Anda di halaman 1dari 121

MATERIAL KARBON BERBASIS SERAT BUAH MAHKOTA

DEWA (PHALERIA MACROCARPA) DENGAN PENAMBAHAN


NANOTUBE UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEL
SUPERKAPASITOR

SKRIPSI

YUNIA RAHMADHANI
NIM. 1903124132

PROGRAM STUDI - S1 FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
MATERIAL KARBON BERBASIS SERAT BUAH MAHKOTA
DEWA (PHALERIA MACROCARPA) DENGAN PENAMBAHAN
NANOTUBE UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEL
SUPERKAPASITOR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau

YUNIA RAHMADHANI
NIM. 1903124132

PROGRAM STUDI - S1 FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
MATERIAL KARBON BERBASIS SERAT BUAH MAHKOTA
DEWA (PHALERIA MACROCARPA) DENGAN PENAMBAHAN
NANOTUBE UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEL
SUPERKAPASITOR

Disetujui Oleh:

Pembimbing

Prof. Dr. Rakhmawati Farma, M.Si


NIP. 19700901 199702 2 001

Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau

Prof. Dr. Erman Taer, M.Si


NIP. 19710923 199512 1 002

i
Skripsi ini telah diuji oleh Tim Penguji Ujian Sarjana Sains
Program Studi S1 Fisika
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Riau Pekanbaru


Pada Tanggal : 12 Mei 2023

TIM PENGUJI

Dr. Awitdrus, M.Si Ketua ( )


NIP. 19680904 199702 1 001

Drs. Defrianto, DEA Anggota ( )


NIP. 19670610 199303 1 003

Prof. Dr. Rakhmawati Farma, M.Si Anggota ( )


NIP. 19700901 199702 2 001

Mengetahui

Dekan FMIPA Universitas Riau

Dr. Syamsudhuha, M.Sc


NIP. 19630512 198903 1002

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Material Karbon
Berbasis Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Dengan
Penambahan Nanotube Untuk Peningkatan Kinerja Sel Superkapasitor”
adalah benar hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
perguruan tinggi manapun. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.

Pekanbaru, 12 Mei 2023


Yang membuat pernyataan

Yunia Rahmadhani
Nim. 1903124132

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”Material Karbon Berbasis
Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Dengan Penambahan
Nanotube Untuk Peningkatan Kinerja Sel Superkapasitor” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Riau.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua penulis yaitu


Bapak Riswandi Riswan dan Ibu Ermawati yang telah membesarkan, mendidik,
mencurahkan kasih sayang hingga penulis sampai ketahap ini. Kakak tersayang
Dhani Fitriani dan Yulia Firsanti Chandra serta abang tercinta Deri Nofrizal dan
Frengki Chandra. Kakak Ipar Sovia Pebriani, S. Pd dan juga tiga bocil kesayangan
Azka Gibran Ramadhan, Halwah Nadria Dzahin serta Syafiq Dhefin Hasballah
yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skrispi ini. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih atas
dukungan, bantuan bimbingan, saran dan motivasi serta koreksi yang membangun
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Dr. Syamsudhuha, M. Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Riau.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Taer, M. Si selaku ketua Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
3. Ibu Dr. Rahmi Dewi, M. Si selaku ketua Program Studi S1 Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
4. Ibu Prof. Dr. Rakhmawati Farma, M. Si selaku dosen pembimbing akademik
dan tugas akhir yang telah banyak memberikan nasihat, ilmu, bimbingan,
perhatian serta motivasi kepada penulis dalam menghadapi rintangan dalam
penulisan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

iv
5. Bapak Dr. Awitdrus, M. Si dan Bapak Drs. Defrianto, DEA selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Jurusan Fisika FMIPA UR yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat selama penulis
menjalani perkuliahan dan seluruh staff administrasi Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
7. Kepada kak Irma Apriyani, M.Si yang senantiasa membantu, memotivasi
serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan mengejar gelar S.Si Dinda Permata Sari, Evrika
Rugunati Zendato, Indira Valensia, M Rizky Aflinaldi, Aditya eka Nurfitrah,
Nada Azzahro, Regi Suganda, Reni Syahputri, Sri Ulina Karo Sekali, Winda
Nofriyanti, Ridho Nopriansyah, Akmal jaliaz, Indah Larasati dan Dio davana
Firdaus yang senatiasa selalu bersama memberikan semangat, mendengarkan
semua keluh kesah serta memberikan jalan keluar terbaik untuk semua
masalah yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
9. Sahabat yang telah menemani penulis dari maba yaitu Annisa Nabila,
Chantika Sari, Trisna Maisyarah, Indira Valensia, dan Azzahra Nabila
Cahyani yang selalu ada di berbagai keadaan, susah senang bersama, sedih
bahagia bersama, dan banyak lagi hal-hal lainnya yang kami lakukan
bersama.
10. Teman-teman seperjuangan dijurusan Fisika Angkatan 2019 terutama kelas
Fisika C yang telah membersamai penulis selama dibangku perkuliahan dan
teman-teman Kukerta Desa Pinang Sebatang Timur.
Penulis menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, begitu
pula dengan penulisan skripsi ini yang masih sederhana dan terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat lebih baik lagi diwaktu yang akan datang. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 12 Mei 2023

v
Yunia Rahmadhani
ABSTRACT

Supercapacitors are renewable energy storage devices consisting of electrodes,


electrolytes, current collectors and separators. Electrodes are one of the most
important components in a supercapacitor because they are made of nanoscale
materials that have a high surface area and porosity. This study used the crown of
the Phaleria macrocarpa fiber with the addition of 5% and 10% of carbon
nanotubes with respective sample codes, namely SMD-00, SMD-05 and SMD-10.
The manufacture of carbon electrodes was is carried out by several processes,
namely pre-carbonization process, chemical activation with KOH activator and
addition of carbon nanotubes, carbonization process using N2 gas at 600ºC and
physical activation using CO2 gas at 800ºC. The highest density shrinkage value
is owned by the SMD-05 sample, which is 45.47%. The SMD carbon electrode
contains functional groups O-H, C-H, C≡C, C=C and C-O and has a
semicrystalline structure characterized by the presence of peaks (002) and (100) at
angles of 24º-25º and 44º-45º. The nanofiber structure with the highest number is
owned by the SMD-05 sample with a carbon element percentage of 98.64%.
Electrochemical analysis of supercapacitor cells using the Cylic Voltammetry and
Galvanostatic Charge-Discharge methods with 1 M H2SO4 electrolyte resulted in
the highest specific capacitance values belonging to the SMD-05 sample of 408
Fg-1 and 361.7 Fg-1 respectively. Based on the physical and electrochemical
properties of SMD biomass-based supercapacitor cells, the addition of carbon
nanotubes to the carbon matrix might improve the performance of supercapacitor
cell electrodes.

Keywords: Phaleria macrocarpa, Carbon electrodes, Carbon nanotubes,


Supercapacitor

vi
ABSTRAK

Superkapasitor merupakan piranti penyimpanan energi terbarukan yang terdiri


dari elektroda, elektrolit, pengumpul arus, dan separator. Elektroda adalah salah
satu komponen terpenting dalam superkapaitor karena dibuat dari bahan berskala
nano yang memiliki luas permukaan dan porositas yang tinggi. Penelitian ini
menggunakan biomassa serat Phaleria macrocarpa dengan penambahan karbon
nanotube 5% dan 10% dengan kode sampel masing-masing yaitu SMD-00, SMD-
05 dan SMD-10. Pembuatan elektroda karbon dilakukan dengan beberapa proses
yaitu proses pra-karbonisasi, aktivasi kimia dengan aktivator KOH serta
penambahan karbon nanotube, proses karbonisasi menggunakan gas N2 pada suhu
600ºC dan aktivasi fisika menggunakan gas CO2 pada suhu 800ºC. Nilai
penyusutan densitas tertinggi dimiliki oleh sampel SMD-05 yaitu sebesar 45,47
%. Elektroda karbon SMD mengandung gugus fungsi O-H, C-H, C≡C, C=C dan
C-O dan memiliki struktur semikristalin yang ditandai dengan kehadiran puncak
(002) dan (100) pada sudut 24º-25º dan 44º-45º. Struktur nanofiber dengan jumlah
terbanyak dimiliki oleh sampel SMD-05 dengan persentase unsur karbon sebesar
98,64%. Analisis elektrokimia sel superkapasitor menggunakan metode Cylic
Voltammetry dan Galvanostatic Charge-Discharge dengan elektrolit H2SO4 1 M
menghasilkan nilai kapasitansi spesifik tertinggi dimiliki oleh sampel SMD-05
masing-masing sebesar 408 Fg-1 dan 361,7 Fg-1. Berdasarkan sifat fisis dan
elektrokimia sel superkapasitor berbasis biomassa SMD, penambahan karbon
nanotube pada matriks karbon dapat meningkatkan kinerja dari elektroda sel
superkapasitor.

Kata Kunci: Mahkota dewa, Elektroda karbon, Karbon nanotube, Superkapasitor

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIii
LEMBAR PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRACT vii
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR SIMBOL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tempat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Tanaman Mahkota Dewa 6
2.2 Karbon Aktif 7
2.3 Proses Pra-Karbonisasi 8
2.4 Proses Karbonisasi 8
2.5 Proses Aktivasi 9
2.5.1 Aktivasi Kimia 9
2.5.2 Aktivasi Fisika 10
2.6 Superkapasitor 10
2.6.1 Elektroda 11
2.6.2 Pengumpul Arus 12
2.6.3 Separator 12
2.6.4 Elektrolit 12

viii
2.7 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon 14
2.7.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared 14
2.7.2 X-Ray Diffraction 16
2.7.3 Scanning Electron Microscopy 18
2.7.4 Energy Dispersive X-Ray 20
2.8 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor 21
2.8.1 Cylic Voltametry 21
2.8.2 Galvanostatik Charge-discharge 22
BAB III METODE PENELITIAN 24
3.1 Persiapan Sampel Serat Mahkota Dewa 26
3.2 Pra-Karbonisasi 26
3.3 Penghalusan dan Pengayakan 27
3.4 Proses Aktivasi Kimia 27
3.5 Pencetakan Pelet 28
3.6 Proses Karbonisasi dan Aktivasi Fisika 29
3.7 Penetralan dan Pengeringan 30
3.8 Pembuatan Sel Superkapasitor 31
3.9 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon Serat Mahkota Dewa 31
3.9.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared 32
3.9.2 X-Ray Diffraction 32
3.9.3 Scanning Electron Microscopy 33
3.9.4 Energy Dispersive X-Ray 33
3.10 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor 33
3.10.1 Cylic Voltametry 34
3.10.2 Galvanostatik Charge- Discharge 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Penyusutan Massa Serat Mahkota Dewa 36
4.2 Hasil Pengukuran Densitas 38
4.3 Analisis Fourier Transform Infrared 40
4.4 Analisis X-Ray Diffraction 41
4.5 Analisis Scanning Electron Microscopy 42
4.6 Analisis Energy Disversive X-Ray 44
4.7 Analisis Cylic Voltammetry 47
4.8 Analisis Galvanostatic Charge-Discharge 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57

ix
5.1 Kesimpulan 57
5.2 Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 59
RIWAYAT HIDUP 67
LAMPIRAN 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 (a) Tanaman Mahkota Dewa (b) Buah Mahkota Dewa 6
Gambar 2.2 Komponen Sel Superkapasitor 11
Gambar 2.3 (a) Charge (b) Discharge 13
Gambar 2.4 (a) Spectroscopy Fourier Transform Infrared 15
Gambar 2.5 Representasi Skema Difraksi Sinar-X Bidang Kristal 17
Gambar 2.6 Skema Komponen dan Cara Kerja SEM 19
Gambar 2.7 Kurva Cylic Voltammetry 21
Gambar 2.8 Kurva Galvanostatic Charge-Discharge 23
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 26
Gambar 3.2 Proses Pra-karbonisasi 27
Gambar 3.3 Proses Aktivasi Kimia 29
Gambar 3.4 Hydraulic Press 30
Gambar 3.5 Profil Karbonisasi dan Aktivasi Fisika 31
Gambar 3.6 Pembuatan Sel Superkapasitor 33
Gambar 3.7 Proses Pengambilan Data Cylic Voltammetry 36
Gambar 3.8 Proses Pengambilan Data Galvanostatic Charge-Discharge 37
Gambar 4.1 Biomassa Serat Buah Mahkota Dewa 38
Gambar 4.2 Diagram Batang Pengukuran Densitas
Gambar 4.3 Diagram Batang Persentasi Susut Densitas Elektroda Karbon
Gambar 4.4 Kurva FTIR Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.5 Pola XRD Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.6 Morfologi Permukaan Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.7 Kurva Hasil EDX
Gambar 4.8 Kurva CV dengan Laju Pemindaian 1 mV/s
Gambar 4.9 Kurva CV dengan Variasi Laju Pemindaian
Gambar 4.10 Nilai Kapasitansi Sspesifik dengan Laju Pemindaian
Gambar 4.11 Kurva GCD dengan Variasi Rapat Arus
Gambar 4.12 Nilai Kapasitansi Spesifik dengan Variasi Rapat Arus

xi
Gambar 4.13 Plot Ragone Sel Superkapasitor

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Taksonomi Tanaman Mahkota Dewa 7


Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang digunakan beserta fungsinya 25
Tabel 3.2 Data Jarak Bidang dhkl dan Dimensi Mikrokristalin Karbon Aktif 34
Tabel 3.3 Data Hasil Pengukuran Cylic Voltammetry 36
Tabel 3.4 Data Hasil Pengukuran Galvanostatic Charge-Discharge 37
Tabel 4.1 Data Susut Massa Sebelum dan Sesudah Proses Pra-Karbonisasi 39

Tabel 4.2 Jarak Antar Bidang dan Dimensi Mikrokristalin Elektroda Karbon
44

Tabel 4.3 Kuantitas Unsur Penyusun Elektroda Karbon SMD 48


Tabel 4.4 Nilai Kapasitansi Spesifik, Rapat Daya dan Energi Spesifik 51
Tabel 4.7 Laju Pemindaian Terhadap Nilai Kapasitansi spesifik 53

Tabel 4.6 Data GCD dari Elektroda SMD 55

Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Kapasitansi Spesifik dari Beberapa Biomassa 58

xii
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan


Q = Muatan C
V = Beda Potensial V
A = Luas Penampang Masing-masing Keping m2
δ = Jarak Antar Dua Muatan yang Berbeda m
ρ = Densitas kg/m3
m = Massa Benda kg
V = Volume Benda m3
n = Orde Difraksi (0,1,2,…) -
λ = Panjang Gelombang Sinar-X m
d = Jarak Antar Keping m
θ = Sudut Difraksi Sinar-X °
dhkl = Jarak Antar Bidang Sistem Kristal m
hkl = Indeks Miller -
a = Parameter Kisi -
d = Ukuran Kristal Nm
K = Faktor Bentuk dari Kristal (0,9-1) -
λ = Panjang Gelombang Ǻ
Lc = Tinggi Lapisan Kisi Ǻ
La = Lebar Lapisan Kisi Ǻ
ß = Nilai dari Full Width at Half Maximum Rad
Csp = Kapasitansi Spesifik F/g

xiii
Ic = Arus Pengisian A
Id = Arus Pengosongan A
s = Laju Scan mV/s
m = Massa Material Aktif Pada Elektroda g
I = Arus A
R = Hambatan Ω
Δv = Perubahan Tegangan V
Δt = Perubahan Waktu Saat Pengosongan s
Esp = Energi Spesifik Wh/kg
Psp = Daya Spesifik W/kg

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyusutan Massa 68


Lampiran 2 Data Susut Densitas 69
Lampiran 3 Data Analisis FTIR 72
Lampiran 4 Data Analisis XRD 76
Lampiran 5 Data Analisis EDX 84
Lampiran 6 Data Analisis CV 87
Lampiran 7 Data Analisis GCD 94
Lampiran 8 Alat dan Bahan
100

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembakaran bahan bakar fosil telah menyebabkan emisi gas rumah kaca

CO2 yang merupakan kontributor utama pada perubahan iklim (Zhang et al.,

2021). Bahan bakar fosil diperkirakan akan naik sekitar 53%, dari 14 miliar ton

pada tahun 2015 menjadi 22 miliar ton pada tahun 2050, Peningkatan pesat dalam

konsumsi energi global dan dampak lingkungan dari sumber daya energi

menimbulkan tantangan serius bagi kesehatan manusia, keamanan energi, dan

lingkungan. Teknologi terbarukan, berkelanjutan, bersih dan tidak mencemari

lingkungan perlu dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan

bakar fosil. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi energi terbarukan

berkelanjutan yaitu dengan piranti penyimpan energi seperti superkapasitor

(Azwar et al., 2018).

Superkapasitor merupakan media penyimpanan energi yang memiliki siklus

hidup yang lama, laju charge-discharge yang cepat, dan rapat daya yang tinggi

(Azizi & Radjeai, 2018). Berdasarkan mekanisme penyimpanan energinya,

superkapasitor terbagi menjadi electrochemical double layer capacitor (EDLC),

hybrid capacitor dan pseudocapacitor (Iro et al., 2016). Superkapasitor EDLC

terdiri dari beberapa susunan material diantaranya elektroda, pengumpul arus,

elektrolit, dan separator (pemisah). Elektroda adalah komponen yang sangat

penting dalam media penyimpanan energi berbasis superkapasitor dikarenakan

dapat bereaksi secara langsung terhadap elektrolit. Bahan utama yang umum

digunakan dalam pembuatan elektroda superkapasitor diantaranya karbon aktif

1
(Feng et al., 2020), graphene (Zheng et al., 2015), nanofiber (Liu et al., 2020),

dan nanotube (Yan et al., 2016). Karbon aktif adalah material yang paling banyak

digunakan sebagai elektroda yang menjanjikan untuk sel superkapasitor karena

memiliki luas permukaan yang tinggi, tidak memerlukan biaya yang mahal, nilai

konduktivitas listrik baik dan stabilitas elektrokimia yang tinggi. (Wang et al.,

2015).

Penelitian terdahulu telah melakukan pengujian terhadap penggunaan

bahan karbon berpori berbasis biomassa sebagai bahan elektroda sel

superkapasitor (Inal et al., 2015). Beberapa biomassa yang telah banyak

digunakan dalam pembuatan karbon aktif seperti sabut kelapa (Tumimomor &

Palilingan, 2018), sabut nipah (Farma et al., 2021) dan tandan kosong kelapa

sawit (Hardi et al., 2021). Para peneliti berfokus pada peningkatan kemampuan

penyimpanan energi yang dihasilkan dari pengembangan biomassa-biomassa yang

belum pernah dijadikan sebagai elektroda sel superkapasitor (Chiu dan Lin,

2019). Pada penelitian ini biomassa yang akan dijadikan karbon aktif untuk

diaplikasikan sebagai elektroda sel superkapasitor adalah Mahkota Dewa.

Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) merupakan tanaman asli yang

berasal dari papua, Indonesia. Tanaman ini tumbuh hingga mencapai ketinggian 6

m, namun rata-rata umumnya tumbuh berkisar 1 hingga 2,5 m. Tanaman mahkota

dewa memiliki umur yang panjang dimana bisa mencapai 10 – 20 tahun. Tanaman

mahkota dewa mengandung alkaloid, tannin, flavonoid, fenol saponin, dan lignan

(Fiana & Oktaria, 2016). Salah satu senyawa aktif yang ditemukan dalam buah

mahkota dewa yaitu flavonoid. Flavonoid merupakan golongan senyawa phenolik

dengan struktur kimia C6-C3-C6 yang merupakan struktur karbon disekitar

2
molekulnya (Redha, 2010). Kandungan flavonoid tersebut memiliki kandungan

karbon yang tinggi, sehingga berpotensi untuk dijadikan karbon aktif sebagai

elektroda sel superkapasitor. Pembuatan elektroda superkapasitor pada penelitian

ini menggunakan serat buah mahkota dewa dengan penambahan karbon

nanomaterial (nanotube). Penambahan karbon nanotube (CNT) bertujuan untuk

meningkatkan resistansi seri ekivalen, konduktivitas listrik yang sangat baik,

struktur tabung berongga, dimensi nanometer dan luas permukaan yang tinggi.

Tabung-tabung karbon nanotube yang kecil dan memanjang menjadi jembatan

pada struktur makropori dan mesopori karbon aktif, sehingga dapat meningkatkan

konduktivitas elektroda (Widagdo et al., 2008). Penelitian terdahulu (Dolah et

al., 2014) melakukan pembuatan elektroda karbon berbasis serat tandan kosong

kelapa sawit dengan penambahan carbon nanotube dengan persentase 3%, 4%,

5% dan 6% dari berat serbuk karbon menghasilkan nilai kapasitansi spesifik

optimum pada persentase 5% yaitu sebesar 111 Fg-1. (Zhang et al., 2021) telah

melakukan pembuatan elektroda superkapasitor berbasis serbuk gergaji dengan

penambahan carbon nanotube sebesar 3% dari berat serbuk karbon menghasilkan

nilai kapasitansi spesifik optimum sebesar 157,07 F.g-1.

Penelitian ini berfokus pada pembuatan elektroda karbon aktif dari serat

buah mahkota dewa dengan penambahan karbon nanotube dengan persentase 0%,

5% dan 10% dari berat serbuk karbon. Penelitian ini diharapkan mampu

menghasilkan elektroda sel superkapasitor dengan nilai kapasitansi spesifik yang

tinggi serta kemampuan untuk menyimpan daya yang besar.

3
1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan elektroda karbon dari biomassa serat buah mahkota dewa

dengan penambahan nanotube untuk peningkatan kinerja sel

superkapasitor.

2. Menganalisis sifat fisis elektroda karbon menggunakan Spectroscopy

Fourier Transform Infrared, X-Ray Diffraction, Scanning Electron

Microscopy dan Energy Dispersive X-Ray.

3. Menganalisis sifat elektrokimia dari sel superkapasitor menggunakan

metode Cylic Voltametry dan Galvanostatic Charge-Discharge.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Biomassa yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan elektroda

karbon adalah serat buah mahkota dewa.

2. Aktivasi kimia menggunakan zat pengaktif KOH dengan konsentrasi 0,1

M.

3. Penambahan karbon nanotube dengan persentase 0%, 5% dan 10% dari

berat serbuk karbon.

4. Proses karbonisasi menggunakan gas N2 pada suhu 600°C dengan tingkat

pemanasan 3°C/mnt dan laju alir 1,5 L/mnt selama 1 jam.

5. Proses aktivasi fisika menggunakan gas CO2 pada suhu 800°C dengan

tingkat pemanasan 10°C/mnt dan laju alir 1/mnt selama 1 jam.

4
6. Karakterisasi sifat fisis elektroda karbon menggunakan Spectroscopy

Fourier Transform Infrared, X-Ray Diffraction, Scanning Electron

Microscopy dan Energy Dispersive X-Ray.

7. Karakterisasi sifat elektrokimia sel superkapasitor menggunakan Cylic

Voltametry dan Galvanostatic Charge-Discharge.

1.4 Tempat Penelitian

1. Persiapan sampel, pra-karbonisasi, aktivasi kimia, karbonisasi, dan

aktivasi fisika dimulai pada tanggal 10 agustus 2022 sampai tanggal 15

oktober 2022. Pengukuran sifat elektrokimia sel superkapasitor

menggunakan metode Galvanostatic Charge-Discharge dan Cylic

Voltametry dimulai pada tanggal 5 November 2022 sampai tanggal 15

Februari 2023 dan dilakukan di Laboratorium Fisika Material Jurusan

Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau,

Jl. Kampus Bina Widya Km 12,5 Kel. Simpang Baru Panam, Pekanbaru,

Riau.

2. Karakterisasi Spectroscopy Fourier Transform Infrared dilakukan di

Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Riau pada tanggal 6 Februari 2023, Jl.

Kampus Bina Widya Km 12,5 Kel. Simpang Baru, Panam, Pekanbaru,

Riau.

3. Pengujian X-Ray Diffraction di Laboratorium Material Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Padang pada tanggal 25 Januari 2023.

5
4. Pengujian Scanning Electron Microscopy dan Energy Dispersive X-Ray

dilakukan di Laboratorium Scanning Electron Microscope Institut

Teknologi Bandung pada tanggal 25 januari 2023.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Mahkota Dewa

Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) seperti yang terlihat pada Gambar 2.1

merupakan salah satu tanaman perdu yang tumbuh didaerah tropis. Tanaman

mahkota dewa diklasifikasi menjadi 1200 spesies yang tersebar ke 67 negara.

Tanaman mahkota dewa memiliki tinggi 1-6 m dari permukaan laut dan massa

hidupnya 10-20 tahun. Tanaman mahkota dewa memiliki kandungan zat aktif

seperti alkaloid, minyak atsiri, natrium, saponin, lignin (polifenol), flavonoid, dan

tannin. (Hendra et al., 2011).

6
(a) (b)
Gambar 2.1 a. Tanaman Mahkota Dewa b. Buah Mahkota Dewa

Tanaman mahkota dewa memiliki buah berbentuk seperti bola pingpong

dengan ukuran bervariasi. Buah mahkota dewa berwarna hijau ketika masih muda

dan berwarna merah marun ketika matang. Daging buah mahkota dewa berwarna

putih dan berserat. Mahkota dewa memiliki akar tunggang yang panjangnya bisa

mencapai 1 m. Batangnya bergetah dengan kulit berwarna coklat kehijauan dan

kayunya berwarna putih. Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal yang

berbentuk lonjong dan ujungnya runcing dimana ukuran panjangnya 7-10 cm dan

lebarnya 3-5 cm. Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun

dalam kelompok 2-4 bunga, warnanya putih berbentuk seperti terompet kecil,

bijinya harum dan tumbuh menyebar dibatang atau ketiak daun (Altaf et

al.,2013).

Taksonomi tanaman mahkota dewa diklasifikasikan seperti yang terlihat

pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Taksonomi Tanaman Mahkota Dewa (Fiana & Oktaria, 2016)
Klasifikasi Nama
Divisi Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Dycotiledonae
Bangsa Celastrales
Suku Thymelaceae
Marga Phaleria
Jenis Phaleria Macrocarpa

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan kumpulan karbon berpori yang bisa didapat dari

bahan lignoselulosa. Karbon aktif juga merupakan bahan dasar elektroda yang

7
digunakan pada superkapasitor karena memiliki struktur yang sangat berpori,

luas permukaan yang besar, daya serap yang baik dan konduktivitas listrik

yang tinggi (Ong et al., 2012). Karbon aktif telah menjadi pilihan bahan

elektroda yang ideal, dibandingkan dengan bentuk karbon lainnya karena

sifatnya yang ramah lingkungan dan biaya yang rendah (Gu & Yushin, 2013).

Sifat-sifat karbon aktif dipengaruhi oleh jenis bahan baku, penyebaran pori,

luas permukaan arang aktif serta aktivasi yang digunakan. Karbon aktif dapat

diperoleh dalam beberapa bentuk seperti bentuk granular (0,2-5 mm), bentuk

pellet (0,8-5 mm), dan bentuk serbuk (<0,18 mm) (Farma, 2020).

Karbon berpori memiliki ukuran berdasarkan International Union of

Pure and Applied Chemistry (IUPAC), ukuran pori karbon aktif dikategorikan

menjadi tiga jenis, yaitu mikropori, dengan diameter pori (d < 2,0 nm),

mesopori, dengan diameter pori (2 nm< d-50 nm) dan makropori, dengan

diameter pori (d>50 nm). Distribusi ukuran pori merupakan parameter yang

penting dalam kemampuan daya serap karbon aktif terhadap molekul yang

ukurannya berbeda (Lempang, 2014).

2.3 Proses Pra-Karbonisasi

Proses Pra-karbonisasi merupakan proses pemanasan biomassa dalam

keadaan vakum menggunakan suhu konstan dibawah suhu karbonisasi. Proses

pra-karbonisasi bertujuan untuk memutuskan rantai lignoselulosa (lignin, selulosa,

dan hemiselulosa) menjadi lebih sederhana dan mempermudah proses

penghancuran sampel menjadi bentuk serbuk serta mengurangi kadar air pada

biomassa (Apriyani & Farma, 2021). Proses pra-karbonisasi menyebabkan

8
massa biomassa mengalami penyusutan dan biomassa mengalami perubahan

warna sampel menjadi coklat kehitaman

2.4 Proses Karbonisasi

Proses Karbonisasi merupakan proses pembakaran bahan baku dengan

menggunakan suhu yang tinggi dan dalam kondisi vakum, umumnya dilakukan

menggunakan furnace dengan mengalirkan gas N2 (Kurniawan et al., 2018).

Proses ini dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi, sehingga unsur oksigen,

hidrogen, non karbon dan zat pengotor akan dihilangkan dari karbon sehingga

dihasilkan rangka karbon yang mempunyai struktur tertentu dan terbentuknya

struktur pori (De et al., 2020).

2.5 Proses Aktivasi

Proses aktivasi merupakan proses pelepasan hidrokarbon dan senyawa

organik yang melekat pada suatu karbon atau perluasan pori-pori. Proses aktivasi

ini bertujuan untuk memperbesar pori dengan cara memecahkan ikatan

hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga mengalami

perubahan seperti meningkatkan daya absorbsinya (Farma et al., 2020). Proses

aktivasi terdiri dari dua jenis yaitu aktivasi kimia dan aktivasi fisika

2.5.1 Aktivasi Kimia

Aktivasi kimia merupakan proses pengaktifan yang menggunakan bahan

kimia sebagai agen aktivasi untuk membentuk struktur pori. Aktivasi kimia atau

yang dikenal sebagai oksidasi lemah merupakan teknik aktivasi satu tahap yang

melibatkan penggunaan zat kimia dan aktivasi pada temperatur rendah. Bahan-

bahan yang biasannya digunakan sebagai bahan pengaktif dalam proses aktivasi

kimia berasal dari logam alkali dan alkali tanah serta zat asam seperti kalium

9
hidroksida (KOH), asam sulfat (H2SO4), seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida

(NaOH), dan natrium klorida (NaCl) (Marsh et al., 2006). Salah satu jenis

aktivator kimia yang digunakan sebagai bahan pengaktif yaitu kalium hidroksida

(KOH). Agen pengaktif KOH dapat menghasilkan distribusi ukuran pori yang

baik, luas permukaan yang tinggi, jaringan pori yang saling berhubungan dan

volume mikropori yang besar sehingga KOH merupakan aktivator yang baik

digunakan pada pembuatan karbon aktif (Wang et al., 2019).

2.5.2 Aktivasi Fisika

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa

organik dengan bantuan gas, panas, dan karbondioksida (CO2). Metode aktivasi

fisika dapat mengembangkan dan memodifikasi struktur pori,luas permukaan

spesifik, dan struktur mikro karbon aktif. Pirolisis aktivasi fisika menggunakan

temperature tinggi (~500-900ºC) dibawah atrmosfer inert seperti karbon dioksida,

uap air dan udara. Aktivasi fisika dapat memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi mlekul-molekul permukaan sehingga karbon mengalami perubahan

sifat fisika dan kimia yaitu meningkatkan luas permukaan spesifik, memperbesar

diameter pori dan membentuk pori baru (Farma et al., 2021). Aktivasi fisika

dilakukan dengan melibatkan reaksi karbonisasi senyawa organik menjadi arang

melalui proses pemanasan tanpa oksigen atau uap pada suhu 800˚C hingga

1000˚C menggunakan oksidator lemah seperti N2, O2 dan CO2. Gas tersebut akan

bereaksi dengan karbon dan melepaskan karbon monoksida dan hidrogen.

Senyawa produk akan terlepas sehingga memperlebar pori dan meningkatkan

daya absorpsi. (Mazlan et al., 2016).

10
2.6 Superkapasitor

Electrochemical double layer capacitor (EDLC) merupakan perangkat

penyimpanan energi yang memiliki kerapatan energi yang sangat tinggi. Energi

yang dihasilkan disimpan dalam elektroda berbasis karbon dengan akumulasi

muatan yang berlawanan dikedua sisi antarmuka elektroda atau elektrolit yang

dipisahkan oleh lapisan ganda listrik (Faraji & Ani, 2015). Superkapasitor

mampu bekerja lebih baik dalam suhu ekstrim daripada baterai serta memiliki

siklus hidup lebih dari 500.000 kali jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

perangkat penyimpanan energi lainnya. Superkapasitor terdiri dari dua elektroda,

elektrolit, dan pemisah yang secara dielektrik mengisolasi dua elektroda seperti

yang terlihat pada Gambar 2.2. Komponen terpenting dalam superkapasitor adalah

bahan elektroda. Superkapasitor memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan

perangkat penyimpan energi lainnya adalah siklus hidup yang panjang, kerapatan

daya tinggi, kemasan fleksibel, charge-discharge yang cepat, dan perawatan

rendah, (Iro et al., 2016). Superkapasitor diimplementasikan dibidang elektronik

(handphone, kamera, PC, mainan elektronik, mobil listrik, bidang transportasi

sepeda listrik, pulsa laser system dan (hybrid electrical whicles), kereta api,

telekomunikasi dan sebagainya.

Elektrolit

Pengumpul Arus Pengumpul Arus

11
Lapisan Ganda Listrik

Elektroda

Gambar 2.2 Komponen Sel Superkapasitor (Sahin et al., 2022)

2.6.1 Elektroda

Elektroda merupakan bagian paling penting dalam menentukan kinerja sel

superkapasitor dan menyimpan muatan ketika potensial diterapkan (Kumar et al.,

2020). Bahan elektroda diantaranya karbon aktif, karbon nanotube, karbon

kuantum dots, graphene, oksida logam (mangan dioksida, ruthenium dioksida,

nikel oksida, cobalsotosic oksida). Bahan yang dapat dijadikan elektroda adalah

biomassa yang berasal dari limbah hewan, mikroorganisme dan limbah pertanian

serta tanaman seperti tebu, pinang, jagung, dll. Karbon berbasis biomassa dapat

membentuk sifat berpori elektroda karbon (De et al., 2020).

2.6.2 Pengumpul Arus

Pengumpul arus bersifat sebagai konduktor sehingga dapat menghantarkan

arus listrik dengan baik. Aluminium foil/ aluminium tipis berfungsi sebagai

pengumpul arus yang dilekatkan dengan elektroda untuk menangkap ion dari

elektrolit. Pengumpul arus dapat dimodifikasi dengan menumbuhkan logam lain

dipermukaan pelat pengumpul arus (Ji et al., 2018).

2.6.3 Separator

Separator atau pemisah berfungsi untuk mencegah dua elektroda terjadi

kontak listrik secara langsung. Separator atau pemisah mempengaruhi laju

kompensasi muatan ionik antara elektroda karbon bermuatan positif dan negatif

12
yang direndam kedalam larutan elektrolit, oleh karena itu konduktivitas molar ion

dalam separator atau pemisah sangat penting. Pemilihan separator yang sesuai

akan meningkatkan kapasitansi dan menurunkan ESR, sehingga meningkatkan

kinerja superkapasitor secara keseluruhan. Separator yang umumnya digunakan

pada sel superkapasitor yaitu membran kulit telur (Taer et al., 2014).

2.6.4 Elektrolit

Elektrolit merupakan suatu bahan kimia yang mampu menghantarkan arus

listrik. Larutan elektrolit berperan dalam menyeimbangkan dan mentransfer

muatan antara dua elektroda (Pal et al., 2018). Elektrolit yang sering digunakan

untuk pembuatan sel superkapasitor yaitu elektrolit asam (H 2SO4), elektrolit basa

(KOH dan NAOH), dan elektrolit netral (NaSO 4, KCL, Li2SO4 (Rohmawati et al.,

2018). Elektrolit yang paling banyak digunakan untuk pembuatan karbon aktif

adalah H2SO4 karena memiliki konduktivitas yang tinggi (Zhong et al., 2015).

Elektrolit merupakan komponen yang sangat penting karena dapat membantu

pergerakan ion antara katoda dan anoda selama proses charge-discharge seperti

yang terlihat pada Gambar 2.3. Elektroda yang direndam menggunakan elektrolit

juga dapat mempengaruhi kapasitansi dan tingkat muatan yang tinggi dari sel

karena mempengaruhi peningkatan tahanan kontak dalam charge-discharge arus

yang tinggi (Mirzaeian et al., 2017).

13
Gambar 2.3 (a) Charge (b) Discharge (Xi & An, 2014)

Prinsip kerja superkapasitor pada saat pengisian (charging), ion-ion dari dua

elektroda saling bertukar melewati separator. Ion negatif dari elektroda positif

akan bergerak menuju ke elektroda negatif melalui membran separator dan begitu

juga sebaliknya. Muatan disimpan dalam superkapasitor saat pertukaran ion

terjadi. Ion-ion dari dua elektroda yang bertukar tersebut pada proses pengisian

akan kembali ke posisi semula pada saat pengosongan (discharge). Ion negatif

kembali ke elektroda positif begitu juga sebaliknya. Proses pengosongan

superkapasitor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jarak antara elektroda

kedua elektroda dan luas permukaan elektroda. Luas permukaan elektroda dan

tipisnya membrane elektrolit membuat superkapasitor memiliki nilai kapasitansi

yang tinggi (Stepanus et al., 2018).

14
2.7 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon

2.7.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared

Spektroscopy Fourier Transform Infrared merupakan teknik yang

dilakukan untuk mendapatkan spektrum inframerah dari absorbansi, emisi dan

fotokonduktivitas dari sampel. Spektrum inframerah dari spectrometer FTIR

terdiri dari tiga daerah, yaitu IR jauh (400-10 cm -1) untuk menganalisi molekul

yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa anorganik, IR sedang (4000-

400 cm-1) memberikan informasi mengenai gugus-gugus fungsi dan IR dekat

(14000-400 cm-1) yang peka terhadap vibrasi overtone. Teknik spektroskopi

inframerah terbagi menjadi dua varian yaitu transmisi dan reflektansi. Transmisi

digunakan untuk menguji efek penyerapan radiasi inframerah dalam volume

sampel. Metode transmisi melakukan pengukuran serapan atau vibrasi molekul

dengan sinar laser untuk mendapatkan pola vibrasi molekul. Metode pengukuran

reflektansi tidak mengenai sinar laser secara langsung pada sampel melainkan

dipantulkan untuk mengetahui pola vibrasi molekulnya (Sulistyani et al., 2021).

