BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja Electrolyzer.
2. Untuk mengetahui kurva karakteristik Electrolyzer.
3. Untuk mengetahui aplikasi percobaan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II
LANDASAN TEORI
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang hubungan antara
reaksi kimia dengan arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan
manusia, seperti keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri – industri besar
baik dibidang organik, anorganik, farmasi, polimer, perhiasan, pengolahan limbah dan bidang
analisis. Penggunaan elektrokimia antara lain adalah: (a) sel galvani yaitu sel yang didasarkan
pada reaksi kimia yang dihasilkan arus listrik seperti baterai, aki, dan bahan bakar (fuel cell), (b)
sel elektrolisis, yaitu sel yang didasarkan pada reaksi kimia yang memerlukan arus listrik. Contoh
dari penggunaan sel elektrolisis ialah pengendapan logam dipermukaan elektroda
(elektrodeposisi), aplikasi elektrolisis dibidang analisis, sintesis senyawa elektrolisis secara
anorganik maupun organik, dan penguraian limbah pabrik.
Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari 3 komponen penting yaitu, anoda, katoda, dan
elektrolit. Anoda adalah elektroda tempat berlangsung reaksi oksidasi, elektroda adalah
konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non logam dari sebuah
sirkuit (semikonduktor dan elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel
elektrokimia anoda akan terpolarisasi jika arus listrik mengalir kedalamnya.
Arus listrik mengalir secara berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Katoda
merupakan elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya. Pada baterai
biasa yang menjadi katoda adalah seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Elektrolit adalah
suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ionnya. Reaksi kimia akan terjadi jika arus
listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi
kimia (reaksi redoks).
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elekron-elektron bebas dari suatu logam
kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia sangat penting dalam sel
galvani (sel yang menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolisis (sel yang menggunakan/
memerlukan arus listrik). Dalam bidang elektrokimia antara sel galvani dan elektrolisis terdapat
perbedaan yang nyata. Perbedaan yang berhubungan dengan reaksi spontan dan tidak spontan.
Sel galvani secara umum terjadi reaksi spontan, sedangkan elektrolisis terjadi reaksi tidak
spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak menggunakan energi atau listrik dari
luar, sedangkan reaksi tidak spontan yaitu reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa
parameter untuk mengetahui reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter ΔGo , K, Esel .
Pada saat nilai Esel ditentukan dari Esel = Ereduksi - Eoksidasi . Maka Ereduksi adalah nilai
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan Eoksidasi adalah nilai
potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi.
Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya
reaksi kimia. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui
perbedaan potensial yang dipicu dari sistem luar. Anoda berfungsi sebagai elektroda yang
bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif, sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke
katoda. Sel ini terdiri dari sumber arus searah yang dihubungkan dengan kawat penghantar pada
dua buah elektroda (katoda dan anoda), kedua ujung elektroda akan dicelupkan kedalam bejana
yang berisi cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi sebagai
anoda, sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan pada kutub negatif.
Elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu : (1) elektroda
inert yaitu elektroda yang tidak ikut bereaksi baik secara katoda maupun anoda, sehingga dalam
sel elektrolisis yang mengalami reaksi redoks adalah elektrolit sebagai zat terlarut dan air sebagai
pelarut. Elektroda inert contohnya karbon dan platina (2) elektroda tidak inert atau elektroda aktif
adalah elektroda yang ikut bereaksi, terutama jika digunakan sebagai anoda, dapat mengalami
reaksi oksidasi, contohnya Fe, Al, Cu, Zn, Ag, dan Au.
Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada proses
elektrolisis. Elektrolisis larutan dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda
adalah sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda
Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, aluminium, dan Mn tidak tereduksi dalam pelarut
air, sehingga air mengalami reaksi reduksi sebagai berikut 2𝐻2 O + 2e 𝐻2 + 2OH
2. Reaksi di anoda
a. Anion sisa asam oksi tidak dapat teroksidasi dalam pelarut air, sebagai gantinya air yang
mengalami oksidasi sebagai berikut 2𝐻2 O 4𝐻 + + 𝑂2 + 4e
b. Anion lain seperti (𝑂𝐻 − ; 𝐶𝑙 − ; Br) mengalami oksidasi :
2𝑂𝐻 − 2𝐻 + + 𝑂2 + 2e
2𝐶𝑙 − 𝐶𝑙2 + 2e
2Br 𝐵𝑟2 + 2e
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya terjadi pada anoda.
Anoda mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda (logam terdeposisi
dikatoda). Elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya menggunakan elektrolit garam, basa, atau
oksidasi dari anoda. Katoda yang digunakan disesuaikan dengan tujuan elektrolisis. Misalnya
elektrolisis untuk melapisi logam Au, maka anoda yang digunakan adalah Au dan elektrolitnya
adalah Au𝐶𝑙3. Elektrolisis demikian dapat digunakan untuk pemurnian logam atau pelapisan
logam. (Riyanto, 2013)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Reaksi kimia didorong oleh listrik, selama energi elektrolisis diubah menjadi energi kimia.
Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis pada dasarnya berlawanan dengan yang terjadi pada sel
elektrokimia. Reaksi dalam sel elektrolit biasanya tidak akan terjadi tanpa penerapan energi
listrik dan disebut reaksi non-spot. Bahan kimia yang dibentuk oleh elektrolisis sering sulit
diperoleh dengan cara lain dan pada kenyataannya banyak bahan yang bermanfaat diproduksi
menggunakan proses ini.
Aplikasi penting elektrolisis meliputi pelapisan film tipis logam pada permukaan logam
lain untuk meningkatkan penampilan mencegah korosi ekstraksi logam reaktif seperti Natrium
dan Aluminium dari bijih mereka produksi industri natrium hidroksida, klorin, dan hidrogen
pengisian ulang baterai dan sel isi ulang lainnya, seperti Ni Cads pemurnian logam tembaga dan
meningkatkan ketebalan lapisan oksida permukaan pada logam aluminium untuk meningkatkan
ketahanan terhadap korosi.
Endapan lapisan logam dari permukaan logam lain dengan elektrolisis disebut
elektroplating. Elektroplating dilakukan adalah sel elektrolitik seperti yang digunakan untuk
plating perak. Objek yang akan disepuh dihubungkan dengan kabel ke terminal negatif dari catu
daya. Objek ini dianggap sebagai elektroda negatif dalam sel. Hal itu direndam dalam larutan,
seperti larutan perak nitrat, yang mengandung ion logam yang membentuk pelapisan. Solusi ini
disebut sebagai elektrolit. Dalam perak plating elektroda dari logam perak terhubung ke terminal
positif dari catu daya. Pada elektroda negatif adalah terminal negatif dari catu daya mendorong
elektron sepanjang kawat ke elektroda.
Ion perak tertarik ke elektroda, menerima elektron dan diubah menjadi logam perak (Ag).
Yang positif adalah terminal positif dari power supply menarik elektron dari elektroda perak.
Reaksi yang melepaskan elektron harus terjadi. Logam perak perlahan larut sebagai ion perak.
Penyepuhan suatu logam emas, perak, atau nikel, bertujuan menutupi logam yang penampilannya
kurang baik atau menutupi logam yang mudah berkarat. Logam-logam ini dilapisi dengan logam
lain yang penampilan dan daya tahannya lebih baik agar tidak berkarat. Misalnya mesin
kendaraan bermotor yang terbuat dari baja umumya dilapisi Kromium agar terhindar dari korosi .
Beberapa alat rumah tangga juga disepuh dengan perak sehingga lebih awet dan penampilannya
tampak lebih baik.
Badan sepeda Titanium dilapisi Titanium Oksida (TiO2) yang bersifat keras dan tidak
dapat ditembus oleh Oksigen atau uap air sehingga terhindar dari reaksioksida yang
menyebabkan korosi. Prinsip kerja proses penyepuhan adalah penggunaan sel dengan elektrolit
larutan dan elektroda reaktif. Contoh jika logam atau cincin dari besi akan dilapisi emas
digunakan larutan elektrolit AuCl3(aq). Logam besi (Fe) dijadikan sebagai katoda, sedangkan
logam emasnya (Au) sebagai anoda. Apa yang terjadi jika kedua logam ini ditukar posisinya.
Reaksi yang berlangsung dalam proses penyepuhan besi dengan emas yaitu :
AuCl3(aq) = Au3+(aq) + 3 Cl-(aq)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Proses yang terjadi yaitu oksidasi logam emas (anoda) menjadi Au3+(aq). Kation ini akan
bergerak ke katoda menggantikan kation Au3+ yang direduksi di katoda. Kation Au3+ di katoda
direduksi membentuk endapan logam emas yang melapisi logam atau cincin besi. Proses ini
cukup murah karena emas yang melapisi besi hanya berupa lapisan tipis. Proses pemurnian
logam kotor banyak dilakukan dalam pertambangan. Logam transisi yang kotor dapat dimurnikan
dengan cara menempatkannya sebagai anoda dan logam murni sebagai katoda. Elektrolit yang
digunkan adalah elektrolit yang mengandung kation logam yang dimurnikan. Contoh pada proses
pemurnian nikel menggunakan larutan NiSO4(aq). Nikel murni digunakan sebagai katoda,
sedangkan nikel kotor (logam yang dimurnikan) digunakan sebagai anoda. Reaksi yang terjadi,
yaitu:
Sel elektrokimia terdiri dari dua sel setengah dengan elektroda yang digabungkan dengan
jembatan garam. Aliran elektron dari elektroda Cu, anoda, di mana oksidasi terjadi pada
elektroda Ag, katoda, dimana reduksi terjadi. Untuk pengukuran yang tepat, jumlah arus listrik
yang ditarik dari sel harus dijaga tetap kecil dengan menggunakan voltmeter yang dirancang
khusus atau alat yang disebut potensiometer. Namun, karena muatan dibawa melalui solusi oleh
migrasi ion, kawat tidak dapat digunakan untuk sambungan ini. Solusinya harus bersentuhan
langsung dengan penghalang berpori atau bergabung dengan solusi ketiga dalam tabung U yang
disebut jembatan garam. Kombinasi dua setengah sel yang terhubung dengan benar disebut sel
elektrokimia.
Diagram sel dan terminologi, diagram sel menunjukkan komponen sel elektrokimia secara
simbolis. Kami akan menggunakan yang berikut, konvensi yang diterima umum adalah menulis
diagram sel. Anoda, elektroda di mana oksidasi terjadi, diletakkan di sisi kiri diagram. Katoda,
elektroda di mana terjadi reduksi, ditempatkan di sisi kanan diagram. Sebuah batas antara fase
yang berbeda. Batas antara kompartemen setengah sel, biasanya jembatan garam, diwakili oleh
garis vertikal ganda. Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya
terjadi pada anoda. Anoda mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda
(logam terdeposisi dikatoda).
Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda dan katoda akan
mengionisasi molekul air menjadi ion positif dan ion negatif. Pada katoda terdapat ion postif
yang menyerap elektron dan menghasilkan molekul ion H2, dan ion negatif akan bergerak
menuju anoda untuk melepaskan elektron dan menghasilkan molekul ion O2. Reaksi total
elektrolisis air adalah penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen. Bergantung pada jenis
elektrolit yang digunakan, reaksi setengah sel untuk elektrolit asam atau basa dituliskan dalam
dua cara yang berbeda.
Elektrolit asam :
𝐻2 O ½ O2 + 2H+ + 2e (di anoda)
2H + 2e H2 (di katoda)
𝐻2 O 𝐻2 + ½ O2 (total)
Elektrolit basa :
2𝐻2 O + 2e 𝐻2 + 2OH (di katoda)
2OH ½ O2 + 𝐻2 O + 2e (di anoda)
𝐻2 O 𝐻2 + ½ O2 (total)
Gas Hidrogen dan Oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada
elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan
hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan Hidrogen. Dengan menyediakan
energi dari baterai. Air (H2O) dapat dipisahkan ke dalam molekul diatomik Hidrogen (H2 ) dan
Oksigen (O2 ). Gas yang dihasilkan dari proses elektrolisis air disebut gas HHO atau
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Oxyhydrogen atau disebut juga Brown’s Gas. Brown (1974), dalam penelitiannya melakukan
elektrolisa air murni sehingga menghasilkan gas HHO yang dinamakan dan dipatenkan dengan
nama Brown’s Gas. Untuk memproduksi Brown’s Gas digunakan elektroliser untuk memecah
molekul-molekul air menjadi gas.
Potensial elektroda tidak dapat diperoleh secara empiris. Potensi sel galvanik dihasilkan
dari sepasang elektroda. Dengan demikian, hanya satu nilai empiris yang tersedia dalam sepasang
elektroda dan tidak mungkin untuk menentukan nilai untuk setiap elektroda dalam pasangan
menggunakan potensi sel galvanik yang diperoleh secara empiris. Elektroda referensi, Elektroda
Hidrogen Standar (EHS), dimana potensi ditentukan atau disepakati oleh konvensi, perlu
dibentuk.
Dalam kasus ini Elektroda Hidrogen Standar (EHS) diatur ke 0,00 V dan elektroda mana
pun, yang potensi elektrodanya belum diketahui, dapat dipasangkan dengan \ Elektroda Hidrogen
Standar (EHS) untuk membentuk sel galvanik dan potensi sel galvanik memberi potensi
elektroda yang tidak diketahui. Dengan menggunakan proses ini, setiap elektroda dengan
potensial yang tidak diketahui dapat dipasangkan dengan EHS atau elektroda lain yang
potensinya telah diturunkan dan nilai tidak diketahui tersebut dapat ditentukan. Karena potensial
elektroda secara konvensional didefinisikan sebagai potensial reduksi, tanda potensi elektroda
logam yang teroksidasi harus dibalik ketika menghitung potensi sel secara keseluruhan.
