Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

KONSEP ILMU PRILAKU

Dosen Pengampu : dr. Vera Oktarina, M.K.M

Oleh :

1. Badriah Juwita (19002008)


2. Diwi Nur Putri (19002014)
3. Fadhil Hilal Mufhid (19002015)
4. Nur Shela Hayani (19002035)
5. Putri Chairuni (19002042)
6. Rizal Fikri (19002049)
7. Suci Khoirunnisa (19002051)
8. Vera Puspita Sari (19002056)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongannya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis

mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari dosen dr.

Vera Oktarina, M.K.M, dengan mata kuliah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI).

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian

apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 26 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Hospital Acquired Infections (HAIs) .................................. 4
B. Bloodstream Infections .................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................14
B. Saran ................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor terjadinya Hospital Acquired Infection ............. 9

Gambar 2.2 Sumber Infeksi Pada Pemasangan Kateter Intravascular ....... 13

Gambar 2.3 Sumber Infeksi Setelah IV Terpasang ..................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia,

termasuk Indonesia. Apabila dilihat dari penyebab terjadinya maka infeksi

dapat berasal dari komunitas (Community Acquired Infection) atau dari

lingkungan rumah sakit (Hospital Acquired Infection) yang sebelumnya lebih

dikenal dengan infeksi nosoklomial. Berkembangnya sistem pelayanan

kesehatan terutama dalam bidang perawatan pasien, maka pada saat ini

perawatan tidak hanya dapat dilakukan di rumah sakit namun dapat pula

dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk perawatan di

rumah (Home Care) (Kemenkes, 2011).

Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dilakukan

untuk memberikan perawatan atau penyembuhan terhadap pasien. Apabila hal

tersebut tidak dilakukan sesuai dengan prosedur maka dapat berpotensi untuk

menularkan penyakit infeksi. Infeksi dapat ditularkan pada pasien lainnya

ataupun pada petugas kesehatan. Seringkali infeksi yang terjadi tidak dapat

ditentukan asalnya secara pasti, maka untuk saat ini istilah infeksi nosokomial

(Hospital acquired infection) digantikan dengan istilah yang baru yaitu

“Healthcare-associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas

karena tidak hanya terbatas pada

1
2

rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. HAIs

meliputi infeksi yang terjadi pada pasien dan juga pada petugas kesehatan

yang diperoleh pada saat melakukan perawatan terhadap pasien (Kemenkes,

2011).

Infeksi aliran darah primer (IADP) sering ditemukan pada pasien

yang sudah dipasang alat CVC (catheter vena central). Yakni, kateter vena

sentral yang digunakan variabel hemodinamik yang tidak bisa diukur secara

akurat untuk pemberian obat dan nutrisi pendukung yang tidak dapat

diberikan secara aman melalui kateter vena perifer. Akan tetapi, CVC ini

banyak sekali menyebabkan terjadinya risiko infeksi. Pada penelitian CVC

merupakan faktor penting terjadinya CR-BSI (Central Venous Catheter-

Related Bloodstream Infection) atau yang sering disebut IADP.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Bloodstream Infection

atau IADP dapat melalui faktor endogen dan factor eksogen. Diantaranya

faktor endogen: usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan tubuh,

serta kondisi klien. Faktor eksogen diantaranya: lama masa rawat, alat

medis, lingkungan rumah sakit, faktor petugas kesehatan atau perawat,

faktor pasien lain yang dirawat bersama (Hogonet, 2004).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyebaran infeksi nosokomial ?

2. Apa saja karakteristik pasien yang bisa terkena infeksi rumah sakit?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyebaran infeksi nosocomial


3

2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik pasien yang bisa terkena infeksi
rumah sakit
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat dijadikan media informasi untuk mengetahui
tentang apa itu Infeksi, penyebab, jenis-jenis infeksi dan sebagainya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi bagi semua pihak yang bernaung dalam bidang
kesehatan agar makalah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan tindakan dan melakukan pencegahan pada Infeksi dan bagi
penyusun makalah ini dapat dijadikan referensi serta acuan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Hospital Acquired Infections (HAIs)

1. Definisi HAIs

Infeksi nosokomial atau Health Care-Associated Infection

(HCAI) adalah suatu infeksi yang terjadi selama pasien mendapat

pelayanan di fasilitas kesehatan, dimana tidak didapatkan tanda infeksi

maupun gejala pasien sedang dalam masa inkubasi pada saat masuk

rumah sakit. (WHO, 2002).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit

yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam (Brooker, 2008).

Menurut Potter dan Perry (2005), infeksi nosokomial terjadi di rumah

sakit karena mikroorganisme patogen yang menginfeksi pasien melalui

pemberian pelayanan kesehatan.

Darmadi (2008) menyatakan bahwa infeksi nosokomial adalah

infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan

keperawatan atau dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi

karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari

lingkungan rumah sakit dan perangkatnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi lokal maupun sistemik yang

terjadi tidak dalam masa inkubasi melainkan saat klien dirawat di rumah

sakit.

4
5

Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain :

a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan

tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien

mulai dirawat.

c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama

dari waktu inkubasi infeksi tersebut.

d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat

persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.

e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan

terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah

sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah

dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu

pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat

imunosupresan dan steroid, imunitas turun misal pada pasien yang

menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan invasif,

pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama

dan infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001). Infeksi

nosokomial dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi yang paling

banyak adalah infeksi nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi

luka operasi, dan infeksi aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI,

2003).
6

2. Jenis-Jenis Infeksi Nosoklomial

Jenis-jenis infeksi nosokomial menurut Gruendemann (2005)

adalah :

a. Infeksi Luka Operasi (ILO)

Risiko timbulnya ILO ditentukan oleh 3 faktor yakni jumlah

dan jenis kontaminasi mikroba pada luka, keadaan luka pada akhir

operasi (ditentukan oleh teknik pembedahan dan proses penyakit

yang dihadapi selama operasi), dan kerentanan pejamu.

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi ini berkaitan dengan prosedur pemakaian kateter

indweling dan sistem drainase kemih atau peralatan urologis lainnya.

Kateter indweling membentuk suatu mekanisme yang

memungkinkan bakteri masuk ke dalam kandung kemih. Lama

pemasangan kateter merupakan variabel penting dalam menentukan

apakah seorang pasien terkena infeksi. Sedangkan pada sistem

drainase yang tertutup akan menurunkan risiko ISK.

c. Infeksi Aliran Darah (Bloodstream infections)

Infeksi ini berkaitan dengan pemasangan selang intravaskular

(infus). Lama pemasangan selang intravaskular merupakan penentu

utama kolonisasi bakteri. Semakin lama selang terpasang, semakin

tinggi pula risiko infeksi.


7

d. Dekubitus

Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan atau jaringan yang

di bawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus

menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila

penderita tidak dibolak-balik atau dimiringkan dalam waktu 2 x 24

jam.

e. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

VAP adalah bentuk infeksi rumah sakit yang paling sering

ditemui di Unit Perawatan Intensif (UPI), khususnya pada pasien

yang menggunakan ventilasi mekanik. Menurut Widyaningsih

(2012), VAP adalah pneumonia yang didapat di rumah sakit yang

terjadi selama 48 jam pasien mendapat bantuan ventilasi mekanik,

baik melalui pipa endotrakea maupun pipa trakeostomi.

Klasifikasi lain dari infeksi nosokomial digolongkan

berdasarkan tipe organisme dan tipe/bagian infeksi. Berdasarkan tipe

organisme, infeksi nosokomial terdiri dari infeksi akibat bakteri,

virus, jamur, parasite, protozoa, rickettsia, prion (partikel protein

yang terinfeksius), serta infeksi akibat organisme tidak

teridentifikasi. Sedangkan, berdasarkan tipe/bagian infeksi terbagi

atas infeksi bloodstream, infeksi bagian yang dioperasi, abses,

pneumonia, infeksi pada kanul IV, infeksi protesis, infeksi drain tube

urin dan infeksi jaringan lunak (Komite Keselamatam Pasien Rumah

Sakit,2015).
8

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi nosoklomial

Darmadi (2008) mengemukakan beberapa faktor yang berperan

dalam terjadinya infeksi nosokomial adalah :

a. Faktor-faktor luar (extrinsic factors)

Faktor-faktor luar yang berpengaruh dalam proses terjadinya

infeksi nosokomial seperti :

1) Petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga

laboratorium, dan sebagainya).

2) Peralatan dan dan material medis (jarum, kateter, instrumen,

respirator, kain/doek, kassa, dan lain-lain).

3) Lingkungan terdiri dari lingkungan internal seperti ruangan

perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah, serta lingkungan

eksternal seperti halaman rumah sakit dan tempat pembuangan

sampah atau pengelolahan limbah.

4) Makanan dan atau minuman (hidangan yang disajikan setiap

saat kepada penderita).

5) Penderita lain (keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau

ruangan perawatan dapat merupakan sumber penularan).

b. Pengunjung atau keluarga (keberadaan tamu atau keluarga dapat

merupakan sumber penularan). Faktor-faktor yang ada dalam diri

penderita (instrinsic factors) seperti: umur, jenis kelamin, kondisi

umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit lain yang

menyertai (multipatologi) beserta komplikasinya.


9

c. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay),

menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita

dalam satu ruangan.

d. Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat

kemampuan merusak jaringan, lamanya paparan (length of exposure)

antara sumber penularan (reservoir) dengan penderita.

Gambar 2.1 Faktor-faktor terjadinya Hospital Acquired Infection

(Darmadi 2008)

B. Bloodstream Infection

1. Definisi Bloodstream Infection

Bloodstream infection atau infeksi aliran darah primer (IADP)

adalah infeksi yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang

dicurigai sebagai sumber infeksi. Infeksi ini, sering digunakan sebagai

salah satu sumber data digunakan untuk mengendalikan infeksi

nosokomial (IN) di rumah sakit. Faktor resiko yang sering menimbulkan

IADP adalah kerentanan pasien terhadap infeksi, dan pemasangan

jarum/kanula intravena (IV) melalui tindakan invasif, diantaranya


10

pemasangan infus (Potter & Perry, 2005). Menurut (Surasmi, Asrining,

2003) ada beberapa definisi dari bloodstream infection :

a. Primary Bloodstream Infection (BSI)

Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari peralatan

IV disertai gejala klinis, tapi tidak ada infeksi di tempat lain.

b. Secondary Bloodstream Infection

Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari IV divices

disertai adanya tanda klinis, tapi ada infeksi ditempat lain.

c. Kolonisasi

Adalah suatu kondisi terdapatnya mikroorganisme dalam

darah tetapi tidak disertai dengan adanya tanda – tanda klinis.

d. Bakterimia

Bakterimia adalah suatu kondisi dimana terdapatnya bakteri

di dalam aliran darah dan diperlukan pemeriksaan kultur darah untuk

memastikan kondisi bakterimia hasil kultur darah menunjukan

positif adanya mikroorganisme.

e. Sepsis

Sepsis adalah Infeksi sistemik pembuluh darah yang

menyebabkan reaksi sistemik yang lebih meluas. Sepsis juga

merupakan Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan

terdapat bakteri dalam darah (Surasmi, Asrining. 2003).


11

2. Kriteria Bloodstream Infection

Ada beberapa kriteria untuk menentukan bloodstream infection

kriteria 1 dan 2 dapat digunakan untuk semua peringkat umur pasien

termasuk usia <1 tahun, minimal ditemukan satu kriteria seperti tersebut :

a. Kriteria 1 infeksi aliran darah primer atau bloodstream infection :

1) Ditemukan Pathogen pada ≥1 kultur darah pasien

2) Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi

lain dari tubuh pasien.

b. Kriteria 2 infeksi aliran darah primer atau bloodstream infection :

1) Pasien menunjukkan minimal satu gejala klinis: demam (suhu >

38OC, menggigil atau hipotensi

2) Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan

laboratorium yang tidak berhubungan dengan infeksi di bagian

lain dari tubuh pasien

3) Hasil kultur yang berasal dari ≥2 kultur darah pada lokasi

pengambilan yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan

kulit yang umum, misalnya difteroid (Corynebacterium spp),

Bacillus spp, (bukan B anthracis), propionibacterium spp,

staphylococcus coagulase negative termasuk S epidermidis,

Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.


12

c. Kriteria 3 infeksi aliran darah primer atau bloodstream infection :

1) Pasien anak usia ≤ 1 tahun menunjukkan minimal satu gejala

seperti berikut: demam (suhu rektal > 38 oC), hipotermi (suhu

rektal < 37oC), Apnoe atau bradikardia

2) Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan

laboratorium yang tidak berhubungan dengan infeksi di bagian

lain dari tubuh pasien

3) Hasil kultur yang berasal dari ≥2 kultur darah pada lokasi

pengambilan yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan

kulit yang umum, misalnya difteroid (Corynebacterium spp),

Bacillus spp, (bukan B anthracis), propionibacterium spp,

staphylococcus coagulase negative termasuk S epidermidis,

Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.

3. Sumber Infeksi Akibat Terapi Intravaskular

Tiga sumber utama yang berpengaruh terhadap infeksi yang

berhubungan dengan terapi intravaskular karena adanya bakteri, yaitu :

udara, kulit dan darah. Beberapa sumber yang dapat menyebabkan

terjadinya infeksi yang berhubungan dengan terapi intravaskular :

a. Kontaminasi udara.

b. Cairan infus yang kadaluarsa.

c. Admixtures, pencampuran.

d. Manipulasi peralatan terapi intravascular.

e. Injection ports.
13

f. Three-way stopcocks.

g. Kateter intravascular.

h. Terapi antibiotik.

i. Persiapan kulit (area pemasangan intravaskular), desinfektan yang

terkontaminasi.

Gambar 2.2 Sumber Infeksi Pada Pemasangan Kateter Intravascular

(Weinstein et.al,1997)

Gambar 2.3 Sumber Infeksi Setelah IV Terpasang (Weinstein et al,

1997)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang

terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam (Brooker, 2008). Menurut

Potter dan Perry (2005), infeksi nosokomial terjadi di rumah sakit karena

mikroorganisme patogen yang menginfeksi pasien melalui pemberian

pelayanan kesehatan.

Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien

dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat

imunosupresan dan steroid, imunitas turun misal pada pasien yang menderita

luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan invasif, pemasangan infus

yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial

pada luka operasi

B. Saran
Dengan semakin banyaknya pengetahuan kita tentang Infeksi ini beserta
apa penyebabnya, maka kita sebagai para calon ahli Radiografer tidak hanya
berperan penting dalam perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan
radiologi saja namun kita wajib mengetahui sebagai ilmu tambahan untuk kita
kedepannya

14
DAFTAR PUSTAKA.
Asrining Surasmi. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.

Brooker, C. (2008). Ensiklopedia keperawatan, (edisi Bahasa Indonesia), alih


bahasa. Andry hartono et al. Jakarta: EGC.

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta.


Salemba Medika

Depkes RI. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Gruendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


EGC

Hogonet, S, et al. Nosoclomial Bloodstream Infection and Clinical Sepsis, ISSN,


Vol. 4. 2004

KEMENKES RI, 2011, Pedoman Pelaksanaa Jaminan Kesehatan Masyarakat,


Jakarta: Kemenkes.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan. Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC.

WHO 2002. Prevention of hospital-acquired infections: A practical guide 2 nd


edition.http://www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/en/
whocdscsreph200212.pdf 22 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai