Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS KADAR SENYAWA ALKALOID DAN

TANIN EKSTRAK DAUN AROGO


(Premna serratifolia)

Metsiana Fri Yulirna Buriko

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana


Pada Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
ANALISIS KADAR SENYAWA ALKALOID DAN
TANIN EKSTRAK DAUN AROGO
(Premna serratifolia)

Oleh
Metsiana Fri Yulirna Buriko
A 251 18 054

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana


Pada Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
ANALYSIS OF ALKALOID AND TANNIN COMPOUNDS
LEVEL IN LEAF EXTRACT OF AROGO
(Premna serratifolia)

METSIANA FRI YULIRNA BURIKO

UNDER GRADUATE THESIS

Submitted as a Partial Fulfillment of the Requirements for Bachelor Degree


at Chemistry Education Study Program
Mathematics and Science Education Department
Teacher Training and Education Faculty
Tadulako University

CHEMISTRY EDUCATION STUDY PROGRAM


MATHEMATICS AND SCIENCE EDUCATION
DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
TADULAKO UNIVERSITY
PALU
2022
ii
iii
iv
ABSTRAK

Metsiana Fri Yulirna Buriko, 2022. Analisis Kadar Senyawa Alkaloid dan
Tanin Ekstrak Daun Arogo (Premna serratifolia). Skripsi, Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu.
Pembimbing Minarni Rama Jura.

Arogo (Premna serratifolia) merupakan salah satu tanaman yang


berpotensi sebagai tanaman obat tradisional untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar alkaloid dan tanin
pada ekstrak daun arogo. Daun arogo diektraksi dengan metode meserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dan ekstrak diuapkan dengan rotary evaporator
pada suhu 40℃. Identifikasi alkaloid pada ekstrak menggunakan pereaksi mayer
dan dragendrof dan identifikasi tanin menggunakan larutan FeCl3. Analisis kadar
alkaloid dan tanin dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 273 nm untuk kadar alkaloid dan panjang
gelombang 765 nm untuk kadar tanin. Hasil penelitian menunjukan bahwa daun
arogo positif mengandung alkaloid dan tanin. Hasil dari analisis kadar alkaloid
ekstrak daun arogo sebesar 0,962 0,007% dan analisis kadar tanin sebesar
11,933 0,152 %.

Kata Kunci : Alkaloid, Tanin, Daun Arogo (Premna serratifolia),


Spektrofotometer Uv-Vis

v
ABSTRAK

Metsiana Fri Yulirna Buriko, 2022. Analysis of Alkaloids and Tannins in


Arogo (Premna serratifolia) Leaf Extract. Thesis, Chemistry Education Study
Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of
Teacher Training and Education, Tadulako University, Palu. Advisor Minarni
Rama Jura.

Arogo (Premna serratifolia) is one of the plants that has the potential as a
traditional medicinal plant to treat various diseases. The purpose of this study was
to analyze the levels of alkaloids and tannins in arogo leaf extract. Arogo leaves
were extracted by the meseration method using 96% ethanol as solvent and the
extract was evaporated using a rotary evaporator at a temperature of 40℃.
Identification of alkaloids in the extract using Meyer and Dragendrof reagents and
identification of tannins using FeCl3. Analysis of alkaloid and tannin levels was
carried out using UV Vis spectrophotometer method at a wavelength of 273 nm
for alkaloid content and a wavelength of 765 nm for tannin content. The results
showed that positive arogo leaves contain alkaloids and tannins. The results of the
analysis of the alkaloid content of arogo leaf extract were 0,962 0,007% and the
tannin content analysis was 11,933 0,152 %.

Keywords : Alkaloids, Tannins, Arogo Leaves (Premna serratifolia), Uv-Vis


Spectrophotometer

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh

harapannya pada Tuhan (Yeremia 17:7)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristrus oleh karena kasih dan kemurahan-Nya penulis bisa
sampai pada tahap ini dan dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

Karya ini kupersembahkan kepada kedua orang tua tercinta, terkasih dan tersayang ayah Ben
Alfret Buriko dan ibu Warnida Helnis Molengatu yang selalu memberikan dukungan,
perhatian dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima
kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang, cinta kasih serta doa yang tak pernah berhenti
kalian panjatkan kepada Tuhan untukku. Kalian adalah harta yang paling berharga yang
diberikan Tuhan kepadaku serta motivasiku untuk selalu berjuang dan pantang untuk
menyerah. Semoga skripsi ini dapat menjadi bukti awal dari perjuanganku untuk membalas
pengorbanan kalian selama ini.

Untuk kakaku tersayang Arif Effendi Buriko, S.E dan adik Shiren Athika Buriko serta
kedua nenekku yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta doa yang tiada henti-
hentinya.

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan karya ini
semoga Tuhan Yesus Kristus yang akan membalas berkat yang berlipat kali ganda serta
memberikan yang terbaik untuk kita semua

Sahat-sahabat seperjuangan Pendidikan Kimia

angkatan 2018 serta Almamater Universitas tadulako

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai karya tulis utama dalam

menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Pendidikan MIPA FKIP Universitas Tadulako. Tugas akhir ini berjudul “Analisis

Kadar Senyawa Alkaloid dan Tanik Ekstrak Daun Arogo (Premna serratifolia).

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan berbagai kendala,

namun berkat bantuan berbagai pihak terutama dengan komisis pembimbing,

kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis dengan

tulus menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dra.

Minarni Rama Jura, M.Si sebagai Pembimbing sekaligus sebagai dosen wali saya.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Nuryanti,

M.Si sebagai Pembahas Utama dan Bapak Drs. Supriadi, M.Si sebagai Pembahas

Kedua yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Mahfuds, M.P., Rektor Universitas Tadulako atas kesempatan

mengikuti Program Pendidikan S1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako

2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd., M.Si., Dekan FKIP, atas kesempatan yang

diberikan dalam mengikuti Program S1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako

viii
3. Dr. H. Nurhayadi, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

4. Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

5. Dr. Iskandar, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

6. Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D., ketua Jurusan Pendidikan MIPA

7. Dr. Tri Santoso, M.Si., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Kimia

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako yang

telah dengan tulus mengajar, membantu, menasehati serta memberikan bekal

ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi

Pendidikan Kimia.

9. Staf administrasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tadulako yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi,

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Florhena Metungku, Agnes Sambaeni dan Alrini

Djaledje, S.Pd yang sudah banyak membantu, menyemangati, memberikan

dukungan, mengibur, memotivasi serta selalu menemani disaat suka dan

duka.

11. Teman-teman terbaikku Okrin Margaretha T Ba’u, S.Pd., Selly Artasasta

Lawongo, Ainun dan Rina Andriana yang selalu membantu memberikan

ix
dukungan, motivasi serta doa kalian sehingga penulis bisa sampai pada tahap

ini.

12. Kepada Devid Tadodu yang telah membantu, memberikan semangat,

motivasi serta dukungan dalam doa untuk penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir.

13. Teman-teman alumni SMANHAR Ikrar Bude, Selvy Bansambua, S.IP.,

Yulvani Toiba, Melynia, Wiwin Sigi, Beatrix Putosi dan Alfaningtyas

Mangile yang telah memberikan bantuan, dukungan serta motivasi sehingga

penulis bisa sampai pada tahap ini.

14. Teman terbaikku Ray Frisca, Nurul Nasrianti Anas dan Saiful yang telah

membantu, memberikan semangat dan motifasi selama masa studi sehingga

penulis bisa sampai pada tahap ini.

15. Teman-teman alumni SMP N 3 PAMTIM Okdita Towua, S.IP, Sela

Tolumeko, Kevin Rumba, Joice Tadoda, Anggi Petuda, Ekxaf Manulobo,

Sinyo Pelego, Lani Tolimbo, dan Alan Parimo yang telah memberikan

semangat dan motivasi sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

16. Teman-teman KKN 93 Posko Birobuli Selatan Wiliam Bram, Ulva Borahima,

Ayu, Tiwi, Zain, Ardi, James dan Rifki yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis.

17. Teman-teman kost Fena Metungku, Budi Petuda, Putri Manitu, Kevin

Manitu, Yana Balingki, Agina Pomatu, Susi Tokobando, Gio Pamatu yang

selalu memberikan bantuan, semangat, nasihat, dukungan dan doa sehingga

penulis bisa sampai pada tahap menyelesaikan tugas akhir.

x
18. Teman-teman Penelitian Hasrina, Sukma, dan Fina yang telah banyak

membantu serta memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir.

19. Kakak-kakakku Fina Djoengkadju, S.Pd., Noflin djoengkadju, S.Pd., Yunita

Lumaya, S.Pt., Yana Wendur yang sudah membantu, memberikan dukungan,

menasehati dan memotifasi penulis dalam masa studi sehingga bisa sampai

pada tahap menyelesaikan tugas akhir.

20. Penulis mengucapkan terimkasih kepada KTB Eliora, Ka Lebriani

Limboyong S.Pd dan Ka Aprilitha Sambue S.Pd, dan teman-teman KTB

Eliora yang selalu ada memberikan motivasi dan mendukung dalam doa

sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

21. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2018,

khususnya kelas B yang telah sama-sama berjuang sebagai mahasiswa untuk

memperoleh gelar sarjana pada program studi pendidikan kimia. Terimakasih

sudah memberikan saran, bantuan, motivasi dan dukungan dalam doa

sehingga penulis bisa sampai pada tahap menyelesaikan tugas akhir.

22. Seluruh kakak tingkat 2013-2017 serta adik-adik tingkat angkatan 2019-2021.

Secara khusus kepada orang tua tercinta yang telah memberikan motivasi,

dukungan dan doa untuk keberhasilan penulis dan kepada Keluargaku tercinta

serta orang-orang yang tak terpisahkan dari kehidupan penulis yang semuanya

dicintai, dengan segala ketulusan dan keikhlasan.

Menyadari sebagai manusia yang tidak terlepas dari kesalahan, wajar

penulisan karya tulis ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan

xi
kritik demi penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan dari segenap pembaca

semoga karya tulis ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan penelitian

di Provinsi Sulawesi Tengah Khususnya di Kabupaten Poso.

Palu, Maret 2022

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitiaan 4
1.4 Manfaat penelitian 4
1.5 Ruang Lingkup 5
1.6 Batasan Istilah 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


2.1 Penelitian Relevan 7
2.2 Kajian Teori 9
2.2.1. Arogo (Premna Serratifolia) 9

xiii
2.2.2 Metabolit Sekunder 12
2.2.3 Alkaloid 12
2.2.4 Tanin 15
2.2.5 Ekstraksi 19
2.2.6 Spektrofotometer UV-Vis 20
2.3 Kerangka Konseptual 22

BAB III METODE PENELITIAN 25


3.1 Rancangan Penelitian 25

3.2 Sampel Penelitian 25

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 25

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 25

3.4.1 Alat 25

3.4.2 Bahan 26

3.5 Prosedur penelitian 26

3.5.1 Preparasi sampel 26

3.5.2 Ekstraksi Sampel 26

3.5.3 Uji Kualitatif Alkaloid dan Tanin 27

3.5.4 Analisis Kadar Alkaloid 27

3.5.5 Analisis Kadar Tanin 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31


4.1 Hasil Penelitian 31

4.1.1 Uji Kualitatif Alkaloid Ekstrak Daun Arogo 31

4.1.2 Uji Kualitatif Tanin Ekstrak Daun Arogo 31

4.1.3 Kadar Alkaloid 31

4.1.4 Kadar tanin 33

xiv
4.2 Pembahasan 35

4.2.1 Preparasi Sampel 35

4.2.2 Ekstraksi Sampel 35

4.2.3 Uji Kualitatif Senyawa Alkaloid 36

4.2.4 Uji kualitatif Tanin 40

4.2.5 Analisis Kadar Alkaloid 40

4.2.6 Analisis Kadar Tanin 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45


5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 50

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Uji Kualitatif Alkaloid Ekstrak Daun Arogo 31

Tabel 4. 2 Uji Kualitatif Tanin Ekstrak Daun Arogo 31

Tabel 4. 3 Absorbansi Standar Kafein 32

Tabel 4. 4 Kadar Alkaloid Ekstrak Daun arogo 33

Tabel 4. 5 Absorbansi Asam Tanat 33

Tabel 4. 6 Analsis Kadar Tanin Ekstrak Daun Arogo 34

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Arogo (Premna serratifolia) 11

Gambar 2. 2 Struktur Koridin dan Serotin 14

Gambar 2. 3 Struktur Meskalin dan Efedrina 14

Gambar 2. 4 Struktur Kafein 15

Gambar 2. 5 Struktur Dasar Tanin 16

Gambar 2. 6 Struktur Tanin Terhidrolisis dan Terkondensasi 18

Gambar 4. 1 Kurva Standar Kafein 32

Gambar 4. 2 Kurva Standar Asam Tanat. 34

Gambar 4. 3 Reaksi Uji Dragendroft 38

Gambar 4. 4 Reaksi Uji Meyer 38

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Skema Prosedur Penelitian 50

2. Analisis Data dan Perhitungan 61

3. Dokumnetasi penelitian 67

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis mempunyai keragaman flora dan fauna

yang sangat berlimpah. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang memiliki

keragaman pohon dan tanaman hias (floriculture) yang cukup besar, namun

keragaman tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal dan belum ditangani

dengan maksimal. Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang

sebagian besar dapat digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak

digunakan oleh masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan

guna mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu ditelitii dan

dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan

kesehatan masyarakat (Mihra dkk., 2018).

Salah satu tanaman di Indonesia yang mempunyai manfaat dalam bidang

kesehatan yaitu tanaman Premna serratifolia yang di daerah Poso dikenal dengan

tanaman arogo atau di Kalimantan Barat dikenal dengan nama buas-buas. Arogo

merupakan tanaman semak yang memiliki tinggi hingga 9 meter dan termasuk ke

dalam famili Verbenaceae. Batang arogo tidak terlalu besar dan memiliki banyak

cabang. Tanaman jenis ini biasanya tumbuh di daerah pekarangan rumah ataupun

perkebunan. Masyarakat pada umumnya memanfaatkan daunnya untuk

dikonsumsi, beberapa bagian tanaman arogo sering digunakan sebagai tanaman

obat, di antaranya sebagai antitumor, kanker, kelainan jantung, hepatoprotektif,

batuk, asma, bronkitis, perut kembung, dan wasir (Tonius dkk., 2016). Tanaman

1
2

arogo dikenal dengan sebutan nama daerah diantaranya buas-buas, bebuas, beruas,

ambong-ambong laut, pecah piring, daun kambing, dan singkil. Daerah

penyebarannya meliputi Madagaskar, Mauritius, Afrika Timur, India, Bangladesh,

Bombay, Malaka, Pasifik selatan, Indo-China, Peninsular Malaysia, Thailand dan

lain-lain (Isti’anah, 2017).

Arogo adalah tanaman tropis yang termasuk dalam famili Verbenaceae ini

berasal dari Asia Tenggara, sering dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis

(Susanti & Sari, 2019). Dalam penelitian ini tanaman arogo yang digunakan yaitu

yang berasal dari desa Kele’i , Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso,

Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Masyarakat umumnya menggunakan daun

arogo sebagai lalapan, atau sebagai tambahan makanan untuk penyedap rasa

masakan. Masyarakat Kabupaten poso telah menggunakan daun Arogo sejak lama

karena tanaman ini memiliki manfaat sebagai penurun kadar kolesterol, penurun

tekanan darah tinggi dan obat asam urat. Tanaman Arogo juga dalam

penggunaannya sebagai rempah utama masakan daging atau ikan khas kabupaten

Poso dapat ditemukan dalam acara adat Kabupaten Poso dan juga biasanya

ditemukan di warung makan khas Poso. Manfaat tanaman Arogo ini belum teruji

secara klinis, hanya pengobatan secara turun temurun.

Hasil skrining menunjukkan tanaman arogo mengandung senyawa

metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, glikosid, steroid, saponin, tanin,

senyawa volatil dan senyawa fenolik. Metabolit sekunder yang terdapat pada

tanaman arogo dapat dimanfaatka sebagai tanaman obat dengan berbagai


3

aktivitas, yaitu aktivitas stimulus jantung, aktivitas anti bakteri dan aktivitas

hepatoprotektif (Hadiarti, 2017).

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya

mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tanaman

dari gangguan hama penyakit untuk tanaman itu sendiri atau lingkungannya.

Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk

zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Banyak jenis

tanaman yang digunakan sebagai obat-obatan dikenal sebagai obat tradisional,

sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tanaman berkhasiat dan

mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat (Ulfa dkk., 2016).

Alkaloid merupakan salah satu jenis senyawa metabolit sekunder yang

terdapat dalam jaringan tanaman dan hewan yang bersifat alkali yang

mengandung atom nitrogen (N) dengan struktur lingkar yang heterosiklik atau

aromatis (Wahyuni & Marpaung, 2020). Alkaloid merupakan kelompok produk

alami yang memiliki dampak yang besar sepanjang sejarah dalam hal ekonomi,

kesehatan, politik, dan sosial manusia. Alkaloid memiliki efek fisiologis yang

kuat pada sistem mamalia serta organisme lain, akibatnya beberapa alkaloid

merupakan agen terapiutik penting. Alkaloid memiliki aktivitas biologis, sehingga

dimanfaatkan sebagai obat-obatan, stimulant, narkotika, dan racun. Selain itu

alkaloid juga dilaporkan memiliki efek mikrobiosidal dan afek anti-diare karena

efek yang ditimbulkan selama waktu transit di usus kecil dan kemampuan

berinteraksi dengan asam deoksiribonukleat (DNA) mikroba (Kadarwenny, 2017)


4

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tanaman. Tanin

umumnya tersebar pada seluruh bagian tanaman seperti pada bagian kulit kayu,

batang, daun, dan buah (Mompewa, 2018). Dalam tanaman tanin digunakan

sebagai pelindung tanaman karena memiliki rasa yang sepat sehingga dapat

menolak hewan pemakan tumbuan. Tanin merupakan salah satu senyawa aktif

metabolit sekunder yang mempunyai beberapa khasiat seperti sebagai astringen,

anti diare, antibakteri dan antioksidan yang dapat diolah dalam bentuk makanan

dan obat-obatan (Marinka, 2019)

Diketahui pada penelitian sebelumnya identifikasi daun arogo

mengandung senyawa alkaloid dan tanin, namun belum diketahui kadar alkaloid

dan tanin dalam tanaman tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan

“Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Pada Ekstrak Daun Arogo Yang

Berasal Dari Desa Kele’i”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah berapa kadar senyawa alkaloid dan tanin dalam daun arogo (Premna

serratifolia)?

1.3 Tujuan Penelitiaan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar senyawa

alkaloid dan tanin dalam daun arogo (Premna serratifolia)

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :


5

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penting dari

kadar senyawa alkaloid dan tanin daun arogo ( Premna serratifolia )

2. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman senyawa kimia yang

terkandung pada tanaman endemik Indonesia khususnya di Kabupaten

Poso Sulawesi Tengah

3. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu kimia

bahan alam.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini terfokus pada:

1. Analisis kadar senyawa alkaloid dari ekstrak daun arogo (Premna

serratifolia).

2. Analisis kadar senyawa tanin dari ekstrak daun arogo (Premna

serratifolia).

1.6 Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Alkaloid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat

dalam jaringan tanaman dan hewan yang bersifat alkali yang mengandung

atom nitrogen (N) dengan struktur heterosiklik atau aromatis.

2. Tanin merupakan komponen zat yang sangat kompleks, yang terdiri dari

senyawa fenolik yang sukar untuk dipisahkan dan sukar mengkristal,

mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein

tersebut.
6

3. Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara

kimiawi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Kurniati (2013) telah melakukan penelitian tentang uji aktivitas antioksidan

fraksi etanol daun buas-buas (Premna serratifolia). Ekstrak etanol yang diperoleh

difraksinasi dengan pelarut berdasarkan tingkat kepolaran yaitu n-heksan,

kloroform dan etanol. Fraksi yang digunakan adalah fraksi etanol. Selanjutnya

dilakukan skrining fitokimia dengan metode uji tabung dan uji pendahuluan

dengan metode DPPH secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase gerak

kloroform. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun (Premna

serratifolia) mengandung senyawa flavonoid, saponin, fenol dan alkaloid.

Wahyuni & Yanti (2014) telah melakukan penelitian tentang aktivitas

antifungi ekstrak metanol daun buas-buas (Premna serratifolia) terhadap jamur

diplodia. Pada penelitian dilakukan uji fitokimia terhadap daun Premna

serratifolia. Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun Premna serratifolia secara

kualitatif mengandung berbagai kelompok golongan senyawa metabolit sekunder

yaitu positif mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid.

Wahyuni & Marpaung (2020) telah melakukan penelitian tentang

penentuan kadar alkaloid total ekstrak akar kuning (fibraurea chloroleuca miers)

berdasarkan perbedaan konsentrasi etanol dengan metode spektrofotometri uv-vis.

Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dan ekstrak diuapkan dengan

rotary evaporator pada suhu 40oC. Identifikasi alkaloid pada ekstrak

menggunakan pereaksi Wagner, Mayer dan Dragendorff dan kadar alkaloid total

7
8

dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil kadar alkaloid total

ekstrak akar kuning dengan pelarut etanol 50% sebesar 0,6939 ± 0,2439%, dengan

pelarut etanol 70% sebesar 0,6607 ± 0,2117% dan pelarut etanol 96% sebesar

0,7826 ± 0,3004%. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak akar kuning dengan

konsentrasi pelarut etanol 96% menunjukkan kadar alkaloid yang tertinggi.

Nugrahani (2020) telah melakukan penelitian tentang Perbandingan Kadar

Alkaloid Total Pada Eksudat, Infusa Dan Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica

Papaya L.) Pengujian kadar alkaloid total pada penelitian ini menggunakan

metode gravimetri. Kadar alkaloid pada sampel daun pepaya di ukur dari tiga jenis

sampel proses dengan cara di maserasi sehingga mengasilkan ekstrak kental,

diperas untuk memperoleh eksudat dan di buat dalam benuk cairan infusa.

Masing-masing sampel untuk setiap perlakuan diuji sebanyak 5 gram dengan

replikasi 3 kali untuk setiap sampel. Perhitungan kadar alkaloid total dihitung

menggunakan rumus gravimetrik yaitu dengan melakukan perhitungan

menggunakan rumus gravimetri dimana data yang didapatkan berupa bobot

konstan. Hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar alkaloid total eksudat adalah

8,273% (8,273 g/5 g), rebusan sebanyak 4,38% (4,38 g/5 g) dan ekstrak etanol

yaitu 26,115% (26,115 g/5 g).

