Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya paper yang berjudul “Penanganan Pasca Panen Beras
dengan Metode Vacum Guna Memperpanjang Umur Simpan Beras” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak I Wayan Rai Widarta S.TP.,M.Si selaku dosen Satuan Operasi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan paper ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik maupun saran yang membangun
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.
Penulis
PENANGANAN PASCA PANEN BERAS DENGAN METODE VACUM
GUNA MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BERAS
OLEH :
KELOMPOK 8
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Perlakuan Pasca Panen pada beras.
2. Untuk mengetahui pengendalian mutu pada beras.
3. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode pengemasan vakum (vacuum
packaging) pada beras.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Tekstur beras
Tekstur beras/kekerasan merupakan ketahanan biji pada gaya yang
diberikan sebelum biji tersebut pecah. Tekstur beras diukur dengan Kiya
Hardness Meter. Kekerasan beras penting untuk dianalisa karena persentase
butir patah merupakan salah satu parameter kualitas beras. kekerasan beras
merupakan sifat fisik beras yang dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan kadar
air, lama penyimpanan beras dan derajat sosohnya. Semakin banyak air yang
terkandung dalam beras, maka beras akan semakin rapuh sehingga nilai
kekerasannya akan lebih kecil.
C. Kadar air
Menurut SNI No. 6128 tahun 2015 tentang beras, standar kadar air
maksimum untuk beras adalah 14 persen. Kadar air beras yang lebih dari 14
persen menyebabkan kerusakan yang lebih cepat pada saat penyimpanan. Pada
saat penyimpanan, kadar air beras dijaga agar tidak terlalu tinggi untuk
mencegah pertumbuhan cendawan dan perubahan stuktur beras menjadi rapuh
maupun patah. Pada kadar air yang tinggi, beras teksturnya relatif melunak dan
mudah patah.
C. Kandungan Protein
Protein adalah salah satu makronutrien yang berperan dalam proses
pembentukan biomolekul. Protein adalah suatu senyawa yang sebagian besar
terdiri atas unsur nitrogen. Jumlah unsur ini dapat digunakan sebagai dasar
penentuan kadar protein dalam beras. Unsur nitrogen yang terikat dalam
bentuk matriks dilepaskan melalui proses destruksi dan diukur jumlahnya.
Kadar protein beras berada pada kisaran 7%. Kadar protein pada beras
giling sangat dipengaruhi oleh derajat sosoh dan kondisi tanah tempat beras
ditanam. Beras yang tumbuh pada tanah yang kaya akan unsur Nitrogen akan
cenderung memiliki kadar protein yang tinggi.
2.2.2 Tikus
Beberapa spesies tikut merupakan hama yang mampu beradaptasi dengan
kehidupan manusia. Kerugian akibat serangan tikus meliputi kerusakkan
kuantitatif (akibat dimakan dan tercecer) dan kualitatif (tercemar dan rusak).
Kontaminasi berupa tercemarnya oleh urine, kotoran, rambut dan berbagai jenis
pathogen yang ditularkan oleh tikus (pes, leptospirosis, murine thypus, dll).
Meskipun seekor tikus hanya makan 20 gr per hari, tetapi kerusakan mencapai 5
kali lipat karena kebiasaan mengerat tikus agar gigi serinya tetap proposional,
sehingga tidak mengganggu aktivitas makan. Perilaku makan lainnya dari tikus
adalah mengkonsumsi dalam jumlah sedikit di tempat yang berbeda (Boque,
1988; Priyambodo, 2005).
2.2.3 Burung
Pada umumnya burung menimbulkan kerugian secara tidak langsung
dengan mencemari beras. Aktivitas burung membuat sarang dalam bangunan
membuat gudang penyimpanan menjadio kotor oleh bekas sarang dan bulu-
bulunya yang rontok. Spesie burung yang menimbulkan maslah pada gudang
penyimpanan beras dan apadi adalah burung hanta serak putih (Tyto alba), burung
gereja (Passer montanus), dan burung seriti (van Vreden dan Ahmadzabidi, 1986;
Caliboso, 1998).