15
Gambar 2. 4 Spectroscopy Fourier Transform Inframerah
(Mohamed et al., 2017)

Prinsip kerja Spektroscopy Fourier Transform Infrared yaitu alat

menghasilkan seberkas sinar radiasi inframerah yang dipancarkan dari sumber

benda hitam bercahaya, kemudian berkas melewati interferometer (tempat

pengkodean spektral umumnya menggunakan interferometer Michelson.). Sinar

dengan panjang lintasan yang berbeda akan bergabung kembali dalam

interferometer dan menciptakan interferensi konstruktif dan destruktif yang

disebut interferogram. Sinar memasuki kompartemen sampel dan sampel

menyerap frekuensi energi dari interferogram. Detektor akan mengukur sinyal

interferogram dalam kurva energi vs waktu untuk semua frekuensi. Sinar

kemudian dipancarkan kembali dan direkam sebagai referensi (latar belakang).

Perangkat lunak komputer akan transformasi fourier akan mengeluarkan spektrum

yang diperoleh setelah interferogram secara otomatis mengurangi spektrum latar

belakang dari sampel (Mohamed et al., 2017). Spektrum latar belakang diperoleh

tanpa adanya sampel dalam berkas tetapi menggunakan prosedur yang sama untuk

pengambilan spektrum sampel, tujuandari pengambilan spektrum latar belakang

adalah untuk memantau keselarasan komponen (Ones, 1978).

2.7.2 X-Ray Diffraction

X-Ray Diffraction merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui

fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta

mendapatkan ukuran partikel (Fatimah & Utami, 2017). Parameter fisis yang

dapat diperoleh dari pengukuran XRD adalah intensitas relatif, parameter kisi,

dimensi mikrokristalin, dan besar sudut hamburan yang berasal dari ion-ion

16
penyusun bahan (Riadi, 2010). Prinsip X-Ray Diffraction terjadi ketika foton

sinar-X mencapai materi, maka akan terjadi efek penyerapan dan hamburan yang

berbeda, Hamburan yang terjadi yaitu hamburan elastis (koheren), juga disebut

hamburan Rayleigh, terjadi antara foton dan elektron yang mengelilingi inti atom.

Energi gelombang hamburan tidak berubah dan mempertahankan hubungan

fasenya dengan gelombang dating maka foton sinar-X yang mengenai semua atom

akan tersebar ke segala arah. Struktur kristal bersifat periodik maka akan

menghasilkan radiasi hamburan konstruktif atau destruktif (Epp, 2016). Prinsip

metode ini didasarkan pada difraksi sinar-X oleh bidang atom periodik dan

deteksi sudut atau energi dari sinyal difraksi. Interpretasi geometris dari fenomena

XRD (interferensi konstruktif) telah diberikan oleh WL Bragg pada gambar 2.4

memberikan rincian tentang kondisi geometris untuk difraksi dan penentuan

hukum Bragg.

Dasar dari penggunaan karakterisasi difraksi sinar-X untuk mengetahui

jarak antar lapisan (d002 dan d100) yang masing-masing menandakan θ002 dan θ100

sudut bidang refleksi 002 dan 100 digunakan persamaan Bragg.

nλ = 2d sinθ (2.1)

Jarak antar bidang pada sistem kristal tersebut adalah:

a
dhkl = (2.2)
√ h + k 2 +l2
2

Mekanisme difraksi sinar-X menggunakan persamaan Bragg adalah sebagai

berikut.

Sinar Datang Sinar Terdifraksi

17
Gambar 2.4 Representasi Skema Difraksi Sinar-X Bidang Kristal
Bashir & Liu, 2015)

Persamaan Bragg menjelaskan bahwa jika seberkas sinar-X mengenai

sampel kristal, maka sampel kristal akan membiaskan sinar-X yang dengan

sumber sinar Cu-kα memiliki panjang gelombang (λ) sebesar 1,5418Å sama

dengan jarak antar kisi dalam sampel kristal. Sinar-X dihasilkan dari tabung

vakum yang dilengkapi dengan elektroda, katoda dan anoda. Elektron dihasilkan

dengan memanaskan sebuah filamen dengan katoda diberikan beda potensial

sehingga mempercepat elektron menumbuk anoda, maka ada energi yang

dihasilkan, energi inilah sinar-X. Sinar-X yang dipantulkan oleh sampel kristal

ditangkap oleh detektor berupa pola difraksi. Pola difraksi yang ditangkap oleh

detektor digunakan untuk mengetahui dimensi mikro kristalin sampel. Dimensi

mikro kristalin sampel terbagi menjadi 2 yaitu tinggi lapisan mikro kristalin (Lc)

dan lebar lapisan mikro kristalin (La) yang diketahui menggunakan persamaan

Debye Scherrer (Cullity, 2001).

0,90 λ
Lc = (2.3)
β cos θ 002

18
1,84 λ
La =
β cos θ 100

(2.4) Nilai Lc yang diperoleh sangat berpengaruh pada luas permukaan elektroda

karbon yang dihasilkan. Difraksi sinar-X dapat menentukan ukuran kristal.

Ukuran sebuah kristal dihitung berdasarkan pelebaran puncak difraksi dan

menggunakan persamaan Scherrer sebagai berikut:


D= (2.5)
B cos θ

Analisis difraksi sinar-X juga digunakan untuk membedakan material yang

bersifat kristal atau amorf (Susana & Astuti, 2016).

2.7.3 Scanning Electron Microscopy

Scanning Electron Microscopy merupakan mikroskop elektron yang dapat

menghasilkan gambar yang efektif dalam analisis bahan organik dan anorganik

dengan ukuran yang lebih besar dari material yang digunakan dan resolusi yang

dihasilkan oleh SEM dapat mendekati skala nanometer ke mikrometer (μm). SEM

bekerja pada perbesaran tinggi mencapai 300.000x dan bahkan 1000000 (dalam

beberapa model modern) dalam menghasilkan gambar dengan sangat tepat dari

berbagai bahan. SEM tidak hanya menghasilkan dalam bentuk topografi dan

menghasilkan komposisi pada permukaan bahan (Mohammed & Abdullah,

2018). Prinsip kerja SEM seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 adalah dengan

menembakkan berkas elektron pada permukaan sampel. Hasil deteksi elektron

berdasarkan elektron sekunder inilah yang akan menghasilkan gambar. Elektron

sekunder memiliki energi yang rendah sekitar 5-50 eV yang didapat dari

permukaan sampel. Elektron yang dihambur kemudian kembali lagi (balik)

didapat dari bagian sampel yang lebih dalam dan memberikan informasi tentang

19
komposisi sampel karena elektron yang lebih berat akan menghambur dan

mengembalikan secara lebih kuat dan tampak lebih terang pada gambar yang

dihasilkan. SEM dapat dioperasikan dalam keadaan vakum (10-6 bar) sehingga

elektron hanya berinteraksi dengan sampel yang diteliti (Setiabudi et al., 2012).

Gambar 2.5 Skema komponen dan prinsip kerja SEM


(Dery & Zaixiang, 2021)

2.7.4 Energy Dispersive X-Ray

Energy Dispersive X-Ray merupakan proses karakterisasi material dengan

menggunakan sinar-X yang dilakukan pada saat material akan mengalami

tumbukan dengan elektron serta tingkat energinya pada tingkatan energi kulit

atom. Sinar-X yang diemisikan dari perubahan elektron pada lapisan kulit atom

akan dapat dideteksi tingkat energi yang dipancarkan olehsinar-X dan

intesitasnya, serta atom-atom penyusun material dan persentasenya dapat

diketahui (Scimeca et al., 2018).

Komponen-komponen yang terdapat pada EDX antara lain sumber cahaya,

detektor sinar-X, penganalisis dan pengolah pulsa, dimana sistem yang terdapat

20
pada EDX ditemukan pada SEM. Prinsip kerja EDX didasarkan pada emisi sinar-

X dari sampel yang diakibatkan oleh sinar-X yang mengenai sampel. Sinar yang

ditembakkan akan menambah elektron pada kulit atom sehingga terjadi

pengosongan. Tingkat energi yang berbeda akan dihasilkan dari emisi sinar-X

ketika elektron pada kulit terluar dari tingkat energi yang lebih tinggi dan mengisi

kekosongan. Emisi sinar-X dapat digunakan untuk menentukan unsur yang

terkandung pada sampel. Energi yang berbeda akan ditangkap dan diukur

menggunakan spektrometer energi dispersif. Sistem detektor EDX melakukan

tampilan simultan dari energi sinar-X (1-20 kV) yang dikumpulkan selama

periode analisis individual dan energi sinar-X digunakan sebagai spektrum.

Karakterisasi EDX bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung

pada sampel elektroda karbon aktif (Scimeca et al., 2018)

2.8 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor

2.8.1 Cylic Voltametry

Cylic Voltametry merupakan pengukuran elektrokimia potensiodinamik

dimana pada masing-masing elektroda kerja diberikan potensial dalam arah yang

berlawanan untuk kembali ke potensial awalnya. Cylic voltammetry telah banyak

digunakan untuk menggambarkan kinerja listrik perangkat penyimpanan energi.

Mekanisme kerja cylic voltammetry yaitu melakukan pemindaian tegangan linier

ke dua elektroda, setelah mencapai tegangan maksimum, pemindaian segera

dibalik untuk pengsosongan. Laju pemindaian yang meningkat akan

mempengaruhi kapasitansi pada superkapasitor. Penurunan kapasitansi

berhubungan dengan penurunan efisiensi dalam proses difusi ion. Difusi ion saat

laju pemindaian yang rendah dapat menembus pori-pori dalam elektroda dan

21
menghasilkan kapasitansi yang tinggi (Raza et al., 2018). Kurva Cylic

Voltammetry terlihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Kurva Cylic Voltametry (Solís-Cortés et al., 2020)

Gambar 2.6 menunjukkan hubungan antara perubahan arus yang mengalir

terhadap tegangan. Kapasitansi spesifik (Csp) merupakan kemampuan suatu

elekroda karbon untuk menyimpan muatan listrik per satuan massa. Kapasitansi

spesifik diperoleh menggunakan metode siklik voltamogram yang nilainya dapat

dihitung menggunakan persamaan 2.9 (Yetri et al., 2020) berikut

I c−¿ I
Csp = d
¿ (2.6)
sm

Berdasarkan persamaan 2.9 diketahui bahwa pengukuran nilai kapasitansi

spesifik metode siklik voltamogram bergantung pada laju pemindaian dan massa

elektroda karbon. Hubungan kapasitansi spesifik dengan laju pemindaian dan

massa elektroda adalah berbanding terbalik, dimana semakin kecil laju

22
pemindaian dan semakin kecil massa elektroda yang dibuat maka akan dihasilkan

nilai kapasitansi spesifik yang semakin besar.

2.8.2 Galvanostatic Charge-discharge

Galvanostatic Charge-Discharge merupakan salah satu metode

pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi sifat elektrokimia

superkapasitor. Metode ini melibatkan penerapan arus positif dan negatif konstan

untuk mengisi dan melepaskan material dalam batas potensial yang telah

ditentukan (Licht et al., 2020). Berdasarkan kurva galvanostatik pengisian dan

pengosongan dapat diketahui kapasitansi spesifik dan resistansi (Zeng et al.,

2021). Pengukuran GCD akan menghasilkan kurva seperti pada Gambar 2.6

Tegangan (V)

Waktu (s)

Gambar 2.6 Kurva Galvanostatik pengisian dan pengosongan (Tao et al., 2015)

Kapasitansi spesifik , rapat energi (Esp) dan rapat daya (Psp) dapat dihitung

dari kurva galvanostatic charge-discharge (GCD) menggunakan persamaan

berikut: (Rohmah et al., 2022).

23
2 I ∆t
C sp= (2.7)
m ∆V

Vit
E sp = (2.8)
m

Vi
Psp = (2.9)
m

Persamaan (2.8) menunjukkan semakin kecil nilai kapasitansi spesifiknya

maka akan semakin kecil juga nilai rapat energinya. Begitu juga sebaliknya

semakin besar kapasitansi spesifiknya maka akan semakin besar pula nilai rapat

energinya, hal tersebut karena nilai kapasitansi spesifik berbanding lurus dengan

nilai rapat energinya. Persamaan (2.9) menunjukkan bahwa nilai rapat daya dan

rapat energi adalah berbanding lurus, dimana semakin besar nilai rapat dayanya

maka akan semakin besar pula nilai rapat energinya (Inagaki et al., 2010).

24
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian pembuatan sel superkapasitor menggunakan biomassa serat

buah mahkota dewa melalui proses pra-karbonisasi, aktivasi kimia, karbonisasi,

aktivasi fisika dan penambahan karbon nanomaterial (nanotube) dengan

presentase 0%, 5% dan 10%. Karakterisasi sifat fisis elektroda karbon aktif terdiri

dari Spectroscopy Fourier Transform Infrared, X-Ray Diffraction, Scanning

Electron Microscopy dan Energy dispersive X-ray. Karakterisasi sifat

elektrokimia sel superkapasitor terdiri dari Cylic Voltammetry dan Galvanostatic

Charge-Discharge. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian seperti terlihat

pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya


No Nama Alat dan Bahan Fungsi
1 Serat Mahkota Dewa Sampel pembuatan karbon aktif
2 Kalium Hidroksida (KOH) Aktivator kimia
3 Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai elektrolit
4 Aquades Sebagai pentralan, pelarut dan pencucian
5 Kertas Indikator Pengukur PH pelet karbon
6 Kertas Pasir P1200 dan P600 Pemoles pelet karbon
7 Tabung Pra-karbonisasi Wadah untuk pra-karbonisasi
8 Pers Hidrolik Alat pembuatan pelet
9 Ball Milling Alat penghalus menjadi serbuk
10 Timbangan Digital Menimbang massa sampel
11 Oven Tempat pra-karbonisasi karbon
12 Almunium Foil Sebagai penutup wadah sampel
13 Cawan Petri Wadah perendaman elektroda karbon aktif
14 Furnance Alat pembakaran karbon
15 Mortar dan Alu Alat penghalus sampel
16 Hot Plate dan Magnetic stirrer Alat aktivasi kimia
17 Stainless Stell Pengumpul arus superkapasitor
18 Membran Kulit Telur Seperator elektroda sel superkapasitor
19 Kertas Timbang Menimbang Karbon Aktif
20 Ayakan 53 μm Menghasilkan serbuk karbon yang homogen
21 Gelas Beker Wadah aktivasi dan merendam karbon aktif
22 Jangka Sorong Alat mengukur diameter dan tebal pelet

25
Pembuatan elektroda karbon yang berasal dari serat buah mahkota dewa

untuk aplikasi sel superkapasitor menggunakan tahapan penelitian seperti yang

terlihat pada Gambar 3.1

Persiapan Sampel Serat Mahkota


Dewa

Pra-karbonisasi pada Suhu 200℃


selama 3 jam 30 menit

Ballmilling selama 20 jam dan


Pengayakan 53 μm

Aktivasi Kimia KOH 0,1 M


danPenambahan Nanotube 0%, 5%
dan 10%

Pembuatan Pelet Karbon

Karbonisasi Gas N2 dengan suhu


6000C dan Aktivasi Fisika dengan
Gas CO2 suhu 8000C

Penetralan dan Pengeringan

Uji Karakterisasi Sifat Fisis FTIR,


XRD, SEM dan EDX

Pembuatan Sel Superkapasitor

Uji Karakterisasi Sifat Elektrokimia


CV dan GCD

Analisis Data dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

26
2
3.1 Persiapan Sampel Serat Buah Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa yang sudah matang dibersihkan dan dikupas kulitnya,

lalu diperkecil dengan ukuran 1-2 cm, sehingga menghasilkan serat buah mahkota

dewa. Serat buah mahkota dewa kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari

selama 7-8 hari hingga massannya benar-benar konstan. Penjemuran bertujuan

untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam serat mahkota dewa.

Serat mahkota dewa yang massanya sudah konstan akan dilanjutkan ke tahap

selanjutnya yaitu pra-karbonisasi.

3.2 Pra-Karbonisasi

Pra-karbonisasi adalah proses untuk menghilangkan kandungan air dan

mempermudah penghancuran sampel serat buah mahkota dewa menjadi serbuk.

Serat buah mahkota dewa yang sudah kering dan konstan kemudian dilakukan

Proses pra-karbonisasi seperti pada Gambar 3.2. Proses pra-karbonisasi dilakukan

dengan menimbang massa serat mahkota dewa sebanyak 30 gram, setelah itu serat

buah mahkota dewa dimasukkan kedalam wadah lalu ditutup rapat dan

dimasukkan kedalam oven lalu diatur suhunya 200 oC selama 3 jam 30 menit.

Proses Pra-karbonisasi tersebut membuat warna serat buah mahkota dewa menjadi

coklat kehitaman.

27
Gambar 3.2 Proses Pra-karbonisasi
3.3 Penghalusan dan Pengayakan

Penghalusan dilakukan menggunakan mortar dan alu. Mortar dan alu

bertujuan untuk mendapatkan serbuk dari serat buah mahkota dewa sehingga

dapat memudahkan penghancuran ball milling. Penggunaan ball milling bertujuan

untuk menghasilkan serbuk serat buah mahkota dewa dengan ukuran yang lebih

halus. Sampel serat buah mahkota dewa yang dihaluskan menggunakan mortar

dan alu dimasukkan ke dalam botol sebanyak 30 gram dan juga memasukkan bola

penggilingan sebanyak 30 butir. Bola penggilingan akan berputar menghancurkan

sampel serat mahkota dewa selama 20 jam. Serbuk serat buah mahkota dewa yang

telah dihancurkan kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 53 μm .

Pengayakan bertujuan menghasilkan sampel serat mahkota dewa berukuran

homogen.

3.4 Proses Aktivasi Kimia

Proses aktivasi kimia diawali dengan memanaskan 250 ml aquades selama 1

jam dengan suhu 80ºC dan putaran 450 rpm menggunakan Hot Plate. Aktivator

yang digunakan pada proses aktivasi kimia yaitu KOH dengan konsentrasi 0,1 M.

KOH ditambahkan kedalam gelas beaker dan diaduk menggunakan magnetik

stirrer, selanjutnya larutan KOH tersebut ditambahkan 30 gr serbuk serat buah

mahkota dewa hingga tercampur rata, setelah itu tambahkan karbon nanotube

dengan variasi persentase 0%, 5% dan 10% selama 1 jam. Sampel yang telah

teraktivasi kemudian didinginkan pada suhu kamar 30ºC, Jika suhu sampel sudah

mencapai suhu kamar sampel kemudian ditutup menggunakan aluminium foil

selama 24 jam. Larutan yang telah teraktivasi selama 24 jam tersebut dikeringkan

28
menggunakan oven dengan suhu 110ºC selama 2-3 hari. Proses pengeringan

tersebut membuat sampel menjadi kering dan larutan tersebut harus sering diaduk

agar sampel tidak menggumpal. Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan

menggunakan mortar dan alu lalu diayak menggunakan ayakan 53 µm sehingga

menghasilkan serbuk. Proses aktivasi kimia dapat dilihat pada Gambar 3.3

Aquades dipanaskan Masukkan KOH 0.5 M


Aquades 250 ml selama 1 jam Tunggu hingga larut

Didinginkan hingga suhu Tambahkan carbon Nanotube Masukkan serbuk serat


0%, 5%, dan 10% mahkota dewa 30 gr
ruang

Gambar 3.3 Proses Aktivasi Kimia

3.5 Pencetakan Pelet

Sampel yang telah melewati proses aktivasi kimia kemudian dicetak dengan

menggunakan hydraulic press yang terlihat pada Gambar 3.4. Massa dari serbuk

karbon yang digunakan untuk mencetak satu buah pelet sebesar 0,75 gram.

Sampel dimasukkan kedalam cetakan dan diberi tekanan 7 ton selama 2 menit

waktu penahanan. Sampel yang dihasilkan pada proses ini berbentuk kepingan

seperti koin. Pada tahap ini dilakukan pembuatan pelet karbon sebanyak 20 buah

serta diukur massa, diameter dan tebalnya.

29
Gambar 3.4 Hydraulic Press

3.6 Proses Karbonisasi dan Aktivasi Fisika

Serbuk karbon yang telah berbentuk pelet akan dilakukan proses karbonisasi

dan aktivasi fisika didalam furnace secara terintegrasi. Proses karbonisasi

menggunakan aliran gas N2 bertujuan untuk pemurnian karbon. Proses aktivasi

fisika dialiri gas karbon dioksida (CO2) yang bertujuan untuk mengoptimalkan

area permukaan awal dan mengangkat endapan tar pada pori-pori, agar

menghasilkan pori-pori baru sebagai hasil dari gas pengoksidasi yang menembus

permukaan karbon aktif. Proses karbonisasi dan aktivasi fisika dimulai dari suhu

ruang yaitu 30ºC dengan tingkat pemanasan 1ºC/menit selama 4 jam 26 menit

menuju suhu tahan sampel 296 ºC (Farma et al., 2021) yang ditahan selama 1

jam. Suhu tersebut akan meningkat kembali ke suhu karbonisasi yaitu 600 ºC

menggunakan gas nitrogen dengan kenaikkan suhu 3ºC/menit selama 1 jam 41

menit, setelah tahap karbonisasi dilanjutkan dengan tahap pergantian gas menuju

tahap aktivasi fisika menggunakan gas karbon dioksida dengan kenaikan suhu

10ºC/menit selama 20 menit kemudian suhu meningkat pada suhu 800ºC yang

ditahan selama 1 jam dan suhu tersebut akan kembali ke suhu ruang dibawah

30
pengaruh nitrogen. Profil karbonisasi dan aktivasi fisika seperti yang terlihat pada

Gambar 3.5

Gambar 3.5 Profil Karbonisasi dan Aktivasi Fisika

3.7 Penetralan dan Pengeringan

Sampel yang telah melakukan tahap karbonisasi dan aktivasi fisika

kemudian melakukan tahap penetralan. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan

kemurnian karbon hingga mencapai PH netral (PH-7) dengan dilakukan

pergantian aquades setiap harinya, setelah itu pengujian PH menggunakan kertas

PH indikator. Tahapan ini berlangsung 3-4 hari. Setelah pelet karbon netral

dilanjutkan dengan proses pengeringan sampel menggunakan oven bersuhu 110ºC

selama 24 jam.

3.8 Pembuatan Sel Superkapasitor

Superkapasitor terdiri dari beberapa komponen yaitu pengumpul arus yang

berbahan stainless steel dengan pelapis berbahan teflon, elektroda karbon berbasis

serat mahkota dewa, separator (membran kulit telur ayam) dan elektrolit (H 2SO4).

Pembuatan sel superkapasitor diawali dengan dilakukan pemolesan pada pelet

31
setelah proses penetralan dan pengeringan. Pemolesan pelet karbon dilakukan

menggunakan kertas pasir hammer p600 dan p1200 untuk memperkecil ukuran

diameter dan memperkecil ketebalan pelet untuk memperoleh pelet dengan

diameter sekitar 7-8 mm dan ketebalan 0.2 mm hingga 0.3 mm. Pelet yang sudah

dipoles sesuai ukuran kemudian direndam menggunakan aquades selama 2 jam

dan dikeringkan, setelah itu pelet karbon juga kita rendam menggunakan larutan

H2SO4 1 M selama 48 jam bersama dengan membran telur yang nantinya akan

kita gunakan sebagai separator. Perendaman elektroda karbon ini bertujuan agar

elektrolit dapat masuk secara merata kedalam karbon. Proses awal pembuatan sel

superkapasitor diawali dengan membuat body superkapasitor menggunakan

akrilik, setelah itu dilanjutkan dengan membuat pengumpul arus stainnles stell,

penyangga dibuat menggunakan teflon, separator atau pemisah menggunakan

membran kulit telur ayam dan elektroda karbon aktif dari serat mahkota dewa

seperti yang terlihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Pembuatan Sel Superkapasitor

3.9 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon Serat Mahkota Dewa

32
3.9.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared

Spectroscopy Fourier Transform Infrared karakterisasi yang digunakan

untuk menentukan gugus fungsi dan ikatan molekul antar senyawa kimia.

Pengujian FTIR menggunakan alat IR Prestige Fourier Transform Infra Red

Shimadzu dengan bilangan gelombang 450-4500 cm-1. Analisis spektrum FTIR

didasarkan dari puncak-puncak spektrum yang dihasilkan, puncak yang terbentuk

menunjukkan jenis gugus fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Sinar

inframerah dilewatkan pada sampel, fraksi yang terabsorbsi pada rentang panjang

gelombang kemudian diukur, hasil akhir dari FTIR dalam bentuk spektrum yang

berisi informasi tentang struktur kimia, ikatan molekul antar senyawa dan gugus

fungsional dari elektroda karbon.

3.9.2 X-Ray Diffraction

X-Ray Diffraction bertujuan untuk mengetahui struktur mikrokristalin dari

elektroda karbon. X-Ray Diffraction menggunakan alat X-Pert powder

panalytical dengan sumber sinar Cu K-α dengan panjang gelombang 15,406 nm

dan sudut difraksinya 2θ pada rentang sudut 10º hingga 60º. Karakterisasi x-ray

diffraction menggunakan interaksi antara atom-atom penyusun sistem struktur

kristal dan sinar-X. Grafik data yang dihasilkan dari karakterisasi x-ray diffraction

yaitu grafik sudut difraksi versus intensitas sinar-X. Sinar-X akan terbentuk

apabila sebuah elektron dengan kecepatan tinggi menumbuk suatu logam, maka

sinar-X yang diperoleh akan memberikan intensitas puncak tertentu yang

bergantung pada transisi elekron. Hasil data yang diperoleh berupa jarak antar

bidang, dimensi mikrokristalin yaitu tinggi lapisan (Lc) dan lebar lapisan (La).

33
3.9.3 Scanning Electron Microscopy

Scanning Electron Microscopy bertujuan untuk mengetahui bentuk

morfologi permukaan elektroda karbon dan ukuran pori elektroda karbon.

Karakterisasi SEM dilakukan menggunakan alat JEOL JSM-6510. Hasil interaksi

elektron dengan permukaan elektroda karbon ditangkap oleh detektor kemudian

divisualisasikan dalam monitor sinar katoda. Hasil dari pengukuran SEM dalam

bentuk mikrofotogram dengan bagian permukaan diperbesar sekitar 5000 kali dan

40.000 kali.

3.9.4 Energy Dispersive X-Ray

Energy Dispersive X-Ray digunakan untuk menentukan kandungan unsur

kimia pada elektroda karbon. EDX bekerja sebagai fitur yang terintegrasi dengan

SEM dan tidak dapat bekerja tanpa SEM . Pengujian EDX dilakukan

menggunakan alat JEOL JSM-6510 LA dengan rentang energi sebesar 0-10 KeV.

Prinsip kerja EDX dengan cara elektron ditembakkan kearah sampel yang telah

dilapisi alat Fine Coater kemudian sampel akan mengeluarkan elektron baru yang

akan diterima dan dideteksi oleh detektor. Hasil pembacaan detektor akan

ditampilkan pada layar monitor. Hasil pengukuran EDX berupa komposisi unsur

pada elektroda karbon.

3.10 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor

3.10.1 Cylic Voltametry

Cylic Voltametry dilakukan untuk menentukan mengukur kapasitansi

spesifik sel superkapasitor dan memperoleh hubungan kurva potensial dan arus

(voltammograf). Pengujian CV menggunakan alat physics CV UR Rad-Er 5841

yang dikontrol dengan Software Cyclic Voltammetry CV v6. Kapasitansi spesifik

34
diukur dari potensial 0 sampai 1V terhadap elektroda dengan laju scan 1 mVs-1, 2

mVs-1, 5 mVs-1 dan 10 mVs-1. Hasil dari pengukuran diolah menggunakan sigma

plot untuk mendapatkan data pengukuran dan kurva hubungan antara arus dan

tegangan. Pengujian CV menggunakan elektroda karbon, pengumpul arus

(stainless steel), elektrolit H2SO4 dengan separator yang berasal dari membran

serat mahkota dewa. Pengambilan data pada CV terlihat pada Gambar 3.7.

Rangkaian Sel
Superkapasitor
CV UR Rad Far 5841

Gambar 3.7 Proses Pengambilan Data Cylic Voltametry

3.10.2 Galvanostatic Charge- Discharge

Galvanostatic Charge-Discharge merupakan metode yang digunakan

untuk menentukan kapasitansi spesifik sel superkapasitor. GCD dilakukan dengan

menerapkan arus positif dan negatif konstan untuk mengisi dan melepaskan

material dalam batas potensial yang telah ditetapkan. Kapasitansi spesifik diukur

dari potensial 0 sampai 1 V dengan rapat arus 1mA, 2mA, 5mA, dan 10mA. Hasil

pengukuran diolah menggunakan sigma plot untuk memperoleh data pengukuran

dan kurva hubungan arus terhadap tegangan. Pengambilan data GCD terlihat pada

Gambar 3.8

Sel
Superkapasitor
GCD UR Rad Far 5841

35
Gambar 3.8 Proses Pengambilan Data Galvanostatic Charge-Discharge

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil dan pembahasan dari penelitian pembuatan elektroda

karbon berbahan dasar serat mahkota dewa (SMD) dengan penambahan carbon

nanotube yaitu 0%, 5% dan 10% dan masing-masing diberi kode sampel yaitu

SMD-00, SMD-05, dan SMD-10. Sifat fisis elektroda SMD dianalisis

menggunakan karakterisasi Spectroscopy Fourier Transform Infrared, X-Ray-

Diffraction, Scanning Electron Microscopy, dan Energy Dispersive X-Ray.

Pengujian sifat elektrokimia sel superkapasitor dilakukan menggunakan metode

Cylic Voltammetry dan Galvanostatic Charge-Discharge.

4.1 Penyusutan Massa Serat Mahkota Dewa

Proses pra-karbonisasi bertujuan untuk menguraikan senyawa hidrokarbon

dan mengurangi kandungan air pada biomassa serat mahkota dewa (SMD). Proses

pra-karbonisasi biomassa SMD mengalami penyusutan massa dan perubahan

warna dari coklat muda menjadi coklat kehitaman seperti yang terlihat pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Biomassa serat mahkota dewa (a) sebelum pra-karbonisasi dan (b)
sesudah pra-karbonisasi

37
Gambar 4.1 menunjukkan hasil sebelum pra-karbonisasi dan sesudah pra-

karbonisasi. Proses pra-karbonisasi dilakukan sebanyak 10x dimana rata-rata

sebelum proses pra-karbonisasi sebesar 30 gr dan sesudah pra-karbonisasi sebesar

219,82 gr dengan presentase penyusutan massa sebesar 26,72 % seperti yang

terlihat pada Tabel 4.1. Penyusutan massa terjadi karena kadar air dan senyawa

hidrokarbon dalam biomassa serat mahkota dewa mengalami penguraian (Farma

et al., 2020). Nilai persentase ini menunjukkan bahwasanya susut massa dalam

rentang 20-40% menandakan biomassa memiliki sifat swa merekat (Deramen et

al., 1998). Hasil ini juga diperoleh pada penelitian sebelumnya menggunakan

biomassa sabut nipah dengan presentase susut massa yang didapatkan yaitu 26,76

% (Lestari et al., 2020). Perhitungan susut massa sampel sebelum dan sesudah

pra-karbonisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4.1 Data susut massa sebelum dan sesudah proses pra-karbonisasi
No Massa Sebelum Massa Sesudah Penyusutan Penyusutan
(g) (g) (g) (%)
1 30 22,94 7,06 23,53
2 30 21,62 8,38 27,93
3 30 21,88 8,12 27,06
4 30 21,61 8,39 27,96
5 30 21,84 8,16 27,20
6 30 22,81 7,19 23,97
7 30 21,78 8,22 27,40
8 30 21,36 8,64 28,80
9 30 21,83 8,17 27,23
10 30 22,15 7,85 26,17
Rata-rata Penyusutan 8,01 26,72

4.2 Hasil Pengukuran Densitas

Hasil pengukuran densitas dilakukan untuk mengevaluasi sifat material

seperti porositas yang berhubungan dengan sifat elektrokimia sel superkapasitor

(Sania et al., 2022). Pengukuran densitas dapat menentukan kemampuan

menyimpan muatan sel superkapasitor, semakin kecil nilai densitas elektroda sel

38
superkapasitor maka semakin besar kemampuannya dalam menyimpan muatan

(Mukhlis et al., 2016), hal ini dikarenakan semakin kecil nilai densitas maka pori

yang dihasilkan semakin banyak sehingga porositas yang dihasilkan semakin

besar (Novitra et al., 2022). Hasil pengukuran densitas sebelum dan sesudah

karbonisasi serta aktivasi fisika dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram batang pengukuran densitas elektroda karbon SMD

Perbandingan densitas elektroda karbon sebelum dan setelah proses

karbonisasi-aktivasi fisika dari sampel SMD-00, SMD-05 dan SMD-10. Densitas

dari sampel SMD-00, SMD-05, dan SMD-10 yang diperoleh sebelum proses

karbonisasi-aktivasi fisika berturut-turut sebesar 0,938 g/cm3, 0,951 g/cm3, dan

0,943 g/cm3. Densitas dari sampel SMD-00, SMD-05, dan SMD-10 yang

diperoleh setelah proses karbonisasi-aktivasi fisika berturut-turut sebesar 0,571

g/cm3, 0,501 g/cm3, dan 0,557 g/cm3. Semua sampel sebelum karbonisasi dan

aktivasi fisika memiliki densitas yang relatif sama, sedangkan sesudah proses

karbonisasi dan aktivasi fisika mengalami penyusutan densitas. Penyusutan

densitas ini dikarenakan pada saat proses karbonisasi senyawa-senyawa volatile

39
terurai seperti hidrogen, oksigen dan nitrogen dalam bentuk gas dan tar (Ayinla et

al., 2019). Pada saat proses aktivasi fisika juga mempengaruhi penurunan densitas

karena pada proses tersebut pori-pori elektroda karbon terbuka, sehingga

terbentuknya pori-pori baru yang dapat meningkatkan luas permukaan pada

elektroda (Farma et al., 2021).

Gambar 4.3 Diagram batang persentasi susut densitas elektroda karbon SMD

Gambar 4.3 menunjukkan penyusutan densitas pada elektroda karbon

SMD secara berurutan sebesar 40,28%, 45,47 %, dan 42,72%. Penyusutan

densitas tertinggi dimiliki oleh sampel SMD-05 disebabkan oleh penambahan

karbon nanotube 5% dapat mengaglomerasi struktur pori sehingga distribusi

ukuran pori lebih luas dan volume pori yang lebih besar dengan konduktivitas

yang tinggi (Kobashi et al., 2017). Penambahan karbon nanotube 10% dapat

menyebabkan terjadinya aglomerasi secara berlebihan, sehingga struktur pori

yang terbentuk melebar dan saling terhubung serta sebagian partikel-partikel

karbon nanotube dapat menutupi struktur pori pada elektroda karbon (Basri et al.,

2013).

40
4.3 Analisis Fourier Transform Infrared

Analisis Fourier Transform Infrared digunakan untuk melakukan analisis

kualitatif yaitu untuk mengetahui gugus fungsi dalam material karbon SMD.

Gugus fungsi ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan oleh suatu senyawa

pada panjang gelombang 4500 - 450 cm-1 seperti yang terlihat pada Gambar 4.4.

C-H C≡C
O-H C-O
C=O

Gambar 4.4 Kurva FTIR elektroda karbon SMD

Gugus fungsi pada bilangan gelombang disekitar 3750-3000 cm -1

menunjukkan getaran peregangan pada gugus fungsi O-H yang menyebabkan

puncak melebar dan bergeser kearah gelombang yang lebih pendek dengan

adanya ikatan hidroksil (Erabee et al., 2017). Pada bilangan gelombang 2945,30-

2951,09 menunjukkan adanya vibrasi regangan gugus fungsi C-H yang mana

gugus fungsi C-H ini berkisar pada bilangan gelombang 2800-3000 (Yakaboylu

et al., 2021). Bilangan gelombang pada rentang 2167,99 cm-1 mengindikasikan

keberadaan gugus C≡C (alkuna) dimana pada gugus ini memiliki tingkat

kemurnian karbon yang tinggi, dimana terjadinya pelepasan unsur O dan H pada

41
material sehingga dapat meningkatkan performa sel superkapasitor (Erabee et al.,

2017). Pada bilangan gelombang rentang 1215,15-1317,38 cm-1 terdapat gugus

fungsi peregangan C=O atau aldehid (Kanjana et al., 2021). Pada bilangan

gelombang 1078,21-1159,22 terdapat gugus fungsi C-O (Farma et al., 2023).

Gugus fungsi hidrofilik C–O, C=O dan O–H dapat meningkatkan hidrofilisitas

bahan elektroda. Kehadiran gugus fungsi ini pada permukaan karbon dapat

mendukung penyerapan dan pengangkutan ion elektrolit ke dalam pori-pori

karbon (Zhang et al., 2012).

4.4 Analisis X-Ray Diffraction

Analisis X-Ray Diffraction (XRD) bertujuan untuk mengetahui struktur

mikro elektroda karbon serat mahkota dewa (SMD). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui sifat kristalinitas atau amorf yang terdapat pada elektroda karbon

SMD. Gambar 4.5 menunjukkan pola difraksi sinar-X elektroda karbon SMD

dengan penambahan karbon nanotube. Elektroda karbon SMD memiliki struktur

semikristalin dengan dua puncak landai pada sudut 2θ disekitar sudut 24º-25º pada

bidang hamburan 002 dan sudut 44º-45º pada bidang hamburan 100 hal ini juga

bersesuaian dengan yang didapatkan oleh (Farma et al., 2013). Puncak kristal

yang ditemukan pada semua sampel SMD ini berasal dari residu KOH yang

tersisa pada proses karbonisasi serta proses pencucian dan penetralan yang belum

optimal (Allo, Sudarmono and Togibasa., 2019).

Puncak-puncak tajam yang terdapat pada sudut 2θ tertentu menunjukkan

adanya unsur selain karbon yang bersifat kristal pada elektroda SMD, seperti pada

sudut 28º, 29º dan 33º terdapat senyawa diopside (CaMgSiO2) (XRD JCPDS data

file 01-072-1497) (Ramalingan et al., 2018). Kristal CaMgSiO2 dapat

42
meningkatkan kinerja dari pada superkapasitor, karena kristal ini mengandung

unsur oksigen. Adanya puncak kristal yang dihasilkan dari senyawa diopside

menunjukkan bahwa elektroda karbon berupa lapisan komposit yang memiliki

bahan material berstruktur nano (Razavi et al., 2020)

CaMgSiO2

Intensitas Sinar-X
(002)(a.u)

(100)

2θ (Derajat)

Gambar 4.5 Pola XRD elektroda karbon SMD

Penglolahan data dan perhitungan dimensi mikrokristalin seperti tinggi

lapisan (Lc), lebar lapisan (La), jumlah lapisan (Np) dan jarak antar kisi (d) pada

elektroda karbon SMD dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data jarak antar bidang dan

dimensi mikrokristalin elektroda karbon biomassa serat mahkota dewa diperoleh

melalui pendekatan atau fitting yang dapat dilihat pada Lampiran 4 dengan

menggunakan software microcoal origin.

Tabel 4.2 Jarak antar bidang dan dimensi mikrokristalin elektroda karbon aktif
dari biomassa serat mahkota dewa
Jarak Antar Dimensi

Bidang Mikrokristalin
Sampel Lc / La NP
d002 d001
(002) (100) La Lc
(nm) (nm)

43
SMD-00 24,27 44,723 3,663 2,025 22,628 8,624 0,381 2,354
6
SMD-05 25,02 45,743 3,555 1,981 27,480 8,554 0,311 2,406
6
SMD-10 24,12 45,422 3,685 1,995 25,196 8,744 0,347 2,372
7

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penambahan CNT menyebabkan perubahan nilai

Lc dan La. Nilai Lc tertinggi terdapat pada sampel SMD-10 yaitu sebesar 8,554 nm

dan nilai Lc terendah terdapat pada sampel SMD-05 yaitu sebesar 8,744 nm. Nilai

La terendah terdapat pada sampel SMD-00 yaitu sebesar 22,628 nm sedangkan

nilai La tertinggi terdapat pada sampel SMD-05 yaitu sebesar 27,480 nm.

Perubahan nilai Lc dan La dikarenakan penambahan CNT dapat menyebabkan

terjadinya gasifikasi senyawa volatile, meningkatkan tingkat grafitisasi dan terkait

silang sehingga menghasilkan struktur tidak teratur dan terbentuknya pori-pori

baru (Zhang et al., 2021). Menurut teori (Kumar et al., 1997) nilai Lc berbanding

terbalik dengan nilai luas permukaan, dimana Lc yang lebih rendah diperlukan

untuk pembentukan luas permukaan yang bernilai besar, hal tersebut dibuktikan

dengan rumus empiris SSA=2/ ρ xrd Lc dimana ρ xrd=d002(grafit)/d002 (sampel) ρ

(grafit) dengan d002(grafit) dan ρ (grafit) adalah 0.33354 nm dan 2,268 g cm-3,

sehingga dapat diketahui bahwa sampel SMD-05 memiliki luas permukaan

spesifik yang tinggi dibandingkan dengan sampel SMD-00 dan SMD-10.

4.5 Analisis Scanning Electron Microscopy

Analisis scanning electron microscopy bertujuan untuk mengetahui

morfologi permukaan dan distribusi ukuran pori pada elektroda karbon serat

mahkota dewa (SMD). Gambar 4.6 menunjukkan hasil karakterisasi scanning

electron microscopy dari elektroda karbon SMD tanpa dan dengan penambahan

CNT. Gambar 4.7 (a, d) menunjukkan morfologi permukaan elektroda karbon

44
tanpa penambahan CNT dengan perbesaran 5000x dan 40.000x. Morfologi

permukaan yang terbentuk berupa agregat atau gumpalan dengan ukuran yang

berbeda terdiri dari mesopori berdiameter 28,37 nm dan makropori 57,33 nm

dapat dilihat pada lampiran 5, hal ini dikarenakan rendahnya molaritas KOH yang

digunakan pada saat aktivasi kimia dan terdapatnya unsur silika yang merupakan

partikel pengotor yang juga terlihat pada pengujian EDX dan XRD. Sampel SMD-

05 dan SMD-10 memiliki morfologi permukaan nanofiber yang disebabkan oleh

penambahan CNT pada elektroda karbon. Nanofiber terbentuk disebabkan oleh

struktur dasar dari CNT yang terdiri dari satu lembar grafit yang digulung menjadi

sebuah tabung dan memiliki nanofiber (Nurdiansyah et al., 2021).

(a) (d)

(b) (e)

45
(c) (f)

Gambar 4.6 Morfologi permukaan elektroda karbon SMD dengan pembesaran


5000 (a) SMD-00 (b) SMD-05 (c)SMD-10 dan pembesaran 40.000x
(d) SMD-00 (e)SMD-05 (f) SMD-10

SMD-05 memiliki struktur nanofiber dengan jumlah lebih banyak

dibandingkan dengan SMD-10 hal tersebut dikarenakan peningkatan persentase

CNT dapat menyebabkan pelebaran pori-pori dan struktur nanofiber akan terkait

silang satu dengan yang lainnya (Basri et al., 2013). Lebih lanjut peningkatan

persentase diatas 5% dapat menyebabkan distribusi pori lebih mengalami

pelebaran dan struktur nanofiber akan memecah dan saling tak terhubung

(Marno, et al., 2018). Elektroda memiliki morfologi permukaan nanofiber dapat

meningkatkan kapasitansi spesifik, karena persimpangan antara serat dapat

mempersingkat rute pengisian di pori-pori elektroda karbon, meningkatkan

efisiensi transfer muatan, serta mengurangi resistansi internal elektroda (Farma et

al., 2023).

4.6 Analisis Energy Disversive X-Ray

Analisis Energy Disversive X-Ray bertujuan untuk mengetahui unsur

kimia yang terdapat pada elektroda karbon serat mahkota dewa. Hasil analisis

energi dispersif sinar-X pada sampel SMD-00, SMD-05 dan SMD-10

menghasilkan data berupa persentase kandungan unsur penyusun pada elektroda

karbon SMD. Elektroda karbon SMD memiliki persentase kandungan unsur kimia

46
seperti karbon (C), Oksigen (O2), Magnesium (Mg), Silika (Si), Kalium (K),

Kalsium (Ca), Klorin (Cl), Natrium (Sk), dan Sulfur (S).

Tabel 4.3 dan Gambar 4.7 menunjukkan persentase unsur penyusun dari

sampel SMD-00, SMD-05 dan SMD-10 yang disintesis, secara umum pada setiap

sampel terdiri atas kandungan karbon. Pada sampel SMD-05 memiliki kandungan

karbon lebih tinggi dengan nilai persentase atom sebesar 98,64 % yang

disebabkan oleh penambahan CNT 5%, dimana CNT memiliki unsur penyusun

karbon dengan kadar yang tinggi. Peningkatan persentase CNT secara berlebihan

diatas 5% menyebabkan oksigen tidak tereduksi sepenuhnya (Portet et al., 2005),

sehingga SMD-10 memiliki kandungan unsur oksigen. Elektroda karbon yang

memiliki unsur kabon tertinggi mengindikasikan bahwa elektroda karbon

memiliki kemurnian yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja sel

superkapasitor (Yuli et al., 2021).

Tabel 4.3 Kuantitas unsur penyusun elektroda karbon serat mahkota dewa
Sampel
SMD-00 SMD-05 SMD-10
Unsur (%)
Massa Atom Massa Atom Massa Atom
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Karbon 88,53 93,15 95,63 98,64 90,12 94,05
Oksigen 6,43 5,08 - - 5,99 4,69
Magnesium 0,28 0,14 - - - -
Silika 0,30 0,13 - - - -
Klorin 0,25 0,09 - - 0,57 0,20
Kalium 2,27 0,73 1,88 0,59 1,73 0,55
Kalsium 1,39 0,44 2,49 0,77 3,690 0,50
Natrium 0,12 0,06 - - - -
Sulfur 0,45 0,18 - - - -

Unsur kalium pada elektroda SMD disebabkan oleh penggunaan aktivator

KOH pada saat proses aktivasi kimia (Moshinsky, 1959). Unsur silika merupakan

unsur hara makro pada biomassa SMD yang memainkan peran penting dalam

47
proses fotosintesis yang tidak terurai secara menyeluruh selama proses pirolisis

(Kaushal et al., 2018). Zat mineral kalsium, klorin dan sulfur pada kerangka kisi

karbon disebabkan oleh komposisi mineral dari biomassa SMD yang tidak terurai

pada saat proses sintesis suhu rendah (Abegunde et al., 2021). Unsur natrium dan

magnesium merupakan kandungan alami dari biomassa serat buah mahkota dewa

(Hendra et al., 2011) yang tidak terurai sempurna selama proses karbonisasi dan

aktivasi fisika unsur tersebut dapat diabaikan keberadaannya karena memiliki

pesentase atom kecil. Hasil yang didapatkan bersesuaian dengan pengujian X-Ray

Diffraction dimana terdapatnya unsur silika.

Intensitas (a.u)

Energi (keV)

Intesnitas (a.u)

Energi (keV)

48
Intensitas (a.u)

Energi (keV)

Gambar 4.7 Kurva hasil EDX (a) SMD-00 (b) SMD-05 (c) SMD-10
4.7 Analisis Cylic Voltametry

Analisis cylic voltammetry bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai

kapasitansi spesifik elektroda karbon sel superkapasitor dari biomassa serat

mahkota dewa. Cylic Voltammetry menunjukkan hubungan antara rapat arus dan

tegangan dengan laju pemindaian 1 mV/s, 2 mV/s, 5 mV/s, dan 10 mV/s.

Gambar 4.8 Kurva cvlic voltammetry dengan laju pemindaian 1 mV/s untuk
variasi penambahan nanotube SMD

49
Hasil pengukuran cylic voltammetry untuk sampel SMD-00, SMD-05, dan

SMD-10 dapat dilihat pada Gambar 4.8 menunjukkan kurva charge-discharge

memiliki bentuk kuasi persegi panjang yang menunjukkan perilaku ideal dari

superkapasitor tipe EDLC (Zhang et al., 2021). Menurut (Armynah, 2019), luas

kurva CV tergantung pada arus charge-discharge yang diberikan, dimana semakin

besar arus charge-discharge, maka semakin lebar bentuk kurva yang dihasilkan.

Hal ini terjadi karena adanya perbedaan arus pada saat proses pengisian dan

pengosongan yang disebabkan oleh muatan ion-ion. Sampel SMD-05 memiliki

luas kurva terbesar dengan nilai kapasitansi spesifik sebesar 408,44 F/g sedangkan

kurva charge-discharge dengan luas terkecil pada sampel SMD-00 dengan nilai

kapasitansi spesifik sebesar 256,825 F/g. Nilai kapasitansi spesifik untuk masing-

masing sampel pada laju pemindaian 1 mV/s dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nilai Kapasitansi Spesifik, Rapat daya, dan Energi masing- masing
sampel pada laju pemindaian 1mV/s
Kode Ic Id Csp P E
Sampel (A) (A) (F/g) (W/kg) (Wh/kg)
SMD-00 0,000995 -0,00003 256,82 128,54 35,670
SMD-05 0,000543 -0,00048 408,44 204,42 56,727
SMD-10 0,000475 -0,00041 354,04 177,19 49,172

Berdasarkan Tabel 4.4 nilai kapasitansi spesifik tertinggi dimiliki oleh

sampel SMD-05, hal ini dikarenakan penambahan nanotube 5% dapat

menghasillkan penyusutan densitas tertinggi dimana dengan tingginya tingkat

penyusutan dapat meningkatkan porositas dan menghasilkan pori-pori baru. Nilai

Lc yang rendah pada analisa XRD menghasilkan luas permukaan yang besar.

Morfologi permukaan yang kaya struktur nanofiber sehingga dapat meningkatkan

luas permukaan dan nilai kapasitansi spesifik yang tinggi pada elektroda

superkapasitor. Tingginya kadar karbon sebesar 98,64% dapat meningkatkan

50
konduktivitas listrik pada material sel superkapasitor (Zakir et al., 2019). Fitur-

fitur ini yang menjadikan SMD-05 sebagai elektroda superkapasitor yang

menjanjikan.

Gambar 4.9 (a,b,c) menunjukkan kurva cylic voltammetry dari sampel

SMD dengan variasi laju pemindaian yaitu 1 mVs, 2 mVs-1, 5 mVs-1 dan 10 mVs-
1
. Variasi laju pemindaian bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju pemindaian

terhadap nilai kapasitansi spesifik yang dihasilkan dan bentuk kurva CV pada

elektroda karbon SMD. Semua sampel mempertahankan bentuk kuasi tanpa

deformasi yang berbeda bahkan pada pemindaian 10 mvs-1, menunjukkan perilaku

ideal dari superkapasitor tipe EDLC, hal ini di karenakan oleh proses difusi dan

transmisi muatan yang sangat baik didalam satruktur pori elektroda SMD (Zhang

et al., 2021). Laju pemindaian dapat mempengaruhi bentuk kurva yang dihasilkan,

dimana semakin besar laju pemindaian maka arus charge-discharge akan semakin

besar. Sebaliknya semakin kecil laju pemindaian maka arus pengisian dan

pengosongan akan semakin kecil dan kurva yang dihasilkan pun semakin kecil

(Zhao et al., 2007).

laju pemindaian yang besar maka kenaikan tegangan yang terjadi cukup

besar dan respon dari arus yang dihasilkan menjadi besar. Sebaliknya saat laju

pemindaian yang diberikan kecil, maka kenaikan tegangan yang terjadi cukup

kecil dan respon dari arus yang dihasilkan menjadi kecil yang menyebabkan kurva

yang terbentuk semakin kecil (Zhao et al., 2007). Berikut laju pemindaian

terhadap nilai kapasitansi spesifik seperti yang terlihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Laju Pemindaian Terhadap Nilai Kapasitansi Spesifik Sel


Superkapasitor
Nilai Kapasitansi Spesifik (F/g)
Laju Pemindaian
SMD-00 SMD-05 SMD-10

51
1 mV/s 256,82 408,44 354,04
2 mV/s 151,63 267,38 224,06
5 mV/s 112,64 186,66 144,57
10 mV/s 96,54 158,43 111,4

Tabel 4.5 menunjukkan nilai kapasitansi spesifik dengan variasi laju

pemindaian. Terlihat pada Tabel 4.5 semakin tinggi laju pemindaian maka nilai

kapasitansi spesifiknya rendah. Laju pemindaian 1 mV/s -1 membutuhkan waktu

1000 detik untuk melakukan proses difusi ion pada elektroda sel superkapasitor,

sedangkan laju pemindaian 10 mV/s-1 membutuhkan waktu 100 detik untuk proses

difusi ion pada elektroda sel superkapasitor. Waktu yang lama saat proses difusi

membuat ion masuk ke dalam pori-pori elektroda secara menyeluruh sehingga

dapat meningkatkan nilai kapasitansi spesifik superkapasitor, sebaliknya jika

waktu singkat saat proses difusi menyebabkan sedikitnya daerah yang dilalui ion

sehingga kapasitansi spesifiknya rendah yang dilalui oleh ion sehingga kapasitansi

spesifiknya rendah (Pourhosseini et al., 2018).

(a)

(b)

52
(c)

Gambar 4.9 Kurva CV dengan variasi laju pemindaian

4.8 Analisis Galvanostatic Charge-Discharge

Analisis Galvanostatic Charge-Discharge digunakan untuk menentukan

nilai kapasitansi spesifik elektroda sel superkapasitor. Kurva Galvanostatic

Charge-Discharge berupa hubungan antara tegangan terhadap waktu seperti yang

terlihat pada Gambar 4.12. Kurva GCD menunjukkan bentuk kuasi segitiga yang

menunjukkan perilaku EDLC dan sampel memiliki karakteristik kapasitif yang

baik (Xu et al., 2021). Kurva GCD tidak benar-benar simetris hal ini dikarenakan

adanya penurunan tegangan yang disebabkan oleh resistansi internal ekuivalen

elektroda (Lv et al., 2021).

53
IR drop IR drop
IR drop

Gambar 4.10 Kurva Galvanostatic Charge-Discharge Elektroda Karbon SMD


Dengan Rapat Arus 1 Ag-1
Sampel SMD-05 memiliki bentuk kurva yang lebih luas jika dibandingkan

sampel SMD-00 dan SMD-10, hal tersebut dikarenakan perbedaan waktu pada

saat proses charge-discharge. Proses Charge-Discharge sangat mempengaruhi

nilai kapasitansi spesifik, dimana jika waktu charge-discharge lebih lama

mengakibatkan jumlah elektron dan ion elektrolit yang lebih banyak berpartisipasi

pada permukaan elektroda. Peningkatan jumlah elektron dan ion elektrolit dapat

meningkatkan nilai kapasitansi spesifik pada superkapasitor (Farma et al., 2022),

Hal ini juga bersesuaian dengan pengukuran Cylic Voltammetry.

Gambar 4.10 menunjukkan waktu charge-discharge pada sampel SMD-05

lebih lama dibandingkan dengan sampel SMD-00 dan SMD-10, hal ini

menunjukkan bahwa sampel SMD-05 memiliki nilai kapasitansi spesifik tertinggi

dibandingkan sampel lainnya. Nilai kapasitansi spesifik yang diperoleh dari SMD-

00, SMD-05 dan SMD-10 masing-masing sebesar 271,2 Fg-1, 361,7 Fg-1, dan

337,6 Fg-1. Adapun nilai IR drop pada masing-masing elektroda karbon sel

superkapasitor SMD dapat dilihat pada Tabel 4.6.

54
Tabel 4.6 Data GCD dari Elektroda SMD
Kode Sampel Csp Psp Esp Rct
(Fg )
-1
(W kg-1) (Wh kg-1) (Ω)
SMD-00 271,2 382 6,13 0,029
SMD-05 361,7 393 14,78 0,013
SMD-10 337,6 392 9,94 0,013

Tabel 4.6 Menunjukkan nilai IR drop masing-masing sampel SMD. IR

drop merupakan penurunan tegangan (V) secara drastis pada saat proses pengisian

dan pengosongan yang terjadi selama beberapa detik. Penurunan IR drop yang

terjadi berhubungan dengan resistansi internal dari elektroaktif yang menimbulkan

adanya hambatan dan hilangnya energi listrik. Resistansi internal ini

menyebabkan kecepatan transfer ion dan elektron dalam elektrolit berlangsung

lambat (Dai et al., 2020). Nilai IR drop tertinggi pada sampel SMD-00 yaitu

sebesar 0.029 sedangkan nilai IR drop terendah pada sampel SMD-05 dan SMD-

10 yaitu sebesar 0,013. Sampel SMD-05 memiliki nilai kapasitansi spesifik

tertinggi dibandingkan sampel lainnya hal ini disebabkan lamanya waktu charge-

discharge dan juga resistansi yang dimiliki kecil sehingga dapat diabaikan dan

tidak mempengaruhi kapasitansi spesifik pada superkapasitor.

(a)

55
(b)

(c)

Gambar 4.11 Kurva GCD dengan Variasi Rapat Arus untuk (a) SMD-00, (b)
SMD-05, dan (c) SMD-10

Gambar 4.11 menunjukkan kurva GCD dengan variasi rapat arus 1 Ag -1.

