Anda di halaman 1dari 46

ABSTRAK

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI YAYASAN


SINAR AMAL BHAKTI MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH, 2021

ASIH EKA PRATIWI R (18.001)


“RADIOGRAFI THORAX DENGAN SANGKAAN TUBERCULOSIS DAN
EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT COLUMBIA ASIA MEDAN”
V BAB, 45 halaman, 17 gambar, 1 lampiran.
Rongga dada atau Thorax merupakan gabungan dari 3 (tiga) bagian, yaitu bony
thorax, system pernapasan, dan mediastinum. Tuberculosis merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyerang
dan merusak jaringan paru - paru. Tuberculosis adalah salah satu jenis penyakit yang
paling umum terjadi. Efusi Pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan
absorpsi cairan cavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik
berupa transudat maupun eksudat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prosedur
pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura di
Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jenis Pemeriksaan yang digunakan adalah
pemeriksaan kualitatif. Teknik pengambilan data berdasarkan hasil wawancara dan
konsultasi serta dokumentasi. Pemeriksaan ini dilakukan di Rumah Sakit Columbia
Asia Medan pada tanggal 15 Maret 2021. Teknik pemeriksaan ini menggunakan
Proyeksi Antero-Posterior dengan hasil ekspertise dokter radiologi “jantung dalam
batas normal, sinus kanan dan kiri agak tumpul, diafragma kanan elevasi, diafragma
kiri biasa. Paru – paru : tampak bercak pada paru – paru kanan dan perselubungan
inhomogens pada paru kiri”. Kesan Tuberculosis dan Efusi Pleura Thorax.
Kata kunci : Thorax, Tuberculosis dan Efusi Pleura

1
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : RADIOGRAFI THORAX DENGAN SANGKAAN TBC


DAN EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT COLUMBIA
ASIA MEDAN
NAMA : ASIH EKA PRATIWI RITONGA
NIM : 18.001
PROGRAM : PENDIDIKAN DIPLOMA III TEKNIK
RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing

(Djamiandar Simamora, DMF, S.Pd, M.Pd)

Direktur Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi


Yayasan Sinar Amal Bhakti
Medan

( Djamiandar Simamora, DMF, S.Pd, M.Pd )


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Thorax adalah suatu organ tubuh bagian atas di antara leher dan perut.
Anatomi radiografi pada dada dibagi menjadi tiga bagian: bony thorax, sistem
pernapasan, dan mediastinum. (Bontrager,2018)
Tuberculosis merupakan infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana
cairan terkumpul pada ruang antara lapisan parietal dan viseral dari pleura.
Biasanya berisi cairan serosa, namun juga mengandung bahan lainnya.
(Medical,2016)
Pasien yang menderita penyakit Tuberculosis akan mengalami gejala
klinis umumnya berupa batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih),
biasanya berdahak dan mengeluarkan darah, berkeringat pada malam hari.
Gejala klinis pada penderita Efusi Pleura mengalami sesak napas, nyeri dada,
terutama saat menarik dan membuang napas dalam-dalam (dikenal dengan
nyeri pleuritik) batuk kering.
Untuk memperlihatkan ada tidaknya kelainan Tuberculosis dan Efusi
Pleura maka dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan memanfaatkan
bantuan sinar-X untuk mengetahui letak kelainan tersebut.

B. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di atas, pada pelaksanaan radiografi Thorax
dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura penulis membatasi masalah
sebagai berikut: menggunakan proyeksi Antero Posterior. Pada pemeriksaan
Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura ini menggunakan
pesawat rontgen General X-ray dengan kapasitas 630 mA. Proses pencatatan

1
2

gambar radiografi menggunakan Computer Radiography (CR) untuk efisiensi


kerja dan meningkatkan kualitas foto rontgen.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura, penulis dapat mengidentifikasi perumusan masalah yaitu: “Apa
upaya yang dilakukan untuk memperoleh gambaran radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura secara optimal?”

D. Tujuan Penelitian
Pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura mempunyai tujuan yaitu :
1. Bagi Penulis : Untuk menerapkan teori radiografi yang diperoleh di
perkuliahan dan praktek klinik di beberapa rumah sakit.
2. Bagi Pasien : Untuk mengetahui penyakit yang diderita.
3. Bagi Dokter : Untuk memberikan informasi secara radiologi atau
petunjuk tindakan (operasi) selanjutnya.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura adalah:
1. Untuk Penulis
Dengan menerapkan semua pengetahuan penulis yang di dapatkan
selama proses belajar di institusi ATRO Sinar Amal Bhakti Medan dan
juga pengalaman yang di peroleh selama mengikuti praktek klinik di
beberapa rumah sakit.
2. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan agar hasil penelitian yang di lakukan dapat menjadi acuan
dan pertimbangan untuk dilaksanakan pada pelaksanaan radiografi Thorax
3

dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura di instalasi radiologi RS


Columbia Asia Medan.
3. Untuk institusi ATRO Yayasan sinar Amal Bhakti Medan
Dengan harapan agar hasil penelitian radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura yang dilakukan di RS Columbia
Asia Medan, khususnya Tingkat III yang akan melaksanakan ujian akhir
program dan melakukan penelitian. Hasil penelitian ini juga diharapkan
agar membantu buku referensi di ruang perpustakaan ATRO sinar Amal
Bhakti Medan.

F. Metode Pemeriksan
Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura, untuk dapat mengumpulkan data-data pada karya tulis ilmiah ini,
penulis melakukan:
a. Studi kepustakaan
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah pemeriksaan
yang dipilih, maka penulis banyak membaca buku literatur atau buku
referensi di perpustakaan yang memiliki hubungan dengan pemeriksaan
radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura.
b. Wawancara dan diskusi
Yaitu penulis melaksanakan pendekatan wawancara terhadap pasien
dan keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan
diskusi dengan radiografer tentang teknik pemeriksaan Radiografi Thorax
dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura.
c. Konsultasi
Yaitu penulis melakukan konsultasi dengan dokter spesialis radiologi
untuk membahas jawaban foto mengenai kelainan pada hasil foto dan
dengan dokter spesialis paru membahas tentang penyebab terjadinya
patologi Tuberculosis dan Efusi Pleura.
4

d. Dokumentasi
Yaitu penulis mengumpulkan beberapa gambaran radiografi dari
Thorax baik yang normal maupun ada kelainan khususnya Tuberculosis
dan Efusi Pleura.

G. Isi Penulisan
Sistematis dari penulisan karya tulis ini dibagi lima bab, dimana setiap bab
membahas hal-hal sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penulisan dan isi penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Berisikan uraian dasar yang meliputi anatomi, fisiologi,
patologi, etiologi, teknik radiografi, teknik pesawat rontgen,
fisika radiodiagnostik, proteksi radiasi dan perlengkapan
radiografi.
BAB III : METODE PENELITIAN
Menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisa hasil.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan tentang hasil dan pembahasan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan terhadap pemeriksaan yang dilakukan
dan saran yang di ajukan untuk mencapai hasil optimal.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi, Fisiologi, Patologi, Etiologi


1. Anatomi
Anatomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari ana yang artinya
memisah-misahkan atau mengurangi dan tomos yang artinya memotong-
memotong. Anatomi berarti mengurai dan memotong. Ilmu bentuk dan
susunan tubuh dapat diperoleh dengan cara mengurai badan melalui
potongan bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan
yang lain. (Syaifuddin,2006)
a. Thorax terdiri dari susunan tulang yang melindungi rongga dada yang
terdiri dari :
1) Tulang Dada
Tulang dada menjadi tonggak dinding depan dari thorax (rongga
dada) bentuknya gepeng dan sedikit melebar, yang terdiri dari 3
bagian yaitu :
a) Manubrium Sterni, Bagian tulang dada sebelah atas yang
membentuk persendian dengan tulang selangka (klavikula) atau
tulang iga.
b) Korpus Sterni, Bagian yang terbesar dari tulang dada dan
membentuk persendian dengan tulang-tulang iga.
c) Prosesus Xifoid, Bagian ujung dari tulang dada dan pada bayi
masih berbentuk tulang rawan.
2) Tulang Iga
Os kosta atau tulang iga banyaknya 12 pasang (24 buah), kiri dan
kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan
perantaraan tulang rawan, bagian belakang berhubungan dengan ruas –
ruas vertebra torakalis dengan perantaraan persendian, perhubungan

5
6

ini memungkinkan tulang–tulang iga dapat bergerak kembang kempis


menurut irama pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam :
a) Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan
langsung dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
b) Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang,
berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan
dari tulang iga sejati ke-7.
c) Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang,
tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.

3) Ruas Tulang Belakang


Bentuk dari tiap–tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama
hanya ada perbedaannya sedikit bergantung pada kerja yang
ditanganinya, Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1. Badan ruas merupakan bagian terbesar, bentuknya tebal dan kuat
terletak di sebelah depan.
2. Lengkung ruas, bagian yang melingkari dan melindungi lubang
ruas tulang belakang, terletak di sebelah belakang dan pada bagian
ini terdapat beberapa tonjolan yaitu :
(1) Prosesus spinosus/taju duri, terdapat di tengah lengkung ruas,
menonjol ke belakang.
(2) Prosesus transversum/taju sayap, terdapat di samping kiri dan
kanan lengkung ruas.
(3) Prosesus artikularis/taju penyendi, membentuk persendian
dengan ruas tulang belakang (vertebralis). (Syaifuddin,2006)
7

Gambar 2.1 Anatomi Thorax dari depan (Bontrager,2018)

b. Isi organ pada rongga dada, terdiri dari :


1) Paru-paru
Pulmo merupakan organ respirasi dan terletak di masing-masing
sisi mediastinum dikelilingi oleh cavitas pleuralis dexter dan sinister.
Udara memasuki dan meninggalkan pulmo melalui bronchus
principalis, yang merupakan cabang trachea.
Arteri pulmonalis dextra dan sinistra mengalirkan darah
deoksigenasi ke pulmo dari ventriculus dexter cordis. Darah
teroksigenasi Kembali ke atrium sinistrum melalui venae pulmonales.
Normal pulmo dexter sedikit lebih besar dibandingkan pulmo
sinister karena mediastinum medium, yang berisi jantung, lebih
menonjol ke kiri dibandingkan ke kanan. Paru-paru kanan biasanya
memiliki tiga lobus, dan paru-paru kiri, dua lobus.
Tiap pulmo memiliki bentuk separuh kerucut, dengan basis, apex,
dua permukaan, dan tiga batas-batas.
a) Basis berada di atas diaphragma.
b) Apex berproyeksi di atas costa 1 dan ke dalam pangkal leher.
c) Dua permukaan-facies costalis terletak langsung berdekatan
dengan costae dan spatium intercostale dinding cavitas thoracis. Di
8

anterior, facies mediastinalis terletak berhadapan dengan


mediastinum dan di posterior dengan columna vertebralis dan
berisi hilum pulmonis yang berbentuk koma, yang melaluinya
banyak struktur masuk dan keluar.
d) Tiga batas-margo inferior pulmo tajam dan terpisah dari basis
permukaan costalis. Margo anterior dan posterior memisahkan
facies costalis dari permukaan medial. Tidak seperti margines
anterior dan inferior, yang tajam, margo posterior halus dan
membulat.
Pulmo terletak langsung berdekatan dengan, dan terdesak oleh,
struktur-struktur yang terdapat di daerah atasnya. Cor dan pembuluh-
pembuluh darah besar menonjol pada mediastinum sehingga mendesak
permukaan medial pulmo; costae mendesak facies. (Gray,2012)

Gambar 2.2 Anatomi Pembagian Lobus (Gray,2012)


2) Jantung
Bentuk dan orientasi cor seperti piramida terbalik yang berdiri di
atas satu sisinya, Berada di dalam cavitas thoracis, apex piramida ini
menghadap ke depan, bawah, dan ke kiri, sedangkan basisnya berada
di arah kebalikan apex dan menghadap ke posterior.
Cor pada posisi anatomis berada di atas facies diaphragmatica,
yang terdiri dari ventriculus sinister dan Sebagian kecil ventriculus
dexter yang terpisah oleh sulcus interventricularis posterior. Facies ini
menghadap ke inferior, di atas diaphragma, terpisah dari basis cordis
9

oleh sinus coronarius, dan membentang dari basis sampai apex cordis.
(Gray,2012)

2. Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan
dari tiap jaringan tubuh dan bagian dari alat tubuh tersebut. Anatomi
fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan bagian-
bagiannya, cara kerja serta fungsi alat tubuh. (Syaifuddin,2006)
Fungsi Thorax, kerangka yang menyediakan pelindung dari bagian-
bagian dada yang terlibat dengan pernapasan dan sirkulasi darah.
(Bontrager,2018)
Fungsi Paru-paru, sebagai tempat pertukaran oksigen dari udara
dengan karbon dioksida dari darah. Paru-paru mengambil oksigen dari
udara yang dihirup kemudian masuk ke aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh bagian sel, Ketika sel bekerja maka dihasilkan gas buangan berupa
karbondioksida dilepaskan melalui aliran darah. (Gray,2012)
Fungsi Jantung, secara fungsional cor terdiri dari dua pompa yang
terpisah oleh suatu sekat.
a. Pompa kanan menerima darah deoksigenasi dari tubuh dan
mengirimnya ke pulmo.
b. Pompa kiri menerima darah teroksigenasi dari pulmo dan
mengirimnya ke seluruh tubuh.
Setiap pompa terdiri dari atrium dan ventriculus yang terpisah oleh
suatu katup/vulva.
Atrium yang berdinding tipis menerima darah yang datang ke cor,
sedangkan ventriculus yang relatif berbanding tebal memompa darah ke
luar cor. Lebih banyak tenaga diperlukan untuk memompa darah keluar
cor menuju ke seleruh tubuh dibandingkan ke pulmo, sehingga dinding
muscularis ventriculus sinister lebih tebal dibandingkan ventriculus
dexter.
10

Septa interatriale, interventriculare, dan atrioventriculare memisahkan


keempat ruangan cor. (Gray,2012)

