1
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
PENDAHULUAN
B. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di atas, pada pelaksanaan radiografi Thorax
dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura penulis membatasi masalah
sebagai berikut: menggunakan proyeksi Antero Posterior. Pada pemeriksaan
Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura ini menggunakan
pesawat rontgen General X-ray dengan kapasitas 630 mA. Proses pencatatan
1
2
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura, penulis dapat mengidentifikasi perumusan masalah yaitu: “Apa
upaya yang dilakukan untuk memperoleh gambaran radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura secara optimal?”
D. Tujuan Penelitian
Pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura mempunyai tujuan yaitu :
1. Bagi Penulis : Untuk menerapkan teori radiografi yang diperoleh di
perkuliahan dan praktek klinik di beberapa rumah sakit.
2. Bagi Pasien : Untuk mengetahui penyakit yang diderita.
3. Bagi Dokter : Untuk memberikan informasi secara radiologi atau
petunjuk tindakan (operasi) selanjutnya.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura adalah:
1. Untuk Penulis
Dengan menerapkan semua pengetahuan penulis yang di dapatkan
selama proses belajar di institusi ATRO Sinar Amal Bhakti Medan dan
juga pengalaman yang di peroleh selama mengikuti praktek klinik di
beberapa rumah sakit.
2. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan agar hasil penelitian yang di lakukan dapat menjadi acuan
dan pertimbangan untuk dilaksanakan pada pelaksanaan radiografi Thorax
3
F. Metode Pemeriksan
Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura, untuk dapat mengumpulkan data-data pada karya tulis ilmiah ini,
penulis melakukan:
a. Studi kepustakaan
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah pemeriksaan
yang dipilih, maka penulis banyak membaca buku literatur atau buku
referensi di perpustakaan yang memiliki hubungan dengan pemeriksaan
radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura.
b. Wawancara dan diskusi
Yaitu penulis melaksanakan pendekatan wawancara terhadap pasien
dan keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan
diskusi dengan radiografer tentang teknik pemeriksaan Radiografi Thorax
dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura.
c. Konsultasi
Yaitu penulis melakukan konsultasi dengan dokter spesialis radiologi
untuk membahas jawaban foto mengenai kelainan pada hasil foto dan
dengan dokter spesialis paru membahas tentang penyebab terjadinya
patologi Tuberculosis dan Efusi Pleura.
4
d. Dokumentasi
Yaitu penulis mengumpulkan beberapa gambaran radiografi dari
Thorax baik yang normal maupun ada kelainan khususnya Tuberculosis
dan Efusi Pleura.
G. Isi Penulisan
Sistematis dari penulisan karya tulis ini dibagi lima bab, dimana setiap bab
membahas hal-hal sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penulisan dan isi penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Berisikan uraian dasar yang meliputi anatomi, fisiologi,
patologi, etiologi, teknik radiografi, teknik pesawat rontgen,
fisika radiodiagnostik, proteksi radiasi dan perlengkapan
radiografi.
BAB III : METODE PENELITIAN
Menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisa hasil.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan tentang hasil dan pembahasan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan terhadap pemeriksaan yang dilakukan
dan saran yang di ajukan untuk mencapai hasil optimal.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
6
oleh sinus coronarius, dan membentang dari basis sampai apex cordis.
(Gray,2012)
2. Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan
dari tiap jaringan tubuh dan bagian dari alat tubuh tersebut. Anatomi
fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan bagian-
bagiannya, cara kerja serta fungsi alat tubuh. (Syaifuddin,2006)
Fungsi Thorax, kerangka yang menyediakan pelindung dari bagian-
bagian dada yang terlibat dengan pernapasan dan sirkulasi darah.
(Bontrager,2018)
Fungsi Paru-paru, sebagai tempat pertukaran oksigen dari udara
dengan karbon dioksida dari darah. Paru-paru mengambil oksigen dari
udara yang dihirup kemudian masuk ke aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh bagian sel, Ketika sel bekerja maka dihasilkan gas buangan berupa
karbondioksida dilepaskan melalui aliran darah. (Gray,2012)
Fungsi Jantung, secara fungsional cor terdiri dari dua pompa yang
terpisah oleh suatu sekat.
a. Pompa kanan menerima darah deoksigenasi dari tubuh dan
mengirimnya ke pulmo.
b. Pompa kiri menerima darah teroksigenasi dari pulmo dan
mengirimnya ke seluruh tubuh.
Setiap pompa terdiri dari atrium dan ventriculus yang terpisah oleh
suatu katup/vulva.
Atrium yang berdinding tipis menerima darah yang datang ke cor,
sedangkan ventriculus yang relatif berbanding tebal memompa darah ke
luar cor. Lebih banyak tenaga diperlukan untuk memompa darah keluar
cor menuju ke seleruh tubuh dibandingkan ke pulmo, sehingga dinding
muscularis ventriculus sinister lebih tebal dibandingkan ventriculus
dexter.
10
3. Patologi
Patologi adalah ilmu yang mengenai perubahan struktur dan berkaitan
dengan penyakit atau cedera. (Sloane,2004)
Tuberculosis Paru (selanjutnya disebut sebagai TB paru) adalah suatu
bentuk tersering dari penyakit Tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit
infeksi multi sistemik yang paling umum, dengan berbagai macam
gambaran klinis, dimana paru-paru adalah lokasi yang paling umum untuk
perkembangan penyakit tuberculosis ini.
Tuberculosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-
paru dengan gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan
pengobatan biasa, demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan
penurunan berat badan.
Tuberculosis paru dimulai dari masuknya bakteri mycobacterium
tuberculosis melalui air doplet dari seorang penderita. Selanjutnya bakteri
akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan paru sehingga terjadi
gejala sesak nafas dan batuk berdarah. Kelainan resiko terjadinya
Tuberculosis pada usia (15-49 Tahun) pada masa produktif.
(Riawati,2014)
Cairan pada Kavum Pleura pada dasarnya, sudah mengandung cairan
sekitar 0.1 ml/kg sampai 0.3 ml/kg yang berfungsi sebagai pelumas antara
permukaan pleura viseral dan parietal. Cairan pleura ini terus diproduksi
oleh sistem vaskular di permukaan pleura parietal dan diabsorpsi oleh
sistem limfatik di permukaan diafragma dan mediastinum dari pleura
parietal secara kontinu sehingga volumenya tetap dalam batas normal
tersebut. Walau demikian, pada Efusi pleura, terjadi ketidakseimbangan
11
antara produksi dan absorpsi cairan ini sehingga terjadi akumulasi cairan
pleura.
Patofisiologi Efusi Pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi
dan absorpsi cairan di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi
cairan pleura, baik berupa transudat maupun eksudat. Keduanya terbentuk
melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan pleura
ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.
(Chandra,2018)
4. Etiologi
Etiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebab suatu
penyakit. (Rasad,2005).
Etiologi Tuberculosis paru (TB paru) adalah bakteri mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering
disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan bersifat aerob.
Basil ini berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil,
serta bersifat fakultatif. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai
panjang bersifat mikolik, kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua
komponen ini memproteksi kuman terhadap serangan sel liposom tubuh
dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan asam
(pewarna tahan asam).
Diketahui bahwa manusia adalah sebagai inang (host) terhadap
pertumbuhan dan perkembangbiakan basil tersebut.
Transmisi organisme ini secara primer terjadi melalui droplet di udara
yang berasal dari individu yang mengidap TB aktif, atau dalam stadium
infeksius TB. Walaupun pernah pula dilaporkan penularan melalui
transdermal dan gastrointestinal. (Riawati,2014)
Efusi Pleura didefinisikan sebagai adanya akumulasi cairan berlebih di
kavum pleura, ruang/rongga antara pleura viseral dan pleura parietal.
Penyebab Efusi Pleura bermacam-macam, baik akibat penyakit
12
B. Teknik Radiografi
Prosedur pemeriksaan radiografi Thorax pada kasus Efusi Pleura,
proyeksi khusus yang digunakan dalam prosedur pemeriksaan radiografi
Thorax untuk menegakkan diagnosa Efusi Pleura yaitu dilakukan dengan
menggunakan proyeksi Postero-Anterior dan Lateral. (Bontrager,2018)
1. Proyeksi PA (Postero-Anterior)
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Postero-Anterior.
Ukuran Kaset dipilih 35 cm x 35 cm, tergantung pada ukuran lebar
Thorax pasien.
Direkomendasikan untuk mengurangi perbesaran jantung dan
meningkatkan detail dari Thorax. Jika mungkin, selalu posisikan pasien
dalam posisi tegak, baik tegak di tempat duduk, sehingga diafragma
berada pada posisi terendah dan tingkat udara atau cairan terlihat.
(Ballinger,2006)
Posisi Pasien : Pasien berdiri pada posisi erect. Posisikan kepala pasien
tegak, menghadap ke arah kaset, dengan dagu
mendongak dan berpusat ke tengah bagian atas kaset.
Posisikan dagu pasien dan sesuaikan kepalanya sehingga
bidang midsagittal itu vertical. Posisikan pasien, dengan
kedua lengan disamping dan menempatkan punggung
tangan di belakang dan dibawah pinggul, dengan siku ke
depan. Pertengahan sagittal plane disetel pada sudut
kanan ke tengah kaset. (Ballinger,2006)
Posisi objek : Posisikan objek, dengan dada menempel pada kaset
dengan kedua lengan disamping dan menempatkan
punggung tangan di belakang dan dibawah pinggul,
dengan siku ke depan. Sesuaikan tinggi IR sehingga
batas atasnya kiri-kira (3,8 - 5 cm) diatas bahu yang
rileks. Arahkan pesawat ke tengah tubuh pasien ke garis
tengah IR. Jika payudara pasien wanita cukup besar
untuk ditaruh di bagian bawah paru-paru, mintalah
pasien untuk menarik payudaranya ke atas dan
14
h. Tampak marker R/ L
2. Proyeksi Antero-Posterior
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Antero-Posterior.
Ukuran kaset yang digunakan 35 cm x 35 cm, tergantung pada ukuran
lebar Thorax pasien.
Kriteria Gambaran :
a. Bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
b. Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
c. Dinding lateral tidak terpotong.
d. Columna Vertebralis Thoracalis tampak s/d ruas keempat
e. Diafragma mencapai iga IX belakang
f. Tampak bayangan bronchus
g. Foto simetris
h. Tampak marker R/ L dan identitas pasien.
17
3. Proyeksi Lateral
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari sisi Lateral.
Ukuran kaset yang digunakan 30 x 40 cm memanjang, tergantung
pada ukuran lebar Thorax pasien.
Posisi Pasien : Pasien dalam posisi tegak. Posisikan pasien true lateral,
dengan lengan di samping atas.
Posisi Objek : Sesuaikan posisi pasien sehingga bidang midsagittal
sejajar dengan IR dan bahu yang berdekatan menyentuh
kaset. Minta pasien merentangkan lengannya ke atas,
dengan lengan yang bersandar pada siku. Tahanlah
lengan dalam posisi tersebut. (Ballinger,2006).
18
4. Proyeksi AP Lordotic
Tujuan dilakukan proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran
Thorax dari AP Lordotic.
Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang.
Posisi Pasien : Posisikan pasien pada posisi tegak, menghadap
tabung x-ray dan berdiri kira-kira setinggi (30,5
cm) di depan perangkat vertikal.
Posisi Objek : Posisikan tinggi IR sehingga bagian atas sekitar 7,6
cm di atas batas bahu Ketika pasien dalam posisi
lordotic. Posisi lordotic, sesuaikan tubuh pasien
untuk proyeksi Antero-Posterior, dengan pesawat
midsagittal yang terpusat pada garis tengah grid.
Posisikan pasien kira-kira 30° dari posisi yang
digunakan untuk proyeksi Antero-Posterior.
(Ballinger,2006)
20
memberikan gambaran objek pada film rontgen. Dimana pada bidang medis
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa suatu penyakit. Untuk
memproduksi Sinar-X dibutuhkan suatu unit pesawat rontgen. (Meredith,
1977)
1. Fisika Radiodiagnostik
Fisika radiodiagnostik merupakan bagian dari cabang ilmu radiologi
yang memanfaatkan sinar pengion untuk membantu diagnosa dalam
bentuk foto yang bisa didokumentasikan. (Rasad, 2005)
2. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau
teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan
dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau
27
b. Image reader
Merupakan alat untuk mengolah gambaran laten pada Image
Plate (IP) menjadi data digital. Image reader berfungsi sebagai
pembaca dan mengolah data yang diperoleh dari Image Plate.
Selain tempat dalam proses pembacaan, Image reader mempunyai
peranan yang sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar,
sistem transportasi image plate serta penghapusan data yang ada di
image plate.
c. Image Console
Image Console berfungsi sebagai media pengolahan data,
berupa computer khusus untuk medical imaging dengan touch
screen monitor. Dilengkapi oleh berbagai macam menu yang
menunjang dalam proses editing dan pengolahan gambar sesuai
dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambar organ tubuh,
kondisi soft tissue.
d. Imager (Printer)
Imager mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu
pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah
diproses dari awal penangkapan Sinar-X oleh Image Plate
kemudian di baca oleh Image reader dan diolah oleh image console
terus dikirim ke image recoder untuk dilakukan proses output dapat
berupa media compact disk sebagai media penyimpanan. Atau
dengan printer laser yang berupa laser imaging.
2. Perlengkapan Radiografi
32
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini termasuk dalam jenis penulisan deskriptif, yaitu jenis penulisan
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai
data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan
mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. (Made,2006)
35
36
2. Observasi
Yaitu penulis mengamati keadaan pasien dan jalannya pemeriksaan
Thorax yang dilakukkan terhadap pasien di instalasi Radiologi RS
Columbia Asia Medan.
3. Dokumentasi
Yaitu penulis mencatat jalannya pemeriksaan Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura dari awal pemeriksaan sampai
pemeriksaan selesai.
D. Analisa Hasil
Data yang diperoleh pada pemeriksaan ini adalah data kualitatif, yaitu
data dari hasil menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai
kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil
wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di
lapangan. Analisis kualitatif ini dimulai dengan pengamatan secara
langsung terhadap jalannya pemeriksaan Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di instalasi radiolosi RS Columbia Asia
Medan. Dari hasil pengamatan penulis menemukan masalah yang melatar
belakangi pengambilan judul karya tulis ilmiah ini. untuk memecahkan
masalah yang ditemukan maka penulisan melakukan wawancara untuk
mengambil data yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan
kepada dokter radiologi dan radiografer yang berkaitan dengan subyek
masalah.
Hasil dari data-data tersebut kemudian diolah dengan collecting data
terlebih dahulu, hasilnya ditranskip dan disalin dalam bentuk ketikan.
Setelah collecting data, maka dilanjutkan dengan reducting untuk
mendapatkan informasi data yang lebih valid. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pengelompokkan informasi data sehingga lebih mudah
dalam menarik kesimpulan.
BAB IV
A. Hasil Pemeriksaan
1. Identitas pasien
Dalam melakukan suatu pemeriksaan perlu diketahui identitas pasien
dengan jelas yang berguna untuk mengindentifikasi pasien yang satu
dengan yang lain sehingga tidak terjadi kesalahan.
Pada saat ini penulis menjelaskan atau menguraikan identitas pasien
setelah melakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di RS Columbia Asia Medan dengan data-
data sebagai berikut :
Nama : Ny. N L
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 48 Tahun
Tanggal pemeriksaan : 15/03/2021 06:19 PM
2. Prosedur Pemeriksaan
Pasien datang ke instalasi radiologi menunjukkan surat pengantar dari
dokter kepada petugas atau radiographer dan penulis langsung membaca
dengan baik surat pengantar dari dokter, mohon dilakukan pemeriksaan
radiografi Thorax, dan penulis juga tidak lupa membacakan dengan baik
diagnosa penyakit yang dituliskan didalam surat pengantar dari dokter
yaitu kemungkinan Tuberculosis dan Efusi Pleura didaerah Thorax,
penulis langsung memasukkan pasien kedalam ruangan pemeriksaan
untuk dilakukan tindakan atau foto rontgen dengan memanfaatkan sinar-X
dan pengolahan film dengan menggunakan Computer Radiography yang
digunakan di RS Columbia Asia Medan.
37
38
e. Teknik pemeriksaan
Proyeksi yang dilakukan penulis untuk melakukan pemeriksaan
pada pasien yang bernama Ny. N L dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura yang dilakukan satu proyeksi yaitu proyeksi Antero-
Posterior dengan posisi supine sesuai dengan kondisi pasien.
1) Proyeksi Anterior-Posterior
Tujuan : Pasien
Untuk memperlihatkan
dalam keadaan kelainan
supine, pada
atur thorax
kedua
Posisi pasien : tangan sejajar di samping tubuh.
Dengan hati-hati kaset diletakkan di bawah
Posisi objek dan kaset : dada pasien. Mediansagittal plane di
sesuaikan ke tengah kaset. Dengan dagu
sedikit terangkat.
Film/kaset : 35 cm x 35 cm
f. Evaluasi gambar
B. Pembahasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan radiografi thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura tersebut yaitu: “Apa upaya yang
dilakukan untuk memperoleh gambaran radiografi Thorax dengan
sangkaan Tuberculosis dan Efusi Pleura secara optimal?”
Upaya yang dilakukan penulis adalah:
a. Pada pemeriksaan Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura lebih optimal dilakukan dengan proyeksi Postero-Anterior dan
Lateral. Proyeksi Postero-Anterior dilakukan untuk memperlihatkan
gambaran dari sisi Postero-Anterior, dan direkomendasikan untuk
mengurangi perbesaran jantung dan detail dari Thorax. Sedangkan
Proyeksi Lateral dilakukan untuk memperlihatkan gambaran Thorax
dari sisi Lateral, dan untuk melihatkan cairan.
b. Pada pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis
dan Efusi Pleura didapatkan hasil gambaran yang baik, dari hasil
gambaran tersebut dapat diketahui bahwa pasien menderita
Tuberculosis dan Efusi Pleura, hal ini didukung dengan hasil
gambaran Thorax pada paru-paru tampak bercak dan perselubungan
inhomogen dari paru-Paru dan pada sinus tampak tumpul.
2. Penyebab Masalah
Adapun penyebab masalah yang dihadapi penulis adalah pada
pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura untuk mendapatkan gambaran yang optimal adalah:
a. Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis
dan Efusi Pleura menggunakan proyeksi Antero-Posterior. Dengan
proyeksi tersebut sesuai dengan kondisi pasien, kelainan yang terjadi
42
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax dengan sangkaan
Tuberculosis dan Efusi Pleura di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Columbia
Asia Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan Efusi
Pleura dilakukan dengan menggunakan proyeksi Antero-Posterior dengan
posisi supine, sehingga kurang optimal untuk mengamati Efusi Pleura.
2. Pada pelaksanaan radiografi Thorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura diutamakan kontras gambar dan detail gambar radiografi
yang optimal.
3. Perlu adanya kerjasama yang baik antara radiografer dengan pasien
ataupun keluarga pasien dengan tujuan untuk memperlancar jalannya
pemeriksan.
4. Proses pencatatan bayangan gambar yang dilakukan menggunakan
Computed Radiography (CR) untuk efisiensi kerja dan sekaligus untuk
meningkatkan kualitas foto radiografi.
B. Saran
1. Sebaiknya pada pemeriksaanThorax dengan sangkaan Tuberculosis dan
Efusi Pleura menggunakan proyeksi Postero-Anterior dan Lateral.
2. Untuk memperoleh kontras gambar dan detail gambar radiografi yang
.
optimal, sebaiknya menggunakan faktor eksposi yang tepat.
3. Sebelum tindakan radiografi dilaksanakan, sebaiknya berikan informasi
kepada pasien atau keluarga pasien tentang bagaimana prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan untuk kelancaran jalannya tindakan
Ballinger, W, Philip. 2006. Positioning And Radiologic Procedure, Vol II. The Ohio State
University Colombus Mosby.
Bontrager. 2018. Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth edition. United
States of America.
Bushong, Steward C. 2001. Radiologic sciene for Technologi. Saint Loius : Mosby.
44