Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus obyek. Daya
tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau materi. Satuan kualitas
sinar-X disebut Half-value layer (HVL). HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan penyerap
yang digunakan untuk mereduksi intensitas (kuantitas) sinar-X menjadi setengah dari nilai
sebenarnya. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi.
Tegangan tabung adalah memindahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari filamen ke
permukaan target yang tertanam di anoda. Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas sinar-x karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan.
Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas sinar-x. Pada
kenyataannya kVp yang digunakan antara 40-150 kVp. Secara teori jika intensitas x-ray dinaikkan
2x lipat maka akan menaikkan kVp sebesar 40%. Ketika kVp dinaikkan sedangkan mAs
diturunkan dengan OD (Optical Density) tetap maka dosis yang diterima pasien akan turun
secara signifikan mengurangi kontras. Beda potensial tabung sinar-X (kVp) dapat berpengaruh
pada intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan berpengaruh pula terhadap citra radiograf
yang dihasilkan pada suatu objek. Selain itu, kVp juga berperan penting dalam kemampuan daya
tembusnya dalam menembus suatu bahan atau objek terutama terhadap objek yang tebal.
Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula kVp yang kita atur dalam melakukan
eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Peranan
kVp sangat penting ketika peristiwa Anode Heel Effect dimana apabila ketebalan suatu objek
tidak merata maka penggunaan kVp yang tepat sangatlah mempengaruhi citra radiografi yang
dihasilkan. Dimana ketika melakukan positioning sebaiknya kita meletakkan objek yang tebal
pada sisi katoda sedangkan objek yang tipis (tidak begitu tebal) diletakkan tepat pada sisi anoda.
Hal ini dikarenakan agar intenstas sinar-X yang diterima oleh objek sama rata.
b. Filtrasi
Pengertian filter adalah suatu bahan yang dapat meningkatkan kesamaan energi radiasi yang
dipancarkan oleh anoda tabung tanpa absorpsi. Menentukan kualitas berkas dan intensitas
bahan filter yang digunakan berfungsi untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien dan
meningkatkan kualitas radiasi. Berikut adalah jenis – jenis filter.
Inherent Filter
Inherent filter adalah material yang terletak di jalan foton sinar-x dari focal spot (target)
untuk membentuk pancaran yang dikeluarkan dari tabung. Inherent filter terdiri dari
glass tabung yang membungkus anoda dan katoda, oli pada sistem pendingin tabung dan
window pada tabung Setara antara 0,5 – 1 mm Al. Filter ini sudah ada dalam tabung
sinar x atau bawaan dari pabrik.
Additional Filter
Additional filter adalah peletakan cakram aluminium di tempat jalannya sinar-x antara
collimator dan tube head seal. Cakram ini mempunyai ketebalan 0,5 mm dan berfungsi
menghalangi lewatnya foton sinar-x berenergi rendah, panjang gelombang lebih
panjang, dan tidak berguna dalam proses diagnosis serta berbahaya bagi pasien.
Hasilnya adalah pancaran foton dengan panjang gelombang lebih rendah, berenergi
tinggi, dan mempunyai tingkat penetrasi lebih tinggi pula untuk proses diagnosis.
HVL (Half Value Layer)
HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yang dapat menyerap 50% intensitas berkas sinar-X yang
mengenainya. Tiap – tiap jenis bahan memiliki HVL masing-masing. Misalnya HVL untuk
diagnostik biasanya dalam rentang 3 – 5 mm Al atau 3 – 6 cm untuk jaringan lunak. Atenuasi
adalah reduksi kualitas x-ray yang dihasilkan melalui absorbsi dan hamburan. Dalam radiografi,
kualitas x-ray diukur dengan HVL. HVL adalah ketebalan bahan penyerap untuk mengurangi
intensitas x-ray menjadi setengah dari nilai intensitas semula. Disampingitu, istilah lain yang
dikenal dari HVL yaitu QVL (Quarter Value Layer) dimana merupakan ketebalan bahan (Al) yang
mengakibatkan pengurangan intensitas menjadi ¼ Io. Istilah lain adalah TVL (tenth value layer)
yaitu tebal bahan (Al) yang dapat menyerap 90% intensitas mula-mula atau intensitas yang
diteruskan tinggal sepersepuluh (10%) nya. Nilai HVL dan TVL suatu bahan ditentukan dari
koefisien serap linier (µ) nya dengan persamaan berikut :
𝑂, 693 2,303
𝐻𝑉𝐿 = ; 𝑇𝑉𝐿 =
𝜇 𝜇
Nilai untuk µ dan HVL bergantung pada : Jenis bahan perisai radiasi Energi dari radiasi
elekromagnetik Konsep HVL ini berguna untuk menghitung secara cepat tebal perisai radiasi
yang diperlukan hingga level tertentu. Perhitungan intensitas radiasi yang masih diteruskan
setelah melalui suatu bahan penyerap (penahan radiasi) lebih mudah bila menggunakan konsep
HVL dan TVL.
(GAMBAR 1)
Dimana n adalah jumlah HVL (x / HVL) sedangkan m adalah jumlah TVL (x / TVL).
Penambahan HVL dapat terjadi pada penambahan HVL yang kedua dan yang ketiga.
Penambahan HVL yang kedua disebut dengan 2nd HVL yang merupakan penambahan ketebalan
bahan (Al) pada HVL yang dihasilkan oleh Io dari ½ Io menjadi ¼ Io. Sedangakan penambahan
HVL yang ketiga disebut dengan 3rd yang merupakan penambahan ketebalan bahan (Al) yang
menghasilkan intensitas sinar radiasi dari ¼ menjadi ½ dari intensitas mula-mula.
(GAMBAR 2)
(GAMBAR 3)
(GAMBAR 4)
Kuantitas sinar-X adalah pengukuran jumlah photon sinar-X dalam berkas utama. Kadang
disebut juga output sinar-X, intensitas atau exposure. Satuan dari kuantitas sinar-X adalah
Roentgen (R). Faktor yang berpengaruh secara langsung adalah mAs, kV, jarak dan filtrasi.
Pengaruh dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut : (Nova Rahman, 2009)
(GAMBAR 5)
Penggunaan waktu eksposi yang singkat akan memberikan keuntungan sebagai berikut.
2. Mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien berdasarkan prinsip proteksi radiasi yang
menganjurkan menggunakan waktu eksposi yang sesingkat mungkin.
Perkalian kuat arus dengan waktu mempengaruhi kuantitas sinar-X yang dikeluarkan tabung
serta berpengaruh juga terhadap kenaikan kV.
(GAMBAR 6)
(GAMBAR 7)
Gambar 2. Grafikspektrumenergifotonberdasarkannilai mA
Dimana :
kV1 = kV awal sebelum diubah
Aturan 10 kV dan penggunaan teknik kV tinggi yang kemudian menggunakan mAs yang lebih
rendah sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan prinsip kenaikan kV. Kenaikan kV
akan menimbulkan radiasi hambur yang akan menghitamkan gambaran, artinya jika
dibandingkan antara dua kV, tentunya kV yang lebih tinggi yang akan menghasilkan densitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih rendah. Kemudian mAs berpengaruh terhadap
densitas film, dimana semakin tinggi mAs yang diberikan, semakin tinggi densitas yang
dihasilkan pada film. Oleh karena itu, apabila diberikan kV tinggi, maka sebaiknya diberikan mAs
rendah supaya densitas pada film tetap stabill, tidak bertambah.
Beda potensial mempengaruhi kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang dikeluarkan tabung,
berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya, peristiwa anode heel effect serta pada
gambaran yang dihasilkan. (Nova Rahman, 2009)
(GAMBAR 8)
Hal ini bisa disimpulkan dari sebuah rumus yang menyatakan hubungan antara intensiatas sinar-
x dengan kV yaitu
(GAMBAR 9)
Dimana :
Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa intensitas sinar-X yang dihasilkan berbanding lurus
dengan kuadrat dari kV yang digunakan pada saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin
tinggi v yang digunakan, maka semakin tinggi pula intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana
akan dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga daya tembusnya besar. (Nova
Rahman, 2009)
Meskipun kedua ketentuan di atas dapat digunakan pada pemeriksaan sehari-hari, namun kedua
ketentuan di atas mempunyai kelemahan masing-masing yaitu (Nova Rahman, 2009) :
i. Pada ketentuan (a), harus diketahui dengan benar berapa kV yang diberikan untuk
pasien ukuran normal pada tiap-tiap pemeriksaan. Dimana masalahnya adalah tidak
semua pesawat sinar-X memiliki standar yang sama untuk faktor eksposi.
ii. Pada ketentuan (b), ketebalan pasien tidak berarti tubuh pasien itu padat. Bisa saja
pasien misalnya abdomen pasien yang lebih tebal hanya berisi udara yang
terperangkap di dalam usus, sehingga sebenarnya tidak diperlukan kenaikan kV
karena hanya udara saja.
(GAMBAR 10)
dimana :
4. Filtrasi
Pada umumnya tabung pesawat sinar-X diagnostik menggunakan filter inherent dan
biasanya di tambah dengan filter tambahan berupa aluminium yang kalau di disatukan
setara dengan 2 mm Al. Filter ini berfungsi menyaring radiasi yang lemah. Sedangkan
pada pemotretan yang menggunakan tegangan yang rendah seperti pada teknik
pemotretan mammografi, filter tambahan tidak diperlukan akan tetapi pada pemotretan
tegangan tinggi filter tambahan perlu diperhitungkan. Pancaran sinar-X mempunyai
spektrum energi foton yang berbeda-beda, hanya foton dengan energi tertentu yang
dapat menembus struktur anatomi selalu bertabrakan dengan film. Foton dengan energi
yang lebih rendah (panjang gelombang yang panjang) berperan serta dalam
pencahayaan namun tidak mempunyai energi yang cukup untuk menyentuh film. Oleh
karena itu, untuk mengurangi dosis radiasi pasien, foton dengan kemampuan penetrasi
lebih rendah harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan filter
aluminium pada garis laluan sinar. Aluminium digunakan karena dapat menyerap foton
berenergi rendah dengan sedikit efek pada foton berenergi tinggi yang dapat
berpenetrasi sampai ke film. Filtrasi, filter logam, biasanya terbuat dari alumunium atau
tembaga, yang dimasukkan ke dalam tube housing x-ray sehingga energi rendah yang
dipancarkan oleh sinar-X dapat diserap sebelum mencapai pasien (Bushong, 1998).