Anda di halaman 1dari 9

KUALITAS SINAR-X

Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus obyek. Daya
tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau materi. Satuan kualitas
sinar-X disebut Half-value layer (HVL). HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan penyerap
yang digunakan untuk mereduksi intensitas (kuantitas) sinar-X menjadi setengah dari nilai
sebenarnya. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi.

a. Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak)

Tegangan tabung adalah memindahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari filamen ke
permukaan target yang tertanam di anoda. Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas sinar-x karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan.
Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas sinar-x. Pada
kenyataannya kVp yang digunakan antara 40-150 kVp. Secara teori jika intensitas x-ray dinaikkan
2x lipat maka akan menaikkan kVp sebesar 40%. Ketika kVp dinaikkan sedangkan mAs
diturunkan dengan OD (Optical Density) tetap maka dosis yang diterima pasien akan turun
secara signifikan mengurangi kontras. Beda potensial tabung sinar-X (kVp) dapat berpengaruh
pada intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan berpengaruh pula terhadap citra radiograf
yang dihasilkan pada suatu objek. Selain itu, kVp juga berperan penting dalam kemampuan daya
tembusnya dalam menembus suatu bahan atau objek terutama terhadap objek yang tebal.
Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula kVp yang kita atur dalam melakukan
eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Peranan
kVp sangat penting ketika peristiwa Anode Heel Effect dimana apabila ketebalan suatu objek
tidak merata maka penggunaan kVp yang tepat sangatlah mempengaruhi citra radiografi yang
dihasilkan. Dimana ketika melakukan positioning sebaiknya kita meletakkan objek yang tebal
pada sisi katoda sedangkan objek yang tipis (tidak begitu tebal) diletakkan tepat pada sisi anoda.
Hal ini dikarenakan agar intenstas sinar-X yang diterima oleh objek sama rata.

b. Filtrasi

Pengertian filter adalah suatu bahan yang dapat meningkatkan kesamaan energi radiasi yang
dipancarkan oleh anoda tabung tanpa absorpsi. Menentukan kualitas berkas dan intensitas
bahan filter yang digunakan berfungsi untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien dan
meningkatkan kualitas radiasi. Berikut adalah jenis – jenis filter.

 Inherent Filter
Inherent filter adalah material yang terletak di jalan foton sinar-x dari focal spot (target)
untuk membentuk pancaran yang dikeluarkan dari tabung. Inherent filter terdiri dari
glass tabung yang membungkus anoda dan katoda, oli pada sistem pendingin tabung dan
window pada tabung Setara antara 0,5 – 1 mm Al. Filter ini sudah ada dalam tabung
sinar x atau bawaan dari pabrik.
 Additional Filter
Additional filter adalah peletakan cakram aluminium di tempat jalannya sinar-x antara
collimator dan tube head seal. Cakram ini mempunyai ketebalan 0,5 mm dan berfungsi
menghalangi lewatnya foton sinar-x berenergi rendah, panjang gelombang lebih
panjang, dan tidak berguna dalam proses diagnosis serta berbahaya bagi pasien.
Hasilnya adalah pancaran foton dengan panjang gelombang lebih rendah, berenergi
tinggi, dan mempunyai tingkat penetrasi lebih tinggi pula untuk proses diagnosis.
HVL (Half Value Layer)

HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yang dapat menyerap 50% intensitas berkas sinar-X yang
mengenainya. Tiap – tiap jenis bahan memiliki HVL masing-masing. Misalnya HVL untuk
diagnostik biasanya dalam rentang 3 – 5 mm Al atau 3 – 6 cm untuk jaringan lunak. Atenuasi
adalah reduksi kualitas x-ray yang dihasilkan melalui absorbsi dan hamburan. Dalam radiografi,
kualitas x-ray diukur dengan HVL. HVL adalah ketebalan bahan penyerap untuk mengurangi
intensitas x-ray menjadi setengah dari nilai intensitas semula. Disampingitu, istilah lain yang
dikenal dari HVL yaitu QVL (Quarter Value Layer) dimana merupakan ketebalan bahan (Al) yang
mengakibatkan pengurangan intensitas menjadi ¼ Io. Istilah lain adalah TVL (tenth value layer)
yaitu tebal bahan (Al) yang dapat menyerap 90% intensitas mula-mula atau intensitas yang
diteruskan tinggal sepersepuluh (10%) nya. Nilai HVL dan TVL suatu bahan ditentukan dari
koefisien serap linier (µ) nya dengan persamaan berikut :
𝑂, 693 2,303
𝐻𝑉𝐿 = ; 𝑇𝑉𝐿 =
𝜇 𝜇
Nilai untuk µ dan HVL bergantung pada : Jenis bahan perisai radiasi Energi dari radiasi
elekromagnetik Konsep HVL ini berguna untuk menghitung secara cepat tebal perisai radiasi
yang diperlukan hingga level tertentu. Perhitungan intensitas radiasi yang masih diteruskan
setelah melalui suatu bahan penyerap (penahan radiasi) lebih mudah bila menggunakan konsep
HVL dan TVL.

(GAMBAR 1)

Dimana n adalah jumlah HVL (x / HVL) sedangkan m adalah jumlah TVL (x / TVL).

Penambahan HVL dapat terjadi pada penambahan HVL yang kedua dan yang ketiga.
Penambahan HVL yang kedua disebut dengan 2nd HVL yang merupakan penambahan ketebalan
bahan (Al) pada HVL yang dihasilkan oleh Io dari ½ Io menjadi ¼ Io. Sedangakan penambahan
HVL yang ketiga disebut dengan 3rd yang merupakan penambahan ketebalan bahan (Al) yang
menghasilkan intensitas sinar radiasi dari ¼ menjadi ½ dari intensitas mula-mula.

(GAMBAR 2)

Tabel 1. Daftar HVL untuk tegangan puncak tabung tertentu

(GAMBAR 3)

Tabel 2. Jenis bahan filter untuk variasi tegangan tabung

(GAMBAR 4)

Tabel 3. Ketentuanpenambahan Filter dan besarnyanilai HVL


B. KUANTITAS SINAR-X

Kuantitas sinar-X adalah pengukuran jumlah photon sinar-X dalam berkas utama. Kadang
disebut juga output sinar-X, intensitas atau exposure. Satuan dari kuantitas sinar-X adalah
Roentgen (R). Faktor yang berpengaruh secara langsung adalah mAs, kV, jarak dan filtrasi.
Pengaruh dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut : (Nova Rahman, 2009)

1. Kuat Arus (miliampere second, mAs)


Ampere adalah satuan dari kuat arus. Penambahan kata mili menandakan bahwa kuat
arus yang digunakan berorde 10-3. Ini berarti kuat arus yang digunakan pada radiografi
sangat kecil. Electron yang akan menumbuk anoda dihasilkan di katoda tepatnya di
filamen. Filamen ini akan menghasilkan elektron ketika dipanaskan. Pemanasan filamen
ini dapat terjadi apabila tabung sinar-X diberi arus listrik. Semakin besar arus yang
diberikan pada tabung sinar-X, maka akan semakin banyak elektron yang dihasilkan oleh
filamen. Semakin banyak elektron yang dihasilkan oleh filamen, maka akan semakin
banyak electron yang menumbuk anoda dan itu berarti semakin banyak foton sinar-X
yang dihasilkan. Karena penambahan arus berhubungan dengan banyaknya foton sinar-X
yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa mAs berhubungan dengan kuantitas
sinar-X. mAs (arus tabung) tidak mempengaruhi kualitas sinar-X karena panjang
gelombang tidak ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai mA. Kuat arus yang
diberikan pada tabung sinar-X ini harus dikombinasikan dengan waktu eksposi yang
dinyatakan dalam second (s). Kombinasi antara kuat arus dengan waktu yang diberikan
ke tabung sinar-X yang kemudian disebut dengan mAs. Dalam radiografi, pembentukan
gambar dihasilkan dari nilai mAs. Maka dalam radiografi sebaiknya digunakan kombinasi
mA dan s dengan nilai mA yang tinggi dan nilai s yang rendah atau dengan kata lain
digunakan waktu eksposi yang sesingkat mungkin.

