Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK CT-SCAN DASAR

PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN THORAX

Dosen Pengampu : Shelly Angella, M.Tr.Kes

Disusun Oleh :

1. Amelia Egalita (19002004)


2. Diwi Nur Putri (19002014)
3. Maurin Dhiya Vernanda (19002026)
4. Nadia Yusera (19002032)
5. Pitri Anila Sari (19002039)
6. Putri Dwi Adipa (19002043)
7. Qurrota A’yun (19002046)
8. Syukri Ulya (19002053)
9. Vera Puspita Sari (19002056)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AWALBROS PEKANBARU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Terimakasih kami ucapkan kepada ma’am Shelly Angella,M.Tr.Kes. selaku
dosen pengampu mata kuliah CT-Scan dasar, memberikan arahan serta masukan
kepada kami sebagai penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Thorax”. Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga makalah ini
bisa terselesaikan tepat waktu..
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 28 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Thorax ............................................................................................... 3
B. Fisiologi Thorax ............................................................................................... 5
C. Patologi Thorax ................................................................................................ 6
D. Prosedur Pemeriksaan ...................................................................................... 8
BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus .................................................................. 13
1. Paparan Kasus .......................................................................................... 13
2. Persiapan Pasien ....................................................................................... 13
3. Teknik Pemeriksaan ................................................................................. 14
B. Pembahasan .................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Thorax ...................................................................................... 4

Gambar 2.2 Tabel Parameter CT-Scan Thorax .......................................................... 10

Gambar 2.3 Topogram pada Monitor ........................................................................ 11

Gambar 2.4 CT-Scan Thorax ..................................................................................... 12

Gambar 3.1 hasil pemeriksaan foto polos thorax ....................................................... 15

Gambar 3.2 hasil CT-Scan thorax axial ..................................................................... 16

Gambar 3.3 hasil CT-Scan thorax coronal ................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar–X, komputer dan
televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar–X yang terkolimasi dan adanya
detektor. Di dalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian
gambar dengan penerapan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan
rekonstruksi algorithma. Setelah proses pengolahan selesai, data yang telah
diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog
untuk ditampilkan di layar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar
monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 2005). Seiring
berkembangnya teknologi telah diciptakan alat CT- Scan yang lebih canggih
yaitu MSCT (Multislice Computed Tomography). MultisliceCT Scan memiliki
arti suatu kemampuan dari CT Scanner untuk memperoleh data lebih dari slice
secara simultan, yang memiliki lebih banyak keuntungan dari pada
konvensional CT scanner, antara lain, waktu scan yang lebih cepat, slice
thickness yang lebih tipis, berkurang sampai 1 mm, sehingga dapat
mengidentifikasi lesi yang lebih kecil, potongan axial dapat direkonstruksi
menjadipotongan coronal, sagital dan oblique (European Guildnes for MSCT,
2013). Salah satu aplikasi pemakaian MSCT adalah padapemeriksaan Thorax.
Thorax merupakan suatu rongga yang berbentuk kerucut yang dibatasi
oleh tulangsejati dan tulang rawan. Pada bagian inferior lebih lebar daripada
bagian superior dan pada bagian posterior lebih panjang daripada bagian
anterior. Di dalam rongga thorax terdapat beberapa organ yang terdiri dari
trakea, bronchus, paru-paru, jantung dan diafragma yang memiliki densitas dan
kontras yang berbeda (Pearce, 2010). Patologi umum pada thorax adalah
tumor/massa, kelainan circulatory, radang, trauma, kelainan pada perikardium,
dan infeksi penyakit lain pada rongga dada.

1
2

Pemeriksaan MSCT Thorax merupakan pemeriksaan secara radiologi


untukmendapatkan informasi anatomi irisan atau penampang melintang dari
thoraks (Rasad, 2005). Pemeriksaan ini sangat berguna untuk menentukan
kelainan konfigurasi trakhea, serta cabang bronkus utama, menentukan lesi
pada pleura atau mediastinum dan secara umum untuk mengungkapkan sifat
serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru-paru dan jaringan lain
dari thorax. Menurut Bontrager (2010) MSCT Thorax menggunakan slice
thickness yang rutin yaitu5 mm dan dapat direkonstruksi hingga 1 mm pada
lokasi tertentu yang membutuhkan resolusi tinggi. Menurut Aziz (2004), slice
thickness yang digunakan antara 3-5 mm dan dapat direkonstruksi menjadi 1,25
mm untuk mengobservasi tumor yang berukuran kecil dan dalam stage awal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan CT-Scan Thorax?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax
2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan CT-Scan Thorax

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Sistem Akademika
Dapat digunakan sebagai tambahan referensi bahan ajar dan keperluan
pendidikan khususnya dibidang teknik radiografi pada pemeriksaan CT-
Scan thorax.
2. Manfaat Bagi Penulis
Dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang teknik
pemeriksaan Thorax pada CT-Scan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Thorax
Thorax merupakan rongga yang berbrntuk kerucut, pada bagian bawah
lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari
bagian depan. ( Pearce, 2003). Thoraks merupakan rongga yang dibatasi dan
dikelilingi oleh dinding thoraks yang dibentuk oleh tulang, kartilage, dan otot.
Didalam rongga thoraks terdapat dua ruangan yaitu paru-paru dan
mediastinum, serta terjadi proses sistem pernapasan dan peredaran darah.
(Ombreget, 2013). Organ pernapasan yang terletak dalam rongga dada yaitu
esofagus dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung,
pembuluh darah, dan saluran limfe. Pembuluh darah pada sistem peredaran
darah terdiri dari arteri yang membawa darah dari jantung, vena yang membawa
darah ke jantung dan kapiler yang merupakan jalan lalulintas makanan dan
bahan buangan (Pearce,2003).

3
4

Gambar 2.1 a. Anatomi thorax tampak anterior, b. Anatomi thorax tampak


posterior.

Dinding thoraks merupakan sistem kompleks dari sejumlah struktur


tulang, tulang rawan, ligamen, otot dan tendon. Bagian superfisial dari dinding
thoraks adalah struktur tulang dan muskulus-tendon yang menghubungkan
tungkai atas dengan batang tubuh, bagian kranial dibatasi oleh tulang vertebra
thoraks pertama, tulang kosta pertama, klavikula dan tepi atas manubrium.
Batas inferior dipisahkan terhadap abdomen oleh diafragma, suatu kurungan
thoraks terdiri dari 12 pasang tulang kosta, setiap kosta terdiri dari kepala, leher,
dan badan. Pada bagian kepala memiliki suatu faset untuk terhubung dengan
sendi kostovertebra, kecuali kosta satu dan dua, semuanya mempunyai
cekungan untuk perjalanan serat saraf dan pembuluh darah pada tepi bawah
tulang (Ombregt, 2013). Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga
thoraks seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Assi & Nazal, 2012).
Kerangka dinding toraks membentuk sangkar thorax osteokartilogenous
yang melindungi jantung, paru-paru dan beberapa organ abdomen (misalnya
hepar). Rangka thorax dibentuk oleh sternum dan kartilago kosta di depan,
kolumna vertebralis di belakang, serta costae dan rongga interkostal di lateral.
5

B. Fisiologi Thorax
1. Scapulae
Merupakan tulang pipih yang berada pada bagian posterior tubuh
manusia yang biasa juga disebut dengan tulang belikat. Scapulae berjumlah
dua buah yang terletak pada bagian sinistra dan dextra.Scapulae akan
bersendi dengan tulang humerus pada bagian lateral-nya dan bersendi
dengan tulang clavicula pada bagian superior oleh acromion.
2. Clavicula
Clavicula atau tulang selangka berjumlah dua buah yang terletak pada
bagian sebelah kiri sinistra dan bagian sebelah kanan dextra tubuh manusia
dan lebih anterior dibandingkan dengan scapulae
3. Costae
Costae terdiri dari dua belas pasang yang bersendi dengan vertebrae
thoracalis pada bagian posterior-nya. Pada bagian anterior costae ada pula
yang langsung bersendi dengan sternum, costae I hingga costae VII. Costae
ini disebut dengan sebutan costae vera
4. Sternum
Sternum yang kita kenal sebagai tulang dada berjumlah satu buah pada
bagian anterior dada manusia. Sternum terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu manubrium, corpus, dan processus xhypoideus
5. Paru
Paru dibagi menjadi dua, yaitu paru dekstra dan sinistra. Terdapat tiga
lobus di paru dekstra dan dua di paru sinistra. Pada kedua paru terdapat
hilum atau juga disebut dengan hilus. Hilus merupakan lekukan-lekukan
yang dibentuk oleh bronchus, arteri pulmonary, dan vena pulmonary.
6. Jantung
Jantung terletak pada mediastinum media. Jantung memiliki fungsi
utamanya yaitu sebagai organ tubuh pemompa darah ke paru dan keseluruh
tubuh.
6

