Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIKA RADIODIAGNOSTIK

“PRINSIP FISIKA PADA CT-SCAN”

Dosen : Kesawa Sudarsih, M.Si

Disusun Oleh :

1. Gusminandar (1701034)
2. Iqbal Aji Pratama (1701038)
3. Ozzi Maulana Noor (1701064)
4. Erin Kartika Mauliana (1701026)
5. Evi Milasari (1701028)
6. Nurrohmah setiyowati (1701060)
7. Nurul Azmi Azizah (1701062)
8. Yudha Hupayanti (1701076)

Kelas : Petter Lioyd

PRODI D III TEKNIK RONTGEN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya dalam menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui mengenai “Prinsip Fisika pada Ct-Scan” yang kami sajikan dalam makalah
ini. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan kali ini, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada kepada
pihak – pihak yang telah membantu baik dukungan moril maupun materiil dan yang
memberikan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Semarang, Mei 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii


Daftar Isi.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Pengertian CT Scan ................................................................................. 3
2.2 Sejarah Perkembangan CT-Scan ............................................................. 5
2.3 Prinsip Fisika pada CT Scan ................................................................... 6
2.4 Prosedur Pemeriksaan ............................................................................ 13
2.5 Kelebihan dan Kekurangan CT Scan ................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 16
2.5 Kesimpulan ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


CT atau CAT-Scan merupakan alat kedokteran yang digunakan
untuk menampilkan gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar
X-Ray dengan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan
seorang ahli radiologi untuk melihat bagian dalam tubuh pasien. CT scan sering
digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan
sinus. Alat ini telah menjadi prosedur yang lazim dilakukan dalam dunia kedokteran.
CT-Scan telah merevolusi bidang medis karena memungkinkan dokter untuk
melihat penyakit di masa lalu, yang sering kali ini hanya bisa ditemukan di meja
operasi atau proses otopsi. CT-Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif, aman, dan
ditoleransi dengan baik. Hal ini memberikan hasil tampilan yang sangat rinci pada
beberapa bagian tubuh.
Penggunaan CT-Scan yang semakin marak dalam dunia kedokteran,
mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana prinsip kerja dan
pengaplikasian ilmu fisika dalam alat tersebut serta dampak yang diberikan
dalam jangka panjang penggunaan.
Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah
satu modalitas pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT scan meskipun
hanya menyumbang sekitar 6% dari seluruh modalitas pemeriksaan radiologi,
namun memberikan sekitar 41% dari seluruh dosis radiasi yang diterima oleh total
populasi. Pemeriksaan CT scan mempunyai aplikasi yang universal untuk
pemeriksaan seluruh organ tubuh dan memiliki prosedur pencitraan diagnostik yang
menggunakan kombinasi dari sinar-x dan teknologi komputer untuk menghasilkan
gambar irisan baik horisontal maupun vertikal dari tubuh.

1
Generasi terbaru dari CT scan yaitu MSCT scan 64 slice (Multi Slice Computed
Tomography Scanning 64 slice) yang mampu menghasilkan gambar secara rinci
dari bagian tubuh manusia seperti kepala, dada, perut, pembuluh darah dan
sebagainya. MSCT 64 slice merupakan generasi CT scan lebih canggih
dengan peningkatan kecepatan yang sangat signifikan dari generasi terdahulu,
sehingga penegakan diagnosis dapat lebih akurat (Fujii et al., 2009). Dosis efektif
yang dihasilkan pada pemeriksaan CT scan kepala sekitar 2 mSv, CT scan thorax
sekitar 8 mSv, dan CT scan abdomen sekitar 10-20 mSv.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan CT Scan?
1.2.2 Bagaimana penerapan prinsip fisika pada CT Scan?
1.2.3 Apa kelebihan dan kekurangan dari CT Scan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian CT Scan.
1.3.2 Untuk mengetahui penerapan prinsip fisika pada CT Scan.
1.3.3 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari CT Scan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian CT Scan


CT Scan (computed tomography scan) adalah proses penggunaan komputer
untuk memperoleh gambaran tiga-dimensional dari ribuan gambar x-ray dua-
dimensional. CT Scan dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat akurat dari
objek-objek di dalam tubuh seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar-
gambar ini sangat berguna dalam mendiagnosa berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, stroke, kelainan organ reproduktif, dan kelainan gastrointestinal.
Citra yang dihasilkan CT Scan jauh lebih detail dibanding citra yang diperoleh x-
ray biasa.
Mesin CT Scan berbentuk pipa dengan tempat pasien berbaring di tengahnya.
Pemroses citra (scanner) sendiri terdapat dalam frame pipa tersebut. Saat mesin
bekerja, pipa pemroses citra itu berputar sambil menembakkan sinar rontgen ke arah
pasien dari berbagai sudut. Untuk setiap putaran, sekitar 1.000 gambar bagian dalam
pasien diambil. Gambar-gambar ini kemudian di-compile oleh komputer
sehingga menghasilkan gambar cross-sectional bagian dalam tubuh pasien yang
dapat digunakan dalam menganalisa dan mendiagnosa pasien.
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi
terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan
antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan
pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak overlap (tumpang
tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada
bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga

3
citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan
komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh
gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus
yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar
mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan
sampai seluruhproses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam,
tergantung pada jenis CT scan yang digunakan (waktu ini termasuk waktu check-in
nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan
scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu
selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis
prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum
suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses
scanning khususnya untuk daerah
perut.
CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding x-ray biasa: citra yang
diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat
difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan menunjukkan
posisi suatu objek relatif terhadap objek-objek di sekitarnya sehingga dokter dapat
mengetahui posisi objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut
telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis medis yang paling sering
direkomendasikan oleh dokter dan, dalam banyak kasus, telah menggantikan proses
x-ray biasa secara total.

4
Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di
antaranya:

a. Computed / Computerized Tomography (CT)


b. Computed Axial Tomography (CAT)
c. Computerized Aided Tomography
d. Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e. Recontructive Tomography (RT)
f. Computed Transmission Tomography (CAT)
g. Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of
Roentgenology" dengan istilah Computed Tomography (CT)

2.2 Sejarah Perkembangan CT-Scan

2.2.1 Tahun 1917 , J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari
objek yang tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya

2.2.2 Tahun 1963 , A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk menentukan
distribusi penyerapan tubuh manusia.

5
2.2.3 Tahun 1972 , G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan gambaran CT
pertama kali untuk keperluan klinis
2.2.4 Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
2.2.5 Tahun 1975 , First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama kalinya CT-
Scan dapat digunakan untuk pemeriksaan seluruh tubuh
2.2.6 Tahun 1979 , Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel
2.2.7 Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT
2.2.8 Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT
2.2.9 Tahun 2000, lebih dari 30000 clinical CT Installations

2.3 Prinsip Fisika pada CT Scan


Prinsip fisika pada CT Scan meliputi proses akuisisi data, pengolahan data,
rekonstruksi citra, representasi citra, penyimpanan dan dokumentasi.
2.3.1 Akuisisi Data
Akusisi data berarti kumpulan hasil penghitungan transmisi sinar-X
setelah melalui tubuh pasien. Sekali sinar-X menembus pasien, berkas tersebut
diterima oleh detektor khusus yang menghitung nilai transmisi atau nilai atenuasi
(penyerapan).Penghitungan transmisi yang cukup atau data harus terekam
sebagai syarat proses rekonstruksi. Pada skema kumpulan data yang pertama
kali tabung sinar-X dan detektor bergerak pada garis lurus atau translasi melewati
kepala pasien, mengumpulkan hasil penghitungan transmisi selama pergerakan
dari kiri ke kanan. Lalu sinar-X berotasi 1 derajat dan mulai lagi melewati kepala
pasien, kali ini dari kanan ke kiri. Proses gerak translasi-rotasi-stop-rotasi ini
dinamakan scanning yang berulang 180 kali.
Permasalahan dasar yang muncul dengan metode pengambilan data ini
adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapat data yang cukup untuk
rekonstruksi gambar. Berikutnya, diperkenalkan skema scanning pasien yang
lebih efisien. Sebagai tambahan, sinyal dari detektor harus dikonversikan
menjadi data yang dapat dipakai oleh komputer untuk menghasilkan gambar.

6
Tahap pertama pada akuisisi data adalah proses scanning. Selama
scanning tabung sinar-x dan detektor berputar mengelilingi pasien untuk
mendapatkan data atenuasi pasien. Detektor menangkap radiasi yang
diteruskan melalui pasien dari beberapa lokasi dan dari beberapa sudut. Sebagai
hasilnya, nilai transmisi relatif atau pengukuran atenuasi dapat dihitung sebagai
berikut:
Transmisi relatif = log I0
I
dengan I0 = Intensitas sinar-X pada tabung
I = Intensitas sinar-X pada detector

Metode akuisisi data CT scan ada dua, yaitu :


a. Metode konvensional slice by slice atau metode aksial. Prinsipnya, tabung
sinar–x dan detektor bergerak mengelilingi pasien dan mengumpulkan
data proyeksi pasien. Saat pengambilan data proyeksi, posisi meja
berhenti. Kemudian meja pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan
dilakukan proses scanning berikutnya. Demikian seterusnya.
b. Metode spiral atau helical. Pada metode ini tabung sinar–X
bergerak mengelilingi pasien yang juga bergerak. Pada metode ini,
berkas sinar-x membentuk pola spiral atau helical. Data untuk
rekonstruksi citra pada setiap slice diperoleh dengan interpolasi. Teknik
ini memiliki kelebihan dalam waktu yang relatif cepat.

Gambar 2.3.1.1 Skema Dasar Akusisi Data CT Scan

7
Sinar-X yang mengalami atenuasi setelah menembus objek akan
ditangkap oleh detektor yang berhadapan dengan sumber sinar dan terletak di
belakang objek. Pada saat yang bersamaan detektor menerima berkas sinar-X
yang langsung berasal dari sumber, berkas radiasi tersebut oleh detektor diubah
dalam bentuk sinyal listrik yang akhirnya oleh analog digital converter
diubah dalam bentuk digital.
Selanjutnya data tersebut dikirim ke komputer dan melalui proses
matematis data- data tersebut direkonstruksi dan ditampilkan kembali pada layar
monitor berupa citra dengan skala keabuan.

Gambar 2.3.1.2 Prinsip Scanning

2.3.2 Pengolahan data Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-
ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga
dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut :

8
Gambar 2.3.2 Collimator dan Detektor

Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi
arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal
melaui proses berikut :

2.3.3 Rekonstruksi citra, representasi citra dan penyimpanan.


Setelah detektor mendapatkan penghitungan transmisi yang cukup,
data dikirim ke komputer untuk proses selanjutnya. Komputer menggunakan
teknik matematika khusus untuk merekonstruksi gambar CT pada beberapa
tahap yang dinamakan rekonstruksi algoritma. Sebagai contoh, rekonstruksi
algoritma yang dipakai oleh Hounsfield dalam mengembangkan CT Scan
pertama dikenal dengan algebraic reconstruction technique.
Suatu komputer berperan sentral dalam proses pembentukan gambar
CT. Secara umum, terdiri atas komputer mini dan mikroprosesor yang terkait
dalam melakukan fungsi-fungsi tertentu.

9
Pada beberapa CT Scan, detektor mampumelakukan perhitungan yang
sangat cepat dan mikroprosesor khusus melakukan operasi pemrosesan gambar.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar
tomografi, mulai dari back projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Metode
ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan
melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini
disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi
dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode
konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk
matematik yaitu transformasi Fourier.Dengan menggunakan konvolusidan
transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi
sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture
element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini
merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk
merekonstruksi gambar. Jumlah ukuran matriks yang dapat digunakan yaitu 80 x 80,
128 x 128, 256 x 256, 512 x 512 dan 1024 x 1024. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh
terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai,
maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma) yang
digunakan dalam merekonstruksi gambar. Ada 3 rekonstruksi dasar algoritma yang
digunakan pada CT kepala, cervikal dan tulang belakang.

a. Algoritma standar

Standar algoritma menyediakan resolusi kontras yang baik dan oleh sebab
itu algoritma ini menjadi pilihan untuk pemeriksaan brain. Selain itu
juga berguna untuk soft tissue pada kepala, wajah, dan tulang belakang.

10
b. Bone algoritma

Bone algoritma membantu meningkatkan spatial resolusi tetapi


menghasilkan resolusi kontras yang buruk. Akibatnya, jenisalgoritma ini
hanya digunakan pada area dengan densitas jaringan yang tinggi seperti Sinus
paranasal atau tulang temporal.
c. Detail algoritma

Detail algoritma memberikan cukup resolusi kontras dengan batas tepi


yang baik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk memperoleh definisi yang
lebih baik antar jaringan, terutama pada leher dan wajah.

Segmentasi seringkali dalam pemrosesan ataupun visualisasi gambar-


gambar medikal, diperlukan ekstraksi dari suatu bagian tertentu dalam
gambar tersebut. Bagian tertentu tersebut dikenal dengan sebutan Region
of Interest (ROI) atau Volume of Interest (VOI). Proses ekstraksi ROI
atau VOI itu juga disebut segmentasi gambar. Dalam aplikasi klinis,
segmentasi gambar diperlukan untuk mengukur volume suatu penyakit seperti
tumor, maupun untuk memeriksa struktur anatomi tubuh. Salah satu metode
dalam segmentasi gambar yang banyak digunakan adalah dengan
memanfaatkan edge detection, yaitu mendeteksi garis tepi suatu bagian
dalam gambar, karena umumnya garis tepi dari suatu bagian memiliki
intensitas yang cukup berbeda dari intensitas pixel di sekitarnya. Active
contour, atau snake, dapat digunakan untuk mendeteksi pinggiran suatu bagian
dari gambar. Representasi matematis dari snake adalah sebagai berikut:

di mana v(s) adalah kurva untuk mendeteksi pinggiran bagian dalam


gambar. Eint adalah energi internal dari kurva yang mempertahankan
kemulusan dari kurva tersebut dan dinyatakan sebagai:

11
Eimage adalah energi eksternal yang menarik kurva mendekati pinggiran
dari obyek. Gradien dari sebuah gambar dapat digunakan sebagai energi tersebut.
Econ adalah energi tambahan yang dapat ditambahkan oleh pengguna untuk
menarik kurva ke suatu bagian gambar tertentu.
Salah satu kelemahan dari metode edge detection tersebut adalah
diperlukannya inisialisasi kurva yang cukup dekat dengan pinggiran suatu obyek
yang akan dideteksi. Metode lain yang tidak memerlukan inisialisasi kurva
adalah dengan menggunakan threshold/batas untuk mendapatkan suatu
bagian/obyek dari sebuah gambar. Metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
misalkan nilai intensitas suatu obyek yang akan disegmen berada pada selang
[tj1,tj2], maka berdasarkan gambar yang akan disegmen, akan dibuat gambar
baru dengan pixel pi, di mana

di mana qi adalah nilai pixel index i pada gambar asli, dimana gambar yang
digunakan adalah grayscale.
Setelah komputer melakukan proses rekonstruksi gambar, hasil
gambar tersebut bias ditampilkan dan disimpan untuk nantinya dianalisis
ulang. Biasanya gambar ditampilkan pada cathode ray tube (CRT), meski
teknologi tampilan gambar lainsekarang juga tersedia; seperti teknologi layar
sentuh untuk pengaturan scan dankontrol pada beberapa CT Scan. Namun
begitu, CRT tetap merupakan alat terbaik untuk menampilkan gambar gray
scale.Monitor bersatu dengan konsul kontrolyang memungkinkan radiografer
(operatorkonsul) dan radiologis (physician konsul) memanipulasi, menyimpan
dan merekam gambar. Manipulasi gambar menjadi popular pada CT, dan
banyak software computer tersedia.

12
Gambar-gambar dapat dimodifikasi untuk membuatnya lebih bermakna
bagi yang melihat. Seperti gambar irisan axial bisa dijadikan irisan coronal,
sagital dan paraxial (reformat).Gambar juga bias diberi perlakuan smoothing
(melembutkan),edge enhancement, manipulasi gray scale dan proses tiga
dimensi.Gambar bisa direkam dan selanjutnya disimpan dalam beberapa format
data.
Biasanya dalam bentuk film sinar-X karena memiliki rentang gray scale
yang lebar dibanding film biasa. Beberapa model perekaman seperti
multiformat video camera juga dipakai, meski sekarang ini laser kamera
dikembangkan dan lazimdipakai di radiologi.
Gambar CT dapat disimpan dalam pita magnetik dan cakram magnetik.
Saat ini, teknologi penyimpanan optik telahmenambah dimensi penyimpanan
informasi dari CT Scan. Pada penyimpanan optik, data yang terekam dibaca
oleh sinar laser. Pada kasus ini penyimpanannya bias disebut laser storage.
Media penyimpanan optik seperti disket, pita kaset dan kartu (lihat bab
7).Pada CT, komunikasi bermakna transmisi elektronik data berupa tulisan dan
gambar dari CT Scan ke alat lain seperti laser printer, diagnostic workstation,
layar monitor di radiologi, ICU, kamar operasi dan trauma di RS; dan
komputer di luar RS. Komunikasi elektronikpada CT perlu protokol standar yang
memungkinkan koneksitas (networking) antar modalitas (CT, MRI, digital
radiography danfluoroscopy) dan peralatan multivendor.

2.4 Prosedur Pemeriksaan

Adapun prosedur yang biasanya dilakukan sebelum memulai pemeriksaan


melalui CT-Scan, yaitu:

2.4.1 Posisi pasien harus dalam keadaan terlentang dengan tangan terkendali

2.4.2 Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner

2.4.3 Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari


beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan

13
2.4.4 Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45
menit

2.4.5 Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan


komputer

2.4.6 Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protective lead approan

2.4.7 Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pemeriksaan tersebut, yaitu:

a. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
b. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung.
c. Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam.
d. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang
cepat oleh seorang perawat dan dokter bila terjadi hal tersebut pada pasien.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan CT Scan


2.5.1 Kelebihan CT Scan
a. Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan
akurat.
b. Tidak invasive (tindakan non bedah).
c. Waktu perekaman cepat.
d. Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan
komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang.

14
2.5.2 Kekurangan CT Scan
a. Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi
sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu
kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan. Munculnya artefak (gambaran
yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal
ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien
menggunakan tambal gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi
jaringan tubuh tertentu.
b. Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan
gambar.

15
BAB III

PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

3.1.1 CT atau CAT-Scan merupakan alat kedokteran yang digunakan untuk


menampilkan gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar
X-Ray dengan bantuan komputer.
3.1.2 Penerapan prinsip fisika pada CT Scan adalah akuisisi data, pengolahan
data, rekonstruksi, representasi dan penyimpanan.
3.1.3 Kelebihan CT Scan adalah cepat, akurat, tidak invasive, resolusinya tinggi
dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sedangkan kekurangan CT
Scan adalah dosisnya tinggi, biasanya terjadi movement unsharpness dan
resiko alergi media kontras.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bushong, Stewart C. 1998. Radiologic Science for Technologists. Seventh Edition.


St. Louis:Mosby

Carrol, Quinn B. 1985. Radiographic Exposure, Processing and Quality


Control.Third Edition. Midland, Texas : Charles C. Thomas.

Robertson, John Kellock. 1961. Radiology Physics An Introductory Course


ForRadiologists, Radiographers and Medical Students. London : St Martin’s Press

17

Anda mungkin juga menyukai