Disusun Oleh :
AISAH
NIM. 201104114
Nama : Aisah
Nomor Induk Mahasiswa : 201104114
Sekolah Tinggi : Institute Teknologi Kesehatan Malang (ITKM)
Program Studi : D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi
Judul :
“Teknik Pemeriksaan Cervical Antero Posterior
(AP) dan Lateral Dengan Klinis Cervical Syndrome
Di Instalasi Radiologi RSU Mitra Delima Malang
MENGETAHUI
2
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt atas segala
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus “Teknik Pemeriksaan Cervical Antero Posterior (AP) dan Lateral
Dengan Klinis Cervical Syndrome Di Instalasi Radiologi RSU Mitra Delima
Malang”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik kerja lapang ,
yang dilaksanakan dari tanggal 20 Desember sampai dengan 15 Januari 2022 di
instalasi radiologi RSU Mitra Delima Malang.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini Penulis telah dapat banyak bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis
mengucapkan penuh banyak terimaksih kepada :
1. Direktur RSU dr. Nofita Dwi Harjayanti, MMRS yang telah bersedia memberi
tempat untuk lahan praktik.
2. Ibu Sri Sugiarti, S.Si M.Si selaku kaprodi D3 Radiodiagnostik dan Radiotrapi
Institute Teknologi Kesehatan Malang (ITKM).
3. Dr. Imron,Sp.Rad selaku Kepala Instalasi Radiologi RSU Mitra Delima
Malang
4. Bapak Khoirul Huda Amd. Rad selaku kepala ruang instalasi radiologi RSU
Mitra Delima Malang
5. Bapak Khoirul Huda Amd.Rad selaku CI Lapang yang telah banyak
membantu pada saat PKL dilaksanakan
6. Semua Radiografer dan segenap staf administrasi radiologi RSU Mitra Delima
Malang yang telah bersedia membimbing.
7. Orang Tua dan Keluarga yang telah mendukung dan mendoakan saya.
8. Teman-teman seperjuangan selama praktek di RSU Mitra Delima Malang.
3
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-nya kepada semua pihak yang
telah bersedia membantu dalam penyelesaian penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan dan kesalahan, mengingat keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca semua, guna memperbaiki laporan kasus
berikutnya. Demikian semoga segala sesuatu yang disampaikan dalam laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan para
mahasiswa program studi Radiodiagnostik dan Radioterapi Institut Teknologi
Kesehatan Malang Widya Cipta Husada. Terima Kasih.
Penulis
4
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………….……………………….1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................9
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................9
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................9
1.4.1 Manfaat Teoritis
…………………………………………………….9
1.4.2 Manfaat Praktis
…………………………………………………………10
5
2.3.3.6 Proyeksi Lateral ……….………………………………………..22
2.3.4 Prosedur pemeriksaan pasien ………………..………………….22
2.3.4.1 Pemeriksaan Alat……..……………………………………….23
2.3.4.2 Persiapan Pasien …..………………………………………….23
2.3.5 Proteksi Radiasi ……………………………………….………..23
2.3.5.1 Proteksi radiasi bagi pasien ………………….……………….23
2.3.5.2 Proteksi radiasi bagi pasien ……………….…………………23
2.3.5.3 Proteksi radiasi bagi masyarakat ………………………….….23
BAB III PROFIL KASUS...........................................................................................24
3.1 Identitas Pasien...................................................................................................24
3.2 Riwayat Pasien...................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................25
4.1 Prosedur Pemeriksaan..........................................................................................25
4.1.1 Persiapkan alat dan bahan …………………………………………………....25
A. Pesawat Sinar X...……………………………………………25
B. Kaset ……………………..…………………………………..26
C. Printer …………..……………………………………………27
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri Cervical, nyeri tengkuk
atau Cervical syndrome merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktik
klinik. Presentase kejadian Cervical syndrome ini 36% dari keluhan nyeri di
daerah vertebra, yang kejadiannya terbanyak nomor dua setelah keluhan nyeri
pinggang atau low back pain. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh
rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat.
Insiden nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering
mengenai wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1. (Hudaya.P,
2009 dan Turana.Y, 2010). Pada umumnya cervical syndrome terutama
spondilosis servikalis frekuensinya meningkat setelah usia 40 tahun dan
mengenai lebih dari 70% pasien dengan usia diatas 70 tahun. Baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai frekuensi terjadinya sama, walaupun
perubahan tersebut mungkin lebih berat pada laki-laki. (Bolman HH 1996).
Cervical syndrome ini dapat sebagai akibat adanya proses patologis
pada jaringan lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang berhubungan
dengan vertebra cervikal. Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan
vertebra cervikal antara lain cervikal spondylosis, radikulopathy atau
kompresi pada radiks saraf, myelopathy atau kompresi pada medulla spinalis
cervikal, cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal. Nyeri cervikal dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti: proses infeksi, perubahan degeneratif,
trauma, tumor dan kelainan sistemik . (Turana.Y, 2010).
Dalam praktek klinik sangat penting untuk membedakan dua gejala utama ,
yaitu : 1. Nyeri cervikal tanpa adanya nyeri radikuler dan defisit neurologis, 2.
Nyeri cervikal yang diikuti dengan nyeri radikuler dan defisit neurologis.
Untuk gejala utama yang kedua sangatlah besar kemungkinan ditemukan
adanya kelainan organik di cervikal. Pada nyeri cervikal tanpa adanya nyeri
radikuler atau defisit neurologis kadang tidak jelas adanya keterlibatan radiks
cervikal dan tidak jelas batasan kriteria diagnostik yang akan dilakukan.
Mengingat gejala tersebut juga dapat merupakan gejala awal proses organik
7
atau dapat pula akibat nyeri radikuler yang tidak terlokalisasi dengan baik.
Dari data diketahui 80-100 % pasien radikulopati menunjukkan adanya nyeri
cervikal dan lengan tanpa adanya kelumpuhan maupun parestesi (Turana Y,
2012).
8
electromyogram (EMG) dilakukan bila merupakan indikasi untuk mengetahui
gangguan pada saraf dan fungsi otot. (Trinkoff AM 2002).
9
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan} (Al Mujadilah:11)
Serta syair yang diucapkan oleh Imam Asy Syafi‟i rahimahullah ta‟ala:
تعلم فليس الـمسء يولد عالمـا ليس أخو علم كمه هو جاهل
“Belajarlah karena tidak ada orang yang lahir dalam keadaan berimu. Tidaklah
sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh”
10
bahan kajian dalam perbandingan antara ilmu maupun teori yang ada
dengan kenyataan di instalasi radiologi.
11
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Anatomi Chervical
Cervical merupakan bagian spina atau tulang vertebrae cervikal yang paling
bergerak (mobile), mempunyai tiga fungsi utama yaitu menopang dan memberi
stabilitas pada kepala yang memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak,
dan melindungi struktur yang melewati spina, terutama medulla spinalis, akar saraf,
dan arteri vertebra. Spina cervikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan
posisi yang tepat (Tulaar, 2008).
12
2.2 Vertebrae Cervical
Tulang vertebrae cervical memiliki bentuk tulang yang kecil denganspina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali
tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan
urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus
seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher,
seberapapun panjang lehernya (Wibowo, 2009).
Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra. Pertama, C1 dan C2, sangat
khusus dan diberi nama yang unik: atlas dan sumbu, masingmasing. C3-C7 adalah
tulang lebih klasik, memiliki tubuh, pedikel, lamina, proses spinosus, dan sendi facet. C1
dan C2 membentuk seperangkat unik artikulasi yang memberikan mobilitas yang besar
untuk tulang tengkorak. C1 berfungsi sebagai cincin dimana tengkorak bersandar pada
dan berartikulasi pada sendi poros dengan dens atau odontoid prosesus dari C2. Sekitar
50% dari ekstensi fleksi cervical terjadi antara oksiput dan C1 50% dari rotasi leher
terjadi antara C1 dan C2. Tulang belakang cervical jauh lebih mobile daripada tulang
belakang pada daerah toraks atau lumbal . Berbeda dengan bagian lain dari tulang
belakang, tulang belakang cervical memiliki foramen melintang di setiap tulang
belakang untuk arteri vertebralis yang memasok darah ke otak. Tulang belakang cervical
terdiri dari 7 vertebra pertama , disebut sebagai C1-7 (lihat gambar di bawah). Ini
berfungsi untuk memberikan mobilitas dan stabilitas pada kepala yang berhubungan ke
tulang belakang dada yang relatif tidak bergerak. Tulang belakang cervical dapat dibagi
menjadi 2 bagian: atas dan bawah. (Wibowo, 2009).
13
Gambar 2.1 anatomi vertebrae cervical
Sumber :(Bontrager, 2001)
2.2.1 Atlas (C1)
Atlas adalah vertebra berbentuk cincin dan tidak memiliki body, tidak seperti
tulang belakang lainnya. bagian seperti body pada atlas merupakan bagian dari C2, di
mana disebut prosesus odontoid, atau dens. Prosesus odontoid berikatan kuat dengan
bagian posterior dari lengkung anterior atlas oleh ligamentum transversus, yang
menstabilkan sendi atlantoaxial. Ligamen, dan transverssus memungkinkan rotasi tulang
belakang. Catatan atlas berbentuk unik dan axis (C1 dan C2). memberikan stabilisasi
lebih lanjut dan mencegah perpindahan posterior dari dens dalam kaitannya dengan atlas
(Kurniasih, 2011).
Atlas ini terdiri dari lengkungan tebal di bagian anterior, lengkungan yang tipis di
bagian posterior, 2 lateral mass yang menonjol, dan 2 prosesus transversus. Foramen
transversus, di mana arteri vertebralis lewat dan ditutupi oleh prosesus transversus.
Menurut aturan sepertiga dari Steele, di tingkat atlas, prosesus odontoid, ruang
subarachnoid, dan sumsum tulang belakang masing- masing menempati sepertiga dari
wilayah kanal tulang belakang (Kurniasih, 2011).
14
2.2.3 Vaskularisasi
Anatomi vaskular terdiri dari arteri spinal bagian anterior yang lebih besar terletak
di sulkus sentral dari cord dan berpasangan dengan arteri spinal posterior yang terletak
pada dorsum dari cord. Hal ini diterima secara umum bahwa bagian dua pertiga anterior
dari cord dipasok oleh arteri spinal bagian anterior dan yang sepertiga posteriordisuplai
oleh arteri posterior.
2.2.4 Ligamen
Sendi facet pada tulang belakang cervical merupakan sendi sinovial diarthrodial
dengan kapsul fibrosa. Kapsul sendi lebih longgar di tulangCross-sectional natomi dari
spinal cord cervikal belakang cervical bagian bawah daripada di daerah lainnya pada
tulang belakang untuk memungkinkan gerakan gliding dari facet. Sendi ini miring pada
sudut 45 derajat dari bidang horizontal dan 85 derajat dari bidang sagital. Kesejajaran ini
membantu mencegah pergeseran bagian anterior yang berlebihan dan penting dalam
menahan beban (Kurniasih, 2011).
15
terjadinya pergerakan. diskus lebih tebal di bagian anterior dan karena itu berkontribusi
terhadap lordosis cervical yang normal (Guntara, 2016).
Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri cervical, nyeri tengkuk atau Cervical
syndrome merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktik klinik. Presentase kejadian
Cervical syndrome ini 36% dari keluhan nyeri di daerah vertebra, yang kejadiannya
terbanyak nomor dua setelah keluhan nyeri pinggang atau low back pain. Tiap tahun 16,6%
populasi dewasa mengeluh rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri
leher yang berat. Insiden nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering
mengenai wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1. (Hudaya.P, 2009 dan
Turana.Y, 2010).
Cervical syndrome ini dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan
lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang berhubungan dengan vertebra cervikal.
Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan vertebra cervikal antara lain cervikal
spondylosis, radikulopathy atau kompresi pada radiks saraf, myelopathy atau kompresi pada
medulla spinalis cervikal, cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal. Nyeri cervikal dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti: proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor
dan kelainan sistemik . (Turana.Y, 2010).
Dalam praktek klinik sangat penting untuk membedakan dua gejala utama , yaitu : 1.
Nyeri cervikal tanpa adanya nyeri radikuler dan defisit neurologis, 2. Nyeri servikal yang
diikuti dengan nyeri radikuler dan defisit neurologis. Untuk gejala utama yang kedua
sangatlah besar kemungkinan ditemukan adanya kelainan organik di servikal. Pada nyeri
servikal tanpa adanya nyeri radikuler atau defisit neurologis kadang tidak jelas adanya
keterlibatan radiks servikal dan tidak jelas batasan kriteria diagnostik yang akan dilakukan.
Mengingat gejala tersebut juga dapat merupakan gejala awal proses organik atau dapat pula
akibat nyeri radikuler yang tidak terlokalisasi dengan baik. Dari data diketahui 80-100 %
pasien radikulopati menunjukkan adanya nyeri servikal dan lengan tanpa adanya kelumpuhan
maupun parestesi (Turana Y, 2012).
16
Kelainan pada servikal juga dibedakan menjadi empat kategori berdasarkan lokasi
gejala utama, yaitu Local Cercical Syndrom, Cervico-Brachio Syndrom, Cervico-Cephalic
Syndrom, dan Cervico-Medullary Syndrom. Setiap kategori memiliki etiologi berbeda-beda
tergantung dari pola dan perilaku yang berhubungan dengan gejala. (Winkel D 1996).
17
b. Posisi objek : Dagu diletakkan di atas meja dan diperpanjang untuk membawa MML
mendekati tegak lurus ke meja (dapat menyesuaikan CR sesuai kebutuhan agar
sejajar dengan MML).
c. Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
d. Titik bidik : sejajar dengan MMl, melalui tulang midoksipital,
sekitar 1 inci (2,5 cm) lebih rendah dari ujung dan sudut mastoid
dari rahang bawah
e. FFD : 100 cm
f. Kaset CR :18 x 24 cm dengan Grid
g. Faktor eksposi yang di gunakan : Kv 70-80
a. Posisi pasien : Posisikan pasien dalam posisi terlentang atau tegak dengan lengan di
samping. Tempatkan kepala di atas permukaan meja
b. Posisi objek : Sesuaikan kepala sehingga, dengan mulut terbuka, garis dari margin
bawah gigi seri atas ke dasar tengkorak (ujung mastoid) tegak lurus ke meja dan /
atau IR, atau miringkan CR sesuai dengan itu.
c. Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
d. Titik bidik : Arahkan CR melalui bagian tengah mulut terbuka.
e. FFD : 100 cm
f. Kaset CR :18 x 24 cm dengan Grid
18
g. Faktor eksposi yang di gunakan : Kv 70-80
a. Posisi pasien : Posisikan pasien dalam posisi terlentang atau tegak, dengan lengan di
samping.
b. Posisi objek : Sesuaikan kepala sehingga garis dari margin bawah gigi seri atas ke
pangkal tengkorak (ujung mastoid) tegak lurus dengan meja dan / atau IR. Garis dari
ujung mandibula ke pangkal tengkorak harus
sejajar dengan CR miring.
c. Arah sinar : Sudut CR 15 °hingga 20°cephalad
d. Titik bidik : Arahkan CR untuk masuk pada tingkat margin bawah tiroid
tulang rawan melewati C4.
e. FFD : 100 cm
f. Kaset CR :18 x 24 cm dengan Grid
g. Faktor eksposi yang di gunakan : Kv 70-80
19
Gambar 2.5 Proyeksi AP Axial
Sumber :(Bontrager, 2001)
20
Gambar 2.6 Proyeksi anterior dan posterior oblique
Sumber :(Bontrager, 2001)
a. Posisi pasien : Posisikan pasien dalam posisi tegak lurus, baik duduk atau berdiri,
dengan bahu menghadap IR
b. Posisi objek : Sejajarkan bidang midcoronal dengan CR dan garis tengah tabel dan /
atau IR, pusatkan IR ke CR, yang harus diletakkan di atas IR sekitar 1 hingga 2 inci
(3 hingga 5 cm) di atas meatus auditorius eksternal (EAM), kemudian Tekan bahu
(untuk beban yang sama pada kedua lengan)
c. Arah sinar : Horizontal tegak lurus terhadap kaset
d. Titik bidik : C4 (tingkat margin atas tulang rawan tiroid).
e. FFD : 100 cm
f. Kaset CR :18 x 24 cm dengan Grid
g. Faktor eksposi yang di gunakan : Kv 70-80
21
Gambar 2.7 Proyeksi lateral
Sumber :(Bontrager, 2001)
22
b. Menggunakan Faktor Eksposi (kV, mA, mAs ) yang optimal
c. Pasien menggunakan Apron atau Gonad Shield jikadiperlukan
2.3.5.2 Proteksi radiasi bagi pasien
a. Tidak menggunakan berkas sinar-X yang mengarah kepetugas.
23
BAB III
PROFIL KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 58 Th
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Bxxxx
No.RM : 003141
No. Reg. Film : 3xxx
Proyeksi Pemeriksaan : Cervical Postero Anterior (AP) dan Lateral
Keterangan Klinis : Cervical Syndrome ( CVS )
Tanggal Pemeriksaan : 29 Desember 2021
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Pemeriksaan
4.1.1 Persiapkan alat dan bahan
A. Pesawat Sinar-X
Merek : TOSHIBA
Type : E 72339
Nomor seri tabung : 2 G0452
B. Kaset
Kaset CR yang digunakan pada pemeriksaan ini memiliki ukuran 35 x 35
cm
25
Gambar 4.2 Kaset CR
C. Printer
Printer yang digunakan bermerk FUJI FILM DRYPIX PRIMA T2 Berfungsi
untuk mecetak dokumen (foto) yang berupa gambaran hasil radiograf.
26
Gambar 4.3 Printer
27
4.2 Persiapan Pasien
Untuk pemeriksaan Cervical Antero Posterior (AP) dan Lateral tidak dibutuhkan
persiapan khusus hanya saja pasien harus melepaskan semua yang ada dibagian Leher
dan mengganti dengan baju ganti yang sudah disiapkan
28
Posisi Objek : Mid Sagital Plane (MSP) berada dipertengahan kaset dengan
posisi bagian pinggir berada 2 inchi ( 5cm) di tepi inferior dan superior kaset.
Arah Sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Titik Bidik : Setinggi xypoid atau pada mammilaryline.
Jarak Penyinaran : Yaitu 50 – 60 inchi atau 128 – 153 cm
Kriteria Radiograf : Batas superior apex paru dan dinding lateral tidak terpotong,
kedua sinus costophrenicus tidak terpotong, Thorax tidak mengalami rotasi.
11. Mengonsongkan ruangan
12. Melakukan pemeriksaan dengan petugas berlindung di bilik berlapis pb atau petugas
memakai apron
13. Setelah dilakukan proses pemeriksaan, alat di posisikan ke tempat semula
29
4.6 Hasil Radiograf
Curve melurus
30
Corpus, pedicle dan spatium intervertebralis tampak normal
Trachea: Di tengah
31
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan teori dan praktik kerja lapangan yang sudah penulis lakukan,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prosedur Pemeriksaan Cervical Antero
Posterior (AP) dan Lateral Dengan Klinis Cervical Sydrom Di Instalasi Radiologi
RSU Mitra Delima Malang sudah sesuai dan memenuhi kriteria pemeriksaan Foto
Cervical AP dan Lateral dan penggunaan APD yang benar, sehingga dapat
dipergunakan untuk membantu dokter dalam menegakkan diagnosa medis.
5.2 SARAN
Pada laporan kasus ini, penulis menyarankan :
1. Selalu memperhatikan kebenaran identifikasi data pasien dan jenis
pemeriksaan serta melakukan teknik pemeriksaan yang benar.hal ini dilakukan
supaya tidak terjadi pengulangan foto.
2. Meningkatkan komunikasi yang baik antar sesama petugas supaya menjadi
harmonis dan nyaman dalam bekerja serta meningkatkan komunikasi dengan
pasien supaya dalam melaksanakan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.
3. Selalu menerapkan cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan dengan tujuan
supaya tidak tertular berbagai penyakit yang ada di rumah sakit.
4. Menjaga proteksi radiasi baik bagi pasien,petugas maupun masyarakat umum.
Bisa dengan membatasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan luas obyek
yang akan difoto, pengantar pasien atau orang yang tidak berkepentingan
hendaknya dilarang memasuki ruang pemeriksaan, kecuali sangat dibutuhkan
dan apabila memang dibutuhkan diberi APRON untuk meminimalisir paparan
radiasi yang diterima. Pengaturan faktor eksposi yang sesuai pemeriksaan dan
obyek yang diperiksa.
32
Daftar Pustaka
Cervical Spine Lesions after Road Traffc Accidents: A Systematic Review Uhrenholt L,
Grunnet-Nilsson N et al/2002
Bontrager, KL. 2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Eighth
Edition. CV. Mosby. Missiouri
Eduard, Lukito, Yudianti, Wita. 1985. Atlas Radiolgi. Edisi III . Jakarta. Egc Penerbit Buku
Kedokteran.
33
LAMPIRAN
34
2. Hasil bacaan foto Cervical dengan klinis Cervical Syndrome
35
3. Hasil foto Cervical Anteroposterior (AP) dan Lateral
36