TESIS
DIAJUKAN OLEH
HOTROMASARI DABUKKE
167026006/FIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister (S2) Fisika pada Program Pascasarjana
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HOTROMASARI DABUKKE
167026006/FIS
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis dengan judul “Pengujian Iluminasi, Kolimasi,Ketegaklurusan dan
kualitas berkas pesawat sinar-X Radiographi Umum dengan Radiographi Mobile’’.
Yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master dalam Ilmu Fisika
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil.
Untuk ini penulis ingin menghaturkan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
tidak terhingga kepada yang saya hormati :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi Master Ilmu
Pengetahuan Alam pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah menyediakan
fasilitas dan kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa dan menyelesaikan
program studi Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Bapak Dr. Kurnia Sembiring, MS., selaku Ketua Program Studi Master Ilmu
Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Medan, yang telah memberikan arahan dan bantuan bagi
penulis untuk menyelesaikan Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc. sebagai Pembimbing I dan Bapak
Prof. Dr. Marhaposan Situmorang, sebagai pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan dorongan dengan penuh
kesabaran tulus dan ikhlas bagi penulis dalam menjalankan pendidikan,
penelitian dan penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Dr. Tulus Ikhsan, MS., Bapak Dr. Kerista Tarigan, MSc., Bapak Dr.
Kurnia Sembiring, MS, sebagai Komisi Pembanding yang telah banyak
Hotromasari Dabukke
NIM. 167026006
Tabel 2.1. Nilai HVL untuk tegangan puncak tabung pesawat sinar-X 17
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Iluminasi 37
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kolimasi dan Ketegaklurusan berkas Sinar-X 38
dengan Cahaya Kolimator
Tabel 4.3. Pengujian Ketegalurusan Kolimasi Berkas Cahaya 39
Tabel 4.4. Faktor Ekspose 70 kilo Volt dan 20 mAs 41
Tabel 4.5. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mAs 42
Tabel 4.6. Hasi Pengujian Iluminasi 43
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kolimasi dan Ketegaklurusan berkas Sinar-X 44
dengan Cahaya Kolimator
Tabel 4.8. Pengujian Ketegaklurusan Kolimasi Berkas Cahaya 46
Table 4.9. Pesawat Sinar-X Mobile 70 Kilo Volt, 20 milli Ampere second 47
Tabel 4.10. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mili Ampere second 49
dan kualitas berkas pesawat sinar-X Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile.
sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile dengan parameter yang diuji
2.1. Sinar X
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun
1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat adanya
sinar fluorisensi pada kristal Barium Planitosianida dalam tabung Gookes Hitrof
yang dialiri listrik. Tidak lama kemudian ditemukanlah bahwa sinar tersebut adalah
sinar baru atau sinar-X. Sinar-X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, akan
tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu 1/10.000 dari panjang
gelombang cahaya yang kelihatan.
Foton sinar-X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi yang berasal dari
katoda menumbuk target pada anoda. Elektron-elektron dari katoda ini berasal dari
pemanasan filamen (lebih dari 2000° C), sehingga pada filamen ini akan terbentuk
awan elektron. Elektron-elektron dari katoda ini akan bergerak cepat menumbuk
bidang target (anoda) akibat diberikannya tegangan tinggi atau beda potensial antara
katoda dan anoda. Dari hasil tumbukan tersebut menghasilkan foton sinar-X lebih
kurang 1 % dan sisanya 99 % berupa energi panas.
Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen.
Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan
cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih
komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari
sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat
pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya.
Katoda pada dasarnya adalah suatu filamen yang terbentuk dari lilitan kawat
yang memiliki tahanan tinggi agar mampu menahan panas yang dihasilkan dari
pemanasan arus filamen yaitu ± 5 Ampere. Diameter lilitan filamen katoda ± 0.2 cm
– 0.5 cm dan memiliki panjang lilitan ± 1 cm. Bentuk ukuran filamen katoda akan
menentukan ukuran fokus. Untuk menahan panas tinggi biasanya kawat lilitan katoda
terbuat dari logam tungsten yang memiliki titik lebur tinggi yaitu sekitar 3370 °C.
7. Kolimator
Kolimator dan alat pembatas berkas sinar-X lainnya, mempunyai dua fungsi
dasar yaitu untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterima oleh pasien dan untuk
mengurangi radiasi hambur (Curry, 1990: 96).
2.4. Kolimator
Kolimator adalah alat pembatas radiasi yang umumnya digunakan pada
radiografi yang terdiri dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan
dan bergerak dengan arah berlawanan secara berpasangan (Carlton, 1992: 231). Alat
ini mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatas luas lapangan
penyinaran yang dapat diatur dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
titik tengah (central point) sinar-X yang keluar dari bidang target.
Adapun bagian- bagian Kolimator adalah
1. Lampu lampu pada kolimator berperan memberikan petungjuk dalam
menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang
dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol
lampu ditekan, maka garis didalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari
lapangan penyianaran. Berkas cahaya lampu keluar dari kotak kolimator
tersebut menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi
primer.
2. Cermin
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang diletakkan dibawah sumber sinar-
X dan membentuk sudut 450 terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
diletakkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya
nola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. Cermin tersebut
berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga
menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan fan tergambar pada lapangan
penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus
menuju cermin.
Dua penutup jendela (shutter) kolimator yaitu S1 dan S2 terbuat dari Pb dan
dapat digerakkan atau diatur secara bersama-sama, dengan shutter itu luas daerah
penyinaran sinar x yang keluar dapat diatur sesuai dengan objek dan kriteria yang
diinginkan.
penghamburan akan berpengaruh pada pelemahan atau attenuasi dari foton tersebut
yang disebabkan oleh kerapatan, ketebalan dan nomor atom bahan yang dilalui.
Apabila radiasi elektromagnetik masuk ke dalam bahan , maka sebagian dari radiasi
tersebut akan terserap oleh bahan. Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah
pelemahan radiasi elektromagnetik baik sinar-X maupun sinar gamma dalam suatu
I = I0 e – μ x (2.1)
Dimana :
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat
atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar Flour (Fluoresensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau
zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi
sinar-X.
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologis
Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.
b. Additional Filter
Dengan :
x = dosis paparan radiasi (mR)
v = tegangan tabung (kV)
i = arus tabung (mA)
t = waktu penyinaran (s)
d = jarak fokus ke film (cm)
Dari rumus di atas maka dapat diketahui masing-masing besar atau jumlah dosis
paparan radiasi yang akan diterima pasien. Karena 1 Roentgen sama dengan 0,877 rad
dosis di udara, sehingga untuk mengetahui dosis serap yang diterima oleh pasien yaitu
dengan cara mengalikan dosis paparan radiasi dengan 0,877 rad (Camber, 1983). Dari
satuan dosis rad kemudian dikonversi kedalam satuan dosis Gray. Dari kedua satuan
dosis serap tersebut diperleh hubungan sebagai berikut:
1 mR = 10-3 R
1R = 0,877 Rad
(Akhadi, 2000:8)
2.15. Uji Kolimator dengan Unit RMI Collimator Tool dan Beam Alligment
Test Tool
Sesuai dengan Peraturan Kepala (PERKA) BAPETEN No.9 Tahun 2011
tentang Uji Kesesuaian pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional,
Pasal 5, kolimasi merupakan salah satu parameter yang harus diuji dan merupakan
salah satu parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari parameter utama ini
adalah parameter yang secara langsung mempengaruhi dosis radiasi pasien dan
Gambar 2.8. Unit RMI Collimator Tool dan Beam Allignment Test Tool
Dalam pengujian kesesuaian lapang kolimator dengan lapang berkas sinarX
terinterprestasi citra dari film seperti Gambar 2.9 yang memberikan informasi
ab
Tan θ = (2.4)
ae
de x ac
Tan θ =
ae x ce
de x ac
Θ = tan -1
ae x ce
Dengan :
Θ : Sudut Penyimpangan
de : jarak titik d ke e
ac : jarak titik a ke c
ae : jarak titik a ke e
ce : jarak c titik e
Dapat juga langsung dilihat dari hasil radiografi yang ditunjukan pada
Gambar 2.11.
Spesifikasi Alat:
Nama Alat : Beam Allignment Test Tool
Merek : Gammex
Nomor Seri : 800423-1165
b. Pita pengukur
Mulai
Penulisan Laporan
Selesai
Dari hasil pengujian iluminasi pada pesawat sinar-X Radiografi Umum pada
jarak 100 cm dari tabung sinar-X dilakukan pengukuran pada empat titik ukur dan
dilakukan secara berulang sebanyak lima kali pengukuran. Pengukuran pertama
terdapat rata-rata titik ukur 159,75 Lux dan hasil Uji iluminasi pertama adalah
108,75 Lux, pada pengukuran kedua rata-rata titik ukur 161,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kedua adalah kedua 110,00 Lux, pada pengukuran ketiga rata-rata titik
ukur 160,75 Lux dan hasil uji iluminasi ketiga adalah 109,75 Lux, pada pengukuran
keempat rata-rata titik ukur 160,75 Lux dan hasil uji iluminasi keempat adalah
109,75 Lux, pada pengukuran kelima rata-rata titik ukur 160,25 Lux dan hasil uji
X1 9 9 0.5
X2 9 8.5
2
Y1 7 6 1.5
Y2 7 6.5
Nilai Lolos Uji ≤ 3 %
ΔX (% SID) =
X 1 X 2 x 100% (4.2)
SID
Sehingga hasil penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada
sumbu X dan Sumbu Y adalah 2 %.
