2. Rahmani, STP., MP
DISUSUN OLEH :
2018/2019
Praktikum : Ilmu Teknologi Pangan
Pertemuan : 8 (kedelapan)
2. Rahmani, STP., MP
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Mie basah adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami perebusan dalam
air mendidih terlebih dahulu. Pembuatan mie basah secara tradisional dapat dilakukan
dengan bahan utama tepung terigu dan bahan pembantu seperti air, telur dan pewarna
(Anonimf, 2005).
Mie basah dibedakan dengan mie jenis lain berdasarkan kadar air dan tingkat
pemasakan awalnya. Mie mentah yang belum direbus mengandung air sekitar 35 %, mie
basah (mie mentah yang direbus) mengandung air sekitar 52 %, mie kering (mie mentah
yang dikeringkan) sekitar 10 %, mie instan (mie mentah yang dikukus kemudian digoreng)
sekitar 8 %, sedangkan mie goreng (mie mentah yang digoreng) mengandung lipid sekitar
20 % (Krunger et al, 1996).
Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap
pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadara airnya dapat mencapai 52% sehingga daya
tahan simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Di Indonesia, mie basah dikenal
sebagai mie kuning atu mie bakso. Mie basah umumya dikemas dengan platik polipropilen
(PP) atau polietilen (PE). Polipropilen memiliki sifat kaku , kuat, ringan , daya tembus uap
air rendah, tahan tehadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan mengkilap. Oleh karena
itu pengemasan dengan menggunakan polipropilen diharapkan mampu menjaga kestabilan
uap air produk lebih baik dari paa pengemas dari bahan polietilen. (Made Astawan, 1999).
Sifat khas mie adalah elastis dan kukuh dengan lapisan permukaan yang tidak lembek
dan tidak lengket. Tahapan proses pembuatan mie secara garis besar berupa pencampuran
(mixing), pengadukan, pemotongan dan pemasakan (Oh et al, 1983).
Faktor yang harus diperhatikan dalam membuat adonan dalam pembuatan mie yang
baik adalah, jumlah air yang ditambahakan, lama pengadukan, dan suhunya. Pada awal
pencampuran terdapat pemecahan lapisan tipis air dan tepung. Semakin lama semua
bagian tepung terbasahi, oleh air dan menjadi gumpalan-gumpalan adonan. Adonan air
tersebut juga merupakan serat-serta gluten tertarik, disusun bersilang dan terbungkus
dalam pati, sehingga adonan menjadi lunak, harus serta elastis (Sunaryo,1985).
Ciri-ciri mie basah yang mengandung bahan formalin adalah sebagai berikut
(Anonimg,2009):
1. Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15
hari di suhu lemari es (100C)
3. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibanding dengan mie normal
Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses setelah tahap pemotongan dan
sebelum dipasarkan. Kadar airnya mencapai 52 % sehingga daya tahan simpannya relatif
singkat (40 jam pada suhu kamar). Rasanya yang hambar membuat bahan makanan ini
dapat diolah dengan bumbu yang sesuai dengan selera. Biasanya dibuat dari adonan terigu,
air, garam, dan minyak. Pembuatan mie basah lebih sering dibuat dengan mencampur
air khi atau kansui atau lebih dikenal dengan air abu. Dalam proses pembuatan mie, harus
dipertimbangkan dalam memilih terigu terutama adalah kadar protein dan kadar abunya.
Kadar protein mempunyai korelasi erat dengan jumlah gluten. Sedangkan kadar abu erat
dengan kualitas mie yang dihasilkan. Mie basah disebut juga mie kuning adalah jenis mie
yang mengalami perebusan dengan kadar air mencapai 52 % sehingga daya tahan atau
keawetannya cukup singkat. Pada suhu kamar hanya bertahan sampai 10-12 jam. Setelah
itu mie akan berbau asam dan berlendir atau basi. Adapun ciri-ciri mie basah yang baik
adalah berwarna putih atau kuning terang, tekstur agak kenyal, tidak mudah putus-putus.
Pada umumnya mie yang disukai masyarakat adalah mie berwarna kuning. Bentuk khas
mie berupa pilinan panjang yang dapat mengembang sampai batas tertentu dan lentur serta
kalau direbus tidak banyak padatan yang hilang. Semua ini termasuk sifat fisik mie yang
sangat menentukan terhadap penerimaan konsumen. Tanda-tanda kerusakan mie adalah
berbintik putih atau hitam karena tumbuhnya kapang, berlendir pada permukaan mie,
berbau asam dan berwarna agak gelap (Widianingsih dan Murtini, 2006).
Mie merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Definisi mie menurut SII adalah produk makanan yang dibuat dari tepung gandum atau
tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diijinkan, bentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak (Anonim,
2005e).
Menurut Anonim (2005e), pembuatan mie dalam perkembangan produk mie dan
teknologi pembuatannya tidak lagi terbatas hanya dari bahan mentah utama terigu saja,
sehingga mie dapat dikelompokan menjadi beberapa macam berdasarkan bahan utamanya,
yaitu:
Menurut Anonim (2005e), kualitas mie basah sangat bervariasi karena perbedaan
bahan pengawet dan proses pembuatannya. Mie basah adalah mie mentah yang
sebelumnya dipasarkan mengalami perebusan dalam air mendidih lebih dahulu.
Pembuatan mie basah secara tradisional dapat dilakukan dengan bahan utama tepung
terigu dan bahan pembantu seperti air, telur pewarna dan bahan tambahan pangan.
Departemen Perindustrian melalui SII 2046-90. Persyaratan tersebut data dilihat pada
Tabel 2.
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat ( akan
mengembang ), melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yang digunakan
sebaiknya memiliki pH antara 6 – 9. Makin tinggi pH air maka mi yang dihasilkan tidak
mudah patah karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang
digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, di antaranya tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 28 – 38% dari jumlah campuran
bahan yang akan digunakan. Jika lebih dari 38%, adonan akan menjadi sangat lengket dan
jika kurang dari 28%, adonan akan menjadi rapuh sehin gga sulit dicetak.
Garam Dapur
Dalam pembuatan mi, penambahan garam dapur untuk memberi rasa, memoperkuat
tekstur mi, meningkatkan fleksibelitas dan elastisitas mi, serta untuk mengikat air. Selai
itu, garam dapur dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pata
tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
Telur
Soda abu merupakan campuran dari natrium karbonat dan kalium karbonat (
Perbandingan 1 : 1 Berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, mengikatkan
elastissitas dan fleksibilitas mi meningkatkan kehalusan tekstur, serta
meningkatkansifat kenyal.
Natrium bensoat.
METODE PRAKTIKUM
3.1.Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Serbet
Mixer
Baskom
Roll press
Pisau
Slitter
Timbangan Analitik
Gelas Ukur
Kantong Plastik
3.1.2. Bahan
No. Bahan % Gram
2. Garam dapur 1 5
4. Air 25 125
5. Telur 10 1butir
Fatma , Luneta Aurelia. 2015. Rekayasa dan proses pangan mie basah.
http://lunetaaureliafatma.blogspot.com/2015/11/laporan-praktikum-rekayasa-dan-
proses_13.html (Diakses pada 04 November 2018)