Anda di halaman 1dari 26

Teknik Radiografi

Thoracic Cavity
Kelompok A:
1. Bintang
2. Zahara Dzaki A
3. Safa’a Miftahul J
4. Karina Fatmawati
5. Gabyan Fatma R.H
6. Nada Nabilah
7. Novita Kusuma W
8. Dewi Retno S
9. Wulan Itsnaini S
10. Adnan Prakash
11. Anggraeni Mega H
12. Zafa Faradilla
13. Rossiana P.S
Body Habitus
• Hypersthenic • Asthenic

• Sthenic • Hyposthenic
• Hypersthenic
Body habitus dengan ukuran tubuh besar. Jantung terlihat hampir melintang dan
paru-paru pendek dengan apeks dekat clavicula. Letak diafragma pada body
habitus hypersthenic lebih tinggi.
• Sthenic
Body habitus pada ukuran tubuh normal. Jantung terlihat cukup melintang dan paru-
paru panjang. Letak diafragma pada habitus sthenic cukup tinggi.
• Asthenic
Body habitus dengan postur badan yang panjang dan kecil. Jantung cenderung
vertikal dan paru-paru panjang dengan apeks di atas clavicula. Letak diafragma
pada body habitus asthenic lebih rendah.
• Hyposthenic
Body habitus dengan postur badan menyerupai asthenic. Tetapi pada bagian perut,
instentines dan gallblader lebih tinggi.
Anatomi Rongga Thoraks

Rongga thorax dibatasi oleh sternum pada


bagian anterior, serta spine pada bagian
posterior. Diafragma memisahkan rongga
thorax dari rongga perut. Rongga thorax berisi
paru-paru, jantung, organ sistem pernapasan,
kardiovaskular, dan limfatik.
Anatomi Rongga Thorax
Bronkus Paru-paru
Percabangan dari trakea organ respirasi yang
yang terus percabang memasukkan oksigen ke
hingga memasuki paru- dalam darah dan
paru mengeluarkan karbon
dioksida dari darah

1 2 3 4 5 2019

Trakea Alveoli Mediastinum


Terletak di garsi tengah Pertukaran oksigen dan Rongga diantara paru-paru
tubuh dan lebih rendah karbondioksida terjadi yang berisi jantung,
dari kerongkongan secara difusi di dalam pembuluh darah besar,
dinding alveoli trakea, tenggorokan, timus,
limfatik, jaringan fibrosus,
dan emak
Saluran Pernapasan Dalam Rongga Thorax
Patologi
1. Bronkitis : peradangan pada bronkus
2. Empysema : perubahan saluran yang merusak dan menyebabkan peningkatan volume udara pada paru
3. Epiglotitilis : peradangan epiglotis
4. Histoplasmosis : infeksi yang disebabkan oleh organisme hiper seperti Histoplasma capsulatum
5. Tuberculosis : infeksi paru yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis
6. Metastasis : pemindahan lesi kanker dari satu daerah ke area lain
7. Efusi pleura : adanya cairan di rongga pleura
8. Pneumoconiosis : penyakit paru akibat inhalasi zat industri
9. Asbestosis : peradangan yang disebabkan oleh inhalasi asbes
10. Silicosis : peradangan yang disebabkan oleh inhalasi silikon dioksida
11. Pneumonia : infeksi akut pada parenkim paru
12. Aspirasi : pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi partikel asing
13. Edema paru : penggantian udara dengan cairan di interstisium paru dan alveoli
14. Tumor : pertumbuhan jaringan baru di mana proliferasi sel tidak terkendali
TEKNIK PEMERIKSAAN THORACIC CAVITY

Proyeksi yang digunakan :

1. AP

2. PA

3. Lateral

4. Oblik (saat ini sudah jarang digunakan)

5. AP axial (lordotic
1. Proyeksi AP
• Posisi Pasien (PP)
Pasien supine atau tegak dengan punggung
menghadap ke grid

• Posisi Objek (PO)


1. Pusatkan midsagital plane dada pada IR
2. Atur IR sehingga batas atas kaset sekitar
1
1 sampai 2 inch (3,8 sampai 5 cm) di atas
2
bahu
3. Jika memungkinkan, fleksikan elbow joint,
pronasikan tangan, dan tempatkan tangan
pada pinggul sehingga scapula terlihat
dalam posisi lateral.
4. Gunakan gonad shield untuk proteksi
pasien terhadap radiasi yang tidak perlu
• Pengaturan Sinar
1. Central ray : tegak lurus tegak lurus terhadap kaset
2. Cenral Point : MSP pada T7 (8-10 cm di bawah jugular
notch)
3. Focus Film Distance : 183 cm
4. Insruksikan saat ekspos inspirasi penuh dan tahan
napas

• Kriteria Evaluasi Radiograf


1. Kolimasi yang sesuai
2. Bagian medial clavicula berjarak dari collumna vertebrae
3. Trakea terlihat pada midline
4. Clavicula tampak lebih horizontal
5. Jarak yang sama dari collumna vertebrae ke lateral
border tulang rusuk
6. Gambar samar tulang rusuk dan vertebrae thorakal
melalui bayangan jantung
7. Paru-paru secara keseluruhan
8. Pleura vascular terlihat
2. Proyeksi PA
• Posisi Pasien (PP)
• Posisi pasien erect atau duduk, sehingga
diafragma berada pada posisi terendah,
sehingga kadar udara atau cairan terlihat.

• Posisi Objek (PO)


1. Atur MSP tubuh berada midline bidang
kaset
2. Atur lengan pasien fleksi dan posisi dorso
manus menempel pada pinggang
3. Batas atasnya (3,8 - 5 cm) di atas shoulder
4. Posisi kepala menengadah
5. Shouder dirotasikan kedepan sampai
menyentuh grid gerakan ini akan memutar
scapula ke arah luar agar tidak superposisi
dengan paru-paru.
• Pengaturan Sinar
1. Central Ray : tegak lurus terhadap kaset dengan batas atas 5 cm diatas shoulder dari kaset
2. Central point : setinggi T7 (8-10 cm di bawah jugular notch)
3. Focus film distance : 183 cm
4. Instruksikan saat eksposi inspirasi penuh dan tahan napas

• Kriteria Evaluasi Radiograf


1. Kolimator mencakup seluruh bagian thoraks
2. Tampak Apeks dan costophrenic angles
3. Trakea nampak ditengah
4. 10 costae posterior terlihat diatas diafragama
5. Terlihat jelas garis tajam antara jantung dan diafragma
6. Ujung clavicula berjarak sama jauh dari column vertebrae
3. Proyeksi Lateral
• Posisi Pasien (PP)
1. Posisi pasien erect atau duduk ,sehingga diafragma berada pada posisi terendah,sehingga kadar udara
atau cairan terlihat
2. Arahkan pasien pada posisi true lateral dengan tangan berada lengan di samping tubuh
3. Untuk memperlihatkan jantung dan paru-paru kiri ,gunakan posisi pasien lateral sebelah kiri dengan bagian
kiri terhadap kaset
4. Gunakan posisi lateral sebelah kanan untuk memperlihatkan paru-paru kanan yang bagus
• Posisi Objek (PO)
1. Atur posisi pasien sehingga MID sagital plan tubuh parallel terhadap IR dan Lateral shoulder
menempel pada grid
2. MID coronal plan di tengah grid.
3. Lengan pasien diluruskan,dan fleksikan pada bagian elbow di atas kepala.
4. sesuaikan ketinggian kaset sehingga batas atas sekitar (3,8 hingga 5cm) dari shoulder.
5. Untuk posisi true lateral posisi MCP pasien menyandar pada kaset.
Posisi Pada Pemeriksaan Proyeksi Lateral
• Pengaturan Sinar
1. Central ray : tegak lurus tegak lurus terhadap kaset
2. Cenral Point : MCP pada T7 setinggi angulus inferior
scapula
3. Focus Film Distance: 183 cm
4. Insruksikan saat ekspos inspirasi penuh dan tahan
napas

• Kriteria Evaluasi Radiograf


1. Kolimasi sesuai
2. Costae posterior superposisi dengan collum
vertebrae
3. Lateral sternum tidak rotasi
4. Gambaran bahu tidak menutupi apek paru-paru
5. Terlihat batas atas apek paru-paru
4. Proyeksi Oblik (AP/PA Oblik)
• Posisi Pasien (PP)
Pasien erect atau recumbent. Pada posisi AP oblik, objek yang akan diperiksa dekat dengan IR.
Sedangkan pada PA oblik, objek yang akan diperiksa jauh dari IR

• Posisi Objek (PO)


1. Atur objek membentuk sudut 45 derajat terhadap IR.
2. Fleksikan siku pasien dan letakkan tangan di pinggul dengan telapak tangan menghadap ke
luar

• Pengaturan Sinar
1. Central ray: tegak lurus dengan IR
2. Central point : pada vertebrae thoracal 7
3. Focus film distance : 183 cm
4. Intruksikan saat ekspos inspirasi penuh dan tahan napas
Posisi Pasien Pada Proyeksi Oblik
• PA oblik RAO • AP oblik RPO

• PA oblik LAO • AP oblik LPO


• Kriteria Evaluasi Radiograf
1. Kolimasi yang sesuai
2. Kedua paru-paru secara keseluruhan
3. Trakea yang terisi dengan udara
4. Marker terlihat
5. Paru-paru dan mediastinum
6. Paru-paru kiri terlihat secara maksimal pada proyeksi LPO dan RAO
7. Paru-paru kanan terlihat secara maksimal pada proyeksi RPO dan LAO
Hasil Radiograf Pada Proyeksi Oblik
• PA oblik RAO • PA oblik LAO

• AP oblik LPO
4. Proyeksi AP Axial (Lordotic)
• Posisi Pasien (PP)
Pasien diatur dalam posisi tegak

• Posisi Objek (PO)


1. Atur ketinggian pada IR sehingga margin atas sekitar
3 inchi (7,6 cm) diatas batas atas dari bahu ketika
pasien disesuaikan dalam posisi lordotic
2. Atur pasien dalam proyeksi AP axial, dengan MSP
pada mid line grid
3. Elbow joint difleksikan, dengan telapak tangan keluar
diletakkan pada hip
4. Pasien bersandar ke belakang dalam posisi lordosis
ekstrim dan istirahat. Shoulder sejajar terhadap
bidang vertical
• Pengaturan Sinar
1. Central ray : horizontal tegak lurus tegak lurus
terhadap kaset
2. Cenral Point : mid sternum
3. Focus Film Distance: 183 cm
4. Insruksikan saat ekspos inspirasi penuh dan tahan
napas

• Kriteria Evaluasi Radiograf


1. Clavicula berada di superior dari apek paru paru
2. Tergambar apek paru
3. Clavicula tergambar horizontal dengan bagian
medial superposisi dengan costae 1 dan 2
4. Costae mengalami distorsi pada bagian anterior dan
posterior
Contoh Kasus
Pada tanggal 3 Januari 2019, pasien datang ke Rumah Sakit Lekas Sembuh dengan keluhan
sesak pada dada. Pasien datang ke Intalasi Radiologi bersama perawat yang membawakan surat
permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter yang memeriksa.
Nama : Ibu Mawar
Umur : 46 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Nomor RM : 012204XX
Diagnosa : Metastase pada paru-paru
Pemeriksaan yang diminta: Rongga thorax PA inspirasi maximal
Kiriman foto : Anggrek I
Dokter yang meminta : dr. Melati
Pertanyaan dan Jawaban Presentasi
• Arruum
1. Apa alasan ffd 183 cm?
Jawab : Agar seluruh rongga thorax dapat masuk kolimasi sehingga tidak terpotong.
2. Bagaimana karakteristik setiap body habitus?
Jawab :
 Hypersthenic
Body habitus dengan ukuran tubuh besar. Jantung terlihat hampir melintang dan paru-paru pendek dengan apeks dekat
clavicula. Letak diafragma pada body habitus hypersthenic lebih tinggi.
 Sthenic
Body habitus pada ukuran tubuh normal. Jantung terlihat cukup melintang dan paru-paru panjang. Letak diafragma pada
habitus sthenic cukup tinggi.
 Asthenic
Body habitus dengan postur badan yang panjang dan kecil. Jantung cenderung vertikal dan paru-paru panjang dengan
apeks di atas clavicula. Letak diafragma pada body habitus asthenic lebih rendah.
 Hyposthenic
Body habitus dengan postur badan menyerupai asthenic. Tetapi pada bagian perut, instentines dan gallblader lebih tinggi.
• Meirina

1. Bagaimana kriteria true AP dan true lateral?

Jawab: Hasil radiograf dinyatakan true AP jika sternoclavicular joint berjarak sama dari collumna vertebrae dan paru-paru terlihat
sama besar antara kanan dan kiri. Sedangkan hasil radiograf dinyatakan true lateral jika costae posterior superposisi dengan
columna vertebraedan tidak ada rotasi sternum

2. Kapan posisi pasien supine kapan posisi pasien erect

Jawab: Pasien diposisikan erect untuk melihat air fluid level pada paru-paru dan agar bentuk jantung tidak melebar. Pasien
diposisikan supine jika pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect.

• Sabiq

1. Mengapa pada saat ekspos harus inspirsai penuh

Jawab : Agar volume paru-paru maksimal. Bila kurang inspirasi dapat memengaruhi penilaian pada ukuran jantung, paru-paru,
serta mediastinum.
• Sari
1. Mengapa pada pemeriksaan metastasis paru-paru menggunakan proyeksi PA?
Jawab : Proyeksi PA digunakan untuk meminimalisir magnifikasi jantung.
2. Bagaimana hasil radiograf virus corona?
Jawab : Pada hasil radiograf pasien yang terinfeksi virus corona, terdapat berak putih pada paru-paru. Bercak putih tersebut
merupakan ground glass opacity, yaitu temuan nonspesifik yang mengindikasikan sebagian pengisian rongga udara paru-paru
oleh cairan.

• Dwi Okta
1. Jika pasien tidak sadar dan harus melakukan proyeksi oblik, apa yang dilakukan?
Jawab : Pasien diposisikan sesuai keadaan pasien yang memungkinkan. Jika pasien tidak bisa diposisikan oblik, maka cukup
menggunakan proyeksi AP.

• Hilwa Qorry
1. Berapa faktor eksposi yang standar dan apa hubungannya dengan body habitus?
Jawab : Kelompok kami tidak menuliskan faktor eksposi karena faktor eksposi bergantung pada pesawat sinar-x yang digunakan.
Body habitus memengaruhi faktor eksposi. Pasien dengan postur badan besar akan memerlukan faktor eksposi yang lebih tinggi
dari pasien dengan postur badan yang kecil.
• Nadya
1. Kenapa lateral dan AP faktor eksposinya sama?
Jawab : karena pada saat proyeksi ap dan lateral sinar –x lebih banyak menembus tulang –tulang yang keras sehingga faktor
eksposinya lebih besar dibanding proyeksi pa

• Rio
1. Mengapa pada proyeksi PA pasien sedikit membungkuk?
Jawab : Supaya dada menempel ke kaset. Shoulder juga dirotasikan ke dalam dan menempel pada kaset agar scapula tidak
superposisi dengan paru-paru.

• Bayo
1. Apakah proyeksi AP ada penyudutan khusus pada pasien yang ada kelainan pada tulang belakang?
Jawab : Tidak ada penyudutan. Penyudutan ditujukan untuk posisi objek, sedangkan CR tetap tegak lurus kaset.

Anda mungkin juga menyukai