Oleh
CHINTIA NOVITA BARANI
A 251 14 032
SKRIPSI
Oleh:
Chintia Novita Barani
A 251 14 032
Mengetahui
ii
PENGESAHAN
Panitia Ujian Skripsi Program Strata Satu (S1) Universitas Tadulako, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia, menerima dan mengesahkan
Skripsi dengan judul “Kopigmentasi Antosianin Buah Jamblang (Syzygium
cumini) dengan Asam Asetat dan Alum” yang telah dipertanggungjawabkan
oleh mahasiswa atas nama: Chintia Novita Barani, nomor stambuk A 251 14 032,
pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2020. Maka atas nama Panitia Ujian Skripsi
Strata Satu (S1) menerima dan mengesahkan:
Panitia Ujian
No Jabatan Nama/NIP
Mengetahui
iii
v
ABSTRACT
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada
Kedua orang tuaku tercinta, Papa Marpaul Kelton Barani dan Mama Frida
Pelleng, terima kasih untuk cinta, kasih sayang, nasihat, dan doa yang tak
terhingga serta kesabaran dalam mendidik dan membesarkanku sampai saat ini
yang tidak dapat ku balas hingga akhir hidup ku.
Untuk adik-adikku tersayang Inggrid Frolencia Barani dan Lyly Barani, terima
kasih atas dukungan dan doa kalian.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Shalom
Segala pujian, syukur dan hormat bagi Tuhan yang Maha Esa karena atas
kasih dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Prof. Dr. Hj. Siti Nuryanti, M.Si, Bapak Drs. Paulus Hengky Abram, Ph.D dan
Ibu Dra. Vanny Maria A. Tiwow, M.Sc., Ph.D yang dengan penuh kesabaran dan
kerelaan hati telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan
bimbingan, arahan, motivasi dan saran yang sangat berharga kepada penulis
dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan
segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
2. Bapak Dr. Anshari Syafar, M.Sc Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
3. Bapak, Drs. Anang Wahid M. Diah, M.Si, Ph.D Wakil Dekan Bidang
viii
4. Bapak Dr. Jusman, S.Pd., M.Si, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
6. Ibu Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
Pendidikan Kimia.
8. Prof. Daud K. Walanda, M.Sc., Ph.D., Drs. Anang Wahid M. Diah, M.Si.,
Ph.D dan Dr. H. Suherman, M.S selaku dosen-dosen pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir
penulis.
Tadulako serta Tasrik, S.Pd, Dra Hj. Husnia, dan Nurbaya, A.Md selaku
10. Alm. Drs. Siang Tandi Gonggo, M.Si, selaku dosen wali penulis yang telah
11. Kakak rohaniku, Kak Lika Yulinda Bombong dan Eka Winda. Terima kasih
12. Kak Jane Podung. Terima kasih untuk kasih dan doa yang telah kakak berikan
kepada penulis, terima kasih sudah menemani dan membantu penulis untuk
ix
13. Saudari-saudari KTB Ester, Kak Litha R. Sambue, dan Kak Tri Wiranti.
Terima kasih atas batuan, doa dan kebersamaan yang boleh terjalin.
14. Adik-adik KTB yang terkasih: Muti, Elin, Ella, Yuli, Ika, Indri, Ge, Adel,
Bella, Velin, Angel, Natal, Nanda, Elda, Tiani, Melda, Ayu, Ana, dan Riati.
Batu, Ersa William Lakukua, Sima Buttang, kak Kristian Alrois, Yuni
Amos, Indri, Juita, Vina Manggeni, kak Vindy, Delfris Arya Pratama, Ginto
Marisu, Evander William, kak Anto. Terimah kasih atas motivasi dan
kebersamaan yang terjalin selama ini serta pelajaran berharga yang kalian
bagikan.
Nurul Rizki, Hardiyanti T Supit, Fitria Ramadhani, Yeyet Sri Rahmi, Chatur
Irmawati, Nur Nopiyanti, Glery Florisca, Karim, Ersa William, Fairuz, Kadek
Nia, Nur Anjar, Asmiati, Saskia Putri, Anna Kurnia, Rara Novita, Azizah
Trifena Lapedandi, Dahlia Sofiyatun, dan Gustita Sari, terima kasih atas
x
18. Teman-teman KKN angkatan 78 posko Labuan Lelea: Ni Nyoman Padma
Vimalasari, Fahtur, Sri, Irfan, Zul, Yeni Puji Astutik, Suci yang telah
1 bulan.
19. Dra. Ruslince Lande, MA sebagai kepala SMA BK Palu, Sonda, S.Pd sebagai
guru kimia SMA BK Palu, dan terkhusus teman-teman PLP SMA BK Palu.
20. Saudara (i) ku di UPEMKIP, terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan
proses perkuliahan.
Penulis tak dapat membalas apa yang telah kalian berikan, kiranya
dalam setiap tugas pelayanan yang dikerjakan. Akhir kata, semoga tulisan ini
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Ii
HALAMAN PEGESAHAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB II PENELITIAN YANG RELEVAN, KAJIAN
xii
2.2.7 Spektrofotometri UV-Vis 16
2.2.8 Kerangka Pemikiran 20
2.2.9 Skema Kerangka Pemikiran 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 22
3.1.1 Lokasi Penelitian 22
3.1.2 Waktu Penelitian 22
3.2 Alat dan Bahan 22
3.2.1 Alat 22
3.2.2 Bahan 22
3.3 Preparasi Sampel 23
3.3.1 Ekstraksi Sampel 23
3.3.2 Pengukuran Kadar Total Antosianin 23
3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 24
3.3.4 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan
24
Asam Asetat
3.3.5 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan
25
Alum
3.4 Analisis Data 25
3.4.1 Penentuan Kadar Total Antosianin 25
3.4.2 Uji Stabilitas Terhadap Suhu 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 27
4.1.1 Ekstrak Antosianin Kulit Buah Jamblang 27
4.1.2 Pengukuran Total Antosianin 27
4.1.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 28
4.1.4 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan 28
Asam Asetat
xiii
4.1.5 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan
29
Alum
4.2 Pembahasan 31
4.2.1 Preparasi Sampel 31
4.2.2 Ekstraksi Sampel 31
4.2.3 Pengukuran Kadar Total Antosianin 33
4.2.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 34
4.2.5 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan
35
Asam Asetat
4.2.6 Kopigmentasi Antosianin Buah Jambang dengan
36
Alum
4.2.7 Uji Stabilitas Terhadap Suhu 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Panjang Gelombang, warna teramati dan warna komplementer 18
4.1 Warna Filtrat dan Residu Hasil Ekstraksi Kulit Buah Jamblang 27
4.2 Total Antosianin Ekstrak Buah Jamblang 27
4.3 λ maks ekstrak antosianin tak terkopigmentasi, terkopigmentasi
28
dengan asam asetat dan terkopigmentasi dengan alum
4.4 Kopigmentasi antosianin dengan asam asetat pada suhu 40 ℃ 28
4.5 Kopigmentasi antosianin dengan asam asetat pada suhu 60 ℃ 29
4.6 Kopigmentasi antosianin dengan asam asetat pada suhu 80 ℃ 29
4.7 Kopigmentasi antosianin dengan alum pada suhu 40 ℃ 29
4.8 Kopigmentasi antosianin dengan alum pada suhu 60 ℃ 30
4.9 Kopigmentasi antosianin dengan alum pada suhu 80 ℃ 30
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Buah Jamblang 9
2.2 Struktur Dasar dari Antosianin 12
2.3 Skema Kerangka Pemikiran 21
4.1 Struktur Antosianin pada pH 1 dan pH 4,5 34
4.2 Grafik uji stabilitas antosianin ekstrak buah jamblang pada
kopigmentasi dengan asam asetat 2,5%; 5%; 7,5%; 10% pada 38
pemanasan (a) suhu 40 °C; (b) suhu 60 °C; (c) suhu 80 °C.
4.3 Bentuk Kesetimbangan Antosianin 40
4.4 Perubahan struktur antosianin akibat hidrasi 41
4.5 Grafik uji stabilitas antosianin ekstrak buah jamblang pada
kopigmentasi dengan alum 2,5%; 5%; 7,5%; 10% pada 42
pemanasan (a) suhu 40 °C; (b) suhu 60 °C; (c) suhu 80 °C.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Skema Prosedur Kerja 53
2 Perhitungan 60
3 Dokumentasi Penelitian 63
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
luas dalam tumbuhan. Antosianin merupakan pigmen yang berwarna kuat dan
larut dalam air yang menyebabkan hampir semua warna merah jambu, merah
merak, merah, merah sedunduk, ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah
jamblang. Hal ini dapat dilihat dari ciri buah jamblang yang memiliki buah
berwarna hijau saat masih mentah dan berwarna ungu tua kehitaman saat matang
rata-rata sebesar 161 mg/100 g buah segar (bb) dan pada bagian kulit sebesar 731
yang mengandung pigmen ini. Suhu tinggi, kadar gula meningkat, pH, dan asam
1
2
dibandingkan dengan pewarna sintetik pada umumnya zat warna alami dari
sumber nabati maupun hewani, memiliki tingkat stabilitas warna yang lebih
rendah (Jackman & Smith, 1996). Peningkatan suhu pembuatan dan proses
cepat melalui tahapan terjadinya hidrolisis pada ikatan glikosidik antosianin dan
terbentuk gugus karbinol dan kalkon yang tidak berwarna (Khaldun, 2013).
terhadap suhu.
2009).
lain seperti logam (Al3+, Fe3+, Sn2+, Cu2+) dan molekul organik lain seperti
kopigmentasi antara antosianin dengan logam dan molekul organik lain cenderung
terang dan terlindung dari oksidasi (Boulton, 2001). Hal ini terjadi karena adanya
interaksi antara struktur antosianin dengan molekul lain yang disebut dengan
3
senyawa kopigmen yaitu flavonoid (flavon dan flavonol) dan polifenol lain (asam
logam (Al3+, Fe3+, Sn2+, Cu2+), dan bahkan antosianin itu sendiri. Interaksi
kopigmen yang dapat digunakan adalah tawas atau alum, jeruk nipis, kapur sirih,
dikarenakan antosianin stabil pada kondisi asam. Asam asetat adalah senyawa
yang termasuk asam organik. Menurut Munawaroh dkk. (2015), asam organik
tetapan keasaman 1,8 x 10-5 (Siswoyo, 2009). Kondisi sedikit asam akan
2014). Penggunaan alum dikarenakan adanya logam Al3+ yang diduga dapat
asam dan akan membentuk kompleks stabil dengan logam, maka peneliti
adalah:
1. Aspek teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menunjukan kestabilan warna antosianin ekstrak
2. Aspek praktis
KERANGKA PEMIKIRAN
kulit buah jamblang sebagai penurun LDL darah tikus wistar yang mengalami
kadar antosianin total dalam ekstrak kulit buah jamblang sebesar 830 ± 15,52
mg/L. Uji spektrofotometri UV-VIS ekstrak menunjukkan serapan pada 274 dan
536 nm, yang merupakan ciri golongan flavonoid termasuk antosianin. Hasil TLC
6
7
antosianin tinggi dan mengetahui stabilitas antosianin yang diekstrak dari kulit
buah jamblang. Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah air, etanol,
isopropanol, air : etanol (1:1), air : isopropanol (1:1), etanol : isopropanol (1:1),
dan air : etanol, Isopropanol (1:1:1); pada suhu ekstraksi suhu dingin (5 ℃) dan
suhu kamar (27 ℃). Hasil penelitan ini menunjukan total rendemen tertinggi yang
isopropanol pada suhu ruang. Konsentrasi dan rendemen tertinggi diperoleh pada
10.007,03 mg/L dan 2,78%. Stabilitas antosianin sangat dipengaruhi oleh suhu.
kopigmentasi kuersetin apel terhadap stabilitas warna ekstrak buah duwet. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh flavonoid tertentu terhadap stabilitas
warna antosianin buah duwet. Dalam penelitian ini, flavonoid yang digunakan
ekstrak buah duwet dilihat dari pergeseran panjang gelombang maksimum dan
dari bergesernya panjang gelombang maksimum dari 510 nm ke 555 nm, dan
dengan asam galat terhadap panas dan menentukan rasio molar antosianin: asam
mg/100 g. Variasi perlakuan penelitian ini adalah rasio molar antosianin: asam
galat: 1:0; 1:25; 1:50; 1:75; 1:100 yang dipanaskan pada suhu 60 ℃, 70 ℃, 80 ℃,
setiap 45 menit pada suhu 60 ℃, 30 menit pada suhu 70 ℃, 30 menit pada suhu
gelombang 512 nm pada antosianin yang tidak terkopigmentasi dan 514 nm pada
aktivasi dan waktu paruh. Rasio molar optimal antosianin : asam galat adalah 1:75
berasal dari India, Burma, Ceylon. Tanaman ini juga tumbuh di bagian selatan
Asia termasuk Myanmar dan Afganistan. Di Indonesia, tanaman ini juga dikenal
dengan berbagai nama diantaranya adalah duwet, jambolan, jambul, dan jamun
(Nugraheni, 2014). Jamblang merupakan buah yang memiliki warna ungu tua.
Warna yang dihasilkan sangat pekat sehingga dapat meninggalkan noda atau
berbekas. Warna ini berpotensi menjadi pewarna alami. Warna ungu tua ini
tidak beraturan dan rendah. Tinggi maksimum dari tanaman ini dapat mencapai 30
meter dan diameter batangnya 40-90 cm. Kulit kayu yang berada di bagian bawah
tanaman kasar dan berwarna kelabu tua, sedangkan semakin ke atas akan semakin
licin dan berwarna kelabu muda. Daunnya saling berhadapan, bentuknya bundar
10
berujung lancip. Tepi daunnya rata dan berpinggir tipis serta tembus pandang.
Selagi muda, daunnya berwarna merah muda, setelah tua daunnya menjadi kasar,
berwarna putih keabu-abuan sampai merah jambu, dan wangi. Pada umumnya
Panjang buahnya 1-5 cm warnanya berubah dari hijau sampai ungu tua dan
berwarna hampir hitam saat sudah matang sempurna. Buahnya bergerombol dari
10-40 buah. Di Indonesia, daging buahnya berwarna putih sampai agak keunguan,
mengandung banyak sari buah, hampir tidak berbau. Daging buahnya berasa
sepat, dengan rasa bervariasi dari asam sampai agak manis. Memiliki kulit buah
yang tipis, halus dan mengkilat. Biji buahnya berjumlah 0-5 butir, berbentuk
lonjong, panjang sampai 3,5 cm dan berwarna hijau sampai cokelat (Nugraheni,
2014).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium cumini
11
319,89 ppm. Selain itu, buah jamblang juga mengandung beberapa senyawa
golongan polifenol lain seperti halnya tanin. Kandungan senyawa lain dalam buah
yaitu suatu zat yang dipercaya dapat membantu penyembuhan luka diabetes
karena sifat astringen yang dapat menciutkan kulit (Nugraheni, 2014). Leimena
(2008) menyatakan kulit buah jamblang memiliki kadar air 83,53%, kadar abu
0,40%, kadar lemak 0,30%, kadar protein 0,68%, dan kadar karbohidrat 15,09%,
sedangkan kulit dan daging buah jamblang tanpa biji memiliki kadar air 86,51%,
kadar abu 0,21%, kadar lemak 0,13%, kadar protein 0,84%, dan kadar karbohidrat
12,31%.
2.2.2 Antosianin
luas dalam tumbuhan. Antosianin merupakan pigmen yang berwarna kuat dan
larut dalam air yang menyebabkan hampir semua warna merah jambu, merah
merak, merah, merah sedunduk, ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada
dan juga pada keasaman buah. Antosianin banyak berwarna merah pada kondisi
asam dan membiru pada kondisi asam sedikit. Lebih dari 500 antosianin yang
12
berbeda telah diisolasi dari tanaman. Mereka semua didasarkan pada struktur inti
1
R
2
R
7 +
R O 3
R
6 4
R R
5
R
dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah sianidin yang
sedunduk, lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus
hidroksinya lebih satu dari sianidin. Peonidin, petunidin dan malvidin terdapat
sebagai sederetan glikosida (yaitu sebagai antosianin) dengan berbagai gula yang
terikat.
beberapa faktor seperti jumlah pigmen, letak dan jumlah gugus hidroksil dan
total kandungan antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20
mg/100 g sampai 600 mg/100 mg berat basah (Sayuti & Yenrina, 2015). Warna
13
berwarna merah, pada media basa berwarna biru dan pada media netral berwarna
memiliki beragam manfaat bagi kesehatan tubuh seperti dapat berfungsi sebagai
mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas akibat nikotin, polusi udara,
penuaan, kemerosotan daya ingat dan kepikunan, polyp, asam urat, penderita sakit
aromatik yang berisi subtituen komponen polar dan residu glikosil sehingga
larut dalam air (pelarut polar) dibanding dalam pelarut non polar (Nugraheni,
2014).
2.2.3 Maserasi
adalah proses penarikan komponen / zat aktif suatu sampel dengan menggunakan
pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa ditentukan oleh faktor sifat
jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut yang
larut dalam salah satu fase, karena itu kemampuan untuk melarutkan masing-
masing pelarut sangat penting untuk diketahui (Nuari, 2016). Menurut Markham
(1988), aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia
senyawa fenol, yaitu agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Sejumlah gugus
hidroksil yang dimiliki oleh flavonoid membuat dapat dalam bentuk glikosida,
flavonoid juga merupakan senyawa bersifat polar, oleh karena itu flavonoid cukup
larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dan air.
Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform.
Metode ekstraksi yang paling baik untuk bahan yang berasal dari
Metode ekstraksi yang paling baik dalam bahan pangan adalah dengan melarutkan
bahan dengan 1% HCl dalam etanol. Hal ini disebabkan karena sifat toksik dari
metanol meskipun ekstraksi dengan menggunakan etanol ini kurang efektif dan
2.2.4 Kopigmentasi
molekul lain seperti logam (Al3+, Fe3+, Sn2+, Cu2+) dan molekul organik lain
selama proses dan penyimpanan. Antosianin sangat reaktif terhadap logam dan
membentuk kompleks stabil dengan timah, tembaga dan besi (Nugraheni, 2014).
Kopigmen adalah senyawa tidak berwarna yang secara alami terdapat dalam sel
tanaman. Golongan flavanoid seperti flavon, flavonon dan flavanol, serta asam
fenolik dan asam amino merupakan kopigmen yang sering digunakan (Santoso &
Estiasih, 2014).
16
Asam asetat atau asam cuka merupakan senyawa yang termasuk asam
organik yaitu asam karboksilat. Menurut Hart dkk. (2003), asam karboksilat
tergolong polar, memiliki titik didih tinggi. Asam asetat memiliki rumus kimia
CH3COOH, dengan ciri larutan tidak berwarna, dapat larut dalam air, alkohol,
eter, dan kloroform, berbau sangat tajam dan membeku pada suhu 16,6 0C (Purba,
1996), sebutan untuk asam asetat murni adalah asam asetat glasial (Sukarini,
2003). Tetapan keasaman asam asetat adalah 1,8 x 10-5, titik didih 117,9
(Siswoyo, 2009).
2.2.6 Alum
Aluminium sulfat padat dengan nama lain: alum, alum padat, aluminium
alum, tawas, atau aluminium salt adalah produk berbentuk bubuk, butiran, atau
garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Alum dikenal dengan
(Hakim, 2005). Menurut Andarwulan (2012), beberapa logam bervalensi dua atau
sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa
17
(Khopkar, 1984).
cahaya monokoromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian dipancarkan (It)
struktur flavonoid. Hal ini dikarenakan ciri spektrum yang sama memberikan data
mengenai jenis senyawa yang sama. Keuntungan dari cara spektroskopi ini adalah
sangat sedikitnya jumlah sampel yang diperlukan untuk analisis lengkap. Prinsip
dasar dari spektroskopi adalah bila suatu sinar melalui larutan kimia tertentu,
maka senyawa tersebuat akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu.
jumlah sinar yang diserap oleh partikel di dalam larutan juga tergantung pada
komplementer dari warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna
1. Sumber cahaya
Secara umum radiasi yang dihasilkan oleh material berupa sumber listrik
tingkat energi yang lebih rendah (dasar) akan membebaskan radiasi berupa
emisi sejumlah energi tertentu (ΔE) tergantung tingkat eksitasinya dan energi
radiasi emisi inilah yang digunakan sebagai sumber radiasi. Sebagai sumber
radiasi UV digunakan lampu hidrogen (H) atau lampu deutirium (D). Gas
hidrogen atau deutirium diisi ke dalam bola lampu yang dilengkapi dengan
radasi. Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga menghasilkan sinar infra
19
2. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar polikromatis
3. Tempat sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal dengan istilah
kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada juga yang
berbentuk kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak
menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi
untuk sinar tampak dapat digunakan gelas biasa namun quarts lebih baik.
4. Detektor
Detektro berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik atau
Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara
kuantitatif tenaga cahaya tersebut. Persyaratan detektor yang baik adalah: (a).
Sensitivitas tinggi (b). Respon pendek (c). Stabilitasi lama dan (d). Sinyal
Antosianin merupakan pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air
yang menyebabkan hampir semua warna merah jambu, merah merak, merah,
merah sedunduk, ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan
(Harborne, 1987). Antosanin dapat diperoleh dari kulit buah jamblang yang sudah
akibat mudahnya pigmen ini terdegradasi oleh suhu tinggi. Jackman (1996)
menyatakan jika dibandingkan dengan pewarna sintetik pada umumnya zat warna
alami dari sumber nabati maupun hewani, memiliki tingkat stabilitas warna yang
buah jamblang terhadap suhu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
kopigmentasi.
antosianin yang lebih stabil dalam keadaan asam dan reaktif terhadap logam
dengan membentuk kompleks. Salah satu asam yang dapat digunakan sebagai
kopigmen antosianin buah jamblang adalah asam asetat yang merupakan asam
organik dengan tetapan keasaman 1,8 x 10-5. Selain itu, alum juga dapat
satu logam yang dapat membentuk kompleks stabil dengan antosianin yaitu logam
Stabilitas
Antosianin rendah, mudah
rusak akibat
suhu tinggi
Upaya untuk
meningkatkan
stabilitas
antosianin
terhadap suhu
METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah jamblang yang diperoleh dari daerah
kota Palu, n-heksan, etil asetat, etanol 96%, HCl 1 M, buffer pH 1, buffer pH 4,5,
asam asetat dengan variasi konsentrasi 2,5%; 5%; 7,5%; 10%, alum dengan
22
23
Buah jamblang yang digunakan adalah buah jamblang yang telah matang dengan
ciri buah berwarna ungu tua. Selanjutnya kulit buah jamblang dipisahkan dengan
daging buahnya menggunakan pisau stainless steel sehingga diperoleh kulit buah
kulit buah jamblang dipotong kecil-kecil, dimasukkan ke dalam botol coklat atau
maserasi selama 24 jam. Ekstrak disaring dengan kertas Whatman no.1 melalui
Residu kering diekstrak lagi dengan 2500 mL etil asetat selama beberapa jam.
