HASNANI
H211 13 017
DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN JUDUL
RADIOLOGY (ACR)
SKRIPSI
OLEH :
HASNANI
H211 13 017
DEPARTEMENT FISIKA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil
karya saya sendiri dalam batas tertentu dibantu oleh pihak pembimbing, dan
semua sumber baik yang dikutip maupunyang dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar. Bila kemudian hari ternyata saya tidak benar, maka saya bersedia
Yang membuat
pernyataan
HASNANI
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Hasanuddin.
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini terjadi karena kelemahan
dan keterbatasan yang dimiliki penulis. Puji syukur hambatan dapat teratasi tentu
tidak lepas dari dukungan, doa, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus kepada ibunda I Nanno yang selalu
berdoa dalam setiap nafasnya dan senantiasa memberi motivasi serta dukungan,
dan untuk kakak tercinta Sumarni, Suriani, Asriani serta keluarga yang
senantiasa memberi bantuan baik secara moril dan materil. Penulis juga ingin
2. Bapak Dr. Arifin, MT. selaku ketua Departemen Fisika FMIPA UNHAS
vi
3. Pak Eko Juarlin, S.Si.,M.Si selaku penasehat akademik yang telah memberi
RSUH Makassar yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi saran
5. Bapak Drs.Bangsawan BJ,M.Si , Bapak Dr. Paulus Lobo Gareso, M.sc dan
Bapak Prof. Dr. Syamsir Dewang, M. Eng. Sc. sebagai tim penguji skripsi
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
7. Seluruh Staf akademik Departemen Fisika dan Fakultas MIPA yang dengan
Asni, S.Si, Astrid Nur Nubuwah, S.Si, Stiva Yulianti Azhar, S.Si, dan Ardi
Armawan Syah
10. Teman-teman alumni SMPN 1 Tellu Limpo’E dan SMAN 1 Tellu Limpo’E
yang masih ada sampai saat ini terima kasih untuk persahabatan dan canda
tawanya.
vii
11. Teman-teman Departemen Fisika dan Geofisika angkatan 2013 yang tidak
bisa saya sebutkan satu-satu terima kasih untuk persahabatan dan canda tawa
12. Teman KKN Gel.93 Keluruhan Panreng Kec. Baranti Kab.Sidrap, Nunu,
Aulia, Kk Wail, Bunga, Ria yang telah menjadi keluarga baru dan
13. Semua pihak yang membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga peneltian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
Makassar, November
2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
ix
II.1 Konsep Dasar, Setting, dan Komponen CT Scan ......................... 5
x
III.3 Prosedur Penelitian.................................................................... 25
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.5 Tahap pembentukan citra analog ke digital dalam proses sampling
12
Gambar II. 6 Hubungan antara elemen gambar dan elemen matriks ............ 12
Gambar II. 7 Proses kuantisasi yang dihasilkan oleh peralatan digital CT Scan
16
xii
Gambar IV.1 Hasil citra CT Scan resolusi kontras tinggi dengan variasi ketebalan
irisan (a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d) slice 10
mm ...........................................................................................31
Gambar IV.2 Hasil citra CT Scan kesesuaian tebal slice dengan variasi ketebalan
irisan (a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d) slice 10
mm ...................................................................................... .. 32
Gambar IV.3 Hasil citra CT Scan resolusi kontras rendah dengan variasi
ketebalan irisan(a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d)
slice 10 mm ............................................................................ 34
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Nilai parameter scanning yang baku pada layar monitor CT Scan..
....................................................................................................................... 27
Tabel IV.1 Nilai kualitas citra CT Scan pada tebal slice 3 mm .................... 34
Tabel IV.2 Nilai kualitas citra CT Scan pada tebal slice 5 mm .................... 35
Tabel IV.3 Nilai kualitas citra CT Scan pada tebal slice 8 mm ..................... 35
Tabel IV.4 Nilai kualitas citra CT Scan pada tebal slice 10 mm ................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Kartu Kontrol
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pertama kali pada tahun 1972 oleh Sir Godfrey New Bold Hounsfield dan Allan
Cormack. CT Scan pertama diproduksi oleh EMI Mark 1, dengan resolusi gambar
menit tiap scannya. Disebabkan oleh karena lamanya pemeriksaan sehingga tidak
tidaknya suatu kelainan pada organ tubuh manusia dengan menggunakan radiasi
hasil diagnosis yang lebih optimal. Selain memberikan dampak positif bagi
dampak negatif bagi pasien yang menggunakan alat ini yaitu adanya radiasi
pengion[2].
1
program QC (quality control) untuk menjamin kualitas citra CT Scan dengan
phantom ACR terdiri atas 4 modul. Modul 1 digunakan untuk menilai posisi dan
keselarasan, akurasi nomor CT, dan ketebalan slice. Modul 2 digunakan untuk
terdiri dari bahan seragam yang setara dengan jaringan untuk menilai
lp/cm. Munculnya karakter evaluasi citra bergantung pada bagian tubuh yang di
scan[4].
parameter teknis ketebalan irisan mulai 2 mm, 3 mm, 5 mm, 7 mm, dan 10 mm
standard, dan algorithma edge pada pesawat CT Scan dengan menggunakan uji
One Way Anova yang dilanjutkan dengan metode Tukey, menyatakan bahwa
terdapat pengaruh pemilihan parameter tebal potongan irisan (slice thickness) dan
teknik besar sudut pandang (FOV) dan ukuran matriks 34 mm, 33 mm, 32 mm,
2
volume objek menggunakan variabel deskriptif yang dilanjutkan dengan uji
terdapat pengaruh pemilihan teknik besar sudut pandang (FOV) dan ukuran
CT number dari citra CT Scan (modul 1 dan 3). Dari penelitian yang dilakukan
belum membahas resolusi kontras dari citra CT Scan (modul 2 dan 4). Phantom
yang digunakan pada penelitian ini sama dengan phantom yang digunakan oleh
Syidar. Pada penelitian ini dilakukan pemililihan variasi tebal slice yaitu tebal
potongan gambar yang dihasilkan untuk setiap pemeriksaan. Ukuran tebal slice
diagnosis.
radiologi, dibatasi pada analisis nilai resolusi kontras tinggi dan resolusi kontras
metode scan satu rotasi dalam waktu satu detik dengan tegangan tabung 120 kVp
3
dan tebal irisan 3, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm. Karakteristik citra hasil pengolahan
yang dievaluasi meliputi : resolusi kontras tinggi dan resolusi kontras rendah.
slice.
ketebalan slice.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengambilan citra dari suatu objek tubuh secara irisan aksial dengan cara berkas
karena proses absorbsi dan hamburan (scattering) setelah menembus objek akan
di tangkap oleh dektektor yang posisinya berhadapan dengan sumber sinar X dan
terletak di belakang objek. Berkas sinar-X yang di tangkap oleh detektor di ubah
dalam bentuk pulsa listrik, yang akhirnya oleh ADC (Analog Digital Converter)
di ubah dalam data digital. Selanjutnya data tersebut di kirim ke komputer melalui
pada layar monitor berupa citra dengan skala keabuan (greyscale image)[5].
Pesawat CT Scan saat ini menjadi alat bantu pencitraan medik yang berdaya guna
tinggi dan dengan kemampuan yang selalu dan semakin berkembang. Baik dari
segi kualitas, gambar, keamanan dosis radiasi dan akurasi pemeriksaan atau
pengukuran[6].
5
Gambar II.1 Pesawat CT-Scan
6
Sebuah sistem CT Scan terdiri dari beberapa komponen yaitu,
2. Generator
3. Tabung Sinar X
4. Detektor
8. Sistem pendingin
b. Meja Pemeriksaan.
utama.
7
Peningkatan resolusi gambar banyak sekali mengalami perkembangan, sampai
saat ini resolusi gambar telah mencapai 0,24 mm sehingga detail gambar dan
akurasi pemeriksaan dapat lebih akurat dan mendapatkan pencitraan tubuh yang
baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengembangan teknologi tabung Sinar-X
berukuran kecil sehingga mampu berputar dengan sangat cepat (0,33 detik/rotasi),
Tube X Ray.
Bahkan dewasa ini telah ditepuh berbagai upaya untuk mengurangi resiko dan
terobosan teknologinya saat ini dapat dilihat dengan adanya software pengaturan
auto MAS (Care Dose), penambahan shield/ kolimator pada sistem tabung X-ray,
dan MAS detektor yang di buat dari bahan yang memiliki efektifitas penyerapan
sinar X-ray, waktu after glow yang pendek dan ukuran yang kecil sehingga dapat
mendapatkan informasi pixel dengan resolusi tinggi. Material detektor dari inti
keramik yang bermutu tinggi dikenal dengan nama UFC (Ultra Fast Ceramic).
(density) struktur organ tubuh manusia, misalnya bila tulang yang unsur
penyusunnya kalsium atau fosfor ataupun organ lain dalam tubuh yang nomor
atomnya tinggi akan menghasilkan citra sinar-X yang lebih terang (hiperdens)
disebabkan oleh penyerapan sinar-X yang lebih besar. Sedangkan struktur lain
yang memberikan citra yang lebih gelap (hypodens), demikian pula jika nilai
8
penyerapan sinar-X yang relatif sama dengan struktur disekitarnya akan
Citra adalah suatu representasi (gambar), kemiripan atau imitasi dari suatu objek.
Ditinjau dari segi jenisnya, citra terbagi atas dua bagian, yaitu : Citra analog, dan
citra digital. Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu. Citra analog tidak
alat-alat analog, seperti CT Scan, webcam, sensor rontgen untuk foto thorax,
sensor gelombang pendek pada sistem radar, sensor ultrasound pada sistem USG
dan lain-lain.
Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh computer, citra digital disebut
juga citra diskrit. Metode transmisi sinar-X dalam pencitraan CT Scan atau
projection ada dua, yaitu proyeksi geometri parallel (parallel beam geometry
projection) dan proyeksi geometri kipas (fan beam geometry projection). Teknik
Satu potongan irisan citra atau image CT Scan di dapat dari hasil pengelohan data
sebesar 800 rays dari 1000 sudut proyeksi. Sehingga total data transmisi sinar-X
Proses akuisisi citra CT Scan diawali oleh proses pengumpulan data awal yang
akan diolah komputer dikenal demgan istilah akuisisi (aquisition). Tabung sinar X
berotasi 360º mengelilingi tubuh pasien untuk mengumpulkan data satu irisan
(slice) tunggal. Pengukuran data dari transmisi tunggal dilakukan oleh perangkat
9
detektor dalam satu waktu tertentu yang mengitari pasien dinamakan ray pada
orientasi tertentu, serangkaian seri transmisi sinar-X yang melewati pasien dalam
proses akuisisi tomografi inilah yang disebut projection atau view. Dalam teknik
spiral atau helical, pencitraan CT Scan dilakukan dengan pola irisan demi irisan
(slice by slice) dimana pengumpulan data dilakukan sekali dalam area scanning[6].
beberapa jenis algoritma yang mengolah data nilai koefisian attenuasi linier dari
jaringan tubuh pasien (objek). Pada CT Scan generasi-generasi pertama ada dua
sekarang ini, kedua jenis rekonstruksi citra tersebut tidak digunakan lagi
disebabkan karena tidak menghasilkan citra yang tajam dari suatu objek. Proyeksi
10
balik juga menghasilkan cacat pada citra atau image yang dikenal dengan istilah
digital. Proses mengubah citra analog menjadi citra digital disebut digitalisasi
citra, yaitu digitalisasi spasial yang disebut juga sampling (penerokan) dan
II.2.2.1 Sampling
Sampling adalah proses transformasi citra continu menjadi citra digital dengan
cara membagi citra analog (kontinu) menjadi M kolom dan N baris sehingga
menjadi citra diskrit. Semakin besar nilai M dan N, semakin halus citra yang di
hasilkan dan artinya resolusi citra semakin tinggi. Persilangan antara baris dan
kolom tertentu disebut piksel. Sedang elemen terkecil (titik 0 untuk menampilkan
11
Gambar II.5 Tahap pembentukan citra analog ke digital data proses sampling[9].
12
Terdapat perbedaan antara koordinat gambar yang di scanner dengan koordinat
matriks (hasil digitalisasi).Titik asal (0,0) pada gambar dan elemen (0,0) pada matriks
tidaklah sama. Koordinat x dan y pada gambar dimulai dari sudut kiri bawah, sedangkan
i=x,0≤i≤N–1
j = (M – y) , 0 ≤ j ≤ M – 1
x = Dx / N increment
y = Dy / M increment
Elemen (i, j) di dalam matriks menyatakan rata-rata intensitas cahaya pada area
N = 2n ......................................................................................... (II.1)
13
Pembagian gambar menjadi ukuran tertentu menentukan resolusi (yaitu derajat
rincian yang dapat dilihat) spasial yang diperoleh. Semakin tinggi resolusinya,
yang berarti semakin kecil ukuran pixel (atau semakin banyak jumlah pixel-nya),
semakin halus gambar yang diperoleh karena informasi yang hilang akibat
II.2.2.2 Kuantisasi
membagi skala keabuan (0, L) menjadi G buah level yang dinyatakan dengan
dari 2, yaitu :
G = 2m ........................................................................................ (II.2)
G = derajat keabuan
21 (2 nilai) 0, 1 1 bit
Hitam dinyatakan dengan nilai derajat keabuan terendah, yaitu 0, sedangkan putih
Jumlah bit yang dibutuhkan untuk merepresentasikan nilai keabuan piksel disebut
14
kedalaman pikselnya. Jadi, citra dengan kedalaman 8 bit disebut juga citra 8-bit
Pada kebanyakan aplikasi, citra hitam-putih dikuantisasi pada 256 level dan
Citra biner (binary image) hanya dikuantisasi pada dua leve l: 0 dan 1. Tiap piksel
pada citra biner cukup direpresentasikan dengan 1 bit, yang mana bit 0 berarti
dari gambar yang diperoleh. Sebagai contoh, jika digunakan 3 bit untuk
menyimpan harga bilangan bulat, maka jumlah derajat keabuan yang diperoleh
hanya 8, jika digunakan 4 bit, maka derajat keabuan yang diperoleh adalah 16
buah. Semakin banyak jumlah derajat keabuan (berarti jumlah bit kuantisasinya
Warna sebuah citra digital ditentukan oleh besarnya intentitas cahaya yang di
tangkap oleh sensor. Sedangkan skala intentitas cahaya dialam ini (gradasi
intentitas analog) tidak terbatas, yang bisa menghasilkan warna dengan jumlah
yang tak terhingga. Sayangnya sampai saat ini belum ada satu sensor pun yang
15
Gambar II.7. Proses kuantisasi yang dihasilkan oleh peralatan digital CT Scan[10]
Misalnya besarnya memori yang digunakan untuk menyimpan warna adalah 3 bit
maka gradasi warna citra analog gambar diatas yang seharusnya mempunyai
jumlah gradasi warna yang tak terhingga), hanya diwakili oleh gradasi warna 3 bit
ini, kemudian dilakukan kuantisasi untuk setiap piksel. Warna tiap-tiap piksel
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 0 0 7 7 7 7 7 7 7
7 7 0 0 0 7 7 7 7 7 7
7 0 0 0 0 7 7 7 7 7 7
7 0 0 2 4 7 7 7 7 7 7
7 0 3 4 4 4 7 7 7 7 7
7 0 3 5 5 4 4 0 7 7 7
7 0 3 5 5 4 4 0 0 7 7
7 0 3 2 4 0 0 0 0 7 7
7 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7
7 7 0 0 0 0 0 0 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Dari hasil tersebut, citra digital yang disimpan memori hanyalah nilai-nilai
16
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 0 0 7 7 7 7 7 7 7
7 7 0 0 0 7 7 7 7 7 7
7 0 0 0 0 7 7 7 7 7 7
7 0 0 2 4 7 7 7 7 7 7
7 0 3 4 4 4 7 7 7 7 7
7 0 3 5 5 4 4 0 7 7 7
7 0 3 5 5 4 4 0 0 7 7
7 0 3 2 4 0 0 0 0 7 7
7 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7
7 7 0 0 0 0 0 0 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Bila citra digital tersebut ditulis dalam bentuk matematis sebagai fungsi (x,y),
maka :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 y (baris)
2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 7 7 0 0 7 7 7 7 7 7 7 f(3,10) = 7
4 7 7 0 0 0 7 7 7 7 7 7
5 7 0 0 0 0 7 7 7 7 7 7
6 7 0 0 2 4 7 7 7 7 7 7 f(6,5) = 4
7 7 0 3 4 4 4 7 7 7 7 7
8 7 0 3 5 5 4 4 0 7 7 7 f(8,5) = 5
9 7 0 3 5 5 4 4 0 0 7 7
10 7 0 3 2 4 0 0 0 0 7 7 f(10,4) = 2
11 7 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7
12 7 7 0 0 0 0 0 0 7 7 7 f(12,8) = 0
13
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
14
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
x (kolom)
Sebagai contoh, f (3, 10) = 7 artinya piksel di titik (3, 10) mempunyai nilai
17
II.3 Kualitas citra Computed Tomograhy Scan
adalah spatial resolusi, kontras resolusi, noise, dan artifact (cacat gambar), Setiap
rekontruksi citra, geometri, pergerakan objek, subjek kontras, teknik kontras film,
reseptor, ukuran focal spot dan penglihatan observer (dokter ahli radiologi).
kualitas citra pada CT Scan adalah x-ray beam characteristics, dosis radiasi,
untuk mendapatkan objek yang berukuran kecil dengan densitas berbeda pada
1. Faktor Geometri
data akuisisi, antara lain ukuran dan kemampuan detektor, slice thikhness
18
Spatial resolusi dipengaruhi juga oleh bentuk dan rekontruksi algoritma.
yang lebih rendah, maka spatial resolusi yang baik adalah resolusi pada
tulang.
Kontras resolusi disebut juga tissue resolution atau low contrast resolution,
dimana resolusi jenis ini merupakan kemampuan suatu sistem pencitraan untuk
contrast) dengan variasi nilai kerapatan yang sangat rendah (2 - 3 mm). Oleh
Hounsfield (1978) kontras resolusi ini dikenal pula dengan nama sensitivity of
scannernya.
arus tabung), dosis radiasi, piksel size, (FOV), ketebalan irisan (slice thickness),
padat yang berisi empat modul, dan terbuat dari bahan yang setara dengan air.
eksternal yang dicoret dan dicat putih (untuk merefleksikan lampu pelurus) pada
19
z, kranial / kaudal), koronal (sumbu y, anterior / posterior), dan sagital
(sumbu x, kiri / kanan) arah. Ada juga tanda "HEAD", "FOOT" dan "TOP" pada
a) posisi dan keselarasan, akurasi nomor CT, dan ketebalan slice b) resolusi
kontras rendah c) keseragaman CT number d) resolusi kontras tinggi
20
II.5 Evaluasi Citra Phantom ACR
jumlah kabel dilihat di atas atau bawah dan dibagi menjadi dua. Langkah ini
b. ∆𝒔𝒍𝒊𝒄𝒆 ≤ 𝟎. 𝟓 𝒎𝒎
Modul 2 digunakan untuk menilai resolusi kontras rendah. Modul ini terdiri dari
perbedaan 0,6% (6 HU) dari bahan latar belakang yang memiliki nilai CT rata-rata
sekitar 90 HU. Kontras silinder ke latar belakang independen, Ada empat silinder
21
untuk masing-masing diameter berikut: 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5 mm dan 6 mm.
latar belakang dan untuk menilai rasio kontras terhadap noise. ROI ditempatkan di
atas silinder besar (diameter 25 mm) dan antara silinder besar dan silinder 6
mm[12,13].
22
II.5.3 Modul 4 - Resolusi Kontras Tinggi
Modul 4 digunakan untuk menilai resolusi kontras tinggi (spasial). Ini berisi
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2017, di Instalasi Radiologi
Makassar
1. Pesawat CT Scan
b. Type/model : 8402062
24
III.2.2 Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
- Merk : Gammex
melakukan scanning.
25
diposisikan pada meja pemeriksaan dan tepat pada pertengahan gantry,
dengan panduan sinar laser (aligment system). Atur sinar aksial pada garis
horizontal pada kedua sisi phantom dan mengatur sinar digital (yang
3. Dilakukan scan satu rotasi pada 120 kVp, 2 second dan tebal slice 3
8. Dihitung line pier yang utuh pada bagian atas dan bawah
b. ∆𝒔𝒍𝒊𝒄𝒆 ≤ 𝟎. 𝟓 𝒎𝒎
12. Dicatat nilai CT number dan noise pada semua ROI yang telah dibuat
26
13. Dianailisis nilai resolusi kontras tinggi, dan resolusi kontras rendah yang
telat dicatat.
Tabel III.1 Nilai parameter scanning yang baku pada layar monitor CT Scan.
27
III.4 Alur Penelitian
Mulai
Menghidupkan pesawat CT
Scan dan Warming Up
Melakukan scanning
phantom ACR (Gammex)
Pengambilan Citra
Analisis
Selesai
28
BAB IV
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai resolusi kontras tinggi, kesesuian
tebal slice dan resolusi kontras rendah hasil citra CT Scan berdasarkan perubahan
ketebalan irisan (slice thickness) dengan parameter faktor ekspore arus tabung
(mA), waktu pemindaian (s), dan besar tegangan (kV) yang tetap. Objek
penelitian adalah phantom yang terbuat dari bahan yang setara dengan air dengan
diameter 20 cm. Pada phantom ini memiliki empat modul yang digunakan sebagai
objek untuk uji kesesuaian pada alat CT Scan. Pesawat CT Scan yang digunakan
pada penelitian ini adalah pesawat CT Scan Merk Siemens yang ada di Instalasi
yang mempengaruhi nilai resolusi kontras tinggi, kesesuaian tebal slice, dan
pasangan garis (line pair) dijadikan acuan dalam menentukan resolusi, mengukur
kesesuaian tebal slice yang ditunjukkan jumlah kabel yang terlihat di bagian atas
atau bawah gambar dan dibagi menjadi dua, dan mengukur resolusi kontras
rendah yang ditunjukkan oleh ROI alat dengan objek phantom. ROI (Region of
Scan yang digunakan untuk penghitungan nilai CTN dan image noise, pada
monitor tampak pada tombol tools pilih untuk pengukuran ROI dan bentuknya
29
lingkaran. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan pemeriksaan pesawat untuk
memastikan bahwa kondisi scan parameter pada pesawat dalam keadaan siap
digunakan. Selain itu harus dipastikan bahwa pintu masuk ruang pemeriksaan
dalam keadaan tertutup rapat. Selanjutnya scan parameter diatur pada tegangan
tabung 120 kVp, arus tabung 100 mA, waktu scanning 2 second, dan tebal irisan
yang dipilih adalah 3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm dengan Window Width 1300
dan Window Level 500 untuk resolusi kontras tinggi, Window Width 100 dan
Window Level 0 untuk kesesuaian tebal slice, Window Width 114 dan Window
(a)
(a)
30
v
(b)
(c)
(d)
Gambar IV.1. Hasil citra CT Scan resolusi kontras tinggi dengan variasi
ketebalan irisan (a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d) slice 10 mm.
31
2. Kesesuaian Tebal Slice dengan Tebal Slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, 10 mm
(a) (b)
(c) (d)
Gambar IV.2. Hasil citra CT Scan kesesuain tebal slice dengan variasi ketebalan
irisan (a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d) slice 10 mm.
32
3. Resolusi Kontras Rendah dengan Tebal Slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, 10 mm
(a)
(b)
(c)
33
(d)
Gambar IV.3. Hasil citra CT Scan resolusi kontras rendah dengan variasi
ketebalan irisan (a) slice 3 mm, (b) slice 5 mm, (c) slice 8 mm, (d) slice 10 mm.
Adapun hasil pengukuran nilai resolusi kontras tinggi, kesesuian tebal slice dan
resolusi kontras rendah dari Gambar IV.1 sampai VI.3 adalah seperti tabel berikut
34
Tabel IV.2 Nilai Kualitas Citra CT Scan pada tebal Slice 5 mm
35
Tabel IV.4. Nilai Kualitas Citra CT Scan pada tebal Slice 10 mm
36
IV. 2 Pembahasan
Gambar IV.1 merupakan citra yang digunakan untuk menilai solusi kontras
terpisah, menunjukkan bahwa semakin baik nilai resolusi spasial yang dihasilkan
oleh citra pada pesawat CT Scan. Hasil penelitian nilai resolusi kontras tinggi
3 6 9
Tebal Slice
Pada Gambar IV.4 menunjukkan bahwa hasil pengukuran nilai resolusi kontras
tinggi pada slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm yaitu untuk slice 3 = 6 lp/cm,
slice 5 = 6 lp/cm, slice 8 = 6 lp/cm, dam slice 10 = 6 lp/cm. Dalam hal ini tingkat
resolusi dari pesawat CT Scan yang digunakan yaitu 6 lp/cm, yang mana nilai
37
tersebut tidak melebihi batas toleransinya ≥ 6 lp/cm. Sehingga pesawat CT Scan
yang digunakan resolusinya masih baik dalam menghasilkan citra kontras tinggi.
Gambar IV.2 merupakan citra yang digunakan untuk menilai kesesuian ketebalan
slice hasil pengukuran dengan nilai pada meja kontrol. Untuk menentukan
ketebalan, menghitung jumlah kabel dilihat di atas atau bawah dan dibagi menjadi
dua. Hasil penelitian nilai Kesesuaian tebal slice dapat dilihat pada Gambar IV.5.