Lumbangaol (2020) telah melakukan penelitian tentang Penentuan Kadar

Tanin Total Ekstrak Etanol Buah Marasi (Curculigo latifolia) Dengan Metode

Spektroscopy UV-Visible. Pengukuran kadar total tanin pada penelitian ini

dilakukan pada sampel etanol buah marasi (curculigo latifolia) dengan

menggunakan metode spectroscopy UV-Vis. Proses preparasi sampel dilakukan


9

dengan tahapan sortir, pembersihan, penyucian, pengeringan dan pembuatan

simplisia. Metode ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Hasil ekstraksi

selama 3 x 24 jam dengan siklus 3 kali menunjukan bahwa kadar tanin yang

diperoleh dari sampel sebesar 2,09 ppm dengan kurva linearitas yang diperoleh

adalah y = 1,52 x + 0,015 dan r2 = 0,997.

Fajrina (2016) telah melakukan penelitian tentang penetapan kadar tanin

terhadap teh celup yang beredar dipasaran secara spektrofotometri Ultraviolet

Visibel. Sampel yang digunakan adalah teh celup dengan merek dagang TM, TS,

TP, TR, TJ dan teh murni sebagai pembanding. Sampel serbuk teh diekstraksi

dengan menggunakan pelarut etanol 70 %. Untuk menentukan golongan dan kadar

tanin digunakan katekin. Pada Uji kuantitatif secara spektrofotometer didapatkan

panjang gelombang maksimum katekin 222,00 nm. Kurva kalibrasi katekin adalah

y = 0,04943 + 0,06692, dengan nilai r hitung = 0,9995. Hasil penelitian

menunjukkan kadar tanin pada teh celup TM (0,00919 %), TS (0,00882 %), TP

(0,00863 %), TR (0,00766 %), TJ (0,01184 %) dan teh murni (0,01207 %).

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Arogo (Premna Serratifolia)

Arogo (Premna serratifolia) merupakan tanaman yang dapat tumbuh

dengan baik di daerah tropik dan subtropik seperti Asia, Afrika, Australisa, dan

Pulau Pasifik. Khusus di wilayah Indonesia, Premna serratifolia tumbuh dengan

subur di Kalimantan Barat yang dilewati garis khatulistiwa (Hadiarti, 2017).

Premna serratifolia (Verbenaceae) adalah tanaman penting dari keluarga

Verbenaceae, dan merupakan salah satu semak yang tersebar luas di hutan-hutan
10

India, biasanya terdapat di hutan gugur. Tanaman ini memiliki khasiat obat,

berguna dalam pengobatan penyakit kardiovaskular, penyakit kulit, penyakit

radang, radang sendi, kencing nanah, dan rematik (Rajendran & Krishnakumar,

2010)

Daunnya berbentuk elips sampai lonjong atau bulat telur, dengan tepi daun

bergerigi sampai rata dan memiliki bau yang tajam dan khas. Panjang daunnya

hingga 15 cm dan lebar 9 cm, dengan dasarnya berbentuk hati, pangkal atau ujung

daun arogo yang meruncing, tumbuh dengan tangkai yang berhadapan, memiliki

warna hijau kekuningan dan menjadi hijau gelap ketika tua. Batang tanaman

arogo mempunyai bagian berupa stek awal, bercabang dan beranting. Batang

tanaman arogo memiliki ukuran dengan diameter 30 cm hingga 80 cm. Selain

batang yang besar, tanaman arogo juga memiliki akar yang kuat didalam tanah

sebagai penopang. Akar tanaman arogo terdiri atas beberapa bagian yaitu akar

bagian dalam dan akar bagian luar tanah. Akar yang berada di luar tanah terdiri

dari akar udara, akar perekat, dan akar penunjang. Batang tanaman arogo

berwarna abu-abu. Tanaman arogo memiliki bunga majemuk kecil dengan tangkai

bunga berukuran panjang 0,5-1 mm. Mahkota 14 bunganya berwarna hijau hingga

abu-abu maupun putih. Buahnya tumbuh secara bergerombol dalam satu tangkai,

buah yang muda berwarna hijau dan buah yang sudah masak berwarna ungu tua

sampai kehitaman. Buahnya berbentuk bulat hitam dengan luas 3-8 mm (Isti’anah,

2017). Berikut ini adalah gambar daun arogo dapat dilihat pada Gambar 2.1.
11

Gambar 2. 1 Arogo (Premna serratifolia)

Klasifikasi Premna Serratifolia adalah sebagai berikut (Isti’anah, 2017) :

Kingdom : Platae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Verbenaceae

Genus : Premna

Spesies : Premna serratifolia

2.2.2 Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi

pertanaman organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda

antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan
12

senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis

senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu

kingdom (Sa`adah dkk, 2020). Senyawa metabolit sekunder dalam tanaman

biasanya tersebar merata ke seluruh bagian tanaman tetapi dalam kadar yang

berbeda-beda. Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder biasa dijumpai pada

akar, batang, biji, daun dan buah (Fadlila, 2011).

Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang disintesis oleh tanaman

dan merupakan sumber senyawa obat, digolongkan atas alkaloid, terpenoid,

steroid, fenolik, flavonoid dan saponin. Beberapa manfaat dari kandungan

senyawa metabolit sekunder ini berpotensi sebagai antioksidan, antikanker,

antiflamasi, antimikroba, dan antidiabetes. Kandungan senyawa metabolit

sekunder ini dapat mengobati berbagai jenis penyakit berupa gangguan perut/

pencernaan, penyakit kulit, gangguan otot, gangguan kepala, penyakit dalam,

gangguan pernapasan, menetralkan darah dan iritasi mata (Salimi dkk., 2017)

2.2.3 Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawan basa nitrogen yang

kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tanaman. Alkaloid biasanya

diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari

dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk

membentuk molekul itu. Alkaloid bersifat detoksifikasi bekerja menetralkan racun

dalam tubuh (Suteja dkk., 2019).

Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik,oleh karena itu suatu

alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin
13

hampir semua nama trivial ini berakhir dengan yang mencirikan alkaloida.

Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang

bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tanaman dan hewan.

Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan

fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.

Alkaloid biasanya tidak berwarna. seringkali bersifat optis aktif. kebanyakan

berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada

suhu kamar (Suteja dkk., 2019)

Alkaloid adalah senyawa kimia biologis aktif dan berbentuk heterosiklik

yang mengandung nitrogen dan sebagian dapat memiliki aktivitas antifarmakologi

pada manusia dan hewan lainnya. Alkaloid merupakan kelompok produk alami

yang memiliki dampak besar dibidang kesehatan. Alkaloid memiliki efek

farmakologi yang kuat pada sistem mamalia serta organisme lain sehingga

alkaloid memiliki efek terapi yang penting. Atropine, morfin, kuinin dan

vincristine merupakan contoh alkaloid yang memiliki efek terapi seperti sebagai

antimalaria dan kanker. Oleh karena itu penentuan jenis alkaloid sangat penting

terkait dengan kualitas tanaman obat (Aini, 2016). Alkaloid dikelompokkan

menjadi :

a. Alkaloid sejati

Alkaloid sejati adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas

fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung

nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino dan biasanya

terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Tetapi ada beberapa
14

alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cicin heterosiklis dan

termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari

alkaloid ini adalah serotonin. Berikut ini adalah gambar struktur serotin dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Serotin

Gambar 2. 2 Struktur Koridin dan Serotin (Putri & Santoso , 2019)


b. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan asam amino yang relatif sederhana dan nitrogen

asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh

berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Contoh meskalin

dan efedrina. Berikut ini adalah gambar struktur meskalin dan efedrina dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

Meskalin Efedrina

Gambar 2. 3 Struktur Meskalin dan Efedrina (Putri & Santoso , 2019)


15

c. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekusor asam amino. Senyawa

biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelas ini

yaitu alkaloid stereoidal ( konessin) dan purin (Kafein) (Aini, 2016). Berikut

ini adalah gambar struktur alkaloid stereoidal (konessin) dan purin (kafein)

dapat dilihat pada Gambar 2.4

Konessin Kafein

Gambar 2. 4 Struktur Kafein (Putri & Santoso , 2019)


Dalam menentukan kadar alkaloid dapat dilakukan dengan beberapa

metode seperti gravimetri, spektrodensitometri, dan spektrofotometri visible

(Wahyuni & Marpaung, 2020).

2.2.4 Tanin

Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa

tanaman. Tanin adalah suatu senyawa phenolic dengan berat molekul cukup tinggi

yang mengandung hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil)

untuk membentuk kompleks yang efektif dengan protein dan makromolekul yang

lain di bawah kondisi lingkungan tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan

bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan mineral. Tanin mempunyai
16

struktur dengan formula empriris C12H52O46 . Salah satu pemanfaatan tanin yaitu

sebagai bahan pembuatan adsorben yang baik. Kegunaan lainnya yaitu sebagai

perekat (sebagai pengganti fenol dalam formulasi), medis, kosmetik, farmasi,

adsorben logam berat dan makanan aplikasi industri (Marinka, 2019).

Tanin bersifat amorf dan mempunyai daya untuk menyamak kulit hewan.

Struktur tanin belum dapat ditentukan secara pasti, namun diartikan sebagai

senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara 500-3000Da serta

mempunyai gugus hidroksil fenolik (1-2 tiap 100 satuan bobot molekul) dan dapat

membentuk ikatan silang yang stabil dengan protein dan bipolimer lain. Selain itu

juga, tanin juga memiliki sifat kimia yaitu tanin merupakan senyawa kompleks

dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,

tanin dapat didefinisikan dengan kromatografi, senyawa fenol dari tanin

mempunyai adstrigensia, antiseptik, dan pemberi warna (Mompewa, 2018)

Secara kimia, terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan

tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi terjadi karena reaksi polimerasi

(kondensasi) antar flavonoid, sedangkan tanin terhidrolisis terbentuk dari reaksi

esterifikasi asam fenolat dan gula (glukosa) (Puspita, 2010). Berikut ini adalah

gambar struktur inti tanin dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Struktur Dasar Tanin (Putri & Santoso , 2019)


17

Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis terbentuk dengan cara

kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan oligomer yang

lebih tinggi. Nama lain tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila

direaksikan dengan asam dan dipanaskan, beberapa ikatan karbon-karbon

penghubung satuan terputus dan menghasilkan monomer antosianidin.

Proantosianindin banyak dalam bentuk prosianindin dan bila direaksikan dengan

asam akan menghasilkan sianidin. Pada tanin terkondensisi, tanaman dapat

diekstraksi dengan metanol 50 -80%. Tanin dapat dideteksi dengan sinar UV

pendek berupa bercak lembayung yang bereaksi positif dengan setiap pereaksi

fenol baku (Puspita, 2010)

Tanin terhidrolisis merupakan ikatan ester antara suatu monosakrida,

terutama D-glukosa dimana gugus hidroksilnya (seluruh atau sebagian) terikat

dengan asam galat, digalat, trigalat dan asam heksahidroksidifenat. Tanin

terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higgroskopis dan berwarna cokelat

kuning yang larut dalam air. Tanin terhidrolisis dapat diekstraksi dengan air panas

atau campuran etanol-air (Puspita, 2010).

Tanin terhidrolisis lebih bersifat toksik dibandingkan dengan tanin

terkondensasi karena pembentuk tanin terhidrolisis mudah dihidrolisis menjadi

asam galat. Asam galat tersebut dapat membentuk kelat dengan ion logam.

Pembentukan kelat ini menyebabkan hilangnya ion logam dari dalam tubuh

diamana ion logam tersebut dibutuhkan terutama untuk proses pembentukan

energi. Salah satu ion logam yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah zat besi

(Fe). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Fe
18

berperan dalam pembentukan sel darah merah. Bila cadangan besi tidak

mencukupi dan berlangsung terus menerus maka pembentukan sel darah merah

berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh sehingga mudah lelah.

Tanin terhidrolisis dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga menyebabkan

anemia. Penghambatan ini terjadi melalui pembentukan kelat dengan besi

sehingga mengurangi bioavailabilitasnya dalam gastrointestinal (Puspita, 2010).

Penetapan kadar tanin dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri

ultraviolet visibel. Untuk dapat dibaca serapannya pada daerah panjang

gelombang ultraviolet visibel maka tanin harus direaksikan dengan reagen

pembentuk warna, yaitu folin denis. Pembentukan warnanya berdasarkan reaksi

reduksi oksidasi, dimana tanin sebagai reduktor. Folin denis sebagai oksidator,

tanin yang teroksidasi akan mengubah fosmolibdat dalam folin denis menjadi

fosmolibdenim yang berwarna biru yang dapat menyerap sinar pada daerah

panjang gelombang ultraviolet visible (Andriyani & Utami, 2010). Berikut ini

adalah gambar struktur tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi dapat dilihat

pada Gambar 2.6

a. Tanin terhidrolisis b. Tanin Terkondensasi

Gambar 2. 6 Struktur Tanin Terhidrolisis dan Terkondensasi (Puspita, 2010)


19

2.2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ergina dkk, 2014). Beberapa

metode ekstraksi sebagai berikut:

1. Cara dingin

a. Meserasi, adalah proses pengestrakan silimpasa dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperature ruangan (kamar)

b. Perlokasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperature ruangan.

2. Cara panas

a. Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan

dengan adanya pendingin balik.

b. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti, adalah meserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40-50℃.


20

d. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur

96-98℃) selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperature sampai

titik didih air (Aini, 2016)

2.2.6 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang

mempelajari interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa

hamburan (scattering), absorpsi (absorption), emisi (emission). Interaksi antara

radiasi elektromagnatik dengan atom atau molekul yang berupa absorpsi

melahirkan spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultraviolet

(UV), spektrofotometri sinar tampak (Vis), spektrofotometri infra merah (IR).

Spektrofotometri ultraviolet yang dipakai untuk aplikasi kuantitatif menggunakan

radiasi dengan panjang gelombang 200-380 nm, sedangkan spektrofotometri sinar

tampak menggunakan radiasi dengan panjang gelombang 380-780 nm. Molekul

yang dapat memberikan absorpsi yang bermakna pada daerah panjang gelombang

200-780 nm adalah molekul-molekul yang mempunyai gugus kromofor dan gugus

auksokrom (Harjanti, 2004).

Gugus kromofor adalah gugus fungsi yang mempunyai spektrum absorpsi

karakteristik pada daerah ultraviolet atau sinar tampak. Gugus ini mengandung

ikatan kovalen tidak jenuh (rangkap dua atau tiga). Gugus ausokrom adalah gugus

yang dapat meningkatkan absorpsi dari suatu molekul. Gugus ini tidak
21

memberikan absorpsi yang bermakna pada daerah ultraviolet, tetapi dapat

memberikan pengaruh yang besar pada absorpsi molekul dimana gugus tersebut

terikat. Contoh dari gugus ausokrom adalah OH, NH2,CH3. Apabila senyawa yang

akan dianalisis bukan larutan yang berwama, maka larutan tersebut harus

dikomplekskan terlebih dahulu. Tujuan dari pengompleksan ini adalah untuk

menggeser panjang gelombangnya ke arah visibel/tampak, supaya terjadi migrasi

elektron dan konjugasinya juga akan semakin besar, sehingga wama senyawanya

akan semakin jelas (Harjanti, 2004).

Spektofotometer UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopik memakai

sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190-380 nm) dan sinar tapak (380-780

nm) dengan memakai instrument spektofotometer. Spektofotometer UV-vis

merupakan metode analisa yang penggunaanya cukup luas, baik untuk analisa

kualitatif maupun kuantitatif. Untuk analisa kuantitatif yang diperhatikan adalah:

a) Membandingkan maksimum

b) Membandingkan serapan (A), daya serap (a), E

c) Membandingkan spektum serapannya (Aini, 2016).

Prinsip dari spektrofotometer UIV-Vis adalah mengukur jumlah cahaya

yang diabsorbsi atau ditransmisikan melalui larutan, sebagaian energi cahaya

tersebut akan deserap (diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat

terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal

dengan istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan

tersebut dan panjang berkar cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam


22

spektofotometri) ke suatau point dimana persentase jumlah cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube (Aini, 2016).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah sianar tampak tergantung pada

energy elektronik molekul. Penyerapan sejumlah energi menghasilkan transisi

electron dari orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam

keadaan tereksitasi yang dikenal sebagai orbital elektron anti bonding (Aini,

2016).

2.3 Kerangka Konseptual

Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat berkembang pesat, hampir

80% penduduk dunia menggunakan tanaman obat. Obat herbal banyak digunakan

untuk mengobati berbagai macam penyakit karena efek samping yang ditimbulkan

dari obat herbal relatif kecil, sehingga lebih aman digunakan. Obat tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tanaman, hewan, dan

mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun- temurun.

Beberapa jenis tanaman herbal telah banyak digunakan untuk mengobati

selama ini mulai dari penyakit yang ringan seperti diare, batuk, masuk angin,

gatal-gatal sampai penyakit kronis seperti malaria, demam berdarah, kencing

manis dan kanker. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional

adalah (Premna serratifolia) atau di Sulawesi Tengah khususnya di kabupaten

Poso dikenal dengan nama arogo. Secara tradisional daun arogo digunakan

sebagai anti-inflamasi, antibakteri dan digunakan untuk gangguan jantung, batuk,

kusta, penyakit kulit, sembelit, demam, diabetes, obesitas, sakit perut dan tumor,
23

kardiotonik, sifat antihipoglikemik, temurun telah digunakan untuk pengobatan.

Selain digunakan sebagai obat tradisional, daun arogo juga dikonsumsi oleh

masyarakat kabupaten poso khususnya di daerah tetentena sebagai rempah untuk

masakan dan juga sebagai sayur. Karena daun arogo memiliki aroma yang khas

dan mememiliki rasa masam yang cocok digunakan sebagai rempah untuk

masakan daging ataupun ikan khas kabupaten poso.

Tanaman arogo mengandung senyawa fitokimia yang mempunyai

beberapa aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan antara lain alkaloid

dan tanin. Alkaloid pada tanaman berfungsi sebagai antioksidan dan penyuplai

nitrogen yang diperlukan tanaman dan memegang peranan penting dalam adaptasi

tanaman terhadap kondisi salinitas tinggi. Tanin berfungsi sebagai antioksidan dan

antimikroba yang selektif. Gugus –OH pada tanin mampu berfungsi sebagai

antioksidan karena dapat meredam radikal bebas superoksida, hidroksil,

peroksida, hidrogen peroksida, singlet oksigen, oksida nitrit, dan peroksinitrit

yang terdapat di dalam tubuh (Septiana dkk, 2016)

Sampai saaat ini jumlah alkaloid dan tanin yang terkandung dalam daun

arogo (premna serratifolia) belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu,

penelitian ini berfokus pada analisis kadar alkaloid dan tanin pada daun arogo

(Premna seeratifolia). Adapun alur atau kerangka pemikiran dan penelitian ini

adalah sebagai berikut :


24

Arogo (Premna serratifolia)

Arogo merupakan tanaman


berkayu yang memiliki banyak
manfaat baik dikonsumsi
sebagai makanan dan juga
sebagai obat-obatan

Makanan Obat

Secara tradisional daun


arogo digunakan sebagai
astringent, anti-inflamasi,
antibakteri dan digunakan
untuk gangguan jantung,
batuk, kusta, penyakit
kulit, sembelit, demam,
diabetes, obesitas, sakit
perut dan tumor.

Fitokimia

Menurut Hardiati (2017) Premna


serratifolia mengandung senyawa
metabolit sekunder berupa tanin
dan alkaloid

Alkaloid dan Tanin

Kadar alkaloid dan tanin dapat Aktivitas antioksidan


diukur dengan menggunakan yang tinggi
spektofotometri UV-Vis
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium yang

dilakukan untuk menganalisis kadar alkaloid dan tanin yang terkandung dalam

daun arogo (Premna Serratifolia) yang terdapat di desa Kele’i kecamatan Pamona

Timur kabupaten Poso Sulawesi Tengah

3.2 Sampel Penelitian

Sampel daun yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun arogo

(Premna Serratifolia) yang diperoleh dari Desa Kele’i Kecamatan Pamona Timur

Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi tengah.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia FKIP dan

Laboratorium Penelitian Kimia FMIPA Universitas Tadulako. Penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan November 2021 sampai bulan Maret 2022.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu wadah, tabung reaksi, gelas

kimia 500 mL, pipet tetes, batang pengaduk, corong, ayakan 60 mesh, kertas

saring, rak tabung reaksi, blender, gelas ukur 500 mL, spatula, Erlenmeyer 500

mL, labu ukur, timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis, vortex, cawan

porselin, pompa vakum dan rotary evaporator.

25
26

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun arogo, Aquadest,

etanol 96%, reagen dragendrof, reagen meyer, HCl pekat, FeCl3, pereaksi folin

denis, kloroform, kafein, Bromocresol Green, dan Na2CO3, dapar fosfat, asam

tanat, dan NaOH.

3.5 Prosedur penelitian

3.5.1 Preparasi sampel

Daun arogo yang segar dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil. Selanjutnya

sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang

terlindung dari sinar matahari selama kurang lebih satu minggu. Setelah kering,

kemudian sampel daun arogo tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender

sampai halus dan diayak menggunakan ayakan 60 mesh. Sampel daun arogo yang

halus tersebut siap untuk diekstraksi (Ergina dkk, 2014).

3.5.2 Ekstraksi Sampel

Pembuatan ekstrak daun arogo dimulai dengan menimbang 50 gram

serbuk daun arogo. Setelah itu, sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL

dan diekstraksi dengan mengunakan pelarut etanol 96% sebanyak 250 mL.

Kemudian ditutup erlenmeyer tersebut menggunakan aluminium foil dan

direndam selama 24 jam. Setelah 24 jam ekstrak disaring menggunakan pompa

vakum dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40℃ untuk

memperoleh ekstrak yang kental (Wahyuni & Marpaung).


27

3.5.3 Uji Kualitatif Alkaloid dan Tanin

3.5.3.1 Uji Alkaloid

Pengujian dilakukan dengan mengambil 2 mL sampel daun arogo yang

telah diekstraksi dengan pelarut etanol ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ekstrak

ditambah dengan 5 tetes reagen Dragendrof. Jika larutan terbentuk endapan jingga

maka positif mengandung alkaloid. Selanjutnya utuk pengujian Alkaoid dengan

menggunakan reagen meyer dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 2 mL

sampel daun arogo yang telah diekstraksi dengan pelarut etanol ke dalam tabung

reaksi. Setelah itu ekstrak ditambah 3 tetes asam klorida pekat dan 5 tetes reagen

meyer. Jika larutan terbentuk endapan putih maka sampel positif mengandung

alkaloid (Baud dkk, 2014).

3.5.3.2 Uji Tanin

Pengujian dilakukan dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 2 mL

sampel daun arogo yang telah diekstraksi dengan etanol, kemudian dipanaskan

kurang lebih 5 menit. Setelah dipanaskan masing-masing ditambahkan beberapa

tetes FeCl3 1%. Jika larutan terbentuk warna hijau kecokalatan atau biru

kehitaman maka positif mengandung tanin(Baud dkk, 2014).

3.5.4 Analisis Kadar Alkaloid

3.5.4.1 Pembuatan larutan baku kafein

250 mg kafein dilarutkan dengan aquades panas dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 250 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda batas, sehingga

diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dipipet sebanyak 2,5 mL dan


28

dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda

batas, sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm(Wahyuni & Marpaung, 2020).

3.5.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan kafein menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm. Hasil panjang

gelombang maksimum standar baku kafein berada pada 273 nm. Panjang

gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur serapan dari sampel

ekstrak daun arogo (Wahyuni & Marpaung, 2020).

3.5.4.3 Pembuatan Kurva Standar Kafein

Mengambil 0,1; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2 dan 1,5 mL dari larutan standar kafein

100 ppm dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10 mL dan diencerkan

dengan aquades sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar

berturut-turut adalah 1; 3; 6; 9; 12; dan 15 ppm kemudian diukur absorbansi pada

panjang gelombang 273 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV- Vis

(Wahyuni & Marpaung, 2020).

3.5.4.4 Pembuatan Larutan Induk Ekstrak Daun Arogo 100 ppm

Ditimbang 10 mg ekstrak daun arogo dan dilarutkan dalam labu ukur 10

mL dengan etanol sampai tanda batas, kemudian dikocok hingga homogen

sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Lalu dipipet sebanyak 1 mL ke dalam

labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan etanol sampai tanda batas, lalu dikocok

sampai homogen sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm (Wahyuni &

Marpaung, 2020).
29

3.5.4.5 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Arogo

Dipipet 0,1; 0,3; 0,6; 0,9; 1,2 dan 1,5 mL larutan induk ekstrak daun arogo

100 ppm masing-masing ke labu ukur ukuran 10 mL. Lalu ditambahkan dengan

etanol konsentrasi masing-masing hingga tanda batas untuk membuat masing-

masing konsentrasi ekstrak 1; 3; 6; 9; 12; dan 15 ppm (Wahyuni & Marpaung,

2020).

3.5.4.6 Penentuan Kadar Alkaloid daun Arogo

Mengambil 2 mL ekstrak daun arogo masing-masing konsentrasi ekstrak.

Lalu ditambahkan dapar posfat dan larutan BCG. Kemudian diekstraksi dengan

kloroform sebanyak tiga kali menggunakan vortex. Diambil fase kloroform dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan kloroform sampai batas

volume. Labu diukur absorbansi pada panjang gelombang 273 nm (Wahyuni &

Marpaung, 2020).

3.5.5 Analisis Kadar Tanin

3.5.5.1 Pembuatan Larutan Baku Induk

Menimbang asam tanat sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam labu ukur

10 mL kemudian dilarutkan etanol air sampai tanda batas sehingga diperoleh

konsentrasi 1000 ppm. Dipipet larutan asam tanat sebanyak 1 mL ke dalam labu

ukur 10 mL dan ditambahkan etanol sampai tanda batas sehingga diperoleh

larutan baku induk 100 ppm (Pratama dkk., 2019).

3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tanin dengan Reagen Folin Denis

Larutan baku induk dipipet 1, 2, 3, 4, 5, mL kemudian dimasukkan dalam

labu ukur 10 mL dan tambahkan aquades sampai tanda batas sehingga dihasilkan
30

konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Masing-masing konsentrasi tersebut

dipipet sebanyak 1 mL, lalu ditambahkan 1 mL reagen folin denis, kemudian

dikocok dan diamkan selama 8 menit kemudian ditambahkan 3 mL Na2CO3 20%

divorteks selama 10 menit dan diamkan larutan selama 2 jam pada suhu kamar.

Selanjutnya, mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum 765 nm dan

dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi tanin (mg/L) dengan absorban

(Pratama dkk., 2019).

3.5.5.3 Penentuan Kandungan Tanin dengan Reagen Folin Denis

Menimbang sebanyak 50 gram serbuk sampel kemudian dimasukan

kedalam Erlenmeyer, lalu diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96%

sebanyak 100 mL selama 24 jam. selanjutnya, disaring menggunakan penyaring

bucher dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator. Larutan

yang diperoleh diambil sebanyak 1 mL kemudian dimasukan kedalam tabung

reaksi dan ditambahkan 1 mL reagen folin denis selanjutnya dimasukan kedalam

tabung reaksi yang berisi sampel kemudian dikocok dan didiamkan selama 8

menit. Selanjutnya, ditambahkan larutan Na 2Co3 20% sebanyak 3 mL divorteks

selama 10 menit dan didiamkan selama 2 jam. Selanjutnya, mengukur serapan

pada panjang gelombang maksimum 765 nm (Pratama, dkk). Kandungan tanin

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

( )
Kadar tanin (%) = x 100

Diamana: X = Konsentrasi tanin (mg/L)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis kadar

senyawa alkaloid dan tanin pada daun arogo (Premna serratifolia) maka diperoleh

hasil penelitian sebagai berikut.

4.1.1 Uji Kualitatif Alkaloid Ekstrak Daun Arogo

Hasil uji kualitatif alkaloid ekstrak daun arogo disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Uji Kualitatif Alkaloid Ekstrak Daun Arogo

Pereaksi Hasil Uji Kesimpulan


Dragendrof Endapan jingga +
Meyer Endapan Kuning +

4.1.2 Uji Kualitatif Tanin Ekstrak Daun Arogo

Hasil uji kualitatif tanin ekstrak daun arogo disajikan dalam Tabel 4.2

Tabel 4. 2 Uji Kualitatif Tanin Ekstrak Daun Arogo

Pereaksi Hasil Uji Kesimpulan


FeCl3 Cokelat Kehijauan +

4.1.3 Kadar Alkaloid

Hasil penentuan kadar alkaloid yang dianalisis dari daun arogo dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis disajikan sebagai berikut. Nilai

absorbansi standar kafein dapat dilihat dalam Tabel 4.3.

31
32

Tabel 4. 3 Absorbansi Standar Kafein

Konsentrasi
Absorbansi 273.5nm
Kafein (ppm)

1 0,036

3 0,097

6 0,199

9 0,307

12 0,414

15 0,522

Kurva hubungan antara konsentrasi larutan standar dan absorbansi dapat

dilihat pada Gambar 4.1.

absorbansi 273.5nm
0,6

y = 0,0349x - 0,0053
0,5 R² = 0,9995

0,4
Axis Title

0,3

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Axis Title

Gambar 4. 1 Kurva Standar Kafein


Analisis kadar alkaloid total dari daun arogo dapat dilihat dalam Tabel 4.4.
33

Tabel 4. 4 Analisis Kadar Alkaloid Ekstrak Daun arogo

Sampel Kadar Alkaloid Total


(%)
1 0, 959
2 0, 971
3 0, 957
Rata-rata 0,962
Satndar deviasi 0,007

4.1.4 Kadar Tanin

Hasil penentuan kadar tanin yang dianalisis dari daun arogo dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis disajikan sebagai berikut. Nilai

absorbansi asam tanat dapat dilihat dalam Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Absorbansi Asam Tanat

Konsentrasi Asam Absorbansi


Tanat (ppm) 765nm
10 0,11

20 0,184

30 0,266

40 0,33

50 0,396
34

Kurva hubungan antara konsentrasi larutan standar dan absorbansi dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

absorbansi 765nm
0,45
0,4 y = 0,0072x + 0,0418
R² = 0,9977
0,35
0,3
Axis Title

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title

Gambar 4. 2 Kurva Standar Asam Tanat.

Analisis kadar tanin ekstrak daun arogo dapat dilihat dalam Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Analisis Kadar Tanin Ekstrak Daun Arogo

Total Tanin
Sampel
(%)

1 12,1
2 11,9
3 11,8
Rata-rata 11,933
Standar deviasi 0,152
35

4.2 Pembahasan

4.2.1 Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan tahap penyerbukan sampel yang bertujuan

untuk memperbesar luas permukaan pada sampel, sehingga proses ekstraksi akan

berjalan semakin maksimal. Tahapan preparasi sampel meliputi pencucian,

pengeringan dan penyerbukan sampel. Sampel daun arogo yang diperoleh dicuci

dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang berupa debu,

tanah, atau pengotor lainnya yang dapat mengganggu proses ekstraksi.

Pengeringan dilakukan dengan dianginkan pada suhu ruang yang bertujuan untuk

menghilangkan kadar air dalam sampel serta untuk menghindari pertanaman

mikroba. Pengeringan dengan menggunakan suhu ruang agar senyawa aktif yang

ada dalam sampel tidak rusak. Serbuk dengan penghalusan yang tinggi

memungkinkan sel-sel yang rusak juga akan semakin besar sehingga

memudahkan pengambilan senyawa aktif oleh pelarut (Masfufah, 2016).

4.2.2 Ekstraksi Sampel

Metode ekstraksi senyawa aktif yang digunakan adalah ekstraksi meserasi.

Prinsip dari ekstraksi meserasi adalah merendam sampel dengan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan dalam suhu ruang, sehingga terjadinya kontak yang

cukup antara sampel dengan pelarut secara terus menerus (Masfufah,2016).

Metode ini memiiliki beberapa kelebihan diantaranya alat dan proses yang

digunakan sederhana, bahan yang diekstraksi tidak mengalami kerusakan pada

senyawa aktif akibat pemanasan, biaya pelaksanaan relatif tidak tidak tinggi, dan
36

dapat mengestraksi bahan alam yang tidak tahan pada suhu yang tinggi (Wahyuni

& Marpaung, 2020).

Pelarut yang digunakan pada ekstraksi daun arogo adalah etanol. Etanol

merupakan pelarut organik dengan polaritas medium dengan sifat mudah

menguap dan paling aman digunakan sebagai pelarut karena tidak beracun.

Sampel diekstraksi selama 24 jam, waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap

senyawa yang dihasilkan, waktu meserasi yang tepat akan menghasilkan senyawa

yang optimal (Amelinda dkk., 2018). Sampel yang telah dimeserasi selama 24 jam

kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong Buchner dengan

bantuan pompa vakum. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses penyaringan.

Pompa vakum akan memperkecil tekanan yang ada dalam Erlenmeyer, sehingga

secara otomatis tekanan yang diluar akan semakin besar dan filtrat akan terdorong

masuk kedalam Erlenmeyer (Masfufah, 2016). Filtrat yang diperoleh kemudian

dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40℃. Hal ini bertujuan

untuk menghilangkan pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi. Rotary

evaporarator berfungsi untuk mempermudah proses penguapan pelarut dengan

memperkecil tekanan dalam rotary evaporator daripada diluar ruangan sehingga

temperatur dibawah titik didih mudah untuk menguap (Hartati & Noer, 2020).