7. Diafragma
Diafragma adalah suatu susunan otot-otot yang dapat berkontraksi dan
relaksasi ketika bernapas dan fungsi utamanya yaitu memisahkan bagian
rongga thorax dengan bagian abdomen pada tubuh manusia.
8. Vertebrae Thoracalis
Tulang vertebrae thoracalis merupakan tulang belakang sebagai
penyangga tubuh manusia. terdiri dari dua belas tulang tidak beraturan yang
saling berhubungan pada bagian posterior tubuh manusia. Vertebrae
thoracalis memiliki struktur yang hampir sama dengan tulang vertebrae
lainya. Namun ada yang membedakannya terletak pada tulang vertebrae
thoracalis ini dengan tulang vertebrae lainya adalah tulang vertebrae
thoracalis memiliki facet pada bagian corpus-nya dan processus
transversus-nya sebagai tempat bertemunya dengan tulang costae.

C. Patologi Thorax
1. Trauma Thoraks
Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan
atau organ intra thoraks, oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam
(Mattox, et al., 2013). Trauma tumpul thoraks terdiri dari kontusio dan
hematoma dinding thoraks,fraktur tulang kosta, flail chest, fraktur sternum,
trauma tumpul pada parenkim paru, trauma pada trakea dan bronkus mayor,
pneumothoraks dan hematothoraks (Milisavljevic, et al., 2012) Trauma
toraks memiliki beberapa komplikasi seperti :
a. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks
yang paling sering terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding
toraks,perdarahan masif dapat terjadi karena robekan pada pembuluh
darah pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.
b. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung
maupuntidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah
7

nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat
bergerak.
c. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada
daerah kostokondral.
d. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kali disertai dengan fraktur kosta multipel.
e. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
paling umum terjadi.
f. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba - tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intraalveolar yang dapat menyebabkan rupture alveolus..Gejala yang
paling umum pada Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu

2. Penyakit pada paru-paru


a. Tuberkulosis (TBC) Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang
terjadi karena adanya infeksi jalannya pernafasan yang disebabkan
Mycobacterium Tuberculosis.
b. Bronchitis terjadi oleh karena peradangan pada bronchus
c. Bronkiektasis adalah suatu keadaan dimana bronchus ataupun
bronkiolus melebar akibat hilangnya sifat elastifitas dinding otot
bron&hus.
d. Bronchopneumoni, Disebut juga pneumonia lobularis yaitu adanya
udara di dalam bronchus.
e. Atelektasis adalah penyakit paru-paru di mana alveolus tidak terisi oleh
udara. Atelectasis merupakan salah satu penyebab paru-paru kolaps atau
kempis dan tidak bisa mengembang. Alveolus merpakan tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.
8

D. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan adalah urutan dari rangkaian pemeriksaan yang harus
diikuti. Berikut adalah prosedur pada pemeriksaan CT-Scan thorax :
1. Tujuan pemeriksaan :
Tujuan pemeriksaan CT-Scan thorax adalah untuk mendapatkan informasi
anatomis irisan crossectional atau penampang axial thorax.
2. Indikasi pemeriksaan :
a. Tumor Massa
b. Aneurima
c. Abses
d. Lesi pada hilus atau mediastinal
3. Persiapan alat dan bahan :
a. Pesawat CT-Scan
b. Tabung oksigen jika diperlukan
c. Film, film yang digunakan pada pemeriksaan CT-Scan thorax ini hanya
menggunakan 1 lembar dengan image 6x4 atau 24 image dalam 1 film
d. Printer image
e. Injector
f. Bahan kontras media
g. Selimut dll
4. Persiapan media kontras :
Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-Scan diperlukan untuk
menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan
organ-organ lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Pemeriksaan CT-Scan
thorax biasanya dilakukan dengan media kontras melalui intra
vena.scanning dilakukan pre kontras dan post kontras.
a. Jenis media kontras : media kontras dengan osmolaritas rendah
b. Volume media kontras : 35-40 ml
c. Injeksi rata-rata (kecepatan) : 3 ml/ detik
9

d. Waktu scan : melakukan scanning pada saat 35 detik setelah pemasukan


media kontras (delay)
5. Persiapan pasien:
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur dari pemeriksaan CT-Scan
Thorax dari awal sampai akhir pemeriksaan
b. Pasien diinstruksikan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang
telah disediakan
c. Pasien diinstruksikan untuk melepas aksesoris atau yang berbahan
logam, pada area sekitar dada pasien
d. Pasien puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
e. Cek riwayat alergi dan penyakit lain
6. Posisi pasien :
a. Pasien tiduran supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi feet first
b. Posisi kepala kearah gantry dan kepala berada di atas bantal, dengan
kedua tangan berada diatas kepala
c. Kemudian berikan pengganjal di bawah lutut untuk kenyamanan pasien
dan sebagai immobilisasi
d. Pasien diberitahukan mengenai teknik tarik nafas tahan (breath hold)
e. Kemudian masukkan pasien ke dalam gantry dengan garis sinar bidang
sagital pasien pada pertengahan tubuh dan pusat laser berada diatas apex
parudan berada di midline dan mid axillary line
7. Teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax :
a. Pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan
b. Pasien dianjurkan mengganti pakaian yang telah disediakan dan
melepas benda logam dibagian dada yang akan diperiksa
c. Pasien diarahkan untuk tidur telentang (supine) diatas meja
pemeriksaan dengan posisi free first
d. Kedua lengan diletakkan diatas kepala dengan menggunakan alat fiksasi
agar pasien merasa nyaman
10

e. Pasien diberikan penjelasan tentang intruksi pada pemeriksaan seperti


aba-aba tarik nafas dan tahan
f. Pasien diberikan selimut agar merasa nyaman
g. Posisi pasien, MSP dengan longitudinl dari posisi cahaya lampu gantry
h. Mid coronal plane dari pasien tepat pada pertengahan horizontal pada
gantry
i. Pasang infus pada pasien untuk memasukkan kontras media yang
dihubungkan dengan injektor otomatis dengan connector
j. Central point berada tepat di sympisis menti
k. Setelah selesai radiographer masuk kedalam ruangan operator
8. Topogram dan Scanning
a. Selanjutnya masukkan data pasien dan pemeriksaan yang akan
dilakukan pada komputer
b. Kemudian lakukan scanogram dan topogram

Gambar 2.2 Tabel parameter CT-Scan thorax

c. Lalu scan kembali sesuai dengan luas area scan yang ditentukan

d. Lakukan bolus stracking untuk mengejar jalan nya kontras saat scanning
guna melihat pembuluh darah saat dilewati kontras
11

e. Lakukan premonitoring guna menentukan letak aorta descenden


biasanya tepat pada carina

f. Setelah itu beri tanda aorta descenden sebagai indicator mulainya scan
dengan menyesuaikan HU yang kita atur

g. Siapkan injektor dengan VOL kontras 40ml Nacl 40 ml flow rate c ml/s
dan HU 80 delay ime 35 secon

h. Lalu tekan start pada CT-Scan dan monitor injektor secara bersamaan
sambil dilihat apakah kontras masuk apa tidak ke pembuluh darah

i. Setelah selesai scan, lepas infus dan pasien diturunkan kembali (Sri
Noviandy. 2018)

Gambar 2.3 Topogram pada monitor


12

9. Hasil gambaran CT-Scan Thorax :

Gambar 2.4 CT-Scan Thorax (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2014)


BAB III

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Paparan Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. X
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Daerah Y
Diagnosis Klinis : Abses Paru
Pemeriksaan : foto polos Thorax, dan CT-Scan thorax
b. Keluhan pasien
Seorang pasien wanita dengan keluhan utama demam,batuk berdahak
yang hilang timbul disertai darah, serta sesak nafas yang memberat
sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tersebut mengaku
telah mengalami keluhan-keluhan tersebut sejak 4 tahun lalu dan
dirawat dibeberapa rumah sakit lain dengan keluhan serupa. Pasien
menyangkal adanya menurunan berat badan dan demam dimalam hari.
2. Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
Pasien diinstruksikan untuk melepaskan aksesoris seperti
kalung, bra, dan mengganti baju dengan baju khusus pasien supaya tidak
menyebabkan artefak pada hasil citra nantinya.
b. Persiapan Alat
Alat-alat yang harus disiapkan diantaranta :
1) Pesawat CT-Scan
2) Tabung oksigen (Bila diperlukan)
3) Media kontras
4) Alat-alat suntik

13
14

5) Spuit
6) Kassa dan kapas
7) Film : film yang digunakan pada pemeriksaan CT-Scan thorax ini
hanya menggunakan 1 lembar dengan image 6x4 atau 24 image
dalam 1 film
8) Printer image
9) Selimut
c. Persiapan Media Kontras

Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-Scan diperlukan


untuk menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh
darah dan organ-organ lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
Pemeriksaan CT-Scan thorax biasanya dilakukan dengan media kontras
melalui intra vena. Scanning dilakukan pre kontras dan post kontras.
1) Jenis media kontras : media kontras dengan osmolaritas rendah
2) Volume media kontras : 35-40 ml
3) Injeksi rata-rata (kecepatan) : 3 ml/ detik
4) Waktu scan : melakukan scanning pada saat 35 detik setelah
pemasukan media kontras (delay)
3. Teknik Pemeriksaan
a. Foto polos thorax
1) Tujuan :
a) Menilai adanya kelainan jantung misalnya kelainan letak
jantung, pembesaran atrium atau vertikel, pelebaran dan
penyempitan aorta.
b) Manilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema paru,
tuberkulosis paru
c) Menilai adanya perubahan pada struktur ekstra kardiak
d) Gangguan pada dinding thorax, fraktur iga, fraktur sternum
e) Gangguan rongga pleura, pneumothorax, efusi pleura
15

f) Menilai letak alat-alat yang dimasukkan ke dalam rongga di


mulut thorax misalnya; EET,CVP,NGT, dll.
2) Posisi pasien
Pasien diposisikan setengah duduk atau supaya di atas meja
pemeriksaan.
3) Posisi Objek
Tangan lurus di samping tubuh, kaset diletak di belakang tubuh
4) FFD
120-150 cm
5) Central Ray
Tegak lurus kaset
6) Central point
Setinggi vertebre thorakal VI
7) Luas lapangan kolimasi
Batas atas 5 cm di atas Apex pulmo, batas bawah 3 cm dibawah
sinus coste prenicus.
8) Hasil Pemeriksaan

Gambar 3.1 hasil pemeriksaan foto polos thorax

b. CT-Scan thorax
1) Pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan
16

2) Pasien dianjurkan mengganti pakaian yang telah disediakan dan


melepas benda logam dibagian dada yang akan diperiksa
3) Pasien diarahkan untuk tidur telentang (supine) diatas meja
pemeriksaan dengan posisi free first
4) Kedua lengan diletakkan diatas kepala dengan menggunakan alat
fiksasi agar pasien merasa nyaman
5) Pasien diberikan penjelasan tentang intruksi pada pemeriksaan
seperti aba-aba tarik nafas dan tahan
6) Pasien diberikan selimut agar merasa nyaman
7) Posisi pasien, MSP dengan longitudinl dari posisi cahaya lampu
gantry
8) Mid coronal plane dari pasien tepat pada pertengahan horizontal
pada gantry
9) Pasang infus pada pasien untuk memasukkan kontras media yang
dihubungkan dengan injektor otomatis dengan connector
10) Central point berada tepat di sympisis menti
11) Setelah selesai radiographer masuk kedalam ruangan operator
12) Hasil pemeriksaan

Gambar 3.2 hasil CT-Scan thorax axial


17

Gambar 3.3 hasil CT-Scan thorax coronal


B. Pembahasan
Pada kasus ini di dapat hasil CT thorax yang menunjukkan kavitas
berbentuk bulat dan berdinding tebal serta irregular dengan jumlah yang banyak
di lobus inferior paru kanan, dengan ukuran (13.7x9.5x11.7 cm), terdapat air-
fluid level di tiap kavitas, densitas komponen cairan adalah 9-15 HU dengan
konsolidasi disekitarnya, yang menyebabkan deviasi dari posisi jantung.
Pasien juga melakukan pemeriksaan Histopatologi dan hasil
pemeriksaan histopatologi menunjukkan inflamasi supuratif kronis tanpa
ditemukannya sel ganas. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, pasien dinyatakan
terinfeksi tuberkulosis dan sejak saat itu diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) oleh karena itu dari keluhan-keluhan yang dirasakan diagnosa klinis
pada kasus ini adalah adanya abses paru pada Hemotoraks dengan riwayat
tuberkulosis.
Pada kasus ini, tampak terlihat lesi di hemithoraks dextra yang memiliki
karakteristik dinding yang tebal dan iregular, serta keberadaan air-fluid level
yang tegas, dimana memiliki gambaran yang berbeda bila dibandingkan dengan
gambaran empyema seperti split pelura sign, adanya penebalan dari pleura
viseralis dan juga terdorongnya jaringan paru disekitar. Bula yang terinfeksi
juga tereksklusi dari kasus ini karena ukuran ketebalan dari kasus yang tidak
sesuai dimana gambaran bula akan menunjukkan dinding tipis, walaupun sama-
sama ireguler pada kasus bula yang terinfeksi.
18

Oleh karena itu perlunya Pengetahuan mengenai abses paru, pemilihan


pencitraan radiologi yang tepat untuk diagnosis, menyingkirkan diagnosis
banding dan evaluasi pengobatan merupakan hal penting manajemen pasien.
Dengan mengetahui gambaran khas dari abses paru sedini mungkin, radiolog
dapat membantu meminimalisasi waktu bagi klinisi dalam merencanakan
tatalaksana selanjutnya, diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan foto
polos thorax dan CT- Scan thorax merupakan pemeriksaan yang berguna dalam
menilai identitas dari kavitas pada paru, seperti pada abses paru. Pada kasus ini,
temuan radiologis baik pada CT maupun foto polos toraks memberikan
gambaran yang konsisten. Berikut ini penjelasan mengenai pemeriksaan pada
kasus ini :
1. Melakukan pemeriksaan menggunakan Radiografi konvensional thorax
dimana tampak lusensi berdinding tebal dengan air-fluid level didalamnya.
Pada radiograf tampak terpasang selang drainase pada hemitoraks dekstra
yang berujung di lesi.
2. Lalu dilakukan Pemindaian CT thorax awal dengan pemberian kontras
pada potongan aksial dan koronal dari gambaran tampak kavitas multiple
yang berdinding tebal disertai air-fluid level.
3. Radiografi konvensional thorax evaluasi, masih tampak lusensi berdinding
tegas dengan air-fluid level didalamnya
4. Diagnosis banding dari abses paru adalah empyema thorax dan bula yang
terinfeksi.
5. Setelah itu dilakukan Pemindaian CT toraks evaluasi dengan pemberian
kontras, potongan aksial dan koronal pada pasien pada gambaran tampak
kavitas multiple yang disertai air-fluid level. Dibandingkan dengan
pemeriksaan CT toraks sebelumnya, tampak ukuran dari kavitas yang
mengecil, disertai dengan air-fluid level yang relatif berkurang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan CT-Scan thoraks adalah ;
a. Pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan
b. Pasien dianjurkan mengganti pakaian yang telah disediakan dan
melepas benda logam dibagian dada yang akan diperiksa
c. Pasien diarahkan untuk tidur telentang (supine) diatas meja pemeriksaan
dengan posisi free first
d. Kedua lengan diletakkan diatas kepala dengan menggunakan alat fiksasi
agar pasien merasa nyaman
e. Pasien diberikan penjelasan tentang intruksi pada pemeriksaan seperti
aba-aba tarik nafas dan tahan
f. Pasien diberikan selimut agar merasa nyaman
g. Posisi pasien, MSP dengan longitudinl dari posisi cahaya lampu gantry
h. Mid coronal plane dari pasien tepat pada pertengahan horizontal pada
gantry
i. Pasang infus pada pasien untuk memasukkan kontras media yang
dihubungkan dengan injektor otomatis dengan connector
j. Central point berada tepat di sympisis menti
k. Setelah selesai radiographer masuk kedalam ruangan operator
B. Saran
Dalam pemeriksaan teknik radiografi sebaiknya menginstruksikan
pasien dengan jelas, seperti melepaskan benda-benda logam, agar tidak
bergerak dan sebagainya, untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pada hasil
citra nantinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, Siti Fatimah, Anita Ekowati, Evi Artsini, Ajeng Visca Icanervillia. 2017.
Abses Paru Besar Pada Hemotoraks Kanan : Laporan Kasus. Jurnal
Radiologi Indonesia. Vol 2(2) : 91-94.

Nugroho, T. Putri, B.T, dan Kirana, D.P. 2015. Teori Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat. Padang : Medical Book.

Yanuar. 2010. Prinsip kerja CT-Scan. Di akses melalui www. Wordpress.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2014. Pedoman Keterampilan Medik 2.


Surabaya : Tim e-book Airlangga University Press.

Pearce, E.C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Indonesia.

Ballinger, P. W. 2007. Merill’s Radiographic Position and Radiology Procedure.


Volume II. Eight Edition. St. Louis : Mosby Year Book, Inc.

European Guidelines On Quality Criteria For Computed Tomography. European Study


Group of Radiologist and Physicists Involved in Diagnostic Computed
Tomography. 1998, diakses tanggal 16 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai