakukan dengan
menggunakan indera pembauan dan penglihatan, tidak dengan indera
pengecapan. Pada uji ini, contoh-contoh pembanding tidak perlu
dikenali dahulu, karena penyajiannya dilakukan bersama-sama dengan
contoh yang akan dinilai (Handayani, 1994).
Uji perbandingaan jamak digunakan untuk menetapkan apakah
ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun
dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang
dipertentangkan. Uji ini juga digunakan untuk menilai pengaruh beberapa
macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan
suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara dua produk dari komoditi yang sama (Ferdiaz, 1996). Menurut
Soekarto (1981), uji perbandingan jamak (Multiple Comparision) adalah
suatu uji organoleptik yang prinsipnya hampir sama dengan uji
perbandingan pasangan. Perbedaannya pada uji perbandingan pasangan
hanya dua sampel yang disajikan, tetapi pada uji perbandingan jamak
tiga atau lebih sampel disajikan secara bersamaan. Prinsipnya uji
perbandingan jamak hampir sama dengan uji perbandingan pasangan.
Perbedaannya pada uji perbandingan pasangan hanya dua sampel yang
disajikan, tetapi pada uji perbandingan jamak tiga atau lebih sampel
disajikan secara bersamaan. Pada uji ini panelis diminta memberikan skor
berdasarkan skala kelebihannya, yaitu lebih baik atau lebih buruk (Susiwi,
2009).
Beberapa kesalahan dalam uji pembanding jamak
1. Expectation error
Terjadi karena panelis telah menerima informasi tentang pengujian.
oleh karena itu sebaiknya panel diberikan informasi yang mendetail
tentang pengujian
2. Convergen error
Panelis cenderung memberikan penilaian lebih baik atau lebih buruk
apabila didahului pemberian sample yang lebih baik atau lebih
buruk.
3. Stimulus error
Terjadi karena penampakan sample yang tidak seragam sehingga
panel ragu-ragu dalam memberikan penilaian.
4. Logical error
Mirip dengan stimulus error, dimana panelis memberikan
penilaiannya berdasarkan karakteristik tertentu menurut logikanya.
Karakteristik tersebut akan berhubungan dengan karakteristik
lainnya.
5. Holo efek
Terjadi karena evaluasi sample dilakukan terhadap lebih dari 1 (satu)
factor sehingga panelis memberikan kesan yang umum dari suatu
produk
6. Efek kontras
Pemberian sample yang berkualitas lebih baik sebelum sample
lainnya mengakibatkan penilaian panelis terhadap sample yang
berikutnya lebih rendah. Panelis cenderung memberi mutu rata-rata.
7. Motivasi
Respon dari seorang panelis akan mempengaruhi persepsi
sensorinya. Oleh karena itu penggunaan panelis yang terbaik
(termotivasi) dengan pengujian akan memberikan hasil yang lebih
baik
8. Sugesti
Respon dari seoarang panelis akan mempengaruhi panelis lainnya.
Oleh karena itu pengujian dilakukan secara individu
9. Posisi bias
Dalam beberapa uji terutama uji segitiga. Gejala ini terjadi akibat
kecilnya perbedaan antar sampel sehingga panelis cenderung
memilih sampel yang ditengah sebagai sampel paling berbeda.

V. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan


a. Alat
1. Label ( 5 Buah )
Digunkan untuk memberi kode pada wadah plastik.
2. Wadah plastik ( 5 buah )
Digunakan untuk tempat bumbu-bumbu
3. Alat tulis ( 1 Buah )
Digunakan untuk mencatat data hasil pengujian

b. Bahan
1. bumbu gule kode : 517
2. bumbu rendang kode : 697 dan 479
3. bumbu kare kode : 105
4. bumbu soto kode : 234
Digunkan sebagai jenis contoh sampel pengujian

VI. CARA KERJA

Cara kerja
1. Disiapkan 5 sampel bahan bumbu yang akan diuji dan sudah diberi
kode yang berbeda - beda.
2. Diberi contoh baku yg telah dilabeli kode 697 pada salah satu
diantara sampel.
3. Disajikan secara bersamaan kemudian dibandingkan dengan
contoh baku.
4. Diamati tekstur, aroma dan rasanya dari sampel bahan. Sampel
yang akan diujikan yaitu bumbu dengan kode 577, 479, 697, 234,
105.
5. Dinyatakan apakah ada contoh bumbu yang disajikan memiliki
kesamaan atau berbeda dengan contoh baku bila sama diberi tanda
0, sedangkan bila berbeda diberi tanda 1.
VII. DATA PENGAMATAN

Panelis 1
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : gigih arya yudhantama
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Aroma
Jenis Contoh : Bumbu-bumbu
Instruksi : Nyatakan apakah contoh yang disajikan sama atau
berbeda dengan contoh baku. Bila sama beri tanda
0, sedangkan bila berbeda beri tanda 1

Kode 697

Penilaian 1
Panelis 2
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : ivan
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Aroma
Jenis Contoh : Bumbu-bumbu
Instruksi : Nyatakan apakah contoh yang disajikan sama atau
berbeda dengan contoh baku. Bila sama beri tanda
0, sedangkan bila berbeda beri tanda 1

Kode 697

Penilaian 0

Panelis 3
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : dita indah kartika
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Aroma
Jenis Contoh : Bumbu-bumbu
Instruksi : Nyatakan apakah contoh yang disajikan sama atau
berbeda dengan contoh baku. Bila sama beri tanda
0, sedangkan bila berbeda beri tanda 1

Kode 697

Penilaian 1

Panelis 4
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : hariyono
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Aroma
Jenis Contoh : Bumbu-bumbu
Instruksi : Nyatakan apakah contoh yang disajikan sama atau
berbeda dengan contoh baku. Bila sama beri tanda
0, sedangkan bila berbeda beri tanda 1

Kode 697

Penilaian 1

Panelis 5
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : oktaviani
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Aroma
Jenis Contoh : Bumbu-bumbu
Instruksi : Nyatakan apakah contoh yang disajikan sama atau
berbeda dengan contoh baku. Bila sama beri tanda
0, sedangkan bila berbeda beri tanda 1

Kode 697
VIII.

Penilaian 1

PEMBAHASAN

Uji pembedaan adalah uji yang digunakan untuk menilai adanya


perbedaan atau persamaan antara dua produk atau lebih yang komoditasnya
sama. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada
dua sampel yang dipertentangkan.sampel sampel yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain bumbu-bumbu (rendang (697), soto ( 234), gule
(517), rendang (479), kare (105)). Sampel yang digunakan pembanding
dalam praktikum ini yaitu bumbu rendang ( 697). Keandalan (reliabiitas)
dari uji uji pembanding jamak ini tergantung dari pengenalan sifat mutu
yang diinginkan, tingkat latian panelis, dan kepekaan alat indra dari masing-
masing panelis
Cita rasa bahan makanan terdiri dari tiga komponen yaitu bau rasa dan
rangsangan mulut .aroma atau bau suatu makanan banyak menentukan
kelezatan makanan tersebut . bau khas bumbu rendang disebabkan senyawa
yang mempunyai aroma spesifik. Aroma spesifik tersebut berasal dari
campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan diantara lain cabai,
serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka
bumbu lainnya. Bumbu rendang biasanya berwarna coklat gelap hingga
hitam pekat .
Pengamatan uji pembanding jamak dilakukan dengan cara mencium
aroma pembanding bumbu rendang (697) kemudian dilanjutkan dengan
mencium aroma keempat sampel yang lainnya antara lain soto ( 234), gule
(517), rendang (479), kare (105). Dalam memberi penilaian masing –
masing panelis tidak boleh ragu-ragu harus menerka apakah ada bumbu
yang sama atau tidak Sebelumnya kelima panelis tidak diberi tau bumbu apa
saja yang akan diuji , panelis hanya diminta uji aroma dengan pembanding
kode 679. Panelis diberitahu macam macam bumbu yang digunakan untuk
pengujian setelah pengujian selesai .
Panelis yang digunakan dalam uji pembanding ini terdiri dari 5 orang
panelis dengan kisaran usia 20 sampai 22 tahun dan terdiri dari 2 panelis
laki-laki dan 3 panelis perempuan
Dari hasil pengamatan panelis 1 hingga panelis 5 didapatkan hasil
bahwa ada bumbu yang sama dengan bumbu pembanding. Hasil ini sama
dengan kenyataan dikarenakan bumbu pembanding rendang (697) sama
dengan bumbu rendang (479).