2.2.4 Jamur dan Mikroorganisme
Kelembaban udara yang relative tinggi sepanjang tahun di daerah tropis
menyediakan lingkungan yang sesuai bai pertumbuhan jamur. Selam periode
masa simpan baik gabar maupun beras, jamur akan tumbuh apabila kadar airnya
relative tinggi. Kostruksi dan kondisi fisik gudang juga berpengaruh terhadap
jamur (CPC, 2000). Air hujan yang menegnai gudang penyimpanan akan
menghasilakan kondisi yang sesui untuk pertumbuhan jamur pada gabah dan
beras.
BAB III
PEMBAHASAN
C. Warna
Dianalisa dengan menggunakan indera penglihatan dengan
menggunakancontoh pembanding, warna beras biasanya putih mengkilat/segar,
putih, dan kusam.
D. Bau
Dianalisa dengan indera penciuman. Bau beras normal atau apek.
E. Kekerasan
Dengan metode sederhana digigit/ pakai gigi atau alat bantu khusus lainnya.
Berdasarkan variable kekerasan beras dapat dinyatakan keras (normal) dan
rapuh/ lapuk.
F. Rasa
Pemerikasaan rasa dapat dilakukan sebelum dan sudah ditanak, dan
menggunakan panel test, rasa nasi : pulen, pera, hambar.
G. Derajat Sosoh
Tingkat terkelupasnya lapisan katul dan lembaga dari butir beras pada
proses penyosohan. Derajat sosoh di Indonesia dinyatakan dalam prosentase.
Pengujian derajat sosoh digunakan metode chromatogravi di laboratorium, dan
dilapangan dilakukan secara iluminasi yaitu dengan perbandingan penampakan
visual terhadap beras dengan derajat sosoh yang sudah diketahui nilainya atau
dengan monster ( pembanding).
H. Butir Utuh
Butir- butir beras baik sehat maupun cacat, yang utuh atau tidak ada yang
patah sama sekali.
I. Beras Kepala
Butir beras patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih
besar atau sama dengan 6/10 bagian ukuran panjang rata- rata butir beras utuh.
J. Butir Patah
Butir beras patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih
kecil dari 6/10 bagian ukuran panjang rata- rata beras utuh.
K. Butir Menir
Butir beras patah maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari
2/10 bagian butir utuh.
L. Butir Mengapur
Beras yang berwarna putih dan bertekstur lunak seperti kapur yang
diakibatkan oleh proses fisiologis.
M. Butir Kuning
Butir kuning, butir beras kepala, patah dan menir yang berwarna kuning,
kuning kecoklatan atau kekuning- kuningan akibat proses perubahan warna
yang terjadi selama perawatan.
N. Butir Rusak
Butir kuning, butir beras kepala, patah dan menir yang berwarna
putih/bening, putih mengapur, kuning, dan warna cerah mempunyai lebih dari
satu bintik/ noktah.
O. Butir Merah
Butir merah, kepala patah, menir yang berwarna merah karena varietas padi
asalnya.
P. Butir Ketan
Butir ketan utuh yang tercampur dalam beras dikategorikan sebagai butir
beras baik, sedangkan butir ketan yang tidak utuh dikategorikan sebagai butir
kapur
Q. Butir Gabah
Butir gabah yang belum terkupas sebagian dalam proses penggilingan.
R. Benda Asing
Benda- benda yang tidak digolongkan beras.
2. Cara elektronik
Alat pengukur kadar air elektronik yang dapat digunakan antara lain merk
Iseki, Cera dan Kett.
Pelaksanaan dilakukan sebagai berikut:
a. Sebelum diukur, beras harus dibersihkan.
b. Jumlah berat contoh beras yang diperiksa sesuai dengan ketentuan
masing-masing alat .
B. Derajat Sosoh
Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan katul dan lembaga dari
butir beras. Bahan yang diperiksa adalah contoh kerja lebih kurang 800 gram.
Alat yang digunakan adalah kaca pembesar dan contoh pembanding. Butir
beras yang diperiksaan dibandingkan dengan contoh pembanding dan
dilakukan secara visual dengan bantuan kaca pembesar.