Variasi rapat arus digunakan untuk mengetahui pengaruh rapat arus terhadap nilai

kapasitansi spesifik. Rapat arus mempengaruhi bentuk kurva dan nilai kapasitansi

spesifik, dimana jika rapat arus rendah maka akan menghasilkan kurva yang lebih

lebar dan tinggi, hal tersebut dikarenakan semakin lebar dasar kurva maka

semakin tinggi jumlah elektron dan ion elektrolit yang berpartisipasi dalam proses

pengisian dan pengosongan, sedangkan rapat arus yang besar maka akan

menghasilkan kurva yang sempit, hal tersebut dikarenakan semakin sedikitnya

56
elektron dan ion yang berpartisipasi dalam proses pengisian dan pengosongan

(Farma et al., 2013).

Gambar 4.12 Nilai Kapasitansi Spesifik dengan Variasi Rapat Arus

Gambar 4.12 menunjukkan nilai kapasitansi spesifik dengan variasi rapat

arus. Nilai kapasitansi spesifik menurun seiring dengan kenaikan rapat arus. Saat

diberikan rapat arus yang rendah, maka pergerakan-pergerakan ion-ion akan lebih

lambat, sehingga adsorpsi ion-ion pada permukaan elektroda karbon berjumlah

lebih banyak yang berhubungan dengan peningkatan kapasitansi spesifik,

sebaliknya jika rapat arus yang diberikan tinggi maka ion-ion elektrolit akan

melakukan pergerakan cepat kedalam pori-pori sehingga mengakibatkan nilai

kapasitansi spesifik menurun (Priyaa et al., 2019).

57
Gambar 4.13 Plot Ragone sel superkapasitor

Gambar 4.15 menunjukkan plot ragone hubungan antara rapat daya dan

rapat energi pada sampel SMD. Sampel SMD-05 memiliki rapat daya dan rapat

energi yang lebih tinggi jika dibandingkan sampel SMD-00 dan SMD-10 seperti

yang terlihat pada Tabel 4.6, hal ini dikarenakan penambahan dan CNT secara

optimal mampu menghasilkan kinerja elektroda sel superkapasitor yang lebih baik

jika dibandingkan sampel SMD-00 dan SMD-10.

Tabel 4.5 Perbandingan nilai kapasitansi spesifik dari beberapa biomassa


Biomassa Struktur Morfologi Csp (F/g) Referensi
Tandan Kosong Kelapa Pori hirarkis 149 ( Dolah et al., 2014
Sawit
Serbuk Gergaji kayu Nanofiber 157,07 Zhang et al., 2021
karet
Tandan Kosong kelapa Pori hirarkis 128,77 Basri et al., 2013
sawit
Serat Mahkota Dewa Nanofiber 408,44 Penelitian sekarang

Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan beberapa nilai kapasitansi spesifik dari

beberapa biomassa yang menggunakan aktivator KOH dan CNT. Biomassa serat

mahkota dewa pada Tabel 4.5 berpotensi untuk dijadikan elektroda karbon aktif

58
hal ini dikarenakan memiliki nilai kapasitansi spesifik tertinggi jika dibandingkan

penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB V

59
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian pembuatan elektroda

karbon yang berasal dari serat buah mahkota dewa (phaleria macrocarpa) dengan

penambahan nanotube untuk peningkatan kinerja sel superkapasitor maka dapat

ditarik kesimpulannya sebagai berikut:

1. Material karbon dengan struktur nanofiber berbasis biomassa serat buah

mahkota dewa dengan penambahan nanotube telah berhasil diterapkan pada

sel superkapasitor dengan performa yang tinggi.

2. Karakterisasi sifat fisis elektroda karbon menggunakan analisis FTIR

menunjukkan bahwa elektroda karbon SMD mengandung gugus fungsi C-H,

C≡C C=O, dan C-O, analisis XRD menunjukkan elektroda karbon SMD

memiliki dua puncak landai pada sudut 2θ disekitar sudut 24º-25º pada

bidang hamburan 002 dan sudut 44º-45º pada bidang hamburan 100 yang

menunjukkan bahwa elektroda karbon dapat bersifat semikristalin, analisis

SEM menunjukkan penambahan nanotube menyebabkan terbentuknya

struktur morfologi nanofiber, analisis EDX menunjukkan bahwa unsur

dengan persentase atom tertinggi dimiliki oleh karbon sebesar 98,64%.

3. Penambahan nanotube 5% dapat menyebabkan peningkatan sifat fisis

elektroda karbon dan peningkatan sifat elektrokimia sel superkapasitor dari

biomassa serat buah mahkota dewa, akan tetapi peningkatan nanotube diatas

5% dapat menyebabkan penurunan sifat fisis elektroda karbon sehingga

menurunkan kinerja elektrokimia sel superkapasitor. Karakterisasi sifat

elektrokimia sel superkapasitor menggunakan CV dan GCD menghasilkan

60
nilai kapasitansi spesifik tertinggi pada sampel SMD-05 sebesar 408,44 Fg -1

dan 361,7 Fg-1.

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhatikan hal-hal berikut

untuk menyempurnakan pembuatan elektroda karbon sel superkapasitor :

1. Menambahkan nanomaterial lain seperti graphene dan doping heteroatom

untuk lebih meningkatkan kinerja sel superkapasitor.

2. Sifat fisis elektroda karbon yang disajikan harus lebih detail dengan

melakukan penambahan karakterisasi BET, TEM, dan XPS.

3. Sifat elektrokimia sel superkapasitor yang disajikan harus lebih detail dengan

melakukan penambahan karakterisasi EIS.

DAFTAR PUSTAKA

61
Abegunde, T.O. et al. (2021) „Nutritive Value and Preference of Guinea-Grass
Ensiled with or without Additive by West African Dwarf (WAD) Goats‟,
Tropical Animal Science Journal, 44(2), pp. 173–182.
Altaf, R. et al. (2013) ‘Phytochemistry and medicinal properties of Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts’, Pharmacognosy Reviews, 7(13), pp.
73–80. Available at: https://doi.org/10.4103/0973-7847.112853.
Apriyani, I. dan Farma, R. 2021. Pembuatan Elektroda Karbon Aktif dari Tandan
Kosong Buah Aren dengan Variasi Suhu Karbonisasi. Komunikasi Fisika
Indonesia 18 (1) : 58-63
Armynah, B. (2019) ‘Effect of Temperature on Physical and Electrochemical
Properties of the Monolithic Carbon-Based Bamboo Leaf to Enhanced
Surface Area and Specific Capacitance of the Supercapacitor’,
International Journal of Electrochemical Science, 14, pp. 7076–7087.
Available at: https://doi.org/10.20964/2019.08.59.
Aziz, Hermansyah, Tetra, O. N., Alif, A., Syukri, S., & Perdana, Y. A. (2017).
Performance Karbon Aktif dari Limbah Cangkang Kelapa Sawit sebagai
Bahan Elektroda Superkapasitor. Jurnal Zarah, 5(2),
Azizi, I., & Radjeai, H. (2018). A New Strategy for Battery and Supercapacitor
Energy Management for An Urban Electric Vehicle. Electrical
Engineering, 100(2), 667–676.
Azwar, E. et al. (2018) ‘Transformation of biomass into carbon nanofiber for
supercapacitor application – A review’, International Journal of Hydrogen
Energy,43(45),pp.20811–20821.Availableat:
https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2018.09.111
Bashir, Sajid & Liu, Jingbo (2015). Advanced Nanomaterials and Their
Application in Renewable Energy.Nanocharacterization. Elsevier Inc.
Basri, N.H. et al. (2013b) ‘Supercapacitors using binderless composite monolith
electrodes from carbon nanotubes and pre-carbonized biomass residues’,
Biomass and Bioenergy, 59, pp. 370–379. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2013.08.035.
Chiu, Yi-Han and Lin, Lu-Yin. 2019. Effect of activated agents for producing
activated carbon using a facile one-step synthesis with waste coffee
grounds for symmetric supercapacitor. Journal of the taiwan institute of
chemical engineers. (101) 177-185.
Cullity, B.D. 2001. Elements of X-Rays Diffraction. Amazon: Prentice Hall.
Dai, P. et al. (2020) ‘Cotton fabrics-derived flexible nitrogen-doped activated
carbon cloth for high-performance supercapacitors in organic electrolyte’,
Electrochimica Acta, 354, p. 136717. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.electacta.2020.136717.
De, S., Acharya, S., Sahoo, S., & Chandra Nayak, G. (2020). Present status of
biomass-derived carbon-based Composites For supercapacitor application.

62
In Nanostructured, Functional, and Flexible Materials For Energy
Conversion and Storage Systems. Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/b978-0-12-819552-9.00012-9.
De, B., Banarjee, S., Pal, T., Verma, K. D., Tyagi, A., Manna, P.K., & Kar, K.K.
(2020). Transition metal oxide-/carbon-/ electronically conducting
polymer-based ternary composites as electrode materials for
supercapacitors. In Springer Series In Materials Science (Vol. 302).
https://doi.org/10.1007/978-3-030-52359-6_15.
Deraman, M., omar, R., Harun, A.G., Ismail, M.P., 1998. Young’s modulus Of
Carbon From Self-Adhesive Carbon Grain Of oil Palm Bunches. Journal
Of Material Science Letter 17: 2059-2060.
Dery, B. and Zaixiang, L. (2021) ‘Scanning Electron Microscopy (SEM) as an
Effective Tool for Determining the Morphology and Mechanism of Action
of Functional Ingredients’, Food Reviews International, 00(00), pp. 1–20.
Available at: https://doi.org/10.1080/87559129.2021.1939368.
Dolah, B.N.M. et al. (2014) ‘A method to produce binderless supercapacitor
electrode monoliths from biomass carbon and carbon nanotubes’,
Materials Research Bulletin, 60, pp. 10–19. Avaliable
at:https://doi.org/10.1016/jmaterresbull.
Erabee, I.K. et al. (2017) ‘A new activated carbon prepared from sago palm bark
through physiochemical activated process with zinc chloride’,
Engineering Journal, 21(5), pp. 1–14. Available at:
https://doi.org/10.4186/ej.2017.21.5.1.
Epp, J. (2016) X-Ray Diffraction (XRD) Techniques for Materials
Characterization, Materials Characterization Using Nondestructive
Evaluation (NDE) Methods. Elsevier Ltd. Available at:
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-100040-3.00004-3.
Erabee, I.K. et al. (2017) ‘A new activated carbon prepared from sago palm bark
through physiochemical activated process with zinc chloride’,
Engineering Journal, 21(5), pp. 1–14. Available at:
https://doi.org/10.4186/ej.2017.21.5.1.
Faraji, S., & Ani, F. N. (2015). The development supercapacitor from activated
carbon by electroless plating A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 42 (November), 823-834. https://doi.10.1016/j.rser.2014.10.068.
Farma, R. 2020. Elektroda Karbon Sel Superkapasitor Berbasis Biomassa Daun
Kelapa Sawit. UR Press Pekanbaru.
Farma, R., Anakis, R. P., & apriyani, I. (2021). Activated Carbon (AC) prepared
by direct CO2 activation of parsea americana seeds biomass for
supercapacitor electrodes. Journal of Physics: Conference Series, 2049(1).
https:// doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012067.
Farma, R., Lestari, A.N.I. and Apriyani, I. (2021) ‘Supercapacitor cell electrodes
derived from Nipah Fruticans fruit coir biomass for energy storage
applications using acidic and basic electrolytes’, Journal of Physics:

63
Conference Series, 2049(1), pp. 0–8. Available at:
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012043.
Farma, R. et al. (2013) ‘Preparation of highly porous binderless activated carbon
electrodes from fibres of oil palm empty fruit bunches for application in
supercapacitors’, Bioresource Technology, 132, pp. 254–261. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2013.01.044.
Farma, R. et al. (2021) ‘Fabrication of carbon electrodes from sago midrib
biomass with chemical variation for supercapacitor cell application’,
Journal of Physics: Conference Series, 2049(1), pp. 0–10. Available at:
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012054.
Farma, R. et al. (2022) ‘Hemicellulosa-derived Arenga pinnata bunches as free-
standing carbon nanofiber membranes for electrode material
supercapacitors’, Scientific Reports, 12(1), pp. 1–11. Available at:
https://doi.org/10.1038/s41598-022-06619-4.
Farma, R., Indriani, A. and Apriyani, I. (2023) ‘Hierarchical-nanofiber structure
of biomass-derived carbon framework with direct CO2 activation for
symmetrical supercapacitor electrodes’, Journal of Materials Science:
Materials in Electronics, 34(2). Available at:
https://doi.org/10.1007/s10854-022-09446-5.
Farma, R. and Tondang, O.L. (2019) ‘Analisis Sifat Fisis Karbon Aktif Dari
Biomassa Daun Kelapa Sawit Dengan Variasi Konsentrasi Aktivator KOH
Berbantuan Iradiasi Gelombang Mikro’, Prosiding Seminar Nasional
Fisika Universitas Riau IV, (September), pp. 978–979.
Farma, R., Siagian, W. F., Taer, E., & Awitdrus. (2020). Preparation And
Characterization Activated Carbon Based On Mesocarp Of Bintaro Fruit
As Electrode Materials Supercapacitor Cell Application. Journal Of
Physics: Conference Series, 1655(1).
Fatimah, N. F dan Utami, B. 2017. Sintesis dan Analisis Spektra IR, Difraktogram
XRD, SEM pada Material Katalis Berbahan Ni/ Zeolit Alam Teraktivasi
dengan Metode Impregnasi. Journal Cis-Trans 1 (1) : 35-39.
Feng, P. et al. (2020) ‘Biomass-based activated carbon and activators: Preparation
of activated carbon from corncob by chemical activation with biomass
pyrolysis liquids’, ACS Omega, 5(37), pp. 24064–24072. Available at:
https://doi.org/10.1021/acsomega.0c03494.
Fiana, N. and Oktaria, D. (2016) ‘Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging
Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ) terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah’, Majority, 5(4), pp. 128–132.
Habibah, M. D. (2016). Variasi Holding Time Suhu Aktivasi Karbon Aktif dari
Tempurung Kluwak (Pangium edule) sebagai Elektroda pada
Superkapasitor. Inovasi Fisika Indonesia, 5(1).
https://doi.org/10.26740/ifi.v5n1.p%25p.
Hardi, A. D., Joni, R., Syukri, S., & Aziz, H. (2020). Pembuatan Karbon Aktif
dari Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Elektroda Superkapasitor.

64
Jurnal Fisika Unand, 9(4), 479–486. https://doi.org/10.25077/jfu.9.4.479-
486.2020.
Hendra, R. et al. (2011) ‘Flavonoid analyses and antimicrobial activity of various
parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl fruit’, International Journal
of Molecular Sciences, 12(6), pp. 3422–3431. Available at:
https://doi.org/10.3390/ijms12063422.

Inagaki, M., Konno, H. and Tanaike, O. 2010. Carbon materials for


Electrochemical Capacitors. J. Power Sources, 195, 7880-7903.

I, I.G. Inal., S, M. Holmes., A, Banford., Z, Aktas. 2015. The performance of


supercapacitor electrodes developed from chemically activated carbon
produced from waste tea. Applied Surface Science. 357 : 696–703.
Iro, Z.S., Subramani, C. and Dash, S.S. (2016) ‘A brief review on electrode
materials for supercapacitor’, International Journal of Electrochemical
Science, 11(12), pp. 10628–10643. Available at:
https://doi.org/10.20964/2016.12.50.

Ji, Y., Xie, J., Wu, J., Yang, Y., Zhu, Fu, X., Sun, R., and Wong, C. 2018.
Hierarchical Nanothorns MnCo2O4 Growns on Porous/ Dense Ni Bi-
Layers Coated Cu wire Current Collectors for High Performance Flexible
Solid-State Fiber Supercapacitors. Journal of Power Sources. 293: 54-61.

Kanjana, K. et al. (2021) ‘Biomass-derived activated carbons with extremely


narrow pore size distribution via eco-friendly synthesis for supercapacitor
application’, Biomass and Bioenergy, 153(May), p. 106206. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2021.106206.
Kaushal, P. et al. (2018) „Ploidy dependent expression of apomixis and its
components in guinea grass (Panicum maximum Jacq.)‟, Euphytica,
214(9), p. 10681

Kumar, k., Saxena, R. K., Kothari, R. D., Suri, K., Kaushik, N.K and Bohra, J. N.
1997. Corelation Between Adsorption and X-Ray Diffraction Studies on
Viscose Rayon Based Activated Carbon Cloth. Carbon 35. 12: 1842-1844.

Kumar, M. et al. (2019) ‘Thermal degradation kinetics of sugarcane leaves


(Saccharum officinarum L) using thermo-gravimetric and differential
scanning calorimetric studies’, Bioresource Technology, 279, pp. 262–270.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.biortech.2019.01.137.

Kurniawan, P., Taer, E., Malik, U., dan Taslim, R. 2018. Pengaruh Konsentrasi
KOH Terhadap Sifat Fisis dan Elektrokimia Elektroda Karbon dari
Limbah Kulit Durian sebagai Sel Superkapasitor. Komunikasi Fisika
Indonesia 15 (1) :62

Lempang, M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Info Teknis EBONI
11 (2) :65- 80

65
Lestari, A.N.I. et al. (2020) ‘Fabrikasi Dan Karakterisasi Elektroda Karbon Dari
Biomassa Serabut Buah Nipah Dengan Variasi Konsentrasi Aktivator
Koh’, Komunikasi Fisika Indonesia, 17(3), p. 127. Available at:
https://doi.org/10.31258/jkfi.17.3.127-133.
Licht, F., Davis, M. A., & Andreas, H. A. (2020). Charge Redistribution And
Electrode History Impact Galvanostatic Charging/Discharging And
Associated Figures Of Merit. Journal Of Power Sources, 446(July
2019),227354.
Liu, S. et al. (2020) ‘Fabrication and characterization of polylactic
acid/polycaprolactone composite macroporous micro-nanofiber scaffolds
by phase separation’, New Journal of Chemistry, 44(40), pp. 17382–
17390. Available at: https://doi.org/10.1039/d0nj03176c.
Marsh, H., and Rodríguez-Reinoso, F. 2006. Activation Processes (Chemical).
Activated Carbon. 1-44.
Mazlan, M.A.F. et al. (2016) ‘Activated Carbon from Rubber Wood Sawdust by
Carbon Dioxide Activation’, Procedia Engineering, 148, pp. 530–537.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.549.
Mirzaeian, M., Abbas, Q., Ogwu, A., hall, P., Goldin, M., Mirzaeian, M. and
Jirandehi, H. F. 2017. Electrode and Electrolyte Materials for
Electrochemical Capacitors. International Journal of Hydrogen Energy
42 : 25565-25587.
Mohamed, M. A., Jaafar, J., Ismail, A. F., Othman, M. H. D., & Rahman, M. A.
(2017). Fourier Transform Infrared (Ftir) Spectroscopy. In Membrane
Characterization. Elsevier B.V.
Mohammed, A. and Abdullah, A. (2018) ‘Scanning Electron Microscopy (Sem): a
Review’, Proceedings of 2018 Internacional Conference on Hydraulics
and Pneumatics - HERVEX, pp. 77–85.
Ones, D. A. E. J. (1978). Fourier Transform Infrared Spectra. Fourier Transform
Infrared Spectra.
Ong, L. K., Kurniawan, A., Suwandi, A. C., Lin, C. X., Zhao, X. S., & Ismadji, S.
(2012). A Facile And Green Preparation Of Durian Shell-Derived Carbon
78 Electrodes For Electrochemical Double-Layer Capacitors. Progress In
Natural Science: Materials International, 22(6), 624–630.
Pal, B., Yang, S., Ramesh, S., Thangadurai, V., & Jose, R. 2019. Electrolyte
Selection for supercapacitive devices: A critical review. Nanoscale
Advances. 1(10), 3807-3835.
Portet, C. et al. (2005) ‘Influence of carbon nanotubes addition on carbon-carbon
supercapacitor performances in organic electrolyte’, Journal of Power
Sources, 139(1–2), pp. 371–378. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jpowsour.2004.07.015.
Pourhosseini, S.E.M. et al. (2018) ‘Synthesis of a Novel Interconnected 3D Pore
Network Algal Biochar Constituting Iron Nanoparticles Derived from a
Harmful Marine Biomass as High-Performance Asymmetric

66
Supercapacitor Electrodes’, ACS Sustainable Chemistry and Engineering,
6(4), pp. 4746–4758. Available at:
https://doi.org/10.1021/acssuschemeng.7b03871
Ramalingam, R.S. et al. (2018) „Novel Method to Prepare Activated Carbon
Nanomaterials from Defunct Novel Method to Prepare Activated Carbon
Nanomaterials from Defunct Leaves‟, American Journal of Chemistry and
Materials Science, 6(1), pp. 1–6.
Raza, W., Ali, F., Raza, N., Luo, Y., Kim, K., Yuang, J., Kumar, s., Mehmood, A.
and Kwon, E. E. 2018. Recent Advancements in Supercapacitor
Technology. Nano Energy 52 : 441-473.
Razavi, M. et al. (2020) „Biodegradable Magnesium Bone Implants Coated with a
Novel Bioceramic Nanocomposite‟, pp. 1–15.
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian 9 (2) : 196-202.
Riadi, S. 2010. Fabrikasi dan Karakterisasi Nanopartikel Platinum pada Elektroda
Karbon dari Bahan Serbuk Kayu Karet sebagai Bahan Sel Superkapasitor.
Skripsi Jurusa Fisika FMIPA, Universitas Riau. Pekanbaru.
Rohmah, B. A., Mustakim, F., Ramadhany, F., & Masitoh, H. (2022). Review
Nanopartikel Logam/Logam Oksida- Terkomposisi Karbon Berpori via
Sintesis Hidrotermal untuk Superkapasitor Performa Tinggi. June, 0–6.

Rohmawati, L., Intifadhah, S. H., Setyarsih, W., and Tukiran. 2019. Specific
Capacitance of Composite Electrode Activated Carbon/rGO of Coconut
Shell (Cocos Nucifera) as Supercapasitor Electrode. Journal of Physics:
Conference Series. 1171: 1-9.
Sahin, M. E., Blaabjerg, F., & Sangwongwanich, A. (2022). A Comprehensive
Review on Supercapacitor Applications and Developments. Energies,
15(3), 1–26. https://doi.org/10.3390/en15030674

Sania, G. et al. (2022) ‘Pemanfaatan karbon aktif dari ampas biji kopi
robusta yang diaktivasi menggunakan kalium hidroksida ( KOH
) sebagai bahan dasar elektroda superkapasitor Utilization of
activated carbon from used robusta coffee ground activated
using potassium hydroxide (’, J. Aceh Phy. Soc, 11(1), pp. 24–
32. Available at: https://doi.org/10.24815/jacps.v11i1.22190.

Scimeca, M., Bischetti, S., Lamsira, H. K., Bonfiglio, R., & Bonanno, E. (2018).
Energy Dispersive X-Ray (Edx) Microanalysis: A Powerful Tool In
Biomedical Research And Diagnosis. European Journal Of
Histochemistry: Ejh, 62(1).

Setiabudi et al. (2012). Karakterisasi Material; Prinsip dan Aplikasinya dalam


Penelitian Kimia. Buku Karakterisasi Material. UPI PRESS.
Solís-Cortés, D. et al. (2020) ‘A solid-state integrated photo-supercapacitor based

67
on ZnO nanorod arrays decorated with Ag2S quantum dots as the
photoanode and a PEDOT charge storage counter-electrode’, RSC
Advances, 10(10), pp. 5712–5721. Available at:
https://doi.org/10.1039/c9ra10635a.
Stepanus, S., Kahar, N. Y., & Qamaruzzaman, Q. (2018). Karakterisasi
Superkapasitor Melalui Scanning Electron Microscope dan Fourier
Transform Infrared Spectroscopy. Prosiding Seminar Nasional Renewable
and Smart Energy Systems 155-163.
Sulistyani, M. et al. (2021) ‘Method Validation on Functional Groups Analysis of
Geopolymer with Polyvinyl Chloride ( PVC ) as Additive Using Fourier
Transform Infrared ( FT-IR )’, Indonesian Journal of Chemical Science,
10(3), pp. 198–205.
Susana, H. dan astuti. 2016. Pengaruh Konsentrasi LiOH Terhadap Sifat Listrik
Anoda Baterai Litium Berbasis Karbon Aktif Tempurung Kemiri. Jurnal
Fisika Unand 5 (2) : 136-141.
Taer, E., Ira, A., sugianto, S., & Taslim, R. (2016). Pengaruh Jenis Aktivator
Kimia Terhadap Densitas Dan kapasitansi Spesifik Elektroda Karbon
Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Karet. V, SNF2016-MPS-79-SNF2016-
MPS-84. https://doi.org/10.21009/0305020215.
Taer, E., Sumantre, M. A., Taslim, R., Dahlan, D., & Deraman, M. 2014. Eggs
shell membrane as natural separator for supercapacitor applications. In
Advanced Materials Research (Vol. 896, pp. 66-69). Trans Tech
Publications Ltd.
Tao, L. et al. (2015) ‘Supercapacitor electrode with a homogeneously Co3O4-
coated multiwalled carbon nanotube for a high capacitance’, Nanoscale
Research Letters, 10(1), pp. 2–8.
Tumimomor, F.R. and Palilingan, S.C. (2018) ‘Pemanfaatan karbon aktif dari
sabut kelapa sebagai elektroda superkapasitor’, Fullerene Journal of
Chemistry, 3(1), p. 13. Available at: https://doi.org/10.37033/fjc.v3i1.29.
Wang, K., Zhao, N., Lei, S., Yan, R., Tian, X., Wang, J., Song, Y., Xu, D., Guo,
Q., & Liu, L. (2015). Promising Biomass-Based Activated Carbons
Derived from Willow Catkins for High Performance Supercapacitors.
Electrochimica Acta, 166, 1–11.
https://doi.org/10.1016/j.electacta.2015.03.048.
Wang, Y., Qu, Q., Gao, S., Tang, G., Liu, K., He, S., & Huang, C. 2019. Biomass
derived carbon as binder-free electrode materials for suoercapacitors.
Carbon, 155, 706-726.
W, Gu., G, Yushin. 2013. Review of nanostructured carbon materials for
electrochemical capacitor applications: advantages and limitations of
activated carbon, carbide- derived carbon, zeolite-templated carbon,
carbon aerogels, carbon nanotubes, onion-like carbon, and grapheme.
WIRE Energy Environ. 3 : 424–473.
Widagdo, E.A., Pardoyo, P. and Subagio, A. (2008) ‘Pemanfaatan Carbon

68
Nanotube dan Karbon Aktif sebagai Elektroda Model Desalinasi’, Jurnal
Kimia Sains dan Aplikasi, 11(3), pp. 90–95. Available at :
https://doi.org/10.14710/jksa.11.3.90-95.
Xi, Lin Wu and An, Wu Xu. 2014. Carbonaceous hydrogels and aerogels for
supercapacitors. Journal of Materials Chemistry A. 2 : 4852–4864.
Yan, M. et al. (2016) ‘Construction of a Hierarchical NiCo2S4@PPy Core-Shell
Heterostructure Nanotube Array on Ni Foam for a High-Performance
Asymmetric Supercapacitor’, ACS Applied Materials and Interfaces,
8(37), pp. 24525–24535. Available at:
https://doi.org/10.1021/acsami.6b05618.
Yakaboylu, G.A. et al. (2021) ‘Engineered hierarchical porous carbons for
supercapacitor applications through chemical pretreatment and activation
of biomass precursors’, Renewable Energy, 163, pp. 276–287. Available
at: https://doi.org/10.1016/j.renene.2020.08.092.
Yetri, Y., Mursida, Dahlan, D., Taer, E., Agustino, and Muldarisnur. 2020.
Identification of Cacao Peels Potential as a Basic of Electrodes
Environmental Friendly Supercapacitors. Key Engineering Materials 846 :
274-281.
Yuli, Y., Eka, S., Rakiman, and Yazmendra, R. 2021. Biomass Waste of Cocoa
Skin For Basic Activated carbon As Source Of Eco-Friendly Energy
Storage. Journal Of Physis : Conference Series 1788 :1-7
Zeng, L., Wu, T., Ye, T., Mo, T., Qiao, R., & Feng, G. (2021). Modeling
galvanostatik charge-discharge of nanoporous supercapacitors. Nature
Computational Science, I (11),725-731.https://doi.org/10.1038/s43588-
021-00153-5.
Zhang, Y., Ghaly, A.E. and Li, B. (2012) ‘Physical properties of corn residues’,
American Journal of Biochemistry and Biotechnology, 8(2), pp. 44–53.
Available at: https://doi.org/10.3844/ajbbsp.2012.44.53.
Zhang, Y. et al. (2021) ‘Multi-walled carbon nanotubes/carbon foam
nanocomposites derived from biomass for CO2 capture and supercapacitor
applications’, Fuel, 305(July),p.121622. Available at :
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2021.121622.
Zhao, J., Lai., Dai, Y., and Xie, J. 2007. Pore Structure Control of Mesoporous
Carbon as Supercapacitor Material. Material letters 61 : 4639-4642.
Zheng, Q. et al. (2015) ‘Cellulose nanofibril/reduced graphene oxide/carbon
nanotube hybrid aerogels for highly flexible and all-solid-state
supercapacitors’, ACS Applied Materials and Interfaces, 7(5), pp. 3263–
3271. Available at: https://doi.org/10.1021/am507999s.
Zhong, C., Deng, Y., Hu, W., Qiao, J., Zhang, L., & Zhang, J. (2015). A Review
Of Electrolyte Materials And Compositions For Electrochemical
Supercapacitors. Chemical Society Reviews, 44(21), 7484–7539.

RIWAYAT HIDUP

69
Penulis bernama lengkap Yunia Rahmadhani merupakan

anak ketiga dari pasangan Riswandi Riswan dan Ermawati.

Penulis dilahirkan di Kota Pekanbaru pada tanggal 18

Desember 2000. Tahun 2013 Penulis menyelesaikan

pendidikan pertama Sekolah Dasar di SDN 02 Tualang

Perawang.

Tahun 2016 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Negeri di SMPN 3 Tualang Perawang dan kemudian pada tahun 2019 penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tualang

Perawang.

Penulis diterima di Universitas Riau sebagai mahasiswa Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur PBUD (Pemilihan

Bibit Unggul Daerah) pada tahun 2019. Selama kuliah penulis aktif dalam

berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai Staf Ahli Kesekretariatan Aliansi

Keluarga Mahasiswa Islam (ALKAMIL) dan sekretaris Dinas Danus Himpunan

Mahasiswa Fisika (HIMAFI), Pada tahun 2021 penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata Balek Kampung (KUKERTA) di Desa Pinang Sebatang Timur

kecamatan tualang, kabupaten Siak. Penulis melakukan penelitian di

Laboratorium Fisika Material C Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau dengan

judul “Material Karbon Berbasis Serat Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)

Dengan Penambahan Nanotube Untuk Peningkatan Kinerja Sel Superkapasitor”

untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dibawah bimbingan Prof. Dr.

Rakhmawati Farma, M.Si.

70
LAMPIRAN I

PENYUSUTAN MASSA

Tabel 1.1 Data presentase susut massa pra-karbonisasi


No Massa Sebelum Massa Sesudah Penyusutan Penyusutan
(g) (g) (g) (%)
1 30 22,94 7,06 23,53
2 30 21,62 8,38 27,93
3 30 21,88 8,12 27,06
4 30 21,61 8,39 27,96
5 30 21,84 8,16 27,20
6 30 22,81 7,19 23,97
7 30 21,78 8,22 27,40
8 30 21,36 8,64 28,80
9 30 21,83 8,17 27,23
10 30 22,15 7,85 26,17
Rata-rata Penyusutan 8,01 26,72

Perhitungan persentase susut massa pra karbonisasi seperti dibawah ini:

Diketahui : m1 = 30 g

m2 = 22,94 g

Ditanya : % susut massa

Jawab : Susut massa = m1-m2 X 100%


m1
= 30-22,94 X 100%
30
= 23,53

71
LAMPIRAN 2
DATA SUSUT DENSITAS
Tabel 2.1 Data densitas SMD-00 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,70 1,9217 0,2597 0,9608 0,7527 0,9299
2 0,67 1,9153 0,2097 0,9577 0,6038 1,1097
3 0,70 1,9083 0,2700 0,9542 0,7719 0,9069
4 0,71 1,9163 0,2593 0,9582 0,7476 0,9497
5 0,69 1,9130 0,2740 0,9563 0,7871 0,8766
6 0,72 1,9127 0,2513 0,9563 0,7218 0,9975
7 0,70 1,9097 0,2727 0,9548 0,7806 0,8968
8 0,67 1,9230 0,2263 0,9615 0,6570 1,0198
9 0,72 1,9190 0,2833 0,9595 0,8191 0,8791
10 0,68 1,9317 0,2817 0,9658 0,8250 0,8242
11 0,70 1,9227 0,2330 0,9613 0,6761 1,0353
12 0,68 1,9147 0,2710 0,9573 0,7799 0,8719
13 0,72 1,9230 0,2600 0,9615 0,7547 0,9540
14 0,68 1,9113 0,2353 0,9557 0,6749 1,0076
15 0,69 1,9247 0,2837 0,9623 0,8249 0,8365
16 0,73 1,9240 0,2307 0,9620 0,6703 1,0891
17 0,67 1,9210 0,2867 0,9605 0,8304 0,8068
18 0,73 1,9150 0,2947 0,9575 0,8483 0,8606
19 0,67 1,9127 0,2797 0,9563 0,8031 0,8342
20 0,71 1,9217 0,2240 0,9608 0,6493 1,0934

Tabel 2.1 Data densitas SMD-00 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,19 1,4077 0,2323 0,7038 0,3614 0,5257
2 0,15 1,4183 0,2353 0,7092 0,3716 0,4036
3 0,20 1,3817 0,2410 0,6908 0,3612 0,5538
4 0,21 1,4143 0,2250 0,7072 0,3533 0,5944
5 0,21 1,4007 0,2273 0,7003 0,3501 0,5998
6 0,22 1,4127 0,2223 0,7063 0,3483 0,6316
7 0,20 1,4173 0,2303 0,7087 0,3632 0,5506
8 0,19 1,4113 0,2320 0,7057 0,3628 0,5238
9 0,21 1,4153 0,2333 0,7077 0,3669 0,5723
10 0,21 1,4123 0,2263 0,7062 0,3544 0,5926
11 0,23 1,4157 0,2300 0,7078 0,3618 0,6356
12 0,21 1,4330 0,2237 0,7165 0,3605 0,5824
13 0,19 1,4007 0,2210 0,7003 0,3404 0,5582
14 0,22 1,4170 0,2307 0,7085 0,3636 0,6051
15 0,17 1,4130 0,2277 0,7065 0,3568 0,4764
16 0,22 1,4187 0,2210 0,7093 0,3492 0,6301
17 0,23 1,4233 0,2320 0,7117 0,3690 0,6234
18 0,19 1,4120 0,2320 0,7060 0,3631 0,5233

72
19 0,23 1,4333 0,2263 0,7167 0,3650 0,6301
20 0,22 1,4193 0,2247 0,7097 0,3553 0,6192
Tabel 2.1 Data densitas SMD-05 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,73 1,9450 0,2407 0,9725 0,7147 1,0214
2 0,72 1,9330 0,2610 0,9665 0,7656 0,9405
3 0,72 1,9343 0,2600 0,9672 0,7637 0,9428
4 0,74 1,9390 0,2540 0,9695 0,7497 0,9871
5 0,73 1,9350 0,2643 0,9675 0,7769 0,9396
6 0,75 1,9313 0,2760 0,9657 0,8082 0,9280
7 0,74 1,9407 0,2713 0,9703 0,8022 0,9225
8 0,73 1,9420 0,2450 0,9710 0,7253 1,0064
9 0,74 1,9293 0,2643 0,9647 0,7724 0,9581
10 0,75 1,9313 0,2733 0,9657 0,8003 0,9371
11 0,73 1,9390 0,2480 0,9695 0,7319 0,9973
12 0,74 1,9437 0,2680 0,9718 0,7948 0,9311
13 0,75 1,9370 0,2780 0,9685 0,8188 0,9160
14 0,74 1,9443 0,2753 0,9722 0,8171 0,9057
15 0,72 1,9340 0,2620 0,9670 0,7693 0,9359
16 0,71 1,9327 0,2707 0,9663 0,7936 0,8946
17 0,73 1,9383 0,2527 0,9692 0,7452 0,9796
18 0,74 1,9297 0,2600 0,9648 0,7600 0,9737
19 0,73 1,9377 0,2597 0,9688 0,7653 0,9538
20 0,74 1,9463 0,2603 0,9732 0,7742 0,9559

Tabel 2.1 Data densitas SMD-05 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,22 1,4767 0,2517 0,7383 0,4308 0,5107
2 0,19 1,4553 0,2450 0,7277 0,4073 0,4664
3 0,2 1,4467 0,2333 0,7233 0,3833 0,5217
4 0,16 1,4303 0,2427 0,7152 0,3897 0,4105
5 0,21 1,4600 0,2367 0,7300 0,3960 0,5303
6 0,16 1,4390 0,2373 0,7195 0,3858 0,4147
7 0,21 1,4383 0,2290 0,7192 0,3719 0,5647
8 0,19 1,4573 0,2403 0,7287 0,4007 0,4742
9 0,24 1,4690 0,2480 0,7345 0,4201 0,5713
10 0,23 1,4893 0,2447 0,7447 0,4260 0,5399
11 0,18 1,4437 0,2563 0,7218 0,4194 0,4292
12 0,2 1,4560 0,2543 0,7280 0,4232 0,4725
13 0,21 1,4607 0,2437 0,7303 0,4081 0,5146
14 0,22 1,4543 0,2567 0,7272 0,4262 0,5162
15 0,22 1,4537 0,2397 0,7268 0,3976 0,5534
16 0,24 1,4733 0,2373 0,7367 0,4044 0,5934
17 0,18 1,4490 0,2530 0,7245 0,4170 0,4317
18 0,21 1,4773 0,2397 0,7387 0,4106 0,5114
19 0,19 1,4457 0,2760 0,7228 0,4528 0,4196
20 0,24 1,4650 0,2467 0,7325 0,4156 0,5775

73
Tabel 2.1 Data densitas SMD-10 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,75 1,9280 0,2687 0,9640 0,7840 0,9567
2 0,73 1,9220 0,2570 0,9610 0,7453 0,9795
3 0,74 1,9373 0,2733 0,9687 0,8053 0,9189
4 0,73 1,9280 0,2590 0,9640 0,7558 0,9659
5 0,72 1,9153 0,2647 0,9577 0,7622 0,9447
6 0,74 1,9223 0,2517 0,9612 0,7301 1,0136
7 0,73 1,9217 0,2900 0,9608 0,8407 0,8684
8 0,71 1,9240 0,2737 0,9620 0,7952 0,8928
9 0,70 1,9197 0,2450 0,9598 0,7087 0,9877
10 0,75 1,9233 0,2703 0,9617 0,7850 0,9554
11 0,74 1,9253 0,2597 0,9627 0,7556 0,9793
12 0,74 1,9223 0,2700 0,9612 0,7832 0,9448
13 0,72 1,9193 0,2667 0,9597 0,7712 0,9337
14 0,75 1,9323 0,2627 0,9662 0,7699 0,9741
15 0,73 1,9243 0,2733 0,9622 0,7946 0,9188
16 0,72 1,9250 0,2657 0,9625 0,7728 0,9317
17 0,75 1,9263 0,2633 0,9632 0,7671 0,9777
18 0,70 1,9203 0,2667 0,9602 0,7720 0,9068
19 0,70 1,9257 0,2733 0,9628 0,7957 0,8798
20 0,75 1,9230 0,2750 0,9615 0,7983 0,9395

Tabel 2.1 Data densitas SMD-10 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,24 1,4277 0,2560 0,7138 0,4096 0,5859
2 0,22 1,4340 0,2293 0,7170 0,3702 0,5943
3 0,21 1,4387 0,2620 0,7193 0,4257 0,4933
4 0,22 1,4770 0,2497 0,7385 0,4276 0,5146
5 0,23 1,4387 0,2280 0,7193 0,3704 0,6209
6 0,21 1,4130 0,2137 0,7065 0,3349 0,6271
7 0,18 1,4183 0,2330 0,7092 0,3679 0,4892
8 0,22 1,4437 0,2523 0,7218 0,4128 0,5329
9 0,19 1,3857 0,2713 0,6928 0,4090 0,4646
10 0,21 1,4420 0,2530 0,7210 0,4130 0,5085
11 0,20 1,4217 0,2590 0,7108 0,4109 0,4867
12 0,25 1,4147 0,2510 0,7073 0,3943 0,6340
13 0,24 1,4443 0,2577 0,7222 0,4220 0,5688
14 0,21 1,4197 0,2353 0,7098 0,3723 0,5640
15 0,24 1,4330 0,2597 0,7165 0,4186 0,5734
16 0,24 1,4257 0,2330 0,7128 0,3718 0,6456
17 0,18 1,4410 0,2447 0,7205 0,3988 0,4513
18 0,26 1,4307 0,2487 0,7153 0,3995 0,6507
19 0,25 1,4117 0,2653 0,7058 0,4151 0,6023
20 0,22 1,4550 0,2480 0,7275 0,4121 0,5338

74
LAMPIRAN 3
DATA ANALISIS FTIR

3.1 Data FTIR Sampel SMD-00

Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area

Sity Intensity

592,15 23,326 0,242 594,08 551,64 25,887 0,148

866,04 20,262 0,562 912,33 854,47 39,472 0,647

1083,99 23,205 1,394 1105,21 1033,85 44,024 1,363

1159,22 20,096 0,132 1161,15 1107,14 36,129 0,478

1251,80 18,597 0,048 1253,73 1163,08 65,166 0,518

1317,38 18,025 0,359 1321,24 1300,02 15,675 0,079

2167,99 16,617 0,052 2171,85 2152,56 15,014 0,012

2299,15 16,450 0,371 2343,51 2293,36 38,120 0,573

75
2387,87 16,179 0,502 2391,73 2360,87 23,093 0,221

2621,26 15,884 0,053 2630,91 2611,62 15,398 0,014

2951,09 16,250 0,177 2956,87 2924,09 25,651 0,072

3140,11 17,137 0,120 3153,61 3134,33 14,735 0,031

3159,40 17,269 0,150 3176,76 3155,54 16,123 0,047

4062,09 14,605 0,078 4069,80 4052,44 14,489 0,022

4081,37 14,581 0,151 4089,09 4071,73 14,477 0,037

4266,54 14,598 0,158 4274,26 4254,97 16,088 0,063

4386,13 14,520 0,270 4389,99 4372,63 14,466 0,064

3.2 Data FTIR Sampel SMD-05

Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area

Sity Intensity

717,52 24,715 0,199 721,38 690,52 18,399 0,035

827,46 23,354 0,204 831,32 798,53 20,371 0,037

862,18 23,095 0,397 912,33 856,39 34,863 0,552

76
956,69 24,258 0,452 1008,77 952,84 32,814 0,869

1078,21 26,516 0,362 1082,07 1033,85 26,594 0,448

1215,15 21,830 0,093 1217,08 1107,14 69,216 1,813

2281,79 19,539 0,478 2341,58 2274,07 46,580 0,906

2389,80 19,313 0,284 2391,73 2360,87 20,850 0,283

2873,94 19,359 0,184 2885,51 2854,65 21,931 0,079

2945,30 19,669 0,105 2949,16 2924,09 17,564 0,032

3381,21 24,349 0,172 3402,43 3377,36 15,263 0,028

3.3 Data FTIR Sampel SMD-10

Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area

Sity Intensity

569,00 29,849 0,182 570,93 542,00 14,672 0,072

779,24 26,397 0,369 796,60 758,02 22,222 0,145

831,32 25,399 0,122 833,25 798,53 20,309 0,063

879,54 25,519 0,140 912,33 877,61 20,167 0,203

77
1082,07 28,920 1,952 1105,21 1033,85 37,157 1,433

1174,65 24,567 0,138 1176,58 1107,14 40,153 0,679

1317,38 22,888 0,443 1323,17 1300,02 14,695 0,081

1990,54 21,593 0,338 2002,11 1978,97 15,301 0,050

2283,72 21,263 0,530 2341,58 2276,00 42,805 0,814

2389,80 20,997 0,323 2391,73 2362,80 18,651 0,352

2947,23 21,424 0,119 2951,09 2922,16 19,197 0,034

4179,74 19,290 0,192 4187,46 4166,24 15,104 0,037

78
LAMPIRAN 4
DATA ANALISIS XRD

4.1 Data XRD Sampel SMD-00

Anchor Scan Parameters

Dataset Name: SMD 0


File name: D:\XRD DATA\DATA HASIL PENGUKURAN\
2022\12.DESEMBER\IRMA APRIYANI\SMD 0\
SMD 0.xrdml
Comment: sampel serbuk
Configuration=Reflection-Transmission Spinner,
Owner=User-1, Creation date=9/5/2012 12:30:22
PM
Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Minimum
step size 2Theta:0.001; Minimum step size
Omega:0.001
Sample stage=Reflection-Transmission Spinner
PW3064/60; Minimum step size Phi:0.1
Diffractometer system=XPERT-PRO
Measurement program=C:\PANalytical\Data
Collector\Programs\program 1.xrdmp,
Identifier={6ECEAE3D-A698-42B6-9980-
55871521B293}
Gonio (sampel serbuk)
Measurement Date / Time: 12/9/2022 11:34:23 AM
Operator: User
Raw Data Origin: XRD measurement (*.XRDML)
Scan Axis: Gonio
Start Position [°2Th.]: 10.0131
End Position [°2Th.]: 99.9731
Step Size [°2Th.]: 0.0260
Scan Step Time [s]: 7.1400
Scan Type: Continuous
PSD Mode: Scanning
PSD Length [°2Th.]: 3.35
Offset [°2Th.]: 0.0000
Divergence Slit Type: Fixed
Divergence Slit Size [°]: 0.8709
Specimen Length [mm]: 10.00
Measurement Temperature [°C]: 25.00
Anode Material: Cu
K-Alpha1 [Å]: 1.54060
K-Alpha2 [Å]: 1.54443

79
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No

Graphics

Document History

Insert Measurement:
- File name = "SMD 0.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:37:18 PM"
- Modification editor = "User"

Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"

80
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:37:18 PM"
- Modification editor = "User"

Interpolate Step Size:


- Derived = "Yes"
- Step Size = "0.01"
- Modification time = "12/9/2022 2:37:18 PM"
- Modification editor = "PANalytical"

4.2 Data XRD Sampel SMD-05

Anchor Scan Parameters

Dataset Name: SMD 5


File name: D:\XRD DATA\DATA HASIL PENGUKURAN\
2022\12.DESEMBER\IRMA APRIYANI\SMD 5\
SMD 5.xrdml
Comment: sampel serbuk
Configuration=Reflection-Transmission Spinner,
Owner=User-1, Creation date=9/5/2012 12:30:22
PM
Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Minimum
step size 2Theta:0.001; Minimum step size
Omega:0.001
Sample stage=Reflection-Transmission Spinner
PW3064/60; Minimum step size Phi:0.1
Diffractometer system=XPERT-PRO
Measurement program=C:\PANalytical\Data
Collector\Programs\program 1.xrdmp,
Identifier={6ECEAE3D-A698-42B6-9980-
55871521B293}
Gonio (sampel serbuk)
Measurement Date / Time: 12/9/2022 11:38:53 AM
Operator: User
Raw Data Origin: XRD measurement (*.XRDML)
Scan Axis: Gonio
Start Position [°2Th.]: 10.0131
End Position [°2Th.]: 99.9731
Step Size [°2Th.]: 0.0260

81
Scan Step Time [s]: 7.1400
Scan Type: Continuous
PSD Mode: Scanning
PSD Length [°2Th.]: 3.35
Offset [°2Th.]: 0.0000
Divergence Slit Type: Fixed
Divergence Slit Size [°]: 0.8709
Specimen Length [mm]: 10.00
Measurement Temperature [°C]: 25.00
Anode Material: Cu
K-Alpha1 [Å]: 1.54060
K-Alpha2 [Å]: 1.54443
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No

Graphics

82
Document History

Insert Measurement:
- File name = "SMD 5.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:40:01 PM"
- Modification editor = "User"

Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:40:01 PM"
- Modification editor = "User"

Interpolate Step Size:


- Derived = "Yes"
- Step Size = "0.01"
- Modification time = "12/9/2022 2:40:01 PM"
- Modification editor = "PANalytical"

4.3 Data XRD Sampel SMD-10

Anchor Scan Parameters

Dataset Name: SMD 10


File name: D:\XRD DATA\DATA HASIL PENGUKURAN\
2022\12.DESEMBER\IRMA APRIYANI\SMD
10\SMD 10.xrdml
Comment: sampel serbuk
Configuration=Reflection-Transmission Spinner,
Owner=User-1, Creation date=9/5/2012 12:30:22
PM
Goniometer=PW3050/60 (Theta/Theta); Minimum
step size 2Theta:0.001; Minimum step size
Omega:0.001

83
Sample stage=Reflection-Transmission Spinner
PW3064/60; Minimum step size Phi:0.1
Diffractometer system=XPERT-PRO
Measurement program=C:\PANalytical\Data
Collector\Programs\program 1.xrdmp,
Identifier={6ECEAE3D-A698-42B6-9980-
55871521B293}
Gonio (sampel serbuk)
Measurement Date / Time: 12/9/2022 11:42:39 AM
Operator: User
Raw Data Origin: XRD measurement (*.XRDML)
Scan Axis: Gonio
Start Position [°2Th.]: 10.0131
End Position [°2Th.]: 99.9731
Step Size [°2Th.]: 0.0260
Scan Step Time [s]: 7.1400
Scan Type: Continuous
PSD Mode: Scanning
PSD Length [°2Th.]: 3.35
Offset [°2Th.]: 0.0000
Divergence Slit Type: Fixed
Divergence Slit Size [°]: 0.8709
Specimen Length [mm]: 10.00
Measurement Temperature [°C]: 25.00
Anode Material: Cu
K-Alpha1 [Å]: 1.54060
K-Alpha2 [Å]: 1.54443
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No
Graphics

84
Document History

Insert Measurement:
- File name = "SMD 10.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "User"

Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "User"

85
Interpolate Step Size:
- Derived = "Yes"
- Step Size = "0.01"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "PANalytical"

86
LAMPIRAN 5
DATA ANALISIS EDX

5.1 Kandungan Unsur dari Elektroda Karbon SMD-00

Title : IMG1

---------------------------

Instrument : 6510(LA)

Volt : 15.00 kV

Mag. : x 1,000

Date : 2022/12/29

Pixel : 512 x 384

30
30 µm
µm

1650 Acquisition Parameter


1500
Instrument : 6510(LA)
1350 C-K
Acc. Voltage : 15.0 kV
1200
1050 Probe Current: 1.00000 nA

900 PHA mode : T3


Counts

750 Real Time : 57.88 sec


600 Ca-K
Live Time : 50.00 sec
Mg-K Cl-K K-K
450
Na-K S-K K-K Dead Time : 13 %
300 O-K Si-K S-K Cl-K Ca-K
Counting Rate: 337 cps
150
0 Energy Range : 0 - 20 keV
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

keV
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis

Fitting Coefficient : 0.2981

Element (keV) Mass% Error% Atom% Compound Mass% Cation


K

C K 0.277 88.53 0.07 93.15


90.5289

O K 0.525 6.43 0.62 5.08


2.8244

Na K 1.041 0.12 0.13 0.06


0.1246

Mg K 1.253 0.28 0.12 0.14


0.2784

Si K 1.739 0.30 0.14 0.13


0.3636

S K 2.307 0.45 0.13 0.18


0.6210
87
5.2 Kandungan Unsur dari Elektroda Karbon SMD-05

Title : IMG1

---------------------------

Instrument : 6510(LA)

Volt : 15.00 kV

Mag. : x 1,000

Date : 2023/01/25

Pixel : 512 x 384

30
30 µm
µm
1000
Acquisition Parameter
900
Instrument : 6510(LA)
800
Acc. Voltage : 15.0 kV
700
Probe Current: 1.00000 nA
600
PHA mode : T3
Counts

500

400 Real Time : 57.67 sec


C-K Ca-K
300 Ca-K Live Time : 50.00 sec
K-K
200 Dead Time : 13 %
K-K
100
Counting Rate: 146 cps
0
Energy Range : 0 - 20 keV
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

keV

ZAF Method Standardless Quantitative Analysis

Fitting Coefficient : 0.4707

Element (keV) Mass% Error% Atom% Compound Mass% Cation


K

C K 0.277 95.63 0.10 98.64


95.1854

K K 3.312 1.88 0.44 0.59


2.0523

Ca K 3.690 2.49 0.54 0.77


2.7623

Total 100.00 100.00

88
5.3 Kandungan Unsur dari Elektroda Karbon SMD-10

Title : IMG1

---------------------------

Instrument : 6510(LA)

Volt : 15.00 kV

Mag. : x 1,000

Date : 2023/01/25

Pixel : 512 x 384

30 µm
2000 Acquisition Parameter
1800
C-K Instrument : 6510(LA)
1600
Acc. Voltage : 15.0 kV
1400

1200 Probe Current: 1.00000 nA


Counts

1000 PHA mode : T3


800 Real Time : 58.18 sec
600 K-K Ca-K
Cl-K Ca-K Live Time : 50.00 sec
400 O-K Cl-K K-K Dead Time : 14 %
200
Counting Rate: 387 cps
0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Energy Range : 0 - 20 keV
keV
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis

Fitting Coefficient : 0.2867

Element (keV) Mass% Error% Atom% Compound Mass% Cation


K

C K 0.277 90.12 0.06 94.05


92.5225

O K 0.525 5.99 0.64 4.69


2.4733

Cl K 2.621 0.57 0.16 0.20


0.7460

K K 3.312 1.73 0.26 0.55


2.1944

Ca K 3.690 1.59 0.32 0.50

89
LAMPIRAN 6

DATA ANALISIS CV

6.1 Data Pengukuran Energi Spesifik dan Daya Spesifik CV

-Data pengukuran kapasitansi spesifik dengan menggunakan metode CV untuk

elektroda SMD dapat di hitung dengan persamaan berikut:

Ic = 0,000475A Id = - s = 0,001 Vs-1 m = 0,0025 g


0,00041

Ic−Id
2[ ]
Csp = 2
s.m

Csp = 354,04 Fg-1

-Data pengukuran energi spesifik dengan menggunakan metode CV untuk

elektroda DT dapat di hitung dengan persamaan berikut:

1 2 1000 E
Esp = C sp V Psp = 3600
2 3600 ∆t

1 2 1000 49,16
Esp = 354 1 Psp = 3600
2 3600 999

Esp = 49,16 Whkg-1 Psp = 177,15 Wkg-1

90
6.2 Kurva CV SMD-00

Gambar 6.2.1 Sampel SMD-00 dengan Laju Pemindaian 1 mV/s

Gambar 6.2.2 Sampel SMD-00 dengan Laju Pemindaian 2 mV/s

91
Gambar 6.2.3 Sampel SMD-00 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s

Gambar 6.2.4 Sampel SMD-00 dengan Laju Pemindaian 10 mV/s

92
6.3 Kurva CV SMD-05

Gambar 6.3.1 Sampel SMD-05 dengan Laju Pemindaian 1 mV/s

Gambar 6.3.2 Sampel SMD-05 dengan Laju Pemindaian 2 mV/s

93
Gambar 6.3.3 Sampel SMD-05 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s

Gambar 6.3.4 Sampel SMD-05 dengan Laju Pemindaian 10 mV/s

94
6.4 Kurva CV SMD-10

Gambar 6.4.1 Sampel SMD-10 dengan Laju Pemindaian 1 mV/s

Gambar 6.4.2 Sampel SMD-10 dengan Laju pemindaian 2 mV/s

95
Gambar 6.4.3 Sampel SMD-10 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s

Gambar 6.4.4 Sampel SMD-10 dengan Laju Pemindaian 10 mV/s

96
LAMPIRAN 7

DATA ANALISIS GCD

7.1 Kurva GCD SMD-00

Gambar 7.2.1 Sampel SMD-00 dengan Rapat Arus 1 A.g-1

Gambar 7.2.2 Sampel SMD-00 dengan Rapat Arus 2 A.g-1

97
Gambar 7.2.3 Sampel SMD-00 dengan Rapat Arus 5 A.g-1

Gambar 7.2.4 Sampel SMD-00 dengan Rapat Arus 10 A.g-1

7.2 Kurva GCD SMD-05

98
Gambar 7.2.1 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 1 Ag-1

Gambar 7.2.2 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 2 Ag-1

99
Gambar 7.2.3 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 5 Ag-1

Gambar 7.2.4 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 10 Ag-1

7.3 Kurva GCD SMD-10

100
Gambar 7.3.1 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 1 Ag-1

Gambar 7.3.2 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 2 Ag-1

101
Gambar 7.3.3 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 5 Ag-1

Gambar 7.3.4 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 10 Ag-1

102
LAMPIRAN 8

ALAT DAN BAHAN

Biomassa serat mahkota Larutan HCL Aquades


dewa

Aktivator KOH Kertas Obat Membran kulit telur ayam

H2SO4 Timbangan Analitik Aseton

Oven Hot plate Ball Milling

Hidrolik Pres Oven Pengering Furnace

103
CV dan GCD Gas CO2 dan N2 Jangka Sorong

Kertas Pasir Rangkaian Sel Cawan Petri


Superkapsaitor

104

Anda mungkin juga menyukai