Ekstrak disaring diikuti oleh aerasi. Ekstrak residu kering dengan etanol-HCl
0,5% (v/v) selama beberapa jam dan kemudian disaring. Filtrat dikumpulkan,
Kedua bagian tersebut di ukur serapannya pada panjang gelombang 510 dan 700
24
asetat dan tawas, serta ekstrak yang ditambahkan dengan asam asetat 10% dan
alum 10% di ukur serapannya pada panjang gelombang 200-700 nm, sehingga
terkopigemntasi dan terkopigmentasi dengan asam asetat dan tawas yang akan
dengan asam asetat 20 mL dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%
Pemanasan untuk suhu 60 ℃ dilakukan selama 225 menit, setiap selang waktu 45
asetat yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu 500 nm. Semua pengukuran
alum 20 mL dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dalam vial
Pemanasan untuk suhu 60 ℃ dilakukan selama 225 menit, setiap selang waktu 45
yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu 540 nm. Semua pengukuran dilakukan
buah pada pH 1 dan pH 4,5 yang diukur pada panjang gelombang 510 nm dan 700
Dimana:
A = Absobansi
DF = faktor pengenceran
b = lebar kuvet
terkopigmentasi asam asetat dan alum terhadap suhu, diplotkan terhadap lama
pemanasan, satu kurva untuk setiap suhu pemanasan, untuk melihat degradasi
antosianin dengan konsentrasi kopigmen yang berbeda, suhu yang berbeda dan
Data warna filtrat dan residu hasil ekstraksi kulit buah jamblang
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol-HCl 0,5%, disajikan pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Warna Filtrat dan Residu Hasil Ekstraksi Kulit Buah Jamblang
27
28
Asetat
jamblang dengan asam asetat dengan variasi konsentrasi 2,5%; 5%; 7,5%; 10%
jamblang dengan alum dengan variasi konsentrasi 2,5%; 5%; 7,5%; 10% yang
4.2 Pembahasan
yang mudah rusak pada suhu tinggi. Pembahasan perlakuan maupun hasil
penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, disajikan dalam penjelasan sebagai
berikut:
akan digunakan disortir terlebih dahulu. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah buah jamblang yang sudah matang dengan ciri memiliki warna buah
ungu kehitaman. Buah jamblang yang telah di pilih, dibersihkan dengan air
buah jamblang. Selanjutnya, sampel buah jamblang yang telah bersih dipisahkan
kulit dengan daging buahnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kulit buah
Kulit buah jamblang yang diperoleh di blender sampai halus dengan fungsi
ekstraksi.
ditutup dengan aluminium foil. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontak
sampel dengan cahaya selama proses ekstraksi berlangsung. Menurut Basuki dkk.
sifat yang berbeda, yaitu n-heksan, etil asetat dan etanol-HCl 0,5%. Fungsi pelarut
n-heksan adalah untuk menarik senyawa non polar yang terdapat pada sampel
sesuai dengan sifat kelarutan n-heksan yang non polar. Etil asetat berfungsi
sebagai pelarut yang akan menarik senyawa semi polar dari sampel sesuai dengan
sifat kelarutannya yang semi polar. Pelarut etanol bersifat polar sehingga dapat
bahwa antosianin lebih stabil pada larutan yang bersifat asam. HCl merupakan
jenis pengasam paling efektif. Hal ini dikarenakan HCl dapat mendenaturasi
membran sel tanaman dan melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel (Kristiana
dkk., 2012). Proses maserasi dengan tiga pelarut ini dilakukan selama 24 jam
bertujuan agar pelarut dapat menarik senyawa yang diinginkan dalam sampel
dengan baik.
Filtrat hasil dari maserasi dengan n-heksan, etil asetat, dan etanol-HCl
pada suhu 60-65 °C bertujuan untuk memekatkan ekstra, karena pada suhu
yang diperoleh merupakan ekstrak pekat. Pelarut n-heksan mendidih pada suhu
60-70 °C (Utomo, 2016), etil asetat menguap pada suhu 77,1 °C (Azura dkk.,
2015), etanol dapat menguap pada suhu 60 °C (Zulfajri & Muttakin, 2017).
Ekstrak pekat antosianin yang diperoleh disimpan di dalam erlenmeyer yang telah
ditutup dan dibungkus dengan aluminium foil sehingga sampel tidak mudah rusak
Kedua bagian tersebut di ukur serapannya pada panjang gelombang 510 dan 700
(Sutharut & Sudarat, 2012). Perbedaan pH yang digunakan adalah pada pH 1 dan
antosianin dalam bentuk hemiketal dan terjadi penurunan intensitas warna sampai
tidak berwarna, sehingga serapan yang ada adalah senyawa pengganggu. Panjang
antosianin yang paling umum terdapat di alam (Lee dkk., 2005), sedangkan
antosianin.
R1 R1
OH OH
B OH
+
HO O HO O
R2 R2
A + A +
O R O R
O R O R
Flavylium cation: orange to purple Hemiketal form: colorless
pH = 1,0 pH = 4,5
Gambar 4.1 Struktur Antosainin pada pH 1 dan pH 4,5 (Wrolstad dkk., 2005)
dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung reaksi 1 tidak ditambahkan kopigmen, tabung
35
2017).
adalah 470 nm, 500 nm dan 540 nm, dengan serapan masing-masing 2,873; 2,252;
Pergeseran terjadi dari panjang gelombang 470 nm ke 500 nm. Pergeseran ini
konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Variasi konsentrasi dilakukan bertujuan
36
stabilitasnya di ikuti dengan pemanasan pada suhu dan waktu pemanasan yang
Variasi suhu dan waktu pemanasan di dasarkan pada sifat antosianin yang mudah
rusak oleh panas selama proses pengolahan dan penyimpanan. Lestario (2017)
keasaman 8 mendekati normal (Syafitri, 2015). Menurut Didi (2005), pada media
basa antosianin berwarna biru, dan pada media netral berwarna ungu. Hasil
ke 540 nm. Pergeseran ini adalah pergeseran batokromik. Hal ini menunjukan
konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Variasi konsentrasi dilakukan bertujuan
stabilitasnya di ikuti dengan pemanasan pada suhu dan waktu pemanasan yang
Variasi suhu dan waktu pemanasan didasarkan pada sifat antosianin yang mudah
rusak oleh panas selama proses pengolahan dan penyimpanan. Lestario (2017)
antosianin buah jamblang pada kopigmentasi dengan asam asetat 2,5%, 5%, 7,5%
dan 10% pada suhu 80 ℃, 60 ℃ dan 40 ℃ secara berturut-turut dapat dilihat pada
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.2. Grafik uji stabilitas antosianin ekstrak buah jamblang pada
kopigmentasi dengan asam asetat 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% pada pemanasan
(a) Suhu 40 °C; (b) Suhu 60 °C; (c) 80 °C.
39
penelitiannya tentang ekstraksi, filtrasi membran dan uji stabilitas zat warna kulit
merah dan stabil. Hal ini dapat dilihat melalui kenaikan serapan (absorbansi)
pH maka warna konsentrat makin merah dan stabil atau jika pH semakin
Hasil uji stabilitas suhu untuk ekstrak antosianin buah jamblang pada
kopigmentasi dengan asam asetat 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% menunjukan bahwa
pemanasan pada suhu 40 °C dan 80 °C. Hal ini dapat dilihat pada data absorbansi
yang lebih tinggi dari absorbansi pada suhu 40 °C dengan pemanasan paling lama
dan 80 °C paling singkat, juga dapat di amati melalui grafik uji stabilitasnya,
antosianin buah jamblang pada suhu 60 °C. Penelitian ini menunjukan, pemanasan
pada suhu tinggi dengan lama pemanasan singkat dan pemanasan pada suhu
kesetimbangan tersebut adalah kation flavilum pada pH 1-2 (berada pada kondisi
Ogluc
=7 OH
pKa
-H+
OH
OH
O
OH
HO O
O O
Ogluc
Ogluc
OH
OH + Basa quinonoidal (A)
pK -H OH -H+
a= (Violet)
4 OH
HO +
O
Ogluc -H++H2O OH
OH OH
Kation flavilum (AH+) OH
HO O
(merah)
Ogluc
OH Basa karbinol (B)
(tidak berwarna)
OH
OH
OH
HO OH OH HO OH O
Ogluc
Ogluc
OH O E-kalkon (C)
OH
Z-Kalkon (C) (kuning)
(kuning)
penampakan warna larutan merah. Semakin lama dipanaskan pada suhu tinggi,
41
warna antosianin semakin memudar menjadi tidak berwarna. Hal ini di karenakan
basa karbinol yang tidak berwarna (Wulaningrum dkk., 2013). Perubahan bentuk
R1 R1
OH OH
OH
+ B H2O, -H+
HO O HO O
R2 R2
+
A + -H2O, H
O R O R
O R O R
karbinol atau kalkon yang tidak berwarna. Kerusakan akibat pemanasan terjadi
karena adanya hidrolisis yang terjadi pada ikatan glikosida antosianin sehingga
kopigmentasi dengan alum 2,5%; 5%; 7,5%; 10% pada suhu 80 °C, 60 °C dan 40
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.5. Grafik uji stabilitas antosianin ekstrak buah jamblang pada
kopigmentasi dengan alum2,5%; 5%; 7,5%; dan 10% pada (a) Suhu 40 °C; (b)
Suhu 60 °C; (c) 80 °C.
43
Hasil uji stabilitas suhu untuk ekstrak antosianin buah jamblang pada
kopigmentasi dengan alum 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% menunjukan bahwa pada
pada suhu 40 °C dan °C. Pada suhu tinggi antosianin mengalami kerusakan, yang
dapat dilihat melalui rendahnya nilai absorbansi. Selain itu, semakin lama waktu
dan spesies pada stabilitas antosianin pada empat spesies berberis menyatakan
melalui peningkatan kerusakan antosianin pada suhu 5 °C, 15 °C, 25 °C, 35 °C.
cenderung menuju bentuk basa karbinol atau kalkon yang tidak berwarna.
Kerusakan akibat pemanasan terjadi karena adanya hidrolisis yang terjadi pada
ekstrak antosianin ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.var. Ayamurasaki) tercampur
antosianin, yang disebabkan oleh hidrolisis yang terjadi pada ikatan glikosida
mengandung logam Al3+ yang di duga dapat membentuk senyawa kompleks yang
lebih stabil. Garam rangkap yang digunakan adalah Al2(SO4)3. Menurut Goto dkk.
diakibatkan oleh pembentukan pasangan ion antara ion garam dan antosianin.
Menurut Lukas (2017) antosianin dan alum dapat bereaksi menurut persamaan
reaksi berikut:
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa pemanasan suhu tinggi 80 ℃ dengan lama
asam asetat maupun alum tidak mampu mempertahankan stabilitas antosianin, dan
selama 300 menit menunjukan kopigmentasi kedua kopigmen asam asetat dan
oleh ekstrak tercampur kopigmen. Sari dkk. (2005) telah melakukan penelitian
tentang ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit buah duwet. Hasil
pada suhu tinggi (80 dan 100 ℃) stabilitas warna antosianin menurun drastis
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.2 Saran
buah jamblang.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, H. (2010). Ekstraksi dan karakterisasi antosianin dari ubi banggai maku
makulolong. Skripsi: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako.
Azura, S. L., Sutri, R., & Iriani. (2015). Pembuatan etil asetat dari hasil hidrolisis,
fermentasi dan esterifikasi kulit pisang raja (Musa paradisiaca L.).
Jurnal Teknik Kimia USU, 4(1), 1-6.
Boulton, R. (2001). The Copigmentation of anthocyanins and its role in the color
of red wine: a critical review. American Journal of Enology and
Viticulture 52(2):67-85.
Didi, S. K. (2005). Potensi beras merah untuk penngkatan mutu pangan. Jurna
Litbang Pertanian, 24(3), 93-100.
Goto, T., Hoshino, T. & Ohba, M. (1976). Stabilization effect of neutral salts on
anthocyains: flavilium salts, anhidrobase and genuine anthocyanins. J.
Agr. Biol. Chem. 40(8): 1593-1596.
Hart, H., Craine, L.E., & Hart, D.J. (2003). Kimia organik suatu kuliah singkat
edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Hidayah, T., Winarni, P. Dan Nini, W. (2014). Uji stabilitas pigmen dan
antioksidan ekstrak zat warna alami kulit buah naga. Indonesian Journal
of Chemical Science. 3(2): 136-140.
Jackman, R.L. & Smith J. L. (1996). Anthocyanin and batalains. Natural food
colourants. Second Edition. London: Blackie Academic and
Profersionals.
Khaldun, I. (2013). Kestabilan zat warna alami dari umbi ketela ungu (Ipomoea
batatas). Jurnal Chimiica Didactica Acta, 1(1), 34-40.
Khuzaimah, S. (2018). Uji stabilitas pigmen hasil ekstraksi zat warna alami dari
kulit buah naga (Hylocereus undatus). JTI, 2(2): 1-10.
Laleh, G. H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R. And Zare, S. (2006). The
effect of light, temperature, pH and species on stability of anthocyanin
pigments in four berberies spesies. Pakistan Journal of Nutrition, 5(1):
90-92.
Leimena, B.B. (2008). Karakterisasi dan purifikasi antosianin pada buah duwet
(Syzygium cumini). Skripsi: Institut Pertanian Bogor.
Lukas, S.G.A. (2017). Pengaruh Proses Fiksasi terhadap Kualitas Warna Kain
Sutera pada Pemanfaatan Antosainin Hasil ekstraksi Kulit Buah Naga.
Skripsi Ssarjana Fakultas Teknik Kimia Universitas Politeknik Negeri
.Samarinda.
Marliani, L., Kusriani, H., Sari, I. (2014). Aktifitas antioksidan daun dan buah
jamblang (Syzygium cumini L) skeel. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian dan PKM, Sains, Teknologi, dan Kesehatan, 4(1), 201-206.
Munawaroh, H., Fadillah, G., Saputri, L. N. M. Z., Hanif, Q. A., Hidayat, R.,
Wahyuningsih, S. (2015). Kopigmentasi dan uji stabilitas warna
49
Nuari, S. (2016). Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid ekstrak etanol buah
naga merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C. Weber) briton & rose.
Skripsi: Universitas Tadulako.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., dan Raharjo, T. J. (2012). Isolation
anthocyanin from roselle petals (hiniscus sabdariffa L) and the effect of
light on the stability. Indo. J. Chem. 12(2), 167-171.
Santoso, W. E. A., dan Estiasih, T. (2014). Kopigmentasi ubi jalar ungu dengan
kopigmen Na-kasienat dan protein whey serta stabilitasnya terhadap
pemanasan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), 121-127.
Sari, P., Agustina, F., Komar, M., Unus., Fauzi, M., dan Lindriati, T. (2005).
Ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit buah duwet (Syzygium
cumini). Jurnal Teknol. dan Industri Pangan 16(2), 142-150.
Sari, P., Wijaya. C. H., Sajuthi, D., Supratman, U. (2009). Identifikasi Antosianin
Buah Duwet (Syzygium cumini) Menggunakan Kromatografi Cair
50
Sukarini, N.E. (2003). Studi penggunaan ampas kecap yang diproses dengan
larutan asam asetat untuk pakan terhadap komposisi kimia dan
karakteristik fisik daging ayam broiler. Tesis: Universitas Diponegoro.
Supiyanti, W., Endang, D.W., dan Kusmita, L. (2010). Uji aktivitas antioksidan
dan penentuan kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia
Mangostana 1). Majalah Obat Tradisiaonal, 15(2) : 64-70.
Tahandugang, U. I. (2014). Kajian masa simpan ekstrak antosianin ubi jalar ungu
(Ipomea batatas L.var. Ayamurasaki) tercampur maltodkstrin dalam
kemasan kapsul. Skripsi: UNTAD.
Wrolstad, R. E., Durst, R. W., & Lee, J. (2005). Tracking color and pigment
changes n anthocyanin products. Trends in Food Science and
Technology, 16, 423-428.
Zulfajri, M & Muttakin. (2017). Metode ekstraksi antosianin dari kulit buah
Syzygium cumini (L.) skeels sebagi indikator alami asam basa. Seminar
Nasional II USM Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi
dalam Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, 1 : 547-
553.
52
LAMPIRAN
53
LAMPIRAN 1
SKEMA PROSEDUR KERJA
1. Preparasi Sampel
Buah jamblang
- Dipotong kecil-kecil
- Dipotong kecil-kecil
- Dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap.
- Ditambahkan 2500 mL n-heksan
- Diekstrak dengan maserasi selama 24 jam.
- Disaring dengan kertas Whatman no.1 melalui
corong buchner.
Residu Filtrat
- Diangin-anginkan untuk
menghilangkan pelarut.
- Diekstrak kembali dengan 2500 mL
etil asetat selama beberapa jam.
- Disaring dengan kertas Whatman
no.1 melalui corong buchner.
Residu Filtrat
- Diekstrak kembali dengan 2500 mL
etanol-HCl 0,5% selama beberapa
jam.
- Disaring dengan kertas Whatman
no.1 melalui corong buchner.
Residu Filtrat
- Dicampur
- Dimasukan
ke dalam
vacum
rotary
evaporator
pada 60-65
0
C
Ekstrak pekat
55
5 mL ekstrak 5 mL ekstrak
- Ditambahkan - Ditambahkan
5 mL larutan 5 mL larutan
buffer pH 1 buffer pH 4,5
- Diukur - Diukur
seranpannya seranpannya
mengguakan mengguakan
spektrofotome spektrofotome
ter UV-VIS ter UV-VIS
pada panjang pada panjang
gelombang gelombang
510 nm dan 510 nm dan
700 nm 700 nm
Absorban Absorban
56
terkopigmentasi
dengan alum
58
1 2 3 4
- Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20
mL asam asetat mL asam asetat mL asam asetat mL asam asetat
2,5% 5% 7,5% 10%
- Dimasukkan - Dimasukkan - Dimasukkan - Dimasukkan
kedalam kedalam kedalam kedalam
waterbath pada waterbath pada waterbath pada waterbath pada
suhu 400C, 600C, suhu 400C, , suhu 400C, , suhu 400C, ,
800C. 600C, 800C. 600C, 800C. 600C, 800C.
- Diukur - Diukur - Diukur - Diukur
serapannya pada serapannya pada serapannya pada serapannya pada
masing-masing masing-masing masing-masing masing-masing
variasi suhu variasi suhu variasi suhu variasi suhu
pada panjang pada panjang pada panjang pada panjang
gelombang gelombang gelombang gelombang
maksimum maksimum maksimum maksimum
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak
terkopigmentasi terkopigmentasi terkopigmentasi terkopigmentasi
dengan asam dengan asam dengan asam dengan asam
asetat asetat asetat asetat
- - -
Absorban Absorban Absorban Absorban
59
1 2 3 4
- Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20 - Di tambahkan 20
mL alum 2,5% mL alum 5% mL alumn 7,5% mL alum 10%
- Dimasukkan - Dimasukkan - Dimasukkan - Dimasukkan
kedalam kedalam kedalam kedalam
waterbath pada waterbath pada waterbath pada waterbath pada
suhu 400C, 600C, suhu 400C, , suhu 400C, , suhu 400C, ,
800C. 600C, 800C. 600C, 800C. 600C, 800C.
- Diukur - Diukur - Diukur - Diukur
serapannya pada serapannya pada serapannya pada serapannya pada
masing-masing masing-masing masing-masing masing-masing
variasi suhu variasi suhu variasi suhu variasi suhu
pada panjang pada panjang pada panjang pada panjang
gelombang gelombang gelombang gelombang
maksimum maksimum maksimum maksimum
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak
terkopigmentasi terkopigmentasi terkopigmentasi terkopigmentasi
dengan alum dengan alum dengan alum dengan alum
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN
a. Replikasi 1
Total antosianin =
Total antosianin =
b. Replikasi 2
Total antosianin =
Total antosianin =
c. Replikasi 3
Total antosianin =
Total antosianin =
= 70,64 mg/L
E. Standar deviasi
Standar deviasi (simpangan baku) suatu data dapat dihitung menggunakan rumus:
S=
S2 =
Keterangan:
S= Standar deviasi
Xi = Nilai X ke-i
62
= Nilai X rata-rata
N = banyaknya data
= (211,91)
= 70,64
S2 =
S2 =
S2 =
S2 = 2,17975
S=
S = 1,4763976429
63
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
Keterangan: (kiri) sampel buah jamblang sebelum di pisahkan antara kulit dan
Keterengan: (kiri) filtrat hasil ekstraksi dengan n-heksan; (tengah) filtrat hasil
ekstraksi dengan etil asetat; (kanan) filtrat hasil ekstraksi dengan etanol-HCl 0,5%
Keterangan: (kiri) residu hasil ekstraksi dengan n-heksan; (tengah) residu hasil
ekstraksi dengan etil asetat; (kanan) residu hasil ekstraksi dengan etanol-HCl
0,5%.
65
dengan suhu 60 ℃.
Keterangan: (kiri) hasil kopigmentasi dengan alum setelah pemanasan pada suhu
80 ℃; (kanan) hasil kopigmentasi dengan asam asetat setelah pemanasan pada
suhu 80 ℃.
68
69
70
71
SURAT KETERANGAN
No. 1795A UN 28.l.2/KM.2021
Yang benanda tangan d i bawah ini Kepala Unit Laboratorium kimia FakuJtas Keguruan dan
Agust us 2018 s/d 28 September 20 1 8 dalam rangka menyelesaikan Karya Tulis Ilm iah
dengan judul: Kopigmentasi Antosiamn Kulit Buah Jamblang (Syzygium cumini) dengan Asam
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
RIWAYAT HIDUP
Chintia Novita Barani lahir di Makmur, 25 November 1996. Anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Marpaul Kelton Barani dan Frida Pelleng di desa
Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Menusi pada tahun 2002 dan tamat pada
tahun 2008 dan tamat pada tahun 2011, kemudian lanjut di SMA Negeri 1 Palolo
pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014. Setelah lulus SMA, tahun 2014
Universitas Tadulako.