IX. KESIMPULAN

Dari praktikum uji pembanding jamak diperoleh beberapa kesimpulan


antara lain sebagai berikut :

Hasil pengamatan ada kesamaan antara pembanding dengan sampel yang


lainnya.Warna bumbu pembanding berbeda dengan sampel yang lainnya

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Uji Sensori. Surakarta : Fakultas teknologi Pertanian , Universitas
Slamet Riyadi. Http://ftpunisri.blogspot.com. 24 Maret 2012

Dewi N. 2011. Uji pembedaan berpasangan . Purwokerto : Fakultas Pertanian


Universitas Jenderal sudirman.

Setyaningsih D. 2010. Analisis sensoriuntuk Industri Pangan dan Agro. Bogor :


IPB Http://www.scribd.com 11 April 2012

Yusasrini . 2009 Evaluasi Sensori . Bukit Jimbaran : Fakultas Teknologi Pertanian


,Universitas Udayana. Http://wwwscribd.com 11 April 2012

LAMPIRAN
ACARA 4

I. JUDUL

UJI PERBANDINGAN JAMAK

II. TUJUAN

1. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji perbandingan jamak


dengan benar dan dapat melakukan analisis hasil dari pengujian
perbandingan jamak yang telah dilakukan.
2. Mahasiswa dapat menentukan uji perbandingan jamak dengan
produk yang diujikan yaitu wafer (rasa,aroma,tekstur,warna).
3. Mengetahui apakah ada perbedaan antara sampel uji dengan
sampel baku.
4. Mengetahui apakah ada perbedaan sampel uji.

III. WAKTU PELAKSANAAN

Praktikum ini dilaksanakan pada jam 14.30-selesai, tanggal 10 Desember


2020 di Laboratorium Uji Inderawi, lantai 2, Gedung V, Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Semarang.

IV. DASAR TEORI

Alat pengumpulan data (angket) berfungsi mewakili peneliti untuk


menanyakan dan merekam jawaban responden, sehubungan dengan
informasi atau keterangan yang hendak dikumpulkannya. Dalam hubungan
ini, responden berfungsi sebagai pemberi keterangan tentang yang
ditanyakan oleh peneliti melalui angket yang disusun dan disebarkannya.
Item pertanyaan merupakan bagian angket yang meminta pengisian atau
jawaban dari responden. Isian jawaban responden itulah yang hendak
dikumpulkan oleh peneliti. Petunjuk pengisian merupakan bagian angket
yang berfungsi menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian
jawaban pada item pertanyaan (Faisal, 1981).

Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan


diuji, misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dll. Sebelum
memulai analisis sensori perlu ditentukan dahulu atribut-atribut apa saja
yang menggambarkan mutu produk yang diharapkan. Cara pengujian
sensori adalah dengan menggunakan indra manusia, bisa dengan dilihat
untuk atribut warna, dengan dibaui untuk atribut aroma, dicicipi untuk
atribut rasa, dan diraba untuk atribut tekstur (Setyaningsih, 2010).

Tekstur adalah properti sensorik dan, dengan demikian, hanya


manusia (atau binatang dalam hal makanan hewan) dapat memahami dan
menjelaskan. Tekstur hanya dapat mendeteksi dan mengukur parameter
fisik tertentu yang kemudian harus ditafsirkan dalam hal persepsi sensorik
(Szczesniak, 2002).

Pada uji perbandingan jamak atau majemuk, contoh yang akan


diperbandingkan lebih dari satu macam. Dua atau lebih contoh disajikan
secara bersamaan untuk kemudian diperbandingkan dengan contoh baku.
Pada uji perbandingan jamak jumlah panelis yang dipergunakan 5–15
orang panelis terlatih dan 15–20 orang untuk panelis agak terlatih. Hasil
penilaian dari panelis terhadap produk dikonversikan dalam bentuk
skor. Selanjutnya data dari setiap parameter tersebut diuji dengan
menggunakan sidik ragam atau analisis sebaran (Budijanto, 2010).

Uji perbandingan jamak dimaksudkan untuk mengetahui


bagaimana atribut mutu (rasa, warna, penampakan, aroma, kekenyalan dan
ekstensibilitas) dari sampel jika dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan
uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap semua atribut mutu untuk masing-masing formula. Selain kedua
uji tersebut dilakukan pengujian oleh panelis untuk menilai urutan atribut
mutu terhadap sampel mulai dari yang paling penting hingga kurang
penting. Uji ini ditujukan untuk melihat bagaimana penerimaan panelis
terhadap atribut mutu apa yang menurut mereka paling penting dari
sampel yang diujikan (Mariyani, 2008).

Ada dua pendekatan untuk mengembangkan produk makanan:


pendekatan berorientasi proses dan pendekatan berorientasi konsumen.
Pendekatan berorientasi proses awalnya mengacu pada proses di mana
berbagai bahan yang sistematis bervariasi untuk membuat sejumlah produk
yang berbeda. Produk produk ini kemudian dinilai oleh panelis dari semua
kategori konsumen. Yang dinilai adalah keinginan konsumen serta berbagai
atribut produk. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan analisis
varians (ANOVA), regresi dan/atau analisis permukaan respon untuk
mendapatkan produk yang optimal dengan pengoptimalan formulasi.
Keuntungan dari pendekatan berorientasi proses adalah untuk mengontrol
parameter teknis dan dapat mengatur sebuah formulasi yang optimal (Le,
2012).

Evaluasi sensori dilakukan dengan sampel tertentu sebagai kontrol dan


beberapa sampel lain sebagai contoh untuk diuji dengan metode uji
perbandingan jamak menggunakan beberapa panelis. Perbedaan signifikan
diantara keseluruhan kontrol dan sampel control dievaluasi dengan
multiples comparison tables. Parameter yang biasa diuji adalah dari segi
rasa, aroma, warna, tekstur, tergantung dari kebutuhan dan tujuan penguji
melakukan analisa sensori tersebut (Salehifar, 2007).

V. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. wadah plastik ( 1 BUAH )


Untuk wadah wafer
2. Meja (1 BUAH )
Tempat untuk meletakkan sampel yang akan diuji oleh panelis
3. Kuisioner ( 1 BUAH )
Untuk penilaian panelis
4. Alat tulis (1 BUAH )
Untuk mengisi kuisioner

BAHAN:

1. Wafer ( Khong Guan Classic Chocolate Wafer) kode : 291


2. Wafer (Tango chocolate long Wafer) kode : 365
3. Wafer ( Khong Guan Cream Wafer) kode : 231
4. Wafer ( Nissin Wafers ) kode : 392
5. Wafer ( Selamat SandWich Wafer Chocolate) kode : 276

VI. CARA KERJA


1. Disiapkan 5 sampel bahan yang akan diujikan, dan telah diberi kode.
2. Di antara Salah satu diantara sampel bahan, adalah contoh baku yang
diberi kode 291.
3. Disajikan kelima sampel bahan secara bersamaan, kemudian dibandingkan
dengan contoh baku.
4. Dicicipi dan diuji 5 sampel bahan tersebut.
5. Diamati rasa, warna, tekstur dan aroma dari wafer yang telah disajikan.
Bahan yang akan diujikan yaitu dengan kode 365, 231, 392, 291, 276.
6. Dibandingkan contoh - contoh yang disajikan terhadap contoh baku
tersubut.
7. Diberi tanda centang pada pernyataan yang sesuai dengan penilaian
saudara dengan amat sangat suka (+3) , sangat suka (+2), suka (+1), agak
suka (0), kurang suka (-1), sangat kurang suka (-2), amat sangat kurang
suka (-3)

VII. DATA PENGAMATAN

Panelis 1
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : gigih arya yudhantama
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Rasa,Warna,Tekstur,Aroma
Jenis Contoh : Wafer
Instruksi :Bandingkan contoh-contoh yang disajikan terhadap
contoh pembanding,berilah tanda () pada penyataan yang sesuai dengan
penilaian saudara.

KODE BAHAN
RASA
291 276 231 365 392
Amat sangat manis 
Sangat manis 
manis
Agak manis 
Kurang manis 
Sanngat kurang manis 
Amat sangat kurang manis

KODE BAHAN
WARNA
291 276 231 365 392
Amat sangat coklat 
Sangat coklat 
coklat
Agak coklat 
Kurang coklat 
Sanngat kurang coklat 
Amat sangat kurang coklat

KODE BAHAN
TEKSTUR
291 276 231 365 392
Amat sangat renyah 
Sangat renyah 
renyah
Agak renyah 
Kurang renyah 
Sanngat kurang renyah 
Amat sangat kurang renyah

KODE BAHAN
AROMA
291 276 231 365 392
Amat sangat wangi 
Sangat wangi 
wangi 
Agak wangi 
Kurang wangi
Sanngat kurang wangi 
Amat sangat kurang wangi

Panelis 2
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : ivan
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Rasa,Warna,Tekstur,Aroma
Jenis Contoh : Wafer
Instruksi : Bandingkan contoh-contoh yang disajikan
terhadap contoh pembanding,berilah tanda ()
pada penyataan yang sesuai dengan penilaian
saudara.
KODE BAHAN
RASA
291 276 231 365 392
Amat sangat manis 
Sangat manis
manis 
Agak manis 
Kurang manis 
Sanngat kurang manis 
Amat sangat kurang manis

KODE BAHAN
WARNA
291 276 231 365 392
Amat sangat coklat 
Sangat coklat 
coklat 
Agak coklat 
Kurang coklat 
Sanngat kurang coklat
Amat sangat kurang coklat
KODE BAHAN
TEKSTUR
291 276 231 365 392
Amat sangat renyah 
Sangat renyah 
renyah 
Agak renyah 
Kurang renyah 
Sanngat kurang renyah
Amat sangat kurang renyah

KODE BAHAN
AROMA
291 276 231 365 392
Amat sangat wangi 
Sangat wangi 
wangi 
Agak wangi 
Kurang wangi 
Sanngat kurang wangi
Amat sangat kurang wangi

Panelis 3
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : Dita indah kartika
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Rasa,Warna,Tekstur,Aroma
Jenis Contoh : Wafer
Instruksi : Bandingkan contoh-contoh yang disajikan
terhadap contoh pembanding,berilah tanda ()
pada penyataan yang sesuai dengan penilaian
saudara.
KODE BAHAN
RASA
291 276 231 365 392
Amat sangat manis 
Sangat manis 
manis 
Agak manis 
Kurang manis 
Sanngat kurang manis
Amat sangat kurang manis

KODE BAHAN
WARNA
291 276 231 365 392
Amat sangat coklat 
Sangat coklat 
coklat 
Agak coklat 
Kurang coklat 
Sanngat kurang coklat
Amat sangat kurang coklat

KODE BAHAN
TEKSTUR
291 276 231 365 392
Amat sangat renyah 
Sangat renyah 
renyah 
Agak renyah 
Kurang renyah
Sanngat kurang renyah
Amat sangat kurang renyah 

KODE BAHAN
AROMA
291 276 231 365 392
Amat sangat wangi 
Sangat wangi 
wangi
Agak wangi 
Kurang wangi 
Sanngat kurang wangi 
Amat sangat kurang wangi

Panelis 4
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : hariyono
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Rasa,Warna,Tekstur,Aroma
Jenis Contoh : Wafer
Instruksi : Bandingkan contoh-contoh yang disajikan
terhadap contoh pembanding,berilah tanda ()
pada penyataan yang sesuai dengan penilaian
saudara.