Batas toleransi lolos uji adalah sebesar
ΔX dan ΔY ≤ 2% SID
ΔX + ΔY ≤ 3% SID (4.5)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-
X. Pada sumbu X dan sumbu Y masih dibawah batas toleransi sehingga alat masih
dalam kondisi baik.
Tabel 4.3. Pengujian Ketegalurusan Kolimasi Berkas sinar-X dengan berkas cahaya
Ketegaklurusan Hasil Ukur ( 0)
1.50
Nilai Lolos Uji ≤ 30
Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas
pesawat sinar-X Radiografi Umum pada filter Inherent (filter terpasang tetap)
terdapat dosis 1,133 mGy dan HVl 2,70, pada filter Addheren (filter tambahan)
pada 1 mmAl terdapat dosis 0,8635 mGy dan HVL sebesar 3,22 mmAl, pada filter 2
mmAl terdapat dosis 0,6869 mGy dan HVL sebesar 3,69 mmAl, pada filter 3
mmAl terdapat dosis 0,5634 mGy dan HVL 4,1, pada filter 4 mmAl terdapat dosis
0,4702 mGy dan HVL sebesar 4,46 mmAl, pada filter 5 mmAl terdapat dosis
0,4003 mGy dan HVL sebesar 4,76 mmAl. Pada hasil pengukuran tersebut dapat
dinyatakan bahwa semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya
semakin tinggi, dan sebaliknya semakin tebal Filter maka dosis radiasi semakin
kecil.
Gambar 4.3 Kualitas Berkas dengan Dosis Pesawat Sinar-X Radiografi Umum
Tegangan 80 kV dan Kuat Arus 20 mAs Menggunakan Variasi Tebal Filter
Dari hasil pengujian iluminasi pada pesawat sinar-X Radiografi Umum pada
jarak 100 cm dari tabung sinar-X dilakukan pengukuran pada empat titik ukur dan
dilakukan secara berulang sebanyak lima kali pengukuran. Pengukuran pertama
terdapat rata-rata titik ukur 168,25 Lux dan hasil Uji iluminasi pertama adalah
100,25 Lux, pada pengukuran kedua rata-rata titik ukur 172,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kedua adalah 104,00 Lux, pada pengukuran ketiga rata-rata titik ukur
172,25 Lux dan hasil uji iluminasi ketiga adalah 104,25 Lux , pada pengukuran
keempat rata-rata titik ukur 172,50 Lux dan hasil uji iluminasi keempat adalah
104,50 Lux, pada pengukuran kelima rata-rata titik ukur 172,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kelima adalah 104,00 Lux. Untuk mendapatkan hasil iluminasi digunakan
persamaan dibawah ini:
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kolimasi berkas Sinar-X dengan Cahaya Kolimator
Titik Ukur Tepi Lapangan Tepi Lapangan ΔX + ΔY
Cahaya (cm) Sinar-X (cm) 1 2 % SID (%SID)
X1 9 8 1.5
X2 9 8.5
3
Y1 7 6.5 1.5
Y2 7 6
Nilai Lolos Uji ≤ 3%
ΔX (% SID) =
X 1 X 2 x 100% (4.7)
SID
Diperoleh nilai deviasi % SID pada sumbu x adalah 1,5 %.
Selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu Y diperoleh dengan
persamaan dibawah ini :
ΔY (%SID) =
Y1 Y2
x 100% (4.8)
SID
Penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu X dan
Sumbu Y diperoleh dari persamaan dibawah ini :
Sehingga hasil penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada
sumbu X dan Sumbu Y adalah 3 %.
ΔX dan ΔY ≤ 2% SID
ΔX + ΔY ≤ 3% SID (4.10)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-
X. Pada sumbu X dan sumbu Y masih dibawah batas toleransi sehingga alat masih
dalam kondisi baik.
2. 0,5629 2. 0, 4618
5,5 Ln 4,5 Ln
HVL = 1,1140 1,1140
Ln 0,5629
0,4618
0,0579 0.8434
=
0,1979
= 4,5532 HVL
Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 70 kilo Volt, arus
waktu 20 mili Ampere second setelah dilakukan pengukuran masih dalam batas
toleransi.
Tabel 4.10. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mili Ampere second
No Tegangan Inheren Addheren Total Dosis HVL
Tabung (kV) (mmAl) (mmAl) Filter (mGy)
0 1,5 1,4630 2,99
1 2,5 1,1610 3,44
2 80 kilo Volt, 1,5 2 3,5 0,9449 3,87
20 mAs 3 4,5 0,7912 4,20
4 5,5 0,6613 4,52
5 6,5 0,5694 4,78
Berdasarkan Perka Bapeten 2011 Secara matematis HVL dapat dihitung sebagai
berikut :
t1 Ln 2 D2 / D0 t 2 Ln 2 D1 / D0
HVL =
LnD2 / D1
2. 0,7912 2. 0, 6613
5,5 Ln 4,5 Ln
1. 4630 1,6613
HVL =
Ln 0,7912
0,6612
0,4314 0454
=
0,1794
= 4,9392 HVL
Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas
pesawat sinar-X Radiografi Umum filter Inherent (filter terpasang tetap) terdapat
dosis 1,463 mGy dan HVl 2,99. Pada filter addheren (filter tambahan) pada 1 mmAl
terdapat dosis 1,161 mGy dan HVL sebesar 3,44 mmAl, pada filter 2 mmAl
terdapat dosis 0,9449 mGy dan HVL sebesar 3,87 mmAl, pada filter 3 mmAl
terdapat dosis 0,7912 mGy dan HVL 4,2, pada filter 4 mmAl terdapat dosis 0,6613
mGy dan HVL sebesar 4,52 mmAl, pada filter 5 mmAl terdapat dosis 0,5694 mGy
dan HVL sebesar 4,78 mmAl. Pada hasil pengukuraan tersebut tampak bahwa
semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya semakin tinggi, dan
sebaliknya semakin tebal Filter maka dosis radiasi semakin kecil.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 80 kiloVolt, arus waktu 20
mili Ampere second pada alat Radiografi Mobile masih dalam batas toleransi.
4.3. Pembahasan
Gambar 4.7 Pengujian Iluminasi Pada Pesawat Sinar-X Radiografi Umum Dan
Radiografi Mobile
Gambar 4.9 Perbandingan kualitas berkas sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi
Mobile.
Pesawat sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile pada tegangan 80
kilo Volt dan kuat arus 20 mAs . Filter inheren pada Radiografi Umum 1,2 mmAl
sedangkan pada Radiografi Mobile 1,5 mmAl. Pesawat Radiografi Umum filter
inheren1,2 mmAl setelah diekspose pada tegangan 80 kilo Volt dan kuat arus 20
mAs dan dosis 1.133 mGy. Pesawat Radiografi Mobile filter inheren1,5 mmAl
setelah diekspose pada tegangan 80 kilo Volt dan kuat arus 20 mAs dan dosis 1,463
mGy. Gambar diatas menunjukkan dosis radiasi pada Radiografi Mobile lebih
tinggi dibandingkan dengan Radiografi Umum. Ketika faktor eksope semakin
tinggi maka dosis radiasinya semakin tinggi tetapi semakin rendah faktor ekspose
yang digunakan maka dosis radiasi semakin kecil. Kualitas berkas pada pesawat
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Dari hasil pengujian Iluminasi pada pesawat sinar-X Radiographi Umum
terdapat 109,50 Lux sedangkan pada Radiographi Mobile iluminasinya
103,40 Lux menunjukkan bahwa iluminasi dari masing-masing pesawat
masih dalam kondisi baik.
2. Pada pengujian kolimasi pada Radiographi Umum sebesar 2% SID
sedangkan pada Radiographi Mobile sebesar 3% SID. Untuk
ketagaklurusan berkas sinar-X pada Radiographi Umum titik fokus sinar-X
mendekati 0º sedangkan pada Radiographi Mobile titik fokus sinar-X
sebesar 1,5º mengalami penyimpangan namun masih dalam batas toleransi.
3. Pengujian kualitas berkas sinar-X (HVL) yang dihasilkan Radiographi
Umum dan Radiographi Mobile variasi tegangan tabung 70 kilo Volt, 80
kilo Volt dan Kuat arus tetap 20 mili Ampere Second. Kualitas berkas sinar-
X semakin tipis tebal filter yang digunakan maka dosis radiasi semakin
tinggi tetapi semakin tebal filter yang digunakan maka dosis radiasi semakin
berkurang.
5.2. Saran
1. Penggunaan Pesawat Radiographi Umum dan Radiographi Mobile
disarankan untuk melakukan menambahkan filter Adherent supaya
mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien dan Kualitas berkas yang
dihasilkan lebih bagus sehingga tidak terjadi kekaburan pada film
Radiographi.
2. Perlu dilakukan Adjusment alat Radiographi Mobile secara berkala supaya
titik pusat berkas cahaya dan berkas sinar-X tepat pada titik fokus 0º.