(GAMBAR 5)

Gambar 5. Contoh kombinasi nilai mA dan s untuk mAs yang sama

Penggunaan waktu eksposi yang singkat akan memberikan keuntungan sebagai berikut.

1. Mengurangi kekaburan gambar akibat pergerakan pasien (movement unsharpness).

2. Mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien berdasarkan prinsip proteksi radiasi yang
menganjurkan menggunakan waktu eksposi yang sesingkat mungkin.

Perkalian kuat arus dengan waktu mempengaruhi kuantitas sinar-X yang dikeluarkan tabung
serta berpengaruh juga terhadap kenaikan kV.

1. Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X


Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan dan
mempengaruhi banyaknya foton sinar-X yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs
berhubungan dengan kuantitas atau intensitas sinar-X yang dihasilkan. Kuantitas sinar-X
akan mempengaruhi densitas (derajat kehitaman) gambaran pada film yang dihasilkan.
Semakin tinggi mA yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula densitas yang
dihasilkan. Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X dapat dirumuskan sebagai berikut.
(Bushong, 1988)
𝐼1 𝑚𝐴𝑠1
=
𝐼2 𝑚𝐴𝑠2
Dimana :

I adalah intensitas sinar-X (watt/m2)

mAs adalah perkalian kuat arus tabung dengan waktu (mAs)

(GAMBAR 6)

Gambar 1. Grafik spektrum energi foton berdasarkan waktu

(GAMBAR 7)

Gambar 2. Grafikspektrumenergifotonberdasarkannilai mA

2. Hubungan mAs terhadap kenaikan kV


Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan sebuah
gambaran pada film. Apabila pada objek yang lebih tebal, agar sinar-X dapat menembus
objek tersebut dengan baik, maka akan digunakan kV yang lebih tinggi. Karena kV yang
digunakan lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan juga mAs yang lebih
tinggi. (Ball and Price, 1990)
Pada kisaran kV tertentu antara 60 – 80 kV, terdapat kecenderungan semakin tinggi kV
yang digunakan akan semakin menurun mAs-nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10 kV
(10 kV’s rule). Aturan 10 kV menyebutkan bahwa apabila kV naik 10 kV, maka mAs akan
turun 50% dari semula dan apabila kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari
semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan teknik kV tinggi
(high kV technique) dengan kisaran kV mulai dari 100 kV keatas, mAs cenderung menjadi
sangat rendah. Hal ini didasarkan pada rumus hubungan antara mAs dengan kV sebagai
berikut.

(kV1)4 x mAs1 = (kV2)4 x mAs2

Dimana :
kV1 = kV awal sebelum diubah

mAs1 = mAs awal sebelum diubah

kV2 = kV sesudah diubah

mAs2 = mAs sesudah diubah

Aturan 10 kV dan penggunaan teknik kV tinggi yang kemudian menggunakan mAs yang lebih
rendah sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan prinsip kenaikan kV. Kenaikan kV
akan menimbulkan radiasi hambur yang akan menghitamkan gambaran, artinya jika
dibandingkan antara dua kV, tentunya kV yang lebih tinggi yang akan menghasilkan densitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih rendah. Kemudian mAs berpengaruh terhadap
densitas film, dimana semakin tinggi mAs yang diberikan, semakin tinggi densitas yang
dihasilkan pada film. Oleh karena itu, apabila diberikan kV tinggi, maka sebaiknya diberikan mAs
rendah supaya densitas pada film tetap stabill, tidak bertambah.

2. Beda Potensial (kilovolt, kV)


Volt merupakan satuan dari beda potensial atau tegangan dari tabung sinar-X.
penambahan kata kilo di depannya berarti volt yang digunakan mempunyai orde 10 3. Ini
berarti tegangan yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi dimulai dari ribuan volt.
Bahkan dalam beberapa literatur disebutkan bahwa sinar-X baru dapat dihasilkan pada
tegangan 40 kV. Sinar-X baru akan dihasilkan apabila tumbukan elektron di anoda
tepatnya di target, sangat cepat dan seketika itu juga dihentikan mendadak. Hal ini biasa
disebut dengan sinar-X bremstrahlung. Elektron yang dihasilkan di katoda tidak akan bisa
bergerak dengan sangat cepat jika diberi beda potensial atau tegangan yang sangat
tinggi diantara katoda dan anoda. Elektron yang dihasilkan pada anoda bermuatan
negatif sementara anoda tempat elektron menumbuk bermuatan positif. Secara alami
elektron yang bermuatan negatif akan tertarik ke anoda yang bermuatan positif. Supaya
elektron ini dapat bergerak dengan sangat cepat, maka diberi beda potensial diantara
katoda dan anoda. Hal ini akan membuat muatan positif pada anoda bertambah besar
yang secara alami akan menarik elektron dengan kekuatan yang lebih besar, inilah yang
menyebabkan elektron bergerak sangat cepat menuju anoda. (Nova Rahman, 2009)

Beda potensial mempengaruhi kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang dikeluarkan tabung,
berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya, peristiwa anode heel effect serta pada
gambaran yang dihasilkan. (Nova Rahman, 2009)

a. Pengaruh kV terhadap Kuantitas Sinar-X


Semakin tinggi kV yang diberikan diantara katoda dan anoda, maka elektron akan
bergerak semakin cepat. Semakin cepat electron menumbuk anoda pada target, maka
akan semakin cepat sinar-X terbentuk dan semakin kuat daya tembus dari sinar-X yang
dihasilkan tersebut. (Nova Rahman, 2009)
Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X karena perubahannya
mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp semakin
pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas sinar-X. (Bushong, 1998) Kemampuan
foton untuk menembus benda tergantung pada energinya. Fotonsinar-X berenergi tinggi
mempunyai kemampuan menembus benda padat lebih tinggi dari pada foton sinar-X
yang berenergi lebih rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi kVp dan energi rerata
pancaran sinar, semakin tinggi kemampuan penetrasi sinar terhadap benda padat.
(Bushong, 1998)

(GAMBAR 8)

Gambar 3. Grafik Spektrum EnergiFotonBerdasarkan Nilai kVp

Hal ini bisa disimpulkan dari sebuah rumus yang menyatakan hubungan antara intensiatas sinar-
x dengan kV yaitu

(GAMBAR 9)

Dimana :

I adalah intensitas sinar-X (watt/m2)

V adalah beda potensial (kV)

Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa intensitas sinar-X yang dihasilkan berbanding lurus
dengan kuadrat dari kV yang digunakan pada saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin
tinggi v yang digunakan, maka semakin tinggi pula intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana
akan dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga daya tembusnya besar. (Nova
Rahman, 2009)

b. Pengaruh kV terhadap Ketebalan Objek


Meningkatnya intensitas sinar-X akan meningkatkan pula daya tembus sinar-X terhadap
objek yang dieksposi. Jadi pada objek yang lebih tebal harus digunakan kV yang lebih
tinggi supaya sinar-X dapat menembus objek dan cukup untuk membentuk gambaran
pada film. (Nova Rahman, 2009) Penambahan kV terhadap objek dilakukan berdasarkan
ketentuan bukan dilakukan berdasarkan perasaan. Ketentuan tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Ketentuan kV berdasarkan kenaikan ketebalan

Setiap kenaikan ketebalan sebesar 1 cm maka :

 kV ditambah 2 kV, apabila faktor eksposi yang digunakan sampai dengan 80 kV


 kV ditambah 3 kV, apabila faktor eksposi yang digunakan diantara 80 – 100 kV
 kV ditambah 4 kV, apabila faktor eksposi yang digunakan di atas 100 kV
b) kV ditentukan berdasarkan ketebalan objek menurut Rhinehart dan Mc Lean,
penentuan kV berdasarkan :
 pada pasien dewasa, kV = (d x 2) + 22
 pada pasien anak-anak, kV = (d x 2) + 17
dimana d adalah ketebalan objek yang dinyatakan dalam cm

Meskipun kedua ketentuan di atas dapat digunakan pada pemeriksaan sehari-hari, namun kedua
ketentuan di atas mempunyai kelemahan masing-masing yaitu (Nova Rahman, 2009) :

i. Pada ketentuan (a), harus diketahui dengan benar berapa kV yang diberikan untuk
pasien ukuran normal pada tiap-tiap pemeriksaan. Dimana masalahnya adalah tidak
semua pesawat sinar-X memiliki standar yang sama untuk faktor eksposi.
ii. Pada ketentuan (b), ketebalan pasien tidak berarti tubuh pasien itu padat. Bisa saja
pasien misalnya abdomen pasien yang lebih tebal hanya berisi udara yang
terperangkap di dalam usus, sehingga sebenarnya tidak diperlukan kenaikan kV
karena hanya udara saja.

c. Peristiwa Anode Heel Effect


Sebagaimana diketahui bahwa kenaikan kV akan mempengaruhi kenaikan intensitas
sinar-x. Namun ternyata kemampuan sinar-x yang dikeluarkan oleh anoda kekuatannya
berbeda-beda. Perubahan intenstas ini selain karena perubahan kV, juga diakibatkan
oleh sudut sinar-x yang dibentuk anoda. Perbedaan sinar-x akibat perbedaan sudut pada
anoda disebut dengan Anoda Heel Effect. Intensitas sinar-x bernilai 100% apabila
berada pada garis central ray atau pusat sinar. Kebanyakan orang mungkin memahami
bahwa kekuatanpenuh dimiliki oleh pusat keluarnya energi. Namun pada peristiwa
anoda heel effect, itensitas sinar-x akan mengalami kenaikan justru ketika arah sinar
bergeser menuju arah katoda. Peristiwa kenaikan intensitas sinar-x pada arah katoda ini
dapat dijelasakan dengan melihat anoda sebagai tempat menumbuknya elektron. Anoda
sebagai tempat menumbuknya elektron arahnya tidak lurus namun memiliki sebuah
sudut. Sudut ini dibentuk dengan tujuan agar sinar-x yang dihasilkan keluar menuju
window pada tabung sinar-x dan jatuh tegak lurus dengan kaset. Sesuai dengan
tujuannya, sudut yang dibentuk akan mengarah ke katoda. Karena sudut anoda yang
mengarah ke katoda inilah maka intensitas sinar-x akan meningkat lebih dari pada di
pusat sinar. Namun meningkatnya intensitas ini hanya terjadi pada daerah yang tidak
begitu jauh dari pusat sinar sebab setelah menjauhi pusat sinar, intensitas sinar-x juga
akan semakin menurun. Anode heel effect ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan
pemeriksaan pada objek yang panjang tetapi memiliki ketebalan yang tidak sama,
sementara harus menghasilkan densitas yang sama. Biasanya anode heel effect ini
dimanfaatkan untuk pemeriksaan femur.
d. Pengaruh kV terhadap Gambaran
Untuk mendapatkan gambaran yang baik, dibutuhkan penggunaan faktor eksposi yang
tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk cenderung digunakan kV yang lebih tinggi
dengan alasan supaya sinar-X dapat menembus tubuh pasien dan membentuk gambaran
pada film. Apabila penggunaan kV tidak tepat maka akan terjadi pembentukan gambaran
yang bisa dianggap salah yaitu over expose atau gambaran dengan densitas yang tinggi
akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu tinggi dan under expose atau gambaran
dengan densitas yang rendah akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu rendah.
(Nova Rahman, 2009)
Penggunaan kV tinggi akan menyebbakan radisi hambur (scatter radiation). Hal ini
dikarenakan sinar-X yang dihasilkan dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang
tinggi pula. Saat berinteraksi dengan objek, sinar-X dengan intensitas tinggi ini ada yang
diteruskan dan ada pula yang dipantulkan. Sinar-X yang memantul ini karena masih
memiliki intensitas yang tinggi maka masih sanggup untuk menghitamkan film. Karena
hal ini, gambaran yang dihasilkan, densitasnya akan lebih tinggi dari biasanya. Untuk
mencegah terjadinya hal ini, maka digunakan grid yang merupakan suatu alat berbentuk
lempengan yang dipasang di atas kaset yang dieksposi, terbuat dari aluminium yang
disusun perbaris, dimana tujuan penggunaan alat ini adalah untuk menyerap radiasi
hambur, sehingga sinar-X yang masuk ke kaset dan mengenai film hanya sinar-X yang
memiliki kualitas bagus. (Nova Rahman, 2009)
3. Jarak Pemotretan
Pengaruh jarak terhadap penyinaran pada image reseptor adalah berbanding terbalik
dengan kuadratnya. FFD turut berperan terhadap intensitas yang diteruskan sampai
dengan ke image reseptor tetapi tidak berpengaruh terhadap kualitas radiasi sinar-X
yang dipancarkan. (Bushong, 1998)
a) Jarak Pemotretan
Jarak pemotretan yang ada pada radiografi terbagi menjadi tiga macam yaitu (Nova
Rahman, 2009) :
 FFD (Focus Film Distance) atau SID (Source Image Distance)
Istilah ini diberikan untuk jarak dari focus yang berada pada window di tube
sampai ke film dimana bayangan atau image tersebut dicatat.
 FOD (Focus Objek Distance) atau SOD (Source Object Distance)
Istilah ini diberikan untuk jarak dari focus yang berada pada window di tube
sampai ke objek yang diinginkan.
 OFD (Object Film Distance)
Istilah ini diberikan untuk jarak dari objek yang diinginkan sampai ke permukaan
film.
b) Pengaruh Jarak Pemotretan terhadap Kuantitas Sinar-X
Perubahan jarak akan mengakibatkan perubahan pada intensitas : “Jika jarak
meningkat maka kuantitas akan menurun atau dengan kata lain peningkatan jarak
akan mengurangi kuantitas sinar-X” (Bushong, 1998) Meningkatnya jarak
pemotretan terutama FFD akan menyebabkan intensitas sinar-X yang sampaike film
akan berkurang. Hal ini sesuai dengan rumus inverse square law yang menyatakan
hubungan antara jarak dengan kuantitas atau intensitas sinar-X. (Nova Rahman,
2009)

(GAMBAR 10)

dimana :

d adalahjarak focus film (meter) I adalahIntensitas

4. Filtrasi
Pada umumnya tabung pesawat sinar-X diagnostik menggunakan filter inherent dan
biasanya di tambah dengan filter tambahan berupa aluminium yang kalau di disatukan
setara dengan 2 mm Al. Filter ini berfungsi menyaring radiasi yang lemah. Sedangkan
pada pemotretan yang menggunakan tegangan yang rendah seperti pada teknik
pemotretan mammografi, filter tambahan tidak diperlukan akan tetapi pada pemotretan
tegangan tinggi filter tambahan perlu diperhitungkan. Pancaran sinar-X mempunyai
spektrum energi foton yang berbeda-beda, hanya foton dengan energi tertentu yang
dapat menembus struktur anatomi selalu bertabrakan dengan film. Foton dengan energi
yang lebih rendah (panjang gelombang yang panjang) berperan serta dalam
pencahayaan namun tidak mempunyai energi yang cukup untuk menyentuh film. Oleh
karena itu, untuk mengurangi dosis radiasi pasien, foton dengan kemampuan penetrasi
lebih rendah harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan filter
aluminium pada garis laluan sinar. Aluminium digunakan karena dapat menyerap foton
berenergi rendah dengan sedikit efek pada foton berenergi tinggi yang dapat
berpenetrasi sampai ke film. Filtrasi, filter logam, biasanya terbuat dari alumunium atau
tembaga, yang dimasukkan ke dalam tube housing x-ray sehingga energi rendah yang
dipancarkan oleh sinar-X dapat diserap sebelum mencapai pasien (Bushong, 1998).

Anda mungkin juga menyukai