KODE BAHAN
RASA
291 276 231 365 392
Amat sangat manis
Sangat manis 
manis 
Agak manis 
Kurang manis 
Sanngat kurang manis
Amat sangat kurang manis

KODE BAHAN
WARNA
291 276 231 365 392
Amat sangat coklat 
Sangat coklat
Coklat 
Agak coklat 
Kurang coklat 
Sanngat kurang coklat 
Amat sangat kurang coklat

KODE BAHAN
TEKSTUR
291 276 231 365 392
Amat sangat renyah 
Sangat renyah 
renyah 
Agak renyah 
Kurang renyah 
Sanngat kurang renyah
Amat sangat kurang renyah

KODE BAHAN
AROMA
291 276 231 365 392
Amat sangat wangi 
Sangat wangi 
wangi 
Agak wangi
Kurang wangi 
Sanngat kurang wangi 
Amat sangat kurang wangi

Panelis 5
FORMULIR KUERSIONER
Nama Panelis : oktafiani
Tanggal Pengujian : 10 Desember 2020
Kriteria yang dinilai : Rasa,Warna,Tekstur,Aroma
Jenis Contoh : Wafer
Instruksi : Bandingkan contoh-contoh yang disajikan
terhadap contoh pembanding,berilah tanda ()
pada penyataan yang sesuai dengan penilaian
saudara.
KODE BAHAN
RASA
291 276 231 365 392
Amat sangat manis
Sangat manis
manis 
Agak manis 
Kurang manis 
Sanngat kurang manis 
Amat sangat kurang manis 

KODE BAHAN
WARNA
291 276 231 365 392
Amat sangat coklat 
Sangat coklat
coklat
Agak coklat 
Kurang coklat 
Sanngat kurang coklat 
Amat sangat kurang coklat 

KODE BAHAN
TEKSTUR
291 276 231 365 392
Amat sangat renyah 
Sangat renyah 
renyah
Agak renyah 
Kurang renyah 
Sanngat kurang renyah 
Amat sangat kurang renyah

KODE BAHAN
AROMA
291 276 231 365 392
Amat sangat wangi 
Sangat wangi
wangi 
Agak wangi 
Kurang wangi 
Sanngat kurang wangi 
Amat sangat kurang wangi

Rasa Warna Tekstur Aroma


291 (Baku) -0,2 -0,6 0 -0,4
231 1 -0,6 1,2 -1,2
276 0 -0,6 1,2 0
365 1,6 3 0,2 1,4
392 -1 0,8 1,6 1,8

X. PERHITUNGAN

XI.   PERLAKUAN  
Total
KEL H O D G I kel
B : 291 -2 -1 -1 0 1 -3
276 1 -2 3 -1 -1 0
365 -1 1 2 3 3 8
231 2 0 2 2 0 6
392 0 -3 0 -2 2 -3
B : 291 -2 -1 0 -1 1 -3
276 0 -2 -1 -2 -1 -6
365 3 3 3 3 3 15
231 -1 -3 1 0 0 -3
392 1 0 2 2 2 7
B : 291 0 0 0 1 1 2
276 1 3 3 0 3 10
365 -1 -1 -2 3 2 1
231 2 -2 2 -2 0 0
392 3 2 1 2 -1 7
B : 291 -1 0 -1 0 -1 -3
276 1 3 0 2 1 7
365 3 -1 2 1 3 8
231 -2 -2 -2 -2 0 -8
392 2 2 3 3 2 12
TTP P 9 -4 17 12 20 54
Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Rasa
Sidik Ragam Parameter Rasa
kuadrat dari grand total
Faktor Korelasi (FK) ¿
banyak panelis x banyak sampel
72
¿
5x 5
= 1,96

jumlah kuadrat dari total panelis


JK Sampel ¿ −fk
banyak sampel

(−3)2 +( 0)2+(8)2+(5)2+(−3)2
= ( 5❑
−1,96 )
107 ❑
= ( ) 5
−1,96

= 19,44
jumlah kuadrat dari panelis
JK Panelis = −fk
banyak sampel

(o)2+(−5)2+(5)2+(2)2+(5)2
= ( 5❑
−1,96 )
79
¿ −1,96
5
= 13,84
JK Total = jumlah kuadrat dari nilai semua isisan panelis – fk
= 73-1,96
= 71,04
JK Galat = JK Total-JK sampel-JK Panelis
= 71,04-19,4-13,84
= 37,8
Tabel Sidik Ragam

Value Df JK KT F Hitung F tabel


5% 1%
Sampel 4 19,44 4,86 2,05** 3,01 4,77
Panelis 4 13,84 3,46
Galat 16 37,8 2,36
Total 14 71,04

Nilai F hitung (2,05**) jika dibandingkan dengan F tabel (3,01) pada


5%.dan (4,77) pada 1% . Ternyata F hitung lebih kecil dari F tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata. Sehingga tidak
dilanjutnya dengan analisis lanjutan uji doncan.

Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Warna


Sidik Ragam Parameter Warna.
kuadrat dari grand total
Faktor Korelasi (FK) ¿
banyak panelis x banyak sampel
102
¿
5x 5
=4

jumlah kuadrat dari total panelis


JK Sampel ¿ −fk
banyak sampel

(−3)2 +(−6)2+(15)2+(−3)2 +(7)2
= ( 5❑
−4 )
328 ❑
= ( ) 5
−4

= 61,6
jumlah kuadrat dari panelis
JK Panelis = −fk
banyak sampel

(1)2+(−3)2 +(5)2 +( 2)2 +(5)2
= ( 5❑ )
−4

64
¿ −4
5
= 8,8

JK Total = jumlah kuadrat dari nilai semua isisan panelis – fk


= 86-4
= 82
JK Galat = JK Total-JK sampel-JK Panelis
= 82 - 61,6 - 8,8
= 11,6

Tabel Anova Sidik Ragam

Value Df JK KT F Hitung F tabel


5% 1%
Sampel 4 61,6 15,4 21,0** 3,01 4,77
Panelis 4 8,8 2,2
Galat 16 11,8 0,73
Total 14 71,04

Nilai F hitung (21,0**) jika dibandingkan dengan F tabel (4,77) pada 1%


dan (3,01) pada 5%. Ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata.

Uji Sebaran Duncan


a. *analisis lanjutan :
KT galat
Sy = √
JP
0,73
=√
5
= 0,38
b. Menentukan Range dan LSR
P 2 3 4 5

Range 2,99 3,14 3,23 3,29

LSR 1,13 1,19 1,22 1,25

c. Mengurutkan Rata-Rata

Perlakuan 276 291 231 392 365

Rata-Rata -1,2 -0,6 -0,6 1,4 3

291 – 276 =

Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Tekstur

Sidik Ragam Parameter Tekstur


kuadrat dari grand total
Faktor Korelasi (FK) ¿
banyak panelis x banyak sampel
182
¿
5x 5
= 12,96

jumlah kuadrat dari total panelis


JK Sampel ¿ −fk
banyak sampel

(0)2 +( 10)2 +(1)2 +( 0)2 +(7)2
= ( 5❑ )
−12,96

150 ❑
= ( ) 5
−12,96

= 17,5
jumlah kuadrat dari panelis
JK Panelis = −fk
banyak sampel

(5)2 +(2)2 +(4)2 +(2)2+(5)2
= ( 5❑ )
−12,96

74
¿ −12,96
5
= 1,84

JK Total = jumlah kuadrat dari nilai semua isisan panelis – fk


= 84-4
= 80
JK Galat = JK Total-JK sampel-JK Panelis
= 80 – 17,5 – 1,84
= 60,66

Tabel Anova Sidik Ragam

Value Df JK KT F Hitung F tabel


5% 1%
Sampel 4 17,5 4,37 1,15** 3,01 4,77
Panelis 4 1,84 0,46 0,12**
Galat 16 60,66 3,79
Total 14 71,04

Nilai F hitung (1,15**) jika dibandingkan dengan F tabel (3,01) pada 5%


dan (4,77) pada 1% . Ternyata F hitung lebih kecil dari F tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata. Jadi tidak
dilakukan analisis lanjutan uji doncan.

Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Aroma

Sidik Ragam Parameter Aroma.


kuadrat dari grand total
Faktor Korelasi (FK) ¿
banyak panelis x banyak sampel
162
¿
5x 5
= 10,24

jumlah kuadrat dari total panelis


JK Sampel ¿ −fk
banyak sampel

(−1)2 +(5)2 +(8)2 +(−8)2+(12)2
= ( 5❑
−10,24 )
298 ❑
=
5( )−10,4

= 49,2
jumlah kuadrat dari panelis
JK Panelis = −fk
banyak sampel

(3)2 +(2)2 +(2)2 +( 4)2 +(5)2
= ( 5❑ )
−10,24

58
¿ −10,24
5
= 1,36

JK Total = jumlah kuadrat dari nilai semua isisan panelis – fk


= 88-10,24
= 77,6
JK Galat = JK Total-JK sampel-JK Panelis
= 77,6 – 49,2 – 1,36
= 27,2
Tabel Anova Sidik Ragam

Value Df JK KT F Hitung F tabel


5% 1%
Sampel 4 49,2 12,3 7,23** 3,01 4,77
Panelis 4 1,36 0,34
Galat 16 27,2 1,7
Total 14 77,6
Nilai F hitung (7,23**) jika dibandingkan dengan F tabel (3,01) pada 5%
dan (4,77) pada 1% . Ternyata F hitung lebih besar dari F tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata.

Uji Sebaran Duncan


a. *analisis lanjutan :
KT galat
Sy = √
JP
1,7
=√
5
= 0,58
b. Menentukan Range dan LSR

P 2 3 4 5

Range 2,99 3,14 3,23 3,29

LSR 1,73 1,82 1,87 1,90

c. Mengurutkan Rata-Rata

Perlakuan 291 392 276 231 365

Rata-Rata -0,6 -0,6 0 1 1,6

Skor Rata-Rata contoh

Kode Skor Rata-Rata


Rasa Warna Tekstur Aroma
B:291 -0,6 -0,6 0 -0,2
276 0 -1,2 2 1
365 1,6 3 0,2 1,6
231 1 -0,6 0 -1,6
392 -0,6 1,4 1,4 2,4

XII. PEMBAHASAN
XIII. KESIMPULAN

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, Slamet. dkk. 2010. Penentuan Umur Simpan Seasoning menggunakan


Metode Accelerated Shelf-Life Testing (A SLT) dengan Pendekatan
Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.11 (2): 71 – 77.
Faisal, Sanapiah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya. Usaha
Nasional.
Le, M.T., et al. 2012. Question on IPM: A Case Study on Lemon Juice. Journal of
Integrating on Sensory Evalusation, Vol.1 (1): 29-37.
Mariyani, Neny. 2008. Studi Pembuatan Mie Kering Berbahan Baku Tepung
Singkong dan Mocal (Modified Cassava Flour). Jurnal Sains Terapan,
Vol.1 (3): 1-8.
Salehifar, M. Shahedi, M. 2007. Effects of Oat Flour on Dough Rheology, Texture
and Organoleptic Properties of Taftoon Breads. Jurnal Agric. Sci.
Technol. (2007) Vol. 9: 227-234. Islamic Republic of Iran.
Setyaningsih, Dwi., Anton Apriyantono dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisa
Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor. IPB Press.
Szczesniak, Alina Surmacka. 2002. Texture is a Sensory Property. Food
Quality and Preference, Vol.13 (1): 215–225.

Anda mungkin juga menyukai