Anda di halaman 1dari 17

[Type text]

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Sinar-X memiliki interaksi penting dengan materi biologis. mereka memiliki energi yang
cukup untuk mengionisasi molekul di dalam sel-sel biologis, yaitu untuk menjatuhkan
elektron dari beberapa molekul. Elektron yang digusur kemudian dapat bergerak
menyebabkan lebih banyak kerusakan. Seperti ultraviolet, radiasi ini dapat menyebabkan
mutasi dan kanker. Radiasi yang cukup energetik untuk mengionisasi materi biologis
disebut radiasi pengion. Sinar-x dan sinar gamma adalah radiasi pengion, tetapi
ultraviolet memiliki energi yang tidak mencukupi dan radiasi pengion
Sinar-X dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi yang lebih
rendah dari sebuah atom. Elektron-elektron terdalam terikat sedemikian kuatnya sehingga
ukuran lebar antara tingkat energinya memadai bagi tingkat pemancaran foton dalam
rentang panjang gelombang sinar-X. Sebaliknya, ikatan-ikatan elektron terluar relatif
lemah, dan lebar antara tingkat energinya hanyalah beberapa elektron volt. Dengan
demikian transisi antara tingkat-tingkat ini hanyalah memberikan foton dalam spektrum
cahaya tampak.
Adapun dalam percobaan pantulan Bragg, difraksi sinar-x pada suatu bahan
monokristal ini diarahkan pada suatu Kristal dan dibelakang Kristal tersebut ditempatkan
suatu lempeng fotografi maka gambar yang diperoleh dalam lempeng tersebut akan
menunjukkan suatu oktah-noktah yang tersusun dalam pol geometrik disekitar pusat
berkas cahaya tersebut.

1.2 Tujuan
1. Untuk menyelidiki pantulan Bragg pada suatu sampel NaCl monocrystal yang
menggunakan radiasi sinar-X dari molybdenum
2. Untuk menentukan riak gelombang 𝐾𝛼 dan 𝐾𝛽 radiasi sinar-X molybdenum
3. Untuk mengetahui hukum pantulan Bragg
4. Untuk menguji sifat gelombang dari sinar-X
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB II
LANDASAN TEORITIS

Sinar x memiliki interaksi penting dengan materi biologis. mereka memiliki energi yang
cukup untuk mengionisasi molekul di dalam sel-sel biologis, yaitu untuk menjatuhkan
elektron dari beberapa molekul. Elektron yang digusur kemudian dapat bergerak
menyebabkan lebih banyak kerusakan. seperti ultraviolet, radiasi ini dapat menyebabkan
mutasi dan kanker. Radiasi yang cukup energetik untuk mengionisasi materi biologis disebut
radiasi pengion. Sinar x dan sinar gamma adalah radiasi pengion, tetapi ultraviolet memiliki
energi yang tidak mencukupi dan radiasi pengion. Sinar x mampu menembus secara
mendalam ke dalam materi biologis, dan mereka diberikan kepada penyebab yang berguna
untuk memeriksa bagian dalam tubuh manusia tanpa operasi.
Ada logika tertentu untuk tur kami melalui wilayah spektrum elektromagnetik.
ketika kita bergerak ke panjang gelombang yang lebih kecil, kita bergerak menuju frekuensi
yang lebih tinggi, yang menyiratkan radiasi berenergi lebih tinggi, yang pada gilirannya
menyiratkan proses energi lebih tinggi untuk menciptakan radiasi.
Kami juga telah berkembang menuju proses yang terjadi dalam ruang yang lebih
kecil dan lebih kecil. gelombang elektronik dibuat dalam rangkaian listrik; inframerah
diciptakan dalam molekul; dan tiga berikutnya (sinar tampak, ultraviolet, dan X) dibuat dalam
atom.
Seperti sinar X, sinar gamma adalah bentuk radiasi pengion dan dapat merusak
materi biologis. Tapi ini fitur yang sering digunakan untuk menghancurkan sel-sel yang sakit
dan menyembuhkan beberapa jenis kanker. Karena panjang gelombang sinar gamma jauh
lebih kecil daripada atom-atom individual, atom tidak dapat meresponnya dengan mudah,
sehingga mereka dapat menekit lebih dalam ke materi.
Pertimbangkan gelombang elektromagnetik disekeliling anda. Kamar anda penuh
dengan semua gelombang ini. Ratusan siaran televisi dan radio, radio pulsations dari bintang
neutron, suara radio dari jutaan bintang normal, radiasi latar belakang kosmik lemah,
kemungkinan komunikasi dari kehidupan luar angkasa, radiasi dari matahari dan radiasi dari
pusat galaksi kita, dan banyak lagi melewati kamar anda sekarang. Tubuh anda dilengkapi
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

untuk menerima hanya bagian kecil dari spectrum lengkap dari gelombang ini. Dengan
menerima yang tepat, anda dapat mendengarkan frekuensi lainnya. (Art Hobson, 1995)
Solusi von laue pada kisi-kisi, bukan dengan sinar tetapi dengan x-rays yang panjang
gelombangnya sebanding dengan jarak antar atom. radiasi berkas sempit (rentang frekuensi
kontinyu yang luas yang dipancarkan oleh tabung sinar x) diarahkan ke kristal tunggal yang
tipis. pelat film mengungkapkan pola fraunhofer yang terdiri dari larik tempat yang terletak
tepat. situs-situs gangguan konstruktif ini terjadi setiap kali sudut antara balok dan satu set
pesawat atom dalam kristal mematuhi hukum bragg:
2 d sin θ = mλ ......................................................................................................... (2.1)
perhatikan bahwa dalam x rays bekerja θ secara tradisional diukur dari pesawat dan tidak
normal untuk itu. Setiap set pesawat mengaburkan panjang gelombang tertentu ke arah
tertentu.Bukannya mengurangi λ ke kisaran sinar x, kita bisa meningkatkan semuanya dengan
faktor sekitar satu miliar dan membuat kisi-kisi dari logam sebagai kisi untuk gelombang
mikro.
Dalam konfigurasi fraunhofer, sistem difraksi relatif kecil, dan titik pengamatan
sangat jauh. dalam keadaan seperti ini beberapa fitur yang berpotensi bermasalah dari prinsip
huygens-fresnel dapat sepenuhnya dilewatkan tanpa perhatian. tetapi sekarang kita berurusan
dengan wilayah dekat-bidang, yang meluas sampai ke elemen yang terdifraksi itu sendiri, dan
perkiraan semacam itu tidak sesuai.
Oleh karena itu kami kembali ke prinsip huygens-fresnel untuk mengkaji ulang lebih
dekat. setiap saat, setiap titik pada muka gelombang utama dibayangkan sebagai penghasil
banyak gelombang sekunder bola. tetapi jika masing-masing wavelet memancar secara merata
ke segala arah, sebagai tambahan untuk menghasilkan gelombang yang sedang berlangsung,
ada juga gelombang balik yang bergerak kembali ke sumbernya.
Tidak ada gelombang yang ditemukan secara eksperimental, jadi kita harus
memodifikasi pola radiasi dari pemancar sekunder. kami sekarang memperkenalkan fungsi K
(q), yang dikenal sebagai faktor kemiringan atau kemiringan, untuk mendeskripsikan
directionality dari emisi sekunder. fresnel mengakui perlunya memperkenalkan sejumlah jenis
ini, tetapi ia melakukan sedikit lebih banyak daripada mengira-ngira tentang bentuknya.
K(θ) = ½(1 + cos θ) ................................................................................................ (2.2)
ini memiliki nilai maksimum, K (0) = 1, dalam arah maju dan juga membagi-bagikan dengan
gelombang kembali, karena K (π) = 0. (Eugene Hecht,1987)
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Sinar – X dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi yang lebih rendah
dari sebuah atom. Elektron – elektron terdalam terikat sedemikian kuatnya sehingga ukuran
lebar antara tingkat energinya memadai bagi tingkat pemancaran foton dalam rentang panjang
gelombang sinar – X. Sebaliknya, ikatan-ikatan elektron terluar relatif lemah, dan lebar antara
tingkat energinya hanyalah beberapa elektron volt. Dengan demikian transisi antara tingkat –
tingkat ini hanyalah memberikan foton dalam spektrum cahaya tampak.
Karena semua kulit terdalam sebuah atom terisi penuh, maka transisi sinar – X tidak
akan terjadi dalam keadaan normal.Sebagai contoh sebuah elektron 2p tidak dapat bertransisi
ke kulit 1s, karena semua aton setelah hidrogen memiliki sub kulit 1s yang terisi penuh.
Moesley adalah fisikawan pertama yang memperagakan cara baru untuk mengukur nomor
atom berbagai unsur. Sebelumnya, unsur dalam susunan berkala disusun berdasarkan
pertambahan massa. Untuk dapat mengamati transisi seperti ini, kita harus membebaskan
sebuah elektron dari subkulit 1s.
Ini dapat dilakukan dengan menembaki atom dengan berkas elektron (atau partikel
lain) yang dipercepat sehingga mencapai energi yang cukup memadai untuk menendang
keluar sebuah elektron 1s setelah bertumbukan dengannya. Hal ini memerlukan tegangan
pemercepat sekitar 10.000 V). Begitu berhasil membebaskan satu elektron dari subkulit 1s,
elektron dari suatu subkulit lebih tinggi akan dengan segera bertransisi untuk mengisi
kekosongan tersebut, dengan memancarkan sebuah foton sinar – X dalam proses ini. Energi
foton sama dengan energi keadaan. Awal dan akhir elektron yang bertransisi. Sebagaimana
pertama kali diperagakan pada tahun 1913 oleh fisikawan muda Inggris, H. G. J. Moesley. Ia
mengukur energi sinar – X dari berbagai unsur dan dengan demikian menentukan nomor
atomnya. Moesley adalah fisikawan pertama yang memperagakan cara baru untuk mengukur
nomor atom berbagai unsur. Sebelumnya, unsur dalam susunan berkala disusun berdasarkan
pertambahan massa.
Moesley kemudian menemukan bahwa terdapat beberapa unsur yang tidak mengikuti
aturan tersebut, unsur yang memiliki nomor atom yang lebih besar memilikimassa yang lebih
kecil. Ia juga menemukan beberapa kotak kosong dalam susunan berkala yang berhubungan
dengan unsur yang belum ditemukan, sebagai contoh unsur radioaktif alam teknetium (Z =
43) belum dikenal ketika Moesley melakukan penelitian, tetapi memperlihatkan adanya
sebuah kotak kosong (dalam susunan berkala) pada Z = 43, penelitainnya sangat
mempengaruhi dalam dunia fisika atom. (Kenneth S. Krane,1992)
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. X-Ray Apparatus
Fungsi : Untuk mendeteksi struktur dan komposisi suatu material yang terdiri dari :
a. Multi Channel Analyzer (MCA) Box
Fungsi : Untuk menganalisi sinyal yang dihasilkan rontgen apparatus.
b. Cassy Sensor
Fungsi : Untuk mengolah data yang masuk dari sinar-X.
c. Lensa
Fungsi : Untuk memfokuskan cahaya dari Chamber Tube.
d. Kalimator
Fungsi : Untuk memfokuskan sinar-X menuju sampel.
e. Chamber Tube
Fungsi : Untuk menghasilkan sinar-X (Vakum udara).
f. GM Tube
Fungsi : Untuk mendeteksi sinar-X.
g. Preparat
Fungsi : Sebagai tempat sampel.
h. Kabel BNC
Fungsi : Untuk menghubungkan sinyal output dari detektor sinyal BNC.
2. Kabel USB
Fungsi : Untuk menghubungkan sinyal X-Ray Apparatus dengan komputer.
3. Cok sambung
Fungsi : Untuk menghubungkan peralatan dengan arus listrik.
4. Laptop
Fungsi : Untuk menampilkan hasil output yang berupa data dan grafik dari X-Ray
Apparatus.
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.2 Bahan dan Fungsi


1. NaCl kristal
Fungsi : Sebagai bahan yang akan diuji riak gelombang 𝐾𝛼 dan 𝐾𝛽 .

3.3 Prosedur Percobaan


1. Dipersiapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Diletakkan sampel pada preparat.
3. Disambungkan kabel antara X-Ray Apparatus dan laptop.
4. Dihidupkan X-Ray Apparatus.
5. Dijalankan program X-Ray Apparatus, diperiksa untuk memastikan bahwa X-Ray
Apparatus terhubung dengan benar dan dihapus data pengukuran yang ada dengan
menekan tombol F4.
6. Diatu teganngan tinggi sinar-X U = 10 kV, emisi saat ini I = 1,00 mA, waktu ukuran
tiap langkah sudut Δt = 1 s, dan lebar langkah sudut Δβ = 0,1 º.
7. Ditekan tombol coupled pada perangkat untuk mengaktifkan kopling 2θ dari sudut
target untuk 2º pada batas bawah dan 25º pada batas atas.
8. Ditekan tombol scan untuk memulai transmisi pengukuran dan data ke PC.
9. Dilakukan percobaan dalam rentang waktu 15 menit.
10. Ketika pengukuran selesai, disimpan serangkaian pengukuran untuk file dengan nama
yang cocok menggunakan tombol F2.
11. Dicabut sambungan kabel antara X-Ray Appaaratus dan laptop.
12. Ditekan power off di samping X-Ray Apparatus.
13. Dicabut stop kontak X-Ray Apparatus
14. Dirapikan semua peralatan yang telah digunakan.
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.4 Gambar Percobaan

Pegangan X-
X-Ray Apparatus
Ray Apparatus
Kolimator NaCl Kristal

MCA
Box
Laptop 0s Cok
25˚T Sambung

PLN
LD

Chamber Kabel GM
Tube Preparat BNC Tube
Filter
Fe Kabel USB
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan


a. Untuk sudut target 2°
U = 10 kV
I = 1mA
Δt =1s
Δβ = 0.1°
N θ (Kα) θ (Kβ)
1 4.7° 4.3°
2 6.2° 5.9°
3 7.7° 7.3°

b. Untuk sudut target 25°


U = 10 kV
I = 1mA
Δt =1s
Δβ = 0.1°
N θ (Kα) θ (Kβ)
1 10° 9.8°
2 10° 9.8°
3 10° 9.8°

Medan, 24 Mei 2018


Asisten, Praktikan,

( Ifrah Albi Siregar ) ( Bella Elnanta Sembiring )


[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

4.2 Analisa Data


4.2.1. Grafik Kα dan Kβ
(terlampir)
4.2.2. NaCl Kristal
Diketahui : d = 0,05 cm
Ditanya : λ(Kα) dan λ(Kβ)
Penyelesaian :

1. Untuk sudut target 2˚


a. λ (Kα)
 Untuk n= 1
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 4,7˚
= 1

= 0,00819 cm
 Untuk n= 2
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 6,2˚
= 2

= 0.00539 cm
 Untuk n = 3
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 7,7˚
= 3

= 0.00446 cm

N Ɵ (Kα) λ (Kα)
1 4.7 0,00819
2 6.2 0.00539
3 7.7 0.00446
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

b. λ(Kβ)
 Untuk n= 1
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 4,3˚
= 1

= 0,00749 cm
 Untuk n= 2
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 5,9˚
= 2

= 0,00513 cm
 Untuk n = 3
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 7,3˚
=
3

= 0,00423 cm
N Ɵ (Kβ) λ (Kβ)
1 4,3 0,00749
2 5,9 0,00513
3 7,3 0,00423

2. Untuk sudut target 25˚


a. λ (Kα)
 Untuk n= 1
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 10˚
= 1

= 0,01736 cm
 Untuk n= 2
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 10˚
= 2

= 0,00868 cm
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

 Untuk n = 3
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 10˚
= 3

= 0,00578 cm
N Ɵ (Kα) λ (Kα)
1 10 0,01736
2 10 0,00868
3 10 0,00578

b. λ(Kβ)
 Untuk n= 1
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 9,8˚
= 1

= 0,01702 cm
 Untuk n= 2
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x sin 10˚
= 2

= 0,00851 cm
 Untuk n = 3
2 d sin Ɵ
λ= 𝑛
2x0,05x 13,4˚
= 3

= 0,00567 cm
N Ɵ (Kβ) λ(Kβ)
1 9,8 0,01702
2 9,8 0,00851
3 9,8 0,00567
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini, setelah menguji pantulan Bragg dengan menyelidiki difraksi
sinar-X pada sampel monocrystal NaCl Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka
intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang, yang
disebabkan oleh adanya penyerapan bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom
dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling
menghilangkan karena fasenya saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi.

2. Dari percobaan ini, riak gelombang Kα dan Kβ radiasi sinar-X molybdenum yang
dihasilkan seperti pada tabel berikut ini:
a. Untuk sudut target 2˚
 λ (Kα)
N Ɵ (Kα) λ (Kα)
1 4.7 0,00819
2 6.2 0.00539
3 7.7 0.00446

 λ(Kβ)
N Ɵ (Kβ) λ (Kβ)
1 4,3 0,00749
2 5,9 0,00513
3 7,3 0,00423
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

b. Untuk sudut target 25˚


 λ (Kα)
N Ɵ (Kα) λ (Kα)
1 10 0,01736
2 10 0,00868
3 10 0,00578

 λ(Kβ)
N Ɵ (Kβ) λ(Kβ)
1 9,8 0,01702
2 9,8 0,00851
3 9,8 0,00567

3. Hukum pantulan Bragg :


Menurut pendekatan Bragg, kristal dapat dipandang terdiri atas bidang-bidang datar
(kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai cermin semi transparan. Jika
sinar-X ditembakkan pada tumpukan bidang datar tersebut, maka beberapa akan
dipantulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan sudut
datangnya, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar di bawah; sedangkan sisanya
akan diteruskan menembus bidang.

Pemantulan berkas sinar-X monokromatis oleh dua bidang kisi dalam kristal, dengan
sudut sebesar θ dan jarak antara bidang kisi sebesar dhkl. Perumusan secara matematik
dapat dikemukakan dengan menghubungkan panjang gelombang sinar-X, jarak antar
bidang dalam kristal, dan sudut difraksi:
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

nλ = 2d sin θ (Persamaan Bragg)


λ adalah panjang gelombang sinar-X, d adalah jarak antar kisi kristal, θ adalah sudut
datang sinar, dan n = 1, 2, 3, dan seterusnya adalah orde difraksi. Persamaan Bragg
tersebut digunakan untuk menentukan parameter sel kristal. Sedangkan untuk
menentukan struktur kristal, dengan menggunakan metoda komputasi kristalografik,
data intensitas digunakan untuk menentukan posisi-posisi atomnya.
4. Sifat gelombang pada difraksi sinar-X
a. Sinar-X terpancar dari tabung sinar-X.
b. Difraksi sinar-X yang berkonvergen diterima slit.
c. Sinar-X diterima detector
d. Diubah menjadi sinyal listrik
e. Sinyal ini dihitung sebagai analisa pulsa tinggi.

5.1 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya mempelajari teori sebelum praktikum.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih fokus dalam melaksanakan praktikum.
3. Sebaiknya asisten lebih membantu praktikan dalam memahami praktikum.
[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Hecht, Eugene. 1987. Hecht Optics. Second Edition. Canada: Addison-Wesley.


Pages: 433–434.
Hobson, Art. 1995. Physics Concepts and Connections. USA: Prentice-Hall.
Page: 232.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Halaman : 318 – 322.

Medan, 24 Mei 2018


Asisten Praktikan

(Ifrah Albi) (Bella Elnanta Sembiring)


[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

LAMPIRAN

Grafik Kα dan Kβ
a. Untuk sudut target 2˚

b. Untuk sudut target 25˚


[Type text]
LABORATORIUM KRISTALOGRAFI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

Anda mungkin juga menyukai