3. Patologi
Patologi adalah ilmu yang mengenai perubahan struktur dan berkaitan
dengan penyakit atau cedera. (Sloane,2004)
Tuberculosis Paru (selanjutnya disebut sebagai TB paru) adalah suatu
bentuk tersering dari penyakit Tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit
infeksi multi sistemik yang paling umum, dengan berbagai macam
gambaran klinis, dimana paru-paru adalah lokasi yang paling umum untuk
perkembangan penyakit tuberculosis ini.
Tuberculosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-
paru dengan gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan
pengobatan biasa, demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan
penurunan berat badan.
Tuberculosis paru dimulai dari masuknya bakteri mycobacterium
tuberculosis melalui air doplet dari seorang penderita. Selanjutnya bakteri
akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan paru sehingga terjadi
gejala sesak nafas dan batuk berdarah. Kelainan resiko terjadinya
Tuberculosis pada usia (15-49 Tahun) pada masa produktif.
(Riawati,2014)
Cairan pada Kavum Pleura pada dasarnya, sudah mengandung cairan
sekitar 0.1 ml/kg sampai 0.3 ml/kg yang berfungsi sebagai pelumas antara
permukaan pleura viseral dan parietal. Cairan pleura ini terus diproduksi
oleh sistem vaskular di permukaan pleura parietal dan diabsorpsi oleh
sistem limfatik di permukaan diafragma dan mediastinum dari pleura
parietal secara kontinu sehingga volumenya tetap dalam batas normal
tersebut. Walau demikian, pada Efusi pleura, terjadi ketidakseimbangan
11

antara produksi dan absorpsi cairan ini sehingga terjadi akumulasi cairan
pleura.
Patofisiologi Efusi Pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi
dan absorpsi cairan di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi
cairan pleura, baik berupa transudat maupun eksudat. Keduanya terbentuk
melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan pleura
ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.
(Chandra,2018)

4. Etiologi
Etiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebab suatu
penyakit. (Rasad,2005).
Etiologi Tuberculosis paru (TB paru) adalah bakteri mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering
disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan bersifat aerob.
Basil ini berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil,
serta bersifat fakultatif. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai
panjang bersifat mikolik, kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua
komponen ini memproteksi kuman terhadap serangan sel liposom tubuh
dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan asam
(pewarna tahan asam).
Diketahui bahwa manusia adalah sebagai inang (host) terhadap
pertumbuhan dan perkembangbiakan basil tersebut.
Transmisi organisme ini secara primer terjadi melalui droplet di udara
yang berasal dari individu yang mengidap TB aktif, atau dalam stadium
infeksius TB. Walaupun pernah pula dilaporkan penularan melalui
transdermal dan gastrointestinal. (Riawati,2014)
Efusi Pleura didefinisikan sebagai adanya akumulasi cairan berlebih di
kavum pleura, ruang/rongga antara pleura viseral dan pleura parietal.
Penyebab Efusi Pleura bermacam-macam, baik akibat penyakit
12

paru/pleura yang dimiliki pasien, penyakit jantung, atau akibat penyakit


sistemik lainnya.
Efusi pleura dapat terjadi karena tiga mekanisme:
a. Ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik
b. Peningkatan produksi cairan pleura
c. Penurunan absorpsi limfatik
Efusi Pleura sendiri bukan merupakan penyakit, melainkan kondisi
medis yang muncul akibat penyakit tertentu yang mendasarinya.
Diagnosis Efusi Pleura dapat dicurigai dari pemeriksaan fisik serta
ditegakkan dengan pencitraan rontgen Thorax tampilan Postero-Anterior
dan Lateral. Pemeriksaan penunjang lain seperti analisis cairan pleura juga
penting dilakukan pada pasien Efusi Pleura untuk mengetahui etiologi
pasti dari Efusi Pleura tersebut. Sekitar 20% kasus Efusi Pleura masih
belum jelas penyebabnya sekalipun pemeriksaan penunjang sudah
dilakukan. (Chandra,2018)
Efusi Pleura terjadi saat kelebihan cairan terkumpul di dalam ruang
pleura. Saat cairan terkumpul di dalam ruang pleura, pulmo dapat kolaps
bila terjadi kenaikan volume cairan yang terkumpul. Begitu Efusi Pleura
terdiagnosis, cairan sering diaspirasi untuk menentukan penyebabnya,
yang dapat meliputi infeksi, keganasan, gagal jantung, penyakit hepar, dan
emboli pulmo. (Gray,2012)

B. Teknik Radiografi
Prosedur pemeriksaan radiografi Thorax pada kasus Efusi Pleura,
proyeksi khusus yang digunakan dalam prosedur pemeriksaan radiografi
Thorax untuk menegakkan diagnosa Efusi Pleura yaitu dilakukan dengan
menggunakan proyeksi Postero-Anterior dan Lateral. (Bontrager,2018)

Prosedur pemeriksaan radiografi Thorax pada kasus Tuberculosis


dilakukan dengan tiga proyeksi: yaitu proyeksi Postero-Anterior, Lateral
dan AP Lordotic. (Bontrager,2018)
13

1. Proyeksi PA (Postero-Anterior)
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Postero-Anterior.
Ukuran Kaset dipilih 35 cm x 35 cm, tergantung pada ukuran lebar
Thorax pasien.
Direkomendasikan untuk mengurangi perbesaran jantung dan
meningkatkan detail dari Thorax. Jika mungkin, selalu posisikan pasien
dalam posisi tegak, baik tegak di tempat duduk, sehingga diafragma
berada pada posisi terendah dan tingkat udara atau cairan terlihat.
(Ballinger,2006)
Posisi Pasien : Pasien berdiri pada posisi erect. Posisikan kepala pasien
tegak, menghadap ke arah kaset, dengan dagu
mendongak dan berpusat ke tengah bagian atas kaset.
Posisikan dagu pasien dan sesuaikan kepalanya sehingga
bidang midsagittal itu vertical. Posisikan pasien, dengan
kedua lengan disamping dan menempatkan punggung
tangan di belakang dan dibawah pinggul, dengan siku ke
depan. Pertengahan sagittal plane disetel pada sudut
kanan ke tengah kaset. (Ballinger,2006)
Posisi objek : Posisikan objek, dengan dada menempel pada kaset
dengan kedua lengan disamping dan menempatkan
punggung tangan di belakang dan dibawah pinggul,
dengan siku ke depan. Sesuaikan tinggi IR sehingga
batas atasnya kiri-kira (3,8 - 5 cm) diatas bahu yang
rileks. Arahkan pesawat ke tengah tubuh pasien ke garis
tengah IR. Jika payudara pasien wanita cukup besar
untuk ditaruh di bagian bawah paru-paru, mintalah
pasien untuk menarik payudaranya ke atas dan
14

mendatar. Mintalah pasien menempelkan buah dada di


pada IR (Image Receptor). Tempatkan shield gonads
pada panggul pasien. (Ballinger,2006)

Gambar 2.3 Proyeksi Postero-Anterior. (Ballinger,2006)

Central ray : Horizontal tegak lurus kaset.


Central Point : Pada mid sagittal plane setinggi thoracal 7 (Axilla)
FFD : 180 cm
Faktor Eksposi : 60 kV, 200 mA, 0,06 s.
Catatan : Inspirasi penuh. Paparan dilakukan setelah kedua
inspirasi penuh untuk memastikan ekspansi maksimum
paru-paru. Paru-parunya akan mengembang secara
cepat.
Kriteria Gambaran :
a. Bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
b. Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
c. Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
d. Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
e. Columna Vertebralis Thoracalis tampak s/d ruas keempat
f. Tampak bayangan bronchus
g. Foto simetris
15

h. Tampak marker R/ L

Gambar 2.4 Hasil Proyeksi Postero-Anterior. (Ballinger,2006)

2. Proyeksi Antero-Posterior
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Antero-Posterior.
Ukuran kaset yang digunakan 35 cm x 35 cm, tergantung pada ukuran
lebar Thorax pasien.

Posisi Pasien : Tempatkan pasien dalam posisi supine di atas meja


pemeriksaan, posisikan kedua tangan sejajar di samping
tubuh.

Posisi Objek : Sesuaikan IR sehingga batas atas adalah sekitar 1½ - 5


cm diatas bahu yang rileks. Dengan dagu sedikit
mendongak. (Ballinger,2006)
16

Gambar 2.5 Proyeksi Antero-Posterior. (Ballinger,2006)


Central ray : Vertikal tegak lurus kaset.
Central Point : Pada mid sagittal line setinggi thoracal 7 (Axilla)
FFD : 180 cm penuh. Paparan dilakukan setelah kedua
Inspirasi
Faktor Eksposi : 60 kV, 200 penuh
inspirasi mA, 0,06untuk
s. memastikan ekspansi
Catatan : maksimum paru-paru. Paru-parunya akan
mengembang secara cepat.

Kriteria Gambaran :
a. Bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
b. Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
c. Dinding lateral tidak terpotong.
d. Columna Vertebralis Thoracalis tampak s/d ruas keempat
e. Diafragma mencapai iga IX belakang
f. Tampak bayangan bronchus
g. Foto simetris
h. Tampak marker R/ L dan identitas pasien.
17

Gambar 2.6 Hasil Proyeksi Antero-Posterior. (Ballinger,2006)

3. Proyeksi Lateral
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Lateral.
Ukuran kaset yang digunakan 30 x 40 cm memanjang, tergantung
pada ukuran lebar Thorax pasien.
Posisi Pasien : Pasien dalam posisi tegak. Posisikan pasien true lateral,
dengan lengan di samping atas.
Posisi Objek : Sesuaikan posisi pasien sehingga bidang midsagittal
sejajar dengan IR dan bahu yang berdekatan menyentuh
kaset. Minta pasien merentangkan lengannya ke atas,
dengan lengan yang bersandar pada siku. Tahanlah
lengan dalam posisi tersebut. (Ballinger,2006).
18

Gambar 2.7 Proyeksi Lateral (Ballinger,2006)

Central Ray : Horizontal tegak lurus kaset.


Central Point : Kira-kira setinggi Thoracal 7
FFD : 180 cm
Faktor Eksposi : 70 kv, 200 mA, 0,08 s, 16 mAs.
Catatan : Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah
inspirasi penuh.
Kriteria Gambaran :
a. Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
b. Bagian Posterior mencakup Columna Vertebralis Thoracalis
c. Batas atas apex paru
d. Batas bawah sinus costophrenicus dan paru posterior
e. Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
f. Gambaran bahu tidak menutupi apex paru
19

Gambar 2.8 Hasil Proyeksi Lateral (Ballinger,2006)

4. Proyeksi AP Lordotic
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari AP Lordotic.
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang.
Posisi Pasien : Posisikan pasien pada posisi tegak, menghadap
tabung x-ray dan berdiri kira-kira setinggi (30,5
cm) di depan perangkat vertikal.
Posisi Objek : Posisikan tinggi IR sehingga bagian atas sekitar 7,6
cm di atas batas bahu Ketika pasien dalam posisi
lordotic. Posisi lordotic, sesuaikan tubuh pasien
untuk proyeksi Antero-Posterior, dengan pesawat
midsagittal yang terpusat pada garis tengah grid.
Posisikan pasien kira-kira 30° dari posisi yang
digunakan untuk proyeksi Antero-Posterior.
(Ballinger,2006)
20

Gambar 2.9 Proyeksi AP Lordotic (Ballinger,2006)


Central Point : Pertengahan sternum (3-4 inchi) di atas jugular notch.
Central Ray : Horizontal tegak lurus kaset.
FFD : 150 cm
Faktor Eksposi : 70 kv, 100 mA, 0,07s, 7mAs.
Catatan : Ekspose setelah ekspirasi penuh. (Ballinger,2006)

Gambar 2.10 Hasil Proyeksi AP Lordotic (Ballinger,2006)

C. Teknik Pesawat Rontgen


Pesawat rontgen adalah salah satu peralatan instalasi radiologi yang
mempunyai peranan penting untuk dapat memproduksi Sinar-X dan dapat
21

memberikan gambaran objek pada film rontgen. Dimana pada bidang medis
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa suatu penyakit. Untuk
memproduksi Sinar-X dibutuhkan suatu unit pesawat rontgen. (Meredith,
1977)

Adapun bagian-bagian dari pesawat rontgen adalah sebagai berikut:

1. Tabung Pesawat Rontgen (X-Ray Tube)


Tabung pesawat rontgen merupakan bagian dari unit pesawat rontgen,
merupakan wadah yang berbentuk silindrik, tempat diproduksinya Sinar-
X. Berfungsi untuk melindungi insert tube dari benturan dan guncangan.
(Meredith,1977)
Secara umum tabung rontgen terdiri dari :
a. Insert Tube (Tabung Rontgen Bagian Dalam)
Insert tube adalah tabung rontgen bagian dalam dan merupakan tempat
pembangkit Sinar-X yang terletak di dalam tube housing yang terbuat dari
kaca pyrex yang hampa udara dan di dalamnya terdapat katoda dan anoda.
Suatu tabung rontgen bagian dalam terdiri dari :
1) Katoda, yaitu elektroda yang bermuatan negatif dari sebuah
tabung rontgen. Pada katoda terdapat filament yang merupakan
sumber elektron yang membangkitkan Sinar-X yang terbuat dari
kawat tungstate dan focusing cup yang berfungsi mengarahkan
elektroda menuju bidang target dan letaknya mengapit filamen.
2) Anoda, yaitu elektroda yang bermuatan positif yang bentuk
permukaannya miring untuk tempat tumbukan elektron-elektron
(target). Target ini terbuat dari bahan wolfram yang mempunyai
daya panas yang tinggi dan mempunyai titik lebur yang tinggi.
Fungsi target adalah untuk menghentikan elektron-elektron yang
berkecepatan tinggi secara tiba-tiba.
3) Filamen, merupakan sumber elektron untuk membangkitkan Sinar-
X yang terbuat dari kawat tungstate.
22

b. Tube Housing (Tabung Rontgen Bagian Luar)


Merupakan wadah pembungkus yang terbuat dari bahan metal dan
dilapisi dengan Pb. Fungsinya sebagai tempat insert tube supaya
terhindar dari benturan maupun goncangan, sebagai penahan Sinar-X
agar keluar hanya melalui window. Bagian-bagian dari tube housing
yaitu:
1) Window, dilengkapi dengan box diafragma dan lampu kolimator.
2) Additional filter, berfungsi untuk menyaring Sinar-X menjadi
homogen, terbuat dari bahan aluminium dengan ketebalan tertentu.
3) Oli, berfungsi sebagai bahan isolasi dengan tegangan tinggi dan
pendingin.
4) Kolimator, pembatas luas lapangan penyinaran terdapat pada
jendela tabung.
Proses terjadinya Sinar-X adalah sebagai berikut :
a) Katoda (filament) dipanaskan (lebih dari 2000⁰C) dengan
mengalirkan arus listrik yang berasal dari transformator.
b) Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament)
terlepas.
c) Muatan listrik filament sengaja dibuat relatif lebih negatif terhadap
sasaran (target) dengan memilih beda potensial tinggi sehingga
electron-electron bergerak ke anoda.
d) Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,
electron bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah anoda (target).
e) Awan-awan electron yang sampai di anoda mendadak dihentikan
pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan Sinar-
X (<1%)
f) Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya Sinar-X yang
terbentuk dan hanya dapat keluar melalui jendela tabung.
23

Gambar 2.11 Tabung Pesawat Rontgen (Bushong,2001)

2. Transformator Tegangan Tinggi (HTT)


Transformator tegangan tinggi adalah sumber tegangan tinggi yang
digunakan untuk menggerakkan dengan cepat elektron-elektron melalui
tabung Sinar-X. Sebuah transformator yang selalu disebut trafo tegangan
tinggi, memiliki fungsi mengubah tegangan masuk sampai beribu-ribu
volt yang diperlukan untuk memproduksi tabung Sinar-X. Trafo ini adalah
trafo step up dengan dua kumparan mempunyai lebih banyak lilitan dalam
kumparan keduanya daripada kumparan pertama.
Trafo mempunyai 2 jenis kumparan, antara lain :
a. Kumparan Primer
Kumparan primer mengambil tegangan dalam bentuk arus tinggi
pada satu daya. Bila sangat tinggi harus mengalir, tahanan kawat
yang dilaluinya harus sekecil mungkin, jadi kawat kumparan
primer harus pendek dan tebal.
b. Kumparan Sekunder
Kumparan sekunder menyediakan kV dan mAs untuk tabung
Sinar-X, memberikan kuat arus yang jauh lebih besar dan tidak
banyak tegangan untuk mengirimkan arus maka daya akan hilang.
Dengan demikian kumparan sekunder dibuat dari kawat panjang
dan tipis.
24

3. Meja Kontrol (Control Table)


Meja control merupakan meja atau tempat mengendalikan kegiatan
pemeriksaan secara radiografi yang digunakan untuk menentukan
besarnya keluaran Sinar-X yang dibutuhkan untuk setiap kali ekspose
(paparan). Pada meja kontrol terdapat alat pengatur dan alat penunjuk.
(Bushong, 2001)
a. Line Switch
Tombol yang berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan
pesawat rontgen.
b. Line V ( Voltage Compensator)
Berfungsi untuk menunjukkan keadaan tegangan dari PLN. Jika
jarum indicator bergerak ke kiri artinya tegangan dari PLN
mengalami penurunan dan kita harus mengurangi jumlah lilitan
primer pada auto trafo dengan menggunakan Voltage
Compensator, Jika jarum indicator bergerak ke kanan maka kita
harus menambah jumlah lilitan primer pada auto trafo dengan
menggunakan Voltage Compensator.
c. kV Selector Radiografi
Alat untuk memilih besaran kV yang berfungsi untuk menentukan
daya tembus pada radiografi.
d. mA Selector Radiografi
Alat untuk memilih besaran mA yang digunakan pada radiografi.
e. Timing Selector Radiografi
Alat untuk memilih menentukan waktu eksposi pada radiografi.
f. kV Meter
Alat yang berfungsi untuk menunjukkan besaran kV yang
digunakan pada permeriksaan radiografi.
g. mA Meter Radiografi
Alat yang berfungsi untuk menunjukkan besarnya kuat arus yang
digunakan. (Maredith, 1977)
25

D. Fisika Radiodiagnostik dan Proteksi Radiasi

1. Fisika Radiodiagnostik
Fisika radiodiagnostik merupakan bagian dari cabang ilmu radiologi
yang memanfaatkan sinar pengion untuk membantu diagnosa dalam
bentuk foto yang bisa didokumentasikan. (Rasad, 2005)

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang panjangnya


1 Å atau 10⁻⁸cm sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar
ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Selain
itu, Sinar-X adalah sebagai sumber sinar yang merupakan hal mutlak yang
harus ada dalam pembuatan foto rontgen, juga diperlukan alat-alat
penunjang lainnya guna terlaksana suatu pemeriksaan radiografi.
(Rasad, 2005)

Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis


dan Efusi Pleura memerlukan kontras dan detail yang tinggi. Perbedaan
penyerapan Sinar-X dapat terjadi diakibatkan karena adanya perbedaan
nomor atom. Pada radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura yang paling diutamakan adalah kontras dan detail gambar.
a. Kontras Gambar
Kontras gambar merupakan fungsi untuk menampakkan bagian
anatomi dari organ. Kontras didefinisikan sebagai perbedaan nilai
densitas (derajat kehitaman) pada suatu radiograf. Karena itu
kontras sangat penting dalam mengevaluasi kualitas citra radiograf.
Kontras merupakan hasil perbedaan atenuasi sinar-X yang
menembus jaringan dengan ketebalan struktur yang berbeda,
kemampuan menembus jaringan ini sangat dipengaruhi oleh kV dan
mAs.
Kontras
Penilaian objektif,
kontras dapatyaitu perbedaan
dilihat gambaran
dengan dua hitam
cara, yaitu : dan putih
1) yang diukur, sehingga untuk mengetahui nilai densitas dan
kontras dari radiografi Thorax menggunakan grid dan tanpa
grid harus diukur dengan menggunakan alat densitometer.
26

Kontras subjektif, yaitu perbedaan persepsi atau dapat melihat


2) hasil radiograf Thorax antara menggunakan grid dan tanpa
grid secara langsung, sehingga bisa langsung menilai
perbedaan densitas dan kontras dari radiograf tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktajaman kontras


radiografi adalah :
1) Tegangan Tabung (kV)
2) Perbedaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi
oleh kerapatan jenis dan atom objek.
3) Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras.
4) Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi
dengan menyerap radiasi hambur.
b. Detail Gambar
Detail gambar pada radiografi adalah kemampuan penggambaran
struktur kecil dari objek yang diperiksa. Objek di dalam tubuh
terdiri dari berbagai ukuran. Semakin kecil ukuran objek maka
semakin detail gambar anatomi yang harus didapatkan.
Detail radiografi menggambarkan ketajaman dengan struktur-
struktur terkecil dari radiografi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi detail :
1) Ukuran focal spot
2) FFD
3) OFD
4) Jenis film dan IS yang digunakan

2. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau
teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan
dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau
27

kelompok orang terhadap kemungkinan terkena radiasi yang merugikan


kesehatan akibat paparan radiasi. (Akhadi,2000).
Tujuan proteksi radiasi adalah untuk mencegah terjadinya efek non
stokastik yang membahayakan dan membatasi peluang terjadinya efek
stokastik.
Prinsip dasar proteksi radiasi yang digunakan untuk mengendalikan
radiasi external yaitu:
1) Pengaturan Waktu
Paparan radiasi yang diterima pasien selama pemeriksaan
ditentukan oleh lamanya waktu pasien terkena x-ray. Waktu
exposure yang lebih pendek mengakibatkan dosis paparan radiasi
yang lebih rendah terhadap pekerja radiasi dan pasien itu sendiri.
2) Faktor Jarak
Dosis berbanding terbalik dengan hukum kuadrat jarak, dimana
pertambahan jarak akan mengurangi nilai paparan radiasi dengan
catatan tidak mempengaruhi hasil gambar.
3) Faktor Penahan Radiasi
a) Alat Pelindung Diri
Apron pelindung harus mempunyai ketebalan timbal 0,25 atau
1,0 milimeter yang mana dapat melindungi menyerupai timbal
murni. Apron pelindung, sarung tangan, pelindung clot bucky,
dan perisai lipat di desain untuk mencegah radiasi hambur dan
mengurangi paparan radiasi kepada pekerja radiasi. Kacamata
timbal dan pelindung thyroid bisa juga digunakan untuk
melindungi area tubuh yang spesifik.
b) Perisai Ruangan
Perisai ruangan di desain untuk mencegah transmisi dari
radiasi melewati dinding ruangan. Hampir semua ruangan
diagnostik dan fluosroskopi memiliki perlindungan setidaknya
di beberapa dinding. Ketebalan dari penghalang tergantung
28

dari jarak sumber radiasi, penggunaan ruangan di sisi lain


dinding, dan jumlah waktu paparan yang diarahkan ke dinding.
Ada dua jenis perisai yaitu :
(1) Perisai Primer yaitu memberikan proteksi terhadap
radiasi primer (berkas sinar guna) yang diarahkan
langsung ke dinding.
(2) Perisai Sekunder yaitu memberikan proteksi radiasi
terhadap radiasi sekunder (sinar bocor dan sinar
hambur). Radiasi sekunder memiliki energi rendah
daripada radiasi primer. (Rasad,2005)

E. Pencatatan Gambar Dan Perlengkapan Radiografi

1. Pencatatan Gambar Dengan Menggunakan Computed Radiografi (CR)


Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang
menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data
gambar. Kemudian data digital berupa sinyal-sinyal ditangkap Photo
Multiplier Tube (PMT) setelah itu cahaya tersebut digandakan dan
diperkuat intensitasnya. Data diubah menjadi sinyal elektrik yang akan
dikonversi kedalam data digital oleh Analog Digital Converter (ADC).
(Ballinger, 2003)
Dalam Computed Radiografi terdapat 4 komponen utama, yaitu:
a. Image Plate
Image plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan
menyimpan Sinar-X. Image plate terbuat dari bahan
photostimulable phosphor.
Dengan menggunakan Image plate, memungkinkan proses
gambar untuk memodifikasi kontras. Imaging plate berada di dalam
kaset imaging.
Fungsi dari Image plate adalah sebagai penangkap gambar dari
objek yang sudah disinar (eksposi). Prosesnya adalah pada saat
29

terjadinya penyinaran, Image plate akan menangkap energi dan


disimpan oleh bahan phosphor yang akan diubah menjadi electronic
signal dengan laser scanner dalam image reader.
Struktur dari Image plateBerukuran
yaitu: tipis & transparan berfungsi
1) Protective Layer : untuk melindungi IP.
Mengandung barium fluorohalida dalam
2) Phospor Layer : bahan pengikatnya.
Terdiri dari partikel yang dapat
memantulkan cahaya.3) Reflective Layer :
Terdiri dari Kristal londuktif, yang
4) Conductive Layer : berfungsi untuk mengurangi masalah
yang disebabkan oleh electrostatic. Selain
itu ia juga mempunyai kemampuan untuk
menyerap cahaya dan dengan demikian
hal tersebut dapat meningkatkan
ketajaman gambaran.
Mempunyai struktur dan fungsi yang
5) Support Layer : sama seperti yang ada pada Intensifying
Lapisan soft polimer untuk melindungi
imaging plate selama6) proses
Backing Layer :
pembacaan
di dalam image reader.
Digunakan untuk memberikan nomor seri
7) Barcode Label : dan untuk identifikasi imaging plate
tertentu yang kemudian dapat
dihubungkan dengan data pasien.
(Bushong, 2001)
30

Gambar 2.12 : Struktur Imaging Plate (Ballinger, 2003)

b. Image reader
Merupakan alat untuk mengolah gambaran laten pada Image
Plate (IP) menjadi data digital. Image reader berfungsi sebagai
pembaca dan mengolah data yang diperoleh dari Image Plate.
Selain tempat dalam proses pembacaan, Image reader mempunyai
peranan yang sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar,
sistem transportasi image plate serta penghapusan data yang ada di
image plate.

Gambar 2.13: Perangkat Image Reader (Ballinger, 2003)


31

c. Image Console
Image Console berfungsi sebagai media pengolahan data,
berupa computer khusus untuk medical imaging dengan touch
screen monitor. Dilengkapi oleh berbagai macam menu yang
menunjang dalam proses editing dan pengolahan gambar sesuai
dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambar organ tubuh,
kondisi soft tissue.
d. Imager (Printer)
Imager mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu
pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah
diproses dari awal penangkapan Sinar-X oleh Image Plate
kemudian di baca oleh Image reader dan diolah oleh image console
terus dikirim ke image recoder untuk dilakukan proses output dapat
berupa media compact disk sebagai media penyimpanan. Atau
dengan printer laser yang berupa laser imaging.

Gambar 2.14 : Imager (Printer) pada CR

2. Perlengkapan Radiografi
32

Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis


dan Efusi Pleura, penulis menggunakan Computed Radiografi (CR)
sebagai alat pengolahan gambar radiografi.
Adapun alat kelengkapan radiografi yang diperlukan untuk
menunjang terlaksananya pemeriksaan radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura adalah sebagai berikut:
a. Kaset Computed Radiography (CR)
Kaset depan pada Computer radiography terbuat dari carbon fiber
dan bagian belakang terbuat dari aluminium yang berfungsi sebagai
pelindung imaging plate. Phospor screen pada kaset analog berfungsi
mengubah Sinar-X menjadi cahaya tampak.
Kaset CR hanya berisi plate yang dilapisi phosphor (barium Fluoro
halide), bentuknya seperti IS pada kaset analog yang berfungsi
mengubah Sinar-X menjadi cahaya tampak. Imaging Plate (IP)
merupakan lembar yang dapat menangkap dan menyimpan Sinar-X.
Cara kerja Imaging Plate CR :
1) Storage phosphor screen diekspose seperti biasa,
2) Phospor menyerap radiasi pada derajat yang berbeda-beda
tergantung pada area anatomi nya,
3) Phospor diisi oleh radiasi, besarnya isian tersebut tergantung
pada besarnya energy Sinar-X yang diserap.
4) Isian ini bertahan pada materi phosphor sampai dihapus.
33

Gambar 2.15 : Kaset dan Imaging Plate Bagian Depan


(Ballinger, 2003)

Gambar 2.16 : Kaset dan Imaging Plate Bagian Belakang


(Ballinger, 2003)
b. Film Computed Radiografi (CR)
Film CR juga disebut juga film laser imaging. Film laser
adalah film single emulsi yang sensitive terhadap cahaya merah
yang dipancarkan oleh laser. Merupakan alat pengolahan gambar
dan memprosesnya di atas film.
Film yang digunakan adalah photo thermographic yang
menggunakan butiran perak berhenate. (Ballinger, 1999)

c. Marker (Tanda atau Kode)


Marker digunakan untuk :
1) Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur, tanggal
pemeriksaan, jenis pemeriksaan, nama rumah sakit).
2) Tanda letak anatomi (R/L)
Sistem CR menggunakan computer dalam pembuatan marker.
Radiografer memasukkan data identitas pasien melalui computer.
Marker pada CR diatur ketika diproses pada image console
sehingga kita tidak perlu menggunakan marker manual.
(Rasad,2005)

Cara Kerja Computed Radiography (CR):


34

a) Imaging plate yang terletak di dalam kaset, dilakukan eksposi


dengan menggunakan Sinar-X. Pada saat Sinar-X menembus
objek, akan terjadi atenuasi (pelemahan) akibat dari kerapatan
objek karena berkas Sinar-X yang melalui objek tersebut.
Kemudian membentuk bayangan laten.
b) Kemudian Imaging plate dimasukkan ke dalam image reader.
Di dalam image reader, bayangan laten yang disimpan pada
permukaan phosphor dibaca dan dikeluarkan menggunakan
cahaya inframerah untuk menstimulus phosphor sehingga
mengakibatkan energi yang tersimpan di dalam berubah
menjadi cahaya tampak.
c) Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan image plate, akan
ditangkap oleh sebuah pengumpul cahaya dan mengubah
energi cahaya tersebut menjadi sinyal listrik analog.
d) Selanjutnya signal analog ini diubah menjadi sinya digital oleh
rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) dan diproses
dalam computer.
e) Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging
plate dapat dihapus dengan cara imaging plate dikenai cahaya
yang kuat. Hal ini membuat imaging plate dapat dipergunakan
kembali.
f) Setelah gambaran tampil di layar monitor, gambaran tersebut
dapat dilakukan rekonstruksi atau dimanipulasi pada image
console sehingga mendapat gambaran yang diinginkan.
g) Apabila gambaran sudah baik, maka ada dua pilihan yaitu
apakah dicetak dengan film atau disimpan di dalam file khusus,
Jika ingin dicetak maka gambaran akan dicetak menggunakan
imaging recorder yang dicetak dengan menggunakan film Blue
Thermal Film atau Dry View Film.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini termasuk dalam jenis penulisan deskriptif, yaitu jenis penulisan
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai
data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan
mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. (Made,2006)

B. Waktu dan Tempat Pemeriksaan


Tempat penelitian : Instalasi Radiologi RS Columbia Asia Medan.
Waktu penelitian : Penelitian ini berlangsung dari 8 Mei –
Agustus 2021

C. Teknik Pengumpulan Data


Melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Untuk memperoleh data yang valid dan maksimal maka disini penulis
akan menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data.
Cara tersebut antara lain:
1. Wawancara
Yaitu penulis akan melaksanakan pendekatan wawancara terhadap
pasien atau pun keluarga pasien dan radiographer pelaksana untuk
memperoleh data-data yang diinginkan tentang pemeriksaan Thorax
dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura.

35
36

2. Observasi
Yaitu penulis mengamati keadaan pasien dan jalannya pemeriksaan
Thorax yang dilakukkan terhadap pasien di instalasi Radiologi RS
Columbia Asia Medan.
3. Dokumentasi
Yaitu penulis mencatat jalannya pemeriksaan Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura dari awal pemeriksaan sampai
pemeriksaan selesai.

D. Analisa Hasil
Data yang diperoleh pada pemeriksaan ini adalah data kualitatif, yaitu
data dari hasil menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai
kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil
wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di
lapangan. Analisis kualitatif ini dimulai dengan pengamatan secara
langsung terhadap jalannya pemeriksaan Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di instalasi radiolosi RS Columbia Asia
Medan. Dari hasil pengamatan penulis menemukan masalah yang melatar
belakangi pengambilan judul karya tulis ilmiah ini. untuk memecahkan
masalah yang ditemukan maka penulisan melakukan wawancara untuk
mengambil data yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan
kepada dokter radiologi dan radiografer yang berkaitan dengan subyek
masalah.
Hasil dari data-data tersebut kemudian diolah dengan collecting data
terlebih dahulu, hasilnya ditranskip dan disalin dalam bentuk ketikan.
Setelah collecting data, maka dilanjutkan dengan reducting untuk
mendapatkan informasi data yang lebih valid. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pengelompokkan informasi data sehingga lebih mudah
dalam menarik kesimpulan.
BAB IV

HASIL PEMERIKSAAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. Hasil Pemeriksaan

1. Identitas pasien
Dalam melakukan suatu pemeriksaan perlu diketahui identitas pasien
dengan jelas yang berguna untuk mengindentifikasi pasien yang satu
dengan yang lain sehingga tidak terjadi kesalahan.
Pada saat ini penulis menjelaskan atau menguraikan identitas pasien
setelah melakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di RS Columbia Asia Medan dengan data-
data sebagai berikut :
Nama : Ny. N L
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 48 Tahun
Tanggal pemeriksaan : 15/03/2021 06:19 PM

2. Prosedur Pemeriksaan
Pasien datang ke instalasi radiologi menunjukkan surat pengantar dari
dokter kepada petugas atau radiographer dan penulis langsung membaca
dengan baik surat pengantar dari dokter, mohon dilakukan pemeriksaan
radiografi Thorax, dan penulis juga tidak lupa membacakan dengan baik
diagnosa penyakit yang dituliskan didalam surat pengantar dari dokter
yaitu kemungkinan Tuberculosis dan Efusi Pleura didaerah Thorax,
penulis langsung memasukkan pasien kedalam ruangan pemeriksaan
untuk dilakukan tindakan atau foto rontgen dengan memanfaatkan sinar-X
dan pengolahan film dengan menggunakan Computer Radiography yang
digunakan di RS Columbia Asia Medan.

37
38

a. Spesifikasi Pesawat Rontgen


Pesawat rontgen yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
pesawat General X-ray unit di RS Columbia Asia Medan dengan data-
data sebagai berikut:
Type pesawat : SRO 33100/REFF
Merek pesawat : Philips Bucky Diagnost CS 2/4
Frekuensi : 50 – 60 Hz
Kapasitas pesawat : 630 mA
Pelayanan pesawat : Radiografi
Max Voltage : 40 kV – 150 kV

Gambar 4.1 Pesawat Rontgen di Instalasi Radiologi RS Columbia


Asia Medan.

b. Prosedur Penggunaan Pesawat Rontgen


Sebelum pemeriksaan dilakukan, pesawat rontgen dihidupkan
dengan terlebih dahulu tegangan yang masuk pada PLN dikontrol pada
line voltage meter, mengatur kondisi penyinaran sesuai dengan objek
yang akan difoto.
Pada pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura menggunakan faktor eksposi 60 kV, 200 mA, 0,06 s.
c. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura tidak ada persiapan khusus, namun sebelum dilakukan
39

pemeriksaan radiographer menyingkirkan benda-benda disekitar dada


pasien, perhiasan seperti kalung agar tidak mengganggu hasil
gambaran dan menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada keluarga
pasien dan diminta kerja samanya.
d. Persiapan Alat dan Bahan
1) Imaging Plate,
Ukuran 35 cm x 35 cm, tergantung pada ukuran lebar Thorax
pasien.

2) APD (Alat Pelindung Diri)


a) Face shield
b) Masker
c) Handscoon
d) Nurse cap

e. Teknik pemeriksaan
Proyeksi yang dilakukan penulis untuk melakukan pemeriksaan
pada pasien yang bernama Ny. N L dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura yang dilakukan satu proyeksi yaitu proyeksi Antero-
Posterior dengan posisi supine sesuai dengan kondisi pasien.
1) Proyeksi Anterior-Posterior
Tujuan : Pasien
Untuk memperlihatkan
dalam keadaan kelainan
supine, pada
atur thorax
kedua
Posisi pasien : tangan sejajar di samping tubuh.
Dengan hati-hati kaset diletakkan di bawah
Posisi objek dan kaset : dada pasien. Mediansagittal plane di
sesuaikan ke tengah kaset. Dengan dagu
sedikit terangkat.

Jarak fokus ke objek PadacmMid sagittal Line setinggi Columna


: 180
Vertebralis Thoracalis 7
Pusat sinar :

Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset


40

Film/kaset : 35 cm x 35 cm

f. Evaluasi gambar

Gambar 4.2 Radiografi Thorax proyeksi Antero-Posterior Supine.


Telah dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan kasus
Tuberculosis dan Efusi Pleura terhadap pasien dengan identitas
sebagai berikut:
Nama : Ny. N L
Usia : 48 Tahun
Tanggal Pemeriksaan : 15.03.2021
Diagnosa : Tuberculosis dan Efusi Pleura
Permintaan Foto : Thorax

Hasil Ekspertise (Asli Terlampir)


Hasil ekspertise yang telah di bacakan oleh dokter spesialis
radiologi RS Columbia Asia Medan dengan uraian hasil pemeriksaan
sebagai berikut:
Jantung dalam batas normal
Sinus kanan dan kiri agak tumpul.
Diafragma kanan elevasi, diafragma kiri biasa.
Tampak bercak pada paru kanan dan perselubungan
Paru-paru :
inhomogens pada paru kiri.
41

B. Pembahasan Masalah

1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan radiografi thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura tersebut yaitu: “Apa upaya yang
dilakukan untuk memperoleh gambaran radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura secara optimal?”
Upaya yang dilakukan penulis adalah:
a. Pada pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura lebih optimal dilakukan dengan proyeksi Postero-Anterior dan
Lateral. Proyeksi Postero-Anterior dilakukan untuk memperlihatkan
gambaran dari sisi Postero-Anterior, dan direkomendasikan untuk
mengurangi perbesaran jantung dan detail dari Thorax. Sedangkan
Proyeksi Lateral dilakukan untuk memperlihatkan gambaran Thorax
dari sisi Lateral, dan untuk melihatkan cairan.
b. Pada pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis
dan Efusi Pleura didapatkan hasil gambaran yang baik, dari hasil
gambaran tersebut dapat diketahui bahwa pasien menderita
Tuberculosis dan Efusi Pleura, hal ini didukung dengan hasil
gambaran Thorax pada paru-paru tampak bercak dan perselubungan
inhomogen dari paru-Paru dan pada sinus tampak tumpul.

2. Penyebab Masalah
Adapun penyebab masalah yang dihadapi penulis adalah pada
pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura untuk mendapatkan gambaran yang optimal adalah:
a. Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis
dan Efusi Pleura menggunakan proyeksi Antero-Posterior. Dengan
proyeksi tersebut sesuai dengan kondisi pasien, kelainan yang terjadi
42

tidak bisa diamati. Sebaiknya dilakukan dengan proyeksi Postero-


Anterior dan Lateral.
b.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memeriksa bagaimana


keadaan perangkat CR yang digunakan dan melakukan service atau
kalibrasi secara berkala.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Columbia
Asia Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura dilakukan dengan menggunakan proyeksi Antero-Posterior dengan
posisi supine, sehingga kurang optimal untuk mengamati Efusi Pleura.
2. Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura diutamakan kontras gambar dan detail gambar radiografi
yang optimal.
3. Perlu adanya kerjasama yang baik antara radiografer dengan pasien
ataupun keluarga pasien dengan tujuan untuk memperlancar jalannya
pemeriksan.
4. Proses pencatatan bayangan gambar yang dilakukan menggunakan
Computed Radiography (CR) untuk efisiensi kerja dan sekaligus untuk
meningkatkan kualitas foto radiografi.

B. Saran
1. Sebaiknya pada pemeriksaanThorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura menggunakan proyeksi Postero-Anterior dan Lateral.
2. Untuk memperoleh kontras gambar dan detail gambar radiografi yang
.
optimal, sebaiknya menggunakan faktor eksposi yang tepat.
3. Sebelum tindakan radiografi dilaksanakan, sebaiknya berikan informasi
kepada pasien atau keluarga pasien tentang bagaimana prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan untuk kelancaran jalannya tindakan

4. Untuk memperoleh gambaran objek pada hasil gambaran film sama


dengan gambaran objek pada layar monitor sebaiknya peralatan
Computed Radiography dilakukan kalibrasi dan service secara berkala.
43
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, Jakarta : Rineka Cipta.

Ballinger, W, Philip. 2006. Positioning And Radiologic Procedure, Vol II. The Ohio State
University Colombus Mosby.

Bontrager. 2018. Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth edition. United
States of America.

Bushong, Steward C. 2001. Radiologic sciene for Technologi. Saint Loius : Mosby.

Gray. 2012. Dasar – Dasar Anatomi, Canada.

Meredith, J, W dan Massey, J, B. 1977. Fundamental Phisycis Of Radiology, Bristol: John


Wright & Sons LTD.

Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik, Jakarta: FK UI.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi Fisiologi, Jakarta: EGC.

Sobotta. 2003. Atlas Anatomi Manusia, Jilid 2. Jakarta: Media EGC.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran: EGC.

44

Anda mungkin juga menyukai