Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROSEDUR PEMERIKSAAN MSCT THORAX PADA KASUS


CARSINOMA PARU

Dosen Pengampu :

Made Adhi Mahendra, SST., M.M

Disusun Oleh :
Amathyas Dimas Sthy Danu : 022205442
Alifah Rizky Octavia : 022205478
Destri Bestari Palimbong : 022205453
Magvira Rullu : 022205471
Muh. Fiqi Rifaldi Sugeha : 022205488
Pricilia Shalry Hurouby : 022205451

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
(ATRO BALI)
20223
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Prosedur Pemeriksaan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Made pada Mata Kuliah Teknik CT Scan Lanjut 1. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Prosedur Pemeriksaan CT Scan”
bagi pembaca dan penulis.
Kemi mengucapkan terima kasih kepada Bapak Made selaku Dosen
Teknik CT Scan Lanjut 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 01 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI i
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan Penelitian 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi Computed Radography (CR) Dan Digital Radiography (DR)
4
2.2 Instrumentasi / Komponen CR dan DR 5
2.3Perkembangan CR dan DR 14
2.4Kerja Pesawat CR dan DR15
BAB III PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem

pernapasan (respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara

bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di
dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditransfer ke pembuluh darah

yang di dalamnya mengalir antara lain sel-sel darah merah untuk dibawa

ke sel- sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses

metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa

metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk

dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas

(Syahruddin, 2006).

Carsinoma (Ca) paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang

mengalami proliferasi dalam paru. Ca paru (karsinoma bronkhogenik)

timbul di epitel saluran pernafasan, merupakan tumor ganas yang ada

hubungannya dengan zat karsinogen. Ca ini dapat bersifat primer atau

akibat sekunder (penjalaran/ metastasis) dari Ca di bagian tubuh yang lain.

Penyebab yang paling sering yaitu zat karsinogen. Zat karsinogen antara

lain asap rokok, asap pabrik, asap mobil, asap tambang debu radioaktif zat

kimia (Dirmanto, 2008). untuk menegakan diagnosis Ca paru melalui

beberapa pemeriksaan klinis, laboratorium (sputum sitologi), foto thorax

PA dan Lateral, CT Scan thorax. Untuk mencari metastasis dari Ca paru

dilakukan pemeriksaan imaging seperti : CT Scan otak, CT Scan abdomen

atau USG, bone scaning dan MRI (Jusuf, 2009).

CT Scan merupakan salah satu sarana penunjang penegakan

diagnosa yang menggunakan gabungan dari sinar-X dan computer untuk

mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan tubuh manusia.

Sebagai alat untuk menunjang penegakan diagnosa CT Scan diharapkan


dapat memberikan gambaran yang informatif, terutama informasi anatomis

yang dikehendaki (Seeram 2001).

Seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini telah

diciptakan alat CT Scan yang lebih canggih yaitu MSCT (Multislice

Computed Tomography). Prinsip dasar MSCT adalah pergerakan tabung

sinar-X yang berputar secara stasioner dan memancarkan sinar-X secara

kontinyu, sambil diiringi pergerakan pasien oleh meja pesawat, melewati

bidang penyinaran sehingga akan dihasilkan banyak potongan (multislice)

dalam satu kali pergerakan pasien (Seeram 2001).

Pemeriksaan MSCT thorak dengan kasus tumor paru dibuat

sebelum pemasukan kontras dan sesudah pemasukan kontras. Kontras

dimasukkan lewat intra vena dengan alat bantu injector , untuk mengenali

vaskularisasi tumor (enhancement) dan kedudukan tumor terhadap

pembuluh darah besar, sehingga memperjelas perbedaan antara jaringan

yang normal dengan tumor (Seeram 2001).

Posisi pasien untuk pemeriksaan CT-Scan Thorax adalah supine di

atas meja pemeriksaan dengan kepala masuk gantry terlebih dahulu.

Posisi obyeknya pasien diposisikan Midsagital Plane (MSP) sejajar dengan

indikator longitudinal. Tangan pasien diletakkan diatas kepala. Tidak lupa

pasien diinformasikan untuk mengikuti instruksi tarik dan tahan nafas

(Neseth, 2000).

Scan parameternya adalah scanogram thorax AP, range dari leher

sampai dengan abdomen atas atau dari apex paru sampai basis paru, picth
memakai continue atau satu, slice thickness 7 sampai 10 mm, FOV sedikit

lebih besar dari diameter thorak, sehingga seluruh area thorak

tervisualisasi, gantry tilt 00, kV standar, mAs dioptimalkan untuk

meningkatkan image quality, rekonstruksi algorithma Soft tissue / standar,

window width 300 sampai 600 HU untuk soft tissue dan 800 sampai 1600

HU untuk lung, dan window level 0 sampai 60 HU untuk soft tissue dan

-500 sampai -700 HU untuk lung (Jaengsri, 2004).

Penggunaan media kontras untuk MSCT Thorax dilakukan dengan

pemberian media kontras intra vena yang menggunakan teknik biphase,

start delay 20 sampai 25 detik (arterial phase), 50 detik (venous phase),

flow rate 4 sampai 5 ml/detik, volume media kontras 100 sampai 120 ml.

(Neseth, 2000).

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pemeriksaan CT-Scan

Thorax dengan kasus tumor paru di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam

adalah posisi pasien prone dan ditambahkan dengan posisi supine jika

diagnosanya tumor paru, dengan kaki masuk gantry terlebih dahulu.

Obyeknya diposisikan Midsagital Plane (MSP) sejajar dengan indikator

longitudinal. Tangan pasien diletakkan diatas kepala. Tidak lupa pasien

diinformasikan untuk mengikuti instruksi tarik dan tahan nafas.

Scan parameternya adalah scanogram thorax AP, dengan range

dari 2 cm diatas apeks paru sampai 2 cm dibawah diafragma, slice

thickness 10 mm, FOV 34 cm, kV 120, mA 215, window width pada 1500
HU untuk kondisi lung dan 400 HU untuk kondisi soft tissue, window

level -700 HU untuk kondisi lung dan 50 HU untuk kondisi soft tissue.

Media kontras yang digunakan untuk CT-Scan Thorax di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam adalah media kontras

iodine dengan osmolaritas 370 mg iodine/ml atau 400 mg iodine/ml.

Volume pemakaian 1 ml dikali berat badan dan injeksi rate 2 ml/detik.

Waktu tunggu scaning (delay time) 35 detik (arterial phase) dan 70 detik

(venous phase) setelah media kontras dimasukkan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisa prosedur

pemeriksaan MSCT Thorax dengan posisi pasien prone pada kasus tumor

paru di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam, maka

peneliti mengangkat permasalahan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “PROSEDUR PEMERIKSAAN MSCT THORAX PADA

KASUS CARSINOMA PARU

B. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan MSCT thorax pada kasus Ca

paru
2. Bagaimana pengambilan scanning dimasukkan media kontras pada

MSCT Thorax dengan kasus Ca paru

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prosedur pemeriksaan MSCT thorax pada kasus Ca

paru

2. Mengetahui pengambilan scanning dimasukkan media kontras pada

MSCT Thorax dengan kasus Ca paru

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

slja Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis pada

khususnya, pembaca pada umumnya dan institusi tentang prosedur

pemeriksaan MSCT thorax dengan kasus Ca paru

2. Manfaat Praktis

Memberikan referensi tambahan dan dapat digunakan sebagai

informasi, referensi ataupun dokumentasi bagi Jurusan

Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali tentang prosedur

pemeriksaan MSCT thorax dengan kasus Ca paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Patologis Ca Paru

Kanker paru adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel di dalam

paru-paru tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk tumor. Ada dua

jenis kanker paru yang paling umum, yaitu kanker paru sel skuamosa dan

kanker paru sel non-skuamosa. Kanker paru sel skuamosa biasanya

terbentuk di saluran udara besar di paru-paru dan dapat menyebar ke

bagian lain dari tubuh. Kanker paru sel non-skuamosa terdiri dari beberapa

jenis kanker yang berbeda, seperti kanker sel kecil dan kanker sel besar.

Patologi kanker paru melibatkan pemeriksaan sel atau jaringan

paru-paru yang diambil dari pasien melalui biopsi atau operasi. Sampel

tersebut kemudian akan dianalisis oleh ahli patologi untuk memeriksa

jenis kanker paru, tingkat keparahan, dan karakteristik biologis lainnya.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang

terkena kanker paru antara lain merokok, paparan asap rokok, paparan

bahan kimia berbahaya, dan riwayat keluarga yang memiliki kanker paru.

Penanganan kanker paru dapat melibatkan berbagai metode, seperti

operasi, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi dari beberapa metode

tersebut. Pilihan terapi yang tepat akan tergantung pada jenis kanker paru,

stadium, lokasi tumor, dan kesehatan umum pasien. Tindakan pencegahan

seperti menghindari merokok dan paparan asap rokok juga dapat

membantu mengurangi risiko terkena kanker paru.


Gambar 2.4 Potongan axial dari MSCT Thorak yang memperlihatkan

masa paru kanan atas (Karim Valji, 2006)

B. Multi Slice Computer Tomografi

Cardiac CT (CCT) Scan and Multislice CT Angiogram (MSCT)

Computed Tomography (CT) Scan adalah salah satu teknik

diagnostik yang paling umum digunakan dalam bidang kedokteran. CT

scan menggunakan sinar-X untuk mengambil gambar potongan-potongan

tiga dimensi dari organ dan jaringan tubuh manusia. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa CT scan dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam

mendiagnosis kanker, termasuk kanker paru. Dalam sebuah studi yang

diterbitkan pada tahun 2017 di jurnal Radiology, peneliti menemukan

bahwa CT scan dapat mendeteksi kanker paru pada tahap dini dengan

akurasi yang tinggi.


Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Lung Cancer pada tahun

2016 juga menemukan bahwa CT scan dapat membantu dalam menilai

tingkat keparahan kanker paru dan membantu dokter dalam merencanakan

pengobatan yang tepat untuk pasien.

Namun, CT scan juga memiliki beberapa risiko, terutama terkait

dengan paparan radiasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan

radiasi yang tinggi dari CT scan dapat meningkatkan risiko kanker pada

jangka panjang. Oleh karena itu, dokter perlu mempertimbangkan manfaat

dan risiko dari CT scan sebelum merujuk pasien untuk menjalani

pemeriksaan ini.

Selain itu, teknologi CT scan terus berkembang dan semakin

canggih. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2018 di jurnal

Academic Radiology menunjukkan bahwa penggunaan teknologi CT scan

generasi baru yang disebut dual energy CT dapat meningkatkan akurasi

diagnosis kanker paru dan mengurangi paparan radiasi pada pasien.

Dalam tinjauan pustaka ini, dapat disimpulkan bahwa CT scan

adalah alat diagnostik yang penting dalam mendiagnosis kanker paru dan

membantu dokter dalam merencanakan pengobatan. Namun, risiko

paparan radiasi harus dipertimbangkan, dan teknologi CT scan terus

berkembang untuk meningkatkan akurasi diagnosis dan mengurangi risiko

paparan radiasi.

C. Parameter MSCT
MSCT (Multi-Slice Computed Tomography) adalah salah satu teknik CT

scan terbaru yang menggunakan mesin CT dengan beberapa detektor yang

memungkinkan pengambilan gambar dengan lebih cepat dan lebih rinci

dari teknik CT scan konvensional. Beberapa parameter yang digunakan

dalam MSCT adalah sebagai berikut:

1. Dosis radiasi: Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang

diterima oleh pasien selama prosedur CT scan. Dalam MSCT,

dosis radiasi yang lebih rendah dapat digunakan untuk mengurangi

risiko paparan radiasi pada pasien.

2. Kecepatan pemindaian: Kecepatan pemindaian merujuk pada

kecepatan dengan mana mesin CT scan dapat mengambil gambar

dari tubuh pasien. Dalam MSCT, kecepatan pemindaian yang lebih

cepat memungkinkan pengambilan gambar yang lebih cepat dan

akurat.

3. Resolusi spasial: Resolusi spasial merujuk pada kemampuan mesin

CT scan untuk membedakan struktur anatomi yang kecil dalam

tubuh pasien. Dalam MSCT, resolusi spasial yang lebih tinggi

memungkinkan pengambilan gambar yang lebih rinci dan akurat

dari organ dan jaringan tubuh.

4. Kontras: Kontras merujuk pada kemampuan mesin CT scan untuk

membedakan bagian-bagian tertentu dari tubuh pada gambar CT

scan. Dalam MSCT, kontras yang lebih tinggi dapat membantu


dalam mendiagnosis kanker dan mengidentifikasi perubahan

patologis lainnya pada organ dan jaringan tubuh.

5. 5.Slice thickness: Slice thickness merujuk pada ketebalan potongan

yang diambil oleh mesin CT scan saat mengambil gambar. Dalam

MSCT, slice thickness yang lebih tipis memungkinkan

pengambilan gambar yang lebih rinci dan akurat dari organ dan

jaringan tubuh.

Parameter-parameter tersebut dapat diatur dan disesuaikan dengan

kebutuhan spesifik pasien dan kondisi kesehatannya. Pengaturan

parameter yang tepat dapat membantu dalam meminimalkan risiko

paparan radiasi, meningkatkan akurasi diagnosis, dan meningkatkan

kualitas gambar dari CT scan.

D. Instrument MSCT

Instrument MSCT (Multi-Slice Computed Tomography) terdiri dari

beberapa komponen utama, yaitu:

1. Gantry: Merupakan bagian utama dari mesin CT dan terdiri dari

cincin besar yang berputar sekitar pasien. Di dalam gantry terdapat

sumber sinar-X dan detektor yang berputar bersama-sama untuk

menghasilkan gambaran detail dari organ-organ yang diperiksa.

2. Detektor: Digunakan untuk mendeteksi sinar-X yang diterima

setelah melewati jaringan tubuh pasien. Detektor akan mengubah

sinar-X menjadi sinyal listrik dan kemudian diolah oleh komputer

untuk menghasilkan gambaran yang detail.


3. Komputer: Berfungsi untuk mengolah data yang diterima oleh

detektor dan menghasilkan gambaran tiga dimensi dari organ-

organ yang diperiksa.

4. Console operator: Merupakan komponen yang digunakan oleh

operator untuk mengendalikan mesin CT dan memilih parameter-

parameter pemeriksaan, seperti kecepatan putaran gantry, kekuatan

sinar-X, dan lain-lain.

5. Meja pemeriksa: Digunakan untuk menempatkan pasien dalam

posisi yang benar dan mempertahankan posisi tersebut selama

pemeriksaan.

6. Sumber sinar-X: Merupakan komponen yang menghasilkan sinar-

X yang diterima oleh detektor.Digunakan untuk menampilkan hasil

pemeriksaan dan memudahkan operator dalam mengevaluasi

gambaran yang dihasilkan.

Mesin MSCT merupakan instrumen yang kompleks dan harus

dioperasikan oleh tenaga medis yang terlatih dan memiliki pengetahuan

yang cukup mengenai cara kerja mesin tersebut. Selain itu, mesin ini juga

memerlukan perawatan dan kalibrasi secara berkala untuk memastikan

kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan tetap optimal.

E. KONTRAS MSCT Ca Paru


Kontras pada radiografi MSCT (Multi-Slice Computed Tomography)

kanker paru dapat membantu dalam membedakan struktur anatomi yang

berbeda dan memperlihatkan perubahan patologis yang mungkin terjadi

pada jaringan paru-paru. Kontras dalam MSCT kanker paru dapat

dilakukan dengan dua metode, yaitu:

1. Kontras intravena (IV): Kontras intravena adalah jenis kontras

yang diberikan melalui suntikan pada vena pasien. Kontras ini

bekerja dengan meningkatkan perbedaan densitas antara jaringan

yang normal dan jaringan yang abnormal, sehingga memudahkan

dalam identifikasi kanker paru dan area yang terpengaruh.

2. Kontras oral: Kontras oral adalah jenis kontras yang diminum oleh

pasien. Kontras ini digunakan dalam kasus-kasus yang langka dan

pada jenis kanker tertentu, seperti kanker esofagus atau lambung

yang dapat mempengaruhi paru-paru.

Pemberian kontras pada MSCT kanker paru dapat memperlihatkan dengan

lebih jelas area yang terkena kanker dan memudahkan dalam menentukan

tipe kanker dan stadiumnya. Selain itu, kontras juga dapat membantu

dalam mendeteksi metastasis pada organ lain di sekitar paru-paru.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan MSCT Ca Paru

Pemeriksaan CT (Computed Tomography) menggunakan teknik

radiologi untuk menghasilkan gambaran tubuh dengan memanfaatkan

sinar-x yang melintasi tubuh. Pada pemeriksaan CT dengan media kontras,

sejumlah bahan kimia kontras disuntikkan ke dalam tubuh pasien untuk

membantu memperjelas gambaran organ-organ dan jaringan tubuh yang

dituju. Pada pemeriksaan kanker paru dengan MSCT, pemberian media

kontras bertujuan untuk memperjelas gambaran keadaan kanker paru yang

terdapat pada paru-paru.

Pada bab ini akan dibahas mengenai penerapan media kontras pada

MSCT kanker paru, termasuk jenis-jenis media kontras yang digunakan,

persiapan sebelum pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, serta manfaat dan

risiko yang terkait dengan penggunaan media kontras pada MSCT kanker

paru.

B. Jenis-jenis Media Kontras

Media kontras yang paling umum digunakan pada pemeriksaan MSCT

kanker paru adalah bahan kimia yang mengandung yodium. Yodium

berperan dalam menstabilkan energi sinar-x dan memperjelas

gambaran organ atau jaringan tubuh pada hasil CT. Beberapa jenis

media kontras yang sering digunakan pada pemeriksaan MSCT kanker

paru adalah sebagai berikut:


1. Iohexol (Omnipaque)

2. Iodixanol (Visipaque)

3. Ioversol (Optiray)

4. Iopamidol (Isovue)

5. Iodipamide (Cholografin)

C. Persiapan Sebelum Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan dengan media kontras pada MSCT

kanker paru, pasien harus mematuhi beberapa persiapan sebagai

berikut:

1. Menjaga asupan cairan: Pasien harus minum air putih dalam

jumlah yang cukup sebelum menjalani pemeriksaan. Hal ini

penting untuk menjaga agar ginjal dapat membuang media kontras

dengan baik dari tubuh.

2. Menjaga kesehatan ginjal: Pasien dengan masalah ginjal atau

penyakit ginjal kronis perlu mendiskusikan kondisi ini dengan

dokter sebelum menjalani pemeriksaan.

3. Menjaga kondisi tiroid: Pasien dengan masalah tiroid atau yang

sedang menjalani pengobatan tiroid harus mendiskusikan kondisi

ini dengan dokter sebelum menjalani pemeriksaan.

4. Menjaga kondisi jantung: Pasien dengan masalah jantung atau

yang menggunakan obat-obatan tertentu perlu mendiskusikan

kondisi ini dengan dokter sebelum menjalani pemeriksaan dengan

kontras pada MSCT kanker paru.


5. Tidak makan atau minum sebelum pemeriksaan: Pasien harus tidak

makan atau minum selama beberapa jam sebelum menjalani

pemeriksaan untuk memperkecil kemungkinan mual atau muntah

akibat kontras yang disuntikkan.

D. Kontraindikasi

Pemeriksaan dengan media kontras pada MSCT kanker paru adalah

salah satu jenis pemeriksaan diagnostik yang umum digunakan untuk

memperoleh informasi yang lebih rinci tentang keadaan paru-paru.

Namun, ada beberapa kondisi atau kontraindikasi tertentu yang harus

dipertimbangkan sebelum melakukan pemeriksaan dengan media

kontras pada MSCT kanker paru, yaitu:

1. Alergi terhadap kontras: Beberapa pasien mungkin memiliki reaksi

alergi terhadap media kontras yang digunakan dalam pemeriksaan

MSCT. Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap kontras atau

bahan kimia lainnya, dokter harus diberitahu sebelum pemeriksaan

dilakukan. Dalam kasus ini, dokter dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan alternatif kontras atau memberikan obat untuk

mengatasi reaksi alergi.

2. Kondisi ginjal: Kontras yang digunakan dalam pemeriksaan MSCT

dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal pada sebagian kecil

pasien. Pasien dengan masalah ginjal atau penyakit ginjal kronis

perlu mendiskusikan kondisi ini dengan dokter sebelum menjalani

pemeriksaan. Dokter dapat mempertimbangkan menggunakan


kontras alternatif atau melakukan pemeriksaan tanpa kontras pada

pasien dengan risiko tinggi.

3. Kehamilan: Wanita hamil harus mempertimbangkan risiko paparan

radiasi pada janin sebelum menjalani pemeriksaan MSCT.

Pemeriksaan tanpa kontras dapat dilakukan sebagai alternatif pada

wanita hamil atau jika pemeriksaan dengan kontras benar-benar

diperlukan, dokter akan mempertimbangkan risiko dan manfaat

serta menggunakan teknik pengurangan dosis radiasi untuk

melindungi janin.

4. Masalah tiroid: Kontras yang digunakan dalam pemeriksaan MSCT

mengandung yodium yang dapat mempengaruhi fungsi tiroid.

Pasien dengan masalah tiroid atau yang sedang menjalani

pengobatan tiroid harus mendiskusikan kondisi ini dengan dokter

sebelum menjalani pemeriksaan.

5. Masalah jantung: Pasien dengan masalah jantung atau yang

menggunakan obat-obatan tertentu perlu mendiskusikan kondisi ini

dengan dokter sebelum menjalani pemeriksaan dengan kontras

pada MSCT kanker paru.

E. Prosedur Pemeriksaan

a) Persiapan pasien:
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien

2. Meminta pasien mengganti pakaian dengan pakaian yang

disediakan oleh rumah sakit

3. Meminta pasien untuk melepas perhiasan dan benda logam lainnya

yang bisa mengganggu pemeriksaan

4. Memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap media kontras

5. Meminta pasien menahan nafas saat diminta selama pemeriksaan

b) Pemberian media kontras:

1. Meminta pasien minum air putih untuk memperbanyak cairan di

dalam tubuh

2. Memasukkan jarum infus ke pembuluh darah pasien

3. Memasukkan media kontras ke dalam tubuh pasien melalui jarum

infus yang telah terpasang

4. Memantau kondisi pasien selama pemberian media kontras

c) Pemeriksaan CT:

1. Meminta pasien berbaring di atas meja CT

2. Menempatkan pasien dengan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan

3. Meminta pasien untuk menahan nafas saat diminta selama

pemeriksaan

4. Memastikan pasien tidak bergerak selama pemeriksaan


5. Melakukan pengambilan gambar pada bagian paru-paru dengan

menggunakan CT scanner

6. Memproses hasil gambar yang didapatkan dan mengevaluasi

hasilnya

d) Setelah pemeriksaan:

1. Membantu pasien untuk turun dari meja CT

2. Memantau kondisi pasien setelah pemeriksaan

3. Memberikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan menjelaskan

hasilnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan MSCT (Multislice Computed Tomography) dengan

media kontras pada kanker paru merupakan salah satu metode

diagnosa yang paling efektif dalam menentukan stadium kanker

paru dan menentukan lokasi tumor. Penggunaan media kontras

dalam pemeriksaan MSCT kanker paru membantu meningkatkan

kontras dan visualisasi gambar, sehingga memudahkan radiologis

untuk mengevaluasi kondisi kanker paru secara lebih detail.

Namun, penggunaan media kontras juga memiliki beberapa risiko

dan kontraindikasi yang perlu diperhatikan.

B. Saran

Pasien perlu mematuhi instruksi dokter atau radiologis mengenai

persiapan sebelum pemeriksaan, termasuk menghindari makanan

atau minuman tertentu sebelum pemeriksaan. Pasien perlu

memberitahu dokter atau radiologis jika pasien memiliki riwayat

alergi terhadap media kontras sebelum dilakukan pemeriksaan.Pada

pasien yang memiliki risiko gagal ginjal, perlu dilakukan evaluasi

fungsi ginjal sebelum pemberian media kontras.

Selama pemberian media kontras, kondisi pasien harus dipantau

dengan baik untuk mengantisipasi kemungkinan reaksi alergi atau

efek samping lainnya. Pada pasien yang memerlukan tindakan


pembedahan atau terapi lainnya setelah hasil pemeriksaan, perlu

dilakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter atau radiologis

untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dengan memperhatikan

hal-hal tersebut di atas, diharapkan pemeriksaan MSCT kanker

paru dengan media kontras dapat memberikan hasil yang akurat

dan membantu dokter dalam menentukan tindakan selanjutnya

pada pasien dengan kanker paru.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Mark W. dan Fox, Michael D., 2017, Sectional Anatomy by MRI and

CT, Fourth Edition, Elsevier, Philadelphia.

Bontrager, Kenneth. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related

Anatomi. Fifth Adition. Mosby; USA.

Brado, D. 2009. Komputer dan konsul. Akses tanggal 20 Mei 2010.

Bruening. R, Kuettner.A, T. Flhor (Eds), 2006, Protocol for Multislice CT,

Second Edison, Berlin Heidelberg, Germany

Bushberg, J. T., 2003, The Essential Phisics of Medical Imaging, Second Edition,

Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia.

Dirmanto. 2008. Pemeriksaan Darah Guna Mendeteksi Kanker Paru. http://blog-

indonesia.com. Akses tanggal 20 Mei 2010.

Edelhart, K. 2006. Lung Anatomy. Akses tanggal 20 Mei 2010.

Galanski and Prokop. 2003. Principles and Techniques of Images Reconstruction

with CT-Scan in Cerebral Computed Tomography. WB. Saunders Company,

Second Edition.

Jaengsri N, MSc, 2004, Protocol CT Technique, Radiology Departement of

Taleshin Hospital, Bangkok Thailand.

Jusuf, A. Dkk. 2009. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil . Pedoman

nasional untuk diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia 2005. PDPI dan POI :

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai