Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, batas batas, batas
batas yang membentuk rongga didalam thorax ialah :
Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung
beserta cakram antar ruas (diskus intervetrebalis) yang terbuat dari tulang rawan di
belakang. Iga-iga beserta otot interkostal disamping diafragma dibawah dan dasar
leher diatas.
Isi sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru paru beserta
pembungkus pleuranya, pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk
batas lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah ruang didalam rongga dada
antara kedua paru-paru, isinya jantung dan pembuluh-pembuluh darah, dan vena
kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah kelenjar limfe. (Pearce,
2006).
Hematopneumothorax adalah terkumpulnya udara dan darah dalam rongga
pleura (Kapita selekta kedokteran, 2014).

B. Batasan Masalah
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis membahas tentang pemeriksaan radiografi
thorax dengan sangkaan hematopneumothorax, di mana proyeksi yang di gunakan
Antero-Posterior Supine (AP). Untuk mendapatkan gambaran radiografi thorax
dengan sangkaan hematopneumothorax penulis menggunakan pesawat general X-
Ray, dengan menggunakan IP Computed Radiography (CR) yang dilengkapi
dengan Grid. Proses pengolahan film menggunakan sistem computed radiography.

C. Rumusan Malasah
Dengan memperhatikan latar belakang dan ruang lingkup masalah diatas, maka
penulis merumuskan masalah yang timbul pada pemeriksaan Radiografi Thorax

1
2

dengan sangkaan hematopneumothorax sebagai berikut : “Upaya apa yang


dilakukan untuk mendapatkan gambaran radiografi yang optimal pada pasien yang
tidak kooperatif pada pemeriksaan Thorax dengan sangkaan hematopneumothorax
di rumah sakit Hermina Medan”.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian radiografi thorax dengan sangkaan
hematopneumothorax adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian radiografi thorax dengan sangkaan hematopneumothorax
adalah untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan thorax dengan
sangkaan hematopneumothorax di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Hermina
Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiografi thorax dengan sangkaan
hematopneumothorax.
b. Untuk mengetahui gambaran anatomi dan kelainan yang terdapat pada
thorax.
c. Untuk mengetahui kualitas hasil foto radiografi yang baik terutama pada foto
thorax.

E. Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang
berjudul radiografi thorax dengan sangkaan hematopneumothorax dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku buku referensi yang berhubungan
dengan pemeriksaan,
2. Pengalaman belajar
3

Dengan menerapkan ilmu pengetahuan baik secara teori maupun praktek yang
didapat selama perkuliahan.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
hematopneumothorax adalah :
1. Untuk Penulis : Dengan menerapkan semua pengetahuan penulis yang di
dapatkan selama pendidikan di institusi ATRO Sinar Amal Bhakti Medan dan
juga pengalaman yang diperoleh selama mengikuti praktek klinik di bebapa
rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta, hasil penelitian ini
menambah pengetahuan penulis tentang pelaksanaan radiografi Thorax dengan
sangkaan hematopneumothorax di instalasi Rumah Sakit Hermina Medan.
2. Untuk Rumah Sakit Hermina Medan : Diharapkan agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat menjadi acuan dan pertimbangan untuk dilaksanakan pada
pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan hematopneumothorax di
instalasi radiologi Rumah Sakit Hermina Medan.
3. Untuk Institusi Atro Yayasan Sinar Amal Bhakti Medan : Dengan harapan agar
hasil penelitian radiografi Thorax dengan sangkaan hematopneumothorax yang
di lakukan di Rumah Sakit Hermina Medan, khususnya tingkat III yang
melaksanakan ujian akhir program dan melakukan penelitian. Hasil penelitian
ini juga diharapkan agar membantu buku referensi diruang perpustakaan ATRO
Sinar Amal Bhakti Medan.
G. Isi (Bab) Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas mengenai latar belakang, ruang
lingkup, rumusan masalah, tujuan pemeriksaan dan metode
pemeriksaan, manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis membahas mengenai uraian tentang konsep
dasar yang meliputi pengertian pemeriksaan, anatomi, fisiologi,
4

patologi, etiologi, teknik radiografi, teknik pesawat rontgen, fisika,


proteksi radiasi, dan processing X-Ray film.
BAB III : LAPORAN PEMERIKSAAN
Dalam bab ini berisikan tentang indentitas pasien, pelaksanan
pemeriksaan dan evaluasi hasil pemeriksaan.
BAB IV : PEMBAHASAN MASALAH
Dalam bab ini membahas tentang rumusan masalahm penyebab dan
upaya yang dilakukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini merupakan akhir dari penulis yang berisi kesimpulan
dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN KONSEP
1. Pengertian Pemeriksaan
Pemeriksaan Thorax dengan sangkaan hematopneumothorax adalah
pemeriksaan secara radiologi untuk memperlihatkan udara dan cairan
di dalam rongga dada dengan menggunakan proyeksi antero-posterior
supine.
2. Anatomi
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh
baik secara keseluruhan maupun bagian bagiannya serta hubungan alat
tubuh dan bagian bagian yang lain.
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, batas yang
membentuk rongga didalam thorax ialah Sternum dan tulang rawan
iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram
antar ruas (diskus intervetrebalis) yang terbuat dari tulang rawan di
belakang. Iga-iga beserta otot interkostal disamping diafragma
dibawah dan dasar leher diatas.
Isi sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru paru
beserta pembungkus pleuranya, pleura ini membungkus setiap belah,
dan membentuk batas lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah
ruang didalam rongga dada antara kedua paru-paru, isinya jantung dan
pembuluh-pembuluh darah, dan vena kava superior, saraf vagus dan
frenikus dan sejumlah kelenjar limfe.
A. Paru-Paru ( Pearce, 2006)
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama, paru-paru
mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
di pisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan

5
6

struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru


adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) diatas
dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher.
Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga thorax, diatas
diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar, sisi belakang
yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi
sebagian sisi depan jantung.
Lobus paru-paru (belahan paru-paru), paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru paru kiri dua lobus, setiap lobus
tersusun atas lobula, sebuah pipa bonkhial kecil masuk kedalam
setiap lobula dan semakin ia bercabang semakin menjadi tipis dan
akhirnya berakhir menjadi kantong-kantong udara paru-paru.
Jaringan paruadalah elastik, berpori dan seperti spon. Didalam air
paru-paru mengapung karena udara yang ada didalamnya.

Apex Paru

Lobus Atas 2

Lobus Tengah

Lobus Bawah

Gambar 2.1 Kedudukan Paru-Paru di Dalam Thorax (Pearce,2006)

1) Bronkus Pulmonaris
Trakhea terbelah menjadi dua bronkus utama, bronkus ini
bercabang lagi sebelum masuk paru-paru, dalam perjalanannya
7

menjelajahi paru-paru bronkhus-bronkhus pulmonaris bercabang


dan beranting lagi banyak sekali. Salurannya yang benar
mempertahankan stuktur serupa dengan yang dari trakhea,
mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang
rawan dan dilapisi telium bersilia, makin kecil salurannya, makin
berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa
berotot dan lapisan silia.
Vestibulum

Atrium

Gambar 2.2 Diagram dari akhiran sebuah bronkhiolus di dalam


alveoli (Pearce, 2006).

Bronkus terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain yang


disebut vestibula dan disini membran pelapisnya mulai berubah
sifatnya, lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium
yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan
didalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong
udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis, tunggal sel epitulum
pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan
udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan
pertukaran gas pun terjadi.
8

2) Pembuluh Darah Dalam Paru-Paru


Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari vertikel kanan jantung ke paru-paru,
cabang-cabangnya menyentuh saluran saluran bronkhial, bercabang
dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus, arteriola itu
membelah-belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler itu
menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat
dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya
bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh
dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung
dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru paru dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh
darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan
setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk di distribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteria bronkhialis
membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta torasika ke
paru-paru guna memberi makan dan mengantarkan oksigen ke
dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini
membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang
terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari
kapiler ini akhirnya bersatu kedalam vena pulmonaris dan darah
kemudian dibawa masuk kedalam vena pulmonaris, sisa darah itu
diantarkan dari setiap paru paru oleh vena bronkhialis dan ada yang
dapat mencapai vena kava superior, maka dengan demikian paru-
paru mempunyai persedian darah ganda.

3) Hilus (Tampuk) Paru-Paru


Paru paru dibentuk oleh struktur berikut :
9

(a) Arteri pulmonaris, yang mengembalikan darah tanpa oksigen


kedalam paru-paru untuk di isi oksigen.
(b) Vena pulmonaris, yang mengembalikan darah berisi oksigen
dari paru-paru ke jantung.
(c) Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon
bronkhial merupakan jalan udara utama.
(d) Arteri bronkhialis, keluar dari aorta dan mengantarkan darah
arteri ke jaringan paru-paru.
(e) Vena bronkhialisis, mengembalikan sebagian darah dari paru
paru ke jaringan paru-paru.
(f) Pembuluh limfe, yang masuk keluar paru paru, sangat banyak,
persarafan, paru-paru mendapat pelayanan dari saraf vagus
dan sarah simpati.
(g) Kelenjar limfe, semua pembuluh limfe yang menjelajahi
struktur paru-paru dapat menyalurkan kedalam kelenjar yang
ada di tampuk paru-paru.

4) Pleura
Setiap paru paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua, yaitu
pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru paru, masuk kedalam
fisura dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain.
Membran ini kemudian dilipat kembali disebelah tampuk paru-paru
dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian didalam
dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian
yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian
yang terletak dileher ialah pleura servikasis, pleura ini diperkuat
oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (fasia
sibson) dan diatas membran ini terletak arteri subklavia.
Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk
meminyaki permukaanya dan menghindarkan gesekan antara paru-
10

paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak, dalam


keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang
tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas.

B. Rangka Thorax (Syaifuddin, 2006)


Kerangka dada dibentuk oleh susunan tulang yang melindungi
rongga dada yang terdiri dari Tulang dada (sternum) 1 buah, Tulang
iga (kosta) 12 pasang, vertebra torakalis 12 ruas (Syaifuddin 2006).

Gambar 2.3 Tulang Dada (Syaifuddin, 2006)

1. Tulang Dada

Tulang dada menjadi tonggak dinding depan dari thorax


(rongga dada) bentuknya gepeng dan sedikit melebar, yang
terdiri atas 3 bagian yaitu :
11

(a) Manubrium sterni, bagian tulang dada sebelah atas yang


membentuk persendian dengan tulang selangka (klavikula)
dan tulang iga.
(b) Korpus sterni, bagian yang terbesar dari tulang dada dan
membentuk persendian dengan tulang-tulang iga.
(c) Prosesus xifoid, bagian ujung dari tulang dada dan pada
bayi masih berbentuk tulang rawan.

1. Tulang Iga
Os kosta atau tulang iga bayaknya 12 pasang (24 buah), kiri
dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada
dengan perantaran tulang rawan, bagian belakang berhubungan
dengan ruas ruas vertebrae torakalis dengan perantaraan
persendian. Perhubungan ini memungkinkan tulang tulang iga
dapat bergerak kembang kempis menurut irama pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam :
(a) Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang,
berhubung langsung dengan tulang dada dengan perantara
persendian.
(b) Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga
pasang berhubungan dengan tulang dada dengan perantara
tulang rawan dari tulang iga sejati ke 7.
(c) Tulang iga melayang (os kosta fluintates), banyaknya dua
pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.

3. Fisiologi
Fisiologi adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang
mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan.
Hematopneumothorax adalah terkumpulnya udara dan darah
dalam rongga pleura. Dinding thorax merupakan rongga yang
12

berbentuk krucut yang dimana atasnya lebih sempit dari pada


dibawah dan di depan lebih pendek dari pada yang di belakang.
Dibelakang thorax ada dua belas torakalis, didepan sternum dan
di samping oleh kedua belas pasang iga, yang melingkari badan
mulai dari tulang belakang sampai ke sternum depan didalam
rongga dada terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu sistem
pernapasan dan peredaran darah. Organ pernafasan yang terletak
dalam rongga dada yaitu jantung pembuluh darah dan saluran
limfe. Adapun fungsi dari paru paru tersebut adalah pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan paru-paru
maupun pernafasan eksterna, oksigen dihirup melalui hidung dan
mulut pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trachea dan
pipa bronchial ke alveoli.

4. Patologi
Patologi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dan perubahan
yang berkaitan dengan penyakit atau cidera.
Hematopneumothorax adalah terkumpulnya udara dan darah
dalam rongga pleura. Berikut beberapa perkembangan keadaan
Hematopneumothorax:
a. Manifestasi klinis
Pada penderita Hematopneumothorax pasien biasanya
nyeri dada dari sesak napas. Kecepatan munculnya gejala
tergantung kepada etiologi yang mendasari.
b. Penatalaksanaan
Pada trauma thorax dengan tanda tanda
hematopneumothorax dilakukan WSD ( Water Sealed
Drainage). Keluarnya darah atau cairan intravaskular
sebanyak 15-20% dari volume darah total atau perdarahan
lebih dari 5cc/kg, bb/jam sehingga dapat menimbulkan
13

renjatan. Sementara itu dengan cepat lakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisis lengkap, terutama perhatikan tanda tanda
anemia. Terkadang didapatkan bunyi napas melemah atau
menghilang, pada pungsi mungkin keluar darah.

5. Etiologi
Etiologi adalah studi atau pembahasan tentang faktor faktor
penyebab suatu penyakit (Sloane, 2003).
Hematopneumothorax adalah terkumpulnya udara dan darah
dalam rongga pleura. Penyebab paling umum
hematopneumothorax adalah karena membrane pleura yang
berfungsi untuk melapisi paru, mengalami kerusakan atau pecah
sehingga darah di dalam tubuh bisa dengan mudah masuk
kedalam rongga pleura dan menekan paru,biasanya disebabkan
akibat oleh trauma,cedera tumpul,atau patah tulang rusuk.

B. TEKNIK RADIOGRAFI
Teknik radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dari
objek yang diperiksa dengan menggunakan sinar-X untuk mendapatkan
gambaran radiografi, sehingga mampu menegakkan diagnosa dengan tepat
dan akurat (Ballinger, 2003). Adapun proyeksi yang di pergunakan untuk
memperlihatkan hematopneumothorax pada pemeriksaan thorax adalah
Antero-Posterior (AP) Supine.
Adapun proyeksi-proyeksi yang diuraikan oleh penulis adalah sebagai
berikut :

1. Proyeksi Postero-Anterior
Tujuan pemeriksaan : Untuk memperlihatkan secara umum keadaan
rongga dada dari sisi Postero-Anterior.
Posisi pasien : Erect dengan lengan disamping tubuh.
14

Posisi objek : 1. Atur Mid Sagital Plane tepat tegak lurus pada
kapertengahan grid atau IP.
2. Rotasikan shoulders ke arah anterior
(endorotasi) agar tidak menutupi paru paru.
3. angkat dagu untuk menghindari superimposisi
dengan uppper ribs, kepala lurus kedepan tidak
ada rotasi.
Sebelum di ekspose instruksikan pasien agar
menarik nafas terlebih dahulu lalu menahan
nafas sejenak lalu di eskpose setelah dilakukan
ekspose pasien di intruksikan kembali agar
bernafas seperti biasa.
Arah sinar : Horizontal dan tegak lurus IP.
Fokus sinar : Pada thoracal 7 pertengahan antara kedua angulus
inferior scapulae.
Jarak focus ke film : 180 cm.
Ukuran Image Plate : 35 cm x 43 cm.
Faktor eksposi : 54 kV, 12 mAs dengan grid
Kriteria gambar : Foto mencangkup keseluruhan thorax, apex paru-
paru tidak terpotong, terlihat vertebrae thoracalis
1-4, kedua os scapula terlempar ke arah lateral.
15

Gambar 2.4 Proyeksi Postero-Anterior (Bontranger, 2014)

Gambar 2.5 Hasil Radiografi Thorax Proyeksi Postero-Anterior


(Bontranger,2014)
2. Proyeksi Lateral
Tujuan pemeriksaan : Untuk memperlihatkan letak anatomi dari
thorax serta kelainan dari aspek lateral.
Posisi pasien : Pasien berdiri true lateral dengan bagian
yang diperiksa menempel IP dan batas atas
IP kira-kira 2 inchi (5 cm) diatas shoulder
joint.
Posisi objek : Tempatkan objek pada pertengahan IP,
kedua lengan pasien diangkat keatas dengan
elbow fleksi serta kedua antebrachi
16

bersilang diletakan di belakang kepala.


Intruksikan pasien agar menarik nafas
sejenak lalu di ekspose.
Arah sinar : Horizontal tegak lurus IP.
Fokus sinar : MCP pada angulus superior scapula.
Jarak fokus ke film : 180 cm.
Ukuran image plate : 35 cm x 43 cm.
Faktor eksposi : 56 kV, 32 mAs dengan grid.
Kriteria gambar : Bagian superior ribs saling superposisi,
sternum dalam posisi true lateral, angulus
costropnicus tidak boleh terpotong, margin
objek terlihat tajam dan jelas, terlihat batas
atas apex paru, gambaran paru tidak
menutupi apex paru.

Gambar 2.6 Proyeksi Lateral (Bontranger 2014)


17

Gambar 2.7 Hasil Radiografi Thorax Proyeksi Lateral (Bontrager. 2014).

