SKRIPSI
YUNIA RAHMADHANI
NIM. 1903124132
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
YUNIA RAHMADHANI
NIM. 1903124132
Disetujui Oleh:
Pembimbing
Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
i
Skripsi ini telah diuji oleh Tim Penguji Ujian Sarjana Sains
Program Studi S1 Fisika
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
TIM PENGUJI
Mengetahui
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Material Karbon
Berbasis Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Dengan
Penambahan Nanotube Untuk Peningkatan Kinerja Sel Superkapasitor”
adalah benar hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
perguruan tinggi manapun. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.
Yunia Rahmadhani
Nim. 1903124132
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”Material Karbon Berbasis
Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Dengan Penambahan
Nanotube Untuk Peningkatan Kinerja Sel Superkapasitor” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Riau.
iv
5. Bapak Dr. Awitdrus, M. Si dan Bapak Drs. Defrianto, DEA selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Jurusan Fisika FMIPA UR yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat selama penulis
menjalani perkuliahan dan seluruh staff administrasi Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
7. Kepada kak Irma Apriyani, M.Si yang senantiasa membantu, memotivasi
serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan mengejar gelar S.Si Dinda Permata Sari, Evrika
Rugunati Zendato, Indira Valensia, M Rizky Aflinaldi, Aditya eka Nurfitrah,
Nada Azzahro, Regi Suganda, Reni Syahputri, Sri Ulina Karo Sekali, Winda
Nofriyanti, Ridho Nopriansyah, Akmal jaliaz, Indah Larasati dan Dio davana
Firdaus yang senatiasa selalu bersama memberikan semangat, mendengarkan
semua keluh kesah serta memberikan jalan keluar terbaik untuk semua
masalah yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
9. Sahabat yang telah menemani penulis dari maba yaitu Annisa Nabila,
Chantika Sari, Trisna Maisyarah, Indira Valensia, dan Azzahra Nabila
Cahyani yang selalu ada di berbagai keadaan, susah senang bersama, sedih
bahagia bersama, dan banyak lagi hal-hal lainnya yang kami lakukan
bersama.
10. Teman-teman seperjuangan dijurusan Fisika Angkatan 2019 terutama kelas
Fisika C yang telah membersamai penulis selama dibangku perkuliahan dan
teman-teman Kukerta Desa Pinang Sebatang Timur.
Penulis menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, begitu
pula dengan penulisan skripsi ini yang masih sederhana dan terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat lebih baik lagi diwaktu yang akan datang. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
v
Yunia Rahmadhani
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
viii
2.7 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon 14
2.7.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared 14
2.7.2 X-Ray Diffraction 16
2.7.3 Scanning Electron Microscopy 18
2.7.4 Energy Dispersive X-Ray 20
2.8 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor 21
2.8.1 Cylic Voltametry 21
2.8.2 Galvanostatik Charge-discharge 22
BAB III METODE PENELITIAN 24
3.1 Persiapan Sampel Serat Mahkota Dewa 26
3.2 Pra-Karbonisasi 26
3.3 Penghalusan dan Pengayakan 27
3.4 Proses Aktivasi Kimia 27
3.5 Pencetakan Pelet 28
3.6 Proses Karbonisasi dan Aktivasi Fisika 29
3.7 Penetralan dan Pengeringan 30
3.8 Pembuatan Sel Superkapasitor 31
3.9 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon Serat Mahkota Dewa 31
3.9.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared 32
3.9.2 X-Ray Diffraction 32
3.9.3 Scanning Electron Microscopy 33
3.9.4 Energy Dispersive X-Ray 33
3.10 Karakterisasi Sifat Elektrokimia Sel Superkapasitor 33
3.10.1 Cylic Voltametry 34
3.10.2 Galvanostatik Charge- Discharge 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Penyusutan Massa Serat Mahkota Dewa 36
4.2 Hasil Pengukuran Densitas 38
4.3 Analisis Fourier Transform Infrared 40
4.4 Analisis X-Ray Diffraction 41
4.5 Analisis Scanning Electron Microscopy 42
4.6 Analisis Energy Disversive X-Ray 44
4.7 Analisis Cylic Voltammetry 47
4.8 Analisis Galvanostatic Charge-Discharge 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57
ix
5.1 Kesimpulan 57
5.2 Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 59
RIWAYAT HIDUP 67
LAMPIRAN 68
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Tanaman Mahkota Dewa (b) Buah Mahkota Dewa 6
Gambar 2.2 Komponen Sel Superkapasitor 11
Gambar 2.3 (a) Charge (b) Discharge 13
Gambar 2.4 (a) Spectroscopy Fourier Transform Infrared 15
Gambar 2.5 Representasi Skema Difraksi Sinar-X Bidang Kristal 17
Gambar 2.6 Skema Komponen dan Cara Kerja SEM 19
Gambar 2.7 Kurva Cylic Voltammetry 21
Gambar 2.8 Kurva Galvanostatic Charge-Discharge 23
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 26
Gambar 3.2 Proses Pra-karbonisasi 27
Gambar 3.3 Proses Aktivasi Kimia 29
Gambar 3.4 Hydraulic Press 30
Gambar 3.5 Profil Karbonisasi dan Aktivasi Fisika 31
Gambar 3.6 Pembuatan Sel Superkapasitor 33
Gambar 3.7 Proses Pengambilan Data Cylic Voltammetry 36
Gambar 3.8 Proses Pengambilan Data Galvanostatic Charge-Discharge 37
Gambar 4.1 Biomassa Serat Buah Mahkota Dewa 38
Gambar 4.2 Diagram Batang Pengukuran Densitas
Gambar 4.3 Diagram Batang Persentasi Susut Densitas Elektroda Karbon
Gambar 4.4 Kurva FTIR Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.5 Pola XRD Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.6 Morfologi Permukaan Elektroda Karbon SMD
Gambar 4.7 Kurva Hasil EDX
Gambar 4.8 Kurva CV dengan Laju Pemindaian 1 mV/s
Gambar 4.9 Kurva CV dengan Variasi Laju Pemindaian
Gambar 4.10 Nilai Kapasitansi Sspesifik dengan Laju Pemindaian
Gambar 4.11 Kurva GCD dengan Variasi Rapat Arus
Gambar 4.12 Nilai Kapasitansi Spesifik dengan Variasi Rapat Arus
xi
Gambar 4.13 Plot Ragone Sel Superkapasitor
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Jarak Antar Bidang dan Dimensi Mikrokristalin Elektroda Karbon
44
xii
DAFTAR SIMBOL
xiii
Ic = Arus Pengisian A
Id = Arus Pengosongan A
s = Laju Scan mV/s
m = Massa Material Aktif Pada Elektroda g
I = Arus A
R = Hambatan Ω
Δv = Perubahan Tegangan V
Δt = Perubahan Waktu Saat Pengosongan s
Esp = Energi Spesifik Wh/kg
Psp = Daya Spesifik W/kg
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Pembakaran bahan bakar fosil telah menyebabkan emisi gas rumah kaca
CO2 yang merupakan kontributor utama pada perubahan iklim (Zhang et al.,
2021). Bahan bakar fosil diperkirakan akan naik sekitar 53%, dari 14 miliar ton
pada tahun 2015 menjadi 22 miliar ton pada tahun 2050, Peningkatan pesat dalam
konsumsi energi global dan dampak lingkungan dari sumber daya energi
bakar fosil. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi energi terbarukan
hidup yang lama, laju charge-discharge yang cepat, dan rapat daya yang tinggi
dapat bereaksi secara langsung terhadap elektrolit. Bahan utama yang umum
1
(Feng et al., 2020), graphene (Zheng et al., 2015), nanofiber (Liu et al., 2020),
dan nanotube (Yan et al., 2016). Karbon aktif adalah material yang paling banyak
memiliki luas permukaan yang tinggi, tidak memerlukan biaya yang mahal, nilai
konduktivitas listrik baik dan stabilitas elektrokimia yang tinggi. (Wang et al.,
2015).
digunakan dalam pembuatan karbon aktif seperti sabut kelapa (Tumimomor &
Palilingan, 2018), sabut nipah (Farma et al., 2021) dan tandan kosong kelapa
sawit (Hardi et al., 2021). Para peneliti berfokus pada peningkatan kemampuan
belum pernah dijadikan sebagai elektroda sel superkapasitor (Chiu dan Lin,
2019). Pada penelitian ini biomassa yang akan dijadikan karbon aktif untuk
berasal dari papua, Indonesia. Tanaman ini tumbuh hingga mencapai ketinggian 6
dewa memiliki umur yang panjang dimana bisa mencapai 10 – 20 tahun. Tanaman
mahkota dewa mengandung alkaloid, tannin, flavonoid, fenol saponin, dan lignan
(Fiana & Oktaria, 2016). Salah satu senyawa aktif yang ditemukan dalam buah
2
molekulnya (Redha, 2010). Kandungan flavonoid tersebut memiliki kandungan
karbon yang tinggi, sehingga berpotensi untuk dijadikan karbon aktif sebagai
struktur tabung berongga, dimensi nanometer dan luas permukaan yang tinggi.
pada struktur makropori dan mesopori karbon aktif, sehingga dapat meningkatkan
al., 2014) melakukan pembuatan elektroda karbon berbasis serat tandan kosong
kelapa sawit dengan penambahan carbon nanotube dengan persentase 3%, 4%,
optimum pada persentase 5% yaitu sebesar 111 Fg-1. (Zhang et al., 2021) telah
Penelitian ini berfokus pada pembuatan elektroda karbon aktif dari serat
buah mahkota dewa dengan penambahan karbon nanotube dengan persentase 0%,
5% dan 10% dari berat serbuk karbon. Penelitian ini diharapkan mampu
3
1.2 Tujuan Penelitian
superkapasitor.
M.
5. Proses aktivasi fisika menggunakan gas CO2 pada suhu 800°C dengan
4
6. Karakterisasi sifat fisis elektroda karbon menggunakan Spectroscopy
Jl. Kampus Bina Widya Km 12,5 Kel. Simpang Baru Panam, Pekanbaru,
Riau.
Riau.
5
4. Pengujian Scanning Electron Microscopy dan Energy Dispersive X-Ray
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) seperti yang terlihat pada Gambar 2.1
merupakan salah satu tanaman perdu yang tumbuh didaerah tropis. Tanaman
Tanaman mahkota dewa memiliki tinggi 1-6 m dari permukaan laut dan massa
hidupnya 10-20 tahun. Tanaman mahkota dewa memiliki kandungan zat aktif
seperti alkaloid, minyak atsiri, natrium, saponin, lignin (polifenol), flavonoid, dan
6
(a) (b)
Gambar 2.1 a. Tanaman Mahkota Dewa b. Buah Mahkota Dewa
dengan ukuran bervariasi. Buah mahkota dewa berwarna hijau ketika masih muda
dan berwarna merah marun ketika matang. Daging buah mahkota dewa berwarna
putih dan berserat. Mahkota dewa memiliki akar tunggang yang panjangnya bisa
kayunya berwarna putih. Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal yang
berbentuk lonjong dan ujungnya runcing dimana ukuran panjangnya 7-10 cm dan
lebarnya 3-5 cm. Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun
dalam kelompok 2-4 bunga, warnanya putih berbentuk seperti terompet kecil,
bijinya harum dan tumbuh menyebar dibatang atau ketiak daun (Altaf et
al.,2013).
Tabel 2.1 Taksonomi Tanaman Mahkota Dewa (Fiana & Oktaria, 2016)
Klasifikasi Nama
Divisi Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Dycotiledonae
Bangsa Celastrales
Suku Thymelaceae
Marga Phaleria
Jenis Phaleria Macrocarpa
Karbon aktif merupakan kumpulan karbon berpori yang bisa didapat dari
bahan lignoselulosa. Karbon aktif juga merupakan bahan dasar elektroda yang
7
digunakan pada superkapasitor karena memiliki struktur yang sangat berpori,
luas permukaan yang besar, daya serap yang baik dan konduktivitas listrik
yang tinggi (Ong et al., 2012). Karbon aktif telah menjadi pilihan bahan
sifatnya yang ramah lingkungan dan biaya yang rendah (Gu & Yushin, 2013).
Sifat-sifat karbon aktif dipengaruhi oleh jenis bahan baku, penyebaran pori,
luas permukaan arang aktif serta aktivasi yang digunakan. Karbon aktif dapat
diperoleh dalam beberapa bentuk seperti bentuk granular (0,2-5 mm), bentuk
pellet (0,8-5 mm), dan bentuk serbuk (<0,18 mm) (Farma, 2020).
Pure and Applied Chemistry (IUPAC), ukuran pori karbon aktif dikategorikan
menjadi tiga jenis, yaitu mikropori, dengan diameter pori (d < 2,0 nm),
mesopori, dengan diameter pori (2 nm< d-50 nm) dan makropori, dengan
diameter pori (d>50 nm). Distribusi ukuran pori merupakan parameter yang
penting dalam kemampuan daya serap karbon aktif terhadap molekul yang
penghancuran sampel menjadi bentuk serbuk serta mengurangi kadar air pada
8
massa biomassa mengalami penyusutan dan biomassa mengalami perubahan
menggunakan suhu yang tinggi dan dalam kondisi vakum, umumnya dilakukan
hidrogen, non karbon dan zat pengotor akan dihilangkan dari karbon sehingga
organik yang melekat pada suatu karbon atau perluasan pori-pori. Proses aktivasi
aktivasi terdiri dari dua jenis yaitu aktivasi kimia dan aktivasi fisika
kimia sebagai agen aktivasi untuk membentuk struktur pori. Aktivasi kimia atau
yang dikenal sebagai oksidasi lemah merupakan teknik aktivasi satu tahap yang
melibatkan penggunaan zat kimia dan aktivasi pada temperatur rendah. Bahan-
bahan yang biasannya digunakan sebagai bahan pengaktif dalam proses aktivasi
kimia berasal dari logam alkali dan alkali tanah serta zat asam seperti kalium
9
hidroksida (KOH), asam sulfat (H2SO4), seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida
(NaOH), dan natrium klorida (NaCl) (Marsh et al., 2006). Salah satu jenis
aktivator kimia yang digunakan sebagai bahan pengaktif yaitu kalium hidroksida
(KOH). Agen pengaktif KOH dapat menghasilkan distribusi ukuran pori yang
baik, luas permukaan yang tinggi, jaringan pori yang saling berhubungan dan
volume mikropori yang besar sehingga KOH merupakan aktivator yang baik
organik dengan bantuan gas, panas, dan karbondioksida (CO2). Metode aktivasi
spesifik, dan struktur mikro karbon aktif. Pirolisis aktivasi fisika menggunakan
uap air dan udara. Aktivasi fisika dapat memecahkan ikatan hidrokarbon atau
sifat fisika dan kimia yaitu meningkatkan luas permukaan spesifik, memperbesar
diameter pori dan membentuk pori baru (Farma et al., 2021). Aktivasi fisika
melalui proses pemanasan tanpa oksigen atau uap pada suhu 800˚C hingga
1000˚C menggunakan oksidator lemah seperti N2, O2 dan CO2. Gas tersebut akan
10
2.6 Superkapasitor
penyimpanan energi yang memiliki kerapatan energi yang sangat tinggi. Energi
muatan yang berlawanan dikedua sisi antarmuka elektroda atau elektrolit yang
dipisahkan oleh lapisan ganda listrik (Faraji & Ani, 2015). Superkapasitor
mampu bekerja lebih baik dalam suhu ekstrim daripada baterai serta memiliki
siklus hidup lebih dari 500.000 kali jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
elektrolit, dan pemisah yang secara dielektrik mengisolasi dua elektroda seperti
yang terlihat pada Gambar 2.2. Komponen terpenting dalam superkapasitor adalah
perangkat penyimpan energi lainnya adalah siklus hidup yang panjang, kerapatan
sepeda listrik, pulsa laser system dan (hybrid electrical whicles), kereta api,
Elektrolit
11
Lapisan Ganda Listrik
Elektroda
2.6.1 Elektroda
nikel oksida, cobalsotosic oksida). Bahan yang dapat dijadikan elektroda adalah
biomassa yang berasal dari limbah hewan, mikroorganisme dan limbah pertanian
serta tanaman seperti tebu, pinang, jagung, dll. Karbon berbasis biomassa dapat
arus listrik dengan baik. Aluminium foil/ aluminium tipis berfungsi sebagai
pengumpul arus yang dilekatkan dengan elektroda untuk menangkap ion dari
2.6.3 Separator
kompensasi muatan ionik antara elektroda karbon bermuatan positif dan negatif
12
yang direndam kedalam larutan elektrolit, oleh karena itu konduktivitas molar ion
dalam separator atau pemisah sangat penting. Pemilihan separator yang sesuai
pada sel superkapasitor yaitu membran kulit telur (Taer et al., 2014).
2.6.4 Elektrolit
muatan antara dua elektroda (Pal et al., 2018). Elektrolit yang sering digunakan
untuk pembuatan sel superkapasitor yaitu elektrolit asam (H 2SO4), elektrolit basa
(KOH dan NAOH), dan elektrolit netral (NaSO 4, KCL, Li2SO4 (Rohmawati et al.,
2018). Elektrolit yang paling banyak digunakan untuk pembuatan karbon aktif
adalah H2SO4 karena memiliki konduktivitas yang tinggi (Zhong et al., 2015).
pergerakan ion antara katoda dan anoda selama proses charge-discharge seperti
yang terlihat pada Gambar 2.3. Elektroda yang direndam menggunakan elektrolit
juga dapat mempengaruhi kapasitansi dan tingkat muatan yang tinggi dari sel
13
Gambar 2.3 (a) Charge (b) Discharge (Xi & An, 2014)
Prinsip kerja superkapasitor pada saat pengisian (charging), ion-ion dari dua
elektroda saling bertukar melewati separator. Ion negatif dari elektroda positif
akan bergerak menuju ke elektroda negatif melalui membran separator dan begitu
terjadi. Ion-ion dari dua elektroda yang bertukar tersebut pada proses pengisian
akan kembali ke posisi semula pada saat pengosongan (discharge). Ion negatif
superkapasitor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jarak antara elektroda
kedua elektroda dan luas permukaan elektroda. Luas permukaan elektroda dan
14
2.7 Karakterisasi Sifat Fisis Elektroda Karbon
terdiri dari tiga daerah, yaitu IR jauh (400-10 cm -1) untuk menganalisi molekul
inframerah terbagi menjadi dua varian yaitu transmisi dan reflektansi. Transmisi
dengan sinar laser untuk mendapatkan pola vibrasi molekul. Metode pengukuran
reflektansi tidak mengenai sinar laser secara langsung pada sampel melainkan
15
Gambar 2. 4 Spectroscopy Fourier Transform Inframerah
(Mohamed et al., 2017)
belakang dari sampel (Mohamed et al., 2017). Spektrum latar belakang diperoleh
tanpa adanya sampel dalam berkas tetapi menggunakan prosedur yang sama untuk
fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta
mendapatkan ukuran partikel (Fatimah & Utami, 2017). Parameter fisis yang
dapat diperoleh dari pengukuran XRD adalah intensitas relatif, parameter kisi,
dimensi mikrokristalin, dan besar sudut hamburan yang berasal dari ion-ion
16
penyusun bahan (Riadi, 2010). Prinsip X-Ray Diffraction terjadi ketika foton
sinar-X mencapai materi, maka akan terjadi efek penyerapan dan hamburan yang
berbeda, Hamburan yang terjadi yaitu hamburan elastis (koheren), juga disebut
hamburan Rayleigh, terjadi antara foton dan elektron yang mengelilingi inti atom.
fasenya dengan gelombang dating maka foton sinar-X yang mengenai semua atom
akan tersebar ke segala arah. Struktur kristal bersifat periodik maka akan
metode ini didasarkan pada difraksi sinar-X oleh bidang atom periodik dan
deteksi sudut atau energi dari sinyal difraksi. Interpretasi geometris dari fenomena
XRD (interferensi konstruktif) telah diberikan oleh WL Bragg pada gambar 2.4
hukum Bragg.
jarak antar lapisan (d002 dan d100) yang masing-masing menandakan θ002 dan θ100
nλ = 2d sinθ (2.1)
a
dhkl = (2.2)
√ h + k 2 +l2
2
berikut.
17
Gambar 2.4 Representasi Skema Difraksi Sinar-X Bidang Kristal
Bashir & Liu, 2015)
sampel kristal, maka sampel kristal akan membiaskan sinar-X yang dengan
sumber sinar Cu-kα memiliki panjang gelombang (λ) sebesar 1,5418Å sama
dengan jarak antar kisi dalam sampel kristal. Sinar-X dihasilkan dari tabung
vakum yang dilengkapi dengan elektroda, katoda dan anoda. Elektron dihasilkan
dihasilkan, energi inilah sinar-X. Sinar-X yang dipantulkan oleh sampel kristal
ditangkap oleh detektor berupa pola difraksi. Pola difraksi yang ditangkap oleh
mikro kristalin sampel terbagi menjadi 2 yaitu tinggi lapisan mikro kristalin (Lc)
dan lebar lapisan mikro kristalin (La) yang diketahui menggunakan persamaan
0,90 λ
Lc = (2.3)
β cos θ 002
18
1,84 λ
La =
β cos θ 100
(2.4) Nilai Lc yang diperoleh sangat berpengaruh pada luas permukaan elektroda
Kλ
D= (2.5)
B cos θ
menghasilkan gambar yang efektif dalam analisis bahan organik dan anorganik
dengan ukuran yang lebih besar dari material yang digunakan dan resolusi yang
dihasilkan oleh SEM dapat mendekati skala nanometer ke mikrometer (μm). SEM
bekerja pada perbesaran tinggi mencapai 300.000x dan bahkan 1000000 (dalam
beberapa model modern) dalam menghasilkan gambar dengan sangat tepat dari
berbagai bahan. SEM tidak hanya menghasilkan dalam bentuk topografi dan
2018). Prinsip kerja SEM seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 adalah dengan
sekunder memiliki energi yang rendah sekitar 5-50 eV yang didapat dari
didapat dari bagian sampel yang lebih dalam dan memberikan informasi tentang
19
komposisi sampel karena elektron yang lebih berat akan menghambur dan
mengembalikan secara lebih kuat dan tampak lebih terang pada gambar yang
dihasilkan. SEM dapat dioperasikan dalam keadaan vakum (10-6 bar) sehingga
elektron hanya berinteraksi dengan sampel yang diteliti (Setiabudi et al., 2012).
tumbukan dengan elektron serta tingkat energinya pada tingkatan energi kulit
atom. Sinar-X yang diemisikan dari perubahan elektron pada lapisan kulit atom
detektor sinar-X, penganalisis dan pengolah pulsa, dimana sistem yang terdapat
20
pada EDX ditemukan pada SEM. Prinsip kerja EDX didasarkan pada emisi sinar-
X dari sampel yang diakibatkan oleh sinar-X yang mengenai sampel. Sinar yang
pengosongan. Tingkat energi yang berbeda akan dihasilkan dari emisi sinar-X
ketika elektron pada kulit terluar dari tingkat energi yang lebih tinggi dan mengisi
terkandung pada sampel. Energi yang berbeda akan ditangkap dan diukur
tampilan simultan dari energi sinar-X (1-20 kV) yang dikumpulkan selama
dimana pada masing-masing elektroda kerja diberikan potensial dalam arah yang
berhubungan dengan penurunan efisiensi dalam proses difusi ion. Difusi ion saat
laju pemindaian yang rendah dapat menembus pori-pori dalam elektroda dan
21
menghasilkan kapasitansi yang tinggi (Raza et al., 2018). Kurva Cylic
elekroda karbon untuk menyimpan muatan listrik per satuan massa. Kapasitansi
I c−¿ I
Csp = d
¿ (2.6)
sm
spesifik metode siklik voltamogram bergantung pada laju pemindaian dan massa
22
pemindaian dan semakin kecil massa elektroda yang dibuat maka akan dihasilkan
superkapasitor. Metode ini melibatkan penerapan arus positif dan negatif konstan
untuk mengisi dan melepaskan material dalam batas potensial yang telah
2021). Pengukuran GCD akan menghasilkan kurva seperti pada Gambar 2.6
Tegangan (V)
Waktu (s)
Gambar 2.6 Kurva Galvanostatik pengisian dan pengosongan (Tao et al., 2015)
Kapasitansi spesifik , rapat energi (Esp) dan rapat daya (Psp) dapat dihitung
23
2 I ∆t
C sp= (2.7)
m ∆V
Vit
E sp = (2.8)
m
Vi
Psp = (2.9)
m
maka akan semakin kecil juga nilai rapat energinya. Begitu juga sebaliknya
semakin besar kapasitansi spesifiknya maka akan semakin besar pula nilai rapat
energinya, hal tersebut karena nilai kapasitansi spesifik berbanding lurus dengan
nilai rapat energinya. Persamaan (2.9) menunjukkan bahwa nilai rapat daya dan
rapat energi adalah berbanding lurus, dimana semakin besar nilai rapat dayanya
maka akan semakin besar pula nilai rapat energinya (Inagaki et al., 2010).
24
BAB III
METODE PENELITIAN
presentase 0%, 5% dan 10%. Karakterisasi sifat fisis elektroda karbon aktif terdiri
Charge-Discharge. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian seperti terlihat
25
Pembuatan elektroda karbon yang berasal dari serat buah mahkota dewa
26
2
3.1 Persiapan Sampel Serat Buah Mahkota Dewa
Buah mahkota dewa yang sudah matang dibersihkan dan dikupas kulitnya,
lalu diperkecil dengan ukuran 1-2 cm, sehingga menghasilkan serat buah mahkota
dewa. Serat buah mahkota dewa kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari
untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam serat mahkota dewa.
Serat mahkota dewa yang massanya sudah konstan akan dilanjutkan ke tahap
3.2 Pra-Karbonisasi
Serat buah mahkota dewa yang sudah kering dan konstan kemudian dilakukan
dengan menimbang massa serat mahkota dewa sebanyak 30 gram, setelah itu serat
buah mahkota dewa dimasukkan kedalam wadah lalu ditutup rapat dan
dimasukkan kedalam oven lalu diatur suhunya 200 oC selama 3 jam 30 menit.
Proses Pra-karbonisasi tersebut membuat warna serat buah mahkota dewa menjadi
coklat kehitaman.
27
Gambar 3.2 Proses Pra-karbonisasi
3.3 Penghalusan dan Pengayakan
bertujuan untuk mendapatkan serbuk dari serat buah mahkota dewa sehingga
untuk menghasilkan serbuk serat buah mahkota dewa dengan ukuran yang lebih
halus. Sampel serat buah mahkota dewa yang dihaluskan menggunakan mortar
dan alu dimasukkan ke dalam botol sebanyak 30 gram dan juga memasukkan bola
sampel serat mahkota dewa selama 20 jam. Serbuk serat buah mahkota dewa yang
homogen.
jam dengan suhu 80ºC dan putaran 450 rpm menggunakan Hot Plate. Aktivator
yang digunakan pada proses aktivasi kimia yaitu KOH dengan konsentrasi 0,1 M.
mahkota dewa hingga tercampur rata, setelah itu tambahkan karbon nanotube
dengan variasi persentase 0%, 5% dan 10% selama 1 jam. Sampel yang telah
teraktivasi kemudian didinginkan pada suhu kamar 30ºC, Jika suhu sampel sudah
selama 24 jam. Larutan yang telah teraktivasi selama 24 jam tersebut dikeringkan
28
menggunakan oven dengan suhu 110ºC selama 2-3 hari. Proses pengeringan
tersebut membuat sampel menjadi kering dan larutan tersebut harus sering diaduk
agar sampel tidak menggumpal. Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan
menghasilkan serbuk. Proses aktivasi kimia dapat dilihat pada Gambar 3.3
Sampel yang telah melewati proses aktivasi kimia kemudian dicetak dengan
menggunakan hydraulic press yang terlihat pada Gambar 3.4. Massa dari serbuk
karbon yang digunakan untuk mencetak satu buah pelet sebesar 0,75 gram.
Sampel dimasukkan kedalam cetakan dan diberi tekanan 7 ton selama 2 menit
waktu penahanan. Sampel yang dihasilkan pada proses ini berbentuk kepingan
seperti koin. Pada tahap ini dilakukan pembuatan pelet karbon sebanyak 20 buah
29
Gambar 3.4 Hydraulic Press
Serbuk karbon yang telah berbentuk pelet akan dilakukan proses karbonisasi
fisika dialiri gas karbon dioksida (CO2) yang bertujuan untuk mengoptimalkan
area permukaan awal dan mengangkat endapan tar pada pori-pori, agar
menghasilkan pori-pori baru sebagai hasil dari gas pengoksidasi yang menembus
permukaan karbon aktif. Proses karbonisasi dan aktivasi fisika dimulai dari suhu
ruang yaitu 30ºC dengan tingkat pemanasan 1ºC/menit selama 4 jam 26 menit
menuju suhu tahan sampel 296 ºC (Farma et al., 2021) yang ditahan selama 1
jam. Suhu tersebut akan meningkat kembali ke suhu karbonisasi yaitu 600 ºC
menit, setelah tahap karbonisasi dilanjutkan dengan tahap pergantian gas menuju
tahap aktivasi fisika menggunakan gas karbon dioksida dengan kenaikan suhu
10ºC/menit selama 20 menit kemudian suhu meningkat pada suhu 800ºC yang
ditahan selama 1 jam dan suhu tersebut akan kembali ke suhu ruang dibawah
30
pengaruh nitrogen. Profil karbonisasi dan aktivasi fisika seperti yang terlihat pada
Gambar 3.5
PH indikator. Tahapan ini berlangsung 3-4 hari. Setelah pelet karbon netral
selama 24 jam.
berbahan stainless steel dengan pelapis berbahan teflon, elektroda karbon berbasis
serat mahkota dewa, separator (membran kulit telur ayam) dan elektrolit (H 2SO4).
31
setelah proses penetralan dan pengeringan. Pemolesan pelet karbon dilakukan
menggunakan kertas pasir hammer p600 dan p1200 untuk memperkecil ukuran
diameter sekitar 7-8 mm dan ketebalan 0.2 mm hingga 0.3 mm. Pelet yang sudah
dan dikeringkan, setelah itu pelet karbon juga kita rendam menggunakan larutan
H2SO4 1 M selama 48 jam bersama dengan membran telur yang nantinya akan
kita gunakan sebagai separator. Perendaman elektroda karbon ini bertujuan agar
elektrolit dapat masuk secara merata kedalam karbon. Proses awal pembuatan sel
akrilik, setelah itu dilanjutkan dengan membuat pengumpul arus stainnles stell,
membran kulit telur ayam dan elektroda karbon aktif dari serat mahkota dewa
32
3.9.1 Spektroscopy Fourier Transform Infrared
untuk menentukan gugus fungsi dan ikatan molekul antar senyawa kimia.
menunjukkan jenis gugus fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Sinar
inframerah dilewatkan pada sampel, fraksi yang terabsorbsi pada rentang panjang
gelombang kemudian diukur, hasil akhir dari FTIR dalam bentuk spektrum yang
berisi informasi tentang struktur kimia, ikatan molekul antar senyawa dan gugus
dan sudut difraksinya 2θ pada rentang sudut 10º hingga 60º. Karakterisasi x-ray
kristal dan sinar-X. Grafik data yang dihasilkan dari karakterisasi x-ray diffraction
yaitu grafik sudut difraksi versus intensitas sinar-X. Sinar-X akan terbentuk
apabila sebuah elektron dengan kecepatan tinggi menumbuk suatu logam, maka
bergantung pada transisi elekron. Hasil data yang diperoleh berupa jarak antar
bidang, dimensi mikrokristalin yaitu tinggi lapisan (Lc) dan lebar lapisan (La).
33
3.9.3 Scanning Electron Microscopy
divisualisasikan dalam monitor sinar katoda. Hasil dari pengukuran SEM dalam
bentuk mikrofotogram dengan bagian permukaan diperbesar sekitar 5000 kali dan
40.000 kali.
kimia pada elektroda karbon. EDX bekerja sebagai fitur yang terintegrasi dengan
SEM dan tidak dapat bekerja tanpa SEM . Pengujian EDX dilakukan
menggunakan alat JEOL JSM-6510 LA dengan rentang energi sebesar 0-10 KeV.
Prinsip kerja EDX dengan cara elektron ditembakkan kearah sampel yang telah
dilapisi alat Fine Coater kemudian sampel akan mengeluarkan elektron baru yang
akan diterima dan dideteksi oleh detektor. Hasil pembacaan detektor akan
ditampilkan pada layar monitor. Hasil pengukuran EDX berupa komposisi unsur
spesifik sel superkapasitor dan memperoleh hubungan kurva potensial dan arus
34
diukur dari potensial 0 sampai 1V terhadap elektroda dengan laju scan 1 mVs-1, 2
mVs-1, 5 mVs-1 dan 10 mVs-1. Hasil dari pengukuran diolah menggunakan sigma
plot untuk mendapatkan data pengukuran dan kurva hubungan antara arus dan
(stainless steel), elektrolit H2SO4 dengan separator yang berasal dari membran
serat mahkota dewa. Pengambilan data pada CV terlihat pada Gambar 3.7.
Rangkaian Sel
Superkapasitor
CV UR Rad Far 5841
menerapkan arus positif dan negatif konstan untuk mengisi dan melepaskan
material dalam batas potensial yang telah ditetapkan. Kapasitansi spesifik diukur
dari potensial 0 sampai 1 V dengan rapat arus 1mA, 2mA, 5mA, dan 10mA. Hasil
dan kurva hubungan arus terhadap tegangan. Pengambilan data GCD terlihat pada
Gambar 3.8
Sel
Superkapasitor
GCD UR Rad Far 5841
35
Gambar 3.8 Proses Pengambilan Data Galvanostatic Charge-Discharge
36
BAB IV
Bab ini membahas hasil dan pembahasan dari penelitian pembuatan elektroda
karbon berbahan dasar serat mahkota dewa (SMD) dengan penambahan carbon
nanotube yaitu 0%, 5% dan 10% dan masing-masing diberi kode sampel yaitu
dan mengurangi kandungan air pada biomassa serat mahkota dewa (SMD). Proses
warna dari coklat muda menjadi coklat kehitaman seperti yang terlihat pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Biomassa serat mahkota dewa (a) sebelum pra-karbonisasi dan (b)
sesudah pra-karbonisasi
37
Gambar 4.1 menunjukkan hasil sebelum pra-karbonisasi dan sesudah pra-
terlihat pada Tabel 4.1. Penyusutan massa terjadi karena kadar air dan senyawa
et al., 2020). Nilai persentase ini menunjukkan bahwasanya susut massa dalam
al., 1998). Hasil ini juga diperoleh pada penelitian sebelumnya menggunakan
biomassa sabut nipah dengan presentase susut massa yang didapatkan yaitu 26,76
% (Lestari et al., 2020). Perhitungan susut massa sampel sebelum dan sesudah
Tabel 4.1 Data susut massa sebelum dan sesudah proses pra-karbonisasi
No Massa Sebelum Massa Sesudah Penyusutan Penyusutan
(g) (g) (g) (%)
1 30 22,94 7,06 23,53
2 30 21,62 8,38 27,93
3 30 21,88 8,12 27,06
4 30 21,61 8,39 27,96
5 30 21,84 8,16 27,20
6 30 22,81 7,19 23,97
7 30 21,78 8,22 27,40
8 30 21,36 8,64 28,80
9 30 21,83 8,17 27,23
10 30 22,15 7,85 26,17
Rata-rata Penyusutan 8,01 26,72
menyimpan muatan sel superkapasitor, semakin kecil nilai densitas elektroda sel
38
superkapasitor maka semakin besar kemampuannya dalam menyimpan muatan
(Mukhlis et al., 2016), hal ini dikarenakan semakin kecil nilai densitas maka pori
besar (Novitra et al., 2022). Hasil pengukuran densitas sebelum dan sesudah
dari sampel SMD-00, SMD-05, dan SMD-10 yang diperoleh sebelum proses
0,943 g/cm3. Densitas dari sampel SMD-00, SMD-05, dan SMD-10 yang
g/cm3, 0,501 g/cm3, dan 0,557 g/cm3. Semua sampel sebelum karbonisasi dan
aktivasi fisika memiliki densitas yang relatif sama, sedangkan sesudah proses
39
terurai seperti hidrogen, oksigen dan nitrogen dalam bentuk gas dan tar (Ayinla et
al., 2019). Pada saat proses aktivasi fisika juga mempengaruhi penurunan densitas
Gambar 4.3 Diagram batang persentasi susut densitas elektroda karbon SMD
ukuran pori lebih luas dan volume pori yang lebih besar dengan konduktivitas
yang tinggi (Kobashi et al., 2017). Penambahan karbon nanotube 10% dapat
karbon nanotube dapat menutupi struktur pori pada elektroda karbon (Basri et al.,
2013).
40
4.3 Analisis Fourier Transform Infrared
kualitatif yaitu untuk mengetahui gugus fungsi dalam material karbon SMD.
Gugus fungsi ditentukan dari spectra vibrasi yang dihasilkan oleh suatu senyawa
pada panjang gelombang 4500 - 450 cm-1 seperti yang terlihat pada Gambar 4.4.
C-H C≡C
O-H C-O
C=O
puncak melebar dan bergeser kearah gelombang yang lebih pendek dengan
adanya ikatan hidroksil (Erabee et al., 2017). Pada bilangan gelombang 2945,30-
2951,09 menunjukkan adanya vibrasi regangan gugus fungsi C-H yang mana
gugus fungsi C-H ini berkisar pada bilangan gelombang 2800-3000 (Yakaboylu
keberadaan gugus C≡C (alkuna) dimana pada gugus ini memiliki tingkat
kemurnian karbon yang tinggi, dimana terjadinya pelepasan unsur O dan H pada
41
material sehingga dapat meningkatkan performa sel superkapasitor (Erabee et al.,
fungsi peregangan C=O atau aldehid (Kanjana et al., 2021). Pada bilangan
Gugus fungsi hidrofilik C–O, C=O dan O–H dapat meningkatkan hidrofilisitas
bahan elektroda. Kehadiran gugus fungsi ini pada permukaan karbon dapat
mikro elektroda karbon serat mahkota dewa (SMD). Analisis ini digunakan untuk
mengetahui sifat kristalinitas atau amorf yang terdapat pada elektroda karbon
SMD. Gambar 4.5 menunjukkan pola difraksi sinar-X elektroda karbon SMD
semikristalin dengan dua puncak landai pada sudut 2θ disekitar sudut 24º-25º pada
bidang hamburan 002 dan sudut 44º-45º pada bidang hamburan 100 hal ini juga
bersesuaian dengan yang didapatkan oleh (Farma et al., 2013). Puncak kristal
yang ditemukan pada semua sampel SMD ini berasal dari residu KOH yang
tersisa pada proses karbonisasi serta proses pencucian dan penetralan yang belum
adanya unsur selain karbon yang bersifat kristal pada elektroda SMD, seperti pada
sudut 28º, 29º dan 33º terdapat senyawa diopside (CaMgSiO2) (XRD JCPDS data
42
meningkatkan kinerja dari pada superkapasitor, karena kristal ini mengandung
unsur oksigen. Adanya puncak kristal yang dihasilkan dari senyawa diopside
CaMgSiO2
Intensitas Sinar-X
(002)(a.u)
(100)
2θ (Derajat)
lapisan (Lc), lebar lapisan (La), jumlah lapisan (Np) dan jarak antar kisi (d) pada
elektroda karbon SMD dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data jarak antar bidang dan
melalui pendekatan atau fitting yang dapat dilihat pada Lampiran 4 dengan
Tabel 4.2 Jarak antar bidang dan dimensi mikrokristalin elektroda karbon aktif
dari biomassa serat mahkota dewa
Jarak Antar Dimensi
2θ
Bidang Mikrokristalin
Sampel Lc / La NP
d002 d001
(002) (100) La Lc
(nm) (nm)
43
SMD-00 24,27 44,723 3,663 2,025 22,628 8,624 0,381 2,354
6
SMD-05 25,02 45,743 3,555 1,981 27,480 8,554 0,311 2,406
6
SMD-10 24,12 45,422 3,685 1,995 25,196 8,744 0,347 2,372
7
Lc dan La. Nilai Lc tertinggi terdapat pada sampel SMD-10 yaitu sebesar 8,554 nm
dan nilai Lc terendah terdapat pada sampel SMD-05 yaitu sebesar 8,744 nm. Nilai
nilai La tertinggi terdapat pada sampel SMD-05 yaitu sebesar 27,480 nm.
baru (Zhang et al., 2021). Menurut teori (Kumar et al., 1997) nilai Lc berbanding
terbalik dengan nilai luas permukaan, dimana Lc yang lebih rendah diperlukan
untuk pembentukan luas permukaan yang bernilai besar, hal tersebut dibuktikan
(grafit) dengan d002(grafit) dan ρ (grafit) adalah 0.33354 nm dan 2,268 g cm-3,
morfologi permukaan dan distribusi ukuran pori pada elektroda karbon serat
electron microscopy dari elektroda karbon SMD tanpa dan dengan penambahan
44
tanpa penambahan CNT dengan perbesaran 5000x dan 40.000x. Morfologi
permukaan yang terbentuk berupa agregat atau gumpalan dengan ukuran yang
dapat dilihat pada lampiran 5, hal ini dikarenakan rendahnya molaritas KOH yang
digunakan pada saat aktivasi kimia dan terdapatnya unsur silika yang merupakan
partikel pengotor yang juga terlihat pada pengujian EDX dan XRD. Sampel SMD-
struktur dasar dari CNT yang terdiri dari satu lembar grafit yang digulung menjadi
(a) (d)
(b) (e)
45
(c) (f)
CNT dapat menyebabkan pelebaran pori-pori dan struktur nanofiber akan terkait
silang satu dengan yang lainnya (Basri et al., 2013). Lebih lanjut peningkatan
pelebaran dan struktur nanofiber akan memecah dan saling tak terhubung
al., 2023).
kimia yang terdapat pada elektroda karbon serat mahkota dewa. Hasil analisis
karbon SMD. Elektroda karbon SMD memiliki persentase kandungan unsur kimia
46
seperti karbon (C), Oksigen (O2), Magnesium (Mg), Silika (Si), Kalium (K),
Tabel 4.3 dan Gambar 4.7 menunjukkan persentase unsur penyusun dari
sampel SMD-00, SMD-05 dan SMD-10 yang disintesis, secara umum pada setiap
sampel terdiri atas kandungan karbon. Pada sampel SMD-05 memiliki kandungan
karbon lebih tinggi dengan nilai persentase atom sebesar 98,64 % yang
disebabkan oleh penambahan CNT 5%, dimana CNT memiliki unsur penyusun
karbon dengan kadar yang tinggi. Peningkatan persentase CNT secara berlebihan
memiliki kemurnian yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja sel
Tabel 4.3 Kuantitas unsur penyusun elektroda karbon serat mahkota dewa
Sampel
SMD-00 SMD-05 SMD-10
Unsur (%)
Massa Atom Massa Atom Massa Atom
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Karbon 88,53 93,15 95,63 98,64 90,12 94,05
Oksigen 6,43 5,08 - - 5,99 4,69
Magnesium 0,28 0,14 - - - -
Silika 0,30 0,13 - - - -
Klorin 0,25 0,09 - - 0,57 0,20
Kalium 2,27 0,73 1,88 0,59 1,73 0,55
Kalsium 1,39 0,44 2,49 0,77 3,690 0,50
Natrium 0,12 0,06 - - - -
Sulfur 0,45 0,18 - - - -
KOH pada saat proses aktivasi kimia (Moshinsky, 1959). Unsur silika merupakan
unsur hara makro pada biomassa SMD yang memainkan peran penting dalam
47
proses fotosintesis yang tidak terurai secara menyeluruh selama proses pirolisis
(Kaushal et al., 2018). Zat mineral kalsium, klorin dan sulfur pada kerangka kisi
karbon disebabkan oleh komposisi mineral dari biomassa SMD yang tidak terurai
pada saat proses sintesis suhu rendah (Abegunde et al., 2021). Unsur natrium dan
magnesium merupakan kandungan alami dari biomassa serat buah mahkota dewa
(Hendra et al., 2011) yang tidak terurai sempurna selama proses karbonisasi dan
pesentase atom kecil. Hasil yang didapatkan bersesuaian dengan pengujian X-Ray
Intensitas (a.u)
Energi (keV)
Intesnitas (a.u)
Energi (keV)
48
Intensitas (a.u)
Energi (keV)
Gambar 4.7 Kurva hasil EDX (a) SMD-00 (b) SMD-05 (c) SMD-10
4.7 Analisis Cylic Voltametry
mahkota dewa. Cylic Voltammetry menunjukkan hubungan antara rapat arus dan
Gambar 4.8 Kurva cvlic voltammetry dengan laju pemindaian 1 mV/s untuk
variasi penambahan nanotube SMD
49
Hasil pengukuran cylic voltammetry untuk sampel SMD-00, SMD-05, dan
memiliki bentuk kuasi persegi panjang yang menunjukkan perilaku ideal dari
superkapasitor tipe EDLC (Zhang et al., 2021). Menurut (Armynah, 2019), luas
besar arus charge-discharge, maka semakin lebar bentuk kurva yang dihasilkan.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan arus pada saat proses pengisian dan
luas kurva terbesar dengan nilai kapasitansi spesifik sebesar 408,44 F/g sedangkan
kurva charge-discharge dengan luas terkecil pada sampel SMD-00 dengan nilai
kapasitansi spesifik sebesar 256,825 F/g. Nilai kapasitansi spesifik untuk masing-
masing sampel pada laju pemindaian 1 mV/s dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai Kapasitansi Spesifik, Rapat daya, dan Energi masing- masing
sampel pada laju pemindaian 1mV/s
Kode Ic Id Csp P E
Sampel (A) (A) (F/g) (W/kg) (Wh/kg)
SMD-00 0,000995 -0,00003 256,82 128,54 35,670
SMD-05 0,000543 -0,00048 408,44 204,42 56,727
SMD-10 0,000475 -0,00041 354,04 177,19 49,172
Lc yang rendah pada analisa XRD menghasilkan luas permukaan yang besar.
luas permukaan dan nilai kapasitansi spesifik yang tinggi pada elektroda
50
konduktivitas listrik pada material sel superkapasitor (Zakir et al., 2019). Fitur-
menjanjikan.
SMD dengan variasi laju pemindaian yaitu 1 mVs, 2 mVs-1, 5 mVs-1 dan 10 mVs-
1
. Variasi laju pemindaian bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju pemindaian
terhadap nilai kapasitansi spesifik yang dihasilkan dan bentuk kurva CV pada
ideal dari superkapasitor tipe EDLC, hal ini di karenakan oleh proses difusi dan
transmisi muatan yang sangat baik didalam satruktur pori elektroda SMD (Zhang
et al., 2021). Laju pemindaian dapat mempengaruhi bentuk kurva yang dihasilkan,
dimana semakin besar laju pemindaian maka arus charge-discharge akan semakin
besar. Sebaliknya semakin kecil laju pemindaian maka arus pengisian dan
pengosongan akan semakin kecil dan kurva yang dihasilkan pun semakin kecil
laju pemindaian yang besar maka kenaikan tegangan yang terjadi cukup
besar dan respon dari arus yang dihasilkan menjadi besar. Sebaliknya saat laju
pemindaian yang diberikan kecil, maka kenaikan tegangan yang terjadi cukup
kecil dan respon dari arus yang dihasilkan menjadi kecil yang menyebabkan kurva
yang terbentuk semakin kecil (Zhao et al., 2007). Berikut laju pemindaian
terhadap nilai kapasitansi spesifik seperti yang terlihat pada Tabel 4.5
51
1 mV/s 256,82 408,44 354,04
2 mV/s 151,63 267,38 224,06
5 mV/s 112,64 186,66 144,57
10 mV/s 96,54 158,43 111,4
pemindaian. Terlihat pada Tabel 4.5 semakin tinggi laju pemindaian maka nilai
1000 detik untuk melakukan proses difusi ion pada elektroda sel superkapasitor,
sedangkan laju pemindaian 10 mV/s-1 membutuhkan waktu 100 detik untuk proses
difusi ion pada elektroda sel superkapasitor. Waktu yang lama saat proses difusi
waktu singkat saat proses difusi menyebabkan sedikitnya daerah yang dilalui ion
sehingga kapasitansi spesifiknya rendah yang dilalui oleh ion sehingga kapasitansi
(a)
(b)
52
(c)
terlihat pada Gambar 4.12. Kurva GCD menunjukkan bentuk kuasi segitiga yang
baik (Xu et al., 2021). Kurva GCD tidak benar-benar simetris hal ini dikarenakan
53
IR drop IR drop
IR drop
sampel SMD-00 dan SMD-10, hal tersebut dikarenakan perbedaan waktu pada
mengakibatkan jumlah elektron dan ion elektrolit yang lebih banyak berpartisipasi
pada permukaan elektroda. Peningkatan jumlah elektron dan ion elektrolit dapat
lebih lama dibandingkan dengan sampel SMD-00 dan SMD-10, hal ini
dibandingkan sampel lainnya. Nilai kapasitansi spesifik yang diperoleh dari SMD-
00, SMD-05 dan SMD-10 masing-masing sebesar 271,2 Fg-1, 361,7 Fg-1, dan
337,6 Fg-1. Adapun nilai IR drop pada masing-masing elektroda karbon sel
54
Tabel 4.6 Data GCD dari Elektroda SMD
Kode Sampel Csp Psp Esp Rct
(Fg )
-1
(W kg-1) (Wh kg-1) (Ω)
SMD-00 271,2 382 6,13 0,029
SMD-05 361,7 393 14,78 0,013
SMD-10 337,6 392 9,94 0,013
drop merupakan penurunan tegangan (V) secara drastis pada saat proses pengisian
dan pengosongan yang terjadi selama beberapa detik. Penurunan IR drop yang
lambat (Dai et al., 2020). Nilai IR drop tertinggi pada sampel SMD-00 yaitu
sebesar 0.029 sedangkan nilai IR drop terendah pada sampel SMD-05 dan SMD-
tertinggi dibandingkan sampel lainnya hal ini disebabkan lamanya waktu charge-
discharge dan juga resistansi yang dimiliki kecil sehingga dapat diabaikan dan
(a)
55
(b)
(c)
Gambar 4.11 Kurva GCD dengan Variasi Rapat Arus untuk (a) SMD-00, (b)
SMD-05, dan (c) SMD-10
Gambar 4.11 menunjukkan kurva GCD dengan variasi rapat arus 1 Ag -1.
Variasi rapat arus digunakan untuk mengetahui pengaruh rapat arus terhadap nilai
kapasitansi spesifik. Rapat arus mempengaruhi bentuk kurva dan nilai kapasitansi
spesifik, dimana jika rapat arus rendah maka akan menghasilkan kurva yang lebih
lebar dan tinggi, hal tersebut dikarenakan semakin lebar dasar kurva maka
semakin tinggi jumlah elektron dan ion elektrolit yang berpartisipasi dalam proses
pengisian dan pengosongan, sedangkan rapat arus yang besar maka akan
56
elektron dan ion yang berpartisipasi dalam proses pengisian dan pengosongan
arus. Nilai kapasitansi spesifik menurun seiring dengan kenaikan rapat arus. Saat
diberikan rapat arus yang rendah, maka pergerakan-pergerakan ion-ion akan lebih
sebaliknya jika rapat arus yang diberikan tinggi maka ion-ion elektrolit akan
57
Gambar 4.13 Plot Ragone sel superkapasitor
Gambar 4.15 menunjukkan plot ragone hubungan antara rapat daya dan
rapat energi pada sampel SMD. Sampel SMD-05 memiliki rapat daya dan rapat
energi yang lebih tinggi jika dibandingkan sampel SMD-00 dan SMD-10 seperti
yang terlihat pada Tabel 4.6, hal ini dikarenakan penambahan dan CNT secara
optimal mampu menghasilkan kinerja elektroda sel superkapasitor yang lebih baik
beberapa biomassa yang menggunakan aktivator KOH dan CNT. Biomassa serat
mahkota dewa pada Tabel 4.5 berpotensi untuk dijadikan elektroda karbon aktif
58
hal ini dikarenakan memiliki nilai kapasitansi spesifik tertinggi jika dibandingkan
penelitian-penelitian sebelumnya.
BAB V
59
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
karbon yang berasal dari serat buah mahkota dewa (phaleria macrocarpa) dengan
C≡C C=O, dan C-O, analisis XRD menunjukkan elektroda karbon SMD
memiliki dua puncak landai pada sudut 2θ disekitar sudut 24º-25º pada
bidang hamburan 002 dan sudut 44º-45º pada bidang hamburan 100 yang
biomassa serat buah mahkota dewa, akan tetapi peningkatan nanotube diatas
60
nilai kapasitansi spesifik tertinggi pada sampel SMD-05 sebesar 408,44 Fg -1
5.2 Saran
2. Sifat fisis elektroda karbon yang disajikan harus lebih detail dengan
3. Sifat elektrokimia sel superkapasitor yang disajikan harus lebih detail dengan
DAFTAR PUSTAKA
61
Abegunde, T.O. et al. (2021) „Nutritive Value and Preference of Guinea-Grass
Ensiled with or without Additive by West African Dwarf (WAD) Goats‟,
Tropical Animal Science Journal, 44(2), pp. 173–182.
Altaf, R. et al. (2013) ‘Phytochemistry and medicinal properties of Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts’, Pharmacognosy Reviews, 7(13), pp.
73–80. Available at: https://doi.org/10.4103/0973-7847.112853.
Apriyani, I. dan Farma, R. 2021. Pembuatan Elektroda Karbon Aktif dari Tandan
Kosong Buah Aren dengan Variasi Suhu Karbonisasi. Komunikasi Fisika
Indonesia 18 (1) : 58-63
Armynah, B. (2019) ‘Effect of Temperature on Physical and Electrochemical
Properties of the Monolithic Carbon-Based Bamboo Leaf to Enhanced
Surface Area and Specific Capacitance of the Supercapacitor’,
International Journal of Electrochemical Science, 14, pp. 7076–7087.
Available at: https://doi.org/10.20964/2019.08.59.
Aziz, Hermansyah, Tetra, O. N., Alif, A., Syukri, S., & Perdana, Y. A. (2017).
Performance Karbon Aktif dari Limbah Cangkang Kelapa Sawit sebagai
Bahan Elektroda Superkapasitor. Jurnal Zarah, 5(2),
Azizi, I., & Radjeai, H. (2018). A New Strategy for Battery and Supercapacitor
Energy Management for An Urban Electric Vehicle. Electrical
Engineering, 100(2), 667–676.
Azwar, E. et al. (2018) ‘Transformation of biomass into carbon nanofiber for
supercapacitor application – A review’, International Journal of Hydrogen
Energy,43(45),pp.20811–20821.Availableat:
https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2018.09.111
Bashir, Sajid & Liu, Jingbo (2015). Advanced Nanomaterials and Their
Application in Renewable Energy.Nanocharacterization. Elsevier Inc.
Basri, N.H. et al. (2013b) ‘Supercapacitors using binderless composite monolith
electrodes from carbon nanotubes and pre-carbonized biomass residues’,
Biomass and Bioenergy, 59, pp. 370–379. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2013.08.035.
Chiu, Yi-Han and Lin, Lu-Yin. 2019. Effect of activated agents for producing
activated carbon using a facile one-step synthesis with waste coffee
grounds for symmetric supercapacitor. Journal of the taiwan institute of
chemical engineers. (101) 177-185.
Cullity, B.D. 2001. Elements of X-Rays Diffraction. Amazon: Prentice Hall.
Dai, P. et al. (2020) ‘Cotton fabrics-derived flexible nitrogen-doped activated
carbon cloth for high-performance supercapacitors in organic electrolyte’,
Electrochimica Acta, 354, p. 136717. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.electacta.2020.136717.
De, S., Acharya, S., Sahoo, S., & Chandra Nayak, G. (2020). Present status of
biomass-derived carbon-based Composites For supercapacitor application.
62
In Nanostructured, Functional, and Flexible Materials For Energy
Conversion and Storage Systems. Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/b978-0-12-819552-9.00012-9.
De, B., Banarjee, S., Pal, T., Verma, K. D., Tyagi, A., Manna, P.K., & Kar, K.K.
(2020). Transition metal oxide-/carbon-/ electronically conducting
polymer-based ternary composites as electrode materials for
supercapacitors. In Springer Series In Materials Science (Vol. 302).
https://doi.org/10.1007/978-3-030-52359-6_15.
Deraman, M., omar, R., Harun, A.G., Ismail, M.P., 1998. Young’s modulus Of
Carbon From Self-Adhesive Carbon Grain Of oil Palm Bunches. Journal
Of Material Science Letter 17: 2059-2060.
Dery, B. and Zaixiang, L. (2021) ‘Scanning Electron Microscopy (SEM) as an
Effective Tool for Determining the Morphology and Mechanism of Action
of Functional Ingredients’, Food Reviews International, 00(00), pp. 1–20.
Available at: https://doi.org/10.1080/87559129.2021.1939368.
Dolah, B.N.M. et al. (2014) ‘A method to produce binderless supercapacitor
electrode monoliths from biomass carbon and carbon nanotubes’,
Materials Research Bulletin, 60, pp. 10–19. Avaliable
at:https://doi.org/10.1016/jmaterresbull.
Erabee, I.K. et al. (2017) ‘A new activated carbon prepared from sago palm bark
through physiochemical activated process with zinc chloride’,
Engineering Journal, 21(5), pp. 1–14. Available at:
https://doi.org/10.4186/ej.2017.21.5.1.
Epp, J. (2016) X-Ray Diffraction (XRD) Techniques for Materials
Characterization, Materials Characterization Using Nondestructive
Evaluation (NDE) Methods. Elsevier Ltd. Available at:
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-100040-3.00004-3.
Erabee, I.K. et al. (2017) ‘A new activated carbon prepared from sago palm bark
through physiochemical activated process with zinc chloride’,
Engineering Journal, 21(5), pp. 1–14. Available at:
https://doi.org/10.4186/ej.2017.21.5.1.
Faraji, S., & Ani, F. N. (2015). The development supercapacitor from activated
carbon by electroless plating A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 42 (November), 823-834. https://doi.10.1016/j.rser.2014.10.068.
Farma, R. 2020. Elektroda Karbon Sel Superkapasitor Berbasis Biomassa Daun
Kelapa Sawit. UR Press Pekanbaru.
Farma, R., Anakis, R. P., & apriyani, I. (2021). Activated Carbon (AC) prepared
by direct CO2 activation of parsea americana seeds biomass for
supercapacitor electrodes. Journal of Physics: Conference Series, 2049(1).
https:// doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012067.
Farma, R., Lestari, A.N.I. and Apriyani, I. (2021) ‘Supercapacitor cell electrodes
derived from Nipah Fruticans fruit coir biomass for energy storage
applications using acidic and basic electrolytes’, Journal of Physics:
63
Conference Series, 2049(1), pp. 0–8. Available at:
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012043.
Farma, R. et al. (2013) ‘Preparation of highly porous binderless activated carbon
electrodes from fibres of oil palm empty fruit bunches for application in
supercapacitors’, Bioresource Technology, 132, pp. 254–261. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2013.01.044.
Farma, R. et al. (2021) ‘Fabrication of carbon electrodes from sago midrib
biomass with chemical variation for supercapacitor cell application’,
Journal of Physics: Conference Series, 2049(1), pp. 0–10. Available at:
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2049/1/012054.
Farma, R. et al. (2022) ‘Hemicellulosa-derived Arenga pinnata bunches as free-
standing carbon nanofiber membranes for electrode material
supercapacitors’, Scientific Reports, 12(1), pp. 1–11. Available at:
https://doi.org/10.1038/s41598-022-06619-4.
Farma, R., Indriani, A. and Apriyani, I. (2023) ‘Hierarchical-nanofiber structure
of biomass-derived carbon framework with direct CO2 activation for
symmetrical supercapacitor electrodes’, Journal of Materials Science:
Materials in Electronics, 34(2). Available at:
https://doi.org/10.1007/s10854-022-09446-5.
Farma, R. and Tondang, O.L. (2019) ‘Analisis Sifat Fisis Karbon Aktif Dari
Biomassa Daun Kelapa Sawit Dengan Variasi Konsentrasi Aktivator KOH
Berbantuan Iradiasi Gelombang Mikro’, Prosiding Seminar Nasional
Fisika Universitas Riau IV, (September), pp. 978–979.
Farma, R., Siagian, W. F., Taer, E., & Awitdrus. (2020). Preparation And
Characterization Activated Carbon Based On Mesocarp Of Bintaro Fruit
As Electrode Materials Supercapacitor Cell Application. Journal Of
Physics: Conference Series, 1655(1).
Fatimah, N. F dan Utami, B. 2017. Sintesis dan Analisis Spektra IR, Difraktogram
XRD, SEM pada Material Katalis Berbahan Ni/ Zeolit Alam Teraktivasi
dengan Metode Impregnasi. Journal Cis-Trans 1 (1) : 35-39.
Feng, P. et al. (2020) ‘Biomass-based activated carbon and activators: Preparation
of activated carbon from corncob by chemical activation with biomass
pyrolysis liquids’, ACS Omega, 5(37), pp. 24064–24072. Available at:
https://doi.org/10.1021/acsomega.0c03494.
Fiana, N. and Oktaria, D. (2016) ‘Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging
Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ) terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah’, Majority, 5(4), pp. 128–132.
Habibah, M. D. (2016). Variasi Holding Time Suhu Aktivasi Karbon Aktif dari
Tempurung Kluwak (Pangium edule) sebagai Elektroda pada
Superkapasitor. Inovasi Fisika Indonesia, 5(1).
https://doi.org/10.26740/ifi.v5n1.p%25p.
Hardi, A. D., Joni, R., Syukri, S., & Aziz, H. (2020). Pembuatan Karbon Aktif
dari Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Elektroda Superkapasitor.
64
Jurnal Fisika Unand, 9(4), 479–486. https://doi.org/10.25077/jfu.9.4.479-
486.2020.
Hendra, R. et al. (2011) ‘Flavonoid analyses and antimicrobial activity of various
parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl fruit’, International Journal
of Molecular Sciences, 12(6), pp. 3422–3431. Available at:
https://doi.org/10.3390/ijms12063422.
Ji, Y., Xie, J., Wu, J., Yang, Y., Zhu, Fu, X., Sun, R., and Wong, C. 2018.
Hierarchical Nanothorns MnCo2O4 Growns on Porous/ Dense Ni Bi-
Layers Coated Cu wire Current Collectors for High Performance Flexible
Solid-State Fiber Supercapacitors. Journal of Power Sources. 293: 54-61.
Kumar, k., Saxena, R. K., Kothari, R. D., Suri, K., Kaushik, N.K and Bohra, J. N.
1997. Corelation Between Adsorption and X-Ray Diffraction Studies on
Viscose Rayon Based Activated Carbon Cloth. Carbon 35. 12: 1842-1844.
Kurniawan, P., Taer, E., Malik, U., dan Taslim, R. 2018. Pengaruh Konsentrasi
KOH Terhadap Sifat Fisis dan Elektrokimia Elektroda Karbon dari
Limbah Kulit Durian sebagai Sel Superkapasitor. Komunikasi Fisika
Indonesia 15 (1) :62
Lempang, M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Info Teknis EBONI
11 (2) :65- 80
65
Lestari, A.N.I. et al. (2020) ‘Fabrikasi Dan Karakterisasi Elektroda Karbon Dari
Biomassa Serabut Buah Nipah Dengan Variasi Konsentrasi Aktivator
Koh’, Komunikasi Fisika Indonesia, 17(3), p. 127. Available at:
https://doi.org/10.31258/jkfi.17.3.127-133.
Licht, F., Davis, M. A., & Andreas, H. A. (2020). Charge Redistribution And
Electrode History Impact Galvanostatic Charging/Discharging And
Associated Figures Of Merit. Journal Of Power Sources, 446(July
2019),227354.
Liu, S. et al. (2020) ‘Fabrication and characterization of polylactic
acid/polycaprolactone composite macroporous micro-nanofiber scaffolds
by phase separation’, New Journal of Chemistry, 44(40), pp. 17382–
17390. Available at: https://doi.org/10.1039/d0nj03176c.
Marsh, H., and Rodríguez-Reinoso, F. 2006. Activation Processes (Chemical).
Activated Carbon. 1-44.
Mazlan, M.A.F. et al. (2016) ‘Activated Carbon from Rubber Wood Sawdust by
Carbon Dioxide Activation’, Procedia Engineering, 148, pp. 530–537.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.549.
Mirzaeian, M., Abbas, Q., Ogwu, A., hall, P., Goldin, M., Mirzaeian, M. and
Jirandehi, H. F. 2017. Electrode and Electrolyte Materials for
Electrochemical Capacitors. International Journal of Hydrogen Energy
42 : 25565-25587.
Mohamed, M. A., Jaafar, J., Ismail, A. F., Othman, M. H. D., & Rahman, M. A.
(2017). Fourier Transform Infrared (Ftir) Spectroscopy. In Membrane
Characterization. Elsevier B.V.
Mohammed, A. and Abdullah, A. (2018) ‘Scanning Electron Microscopy (Sem): a
Review’, Proceedings of 2018 Internacional Conference on Hydraulics
and Pneumatics - HERVEX, pp. 77–85.
Ones, D. A. E. J. (1978). Fourier Transform Infrared Spectra. Fourier Transform
Infrared Spectra.
Ong, L. K., Kurniawan, A., Suwandi, A. C., Lin, C. X., Zhao, X. S., & Ismadji, S.
(2012). A Facile And Green Preparation Of Durian Shell-Derived Carbon
78 Electrodes For Electrochemical Double-Layer Capacitors. Progress In
Natural Science: Materials International, 22(6), 624–630.
Pal, B., Yang, S., Ramesh, S., Thangadurai, V., & Jose, R. 2019. Electrolyte
Selection for supercapacitive devices: A critical review. Nanoscale
Advances. 1(10), 3807-3835.
Portet, C. et al. (2005) ‘Influence of carbon nanotubes addition on carbon-carbon
supercapacitor performances in organic electrolyte’, Journal of Power
Sources, 139(1–2), pp. 371–378. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jpowsour.2004.07.015.
Pourhosseini, S.E.M. et al. (2018) ‘Synthesis of a Novel Interconnected 3D Pore
Network Algal Biochar Constituting Iron Nanoparticles Derived from a
Harmful Marine Biomass as High-Performance Asymmetric
66
Supercapacitor Electrodes’, ACS Sustainable Chemistry and Engineering,
6(4), pp. 4746–4758. Available at:
https://doi.org/10.1021/acssuschemeng.7b03871
Ramalingam, R.S. et al. (2018) „Novel Method to Prepare Activated Carbon
Nanomaterials from Defunct Novel Method to Prepare Activated Carbon
Nanomaterials from Defunct Leaves‟, American Journal of Chemistry and
Materials Science, 6(1), pp. 1–6.
Raza, W., Ali, F., Raza, N., Luo, Y., Kim, K., Yuang, J., Kumar, s., Mehmood, A.
and Kwon, E. E. 2018. Recent Advancements in Supercapacitor
Technology. Nano Energy 52 : 441-473.
Razavi, M. et al. (2020) „Biodegradable Magnesium Bone Implants Coated with a
Novel Bioceramic Nanocomposite‟, pp. 1–15.
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam
Sistem Biologis. Jurnal Belian 9 (2) : 196-202.
Riadi, S. 2010. Fabrikasi dan Karakterisasi Nanopartikel Platinum pada Elektroda
Karbon dari Bahan Serbuk Kayu Karet sebagai Bahan Sel Superkapasitor.
Skripsi Jurusa Fisika FMIPA, Universitas Riau. Pekanbaru.
Rohmah, B. A., Mustakim, F., Ramadhany, F., & Masitoh, H. (2022). Review
Nanopartikel Logam/Logam Oksida- Terkomposisi Karbon Berpori via
Sintesis Hidrotermal untuk Superkapasitor Performa Tinggi. June, 0–6.
Rohmawati, L., Intifadhah, S. H., Setyarsih, W., and Tukiran. 2019. Specific
Capacitance of Composite Electrode Activated Carbon/rGO of Coconut
Shell (Cocos Nucifera) as Supercapasitor Electrode. Journal of Physics:
Conference Series. 1171: 1-9.
Sahin, M. E., Blaabjerg, F., & Sangwongwanich, A. (2022). A Comprehensive
Review on Supercapacitor Applications and Developments. Energies,
15(3), 1–26. https://doi.org/10.3390/en15030674
Sania, G. et al. (2022) ‘Pemanfaatan karbon aktif dari ampas biji kopi
robusta yang diaktivasi menggunakan kalium hidroksida ( KOH
) sebagai bahan dasar elektroda superkapasitor Utilization of
activated carbon from used robusta coffee ground activated
using potassium hydroxide (’, J. Aceh Phy. Soc, 11(1), pp. 24–
32. Available at: https://doi.org/10.24815/jacps.v11i1.22190.
Scimeca, M., Bischetti, S., Lamsira, H. K., Bonfiglio, R., & Bonanno, E. (2018).
Energy Dispersive X-Ray (Edx) Microanalysis: A Powerful Tool In
Biomedical Research And Diagnosis. European Journal Of
Histochemistry: Ejh, 62(1).
67
on ZnO nanorod arrays decorated with Ag2S quantum dots as the
photoanode and a PEDOT charge storage counter-electrode’, RSC
Advances, 10(10), pp. 5712–5721. Available at:
https://doi.org/10.1039/c9ra10635a.
Stepanus, S., Kahar, N. Y., & Qamaruzzaman, Q. (2018). Karakterisasi
Superkapasitor Melalui Scanning Electron Microscope dan Fourier
Transform Infrared Spectroscopy. Prosiding Seminar Nasional Renewable
and Smart Energy Systems 155-163.
Sulistyani, M. et al. (2021) ‘Method Validation on Functional Groups Analysis of
Geopolymer with Polyvinyl Chloride ( PVC ) as Additive Using Fourier
Transform Infrared ( FT-IR )’, Indonesian Journal of Chemical Science,
10(3), pp. 198–205.
Susana, H. dan astuti. 2016. Pengaruh Konsentrasi LiOH Terhadap Sifat Listrik
Anoda Baterai Litium Berbasis Karbon Aktif Tempurung Kemiri. Jurnal
Fisika Unand 5 (2) : 136-141.
Taer, E., Ira, A., sugianto, S., & Taslim, R. (2016). Pengaruh Jenis Aktivator
Kimia Terhadap Densitas Dan kapasitansi Spesifik Elektroda Karbon
Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Karet. V, SNF2016-MPS-79-SNF2016-
MPS-84. https://doi.org/10.21009/0305020215.
Taer, E., Sumantre, M. A., Taslim, R., Dahlan, D., & Deraman, M. 2014. Eggs
shell membrane as natural separator for supercapacitor applications. In
Advanced Materials Research (Vol. 896, pp. 66-69). Trans Tech
Publications Ltd.
Tao, L. et al. (2015) ‘Supercapacitor electrode with a homogeneously Co3O4-
coated multiwalled carbon nanotube for a high capacitance’, Nanoscale
Research Letters, 10(1), pp. 2–8.
Tumimomor, F.R. and Palilingan, S.C. (2018) ‘Pemanfaatan karbon aktif dari
sabut kelapa sebagai elektroda superkapasitor’, Fullerene Journal of
Chemistry, 3(1), p. 13. Available at: https://doi.org/10.37033/fjc.v3i1.29.
Wang, K., Zhao, N., Lei, S., Yan, R., Tian, X., Wang, J., Song, Y., Xu, D., Guo,
Q., & Liu, L. (2015). Promising Biomass-Based Activated Carbons
Derived from Willow Catkins for High Performance Supercapacitors.
Electrochimica Acta, 166, 1–11.
https://doi.org/10.1016/j.electacta.2015.03.048.
Wang, Y., Qu, Q., Gao, S., Tang, G., Liu, K., He, S., & Huang, C. 2019. Biomass
derived carbon as binder-free electrode materials for suoercapacitors.
Carbon, 155, 706-726.
W, Gu., G, Yushin. 2013. Review of nanostructured carbon materials for
electrochemical capacitor applications: advantages and limitations of
activated carbon, carbide- derived carbon, zeolite-templated carbon,
carbon aerogels, carbon nanotubes, onion-like carbon, and grapheme.
WIRE Energy Environ. 3 : 424–473.
Widagdo, E.A., Pardoyo, P. and Subagio, A. (2008) ‘Pemanfaatan Carbon
68
Nanotube dan Karbon Aktif sebagai Elektroda Model Desalinasi’, Jurnal
Kimia Sains dan Aplikasi, 11(3), pp. 90–95. Available at :
https://doi.org/10.14710/jksa.11.3.90-95.
Xi, Lin Wu and An, Wu Xu. 2014. Carbonaceous hydrogels and aerogels for
supercapacitors. Journal of Materials Chemistry A. 2 : 4852–4864.
Yan, M. et al. (2016) ‘Construction of a Hierarchical NiCo2S4@PPy Core-Shell
Heterostructure Nanotube Array on Ni Foam for a High-Performance
Asymmetric Supercapacitor’, ACS Applied Materials and Interfaces,
8(37), pp. 24525–24535. Available at:
https://doi.org/10.1021/acsami.6b05618.
Yakaboylu, G.A. et al. (2021) ‘Engineered hierarchical porous carbons for
supercapacitor applications through chemical pretreatment and activation
of biomass precursors’, Renewable Energy, 163, pp. 276–287. Available
at: https://doi.org/10.1016/j.renene.2020.08.092.
Yetri, Y., Mursida, Dahlan, D., Taer, E., Agustino, and Muldarisnur. 2020.
Identification of Cacao Peels Potential as a Basic of Electrodes
Environmental Friendly Supercapacitors. Key Engineering Materials 846 :
274-281.
Yuli, Y., Eka, S., Rakiman, and Yazmendra, R. 2021. Biomass Waste of Cocoa
Skin For Basic Activated carbon As Source Of Eco-Friendly Energy
Storage. Journal Of Physis : Conference Series 1788 :1-7
Zeng, L., Wu, T., Ye, T., Mo, T., Qiao, R., & Feng, G. (2021). Modeling
galvanostatik charge-discharge of nanoporous supercapacitors. Nature
Computational Science, I (11),725-731.https://doi.org/10.1038/s43588-
021-00153-5.
Zhang, Y., Ghaly, A.E. and Li, B. (2012) ‘Physical properties of corn residues’,
American Journal of Biochemistry and Biotechnology, 8(2), pp. 44–53.
Available at: https://doi.org/10.3844/ajbbsp.2012.44.53.
Zhang, Y. et al. (2021) ‘Multi-walled carbon nanotubes/carbon foam
nanocomposites derived from biomass for CO2 capture and supercapacitor
applications’, Fuel, 305(July),p.121622. Available at :
https://doi.org/10.1016/j.fuel.2021.121622.
Zhao, J., Lai., Dai, Y., and Xie, J. 2007. Pore Structure Control of Mesoporous
Carbon as Supercapacitor Material. Material letters 61 : 4639-4642.
Zheng, Q. et al. (2015) ‘Cellulose nanofibril/reduced graphene oxide/carbon
nanotube hybrid aerogels for highly flexible and all-solid-state
supercapacitors’, ACS Applied Materials and Interfaces, 7(5), pp. 3263–
3271. Available at: https://doi.org/10.1021/am507999s.
Zhong, C., Deng, Y., Hu, W., Qiao, J., Zhang, L., & Zhang, J. (2015). A Review
Of Electrolyte Materials And Compositions For Electrochemical
Supercapacitors. Chemical Society Reviews, 44(21), 7484–7539.
RIWAYAT HIDUP
69
Penulis bernama lengkap Yunia Rahmadhani merupakan
Perawang.
Negeri di SMPN 3 Tualang Perawang dan kemudian pada tahun 2019 penulis
Perawang.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur PBUD (Pemilihan
Bibit Unggul Daerah) pada tahun 2019. Selama kuliah penulis aktif dalam
70
LAMPIRAN I
PENYUSUTAN MASSA
Diketahui : m1 = 30 g
m2 = 22,94 g
71
LAMPIRAN 2
DATA SUSUT DENSITAS
Tabel 2.1 Data densitas SMD-00 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,70 1,9217 0,2597 0,9608 0,7527 0,9299
2 0,67 1,9153 0,2097 0,9577 0,6038 1,1097
3 0,70 1,9083 0,2700 0,9542 0,7719 0,9069
4 0,71 1,9163 0,2593 0,9582 0,7476 0,9497
5 0,69 1,9130 0,2740 0,9563 0,7871 0,8766
6 0,72 1,9127 0,2513 0,9563 0,7218 0,9975
7 0,70 1,9097 0,2727 0,9548 0,7806 0,8968
8 0,67 1,9230 0,2263 0,9615 0,6570 1,0198
9 0,72 1,9190 0,2833 0,9595 0,8191 0,8791
10 0,68 1,9317 0,2817 0,9658 0,8250 0,8242
11 0,70 1,9227 0,2330 0,9613 0,6761 1,0353
12 0,68 1,9147 0,2710 0,9573 0,7799 0,8719
13 0,72 1,9230 0,2600 0,9615 0,7547 0,9540
14 0,68 1,9113 0,2353 0,9557 0,6749 1,0076
15 0,69 1,9247 0,2837 0,9623 0,8249 0,8365
16 0,73 1,9240 0,2307 0,9620 0,6703 1,0891
17 0,67 1,9210 0,2867 0,9605 0,8304 0,8068
18 0,73 1,9150 0,2947 0,9575 0,8483 0,8606
19 0,67 1,9127 0,2797 0,9563 0,8031 0,8342
20 0,71 1,9217 0,2240 0,9608 0,6493 1,0934
Tabel 2.1 Data densitas SMD-00 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,19 1,4077 0,2323 0,7038 0,3614 0,5257
2 0,15 1,4183 0,2353 0,7092 0,3716 0,4036
3 0,20 1,3817 0,2410 0,6908 0,3612 0,5538
4 0,21 1,4143 0,2250 0,7072 0,3533 0,5944
5 0,21 1,4007 0,2273 0,7003 0,3501 0,5998
6 0,22 1,4127 0,2223 0,7063 0,3483 0,6316
7 0,20 1,4173 0,2303 0,7087 0,3632 0,5506
8 0,19 1,4113 0,2320 0,7057 0,3628 0,5238
9 0,21 1,4153 0,2333 0,7077 0,3669 0,5723
10 0,21 1,4123 0,2263 0,7062 0,3544 0,5926
11 0,23 1,4157 0,2300 0,7078 0,3618 0,6356
12 0,21 1,4330 0,2237 0,7165 0,3605 0,5824
13 0,19 1,4007 0,2210 0,7003 0,3404 0,5582
14 0,22 1,4170 0,2307 0,7085 0,3636 0,6051
15 0,17 1,4130 0,2277 0,7065 0,3568 0,4764
16 0,22 1,4187 0,2210 0,7093 0,3492 0,6301
17 0,23 1,4233 0,2320 0,7117 0,3690 0,6234
18 0,19 1,4120 0,2320 0,7060 0,3631 0,5233
72
19 0,23 1,4333 0,2263 0,7167 0,3650 0,6301
20 0,22 1,4193 0,2247 0,7097 0,3553 0,6192
Tabel 2.1 Data densitas SMD-05 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,73 1,9450 0,2407 0,9725 0,7147 1,0214
2 0,72 1,9330 0,2610 0,9665 0,7656 0,9405
3 0,72 1,9343 0,2600 0,9672 0,7637 0,9428
4 0,74 1,9390 0,2540 0,9695 0,7497 0,9871
5 0,73 1,9350 0,2643 0,9675 0,7769 0,9396
6 0,75 1,9313 0,2760 0,9657 0,8082 0,9280
7 0,74 1,9407 0,2713 0,9703 0,8022 0,9225
8 0,73 1,9420 0,2450 0,9710 0,7253 1,0064
9 0,74 1,9293 0,2643 0,9647 0,7724 0,9581
10 0,75 1,9313 0,2733 0,9657 0,8003 0,9371
11 0,73 1,9390 0,2480 0,9695 0,7319 0,9973
12 0,74 1,9437 0,2680 0,9718 0,7948 0,9311
13 0,75 1,9370 0,2780 0,9685 0,8188 0,9160
14 0,74 1,9443 0,2753 0,9722 0,8171 0,9057
15 0,72 1,9340 0,2620 0,9670 0,7693 0,9359
16 0,71 1,9327 0,2707 0,9663 0,7936 0,8946
17 0,73 1,9383 0,2527 0,9692 0,7452 0,9796
18 0,74 1,9297 0,2600 0,9648 0,7600 0,9737
19 0,73 1,9377 0,2597 0,9688 0,7653 0,9538
20 0,74 1,9463 0,2603 0,9732 0,7742 0,9559
Tabel 2.1 Data densitas SMD-05 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,22 1,4767 0,2517 0,7383 0,4308 0,5107
2 0,19 1,4553 0,2450 0,7277 0,4073 0,4664
3 0,2 1,4467 0,2333 0,7233 0,3833 0,5217
4 0,16 1,4303 0,2427 0,7152 0,3897 0,4105
5 0,21 1,4600 0,2367 0,7300 0,3960 0,5303
6 0,16 1,4390 0,2373 0,7195 0,3858 0,4147
7 0,21 1,4383 0,2290 0,7192 0,3719 0,5647
8 0,19 1,4573 0,2403 0,7287 0,4007 0,4742
9 0,24 1,4690 0,2480 0,7345 0,4201 0,5713
10 0,23 1,4893 0,2447 0,7447 0,4260 0,5399
11 0,18 1,4437 0,2563 0,7218 0,4194 0,4292
12 0,2 1,4560 0,2543 0,7280 0,4232 0,4725
13 0,21 1,4607 0,2437 0,7303 0,4081 0,5146
14 0,22 1,4543 0,2567 0,7272 0,4262 0,5162
15 0,22 1,4537 0,2397 0,7268 0,3976 0,5534
16 0,24 1,4733 0,2373 0,7367 0,4044 0,5934
17 0,18 1,4490 0,2530 0,7245 0,4170 0,4317
18 0,21 1,4773 0,2397 0,7387 0,4106 0,5114
19 0,19 1,4457 0,2760 0,7228 0,4528 0,4196
20 0,24 1,4650 0,2467 0,7325 0,4156 0,5775
73
Tabel 2.1 Data densitas SMD-10 sesudah karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,75 1,9280 0,2687 0,9640 0,7840 0,9567
2 0,73 1,9220 0,2570 0,9610 0,7453 0,9795
3 0,74 1,9373 0,2733 0,9687 0,8053 0,9189
4 0,73 1,9280 0,2590 0,9640 0,7558 0,9659
5 0,72 1,9153 0,2647 0,9577 0,7622 0,9447
6 0,74 1,9223 0,2517 0,9612 0,7301 1,0136
7 0,73 1,9217 0,2900 0,9608 0,8407 0,8684
8 0,71 1,9240 0,2737 0,9620 0,7952 0,8928
9 0,70 1,9197 0,2450 0,9598 0,7087 0,9877
10 0,75 1,9233 0,2703 0,9617 0,7850 0,9554
11 0,74 1,9253 0,2597 0,9627 0,7556 0,9793
12 0,74 1,9223 0,2700 0,9612 0,7832 0,9448
13 0,72 1,9193 0,2667 0,9597 0,7712 0,9337
14 0,75 1,9323 0,2627 0,9662 0,7699 0,9741
15 0,73 1,9243 0,2733 0,9622 0,7946 0,9188
16 0,72 1,9250 0,2657 0,9625 0,7728 0,9317
17 0,75 1,9263 0,2633 0,9632 0,7671 0,9777
18 0,70 1,9203 0,2667 0,9602 0,7720 0,9068
19 0,70 1,9257 0,2733 0,9628 0,7957 0,8798
20 0,75 1,9230 0,2750 0,9615 0,7983 0,9395
Tabel 2.1 Data densitas SMD-10 sebelum karbonisasi dan aktivasi fisika
No Massa (gr) d (cm) t (cm) r (cm) V (cm-3) ρ ¿gr/cm^3)
1 0,24 1,4277 0,2560 0,7138 0,4096 0,5859
2 0,22 1,4340 0,2293 0,7170 0,3702 0,5943
3 0,21 1,4387 0,2620 0,7193 0,4257 0,4933
4 0,22 1,4770 0,2497 0,7385 0,4276 0,5146
5 0,23 1,4387 0,2280 0,7193 0,3704 0,6209
6 0,21 1,4130 0,2137 0,7065 0,3349 0,6271
7 0,18 1,4183 0,2330 0,7092 0,3679 0,4892
8 0,22 1,4437 0,2523 0,7218 0,4128 0,5329
9 0,19 1,3857 0,2713 0,6928 0,4090 0,4646
10 0,21 1,4420 0,2530 0,7210 0,4130 0,5085
11 0,20 1,4217 0,2590 0,7108 0,4109 0,4867
12 0,25 1,4147 0,2510 0,7073 0,3943 0,6340
13 0,24 1,4443 0,2577 0,7222 0,4220 0,5688
14 0,21 1,4197 0,2353 0,7098 0,3723 0,5640
15 0,24 1,4330 0,2597 0,7165 0,4186 0,5734
16 0,24 1,4257 0,2330 0,7128 0,3718 0,6456
17 0,18 1,4410 0,2447 0,7205 0,3988 0,4513
18 0,26 1,4307 0,2487 0,7153 0,3995 0,6507
19 0,25 1,4117 0,2653 0,7058 0,4151 0,6023
20 0,22 1,4550 0,2480 0,7275 0,4121 0,5338
74
LAMPIRAN 3
DATA ANALISIS FTIR
Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area
Sity Intensity
75
2387,87 16,179 0,502 2391,73 2360,87 23,093 0,221
Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area
Sity Intensity
76
956,69 24,258 0,452 1008,77 952,84 32,814 0,869
Peak Inten Corr. Base (H) Base (L) Area Corr. Area
Sity Intensity
77
1082,07 28,920 1,952 1105,21 1033,85 37,157 1,433
78
LAMPIRAN 4
DATA ANALISIS XRD
79
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No
Graphics
Document History
Insert Measurement:
- File name = "SMD 0.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:37:18 PM"
- Modification editor = "User"
Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
80
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:37:18 PM"
- Modification editor = "User"
81
Scan Step Time [s]: 7.1400
Scan Type: Continuous
PSD Mode: Scanning
PSD Length [°2Th.]: 3.35
Offset [°2Th.]: 0.0000
Divergence Slit Type: Fixed
Divergence Slit Size [°]: 0.8709
Specimen Length [mm]: 10.00
Measurement Temperature [°C]: 25.00
Anode Material: Cu
K-Alpha1 [Å]: 1.54060
K-Alpha2 [Å]: 1.54443
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No
Graphics
82
Document History
Insert Measurement:
- File name = "SMD 5.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:40:01 PM"
- Modification editor = "User"
Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:40:01 PM"
- Modification editor = "User"
83
Sample stage=Reflection-Transmission Spinner
PW3064/60; Minimum step size Phi:0.1
Diffractometer system=XPERT-PRO
Measurement program=C:\PANalytical\Data
Collector\Programs\program 1.xrdmp,
Identifier={6ECEAE3D-A698-42B6-9980-
55871521B293}
Gonio (sampel serbuk)
Measurement Date / Time: 12/9/2022 11:42:39 AM
Operator: User
Raw Data Origin: XRD measurement (*.XRDML)
Scan Axis: Gonio
Start Position [°2Th.]: 10.0131
End Position [°2Th.]: 99.9731
Step Size [°2Th.]: 0.0260
Scan Step Time [s]: 7.1400
Scan Type: Continuous
PSD Mode: Scanning
PSD Length [°2Th.]: 3.35
Offset [°2Th.]: 0.0000
Divergence Slit Type: Fixed
Divergence Slit Size [°]: 0.8709
Specimen Length [mm]: 10.00
Measurement Temperature [°C]: 25.00
Anode Material: Cu
K-Alpha1 [Å]: 1.54060
K-Alpha2 [Å]: 1.54443
K-Beta [Å]: 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio: 0.50000
Generator Settings: 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type: 0000000011130968
Diffractometer Number: 0
Goniometer Radius [mm]: 240.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm]: 100.00
Incident Beam Monochromator: No
Spinning: No
Graphics
84
Document History
Insert Measurement:
- File name = "SMD 10.xrdml"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "User"
Default properties:
- Measurement step axis = "None"
- Internal wavelengths used from anode material: Copper (Cu)
- Original K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Used K-Alpha1 wavelength = "1.54060"
- Original K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Used K-Alpha2 wavelength = "1.54443"
- Original K-Beta wavelength = "1.39225"
- Used K-Beta wavelength = "1.39225"
- Irradiated length = "10.00000"
- Spinner used = "No"
- Receiving slit size = "0.10000"
- Step axis value = "0.00000"
- Offset = "0.00000"
- Sample length = "10.00000"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "User"
85
Interpolate Step Size:
- Derived = "Yes"
- Step Size = "0.01"
- Modification time = "12/9/2022 2:43:06 PM"
- Modification editor = "PANalytical"
86
LAMPIRAN 5
DATA ANALISIS EDX
Title : IMG1
---------------------------
Instrument : 6510(LA)
Volt : 15.00 kV
Mag. : x 1,000
Date : 2022/12/29
30
30 µm
µm
keV
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis
Title : IMG1
---------------------------
Instrument : 6510(LA)
Volt : 15.00 kV
Mag. : x 1,000
Date : 2023/01/25
30
30 µm
µm
1000
Acquisition Parameter
900
Instrument : 6510(LA)
800
Acc. Voltage : 15.0 kV
700
Probe Current: 1.00000 nA
600
PHA mode : T3
Counts
500
keV
88
5.3 Kandungan Unsur dari Elektroda Karbon SMD-10
Title : IMG1
---------------------------
Instrument : 6510(LA)
Volt : 15.00 kV
Mag. : x 1,000
Date : 2023/01/25
30 µm
2000 Acquisition Parameter
1800
C-K Instrument : 6510(LA)
1600
Acc. Voltage : 15.0 kV
1400
89
LAMPIRAN 6
DATA ANALISIS CV
Ic−Id
2[ ]
Csp = 2
s.m
1 2 1000 E
Esp = C sp V Psp = 3600
2 3600 ∆t
1 2 1000 49,16
Esp = 354 1 Psp = 3600
2 3600 999
90
6.2 Kurva CV SMD-00
91
Gambar 6.2.3 Sampel SMD-00 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s
92
6.3 Kurva CV SMD-05
93
Gambar 6.3.3 Sampel SMD-05 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s
94
6.4 Kurva CV SMD-10
95
Gambar 6.4.3 Sampel SMD-10 dengan Laju Pemindaian 5 mV/s
96
LAMPIRAN 7
97
Gambar 7.2.3 Sampel SMD-00 dengan Rapat Arus 5 A.g-1
98
Gambar 7.2.1 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 1 Ag-1
99
Gambar 7.2.3 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 5 Ag-1
100
Gambar 7.3.1 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 1 Ag-1
101
Gambar 7.3.3 Sampel SMD-10 dengan Rapat Arus 5 Ag-1
102
LAMPIRAN 8
103
CV dan GCD Gas CO2 dan N2 Jangka Sorong
104