STERILISASI KOMERSIAL
OLEH :
KELOMPOK 4
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sterilisasi Komersial.
2. Untuk mengetahui metode dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Sterilisasi Komersial.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Sterilisasi Komersial.
4. Untuk mengetahui alat yang digunakan dan aplikasi Sterilisasi Komersial
pada bidang Pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sterilisasi Komersial adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
penyebab kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan.
Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung
sejumlah jasad renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang
biak pada suhu penyimpanan normal yang ditetapkan untuk makanan tersebut.
Secara garis besar proses sterilisasi produk pangan dibagi menjadi 2, yaitu
sterilisasi dalam kemasan dan sterilisasi produk yang belum dikemas.
Produk pangan yang dikemas dalam gelas atau kemasan fleksibel dapat
disterilisasi dengan menggunakan air panas pada tekanan udara tinggi. Gelas
lebih tebal dibandingkan kaleng, tetapi mempunyai konduktivitas termal yang
lebih rendah yang berakibat pada proses pemanasan yang lebih lama dengan
resiko kejut panas yang lebih tinggi. Produk pangan cair atau semicair
biasanya diproses secara horizontal untuk menjamin bahwa ketebalan produk
seragam. Sirkulasi yang lebih baik diperoleh jika posisi kemasan vertikal,
tetapi perlu dipastikan bahwa produk tidak menumpuk pada bagian bawah
kemasan yang akan berakibat pada perubahan laju penetrasi panas.
Produk pangan pada metode UHT dipanaskan dalam plat penukar panas
tipis dengan kendali suhu dan waktu sterilisasi yang ketat. Produk yang sudah
disterilisasi didinginkan dalam plat penukar panas yang kedua atau dalam
wadah vakum (vacuum chamber). Kemasan yang digunakan dapat berupa
karton berlaminasi yang lebih murah dari segi harga dan biaya distribusinya.
Kemasan tersebut disterilisasi terlebih dahulu dengan hidrogen peroksida.
Mesin pengisi dijaga steril melalui proses sterilisasi menggunakan sinar
ultraviolet dan udara di sekitar mesin dijaga steril dengan menggunakan
penyaringan udara.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sterilisasi
2.3.1 Keasaman (Nilai pH)
Bakteri pembentuk spora umumnya tidak tumbuh pada pH < 3,7 maka
proses pemanasan produk berasam tinggi biasanya tidak begitu tinggi, cukup
untuk membunuh kapang dan khamir. Nilai pH kritis yang perlu diperhatikan
adalah pH 4,5. Nilai pH ini dipilih sebagai pembatas yang aman, dimana pada
pH lebih rendah 4,5 Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh.
2.3.2 Viskositas
Kekurangan
1. Hydrogen Swell. Hydrogen swell terjadi karena adanya tekanan
gas hydrogen yang dihasilkan dari reaksi antara asam pada
makanan dengan logam pada kaleng kemasan.
2. Interaksi antara bahan dasar kaleng dengan makanan. Kerusakan
makanankaleng akibat interaksi antara logam pembuat kaleng
dengan makanan kehilangan zat gizi yang menyebabkan
tercampurnya zat tersebut dengan makanan.
3. Kerusakan biologis.
4. Botulisme (kontaminasi oleh spora C. botulinum).
2.4.2 Sterilisasi Ultra High Temperature
Kelebihan
1. Ukuran kemasan bebas.
2. Harga kemasan lebih murah.
3. Produktivitas tinggi karena dapat diproses secara otomatis.
Kekurangan
1. Biaya operasional yang tinggi.
2. Pengolahan lebih kompleks.
3. Metode UHT harus dilengkapi dengan peralatan sterilisasi
kemasan, kondisi lingkungan dan mesin pengisi yang steril.
2.5 Alat Sterilisasi
2.5.1 Retort
Retort adalah alat untuk mensterilisasi bahan pangan yang sudah
dikalengkan. Sterilisasi adalah proses termal yang dilakukan pada suhu tinggi
> 100oC dengan tujuan utama memusnahkan spora patogen dan pembusuk.
Suatu produk dikatakan steril bila tidak ada satupun mikroba yang dapat
tumbuh pada produk tersebut. Spora bakteri lebih tahan panas dibandingkan
dengan sel vegetatifnya.
Prinsip kerja retort yaitu elemen pemanas pada retort akan memanaskan
air membentuk uap panas. Uap panas ini akan mengusir udara dari dalam
retort, sehingga terbentuk uap panas murni. Uap panas murni tersebut
digunakan untuk memanaskan bahan yang terdapat dalam wadah. Jumlah
panas yang diperlukan untuk sterilisasi yang memadai tergantung beberapa
faktor antara lain ukuran kaleng dan isinya serta pH bahan makanan.
Sterilisasi makanan lebih tepat disebut sterilisasi komersial, artinya suatu
proses untuk membunuh semua jasad renik yang dapat menyebabkan
kebusukan makanan. Pada kondisi penyimpanan renik tahan proses sterilisasi,
tetapi tidak mampu berkembang biak pada suhu penyimpanan normal yang
ditetapkan untuk makanan tersebut. Sterilisasi komersial mempunyai dua tipe
yaitu tipe sterilisasi dalam kemasan (in batch sterilization), dimana bahan dan
kemasan disterilisasi bersama-sama setelah bahan dikalengkan, dan tipe
aseptis (in flow sterilization), dimana bahan dan kemasan disterilkan secara
terpisah kemudian bahan dimasukkan ke dalam kemasan dalam ruangan steril
atau kondisi aseptis. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung dari
suhu yang digunakan.
2.5.2 Autoklaf
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilkan bahan dengan menggunakan uap bertekanan dan bersuhu tinggi.
Sterilisasi dengan autoklaf umumnya menggunakan tekanan sebesar 15 Psi
dan suhu sebesar 121oC selama kurang lebih 15 menit. Suhu yang tinggi
dalam autoklaf dapat membunuh berbagai macam mikroorganisme. Tujuan
autoklaf yang utama adalah untuk membunuh endospora (sel resisten yang
diproduksi oleh bakteri). Sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan
antibiotik sehingga memerlukan penanganan khusus untuk membunuhnya.
Endospora mati pada suhu 100oC (titik didih air pada tekanan atmosfer
normal) sehingga dalam autoklaf dengan suhu 121oC, maka endospore akan
mati dalam waktu 4-5 menit saja. Namun, menurut Hendrawati (2017), waktu
sterilisasi produk susu terbaik dengan autoklaf yaitu selama 10 menit dengan
suhu 110oC.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Amalia, Diah Rizky. 2016. Penetapan Kadar Protein pada Susu Ultra High
Temperature (UHT) Kemasan dengan Metode Kjeldhal. Universitas
Sumatera Utara: Medan.
Hendrawati, Tri Yuni; Utomo, Suratmin. 2017. Optimasi Suhu dan Waktu
Sterilisasi pada Kualitas Susu Segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal
Teknologi. Vol. 9 No. 2 (97-101). Universitas Muhammadiyah; Jakarta.
Rizal, Muchamad Saiful; Sumaryati, Enny; Suprihana. 2016. Pengaruh Waktu dan
Suhu Sterilisasi Terhadap Susu Sapi Rasa Coklat. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian “Agrika”. Vol. 10 No. 1 (20-30). Universitas Widyagama;
Malang.