C. TEKNIK PESAWAT RONTGEN


Pesawat Rontgen adalah peralatan radiografi mempunyai peran penting
untuk memproduksi sinar-X dan dapat memberikan gambaran objek pada
film rontgen setelah melalui proses kimiawi diruang processing (Meredith,
1972)
Teknik pesawat rontgen merupakan tatacara atau tatalaksana penggunaan
pesawat rontgen untuk membangkitkan sinar-X dalam pemeriksaan dengan
hasil gambaran yang baik.
Pada pesawat rontgen dilengkapi beberapa komponen :

1. Tabung Pesawat Rontgen (X-ray Tube)


Tabung pesawat rontgen adalah bagian dari unit pesawat rontgen yang
merupakan wadah tempat terjadinya sinar-X yang berfungsi untuk
melindungi insert tube dari benturan dan guncangan (Bushong, 2001).
Secara umum tabung rontgen terdiri dari :
18

a. Tube Housing (Tabung Rontgen Bagian Luar)


Merupakan wadah pembungkus yang berbentuk silinder yang
terbuat dari bahan metal dan dilapisi dengan plumbun (Pb). Berfungsi
sebagai tempat insert tube agar terhindar dari benturan maupun
guncangan dan sebagai penahan sinar-X agar keluar hanya melalui
window.
Bagian-bagian dari tube housing yaitu :
1) Window atau jendela berfungsi sebagai jalan keluar nya sinar-X.
2) Kolimator berfungsi untuk membatasi luas lapangan penyinaran.
3) Oli pendingin yang berfungsi sebagai bahan isolasi dan pendingin.

b. Insert Tube (Tabung Rontgen Bagian Dalam)


Insert tube adalah tabung rontgen bagian dalam dan tempat
pembangkit sinar-X yang terletak didalam tube housing yang terbuat
dari kaca pyrex (gelas envelop) yang hampa udara didalamnya terdapat
katoda dan anoda.
1) Katoda
katoda yaitu elektron yang bermuatan negative dari sebuah
tabung rontgen. Pada katoda terdapat filamen yang merupakan
sumber elektron yang mengakibatkan sinar-X yang terbuat dari
kawat tungsten dan focusing cup yang berfungsi mengarahkan
elektron menuju bidang target dan letaknya mengapit filamen.
2) Anoda
Anoda yaitu elektron yang bermuatan positive yang bentuk
permukaannya miring untuk tempat tumbukan elektron (target).
Target ini terbuat dari bahan wolfram yang mempunyai daya panas
yang tinggi. Target berfungsi memberhentikan elektron yang
berkecepatan tinggi secara tiba tiba.
19

c. Filamen
Filamen adalah sumber electron untuk membangkitkan sinar-X
yang terbuat dari kawat tungstate. Filamen yang terbuat 7daru kawat
tunstate ini dapat menahan panas sangat tinggi (melebihi 2000 oC)
berbentuk kumparan spiral, sehingga permukaan luar yang
memancarkan elektron lebih besar.
Elektron yang dipancarkan oleh filamen bermuatan negatif
selanjutnya diarahkan menuju anoda. Daerah yang terkena tumbukan
elektron merupakan sinar-X dan daerah tersebut harus sekecil mungkin
agar diperoleh gambaran radiografi setajam mungkin.
d. Target
Target terbuat dari bahan wolfram yang mempunyai daya tahan
panas tinggi. Fungsi target adalah untuk memberhentikan electron
yang berkecepatan tinggi secara tiba-tiba, urutan proses terjadinya
sinar-X adalah sebagai berikut :
1) Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 2000OC) sampai membara
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari trafo.
2) Karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
3) Muatan listrik filamen sengaja dibuat relatif lebih negative terhadap
sasaran (target) dengan memilih beda potensial tinggi sehingga
electron-electron bergerak ke anoda.
4) Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,
electron bergerak ke anoda.
5) Awan-awan elektron yang sampai ke anoda mendadak di hentikan
pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar-X
(1%).
6) Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X yang
terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela tabung (Rasad 2005).
20

Jumlah sinar-X yang dilepas tiap satuan waktu dapat diihat


pada alat pengukur milli Ampere (mA), sedangkan jangka waktu
pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu.

Gambar 2.8 Tube X-Ray (Meredith, 1972).

2. Transformator Tegangan Tinggi ( High Tension Tranformator)


Transformator tegangan tinggi adalah alat untuk menaikkan besarnya
tegangan listrik. Tegangan listrik yang digunakan untuk menggerakkan
dengan cepat elektron-elektron melalui tabung sinar-X. Sebuah
transformator yangdisebut trafo tegangan tinggi mempunyai tugas yaitu
menaikkan tegangan sampai beribu-ribu volt yang di perlukan untuk
memproduksi sinar-X.
Bila pesawat sinar-X dipakai, tegangan melalui tabung sinar-X amper
selalu dinyatakan dalam kilovolt. Bentuk gelombang tabung dari satu arus
bolak balik adalah bentuk gelombang berdenyut, naik sampai harga
puncak (peak) dalam tiap half cycle dalam pola perubahan, kecuali dalam
21

rangkaian arus khusus tegangan output dari trafo tegangan tinggi yang
digunakan ke tabung sinar-X juga berdenyut. Istilah kilovolt peak
menunjukan kilovolt tertinggi yang dicapai dalam tipe cycle tegangan
berdenyut yang trafo sampaikan ketabung sinar-X.
3. Meja Kontrol (Control Table)
Meja kontrol merupakan bagian dari unit pesawat rontgen yang
digunakan untuk mengendalikan besarnya keluarnan sinar-X yang
dibutuhkan untuk mengendalikan setiap kali ekspose, pada umumnya
meja kontrol di tempatkan dibelakang pelindung agar petugas terlindung
dari radiasi pada saat pemeriksaan berlangsung (Bushong, 2001).
Adapun bagian bagian dari meja kontrol adalah :
a. Line Switch : Saklar yang berfungsi untuk
menghidupkan dan mematikan pesawat
rontgen.
b. mA Selector Radiografi : Alat untuk memilih dengan tepat
banyaknya jumlah elektron dari katoda
menuju anoda per second,dilambangkan
dengan mA.
c. kV Selector Radiografi : Alat untuk memilih dengan tepat jumlah
kV.
d. Timing Selector Radiografi : Alat untuk memilih waktu eksposi pada
radiografi.
e. X-ray Indikator : Pertanda ada tidaknya sinar-X yang
keluar,yaitu lampu menyala pada saat X-
ray berlangsung pada radiografi.
f. mAs Meter : Untuk menunjukkan besarnya mAs pada
setiap pemotretan.
j. Hand Switch : Tombol yang digunakan untuk melakukan
eksposi.
22

4. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
penderita atau pasien yang akan diperiksa. Meja pemeriksaan berfungsi
untuk menempatkan penderita diruang pemeriksaan dan terpisah dari
ruangan meja kontrol. Meja pemeriksaan merupakan meja yang di desain
untuk pemeriksaan radiografi. Meja pemeriksaan dilengkapi dengan grid
bergerak (bucky).
5. Bucky Stand
Bucky stand merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
pemeriksaan radiografi dengan posisi pasien berdiri (erect), dilengkapi
dengan grid bergerak.

D. FISIKA RADIODIAGNOSTIK DAN PROTEKSI RADIASI


1. FISIKA RADIODIAGNOSTIK
Fisika radiodiagnostik berasal dari dua kata yaitu fisika dan
radiodiagnostik. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala
gejala. Radiodiagnostik adalah penggunaan sinar-X yang dihasilkan
oleh tabung rontgen untuk membantu menegakkan diagnosa.
Fisika radiodiagnostik adalah ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala dengan menggunakan sinar-X yang dihasilkan oleh
tabung rontgen untuk menegakkan diagnosa.
a. Ketajaman Gambar
Ketajaman gambar alaalah nilai citra radiografi mampu
memperlihatkan batas yang tegas bagain bagian objek yang difoto
sehingga stuktur organ terlihat dengan baik.
Ketajaman dibagi atas dua bagian yaitu :
(1) Ketajaman Objektif
Ketajaman objektif adalah pembatasan yang dapat diukur
dari pada detail gambar atau unsur-unsur terhadap sesamanya.
23

Ketajaman objektif tidak dapat ditingkatkan dengan


pembangkitan tetapi semata mata ditentukan oleh pemotretan.
(2) Ketajaman Subjektif
Ketajaman subjektif adalah peralihan yang lebih baik atau
kurang tajam antara dua daerah hitam yang di tentukan oleh
perbedaan kehitaman, sebab itu ketajaman subjektif seperti
yang terlihat oleh mata manusia tergantung pada kontras
gambar.
Faktor faktor yang mempengaruhi ketidak tajaman gambar
adalah :
(2.1) Pergerakan Geometri ( Unsharpness Geometri)
Pergerkan geometri akan mengakibatkan terjadinya
ketidak tajaman foto rontgen yang disebakan oleh
bintik focus sehingga film menjadi hitam dan terdapat
pusat yang bening dikelilingi oleh pingir pinggir yang
kabur.
Pergerakan geometri dapat diketahui dengan
menggunakan rumus :
d
Ug¿ a … … … … … … … … … … …..(2.1)
f −d
Keterangan :
Ug : Unsharpness geometric (ketidak tajaman geometri)
a : Bintik focus
d : Jarak objek ke film (OFD)
f : Jarak focus ke film (FFD)
ketidak tajaman geometri dapat diperkecil dengan cara
menggunakan ukuran focus yang seminimal mungkin, jaral
focus ke film sesuai dengan standart dan jarak objek ke film
sekecil mungkin.
24

(2.2) Ketidak tajaman akibat pergerakan (Unsharpness


Movement)
Unsharpness movement dapat terjadi bila ada gerakan
selama waktu penyinaran berlangsung dari tabung sinar-
X film atau objek yang diperiksa. Pergerakan tersebut
dapat menyebabkan gambaran rontgen akan tidak tajam,
dimana pinggiran objek dalam gambar akan kabur dan
densitas akan menurun, hal ini dapat dihitung dengan
rumus :

f
Um= v … … … … … … … … … …(2.2)
f −d
Keterangan :
Um : Unsharpness movement
d : Jarak objek ke film
f : Jarak focus ke film
v : Kecepatan gerakan objek
t : waktu ekspose
Ketidak tajaman karena gerakan dapat di perkercil
dengan jarak objek ke film kecil, ukuran bintik focus
kecil, jarak focus ke film sesuai dengan standart, waktu
eksposure dipersingkat.
(2.3) Ketidak Tajaman Akibat Fotografik (Unsharpness
Fotographic)
Ketidak tajaman akibat fotografik dapat terjadi karena
kondisi pemotretan yang kurang tepat, pemakaian jenis
film dan pengaturan luas lapangan penyinaran yang tidak
sesusai dengan objek.
Pada kondisi penyinaran, besarnya kV umumnya
dikaitkan dengan daya tembus sinar-X, makin besar kV
25

yang di gunakan maka semakin besar pula daya tembus


sinar-X, demikian pula sebaliknya. Umumnya besar kV
menunjukan kualitas radiasi sedangkan mAs (milli
Ampere second) adalah perkalian antara besaran nilai
ampere dengan waktu eksposi, umumnya mAs
menunjukan kwantitas radiasi.

b. Detail
Detail adalah kemampuan menggambarkan stuktur-struktur kecil
dari objek yang akan di periksa (Ballinger, 2003). Beberapa faktor
yang mempengaruhi datail antara lain.
1. Pergerakan
2. IP yang tidak kontak
3. Ketidak tajaman geometri
4. Ketidak tajaman screen

Agar kekaburan geomtri tidak terjadi, semua hal tentang


radiografi harus di pertimbangkan. Kekaburan screen terjadinya
hanya pada jika screen dipakai. Kekaburan karena pergerakan
terjadi pada rongga thorax, rongga abdomen bagian bawah, dan
pada semua organ yang tidak dapat diberhentikan sementara
pergerakannya. Ketidak tajaman akibat IP yang tidak kontak
dapat dihindari dengan teknik yang benar.

c. Kontras
Kontras adalah perbedaan derajat kehitaman pada gambaran
radiografi. Pengukuran kontras ada dua bagian yaitu :
1. Kontras objektif adalah perbedaan tingkat kehitaman dari bagian
gambar dimana dapat dinyatakn dalam bentuk angka (diukur
dengan alat densitometer)
26

2. Kontras subjektif adalah nilai kontras secara visual, tidak dapat


dinyatakan dengan nilai kwantitatif sebab penilaian dilakukan
secara individual.

d. Densitas
Densitas dikenal dengan derajat kehitaman film. Densitas
penglihatan dari radiografi harus berada di dalam kisaran
diagnostic. Jika hasil gambaran radiografi terlalu terang atau gelap
maka diagnosa yang akurat menjadi sulit (Ballinger, 2003).

2. PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang memperlajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan
yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau
sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan
terkena radiasi yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi
(Akhadi, 2000).
A. Tujuan Keselamatan Radiasi
Tujuan keselamatan radiasi yaitu :
1) Mencegah terjadinya efek non-stokastik yang berbahaya, dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai
batas yang dapat diterima masyarakat.
2) Untuk meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan
dengan penyinaran radiasi dapat dibenarkan.
B. Nilai Batas Dosis (NBD)
Nilai batas dosis adalah dosis terbesar yang di izinkan oleh
BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota
masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek
genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
1. Nilai batas dosis pekerja radiasi :
27

a) Dosis efektif rata rata sebesar 20 mSv (dua puluh milisilvert)


pertahun dalam periode 5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100
mSv (seratus milisilvert).
b) Dosis ekivalen sebesar 50 mSv (lima puluh milisilvert) dalam 1
(satu) tahun tertentu.
c) Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 20 mSv (dua puluh
milisivert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv
(lima puluh milisilvert) dalam 1 (satu) tahun tertentu.
d) Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (lima ratus
milisilvert) pertahun.
e) Dosis ekivalen untuk tangan dan kaki sebesar 500 mSv ( lima
ratus milisilvert) per tahun.
2. Nilai Batas Dosis Anggota Masyarakat :
a) Dosis efektif seluruh tubuh 1 mSv dalam 1 tahun.
b) Dosis ekivalen untuk lensa mata 15 mSv dalam 1 tahun.
c) Dosis ekivalen untuk kulit 50 mSv dalam 1 tahun.
C. Jenis-Jenis Efek Radiasi Terhadap Manusia
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi dapat
dibedakan atas:
a) Efek genetik yaitu efek yang dirasakan oleh keturunan dari
individu yang terkena paparan radiasi.
b) Efek somatic yaitu efek yang dapat dirasakan oleh individu
yang terpapar radiasi.
2. Berdasarkan dosis radiasi dapat dibedakan atas :
a) Efek stokastik adalah akibat dimana kemungkinan terjadinya
efek dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dan tanpa
suartu nilai ambang.
b) Efek non-stokasitik adalah akibat dimana tingkat keparahan
dari akibat radiasi ini tergantung pada dosis radiasi yang
diterima dan oleh karena itu diperluka suatu nilai ambang.
28

D. Cara Perlindungan (Proteksi Radiasi) Yang Dilakukan


1. Terhadap pasien
a) Pemeriksaan dilakukan hanya atas permintaan dokter.
b) Menggunakan luas lapangan penyinaran sesuai dengaN
kebutuhan objek.
c) Mengatur kondisi penyinaran dengan tepat (kiloVolt,
miliAmpere, second).
d) Menggunakan apron bila digunakan.
2. Terhadap personil
a) Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusak
perlengkapan pelindung berlapis PB.
b) Tidak memegang pasien pada saat ekspose berlangsung bila
diharuskan maka memakai apron.
c) pada saat eksposi, personil harus senantiasa berlindung
dibelakang tabir pelingdung.
3. Terhap masyarakat umum
a) Menutup pintu ruangan ketika pemeriksaan sedang
berlangsung.
b) Dinding ruangan pemeriksaan harus berlapis PB dengan tebal
maksimum 0,5 mm Pb agar tidak dapat ditembus oleh sinar-
X.
c) Tidak mengarahkan tabung sinar-X kearah ruang tunggu
(Bapeten, 2013).
sinar-X merupakan sumber radiasi eksternal. Bahaya
sumber radiasi eksternal ini dapat dikendalikan dengan
menggunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu
pengaturan waktu, pengaturan jarak, dan pengaturan perisai
radiasi.
(1) Pengaturan waktu
29

Paparan radiasi yang diterima pasien selama


pemeriksaan ditentukan oleh lamanya waktu pasien
terkena X-ray. Waktu eksposure yang lebih pendek
mengakibatkan dosis paparan radiasi yang lebih rendah
terhadap pekerja radiasi dan pasien itu sendiri.
(2) Faktor jarak
Dosis berbanding terbalik dengan hukum kuadrat
jarak, dimana pertambahan jerak akan mengurangi nilai
paparan radiasi dengan catatan tidak mempengaruhi hasil
gambar.
(3) Fakror penahan radiasi (perisai).
(3.1) Alat pelindung diri
Apron pelindung harus mempunyai ketebalan
timbal 0.25 atau 1.0 milimeter yang mana dapat
melindungi menyerupai timbal murni. Apron
pelindung, sarung tangan, pelindung clot bucky, dan
perisai lipat di desain untuk mencegah radiasi
hambur dan mengurangi paparan radiasi kepada
pekerja radiasi. Kacamata timbal dan pelindung
thyroid bisa juga digunakan untuk melindungi area
tubuh yang spesifik.
(3.2) Perisai ruangan
Perisai ruangan di desai untuk mencegah transmisi
dari radiasi melewati dinding ruangan. Hampir
semua ruagan diagnostik memiliki perlindungan
setidaknya di beberapa dinding. Ketebalan dari
penghalang tergantung dari jarak sumber radiasi,
penggunaan ruangan disisi lain dinding, dan jumlah
waktu paparan yang diarahkan ke dinding.
Ada dua jenis perisai yaitu :
30

(3.2.1) Perisai primer yaitu memberikan


proteksi terhadap radiasi primer atau berkas
sinar guna yang di arahkan langsung ke
dinding.
(3.2.2) Perisai sekunder yaitu memberikan
yaitu memberikan proteksi radiasi terhadap
radiasi sekunder (sinar bocor dan sinar
hambur). Radiasi sekunder memiliki energi
rendah dari pada radiasi primer (Rasad, 2005).

E. PERLENGKAPAN RADIOGRAFI
Perlegkapan radiografi adalah alat alat penunjang yang digunakan untuk
membuat foto rontgen selain sinar-X demi terlaksananya pemeriksaan.
1. Sistem Pencatatan Gambaran Radiography
Ada beberapa sitem pencatatan gambaran radiografi yaitu :
a) Computed Radiography
Computed radiography adalah proses digitalisasi gambar yang
menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data
gambar. Dalam computed radiography terdapat sistem componen
utama yaitu, image plate (IP), image reader, image console, dan
imager (printer) berupa digitalisasi gambar yang menggunakan lembar
atau photostiulable plate untuk akusisi data gambar (Ballinger, 2003).
Pada radiography konvensional menggunakan IP, film dan screen
sedangkan pada computed radiography hanya menggunakan imaging
plate untuk mengambil gambar radiography. Walaupun imaging plate
secara fisik tampak seperti menggunakan screen yang sama dengan
radiography konvensional, tetapi imaging plate mempunyai fungsi
yang sangat berbeda. Karena imaging plate hanya berfungsi untuk
menyimpan sinyal kedalam photo stimulable phospor (PSP) dan
31

kemudian menyampaikan informasi gambar dalam bentuk data digital


(Ballinger, 2003).

b) Komponen Computed Radiography (CR)


(1) Imaging Plate
Imaging plate adalah lembaran yang dapat menangkap gambar
dan menyimpan bayangan laten, terdiri dari lapisan posfor dan
lapisan pendungkung. Imaging plate ditempatkan dalam IP setelah
itu kita lakukan ekspose dengan sinar-X (Ballinger, 2003).
Sinar-X yang menembus objek akan mengalami atenuasi
sehingga energi dari sinar-X ditangkap oleh imaging plate
tersebut, lalu di olah menjadi data digital. Gambaran dari imaging
plate dibaca dengan laser scanner setelah diubah menjadi data
dapat diolah dengan bantuan computer untuk memberikan data
yang baik untuk pasien.
Dengan image reader memungkinkan mendapatkan gambaran
dalam waktu yang singkat. Dengan menggunakan photo multifier,
cahaya tampak tersebut di tangkap dan digandakan serta di perkuat
intensitasnya kemudian di ubah menjadi sinyal elektrik. Sinyal
tersebut direnkontruksikan menjadi sebuah gambaran yang tampil
pada layar monitor, pembacaan selesai data gambar pada imaging
plate secara otomatis akan terhapus oleh intense light sehingga
imaging plate dapat digunakan kembali.
Stuktur dari imaging plate alalah :
32

Gambar 2.9 Stuktur dari Imaging Plate (Ballinger, 2003).


a. Protective layer yaitu berukuran tipis dan transparan berfungsi
untuk melindungi Image Plate.
b. Phospor layer yaitu mengandung barium flourohalida dalam
bahan pengikatnya.
c. Support layer yaitu mempunyai struktur dan fungsi yang sama
seperti yang ada pada intensufying screen.
d. Conductive layer yang terdiri dari kristal konduktif yang
berfungsi untuk mengurangi masalah yang di sebabkan oleh
electronic dan menyerap cahaya untuk meningkatkan ketajaman.
e. Light shield layer yaitu lapisan yang berfungsi untuk mencegah
cahaya masuk saat proses penghapusan data dari (imaging
plate), kebocoran, dan menurunkan resolusi spasial (Ballinger,
2003).
33

Imaging Plate

Gambar 2.10 Imaging Plate. (Ballinger, 2003)


(2) Image Reader
Image reader berfungsi sebagai pembaca dan mengolah
gambar yang diperoleh dari image plate. Semakin besar kapasitas
memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk
proses pembacaan image plate, dan mempunyai daya simpan
34

yang besar. Waktu tercepat yang diperlukan untuk membaca


imaging plate pada image reader yaitu selama 64 detik.
Selain tempat dalam proses pembacaan, image reader
mempunyai peranan yang sangat penting juga dalam proses
pengolahan gambar, sistem transportasi image plate serta
penghapusan data yang ada di image plate. Image reader sudah
dilengkapi dengan monitor yang berfungsi untuk menampilkan
gambaran yang sudah dibaca oleh image reader.

Gambar 2.11 Image Reader (Ballinger, 2003).


(3) Image Console
Image console berfungsi sebagai pembaca dan pengolahan
gambar yang di peroleh dari IP dengan menggunakan
optoelectronic laser scanner.Dilengkapi dengan preview monitor
untuk melihat gambar radiografi yang dihasilkan, apakah
goyang, terpotong dll, berupa computer khusus untuk medical
imaging dengan touch screen monitor.
35

Imaging console dilengkapi oleh berbagai macam menu yang


menunjang dalam proses editing dan pengolahan gambar sesuai
dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambaran organ
tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue. Terdapat menu
yang sangat diperlukan dalam teknik radiografi yaitu kita bisa
mempertinggi atau mengurangi densitas, ketajaman, kontras dan
detail dari suatu gambaran radiografi yang di peroleh.

Gambar 2.12 Imaging Console (Ballinger 2003).


(4) Imager (Printer)
Imager mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu
pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah
diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image plate
kemudian di baca oleh image reader dan diolah oleh image
console terus dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses
output dapat berupa media compact disc sebagai media
penyimpanan atau dengan printer laser yang berupa laser
imaging film.
36

Gambar 2.13 Image Printer (Ballinger, 2003).


(5) Film Computed Radiography
Film computed radiography juga disebut film laser
imaging.Film laser adalah film single emulsi yang sensitive
terhadap cahaya merah yang dipancarkan oleh laser. Merupakan
alat pengolahan gambar dan memprosesnya diatas film. Film
yang digunakan adalah photo thermographic yang menggunakan
butiran perak berhenate (Ag22H4302) (Ballinger, 2003).
(6) Image Plate Computed Radiography
Image Plate depan pada computed radiography terbuat dari
carbon dan bagian belakang terbuat dari aluminium, IP ini
berfungsi sebagai pelindung imaging plate. Phospor Screen (IS)
pada IP analog berfungsi mengubah sinar-X menjadi sinar
tampak. IP CR hanya berisi plate yang dilapisi pospor (barium
fluorohalida), bentuknya seperti IS pada IP analog yang
berfungsi mengubah sinar-X menjadi sinar tampak. Imaging
Plate (IP) merupakan lembaran yang dapat menangkap dan
menyimpan sinar-X.
a. Cara kerja IP
1) Storage phospor screen di ekspose seperti biasa.
2) Phospor menyerap radiasi pada derajat yang berbeda beda
tergantung pada area anatomikalnya.
37

3) Phospor di isi oleh radiasi, besarnya isian tersebut


tergantung pada besarnya energi sinar-X yang di serap.
4) Isian ini bertahan pada materi phospor sampai dihapus.
5) Ukuran Image Plate CR :
- 18 Cm x 24 Cm
- 24 Cm x 30 Cm
- 35 Cm x 35 Cm
- 35 Cm x 43 Cm

(7) Marker
Semua radiografer harus membuat marker yang berisikan
informasi antara lain :
a. Waktu pemeriksaan.
b. Nama pasien atau nomor identifikasi.
c. Marker anatomy yaitu R (Right) penanda sebelah kanan, L
(Left) penanda sebelah kiri.
d. Identitas rumah sakit.
Identifikasi yang benar sangat penting dan harus selalu
terkonfirmasi. Sistem CR menggunakan komputer dalam
pembuatan marker. Radiografer memasukan data identitas pasien
dana data lainnya via komputer. Marker pada CR (Computed
Radiography) diatur ketika pemrosesan di image console
sehingga kita tidak perlu menggunakan marker manual. Akan
tetapi ketika ada pemotretan corpus alienum yang diakibatkan
karena adanya penekanan (punction) maka marker manual akan
di butuhkan untuk menandai masuknya benda asing dan melihat
sejauh mana benda asing tersebut masuk kedalam tubuh pasien.
(8) Grid
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi
radiasi hambur agar tidak sampai ke film tontgent (Rasad, 2005).
38

Grid terdiri atas jalur-jalur lapisan tipis timbal yang disusun


tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi.
a. Pembagian grid menurut pergerakannya dibedakan
menjadi
1) Grid bergerak (moving grid) disebut lysholom, jenis grid ini
didalam kegunaannya diletakkan diantara meja
pemeriksaan dan dapat dipindah-pindahkan.
2) Grid diam (stationary grid) disebut bucky, jenis grid ini
didalam penggunaanya berada dibawah meja pemeriksaan
dan tidak dapat dipindah pindahkan.
b. Menurut susunannya grid dibadakan menjadi 4 yaitu :
1) Grid linier
Grid linier adalah jalur (lempeng) yang satu dengan
yang lain sejajar pada grid ini terjadi penyerapan
radiasi primer lebih besar dari pada daerah tanpa grid.
2) Pocussed Grid
Pocussed Grid adalah grid yang mempunyai garis
garis Pb yang berangsur tambah miring dari pusat
ketepi sehinga titik perpotongannya bertemu ketitik
fokus.
3) Pseudo pocussed grid
Pseudo pocussed grid adalah jarak antara jalur dari
pusat ketepi yang sama tetapi tebalnya berbeda.
4) Crossed grid
Crossed grid adalah grid yang diletakkan satu diatas
dengan yang lain bersilang, crossed grid sebagai pusat
sinar-X terus tepat ditengah grid dan tegak lurus.
(9) Cara kerja computed radiography
a . Imaging Plate, dilakukan eksposi, pada saat sinar-X
menembus objek, akan terjadi atenuasi (diperlemah) akibat
39

dari kerapatan objek karena berkas sinar-X yang melalui


objek tersebut, kemudian membentuk bayangan laten.
b. Kemudian imaging plate dimasukan kedalam image reader.
Di dalam imaging reader, bayangan laten yang tersimpan
pada permukaan phospor dibaca dan dikeluarkan
menggunakan cahaya infra merah menstimulus phospor,
sehingga energi yang tersimpan berubah menjadi cahaya
tampak.
c. Cahaya yang di keluarkan dari permukaan plate, akan
ditangkap oleh pengumpulan cahaya yang mengubah energi
cahaya menjadi sinyal listrik analog.
d. Signal analog ini diubah menjadi signal digital oleh rangkaian
analog to digital converter (ADC) dan diproses dalam
komputer.
e. Setelah pembacaan selesai, data gambar pada imaging plate
dikenai cahaya yang kuat hal ini membuat plate dapat
dipergunakan kembali.
f. Setelah gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut
dapat di rekontruksi atau dimanipulasi pada imaging console
sehingga mendapat gambaran yang di inginkan, apabila
gambaran sudah baik maka dua pilihan apakah dicetak dengan
film atau disimpan didalam file khusus, jika ingin di cetak
maka gambaran akan di cetak menggunakan image recorder
yang di cetak ke film jenis bluethernal film atau dry view
film.

F. Kelebihan Computed Radiography (CR) Di Bandingkan Dengan


Radiografi Konvensional (Papp, 2006)
1. Tidak memerlukan kamar gelap.
2. Angka penolakan lebih rendah.
40

3. Kualitas gambar dapat di tingkatkan.


4. Resolusi kontras lebih tinggi dan latitude eksosi lebih luas dibandingkan
dengan emulsi film radiografi.
5. Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hardcopy maupun
penyimpanan elektronik.
6. Dosis pasien lebih rendah karena meningkatnya quantrum detection
efficiency dari phospor image plate hingga 50%.

G. Kekurangan Computed Radiography (CR) (Papp, 2006)


1. Biaya yang cukup tinggi untuk imaging plate, unit CR reader, serta
hardware dan software untuk workstation.
2. Resolusi spatial lebih rendah karena dipengaruhi oleh ukuran kristal
imaging plate, ukuran laser beam pada unit CR reader dan ukuran
matriks.
3. Pasien mendapatkan radiasi berlebih atau over exsposed.
4. Adanya artefak pada gambar dapat terjadi jika menggunakan grid.
41

Anda mungkin juga menyukai