4.2.3 Uji Kualitatif Senyawa Alkaloid

Hasil uji kualitatif alkaloid menunjukan bahwa daun arogo (Premna

serratifolia) positif mengandung alkaloid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya

endapan berwarna jingga kecokelatan pada tabung reaksi ketika ditetesi dengan

reagen dragendrof dan terbentuk endapan berwarna kuning pada tabung reaksi
37

ketika ditetesi reagen meyer (Khotimah, 2016). Penambahan HCl pekat pada uji

kualitatif alkaloid pada ekstrak berfungsi untuk meningkatakan daya larut dari

alkaloid yang bersifat basa membentuk suatu garam (Wahyuni & Marpaung,

2020).

Uji alkaloid dengan pereaksi dragendrof menghasilkan endapan jingga

kecokelatan. Hal ini terjadi karena adanya reaksi atom nitrogen pada alkaloid

terhadap ion K+ pada senyawa kompleks kalium tetraiodobismutat (III)

membentuk kalium alkaloid dengan ikatan kovalen koordinasi dan ion kompleks

tetraiodobismutat (III), [BiI4]- (Wahyuni & Marpaung, 2020) . Pereaksi

Dragendorff dibuat dengan dengan melarutkan larutan bismut nitrat dalam asam

klorida (HCl) untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis karena garam-garam

bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+) (Marliana,2005).

Bi3+ + H2O BiO+ + 2H+

Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan tersebut ditambah

dengan asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion

Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam

Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih

membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan pereaksi

Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat

dengan K+ yang merupakan ion logam.

Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 + 3KNO3


Cokelat
BiI3 + KI K[BiI4]
Kalium tetraiodobismut
38

Gambar 4. 3 Reaksi Uji Dragendroft (Marliana, 2005)


Uji alkaloid dengan pereaksi meyer menunjukan hasil posistif ditandai

dengan terbentuknya endapan kuning. Endapan tersebut adalah kompleks kalium-

alkaloid. Pada pembuatan pereaksi meyer, larutan merkurium(II) klorida

direaksikan dengan kalium iodida membentuk endapan merah merkurium(II)

iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk

kalium tetraiodomerkurat(II) (Marliana, 2005). Pada uji alkaloid dengan pereaksi

meyer, atom nitrogen dengan sepasang elektron bebes pada alakaloid akan

bereaksi dengan kalium teteraiodomerkurat(II) membentuk endapan kompleks

kalium-alkaloid (Wahyuni & Marpaung, 2020).

HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl

HgI2 + 2KI K2[HgI4]

Kalium tetraiodomerkurat(II)

Kalium-Alkaloid
Endapan

Gambar 4. 4 Reaksi Uji Meyer (Marliana,2005)


39

4.2.4 Uji kualitatif Tanin

Hasil uji kualitatif tanin menunjukan bahwa daun arogo positif mengadung

senyawa tanin. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan warna menjadi hijau

kecokelatan pada saat penambahan larutan FeCl3. Pada identifikasi tanin

perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh reaksi yang terjadi antara FeCl3

dengan salah satu gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa tanin. Penambahan

FeCl3 menghasilkan warna hijau kecokelatan yang menunjukan adanya tanin

terkondensasi. Terbentuknya warna hijau kecokelatan atau biru kehitaman pada

ekstrak setelah ditambahkan dengan FeCl3 karena tanin akan membentuk senyawa

kompleks dengan FeCl3 (Khotimah, 2016).

4.2.5 Analisis Kadar Alkaloid

Analisis kadar alkaloid daun arogo dapat dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis merupakan salah satu

instrument yang digunakan secara kuantitatif untuk menentukan kandungan

senyawa dalam suatu sampel yang diukur pada daerah ultraviolet-sinar tampak

dengan panjang gelombang 200-700 nm. Hasil yang diperoleh dari pengukuran

instrument tersebut berupa serapan (absorbansi) berdasarkan hukum Lambert-

Beer dari beberapa konsentrasi larutan standar atau sampel (Wahyuni &

Marpaung,2020).

Langkah pertama yang dilakukan pada analisis kadar alkaloid ekstrak daun

arogo (Premna serratifolia) yaitu pengukuran panjang gelombang maksimum dari

larutan standar. Larutan standar yang digunakan adalah kafein dengan rumus

molekul C8H10N4O2 merupakan salah satu senyawa alkaloid golongan xantin dan
40

memiliki struktur inti purin yang berbentuk Kristal (Wahyuni & Marpaung,2020).

Tujuan dari penentuan panjang gelombang adalah untuk mengetahui berapa besar

panjang gelombang yang dibutuhkan larutan kafein untuk mencapai serapan

maksimum (Pratama dkk, 2019). Hasil dari penentuan panjang gelombang

maksimum larutan kafein adalah sebesar 273,5 nm.

Setelah panjang gelombang maksimum telah diketahui, selanjutnya

dilakukan adalah pembuatan kurva baku dari beberapa seri konsentrasi larutan

standar atau sampel yang diukur absorbansinya untuk dianalisis. Pembuatan

kurva baku bertujauan untuk mengatahui hubungan antara absorban dengan

konsentrasi larutan standar. Dari kurva baku tersebut diperoleh persamaan regresi

linear yaitu y = 0,0349x – 0,0053 dimana y adalah serapan dan x sebagai

konsentrasi sampel dengan nilai kuadrat koefisien kolerasi (R 2) sebesar 0,9995.

Berdasarkan nilai koefisien regresi R 2 yang hampir mendekati 1 telah memenuhi

syarat lineritas yang ditetapkan yaitu 0,99 maka hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi menjadi sangat linear dan sesuai dengan hukum Lambert-Beer

(Qorianti,2018). Hal ini menunjukan bahwa persamaan regresi dapat digunakan

untuk menghitung kadar alkaloid total yang terdapat pada ekstrak daun arogo.

Analisis kadar alkaloid total ekstrak daun arogo (Premna serratifolia)

dilakukan pada panjang gelombang 273,5 nm. Sebelum ekstrak daun arogo di uji

dengan spektrofotometer UV-Vis terlebih dahulu harus direaksikan degan dapar

fosfat pH 4,7 agar memberikan hasil optimum saat BCG bereaksi dengan alkaloid.

Selanjutnya ditambahkan larutan Bromocresol Green (BCG), dimana prinsip dari

BCG adalah pembentukan kompleks antara alkaloid dengan reagen BCG yang
41

akan membentuk senyawa berwarna kuning (Hukmiyah, 2018). Kompleks

senyawa berwarna kuning merupakan kombinasi dari BCG dan ion garam yang

terbentuk oleh reaksi antara alkaloid dan ion hidrogen pada pH asam

(Kadarwenny, 2017). Selanjutnya kompleks yang terbentuk diekstraksi dengan

kloroform bertujuan untuk menarik kembali senyawa alkaloid yang sudah bebas

dari garamnya. Hal ini dikarenakan alkaloid bebas mudah untuk larut pada pelarut

organik sedangkan garam alkaloid sulit untuk larut. Uji kadar alkaloid ekstrak

daun arogo dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan bertujuan untuk

meningkatkan hasil ketelitian terhadap hasil yang diperoleh. Rata-rata kandungan

alkaloid total nilai dari ekstrak daun arogo (Premna serratifolia) diperoleh dengan

menjumlahkan nilai keseluruhan alkaloid total dari tiga pengulangan kemudian

dibagi 3. Hasil kadar alakoid total dari ekstrak daun arogo yaitu sebesar

0,962 0,007%.

4.2.6 Analisis Kadar Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki gugus hidroksil yang

menyebabkan senyawa tanin bersifat polar. Kepolaran senyawa tanin

menyebabkan tanin sangat mudah untuk terekstraksi (Risfanty & Indrawati,

2020). Tanin biasanya terdapat pada bagian tanaman yang spesifik seperti daun,

buah, kulit dahan dan batang. Dalam dunia pengobatan tanin berfungsi untuk

mengobati diare, menghentikan pendarahan, dan mengobati ambeien (Dewi & Pri

Iswati, 2010).

Langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan kadar senyawa tanin

pada daun arogo (Premna seeratifolia) menggunakan spektrofotometer UV-Vis


42

yaitu menentukan panjang gelombang serapan maksimum. Penentapan panjang

gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui berapa panjang gelombang

larutan asam tanat untuk mencapai serapan yang maksimum (Pratama dkk, 2019).

Panjang gelombang yang menghasilkan serapan tertinggi merupakan panjang

gelombang maksimumnya. Pemilihan panjang gelombang yang tepat akan

meningkatkan kualitas hasil analisis, selama pada saat analisis berlangsung tidak

dipengaruhi oleh komponen pengganggu atau variasi yang mungkin terjadi selama

proses analisis berlangsung (Andriyani & Utami, 2010). Hasil penetapan

gelombang maksimum larutan asam tanat adalah 765 nm.

Setelah ditentukan panjang gelombang maksimum selanjutnya dilakukan

pembuatan kurva baku. Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui

adanya hubungan antara konsentrasi larutan asam tanat dengan nilai absorbansi

sehingga konsentrasi sampel daun arogo dapat diketahui. Larutan standar 1000

ppm dibuat seri konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Larutan standar tersebut

diukur serapannya pada panjang gelombang 765 nm. Dari data yang diperoleh

dibuat regresi linear dan dibuat kurva hubungan antara konsentarsi dengan

absorbansi. Tujuan pembuatan kurva baku digunakan untuk menentukan kadar

tanin yang terkandung dalam sampel melalui regresi linear dari kurva kalibrasi

asam tanat. persamaan kurva baku yang diperoleh dari konsentrasi asam tanat

yaitu y = 0,0072x + 0,0418 dengan nilai r2 sebesar 0,9977. Dimana y adalah

serapan, x adalah konsentrasi dan r (0,9977) adalah harga koefisisen kolerasi yang

nilainya mendekati satu yang membuktikan bahwa persamaan regresi tersebut


43

adalah linear dan dapat digunakan untuk menentukan kadar tanin dari ekstrak

daun arogo (Premna serratifolia).

Analisis kuantitatif senyawa tanin dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yaitu 765 nm.

Pada penentuan kadar tanin diukur dengan menggunakan kurva standar tanin.

Standar tanin yang digunakan yaitu asam tanat. Penggunaan asam tanat untuk

standar tanin yaitu karena asam tanat merupakan salah satu golongan tanin

terhidrolisis sehinnga dapat digunakan sebagai pembanding untuk menentukan

kadar tanin total (Ulfasari, 2021). Sampel yang mengandung senyawa tanin yang

akan dibaca diserapannya pada daerah panjang gelombang ultraviolet visibel,

terlebih dahulu harus direaksikan dengan reagen pembentuk warna yaitu folin

denis dan natrium karbonat (Na2CO3). Pembentukan warna yang terjadi

berdasarkan reaksi reduksi oksidasi, dimana tanin sebagai reduktor dan reagen

folin denis sebagai oksidator. Tanin yang teroksidasi akan mengubah fosmolibdat

yang terkandung dalam folin denis menjadi fosfolibdenim yang berwarna biru

yang dapat menyerap sinar pada daerah panjang gelombang ultraviolet visibel

(Khasanah dkk, 2021). Natrium karbonat (Na2CO3) berfungsi sebagai pembuat

suasana basa agar dapat terjadi reaksi reduksi folin denis oleh gugus hidroksil dari

polifenol di dalam sampel dan akan membentuk molibdenum-tungsten berwarna

biru (Hartati & Noer, 2020).

Analisis kadar tanin pada ekstrak daun arogo (Premna serratifolia)

menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan tiga kali pengulangan.

Tujuan dilakukannya pengulangan adalah untuk meningkatakan ketelitian dari


44

hasil yang diperoleh. Rata-rata kadar tanin total dari ekstrak daun arogo (Premna

serratifolia) diperoleh dengan menjumlahkan nilai keseluruhan alkaloid total dari

tiga pengulangan kemudian dibagi 3. Hasil kadar tanin total dari ekstrak daun

arogo yaitu sebesar 11,933 0,152%.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil rata-rata

analisis kadar alkaloid dalam 50 gr serbuk daun arogo menggunakan metode

spektrofotometer UV-Vis yaitu sebesar 0,962 0,007%. Hasil rata-rata analisis

kadar tanin dalam 50 gr serbuk daun arogo yaitu sebesar 11,933 0,152%.

5.2 Saran

Saran penulis penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian

lebih lanjut dari analisis kimia dari tumbuhan arogo. Pada penelitian selanjutnya

disarankan untuk mengganti pelarut menggunakan aquades pada saat proses

ekstraksi untuk melihat perbandingan hasil rendemen ekstrak yang diperoleh

ketika menggunakan pelarut etanol. Pada penelitian sebelumnya sampel diekstrak

selama 24 jam dan menghasilkan kadar alkaloid dan tanin pada ekstrak daun

arogo cukup rendah dibandingkan dengan literatur yang ada. Oleh karena itu,

disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menambah waktu ekstraksi sampel

agar memperoleh hasil rendemen yang lebih optimal sehingga kadar senyawa

yang dihasilkan akan lebih tinggi.

45
46

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2016). Penentuan Kadar Alkaloid Pada Ekstrak Daun Tanaman


Menggunakan Metode NIR dan Kemometrik. Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Jember. Jember. dipublikasikan
Amelinda, E., Widarta, I. W. R., & Darmayanti, L. P. T. (2018). Pengaruh Waktu
Meserasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Temulawak
(Curcuma xanhorizza Roxb). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 7(4):165-
174.
Andriyani, D. & Utami, P. (2010). Penetapan Kadar Tanin Daun Rambutan
(Nephelium Lappaceum.L ) Secara Spektrofotometri Ultraviolet Visibel.
Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, 07(02): 1–11.
Baud, G. S., Sangi, M. S., & Koleangan, H. S. J. (2014). Analisis Senyawa
Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman
Patah Tulang ( Euphorbia tirucalli L .) dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test ( Bslt ) Analysis Of Secondary Metabolite Compounds And
Toxicity Test Of Stem Plant Etha. Jurnal Program Studi Kimia FMIPA
UNSRAT, Manado, 14(2):106–112.
Ergina, Nuryanti S, P., & Pursitasari, I. (2014). Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder pada Daun Palado (Agave angustifolia) yang Diekstraksi dengan
Pelarut Air dan Etanol. Jurnal Akademika Kimia, 3(3): 165–172.
Fadlila, R. N. (2011). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Ekstrak Etil Asetat dari Kulit Batang Nangka (Artocarpus heterophylla
Lamk.) Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alaudin. Makassar. Dipublikasikan
Fajrina, A., Junuarty, J., & Sabirin, S. (2016). Penetapan Kadar Tanin pada Teh
Celup yang beredar dipasaran secara Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal
Farmasi Higea, 8(2): 133–142.
Hadiarti, D. (2017). Uji Aktivitas Ekstrak Buas-Buas (Premna Serratifolia Linn)
Sebagai Anti Kolesterol Secara in Vitro. AR-RAZI Jurnal Ilmiah, 5(1): 22-
29.
Harjanti, N. S. (2004). Penetapan Kadar Tanin Pada Beberapa Sampel Teh Wangi
Dengan Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis. Skripsi, Jurusan Ilmu
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Indonesia. Yogjakarta. Dipublikasikan
Hartati, M & Noer, S. (2020). Penetapan Kadar Senyawa Tanin Ekstrak Etanol
Kulit Bawang Merah (Allium ascalonicum L). Prosiding Seminar Nasional
Sains 2020, 1(1): 165-168
47

Hukmiyah, M. (2018). Penetapan Kadar Fenol Total, Flavanoid & Alkaloid serta
Uji Aktivitas Antiflamasi Ekstrak Etanolik Tepung Otot (Stellaria media (L.)
Vill). Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember. Jember. Dipublikasikan
Isti’anah. (2017). Pengembangan buku suplemen kimia bahan alam berbasis local
content pada tanaman genus premna sebagai antimikroba. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah. Pontianak.
Dipublikasikan
Kadarwenny, C. P. (2017). Penetapan Kadar Alkaloid Total dan Uji Aktivitas
Antibakteri Terhadap Bacillus cereus dari Ekstrak Etanol Daun Kematian
(Lunasia amara Blanco). Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember.
Jember. dipublikasikan
Khasanah, S. N, Sutaryono & Aiddin, Q. (2021). Analisis Kadar Tanin Ekstrak
Metanol Bunga Telang (Clitoria ternatae L.) dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Studdi Farmasi Sekolah Tinngi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah, 12(2): 31-35.
Khotimah, K. (2016). Skrining Fitokimia dan Identifikasi Metabolit Sekunder
Senyawa Karpain pada Ekstrak Metanol Daun Carica pubescens Lenne & K.
Koch dengan LC/MS (Liquid chromatograph-tandem Mass Spectrometry).
Skripsi, Jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Malang. Dipublikasikan
Kurniati, ruth indah. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Daun Buas-
Buas (Premna cordifolia Linn.) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN,
3(1): 1–13.
Lumbangaol, N. (2020). Penentuan Kadar Tanin Total Ekstrak Etanol Buah
Marasi ( Curculigo latifolia ) Dengan Metode Spektroscopy UV-Visible.
Jurnal Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Senior Medan 3(2): 19–23.
Marinka, A. M. (2020). Analisis Kadar Tanin Pada Buah Jambu Biji (Psidium
guava L) Berdasarkan Tingkat Kematangan Buah. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Kimia, Universitas Tadulako. Palu. Tidak dipublikasikan
Masfufah, N.L. (2016). Isolasi dan Uji Aktivitas Senyawa Alkaloid dari Tanaman
Anting- anting (Acalypha indica L.) pada Sel Kanker Payudara T47D.
Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Malang. Dipublikasikan
Marliana, S.D. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis tipis
Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
Ekstrak Etanol. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Sebals Maret Surakarta,
3(1): 26-23.
Mihra, Jura, M. J., & Ningsih, P. (2018). Analisis Kadar Tanin dalam Ekstrak
48

Daun Mimba (azadirachta indica a. Juss) dengan Pelarut Air dan Etanol:
Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118, 7,
179–183.
Mompewa, N. E. (2018). Analisis Kadar Flafanoid Total dan Tanin Daun Kluwih
(Artocarpus Communis) dari Desa Tentena Kabupaten Poso. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Tadulako. Palu. Tidak
dipublikasikan
Nugrahani, R., Ikhsan, I. N., & Andayani, D. (2020). Perbandingan Kadar
Alkaloid Total Pada Eksudat , Infusa Dan Ekstrak Etanol Daun Pepaya (
Carica Papaya L .).Jurnal Ilmu farmasi Universitas Nahlatul Mataram 8(2):
65–69.
Pratama, M., Razak, R. & Rosalina, V. S. (2019). Analisis kadar tanin total
ekstrak etanol bunga cengkeh ( Syzygium aromaticum l .) Menggunakan
Metode spektrofotometri UV-vis. Fakultas Farmasi, Universitas Muslim
Indonesia, 6(2): 368–373.
Puspita, M. D. (2010). Identifikasi Kandungan Tanin dalam Ekstrak Etanolik
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dari Kebun Tanaman Obat
Universitas Sanata Dharma dengan Metode KLT-Densiometri. Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas sanata Dharma. Yogyakarta. Dipublikasikan.
Putri, M. A., & Santoso, B. S. A. (2019). Identifikasi Flavonoid, Alkaloid Dan
Tanin Kopi Biji Salak Yang Di Sangrai Pada Berbagai Varian Waktu.
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, 1–21.
Qorianti, Y. (2018). Optimasi Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi Pelarut dan
Lama Ekstraksi Terhadap Kadar Alkaloid Total pada Tanaman Anting-anting
(acalypha indica L.) Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-Vis.
Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Malang. Dipublikasikan
Rajendran, R., & Krishnakumar, E. (2010). Anti-arthritic activity of Premna
serratifolia Linn., wood against adjuvant induced arthritis. Avicenna Journal
of Medical Biotechnology, 2(2): 101–106.
Risflanty, D. K., & Indrawati. Perbedaan Kadar Tanin Pada Infusa Daun Asam
Jawa (Tamarindus Indica L.) dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis).
Lombok Journal Of Science (LJS), 2(3): 1-7
Sa`adah, H., Supomo, S., & Musaenah, M. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Air Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium acnes. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2(2): 80–88.
Salimi, Y. K., Bialangi, N., & Saiman, S. (2017). Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Daun Kelor (Moringa oleifera
Lamk.). Akademika : Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan Dan
49

Teknologi, 6(2), 132–143. https://doi.org/10.31314/akademika.v6i2.54


Septiana, A., Indrawati, & Rustin. (2016). Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin
Tanaman Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi
Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan
Lalembuu Sulawesi Tenggara. Jurnal Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Halu Oleo, 2004(2012), 1–5.
Susanti, D., & Sari, A. N. (2019). Inventarisasi Ragam Tanaman Obat Berpotensi
sebagai Anti Nyamuk. Jurnal Vektor Penyakit, 13(1): 7–20.
Suteja, A., Kardhinata, E. H., & Lubis, R. (2019). Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder pada Durian (Durio zibethinus Murr). Jurnal Ilmiah Biologi UMA
(JIBIOMA), 1(1): 1–6.
Tonius, J., Wibowo, M. A., & Idiawati, N. (2016). Isolasi Dan Karakterisasi
Senyawa Steroid Fraksi N -Heksana Daun Buas-Buas ( Premna serratifolia
L . ). 5(1): 1–7.
Ulfa, n. K., maulidya, a. F. V., & rijai, dan . (2016). Identifikasi metabolit
sekunder, uji toksisitas dan uji aktivitas antioksidan ekstrak daun gamal
(Gliricidia sepium). Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman,
Samarinda, 20–21.
Ulfasari, S. (2021) Penetapan Kadar Tanin Ekstrak Etanol Daun Ketepeng Cina
(Cassia alata L.) Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan
Lowenthal-Procter). Skripsi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan ,
Universitas Alaudin. Makassar. Dipublikasikan
Wahyuni, S., & Marpaung, M. P. (2020). Penentuan Kadar Alkaloid Total
Ekstrak Akar Kuning (Fibraurea chloroleuca Miers) Berdasarkan
Perbedaan Konsentrasi Etanol dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia, 3(2): 52–61.
Wahyuni, S,. & Yanti, A. H. (2014). Aktivitas Antifungi Ekstrak Metanol Daun
Buas-Buas ( Premna serratifolia ) Terhadap Jamur Diplodia sp . Pada Jeruk
Siam ( Citrus nobilis var . microcarpa ). 3(2): 274–279.
50

Lampiran I

Skema Prosedur Penelitian

1. Preparasi Sampel

Sampel Daun Arogo

Dicuci bersih dengan


air mengalir

Sampel bersih

Dikeringkan pada suhu


ruangan

Sampel Kering

Dihaluskan dengan
blender

Sampel halus

Diayak menggunakan
ayakan

Serbuk halus
51

2. Ekstraksi Sampel

Sampel daun
arogo halus

- Ditimbang sebanyak 50 g
menggunakan neraca
digital
- Dimasukan kedalam
erlenmeryer 500 mL

Sampel 50 g

- Ditambahkan 250 mL
etanol 96%
- Ditutup menggunakan
aluminium foil
- Diekstraksi selama 24 jam

Larutan Hasil
Ekstraksi

- Disaring menggunakan
vacum Buchner

Filtrat

- Dipekatkan menggunakan
rotary evaporator pada
suhu 40℃

16,15 g ekstrak daun


arogo
52

3. Uji Kualitatif Alkaloid

 Reagen Dragendroft

Ekstrak Daun Arogo

- Diukur ekstrak sebanyak 2


mL dan dimasukan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes reagen
dragendroft

Hasil positif

Jingga kecokelatan

 Reagen Meyer

Ekstrak Daun Arogo

- Diukur ekstrak sebanyak 2


mL dan dimasukan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 5 tetes reagen
Meyer

Hasil positif
terbentuk endapan
berwarna kuning
53

4 Uji Kualitatif Tanin

Ekstrak Daun Arogo

- Diukur sebanyak 2 mL dan


dimasukan kedalam tabung
reaksi
- Dipanaskan selama 5 menit

Larutan yang terbentuk

- Ditambahkan beberapa tetes


feCl3

Hasil positif hijau


kecokelatan

5. Analisis Kadar Alkaloid

 Pembuatan Larutan Baku Kafein


Kafein

- Dilarutkan sebanyak 250 mg


didalam labu ukur 250 mLdan
ditambahkan aquades sampai
tanda batas sehingga diperoleh
konsentrasi 1000 ppm
Larutan konsentrasi 1000 ppm

- Dipipet sebanyak 2,5 mL


dimasukkan ke dalam labu ukur
25 mL
- Ditambahkan aquades sampai
tanda batas sehingga diperoleh
konsentarsi 100 ppm
Larutan konsentrasi 100 ppm
54

 Penentuan Panjang Gelombang

Spektrofotometer UV-Vis

- Diukur panjang gelombang


maksimum kafein pada
rentang panjang gelombang
200-400 nm

Panjang gelombang maksimum

 Pembuatan Kurva Standar Kafein

Larutan standar kafein


100 ppm

- Diambil sebanyak 0,1; 0,3;


0,6; 0,9; 1,2; ddan 1,5 mL
- Dimasukan kedalam labu
ukur 10 mL
- Ditambahkan aquades 10
mL

Larutan standar konsentrasi


1, 3, 6, 9, 12 dan 15 ppm

- Diukur panjang gelombang


menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang
273 nm

Absorbansi larutan
55

 Pembuatan Larutan Induk Daun Arogo 100 ppm

Ekstrak daaun arogo

- Ditimbang sebanyak 10 mg
dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL
- Ditambahkan etanol sampai tanda
batas sehingga diperoleh
konsentrasi 1000 ppm

Larutan konsentrasi 1000 ppm

- Dipipet sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam labu ukur
10 mL
- Ditambahkan etanol sampai
tanda batas
- Dikocok sampai homogen
sehingga diperoleh konsentrasi
100 ppm

Larutan konsentrasi 100 ppm

 Pembuatan Larutan Ekstrak daun Arogo

Larutan baku induk 100 ppm

- Dipipet 0,1; 0,3; 0,6; 0,9;


1,2 dan 1,5 mL
- Dimasukan kedalam labu
ukur 10 mL
- Ditambahkan etanol
sampai tanda batas
sehingga dihasilkan
konsentrasi ekstrak 1, 3, 6,
9, 12 dan 15 ppm
Konsentrasi ekstrak 1, 3, 6,
9, 12 dan 15 ppm
56

 Penentuan Kadar Alkaloid Daun Arogo

Ekstrak daun arogo

- Diukur 2 mL ekstrak daun


arogo
- Ditambahkan dapar posfat
dan larutan BCG

Larutan yang tebentuk

- Diekstraksi dengan klroform

Terbentuk dua fase


larutan

- Diambil fase kloroform dan


dimasukan kedalam labu
ukur 10 mL dan
ditambahkan kloroform
sampai tanda batas
- Diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 273 nm
menggunakan
spektrofotometer UV-Vis

Absorbansi larutan
57

6. Analisis Kadar Tanin

 Pembuatan Larutan Baku Induk

Asam tanat

- Ditimbang sebanyak 10 mg
dimasukkan kedalam labu
ukur 10 mL
- Ditambahkan etanol air
sampai tanda batas sehingga
diperoleh konsentrasi 1000
ppm

Larutan baku induk 1000 ppm

- Dipipet sebanyak 1
mLdimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL
- Ditambahkan etanol
sampai tanda batas
- Dikocok sampai homogen
sehingga diperoleh
konsentrasi 100 ppm

Larutan baku induk 100 ppm


58

 Pembuatan Kurva kalibrasi Tanin dengan Reagen Folin-Denis

Larutan baku induk 100 ppm

- Dipipet 1, 2, 3, 4 dan 5 mL
- Dimasukan kedalam labu
ukur 10 mL
- Ditambahkan aquades
sampai tanda batas

Larutan baku induk dengan konsentrasi


10, 20, 30, 40 dan 50 ppm

- Dipipet masing-masing 1
mL
- Ditambahkan 1 mL reagen
folin denis
- Ditambahkan 3 mL larutan
Na2CO3
- Divorteks selama 10 menit
- Didiamkan selama 2 jam
pada suhu ruang

Campuran larutan yang akan


dianalisis

- Diukur serapannya pada


panjang gelombang 765 nm

Absorbansi larutan
59

6. Penentuan Kandungan Total Tanin dengan Reagen Folin Denis

Ekstrak daun aroggo

- Dipipet sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 1 mL reagen
folin denis
- Ditambahkan 3 mL larutan
Na2CO3
- Divorteks selama 10 menit
- Didiamkan selama 2 jam
pada suhu ruangan

Campuran larutan yang akan


dianalisis

- Diukur serapannya pada


panjang gelombang 765 nm

Absorbansi larutan
60

LAMPIRAN II

ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN

konsentrasi absorbansi Konsentrasi konsentrasi Kadar


sampel 273.5nm Ekstrak kafein (ppm) Alkoloid
(ppm) Total (%)
1 0,096 1000 ppm 2,971 0,297
3 0,157 4,765 0,476
6 0,231 6,941 0,694
9 0,311 9,294 0,929
12 0,374 11,147 1,115
15 0,455 13,529 1,353
100 0,624 18,500 1,850
0,651 19,294 1,929
0,619 18,353 1,835

A. Analisis Kadar Alkaloid

 Mengitung Konsentrasi Kafein (ppm)

1. Konsentrasi sampel 1 ppm

= = 2, 971

2. Konsentrasi sampel 3 ppm

= = 4, 765

3. Konsentrasi sampel 6 ppm

= = 6, 941

4. Konsentrasi sampel 9 ppm

= = 9, 294

5. Konsentrasi sampel 12 ppm

= = 11,147
61

6. Konsentrasi Sampel 15 ppm

= = 13, 529

Perlakuan 1

1. Konsentrasi Sampel 100 ppm

= = 18, 500

Perlakuan 2

1. Konsentrasi Sampel 100 ppm

= = 19, 294

Perlakuan 3

1. Konsentrasi Sampel 100 ppm

= = 18, 353

 Menghitung kadar alkaloid total

1. Konsentrasi sampel 1 ppm

100 = 100 = 0, 297 %

2. Konsentrasi sampel 3 ppm

100 = 100 = 0, 476 %

3. Konsentrasi sampel 6 ppm

100 = 100 = 0, 694 %

4. Konsentrasi sampel 9 ppm

100 = 100 = 0, 929 %

5. Konsentrasi sampel 12 ppm

100 = 100 = 1, 115 %


62

6. Konsentarsi sampel 15 ppm

100 = 100 = 1, 353 %

Perlakuan 1

1. Konsentrasi sampel 100 ppm

100 = 100 = 1, 850 %

Perlakuan 2

1. Konsentrasi sampel 100 ppm

100 = 100 = 1, 929 %

Perlakuan 3

1. Konsentrasi sampel 100 ppm

100 = 100 = 1, 835 %

 Rerata kadar alkaloid

Perlakuan 1

= %

= 0,959%

Perlakuan 2

= %
63

= 0,971%

Perlakuan 3

= %

= 0,957%

 Rata-rata kadar alkaloid total

= 0,962 %

B. Analisis Kadar Tanin

Sampel Berat Volume ABS Konsentrasi Total Tanin


Ekstrak Ekstrak 765nm Asam Tanat (mg/g
(g) (L) (ppm) Ekstrak)
daun 0,01 0,01 0,892 121,571 121,571
arogo 0,01 0,01 0,876 119,286 119,286
0,01 0,01 0,865 117,714 117,714

 Menghitung konsentrasi asam tanat


Perlakuan 1
=
=
= 121, 571 ppm
= 0,121 g/L

Perlakuan 2
=
=
= 119, 286 ppm
= 0,119 g/L
64

Perlakuan 3
=
=
= 117, 714 ppm
= 0,118 g/L

 Menghitung Kadar Tanin

Perlakuan 1

=
= 12,1%

Perlakuan 2

=
= 11,9 %

Perlakuan 3

=
= 11,8 %
65

 Menghitung kadar rata-rata tanin

= %
= 11, 933 %
66

LAMPIRAN III

DOKUMENTASI

1. Sampel daun arogo

2. Sampel daun Arogo pada saat dicuci


67

3. Sampel daun arogo kering

4. Sampel daun arogo yang sudah halus


68

5. Sampel daun arogo pada saat diekstrasi dengan metode meserasi

Sampel daun Arogo Ekstrak disaring


yang sudah diekstraksi dengan vakum buchner

Ekstrak dipekatkan Ekstrak pekat


dengan rotary
evaporator
69

6. Uji kualitatif Alkaloid esktrak daun Arogo

7. Uji kualitatif Tanin ekstrak daun Arogo


70

8. Analisis kadar alkaloid ekstrak daun Arogo dengan metode spektrofotometer


UV-Vis

Sampel ditetesi dengan Sampel yang telah


larutan BCG ditambahkan larutan
kloroform

Pemisahan fase Penetapan kadar alkaloid


kloroform dengan spektrofotometer
UV-Vis
71

9. Analisis kadar Tanin ekstrak daun Arogo menggunakan metode


spektrofotometer UV-Vis

Sampel ditambahkan Sampel ditambahkan


Na2CO3 reagen folin denis

Analisis kadar tanin


dengan spektrofotometer
UV-Vis

Anda mungkin juga menyukai