DOSEN PENGAMPU :
Ir.SIGIT MURYANTO,MP
NAMA : SUHRNDRA
NIM :F20020047
PRODI :MANAJEMEN
UNIVERSITAS BOYOLALI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya tugas Pengantar Bisnis
dengan judul “Pengertian , sistem dan Lingkungan Bisnis”. Makalah ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas kami. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh
dari buku maupun internet. Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah
ini dapat bermanfaat untuk memberi pengetahuan tentang pengertian, sistem dan lingkungan
bisnis.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat perbaikan dari Dosen Program Studi maupun pembaca akan kami terima
dengan senang hati. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk mengetahui garis
besar tentang bisnis.
Pada akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Terima kasih juga untuk teman –
teman yang telah membantu meminjamkan buku dan bantuannya. Penulis berharap dengan
terselesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Suhendra
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bekalang
Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat
yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok,
sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di
Indonesia.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan dari
keluarga rumput-rumputan yang digolongkan dalam tanaman biji-
bijian
Jagung dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indon esia sebagai
makanan pokok sehari-hari. Tak hanya nikmat, manfaat jagung bagi
kesehatan juga melimpah, mulai dari melancarkan pencernaan,
menangkal efek radikal bebas, hingga menjaga kesehatan mata
Di dalam satu buah jagung atau setara dengan 100 gram biji jagung
terdapat sekitar 80–100 kalori. Selain itu, jagung juga mengandung
beragam nutrisi, seperti serat, protein, karbohidrat, mineral, dan
vitamin. Jagung pun memiliki beragam antioksidan, termasuk asam
fenolat, zeaxanthin, antosianin, dan lutein.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Jagung merupakan jenis tanaman pangan yang menghasilkan
karbohidrat. Tanaman jagung menjadi bahan pangan pokok di
sebagian belahan dunia. Selain itu, jagung juga menjadi bahan pangan
olahan, misalnya minyak jagung, bahan dasar tepung maizena,
bioenergi, bahan kosmetik, hingga untuk kebutuhan pangan ternak.
Tanaman jagung tumbuh di dataran rendah yang tingginya mencapai
sekitar 1200 meter dpl. Tanaman jagung memerlukan media tanah
lempung, lempung berpasir, tanah vulkanik yang subur, gembur, kaya
bahan organic, serta perlu sinar matahari minimal 8 jam per hari, suhu
udara 20-33 derajat celcius, curah hujan sedang, ph tanah 5,5-7 dan
memiliki drainase yang baik.
Di Amerika Tengah dan Selatan, jagung menjadi sumber karbohidrat
utama dan menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Sementara itu, penduduk beberapa daerah di Indonesia seperti Madura
dan Nusa Tenggara memanfaatkan jagung sebagai bahan makanan
pokok atau utama.
Secara umum, jagung memiliki beberapa fungsi. Di antaranya sumber
karbohidrat, pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil
minyaknya (dari biji), menjadi tepung (dari biji, dikenal dengan istilah
tepung jagung atau maizena), sebagai bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung juga kaya akan pentose yang dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan furfural. Kemudian, jagung juga bermanfaat
sebagai bahan farmasi yang direkayasa genetika sebagai penghasil
bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi, jagung berasal
dari Amerika Tengah, tepatnya di Meksiko bagian selatan. Perlu
diketahui, budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini sejak 10.000
tahun yang lalu, kemudian teknologi tersebut dibawa ke Amerika
Selatan, yakni Ekuador sekitar 7000 tahun yang lalu.
Selama proses domestikasi yang berlangsung selama kurang lebih
7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, khususnya Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte
diketahui digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam
genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi
menjadikan jagung menjadi satu-sat
Sampai saat ini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal ataupun
kultivar. Jagung adalah komoditas andalan yang dirasakan memiliki
keunggulan komparatif. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor, di
antaranya adalah Indonesia yang masih mengimpor jagung dalam
jumlah besar, sekitar 700.000 ton per tahun guna keperluan industri
pakan ternak.
Kemudian, jagung menjadi peluang pakan ternak yang cukup besar di
Kalimantan Barat sebab hingga saat ini Kalimantan Barat masih
mendatangkan jagung dari Semarang Jawa Tengah kurang lebih
10.000 ton per tahun. Faktor ketiga, tersedianya lahan untuk
pengembangan jagung di Kalimantan Barat cukup besar. Hal itu
didukung oleh ketersediaan teknologi dan SDM. Selain itu, telah
terbentuk kemitraan dengan swasta di Sanggau Ledo, Kabupaten
Bengkayang.unya spesies tumbuhan yang tidak bisa hidup secara liar
di alam.
BAB 3
METODE PENELITIAN
BAB 4
HASIL OBSERVASI
Untuk mendukung kebutuhan jagung sebagai bahan pangan, dan
bahan pokok bagi industri pakan ternak maka diperlukan jaminan
ketersediaan jagung dengan mutu yang baik. Jagung merupakan
produk musiman yang mudah rusak, untuk itu perlu diterapkan
teknologi pasca panen yang tepat agar komoditi jagung tetap tersedia
sepanjang tahun, tidak mudah rusak dan lebih tahan disimpan.
Masalah utama dalam penanganan pasca panen jagung di tingkat
petani adalah masih tingginya kehilangan hasil mulai dari panen
sampai pasca panen. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan petani dalam penanganan panen dan pasca panen serta
alsin yang cukup mahal.
Penanganan pasca panen yang tepat diperlukan untuk mendapatkan
jagung yang bermutu tinggi dan menekan kehilangan hasil.
Penanganan yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan biji
sehingga menurunkan mutu dan harga jagung. Teknologi penanganan
pasca panen dapat menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan
kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu.
Tulisan ini, akan menguraikan penanganan panen dan pasca panen
jagung. Rangkaian kegiatan pasca panen sejak panen diikuti
pengeringan, pemipilan, pembersihan dan penyimpanan. Rangkaian
kegiatan tersebut saling berkaitan, hasil satu kegiatan mempengaruhi
hasil tahap berikutnya.
PENGERINGAN
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai
tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk
disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Disamping itu
tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan
dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu
perdagangan adalah 14%. Untuk biji yang akan disimpan kadar air
sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah.
Oleh karena itu disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam
waktu 24 jam setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk
tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan.
Pengeringan jagung idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal
biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan
terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit,
terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini
dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung
akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan. Bila jagung
sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air 13%
sehingga tahan untuk disimpan.
Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari sebaiknya
dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila
cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan
sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara drastis,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini adalah
yang termurah. Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara
pengasapan. Cara ini bisa digunakan untuk mengamankan hasil
jagung dimusim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari
pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung
setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi
14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari. Untuk tujuan
benih, pengasapan lebih baik dari pada penjemuran ditinjau dari daya
tumbuh dan serangan jamur.
Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat
pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain.
Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara
tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan. Untuk jagung konsumsi
temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif
40%, sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40Oc,
karena temperatur diatas 45oC dapat mematikan embrio.
PEMIPILAN
Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan
dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak
lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak
tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih
mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih
maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan motor.
Jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan kedalam lubang
pemipil (hopper) dan karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran
yang berlangsung dalam corn sheller maka butir-butir biji akan
terlepas dari tongkol, butir-butir tersebut langsung akan keluar dari
lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau
karung. Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100%
butir-butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya (kecuali butir-butir
yang terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol). Kualitas
pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta
kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil.
PENYIMPANAN
Penyimpanan diatas Para-para
Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang ditempatkan
dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para diatas dapur
dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang cukup lama
karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur meninggalkan
residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga. Pada cara ini
sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi satu
kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun diatas
para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap yang mengandung
formaldehid, phenol dan cresol secara merata. Penyimpanan cara ini
sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus atau perangkap tikus
lainnya.
Penyimpanan dalam Karung Plastik atau tempat penyimpanan
lainnya.
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik,
kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara
tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air jagung diatas 14%
merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-macam toksin antara
lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan.
Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan
memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih
kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-
kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak
besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi
dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang
rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan
pada suhu penyimpanan 21oC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat
lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih
jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat
dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
BAB 5
KESIMPULAN