10
7
Kesesuaian Tebal Slice
atas
6 bawah
5
slice atas
slice bawah
4
-1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tebal Slice
ketebalan slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm dengan nilai kesesuaian slice tipe
scan atas dan bawah yaitu untuk slice 3 mm = 3 mm dan 3 mm, slice 5 mm = 5
mm dan 5 mm, slice 8 = 7,5 mm dan 7 mm, dan slice 10 mm = 9,5 mm dan 9,5
mm. Sedangkan nilai ∆slice tipe scan atas dan bawah yaitu untuk slice 3 mm = 0,
38
slice 5 mm = 0, slice 8 = -0,5 mm dan -1 mm, dan slice 10 mm = -0,5 mm, yang
mana nilai tersebut tidak melebihi batas toleransinya ≤ 0,5 mm. Sehingga pesawat
citra.
Gambar IV.3 merupakan citra yang digunakan untuk menilai resolusi kontras
rendah. Ada empat silinder untuk masing-masing diameter: 2 mm, 3 mm, 4 mm, 5
dari silinder ke latar belakang dan untuk menilai rasio kontras terhadap noise.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung mean value dan standar deviasi di
dalam ROI yang diletakkan di tengah citra phantom. Hasil penelitian nilai resolusi
39
Pada Gambar IV.6 menunjukkan bahwa nilai resolusi kontras rendah citra hasil
scan untuk ketebalan slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm yaitu untuk slice
mana nilai tersebut tidak melebihi batas toleransi > 1, sehingga pesawat CT Scan
yang digunakan resolusinya masih baik dalam menghasilkan citra kontras rendah.
Setelah melihat nilai hasil resolusi kontas tinggi tidak melebihi batas toleransinya
yaitu ≤ 6 lp/cm, kesesuaian tebal slice tidak melebihi batas tolerasinya yaitu
≤ 0,5 mm dan resolusi kontras rendah tidak melebihi tolenrasinya yaitu > 1
resolusi kontras tinggi, kesesuaian tebal slice, dan resolusi kontras rendah dari
citra CT Scan yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan nilai lolos uji.
tebal slice ditunjukkan dengan nilai resolusi kontras tinggi yang tidak berbeda
(sama), seperti tampak pada gambar IV.4. Nilai resolusi kontras tinggi pada slice
3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm yaitu 6 lp/cm. Nilai ini menunjukkan bahwa
kualitas citra resolusi kontras tinggi pada variasi slice thikness menghasilkan
Tetapi terdapat pengaruh pemilihan parameter tebal potongan irisan terhadap hasil
citra resolusi kontras rendah ditunjukkan dengan nilai yang berbeda, seperti
tampak pada Gambar IV.5. Nilai resolusi kontras rendah citra hasil scan untuk
ketebalan slice 3 mm, 5 mm, 8 mm, dan 10 mm yaitu 1, 58; 1, 66; 1,97 dan 2,65.
40
Nilai ini menunjukkan bahwa kualitas citra resolusi kontras rendah pada variasi
Hal ini sesuai dengan teori Robb dan Morin, bahwa kualitas citra pada CT Scan
panjang gelombang 10-10 m dan frekuensi 1018 Hz, sinar X memiliki daya tembus
yang bergantung pada frekuensi dan jenis bahan yang ditembusnya. Dalam
penelitian ini digunakan ketebalan slice yang berbeda. Slice yang tebal
menyebabkan lebih banyak sinar-X yang lewat obyek selama proses scanning.
Artinya, lebih banyak sinyal yang masuk ke detektor dan rasio sinyal terhadap
noise yang lebih baik. Hasilnya gambar yang lebih smooth dengan resolusi
kontras rendah yang lebih baik. Sinar X mempunyai daya tembus kuat sehingga
suatu benda yang tebal jadi transparan. Konsep benda terlihat transparan adalah
transparan pada cahaya tampak. Pada cahaya tampak, frekuensi getaran atom pada
suatu benda yang dilalui tidak bersesuaian dengan frekuensi cahaya yang
melaluinya sehingga cahaya diteruskan. Selain itu besarnya energi pada cahaya
tampak yang melewati benda tidak cukup bagi elektron-elektron pada benda
tersebut untuk bereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga cahaya tidak
41
Sebaliknya slice yang tipis memberikan resolusi kontras tinggi yang lebih baik
untuk struktur tulang. Salah satu contoh kasus yang perlu di perhatikan, misalnya
pada bagian dalam telinga, yang di dalamnya terdapat banyak tulang-tulang rawan
maupun keras yang ukurannya cukup kecil. Jika slice yang diambil tebal,
misalkan 10 mm, maka di dalam satu voxel (elemen terkecil) akan terdapat
jaringan halus dan tulangnya, dan akan menghasilkan error yang berupa image
yang terlihat pudar, tetapi jika memilih slice setipis mungkin misalkan 3 mm,
masing.
Besar kecilnya ukuran tebal slice yang digunakan bergantung pada kebutuhan
diagnosis dari objek yang diperiksa. Semakin kecil ukuran slice yang digunakan
maka akan semakin jelas dan semakin rinci gambar yang dihasilkan sehingga
bagian tubuh yang menjadi objek pemeriksaan dapat di diagnosis dengan baik.
Jika bagian tubuh yang diperiksa memerlukan diagnosis yang lebih teliti, maka
dapat digunakan ukuran tebal slice yang lebih kecil. Ukuran tebal slice yang
digunakan biasanya juga tergantung pada struktur jaringan yang menyusun bagian
tubuh yang diperiksa. Semakin tinggi tingkat kerapatan dan struktur jaringan
bagian tertentu maka akan semakin kecil tebal slice yang digunakan agar gambar
42
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Nilai resolusi kontras tinggi yang didapatkan pada ketebalan slice yang
nilai lolos uji > 1, maka dinyatakan bahwa nilai resolusi kontras tinggi dan
2. Nilai resolusi kontras tinggi yang didapatkan pada penelitian ini tidak
V. 2 Saran
khususnya kontrol kualitas citra yang dapat mempengaruhi hasil citra dari
43
faktor eksposi, rekontruksi algorithma, teknik besar sudut pandang (FOV),
44
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bushberg, Jerold, T., 2001, The Essential Physics of Medical Imaging
3thEdition, Lippincott William & Wilkins Philadelphina, USA.
[2] Apriliyanti, D.D., dkk, 2013, Pengaruh Diameter Phantom dan Tebal Slice
terhadap Nilai CTDI pada Pemeriksaan menggunakan CT Scan, Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Andalas, ISSN 2301 – 8491.
[6] Rahim, Nasrul., 2015, Pengaruh Pemilihan Teknik Besar Sudut Pandang
(Field Of View) dan Ukuran Matriks untuk meningkatkan Kualitas Citra
CT Scan, Skripsi FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
[10] Sutoyo. T, Mulyanto Edy, et. Al., 2009. Teori pengolahan Citra Digital,
Penerbit Andi Offset. Yogjakarta.
45
[14] Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2011
tentang Uji Kesesuian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional.
46
LAMPIRAN
1
Lampiran II : Pengaturan area scanning pada phantom
A. Tabel data
3 6 ≥ 6 lp/cm Sesuai
5 6 ≥ 6 lp/cm Sesuai
Resolusi Spasial
8 6 ≥ 6 lp/cm Sesuai
10 6 ≥ 6 lp/cm Sesuai
Keterangan :
2
Lampiran IV : Kesesuaian tebal slice
A. Tabel data
B. Pengolahan Data
a. Slicethikness 3 mm
6
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 3 mm
∆ slice = 3 -3
=0
3
b. Slicethikness 5 mm
10
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 5 mm
∆ slice = 5 -5
=0
c. Slicethikness 8 mm
15
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 7,5 mm
∆ slice = 7 -8
= - 1 mm
d. Slicethikness 10 mm
19
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 9,5 mm
= -0,5 mm
4
2. Tipe Scan Bawah
a. Slicethikness 3 mm
6
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 3 mm
∆ slice = 3 -3
=0
b. Slicethikness 5 mm
10
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 5 mm
∆ slice = 5 -5
=0
c. Slicethikness 8 mm
15
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 7,5 mm
∆ slice = 7,5 -8
= - 1 mm
5
d. Slicethikness 10 mm
19
Tebal 𝑠𝑙𝑖𝑐𝑒 = ( )
2
= 9,5 mm
A. Tabel Data
𝐴−𝐵
CNR =
𝑆𝐷
Keterangan :
6
A = Merekam sinyal ROI di dalam silinder 25 mm (target)
a. Slicethikness 3 mm
83,2 − 76,4
CNR = ( )
4,3
= 1,58
b. Slicethikness 5 mm
84,5 − 78,2
CNR = ( )
3,8
= 1,66
c. Slicethikness 8 mm
86,2 − 79,9
CNR = ( )
3,2
= 1,97
d. Slicethikness 10 mm
80,7 − 73,8
CNR = ( )
2,6
= 2,6
7
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Hasnani
Agama : Hindu
Status : Mahasiswa
Suku : Bugis
Kewarganegaraan : Indonesia
8
PENDIDIKAN FORMAL
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18