Kelompok:
1. Andrizal (1301648)
2. Niswatul Khasanah (1301596)
DOSEN:
Abstract
Makalah yang disajikan berkaitan dengan perilaku kompleks yang timbul
dalam masalah statisfiability (SAT). Disini dijelaskan mengenai karakteristik
fisika berbasis baru dari masalah statisfiability. Secara khusus, kami merancang
sebuah rithme algoritman yang mampu menghasilkan grafik mulai dari k-SAT,
untuk menganalisis dan menunjukkan apakah kondensasi bose-einstein terjadi.
Kita mengamati jaringan analog ke jaringan yang kompleks (jaringan k-SAT)
disini mengikuti statistik Bose-Einstein dan dapat mengalami kondensasi Bose-
Einstein.
Kata Kunci: statistik Bose-Einstein, kondensasi Bose-Einstein, masalah
statisfiability (SAT)
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
KAJIAN TEORI
Dari kacamata fisika statistik perbedaan mendasar antara sistem boson dan
sistim klasik adalah bahwa dua buah boson identik dan tidak dapat dibedakan.
Dalam sistem klasik, pertukaran dua sistem akan menghasilkan susunan yang
berbeda, sedangkan dalam sistem boson tidak. Perbedaan tersebut menyebabkan
adanya hasil yang berbeda dalam perhitungan distribusi energi dengan peluang
terbesar dalam sistem.
Perbedaan lain antara sistem kuantum dengan sistem klasik adalah sifat
diskrit keadaan energi yang tersedia. Dalam statistik klasik, energi dibagi dalam
tingkatan yang diskrit. Dalam kasus mekanika kuantum keadaan energi diskrit
tetap diperlukan dengan menganggap bahwa tiap keadaan yang tersedia
menempati volume tertentu dalam sebuah ruang fase.
n
gs keadaan dengan selang energi antara e dan e + d e , mengandung s
ns
sistem. Pembatasan tetap dilakukan pada jumlah sistem yang ditempatkan
dalam kaitannya dengan energi total E dan jumlah total sistem N melalui
hubungan:
�n e s s =E
s (1)
�n s =N
s (2)
s yang akan dihitung adalah jumlah susunan yang berbeda dari sistem
apabila disebar dalam tingkatan energi. Oleh karena sistemnya tidak dapat
dibedakan maka pertukaran dua sistem tidak akan menghasilkan susunan yang
gs
baru. Misalkan terdapat keadaan dari pita s yang ditunjukkan dengan
ns
kotak dalam gambar. Sejumlah sistem dapat disusun atau disebar diatara
gs
keadaan. Jika pengisian dimulai dari kiri. Jika pada sisi paling kiri
( g - 1) + ns �
�
keadaan. Banyaknya cara memilih sistem adalah � s �. Dan
( g - 1) + ns �
�
keadaan pertama adalah � s �!. Jadi banyaknya cara menempatkan
ns gs
sistem diantara keadaan adalah
( g s - 1) + ns �
gs �
� � ! (3)
Ingat bahwa sistemnya tak terbedakan, sehingga banyaknya susunan yang
ws
berbeda dari sistem dengan jumlah pita s adalah :
( g s - 1) + ns �
gs �
� !
�
ws =
g s ! ns ! (4)
Penyusunan sistem dalam suatu pita tak bergantung pada penyusunan
sistem lain dalam pita yang lain. Tetapi kita dapat menyatukan susunan-
susunan tersebut untuk membentuk assembly, dengan bobot W yang
konfiguarasinya merupakan perkalian jumlah susunan berbeda dari masing-
masing sistem. Jadi :
W = �ws =∏
[ ( g s−1 ) + ns ] !
s s ( g s−1 ) ! ns !
(5)
Seperti halnya dalam statistik Maxwell-Bolzmann, konfigurasi dengan
ns
peluang terbesar dapat ditentukan dengan mencari nilai yang memberikan
nilai maksimum untuk W. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode pengali tak tentu Lagrange :
��log W �
�� �n + a + be s �
dns = 0
s � s �
(6)
Oleh karena pada nilai maksimum persamaan di atas tetap berlaku
dns
untuk semua nilai yang kecil, maka nilai yang ada dalam tanda kurung
harus sama dengan nol untuk setiap harga s . Jadi,
�log W
+ a + be s = 0
�ns
(7)
gs ! ns !
Kita asumsikan bahwa nilia dan cukup besar untuk
(8)
Dari persamaan di atas diperoleh
�log W
= log ( g s - 1 + ns ) - log ns
�ns
(9)
gs ns
Oleh karena dan jauh lebih besar dari pada satu, maka :
�log W �g + ns �
= log � s �
�ns � ns �
(10)
Substitusi persamaan 10 ke dalam persamaan 7 diperoleh
�g + ns �
log � s �+ a + be s = 0
� ns �
(11)
gs
=e (
- a + be s )
-1
ns
(12)
Jadi
gs
ns =
exp ( - ( a + be s ) ) - 1
(13)
Atau yang secara umum dikenal dengan distribusi Bose-Einstein untuk
assembly boson. Ternyata untuk assembli boson, parameter β juga berbentuk
b = -1 / kT .
B. Kondensasi Bose-Einstein
Kondensasi Bose-Einstein adalah sebuah fase benda yang terbentuk
oleh boson didinginkan ke suhu yang mendekati nol mutlak. Kondensasi
pertama dibuat oleh Eric Cornell dan Carl Wieman pada 1995 di Universitas
Colorado Boulder, menggunakan gas atom rubidium yang didinginkan sampai
170 nanoKelvin (nK). Dalam kondisi tersebut, sebagian besar atom jatuh ke
keadaan kuantum terendah. Kondesasi Bose-Einstein terkenal oleh orang
awam sebagai suatu fluida suhu sangat rendah dengan sifat yang aneh, seperti
dengan spontan megalir keluar dari wadahnya. Efek ini adalah konsekuensi
dari mekanika kuantum, yang menyatakan bahwa sistem hanya dapat
mendapatkan energi dalam langkah terpisah. Sekarang, bila sebuah sistem
dalam keadaan suhu sangat rendah di mana dia dalam keadaan energi
terendahnya, dia tidak lagi dapat mengurangi energinya, juga tidak dengan
gesekan. Oleh karena itu, tanpa gesekan, fluida akan mudah menolak gravitasi
karena adhesi antara fluida dan tembok wadah, dan ia akan membentuk posisi
yang paling menguntungkan, misal, ke seluruh wadah.
Kembali lihat bentuk fungsi distribusi BE. Jumlah sistem yang
menempati keadaan dengan energi En pada suhu T adalah
1
n(E n , T )=
exp ( E n−µ ) /kT
(14)
Jumlah populasi yang menempati tingkat energi terendah ( E0=0 ) adalah
1 1
n ( 0,T )= =
exp ( 0−µ ) exp−µ/kT −1
−1
kT
(15)
Pada suhu T0 hampir semua sistem menempati keadaan dengan energi
terendah. Dengan demikian, jumlah populasi pada tingkat ini memiliki orde
kira-kira sama dengan jumlah total sistem, atau
1
N ≈ lim n ( 0,T )=lim (16)
T →0 T →0 exp−µ /kT −1
Karena N sangat besar (dalam orde 1023) maka ketika T →0 penyebut
harus menuju nol. Sebab, jika tidak maka penyebut tidak akan menghasilkan
nilai N yang sangat besar. Nilai exp−µ/kT −1 akan menuju nol hanya jika
exp−µ/ kT menuju satu. Fungsi eksponensial exp(x) mendekati 1 jika
x → 0 . Jadi, kita simpulkan bahwa pada T →0 akan berlaku
μ/kT → 0 . Dan jika μ/kT → 0 maka kita dapat melakukan aproksimasi
exp−µ μ
N= ≈1−
kT kT
(17)
−−kT
μ=
N
(18)
Hubungan pada persamaan diatas menyatakan bahwa pada suhu T →0
maka μ berharga negatif dan merupakan fungsi linier suhu. Sebagai
ilustrasi, pada T =1 K dan N = 1022 maka µ ≈ −1,4×10−38 erg. Ini adalah
nilai yang sangat kecil. Bahkan nilai ini jauh lebih kecil daripada jarak antar
dua tingkat energi terdekat dalam assembli atom helium di dalam kubus
dengan sisi 1 cm. Kebergantungan µ pada suhu itulah yang menyebabkan
peristiwa kondensasi Bose-Einstein.
Agar lebih memahami fenomena kondensasi Bose-Einstein, mari kita
perhatikan sistem-sistem yang berada dalam kubus dengan sisi L. Tingkat-
tingkat energi yang dimiliki assembli memenuhi:
2
ℏ π
E (nx n y nz )= ( ) (n
2M L
x
2
+ n y 2 + nz 2 ) (19)
2
ℏ π
∆ E=E ( 112 )−E ( 111 )=3 × ()
2M L
Apabila kita prediksi populasi sistem pada tingkat energi eksitasi pertaman
dan tingkat energi terendah dengan menggunakan statistik Maxwell-
Boltzmann adalah:
−∆ E/kT
(¿)
n1
=exp ¿
n0
Secara khusus, dibawah suhu kritis T BEC, semua partikel menetap di
keadaan kuantum yang sama dan menempati tingkat energi yang sama. Oleh
karena itu, partikel tersebut benar-benar identik, karena tidak ada pengukuran
yang mungkin dapat membedakannya. Dengan kata lain, partikel tersebut
kehilangan individualisme mereka, dan persepsi tunggal partikel hilang.
Terinspirasi oleh karya Bianconi dan Barabasi yaitu dengan
menggunakan sebuah algoritma untuk menyelidiki fenomena BEC pada
masalah k-SAT. Dengan menerjemahkan formula SAT ke grafik, dapat
mendefenisikan kondensasi dari rumus diatas sebagai munculnya topologi
bintang seperti dalam grafik. Fenomena ini dikaitkan dengan kondensasi
boson pada tingkat energi terendah.
C
(¿ ¿i) , sedangkan pinggir di analogikan sebagai sebuah hubungan
V i=−V ¿
C
C
antara dua klausa dimana pinggir adalah (¿¿ h) . Untuk
(¿¿ j),V ¿
E jh =V ¿
menentukan grafik algoritma digunakan 2 fungsi yaitu fungsi dari literal
dan fungsi dari klausa, yang mana fungsi dari lateral disebut global
frekuensi, persamaannya yaitu:
G
φ ( L μ )=¿ terjadi pada Lμ di F, μ=1, … , i,
Dimana fungsi menjelaskan freqkuensi dari literal ke dalam formula k-
sat. Sedangkan fungsi dari klausa disebut global fitness, persamaannya
yaitu:
k
f G ( C i )= ∑ φG ( Lμ ) , Lμ ∈C i ,i=1, … .. , m,
µ=1
φG ( L μ )=φL ( L μ ) , ∀ μ=1, … ,l .
d ( Ci , C j )=|{ μ∈ { 1, … ., k } : L μ ≠ Lμ }|
i j
∑ ¿
V =1
k tj ∙ f L ( C tj )
∏tj =
¿
C
Dimana k tj = tingkat (¿¿ tj) adalah penghubung dari Ctj
V¿
C C
( nomor dari pembagian hubungan dengan simpul (¿¿ tj) dan (¿¿ tj)
L
V¿ f ¿
adalah fitness dari clausa C tj . Distribusi kemungkinan ini meyakinkan
C
C
C
menormalisasikan nilai lokal fitness sebagai (¿¿ t) dimana
(¿¿ ti)/ f L ¿
f Lr (¿¿ ti)=f L ¿
¿
Ct adalah klausa fitness dalam grafik sementara yang dibuat
C
mengunakan F’.Sebagai hasilnya, secepat simpul (¿¿ tj) masuk
V¿
kedalalm sistem, itu mengikuti level energi.
C
L
f (¿¿ ti)
r
∈ti=−T ∙ log¿
1
Dimana T= dan β adalah parameter yang digunakan
β
untuk model temperatur sebuah sistem. (dalam hal ini, ketika
membandingkan dua atau lebih banyak level energi, kita menghilangkan
perkalian faktor T). Jika dua node yang berbeda ditandai nilai energi
yang sama dalam model kami, itu berarti (dari titik pandang fisika)
bahwa mereka mewakili dua komponen degenerasi berbeda dari tingkat
energi yang sama, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kamus menerjemahkan grafik (kiri ) ke dalam masalah k-SAT
(tengah) dan statistik bahasa fisika (kanan).
G= (V,E) k-SAT Fisika Statistik
Keadaan dari tingkat
Node klausa
energi
Sumber antara dua Satu partikel untuk
Edge
klausa setiap keadaan
Massa Node Fitness Klausa Nilai dari level energi
Probabilitas yang
Massa Edge Massa Partikel
dibuat
C
v (¿¿ t i) ditambahkan ke jaringan. Misalkan, menurut probabilitas Π ,
¿
C C
node baru v ( ¿¿ t i) harus dikaitkan dengan node yang ada v (¿¿ t j) .
¿ ¿
Pada bagian ini, kita membuat hipotesis berikut.
Bekerja hipotesis 1. link keluar kurang penting daripada link masuk
yang link masuk yang dihargai lebih dari link keluar. Hipotesis ini
menunjukkan bahwa grafik kita harus dianggap sebagai grafik diarahkan
untuk mempertahankan korespondensi antara contoh k-SAT dan grafiknya,
serta untuk membedakan antara link keluar dan masuk. Menurut referensi
C
Google, tepi yang sama antara node baru v (¿¿ t i) dan simpul yang ada
¿
C
v (¿¿ t j) tidak meningkatkan konektivitas mereka k ti dan k tj
¿
(masing-masing) dengan cara yang sama (lihat Gambar.1). Namun demikian,
kami terus mewakili grafik kita sebagai sebuah grafik diarahkan,
memanfaatkan hubungan k ti =θ od (v (Ci)) + id (v (Ci)), di mana od dan id
adalah simpul keluar-derajat dan dalam derajat masing-masing. Jelaslah
bahwa konektivitas non-integer (yaitu, tingkat non-integer) mengarah ke jenis
baru evolusi jaringan. Dalam model baru ini, node bertujuan untuk
menghubungkan ke node tertentu dalam jaringan, dan ketika mereka berhasil
tersambung ke, simpul yang mendapat lebih kaya dan lebih kaya lebih cepat
daripada di model sebelumnya. Bahkan, sebagai link masuk dihargai lebih
dari link keluar, konektivitas node yang memperoleh link menimbulkan lebih
dari konektivitas dari node menghubungkan ke sana. Kami menetapkan θ
= 0,33 sehingga link keluar dihargai sepertiga dari link masuk. Plot pada
Gambar.2 telah diperoleh dengan memperbaiki jumlah variabel n = 100 dan
membiarkan jumlah klausul m bervariasi dari 0 sampai 1000, sehingga ¼ mn
(jumlah klausul lebih jumlah variabel) bervariasi dari 0 sampai 10. Plot
menggambarkan hubungan antara dan persentase masing masing dari tiga
kelas jaringan dikembalikan oleh algoritma kami, sesuai dengan hipotesis.
Gambar. 1. Hubungan antara node baru C TI dan node yang ada CTJ.
Garis putus-putus mewakili non-bilangan bulat keluar derajat jam CTI,
sedangkan garis kontinyu mewakili integer dalam derajat CTJ.
Pada bagian ini kita menyelidiki hasil dari algoritma kami. Pertama,
kami memberikan bukti numerik dari kehadiran kondensasi Bose-Einstein
dalam masalah k-SAT, dengan fokus pada wilayah fase transisi. Kami
mengevaluasi diagram fase algoritma S2G untuk menunjukkan transisi antara-
get-kaya fit fase dan winnertakes-semua fase. Kedua, kita menganalisis
pemecah SAT diusulkan di atas dengan mengevaluasi kinerja mereka pada
kedua acak dan reallife SAT.
1. Hasil eksperimen
Pada bagian ini kita menyelidiki hasil dari algoritma kami. Pertama,
kami memberikan bukti numerik dari kehadiran kondensasi Bose-Einstein
dalam masalah k-SAT, dengan fokus pada wilayah fase transisi. Kami
mengevaluasi diagram fase algoritma S2G untuk menunjukkan transisi antara-
get-kaya fit fase dan winnertakes-semua fase. Kedua, kita menganalisis
pemecah SAT diusulkan di atas dengan mengevaluasi kinerja mereka pada
kedua acak dan reallife SAT contoh.
A. Kesimpulan
1. Boson adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari k. Sistem ini
tidak memenuhi prinsip ekslusi pauli sehingga satu tingkat energi dapat
ditempati oleh partikel dalam jumlah berapa pun. Statistik yang digunakan
untuk boson adalah statistik bose-einstein.
2. Kondensasi Bose-Einstein adalah sebuah fase benda yang terbentuk oleh
boson didinginkan ke suhu yang mendekati nol mutlak.
3. Distribusi Bose-Einstein dan menyesuaikan untuk masalah satisfiability
dengan menerjemahkan formula SAT menjadi grafik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, mikhrajuddin, 2009. Pengantar Fisika Statistik. Kk fismatel: ITB
www.elsevier.com/locate/ejor
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejor.2012.11.039