Perhatikan bahwa potensial elektroda bebas dari jumlah elektron yang ditransfer mereka
dinyatakan dalam volt, yang mengukur energi per elektron yang ditransfer dan kedua potensi
elektroda dapat dikombinasikan secara sederhana untuk memberikan potensi sel secara
keseluruhan meskipun jumlah elektron yang berbeda terlibat dalam dua reaksi elektroda. Untuk
pengukuran praktis, elektroda yang dimaksud dihubungkan ke terminal positif elektrometer,
sedangkan Elektroda Hidrogen Standar (EHS) terhubung ke terminal negatif. Dalam sel galvanik,
di mana reaksi redoks spontan mendorong sel untuk menghasilkan potensial listrik, energi bebas
Gibbs ΔG ° harus negatif, sesuai dengan persamaan berikut:
ΔG ° sel = -nFE ° sel ................................................................. (2.1)
di mana n adalah jumlah mol elektron per mol produk dan F adalah konstanta Faraday, ~ 96485
C / mol. Dengan demikian, aturan berikut berlaku:
Jika E ° sel> 0, maka prosesnya spontan (sel galvanik)
Jika sel E ° <0, maka prosesnya tidak lazim (sel elektrolitik)
Dengan demikian untuk memiliki reaksi spontan (ΔG ° <0), sel E ° harus positif, di mana:
E ° sel = E ° katoda - Eo anoda ................................................. (2.2)
di mana E ° anoda adalah potensial standar pada anoda dan katoda E ° adalah potensial standar
pada katoda seperti yang diberikan dalam tabel potensial elektroda standar. Reaksi elektrokimia
melibatkan perpindahan elekron-elektron bebas dari suatu logam kepada komponen di dalam
larutan. (Petrucci Ralph, 1993)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
Grafik Current-Vs-Voltage
900
800
700
Current (mA)
600
500
400
300
200
100
0
0 1187 1180 1175 1172 1168 1182 1229 1280 1328 1380 1429 1479 1528 1575
Voltage (mV)
∆𝑌 𝑦2−𝑦1 833−135
Slope =∆𝑋 = = |1575−1328| = 2,83
𝑥2−𝑥1
voltage
Hambatan= current
Automatic Mode
V1 0V
R1 = =0 =∞
I1 A
V2 1,187 V
R2 = = 0,014 A = 84,79 Ω
I2
V3 1,180 V
R3 = = = 84,29 Ω
I3 0,014 A
V4 1,175 V
R4 = = = 83,93 Ω
I4 0,014 A
V5 1,172 V
R5 = = 0,014 A = 83,71 Ω
I5
V5 1,168 V
R6 = = 0,014 A = 83,43 Ω
I5
V7 1,182 V
R7 = = 0,014 A = 84,43 Ω
I7
V8 1,229 V
R8 = = 0,014 A = 87,79 Ω
I8
V9 1,280 V
R9 = = = 24,15 Ω
I9 0,053 A
V10 1,328 V
R10 = = = 9,84 Ω
I10 0,135 A
V11 1,380 V
R11 = = 0,257 A = 5,37 Ω
I11
V12 1,429 V
R12 = = 0,390 A = 3,66 Ω
I12
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
V13 1,479 V
R13 = = 0,538 A = 2,75 Ω
I13
V14 1,528 V
R14 = = 0,687 A = 2,30 Ω
I14
V15 1,575 V
R15 = = 0,833 A = 1,78 Ω
I15
4. Proses elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi Oksigen
(O2) dan Hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.
Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi
gas H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai
menjadi gas Oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion
H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Gas
Hidrogen dan Oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada
elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk
menghasilkan Hidrogen dan Hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan Hidrogen.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
STOP
KONTAK
Stoppers
LAPTOP
aquades stopwatch
Charger laptop
Tangki
electrolyzer penampung
USB perekam data
Met
5
0anol
.M
Kabel USB
selang COK
SAMBUNG
ADAPTOR
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui prinsip kerja elektrolyzer yaitu
menguraian senyawa air (H2O) menjadi Oksigen (O2) dan Hidrogen gas (H2) dengan
menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-).
Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas Oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Gas Hidrogen dan Oksigen
yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat
dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan Hidrogen dan
Hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
Hidrogen.
2. Dari hasil data percobaan yang dilakukan dapat diketahui kurva karakteristik sebagai
berikut.
Grafik Current-Vs-Voltage
900
800
700
Current (mA)
600
500
400
300
200
100
0
0 1187 1180 1175 1172 1168 1182 1229 1280 1328 1380 1429 1479 1528 1575
Voltage (mV)
5.2 Saran
1. Agar praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengamati batas air pada electrolyzer.
2. Agar praktikan selanjutnya memperhatikan stopwach lebih teliti.
3. Agar praktikan selanjutnya membawa air terdestilasi tanpa terkontaminasi apapun.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
VOLTAGE/SPANNUNG Voltmeter
V
Solar Module
O2 H2
Klip Tabung
Electrolyce
r
Adaptor
Penggaris 50 cm
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA