Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

TEKNIK PEMERIKSAAN BNO-IVP PADA KLINIS KANKER SERVIKS


STADIUM III B DENGAN METASTASIS ORGAN DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”
(PUSAT KANKER NASIONAL)
PERIODE 12-30 APRIL 2021 DAN 2-19 JUNI 2021

DISUSUN OLEH :
ZAINATUT TALWINAH
NPM : P21140219069

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) telah disetujui oleh instrukturdan pembimbing
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di instalasi radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais

Jakarta, Juni 2021


Koordinator Pelayanan Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Kanker Dharmais

Heri Wiranto, SST

Instruktur Lapangan

Moh. Odim Saprudin, Amd. Rad

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan pada tanggal 12-30 April 2021 dan 2-19 Juni
2021 di instalasi radiologi Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Pada kesempatan yang baik ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Dr. Nursama Heru Apriantoro, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
2. Retno Prawestri, S.Si selaku sie. kemahasiswaan jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
3. Khairil Anwar S.Pd, M.Kes selaku pembimbing akademik
4. Heri Wiranto, SST selaku koordinator pelayanan instalasi radiologi Rumah Sakit Kanker
Dharmais
5. Moh. Odim Saprudin, Amd. Rad selaku Instruktur Lapangan instalasi radiologi Rumah
Sakit Kanker Dharmais
6. Seluruh instruktur dan karyawan instalasi radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais yang
telah membantu saya dalam melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL)
Penulis menyadari bahwa laporan praktek kerja lapangan (pkl) ini masih banyak
kekurangan baik bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Jakarta, Juni 2021

Zainatut Talwinah

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................................2
E. Durasi Dan Lokasi Pkl .......................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................................3
A. Anatomi Sistem Urinaria ...................................................................................3
B. Patofisiologi........................................................................................................5
C. Teknik Pemeriksaan Bno-Ivp..............................................................................8
BAB III STUDI KASUS ...................................................................................................13
A. Identitas Pasien ..................................................................................................13
B. Prosedur Pemeriksaan ........................................................................................13
C. Hasil Pembacaan Radiograf................................................................................18
BAB IV PENUTUP............................................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit kanker Dharmais merupakan rumah sakit yang ditunjuk oleh
pemerintah sebagai Pusat Kanker Nasional sesuai dengan Keputusan Menkes RI Nomor :
HK.01.07/MENKES/531/2017, yang meliputi riset, pendidikan, pengobatan dan
pelayanan penuh terhadap masyarakat pasien pengidap kanker di Indonesia. Rumah sakit
Dharmais terletak di Jl. Letjen S. Parman No.84-86, Jakarta Barat. Pembangunan Rumah
Sakit Kanker Dharmais (RSKD) dilatarbelakangi oleh meningkatnya jumlah penderita
kanker di Indonesia. Rumah sakit khusus kanker ini dirancang memiliki fasilitas dan
kapasitas dengan fungsi yang paling diutamakan adalah penanganan dan pelayanan pada
penyakit kanker.
Rumah sakit khusus kanker ini akan mengutamakan pasien yang akan melakukan
kemoterapi dan tindakan bedah, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat menangani
penyakit-penyakit lain selain kanker, berdasarkan Peraturan Kementrian Republik
Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 24 pada klasifikasi Rumah Sakit
Kelas B meliputi Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi-Mulut dan Pelayanan
Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana. Rumah sakit khusus kanker juga dilengkapi
dengan pelayanan penunjang medik yang terdiri dari 8 (delapan) pelayanan meliputi
pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik serta pelayanan
medik spesialis lainnya meliputi mata, telinga, tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, dan lain-lain yang dianggap perlu.
Di Rumah Sakit Kanker Dharmais terdapat fasilitas yang menunjang pemeriksaan
dalam diagnosis terutama kanker pada bagian instalasi radiologi, diantaranya adalah
konvensional x-ray (rontgen), MRI, CT Scan, USG, Angiography, Endoscopy, Portable
x-ray, Kedokteran nuklir dan yang lainnya. Dari beberapa kasus pada pasien, penulis
mengambil salah satu penunjang diagnose yaitu pemeriksaan BNO-IVP pada klinis
kanker serviks stadium III B dengan metastasis organ menggunakan alat X-Ray atau
yang sering disebut dengan foto rontgen pemeriksaan BNO-IVP.
Saat kanker tumbuh dan berkembang, awalnya kanker akan terbentuk pada satu area
atau satu organ tubuh. Area ini dikenal sebagai situs utama. Tidak seperti sel-sel lain
dalam tubuh, sel-sel kanker dapat melepaskan diri dari situs utama dan melakukan
perjalanan ke bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel kanker dapat bergerak di dalam tubuh
1
melalui aliran darah atau sistem getah bening. Sistem getah bening terdiri dari pembuluh
yang membawa cairan dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Ketika sel-sel kanker
melakukan perjalanan ke organ-organ lain di dalam tubuh, maka kondisi tersebut disebut
juga dengan metastasis.
Berdasarkan latar belakang di atas, pada laporan praktek kerja lapangan kali ini
penulis tertarik untuk mengambil topik “Teknik Pemeriksaan BNO-IVP pada Klinis
Kanker Serviks Stadium III B dengan Metastasis Organ di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Kanker “Dharmais””.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam laporan praktik kerja lapangan ini adalah ‘bagaimana penatalaksaan pemeriksaan
BNO-IVP pada klinis kanker serviks III B dengan metastasis organ di instalasi radiologi
Rumah Sakit Kanker Dharmais?’

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami penatalaksanaan pemeriksaan BNO-IVP dengan klinis kanker
serviks III B metastasi organ
2. Untuk mengetahui proyeksi apa saja pada pemeriksaan BNO-IVP

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada penulis dan pembaca

3. Memberikan gambaran kepada pembaca bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan


BNO-IVP
E. Durasi dan Lokasi PKL
1. Durasi : Pada putaran 2 dari tanggal 12-30 April 2021 dan 2-19 Juni 2021
Hari : Senin sampai dengan Jum’at selama 6 minggu
2. Lokasi Praktik Kerja Lapangan :
Di Rumah Sakit Kanker ” Dharmais “ ( Pusat Kanker Nasional ).
Jl. Letjen S.Parman Kav 84-86, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Anatomi Sistem Urinaria

1. Ginjal (kidney)
Sistem urinary berkonstribusi pada homeostatis dengan mengubah komposisi,
pH, volume, dan tekanan darah, memelihara osmolaritas darah, ekskresi limbah dan
substansi asing, serta memproduksi hormon. Sistem urinary terdiri dari dua buah
ginjal, dua ureter, satu buah vesika urinari, dan satu urethra (Ballinger, 2013).
Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urin dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system utama untuk
mempertahankan homeostatis(Sloane, 2003).
Setelah ginjal menyaring plasma darah, maka plasma darah kebanyakan kembali
dari air dan zat terlarut kealiran darah. Sisa air dan zat terlarut ini pada dasarnya
adalah urin yang melalui ureter dan tersimpan didalam vesika urinary hingga
diekskresikan dari tubuh melewati urethra. Nephrology adalah ilmu yang
memperlajari anatomi, fisiologi, dan patologi ginjal. Cabang dari pengobatan sistem
urinary pria dan wanita dan sistem reproduksi pria disebut urology (Tortora &
Bryan, 2012).
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebreae lumbalis III, melekat
langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang,
jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan,
pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari ginjal wanita. Secara anatomis

3
ginjal terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Korteks
ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-juta nefron. Nefron
merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medula ginjal yang terletak lebih
profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil
ultrafiltrasi berupa urine.
2. Ureter
Terdapat dua ureter berupa dua pipa saluran, yang masing-masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kemih. Panjang
ureter 35cmsampai 40 cm. Terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang
berotot dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai dari pelebaran hilum ginjal
dan berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam rongga pelvis
dan dengan arah oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung kemih
(Pearce,2000)
3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantung musculomembranous yang
berfungsi sebagai reservoir untuk urine. Kandung kemih berada pada posterior dan
superior dari symphisis pubis, dan fundusnya yang berkaitan dengan rectal ampula
pada laki laki, sedangkan pada perempuan berada dibagian atas vagina. Apex
kandung kemih berada pada aspek antero-posterior dan berkaitan dengan aspek
superior dari symhiss pubis. Sebagian besar bagian yang terletak pada kandung
kemih adalah leher, yang berada pada prostat laki-laki atau pada diafragma pelvis
wanita. Kandung kemih ukurannya bervariasi, bentuk dan posisi, mengikuti jumlah
kandungannya saat terisi, vicus perlahan berbentuk oral saat meluas. Kandung kemih
dewasa dapat menampung sekitar 500 cc cairan saat terisi penuh untuk micturating
terjadi ketika terdapat sekitar 250cc urinedalam kandung kemih(Ballinger, 1999).
4. Urethra
Urethra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan eksresi urinedan sperma. Urethra dilapisi membrane
mukosa yang bersambung dengan membrane yang melapisi kandung kemih. Meatus
urinariusterdiri atas serabut otot lingkar yang membentuk Sphincter
urethra.Pada wanita panjang urethra 2,5 cm sampai 3,5 cm. Sedangkan pada
laki-laki panjang urethra berkisar dari 17 cm sampai 22,5 cm

4
B. Patofisiologi
Menurut Ballinger,1999 Indikasi pemeriksaan radiologi dari traktus urinarius adalah:
1. Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) atau pembesaran pada prostat.
2. Polycystic Kidney, pembesaran ginjal dengan pembentukan kista yang banyak.
3. Renal Hypertension, Peningkatan tekanan darah ke ginjal.
4. Renal Obstruction, Kondisi mencegah aliran normal urin melalui sistem kemih.
5. Duplicate Collecting System, terdapat Dua ginjal atau ureter dari ginjal yang
sama.
6. Cystitis, teradi Peradangan kandung kemih.
7. Fistula, Abnormal antara dua organ internal atau antara organ dan permukaan tubuh.
8. Tumor atau pertumbuhan jaringan baru dimana proliferasi sel yang tidak
terkendali
9. Kanker cervix
a) Pengertian
Kanker Cervix adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel cervix, kanker
cervix dapat berasal dari sel-seldi leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-
sel mulut rahim atau keduanya. Cervix terdiri atas ectoservix (bagian luar) dan
endoserviks (bagian dalam). Bagian dari leher rahim yang paling dekat
dengan tubuh rahim disebut endoserviks. Bagian ectoserviks dilapisi oleh sel-
sel mukosa (epitel pipih). Bagian endocerviks dilapisi oleh selsilindris (epitel
tabung). Tempat pertemuan antara dua jenis sel ini disebut zona
transformasi. Sebagian besar kanker cervix dimuai pada lapisan-lapisan
cervix. Sel-sel ini pada awalnya tidak ada sesuatu yang menandakan akan
berubah menjadi kanker. Sel-sel normal cervix karena pengaruh zat
karsinogen (zat yang dapat menyebabkan kanker) dapat berkembang secara
bertahap menjadi sel pra-kanker dan kemudian berubah menjadi sel kanker.
Pada kanker cervix stadium awal akan dapat menyebabkan kegagalan
fungsi reproduksi khususnya pada penderita usia muda karena
pengobatan pembedahanataupun radiasi. Kanker cervixstadium lanjut dapat
menyebabkan kematian pada penderita karena kegagalan pengobatan. Pada
stadium lanjut, kanker akan menyebar (metastase) ke berbagai organ
lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ,
seperti ginjal, paru-paru, hati dan organ lainnya. Khusus kanker cervix,
5
data rumah sakit Indonesia mendapatkan bahwa lebih dari 70% penderita
kanker cervix datang berobat stadium tinggi atau lanjut sehingga angka
kegagalan atau tidak memuaskan pengobatan tinggi sehingga angka
kematian tinggi. Jika tidak terdeteksi dini, maka kanker cervix akan
berakibat fatal. Kanker cervix mulai berkembang ketika sebuah sel dengan
kemampuan untuk mereplikasi sendiri (dari basa atau pra basa lapisan epitel).
b) Gejala Kanker Cervix yang timbul akan semakin banyak, terutama bila
kanker cervix semakin tinggi stadiumnya. Gejala awal pada kanker cervix pada
stadium lanjut antara lain:
1) Keputihan yang tidak sembuh sengan pengobatan pada umumnya.
2) Nyeri pada perut bawah.
3) Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
4) Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
Seringkali tanpa gejala, dilakukan atau diketahui dengan skrining.ejala
kanker cervixyang lebih lanjut atau telah terjadi penyebaran, antara lain:
1) Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau
bercampur darah (keputihan karena kanker).
2) Tidak dapat buang air kecil (sumbatan saluran kencing).
3) Sakit ketika melakukan hubungan seks.
4) Terasa sangat lelah.
5) Hilang nafsu makan.
6) Turun berat badan.
7) Nyeri panggul (kanker yang mengisi panggul).
8) Sakit punggung (penyebaran ke tulang punggung).
9) Sakit di kaki (karena kaki bengkak, penyebaran ke tulang kaki).
10) Salah satu kaki bengkak (kanker yang menyumbat pembuluh limfe).
11) Banyak pendarahan dari vagina (pendarahan dari kanker servix).
12) Bocor air kencing dan feses dari vagina (ada lubang fistel kandung
kencing atau usus bawah).
13) Keretakan tulang (penyebaran ke tulang).
14) Batuk-batuk (penyebaran ke paru-paru).
c) Tahapan Klinis Kanker Cervix
1) Tahap 1 kanker terbatas pada cervixa).
 IA : Terdeteksi kanker invasif hanya microscopis.
6
 IA1 :Invasif dengan kedalaman < 3mm dan lebar < 5mm.
 IA2 : Invasif dengan kedalaman > 3mm tetapi <5mm dan
lebar <7mm.
 IB : Kanker dapat terlihat jelas dipermukaan servix.
 IB1 : Kanker dileher rahim kurang dari 4 cm. f). IB2: Kanker
di leher rahim lebih besar dari 4cm.
2) Tahap II penyebaran ke struktur yang berdekatan.
 IIA : menyebar ke bagian vagina
 IIB : menyebar membujur dinding panggul
3) Tahap III berkembang lebih luas tetapi masih dalam area panggul
 IIIA : kanker berkembang panjang ke daerah vagina yang lebih
rendah
 IIIB : kanker berkembang panjang ke dinding panggul hingga
menghambat saluran kemih
4) Tahap IV menyebar luas dan melibatkan organ panggul
 IVA : meliputi bagian dalam kandung kemih atau rectum
 IVB : metastasis jauh hingga kebagian paru-paru, hati, dan
tulang.
d) Faktor penyebab
1) Virus HPV (Human Papiloma Virus)
2) Merokok
3) Infeksi HIV
4) Infeksi chlamedia dan herpes simpleks tipe 2
5) Berpenghasilan rendah
e) Metastasis
Pertumbuhan sel kanker ke dalam kelenjar limfe dan organ yang berjarak,
baik melalui jalur limfogen maupun hematogen. Tahapan metastasis yaitu
adanya invasi dan migrasi, intravasasi, sirkulasi, ekstravasasi dan kolonisasi.
Faktor yang berpengaruh pada metastasis adalah angiogenesis, sifat
pertumbuhan infiltratif, hilangnya adhesi antar sel, proteolisis komponen
matriks ektraselular dan migrasi sel kanker serta adanya teori niche dan soil and
seed.

7
C. Teknik Pemeriksaan BNO-IVP
1. Pengertian BNO-IVP
Pemeriksaan BNO-IVP (Buick Nier Overzick Intravena Pyelografi) adalah
pemeriksaan secara radiologis terhadap tractus urinarius dengan menggunakan
kontras media positif yang disuntikkan melalui intravena. Dimana untuk
mengetahui ada atau tidaknya kelainan dibutuhkan zat kontras media positif
sebagai penegak diagnosa. Yang kita ketahui zat kontras media positif memiliki
densitas yang tinggi sehingga saat pengambilan gambar akan terlihat jelas pada
ginjal apakah ada kelainan pada ginjal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui fungsi, letak, bentuk, dan ukuran kedua ginjal, ureter dan kandung
kemih. Mengigat proses pengambilan foto atau pemeriksaan BNO IVP, cukup
banyak maka proteksi pada pasien juga harus di perhatikan.
2. Kontras Media
Kontras media adalah suatu bahan yang sangat radioopaque atau radiolusen
apabila berinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan antara organ dan
jaringan sekitarnya. Ciri-ciri kontras media yang ideal adalah:
a) Mempunyai konsentrasi iodium yang sangat tinggi
b) Larut dalam air
c) Stabil terhadap panas
d) Tekanan osmotiknya rendah
e) Viskositasnya tinggi
3. Alat dan bahan
a) Pesawat radiologi dihidupkan, kondisi di atur sesuai kebutuhan
b) Digital Radiografi (DR)
c) Pakaian pasien
d) Alat kompresi
e) Bola kasti
f) Micropore (plester)
g) 2 buah Spuit 20 cc
h) Alcohol swab
i) Kontras media positif ultravist (iopromide) 300 mg l/mL
j) Abocat
k) Tourniquet
8
l) Stopwatch

gambar 2.1 pesawat radiologi

Gambar 2.2 Digital Radiografi (DR)

Gambar 2.3 alat dan bahan penyuntikan kontras media


4. Persiapan Pasien
a) Pasien makan bubur kecap (makanan yg lunak & mudah dicerna), 1 atau 2 hari
sebelum pemeriksaan.
b) Makan malam sebelum pemeriksaan jam 19.00.
c) Pada malam hari sebelum pemeriksaan (jam 20.00) minum garam Inggris 30
gr atau dulcolax 2x2 tablet.
d) Minum terakhir jam 23.00 (cairan pd pasien jangan melebihi ukuran 0,568 lt
sebelum 24 jam & tdk diperkenankan minum 8 jam sebelum pemeriksaan)
e) Dilarang merokok & banyak bicara (menghindari akumulasi dari intestinal
gas).

9
f) Pasien hrs segera b.a.k sebelum pemeriksaan.
g) Pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratoriu, guna mengukur kadar
ureum dan kreatininnya. Kandungan kreatinin (menyatakan jumlah darah yang
dibersihkan dari kreatinin per menit) normal berkisar antara 120-140 ml per
menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh. Sedangkan ureum normal dalam
darah ialah 8-25mg/100ml
5. Indikasi Pemeriksaan
a) Hydronefrosis
b) Nepritis (Radang pada ginjal)
c) Batu ginjal
d) Trauma: Ruptur ginjal
e) Urinary tract infection
f) Vesicolithiasis
g) Nefritis
h) Ureterolithiasis
i) Tumor
j) Hipertropi prostat
k) Renal hypertention
6. Teknik Pemeriksaan
a) Foto polos abdomen
Sebelum dilakukan injeksi kontras media lewat intravena, pertama
dilakukan plain foto yaitu foto BNO dengan proyeksi AP supine, untuk
melihat apakah sudah memenuhi syarat kriteria BNO yang baik.
Proyeksi AP Supine
Posisi pasien : supine (tidur telentang di atas meja
pemeriksaan )
Posisi objek : pertengahan MSP tubuh berada di tengah
grid device
Tangan pasien disamping tubuh atau di atas dada agar
tidak menutupi lapangan penyinaran dan kedua kaki
lurus
Pertengahan kaset setingga Krista iliaca dan pastikan
syphisis pubis terbawa.
Batas atas kaset pada processus xypoideus dan batas
10
bawah kaset pada simpisis pubis
Central ray : vertical tegak lurus dengan plate detector
Central point : 2 inch atau 5 cm diatas crista iliac
Image receptor : 35x43 cm
Respirasi : ekspose saat ekspirasi penuh
Kriteria gambar : terlihat ukuran dan bentuk hati, ginjal, spleen, dan
kalsifikasi intraabdominalatau massa tumor.
Tampak area dari simpisis pubis sampai bagian atas
abdomen

Gambar 2.4 posisi pasien proyeksi antero-posterior abdomen

Gambar 2.5 hasil gambaran radiografi abdomen


b) Penyuntikkan media kontras
Sebelum penyuntikan media kontras terlebih dahulu dilakukan skin test
terhadap pasien. Selanjutnya setelah pasien tidak mengalami alergi maka
pasien tersebut telah memenuhi syarat dilakukan pemeriksaan BNO-IVP.
Penyuntikan media kontras secara langsung dilakukan melalui pembuluh darah
vena dengan cara memasukkan wing needle ke dalam vena mediana cubiti.
c) Foto post penyuntikan media kontras
Foto proyeksi AP supine 5 menit setelah penyuntikan media kontras dengan

11
kompresi. Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi ginjal dan untuk
melihat pengisisn media kontras pada pelviocalis.

Gambar 2.6 posisi pasien AP supine dengan kompresi


d) Foto AP supine 10 menit setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat perjalanan media kontras dari
pelviocalis ke ureter
e) Foto AP supine 15 menit setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian media kontras pada ureter
f) Foto AP supine 30 menit setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian media kontras pada ureter
dan kandung kemih. Apabila pada pengambilan radiograf tujuan pengambilan
radiograf tidak terpenuhi maka dibuat radiograf 60 menit, 90 menit, 120
menit. Dan apabila diperlukan maka dibuat proyeksi oblique.
Catatan : lamanya pemeriksaan bergantung pada fungsi dari organ organ
traktus urinarius. Apabila ada sumbatan, turunnya media kontras menjadi
terhambat sehingga pemeriksaan ini dapat memakan waktu hingga 90-120 menit.
g) Foto AP supine post void
Apabila pada foto ke 30 menit kandung kemih sudah terisi penuh media
kontras maka pasien dipersilahkan buang air kecil terlebih dahulu, dilanjutkan
foto post void dengan tujuan melihat kandung kemih sudah bersih dari urine
dan melihat adanya kelainan pada traktus urinarius seperti ren mobile.

12
BAB III
STUDI KASUS

A. Identitas Pasien
Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan BNO-IVP pada klinis kanker
serviks dengan metastasis organ di instalasi radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais
adalah sebagai berikut :
Nama :Ny. S
No. MR :270xxx
Tanggal Lahir :10-08-xxxx

B. Prosedur Pemeriksaan BNO-IVP


1. Alat dan bahan
a) Pesawat radiologi dihidupkan, kondisi di atur sesuai kebutuhan
b) Digital Radiografi (DR)
c) Pakaian pasien
d) Alat kompresi
e) Bola kasti
f) Micropore (plester)
g) 2 buah Spuit 20 cc
h) Alcohol swab
i) Kontras media positif ultravist (iopromide) 300 mg l/mL 50 cc
j) Abocat
k) Tourniquet
l) Stopwatch
2. Persiapan pasien
a) Pasien makan bubur kecap (makanan yg lunak & mudah dicerna), 1 atau 2
hari sebelum pemeriksaan.
b) Makan malam sebelum pemeriksaan jam 19.00.
c) Pada malam hari sebelum pemeriksaan (jam 20.00) minum garam Inggris 30
gr atau dulcolax 2x2 tablet.
d) Minum terakhir jam 23.00 (cairan pd pasien jangan melebihi ukuran 0,568 lt
13
sebelum 24 jam & tdk diperkenankan minum 8 jam sebelum pemeriksaan)
e) Dilarang merokok & banyak bicara (menghindari akumulasi dari intestinal
gas).
f) Pasien hrs segera b.a.k sebelum pemeriksaan.
g) Pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratoriu, guna mengukur kadar
ureum dan kreatininnya. Kandungan kreatinin (menyatakan jumlah darah
yang dibersihkan dari kreatinin per menit) normal berkisar antara 120-140 ml
per menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh. Sedangkan ureum normal
dalam darah ialah 8-25mg/100ml
3. Prosedur pemeriksaan
Proyeksi AP Supine
Posisi pasien : supine (tidur telentang di atas meja
pemeriksaan )
Posisi objek : pertengahan MSP tubuh berada di tengah
grid device
Tangan pasien disamping tubuh atau di atas dada agar
tidak menutupi lapangan penyinaran dan kedua kaki
lurus
Pertengahan kaset setingga Krista iliaca dan pastikan
syphisis pubis terbawa.
Batas atas kaset pada processus xypoideus dan batas
bawah kaset pada simpisis pubis
Central ray : vertical tegak lurus dengan plate detector
Central point : 2 inch atau 5 cm diatas crista iliac
Image receptor : 35x43 cm
Respirasi : ekspose saat ekspirasi penuh
Kriteria gambar : terlihat ukuran dan bentuk hati, ginjal, spleen, dan
kalsifikasi intraabdominal atau massa tumor.
Tampak area dari simpisis pubis sampai bagian atas
abdomen
a) Foto abdomen polos AP supine
Tujuan pemotretan adalah untuk melihat persiapan pasien, menilai usus
apakah bebas dari udara dan feses. Melihat kelainan kelainan anatomi dari
organ organ saluran kemih. Memperbaiki posisi pasien apabila masih salah.
14
Gambar 3.1 posisis pasien foto abdomen polos AP Supine

Gambar 3.2 hasil foto abdomen polos AP Supine


Kriteria gambar `: tampak udara pada colon
Tampak thorakal 12dan batas bawah simpisis pubis
b) Penyuntikan media kontras
Pada pemeriksaan BNO-IVP di instalasi radiologi Rumah Sakit Kanker
Dharmais penyuntikan media kontras dilakukan dengan cara memasang
needle wing pada pembuluh darah vena pasien. Media kontras yang
digunakan adalah iopromide 50 cc. dosis yang diberikan disesuaikan
denganberat badan pasien

Gambar 3.3 Penyuntikan media kontras


15
c) Foto abdomen AP supine menit ke 5 setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi ginjal eksresi
ginjaldan melihat pengisian media kontras pada daerah pelvic kalises

Gambar 3.4 posisi pasien foto abdomen AP supine menit ke 5

Gambar 3.5 hasil foto abdomen AP supine menit ke 5


Kriteria gambar : tampak kontur ginjal
Tampak media kontras mengisi pelvic calises
d) Foto abdomen AP supine menit ke 10 setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat pengisian media kontras
pada pelvic kalises menuju ureter

Gambar 3.6 hasil foto abdomen AP supine menit ke 10


Kriteria gambar : tampak media kontras pada kedua daerah pelvic
calises dan ureter
e) Foto abdomen AP supine menit ke 15 setelah penyuntikan media kontras

16
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat pengisian media kontras
pada ureter

Gambar 3.7 hasil foto abdomen AP supine menit ke 15


Kriteria gambar `: tampak kontur ginjal
Tampak media kontras mengisi kedua ginjal dan
ureter
f) Foto abdomen AP supine menit ke 30 setelah penyuntikan media kontras
Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat pengisian media kontras
pada daerah ureter dan kandung kemih

Gambar 3.8 hasil foto abdomen AP supine menit ke 30


Kriteria gambar ` : tampak media kontras mengisi kandung kemih
g) Foto abdomen AP supine post void
Tujuan pemotretan ini adalah untuk menilai kemampuan dan daya
kontraksi dari kandung kemih setelah kontras media dikeluarkan

Gambar 3.9 hasil foto abdomen AP supine post void


Kriteria gambar `: tampak kandung kemih dengan sedikit sisa media kontras

17
Masih tersimpan sedikit media kontras di ginjal
C. Hasil Pembacaan Radiograf
 Adapun pembacaan radiograf oleh dokter radiolog adalah sebagai berikut:
 Psoas dan skeletal tak tampak kelainan
 Tak tampak urolith radioopaq
 Distribusi udara usus normal
 Fungsi sekresi dan eksresi kedua ginjal baik, simetris.
 Pelvokalises kanan dan kiri tidak tampak kelainan
 Drainase kedua ureter lancar, tak tampak bendungan
 Buli buli besar bentuk baik, dinding regular, tidak tampak filling defek maupun
additional shadow
 Post void sisa urine minimal
 Kesan : fungsi kedua ginjal baik

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

18
Dari dosis radiasi yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
pemeriksaan BNO IVP jumlah dosis radiasi yang diterima oleh pasien lebih tinggi
dibandingkan dosis radiasi pada pemeriksaan radiografi biasa. Pengaruh dosis radiasi
pada pemeriksaan BNO IVP lebih tinggi disebabkan oleh besarnya luas area
pengambilan dan waktu penyinaran lebih lama yaitu sampai 5 kali penyinaran. Walaupun
dosis yang diterima oleh pasien pada pemeriksaan bno ivp cukup besar namun
keselamatan radiasi harus tetap di perhatikan sebagai usaha untuk melindungi seseorang
dan keturunannya secara keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya efek radiasi yang
merugikan.
Pemberian dosis yang dibuat serendah mungkin dengan mempertimbangkan batas
dosis yang tidak dilampaui, dengan demikian meskipun seseorang menerima penyinaran
secara terus menerus selama hidupnya maka dosis ambang yang diterima tidak akan
tercapai karena nilai batas dosis yang ditetapkan hanya didasarkan pada penyinaran
dalam keadaan normal. Kompresi di perlukan agar memberikan diagnose yang
maksimal. Setelah dilakukan penyinaran selama proses pemeriksaan maka dapat
disimpulkan tidak adanya kelainan pada ginjal dan metastasis pada organ menurut hasil
pembacaan radiograf oleh dokter radiolog.

B. Saran
Dalam pemeriksaan BNO-IVP ini sebaiknya menggunakan alat fluoroscopy agar
lebih memudahkan dalam pemeriksaan. Sebaiknya tidak dilupakan proteksi radiasi pada
pemeriksaan ini menggunakan shield gonad.

DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, W. Philip,(1995), Positioning and Radiologic Procedures, Volume One, London
The Ohio State University Columbus Mosby
Bontranger, L Kenneth, (2001), Merlin For Texbook of Radiographic Positioning And
Related Anatomi,London : St louis Mosby
Chesney M.D. dkk (1970), Radiographic Photography Third Edition,London : Ninth Edition
The United Birmingham
19
Bontrager, Kenneth L & John P. Lampignano. 2005. Textbook of Radiographic Positioning
and Related.6th Edition. St. Louis by Mosby, Inc., an Affiliate of Elsevier Inc.
Sloane, Ethel .2003. Anatomi dan Fisiologiuntukpemula, Jakarta: EGC.
Tortora, Gerard J & Bryan Derrickson. 2012. Principles of Anatomy & Physiology, 13 th
Edition, USA. Biological Science Textbooks, Inc., and Bryan Derrickson.
Kurniawan, Puji. Proses Metastasis Pada Keganasan Kepala Dan Leher. Jurnal THT - KL
Vol.7, No.1. 2014

20

Anda mungkin juga menyukai