BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip kerja fuel cell.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja electrolyzer.
3. Untuk melihat karakteristik tegangan-arus dari electrolyzer.
4. Untuk mengetahui perbedaan fuel cell dan electrolyzer.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II
DASAR TEORI
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, kebutuhan akan bahan bakar
semakin meningkat, sedangkan cadangan bahan bakar minyak yang ada di perut bumi semakin
menipis dan suatu saat nanti akan habis. Oleh karena itu berbagai kemampuan manusia
dikerahkan untuk mencari sumber energi baru untuk menggantikan sumber energi dari bahan
bakar minyak atau bahan bakar fosil.
Suatu sumber energy alternative yang memiliki keunggulan terbaik adalah “sel bahan
bakar oksida pada” atau “solid oxide fuel cells” yang selanjutnya dapat kita sebut saja “fuel cell”.
Keunggulannya adalah menggunakan elektroda-elektroda yang tidak mahal, dan elektrolit padat.
Energi yang dihasilkan adalah energi listrik yang mudah diubah bentuk ke energi lain. Dan yang
paling menjanjikan adalah tidak menimbulkan emisi gas buang yang berbahaya bagi manusia
maupun lingkungan alam.
Sel bahan bakar adalah alat yang mampu membangkitkan arus listrik dengan
memanfaatkan adanya reaksi kimia. Setiap sel bahan bakar memiliki dua elektroda, satu positif
dan yang lainnya negatif, yang lazim disebut anoda dan katoda. Reaksi yang menghasilkan listrik
adalah reaksi yang terjadi pada elektroda.
Hidrogen adalah bahan dasar bahan bakar, tapi sel bahan bakar ini juga membutuhkan
Oksigen. Salah satu daya tarik sel bahan bakar ini adalah bahwa sel bahan bakar mampu
membangkitkan listrik dengan dampak polusi yang sangat kecil. Hidrogen dan Oksigen yang
digunakan untuk membangkitkan listrik, akhirnya bereaksi menghasilkan suatu bentuk zat yang
aman (tidak merusak), yaitu air. Salah satu hal yang penting adalah, sebuah sel bahan bakar
mampu membangkitkan listrik searah (DC) dalam jumlah sangan sedikit.
Dalam kenyataannya banyak sel bahan bakar disusun menjadi suatu “stack”
(susunan/kumpulan sel-sel) untuk menghasilkan energi listrik yang besar. Tujuan dari sel bahan
bakar adalah untuk memproduksi aliran listrik yang bias diarahkan keluar sel untuk melakukan
kerja, seperti memberi tenaga pada motor listrik atau membuat bola lampu bersinar untuk
menerangi kota. Dikarenakan oleh sifat-sifat listrik, aliran kembali ke sel bahan bakar,
membentuk suatu aliran / sirkuit berlistrik.
Ada beberapa macam sel bahan bakar, dan masing-masing bekerjanya sedikit berbeda.
Tapi pada prinsip utamanya adalah atom-atom hydrogen memasuki sel bahan bakar melalui
anoda, yaitu tempat terjadinya reaksi kimia, mengosongkan elektron-elektronnya. Atom-atom gas
Hidrogen sekarang di ionisasi dan membawa muatan listrik positif. Muatan negatif elektron
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
meneruskan aliran melalui kabeluntuk melakukan fungsinya, kerja atau memberi energi pada
peralatan listrik. Jika dibutuhkan aliran listrik bolak-balik (AC), hasil aliran DC dari sel bahan
bakar harus diarahkan melalui alat pengubah yang disebut “inverter”.
Gas Oksigen masuk ke sel bahan bakar melalui katoda dalam beberapa tipe sel, disana
bergabung dengan elektron-elektron yang kembali dari sirkuit listrik dan ion-ion gas Hidrogen
yang sudah melewati elektrolit dari anoda. Pada jenis sel yang lain, gas Oksigen membawa
elektron-elektron lalu berjalan melalui elektrolit menuju anoda, yaitu tempat gas tersebut
bergabung dengan ion-ion Hidrogen.
Elektrolit memainkan peran penting. Elektrolit hanya memperbolehkan ion-ion yang tepat
untuk melewati antara anoda dan katoda. Jika elektron-elektron bebas atau zat-zat lain mampu
berjalan melalui elektrolit, elektron bebas atau zat lain itu dapat mengacaukan reaksi kimia.
Ketika mereka bergabung di anoda atau katoda, bersama-sama Hidrogen dan Oksigen
membentuk air yang berasal dari sel. Selama sel bahan bakar diberi gas Hidrogen dan Oksigen
maka hal itu dapat membangkitkan listrik. Yang lebih baik lagi, sejak sel bahan bakar mampu
menghasilkan listrik secara kimiawi, (lebih baik dari pembakaran), mereka tidak tergantung
kepada hukum-hukum termodinamika yang membatasi pembangkit tenaga listrik biasa. Oleh
karena itu sel bahan bakar lebih efisien dalam menghasilkan energi dari bahan bakar. Membuang
panas dari beberapa sel dapat juga dimanfaatkan untuk menaikkan efisiensi sistem.
Tiap-tiap jenis sel memiliki keunggulan-keunggulan dan kekurangan-kekurangan jika
saling dibandingkan, dan belum ada yang murah serta cukup efisien untuk keperluan lebih luas
sebagai pengganti cara-cara tradisional dalam membangkitkan energi listrik, seperti coal-fired,
hidroelektrik atau bahkan pembangkit tenaga nuklir.
Berikut adalah penjelasan 5 jenis utama sel bahan bakar:
a. Sel Alkali (Alkali Fuel Cells)
Bekerja dalam gas Hidrogen dan Oksigen yang ditekan. Biasanya digunakan Potassium
Hidroksida (KOH) dalam air sebagai elektrolitnya. Efisiensinya sekitar 70% dan
beroperasi pada temperatur sekitar (150-200)˚C. Kisaran hasil keluaran antara 300 Watt-5
kW. Sel- sel alkali pernah digunakan pada pesawat Apollo untuk menyediakan listrik dan
air minum. Dibutuhkan bahan bakar Hidrogen murni dan katalis elektroda platinum yang
mahal. Tangki elektrolit dapat bocor, seperti layaknya tangki benda cair lain.
b. Sel Karbonasi Mendidih (Molten Carbonate Fuel Cells)
Menggunakan senyawa garam karbonasi (CO3), bertemperatur tinggi sebagai elektrolit.
Efisiensi berkisar antara 60%-80%, dan temperatur kerja sekitar 650˚C. Unit-unit sel
dengan hasil output sampai dengan 2 MW sudah selesai dibangun, selanjutnya di desain
untuk kapasitas sampai 100 MW. Temperatur tinggi membatasi bahaya dari keracunan
monooksida dalam sel dan membuang panas dapat di daur ulang untuk menghasilkan
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
tambahan listrik. Katalis elektroda nikel, tidaklah mahal jika dibandingkan dengan
platinum yang digunakan dalam sel lain.
c. Sel Bahan Bakar Asam Belerang (Phosphoric Acid Fuel Cell= PAFC)
Efisiensinya berkisar antara 40%-80%, dan temperatur operasi berkisar antara (150-
200)˚C. Yang sudah ada, sel phosphoric acid dapat menghasilkan output sampai dengan
200 kW, unit yang dapat menghasilkan 11 MW sedang dalam pengujian. Konsentrasi dari
karbon monoksida dalam PAFC adalah sekitar 1,5%. Hal inilah yang memperkuat pilihan
untuk menggunakan bahan bakar tersebut. Jika bensin digunakan sebagai bahan bakar,
maka belerang harus dihilangkan. Katalis elektroda platinum dibutuhkan, dan bagian-
bagian dalam harus dapat bertahan dari korosi asam.
d. Sel Bahan Bakar Membran Bertukar Proton (Proton Exchange Membrane= PEM)
Bekerja dengan elektrolit polimer dalam bentuk lembar tipis, dan dapat tembus air.
Efisiensinya antara 0-50% dan temperatur operasi sekitar 80˚C, hasil output sekitar 50-
250 kW. Elektrolit padat dan fleksibel ini tidak akan bocor atau retak, dan sel-sel ini
beroperasi pada temperatur yang cukup rendah, sehingga cocok digunakan di rumah-
rumah atau mobil-mobil.
e. Sel Bahan Bakar Oksida Padat (Solid Oxide Fuel Cells = SOFC)
Menggunakan keramik keras yang merupakan gabungan dari logam dengan oksida.
Efisiensinya sekitar 60% dan temperatur operasinya sekitar 1000˚C, hasil output bias
mencapai 100kW. Dalam temperatur tinggi tersebut, tidak dibutuhkan alat bantu untuk
memisahkan Hidrogen dari bahan bakar. Sisa energi panas bisa di daur ulang untuk
menambah hasil listrik. Bagaimanapun, temperatur kerja yang tinggi membatasi aplikasi
dari unit SOFC dan cenderung merusak. Walaupun elektrolit padat tidak dapat bocor,
akan tetapi dapat retak atau pecah (Daryanto, 2013)
Dalam sel yang dibahas di atas, energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk membawa
reaksi oksidasi reduksi. Juga dimungkinkan untuk melakukan kebalikannya, yaitu, menggunakan
reaksi reduksi oksidasi untuk menghasilkan arus listrik dan dengan demikian mengubah energi
kimia menjadi energi listrik. Persyaratan utamanya adalah zat perusak amd pengoksidasi
dipisahkan satu sama lain sehingga transfer elektron harus terjadi melalui kawat. Setiap perangkat
yang menyelesaikan ini disebut sel Galvanik atau Volta, setelah Luigi Galvani (1780) dan
Alessandro Volta (1800) yang membuat penemuan dasar. Baterai adalah kumpulan dari dua atau
lebih sel yang umumnya dihubungkan secara seri sehingga anoda salah satu bergabung ke katoda
dari sel sebelumnya.
Sel Galvanik yang menggunakan reaksi spesifik ini disebut sel Daniel. Garis putus-putus
mewakili partisi berpori yang memisahkan wadah menjadi dua kompartemen namun masih
memungkinkan difusi ion di antara keduanya. Di kompartemen sebelah kiri adalah larutan seng
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
sulfat, dimana batang seng dicelupkan. Di kompartemen sebelah kanan ada bar tembaga yang
mencelupkan ke dalam larutan sulfat tembaga. Bila dua elektroda dihubungkan oleh kawat, aliran
arus listrik, seperti yang ditunjukkan oleh ammeter di sirkuit. Pada waktunya, bar seng dimakan
habis, dan tembaga disepuh di batang tembaga. Sel beroperasi di bar seng, oksidasi terjadi,
membuat Zn anoda. Setengah reaksi :
Zn (s) → Zn2+ + 2e-
Menghasilkan ion Zn2 dan elektron. Ion seng bermigrasi jauh dari anoda ke dalam larutan,
dan elektron bergerak melalui kawat, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Di bar tembaga,
reduksi terjadi, membuat Cu katoda. Elektron datang melalui kawat dan bergerak ke katoda, di
mana mereka diangkat dan digunakan sebagai reaksi
Cu2+ +2e- → Cu (s)
Ion tembaga dalam larutan tersebut habis, dan ion tembaga baru bergerak ke sekitar
katoda. Rangkaian konsisten lengkap dengan previousnnotation, Kation (Zn2 dan Cu2) dalam
larutan bergerak menuju katoda (bar tembaga), dan ion (SO42-) bergerak menuju anoda (seng
bar). Elektron mengalir melalui kawat, dan arus diperoleh dari reaksi oksidasi-reduksi. Sel
berjalan sampai Zn atau Cu2 habis. Sebenarnya, untuk mendapatkan arus dari sel Daniel, ion Zn2
dan bar Cu tidak perlu hadir pada awalnya. Setiap dukungan logam untuk pelapisan Cu akan
berfungsi sebagai pengganti bar Cu. Ion positif yang tidak bereaksi dengan logam Zn akan
berfungsi sebagai pengganti Zn2. Namun, ketika reaksi sel berlangsung, Zn2 selalu diproduksi di
anoda. Selain itu, partisi berpori melayani terutama untuk menjaga Cu2 agar tidak sampai ke
logam Zn, di mana transfer elektron langsung arus-sirkuit sel. Partisi harus porous untuk
memungkinkan difusi ion positif dan negatif dari satu kompartemen ke pesanan. Jika tidak,
solusinya akan segera menjadi muatan positif di kompartemen anoda (karena akumulasi Zn2) dan
bermuatan negatif di kompartemen katoda (karena penipisan Cu2), menyebabkan arus berhenti.
Pada prinsipnya, setiap reaksi reduksi oksidasi dapat dipisahkan menjadi dua reaksi setengah dan
dapat dijadikan sumber arus listrik sebagai sel Galvanik. Mungkin contoh yang paling terkenal
adalah baterai penyimpanan timbal, atau akumulator.
Jenis sel Galvanik yang semakin penting adalah sel bahan bakar, di mana bahan bakar
seperti Hidrokarbon atau Hidrogen dioksidasi oleh Oksigen. Sel bahan bakar Hidrogen-Oksigen
terutama pengembang untuk digunakan dalam program eksplorasi bulan, tetapi memiliki janji
untuk penggunaan yang lebih umum di tempat di mana ada persyaratan untuk konversi kimia
yang sangat efisien menjadi energi listrik. Sedangkan pembakaran bahan bakar dan penggunaan
panas yang dibebaskan untuk menggerakkan turbin uap hanya sekitar 40 persen efisien, konversi
langsung dari reaksi kimia ke arus listrik dapat dibuat hingga 75 persen efisien. Dalam sel bahan
bakar Hidrogen-Oksigen, reaksi keseluruhannya :
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
bergerak. Untuk masa depan, air mewakili sumber yang logis dan tak habis-habisnya dan
sebenarnya, bahkan dalam reformasi uap metana, diuraikan di atas, setengah Hidrogen berasal
dari uap tambahan. Disosiasi air dapat dicapai dengan cara elektrolitik, termokimia dan,
mungkin, termal.
Secara teoritis, elektrolisis air pada suhu 25 ° C akan terjadi secara isotermal, tanpa panas
limbah, pada potensial terapan 1,47 V, menghasilkan hampir 7 ml gas Hidrogen per ampere, dan
membutuhkan 2,8 kW h/m3 Hidrogen yang dihasilkan. Elektrolisis masih akan terjadi pada 1,23
V (dan bahkan lebih rendah pada suhu yang lebih tinggi), tetapi dengan penyerapan panas dari
lingkungan. Atas dasar ini, masukan energi listrik hanya sekitar 84 persen dari total, akibatnya
efisiensi kelistrikan sistem setara dengan 120 persen. Namun, nilai teoritis yang sesuai untuk
penggunaan selanjutnya dalam sel bahan bakar hanya 84 persen, jadi tidak ada hasil keuntungan
secara keseluruhan.
Dalam prakteknya, voltase yang lebih tinggi diperlukan untuk mencapai tingkat reaksi
yang terbatas dan wajar, dan keseimbangan terjebak antara kerapatan arus, tegangan yang
diterapkan, ukuran dan efisiensi elektrolisis. Dalam prakteknya juga, tentu saja, beberapa
ketidakefisienan tidak dapat dihindarkan baik dalam produksi dan konsumsi Hidrogen,
memberikan suatu defisit energi secara keseluruhan.
Desain elektrolisis modern menggabungkan elektroda berpori dari area permukaan tinggi
dengan komponen katalitik dengan elektrolit alkali berair, potensi masukan berkisar hingga
sekitar 2,3 V, dan kerapatan arus sampai sekitar 4000 A / m2, yang membutuhkan sekitar 4,6 kW
h / m3 hidrogen. diproduksi. Perkembangan terbaru dalam elektrolit polimer padat tampaknya
memiliki aplikasi yang menjanjikan baik untuk elektrolisis maupun sel bahan bakar. Meskipun
efisiensi elektrolisis yang tinggi dari proses elektrolitik, satu faktor penghambat adalah efisiensi
keseluruhan yang rendah dari generasi awal pembangkit listrik dengan fisi nuklir (33 sampai 40
persen).
Oleh karena itu, ekonomi dari sistem ini ditentukan oleh biaya energi listrik, dan
elektrolisis air dilakukan dalam skala kecil di daerah seperti Vemock, Norway, dan Bhakra Dam,
India, di mana pembangkit listrik tenaga air yang relatif murah tersedia. Produksi skala besar
dapat dimungkinkan pada akhirnya dari pembangkit tenaga surya. Proses termal produksi
Hidrogen dari air telah diusulkan, namun kelemahan utamanya adalah suhu yang sangat tinggi
yang dibutuhkan untuk mencegah kombinasi kembali Hidrogen dan Oksigen. Dalam rute
termokimia, air bereaksi dengan zat antara dalam dua atau lebih reaksi untuk menghasilkan
produk yang terdekomposisi secara termal untuk menghasilkan Hidrogen, dan juga untuk
regenerasi ke senyawa antara. Efisiensi keseluruhan praktis yang lebih tinggi dari itu dengan
elektrolisis tampaknya mungkin, tetapi tidak ada proses yang telah melampaui tahap laboratorium
hingga saat ini. (Goodger, E.M, 1980)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
15. Corong
Fungsi : Sebagai wadah untuk menuangkan air distilasi ke tabung elektrolyser.
16. Tissue
Fungsi : Untuk membersihkan setiap peralatan
3.3 Prosedur
H2
Air yang sudah Selang
O2
didistilasi Panjang
Modul Surya
Fuel Cell
Sumbat
Lampu Filamen Selang
120 Watt Selang
Pendek Load Measurement Box
10 Ω 5Ω
LOAD 50 Ω 3Ω MOTOR
BOX 100 Ω 1Ω
200 Ω Lamp
Lampe
Motor
R
OPEN
ON/OFF
A V
+ - + -
Kabel Hook-up
Cok
Sambung
PLN
BAB IV
0.06
0.04
0.02
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Tegangan(V)
3. Masukkan tegangan dan arus operasi motor dan lampu pada kurva karakteristik untuk V-
vs-I
Jawab :
0.1
0.08
Arus(I)
0.06
0.04
Lamp Lampe
0.02
Motor
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Tegangan(V)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
0.1
0.08
Arus(I)
0.06
0.04
Lamp Lampe
0.02 Motor
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Daya(P)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Selang
Selang Stopwatch Pendek Kabel
Panjang Penggaris Corong Penghubung Modul Surya
50cm
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Prinsip kerja fuel cell yaitu mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang mana gas
H2 dialirkan ke anoda dan O2 dialirkan ke katoda. Pada anoda terjadi pemecahan H2
menjadi proton dan elektron. Proton mengalir melalui membran sirkuit ke katoda
sedangkan elektron tidak dapat melewati membran sehingga elektron melalui eksternal
sirkuit. Dengan mengalirnya elektron-elektron ke katoda sehingga menghasilkan arus
listrik dan pada katoda elektron bereaksi dengan proton dan O2 yang mana menghasilkan
air.
1. Prinsip kerja dari electrolyzer adalah untuk menguraikan H2O menjadi H2 dan O2. Pada
electrolyzer terdapat 2 buah elektroda yang terdiri dari anoda dan katoda yang dipisahkan
oleh membran polimer yang berfungsi sebagai elektrolit. Dengan adanya arus listrik maka
H2O yang berada pada tabung electrolyzer terpisah menjadi H2 dan O2 yang mana H2
disisi anoda dan O2 pada sisi katoda.
2. Karakteristik tegangan dan arus pada electrolyzer adalah berbanding terbalik dimana jika
semakin tinggi tegangan maka semakin rendah arus yang dihasilkan. Demikian sebaliknya
jika arus semakin tinggi maka tegangan yang dihasilkan semakin rendah. Tegangan yang
dihasilkan berasal dari proses electrolyzer, ketika air destilasi di elektrolisis untuk
memisahkan H2O menjadi H2 dan O2.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya, lebih fokus pada pelaksanaan percobaan terutama dalam
hal menghitung waktu percobaan dengan stopwatch.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya, lebih teliti saat membaca tegangan dan arus dari fuel
cell pada kotak pengukuran beban.
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya, lebih berhati-hati dalam pengisian air terdistilasi ke
dalam tabung cairan sehingga tidak melebihi volume yang telah ditentukan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA