DISUSUN OLEH:
1. DHEA SUKMA RAHMADANNI 2010070140030
2. ILHAM ZUKRI 2010070140035
3. MUTHIA ADELA 2010070140031
NPM : 2010070140030
NPM : 2010070140035
NPM : 2010070140031
Mega Petri,S.Tr.Kes.Rad
NIP. 19830127 200901 2005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Penatalaksa
naan Pemeriksaan Pedis dengan Klinis Ulkus Diabetikum di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman” dalam rangka tugas PKL 2.
ii
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan serta menambah referensi jika
dibutuhkan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB II DASAR TEORI .................................................................................... 4
2.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman ........................................ 4
2.2 Sinar-X ................................................................................................. 5
2.3 Pedis .................................................................................................... 8
1. Anatomi Pedis .................................................................................. 8
2. Ulkus Diabetikum .............................................................................. 9
2.4 Teknik Pemeriksaan Pedis ................................................................ 12
1. Proyeksi AP ..................................................................................... 12
2. Proyeksi Lateral ............................................................................... 12
3. Proyeksi Oblique ............................................................................. 13
2.5 Computer Radiography ...................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN................................................................................ 18
3.1 Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus...................................................... 18
3.2 Hasil Bacaan Dokter Radiologi ........................................................... 24
3.3 Pembahasan ........................................................................................ 25
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 28
4.2 Saran................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang digunakan pada pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis fraktur disertai
dislokasi.
Salah satu kelainan pada Pedis adalah Ulkus Diabetikum. Ulkus Diabetikum
merupakan kondisi yang kerap dialami oleh penderita diabetes. Kondisi ini ditandai
dengan munculnya luka yang disertai keluarnya cairan berbau tidak sedap dari kaki.
Ulkus Diabetikum termasuk salah satu komplikasi diabetes yang berbahaya dan
perlu segera ditangani dokter.
Ulkus Diabetikum terjadi akibat kerusakan saraf dan pembuluh darah yang
disebabkan oleh tidak terkontrolnya kadar gula darah, sehingga memicu munculnya
luka. Luka paling sering terjadi di bagian bawah ibu jari atau telapak kaki bagian
depan. Untuk kondisi yang sudah parah, kerusakan saraf bisa meluas hingga ke
tulang sehingga dokter perlu melakukan prosedur amputasi kaki.
Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat untuk mengeta
hui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan pada patologi mau
pun traumatis dapat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang
digunakan pada pemotretan pedis adalah Proyeksi AP dan Oblique. Berdasarkan
uraian di atas kami tertarik mengangkat kasus ini menjadi laporan kasus dengan
judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pedis dengan Klinis Ulkus Diabetikum di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman”
2
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis akan
menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum pada
pasien tidak kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Pariaman
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari kasus ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum
pada pasien tidak kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Pariaman
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan kasus ini adalah:
1. Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya di Instalasi
Radiologi dalam menentukan kebijakan pelayanan pemeriksaan pada pasien
untuk menegakkan diagnosa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan
menambah wawasan bagi penulis.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
4. Penyelenggaraan Pelayanan Rujukan
5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
7. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan
2.2 Sinar-X
5
memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi yang dilewati, selanjutnya
menjadikan salah satu sebagai bentuk radiasi elektromagnetik.
Sinar-X mempunyai ukuran panjang gelombang mulai dari 0,01 sampai 10
nm dengan frekuensi mulai dari 30 Petahertz sampai 30 Exahertz dan mempunyai
energi mulai dari 120 Volt sampai dengan 120 KiloVolt. Kemampuan sinar-X
menembus bahan sering kali dimanfaatkan pada bidang medis, seperti dalam
Radiologi diagnostik.
A. Sifat-Sifat Sinar-X
Menurut Puspita Sari sifat sinar-X adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai panjang gelombang 0,1 nm s/d 1 nm.
2. Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara elektron volt sehingga sinar-
X mempunyai daya yang sangat besar pula.
3. Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai bahan.
4. Tidak terlihat, tidak terasa, tidak berbau.
5. Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya phospor).
6. Dapat menghitamkan emulsi film.
B. Komponen-komponen utama tabung sinar X
Komponen-komponen utama tabung sinar-X adalah :
1. Katoda / elektron negative (sumber elektro )
2. Focusing cup
3. Rotor atau stator (Target Device)
4. Glass mental envalope (vacum tube)
5. Oil dan Window
C. Proses Terjadinya Sinar-X
Tabung sinar-X merupakan sebuang tabung yang terbuat dari gelas yang
hampa udara. Didalam tabung sinar-X terdapat dua diode yaitu katoda yang
bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Saat filamen yang berada
dikatoda dipanaskan, filament ini akan mengeluarkan elektron. Semakin lama
dipanaskan, elektron yang keluar dari filamen semakin banyak sehinga
terbentuklah awan elektron.
6
Gambar 2.2.4 Tabung Sinar X
Kemudian antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang sangat
tinggi, sehingga elektron yang berada di katoda bergerak dengan cepat menuju
anoda. Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan cepat akan menumbuk
bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target. Bahannya terbuat dari
tungsten.
Elektron yang bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa, biasa
disebut dengan elektron proyektil. Saat elektron prokyetil ini berbenturan
dengan atom logam berat dari target, elektron berinteraksi dengan atom-atom
inti dan mentransfer energi kinetiknya ke target. Interaksi ini terjadi pada
kedalaman yang sedikit ditarget. Saat terjadi hal tersebut, elektron proyektil
melambat dan akhirnya berhenti.
7
2.3 Pedis
1. Anatomi Pedis
Ossa Pedis adalah tulang kaki yang terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi
serta otot, tendon dan ligamen. Tulang yang menyusun pedis terdiri dari 7 tulang
tarsal, 5 metatarsal dan 14 phalanx. Pedis manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian
yakni hindfoot, midfoot, forefoot. Hindfoot meliputi talus dan calcaneus yang
menyusun bagian posterior pedis. Midfoot meliputi cuboid, navicular serta tiga
os cuneiform yang menyusun bagian medial pedis. Terakhir forefoot meliputi
jari kaki yang terdiri dari tiga phalanx atau ruas jari kaki kecuali ibu jari atau
hallux yang terdiri dari dua phalanx. Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan
yang sangat tepat digunakan untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu
organ sehingga kelainan pada patologi maupun traumatis dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang digunakan pada pemotretan Ossa
Pedis adalah Proyeksi Axial (Dorso-Plantar), Lateral (Mediolateral) dan
proyeksi Oblique.
8
Gambar 2.3 Anatomi Ossa Pedis
2. Ulkus Diabetikum
9
yang dapat mengubah cara jalan pasien. Kaki depan lebih banyak menahan berat
badan sangat rentan terhadap luka tekan. Dapat disimpulkan bahwa gejala
neuropati meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak kaki, kram.
Angiopati diabetik merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah yang
terdapat pada penderita diabetes. Pembuluh darah besar atau kecil pada
penderita diabetes melitus mudah mengalami penyempitan dan penyumbatan
oleh gumpalan darah. Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah sedang atau
besar pada tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangrene diabetic,
yaitu luka pada daerah kaki yang berbau busuk dan berwarna merah kehitaman.
Adapun angiopati dapat menyebabkan terganggunya asupan nutrisi, oksigen
serta antibiotik sehingga kulit sulit sembuh. Dengan kata lain, meningkatnya
kadar gula darah dapat menyebabkan pengerasan, bahkan kerusakan pembuluh
darah arteri dan kapiler (makro/mikroangiopati). Hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen ke jaringan, sehingga timbul risiko
terbentuknya nekrotik (Maryunani, 2013).
Patofisiologi ulkus diabetikum berkaitan dengan neuropati dan penyakit
arteri perifer yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Hiperglikemia menghasil
kan stres oksidatif pada sel saraf dan menyebabkan neuropati. Disfungsi saraf
tambahan terjadi lebih lanjut oleh karena glikosilasi protein sel saraf, yang
menyebabkan iskemia (aliran darah berkurang) lebih lanjut. Perubahan sel ini
terwujud pada komponen motorik, otonom, dan sensorik dari ulkus diabetikum.
Penyakit arteri perifer (Peripheral Arterial Disease/PAD) merupakan
faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan ulkus diabetikum hingga 50%
kasus. Disfungsi sel endotel dan kelainan sel otot polos terjadi di arteri perifer
sebagai konsekuensi dari keadaan hiperglikemik yang terus-menerus, sehingga
mengakibatkan penurunan resultan pada vasodilator endotelium yang
menyebabkan penyempitan. Selanjutnya, hiperglikemia pada diabetes dikaitkan
dengan peningkatan tromboksan A2, agonis agregator vasokonstriktor dan
platelet, yang menyebabkan peningkatan risiko hiperkoagulabilitas plasma. Ada
juga potensi perubahan dalam matriks ekstraselular vaskular yang
menyebabkan stenosis lumen arteri. Selain itu, merokok, hipertensi, dan
10
hiperlipidemia adalah faktor lain yang umum terjadi pada pasien diabetes dan
berkontribusi pada perkembangan PAD. Secara kumulatif, hal ini mengarah
pada penyakit arteri oklusif yang menyebabkan iskemia pada ekstremitas bawah
dan peningkatan risiko ulserasi pada pasien diabetes.
Neuropati mempengaruhi saraf motorik, sensorik, dan otonom. Kelainan
motorik dapat menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan paresis. Kemudian
kelainan sensoris mempengaruhi daya sensasi nyeri, tekanan, dan panas. Karena
hal ini, banyak luka yang terjadi tidak diketahui oleh pasien sehingga terus-
menerus terkena trauma atau tekanan yang repetitif. Kelainan saraf otonom juga
berkontribusi untuk meningkatkan risiko infeksi karena mengurangi produksi
keringat dan vasodilatasi.
Kaki Charcot (neuropatik osteoartropati) dialami oleh sekitar 2% dari
pasien diabetes, dan disebabkan oleh gabungan neuropati motorik, otonom, dan
sensorik. Kaki Charcot adalah sebuah kondisi inflamasi yang mempengaruhi
tulang, persendian, dan jaringan lunak di kaki dan pergelangan kaki (ankle). Ciri-
ciri kaki Charcot termasuk destruksi, subluksasi, dislokasi atau deformitas
tulang, kaki ‘rocker-bottom’ (gangguan otot dan persendian yang mengubah
lengkung/arch kaki), dan hilang/kurangnya rasa nyeri bila dibandingkan dengan
pasien normal. Bila kondisi ini terus berlanjut, ulkus bisa terbentuk di lokas-
lokasi tekanan abnormal (seperti bagian medial tulang navicular, dan bagian
inferior tulang kuboid).
Penyakit arteri perifer (Peripheral Arterial Disease /PAD) adalah
penyebab utama iskemik pada kaki diabetikum. Pasien diabetes memiliki angka
kejadian aterosklerosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa
diabetes, dan lokasi penyumbatan sering kali terbentuk di segmen infrapopliteal.
Peningkatan kejadian penyakit arteri di pasien diabetes kemungkinan karena
gangguan metabolic seperti peningkatan Very Low Density Lipoprotein(VLDL)
peningkatan plasma Von Willenbrand Factor, inhibisi sintesa prostasiklin,
peningkatan plasma fibrinogen dan peningkatan adhesi platelet.
Infeksi tentunya juga berperan penting dalam patofisiologi ulkus
diabetikum. Kaki adalah lokasi yang rumit karena memiliki banyak
11
kompartemen yang saling berhubungan dan memiliki banyak jaringan lunak
yang mudah terkena infeksi. Infeksi dapat menyebar secara inter-kompartemen.
Infeksi juga dapat menyebar ke dalam korteks tulang hingga menyebabkan
osteomyelitis.
2.4 Teknik Pemeriksaan Pedis
Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan Radiologi Pedis adalah
Anterior Posterior (AP), Lateral dan Oblique
1. Proyeksi Anterior Posterior (AP)
1) Posisi Pasien: Pasien duduk atau supine pada meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
1. Tempatkan telapak kaki dalam posisi menempel pada kaset
2. Pastikan MSP (Mid Sagital Plane) tegak lurus pada kaset
12
Gambar 2.3.2 Posisi Pasien Lateral
3) Central Ray: Vertikal tegak lurus
4) Central Point: Pada navicular
5) FFD: 100cm
3. Proyeksi Oblique
1) Posisi Pasien: Pasien duduk atau supine pada meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
1.Rotasikan kaki pasien kearah medial dengan telapak kaki yang menempel
pada kaset
2. Dalam posisi ini telapak kaki bagian lateral akan sedikit terangkat
membentuk sudut 30 derajat
3. Pastikan tidak terjadi pergerakan pada kaki pasien
13
2.5 Computed Radiography (CR)
Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk
mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi
yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data gambar
(Ballinger, 1999).
1. Komponen Computer Radiografi (CR)
1) Imaging Plate
14
Fungsi utama melindungi Imaging Plate (IP). Pada kaset terdapat
barcode sebagai identitas kaset. Bingkai yang terbuat dari aluminium/ baja
dengan dilengkapi tube side yang terbuat dari serat karbon.
3) Image Reader
15
5) Printer
Cara kerja CR di awali dari imaging plate yang telah di eksposi kemudian
dimasukkan ke dalam imaging reader. Didalam imaging reader, kaset secara
otomatis akan terbuka dan IP dikeluarkan dari kaset. Kemudian IP dibaca,
dihapus dan dikembalikan ke dalam kaset agar dapat digunakan untuk
16
pemeriksaan selanjutnya. Citra gambar yang telah dibaca kemudian di transfer
ke dalam computer untuk diproses dan ditampilkan pada monitor, kemudian
dapat di cetak menggunakan printer.
17
BAB III
PEMBAHASAN
1. Identitas Pasien
Pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2022 pasien datang ke ruang
Radiologi di antar oleh brangkarman membawa surat permintaan
pemeriksaan Radiologi. Dokter pengirim mendiagnosa pasien menderita
ulkus diabetikum dan untuk meyakinkan diagnosa tersebut dokter mengirim
penderita ke ruang Radiologi untuk melakukan pemeriksaan Pedis AP dan
Lateral. Tetapi untuk setiap pemeriksaan Pedis radiografer akan
menggunakan teknik pemeriksaan yaitu AP dan Oblique. Maka didapatkan
data pasien sebagai berikut:
1. Nama : Tn. N
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 62 Tahun
4. Alamat : Duku
5. Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2022
6. No.RM : xxxxx
7. Jenis Permintaan : Pedis (D) AP/Lat
8. Klinis : Ulkus Diabetikum et Pedis
9. Dokter Pengirim : dr.Irvan Kurnia
2.Paparan Kasus
Pasien diantar ke Instalasi Radiologi dengan keluhan kaki yang terasa
sakit dan berdarah
18
Gambar 3.1 Surat Permintaan
3.Persiapan Alat
a) Pesawat Sinar-X Computer Radiografi
19
b) Computer Radiografi
20
d) Film
4.Persiapan Pemeriksaan
Pemeriksaan pedis dengan indikasi ulkus diabetikum pada pasien
tidak kooperatif di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
merupakan pemeriksaan tanpa adanya persiapan khusus hanya saja pasien
melepaskan benda-benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf,
seperti gelang kaki agar mendapatkan informasi yang optimal dan dapat
menegakkan diagnosa.
5.Teknik Pemeriksaan
1. Anterior Posterior (AP)
a. Posisi Pasien:
1.Pasien supine diatas meja pemeriksaan
2.Dikarenakan kaki pasien tidak dapat menempel pada meja
pemeriksaan kaset akan diposisikan mengikuti objek
3.Kaset diposisikan mengikuti objek yang menyudut sebanyak 45
derajat
b. Posisi Objek:
1.Tempatkan kaki pasien dengan telapak kaki yang menempel pada
kaset
21
2.Sesuaikan MSP (Mid Sagital Plane) sejajar dengan kaset
3.Tidak ada rotasi yang terjadi pada kaki pasien
22
2. Oblique
a. Posisi Pasien:
1.Pasien supine diatas meja pemeriksaan
2.Dikarenakan kaki pasien tidak dapat menempel pada meja
pemeriksaan kaset akan diposisikan mengikuti objek
3.Kaset diposisikan mengikuti objek yang menyudut sebanyak 45
derajat
4.Posisi kaki pasien dan lutut sedikit ditekuk ke bagian medial
sehingga bagian lateral terangkat dan membentuk sudut 30 derajat
b. Posisi Objek:
1.Tempatkan kaki pasien dengan telapak kaki yang menempel pada
kaset
2.Sesuaikan MSP (Mid Sagital Plane) sejajar dengan kaset
3.Tidak ada rotasi yang terjadi pada kaki pasien
23
3. Sinus tarsi tampak
4. Tuberositas dari metatarsal V diperlihatkan
24
1.Nama : Tn. N
2.Jenis Kelamin : Laki-Laki
3.Umur : 62 Tahun
4.Alamat : Duku
5.Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2022
6.No.RM : xxxxx
7.Jenis Permintaan : Pedis (D) AP/Lat
8.Klinis : Ulkus Diabetikum et Pedis
9.Dokter Pengirim : dr.Irvan Kurnia
Disimpulkan bahwa tampak n amputatum setinggi distal metatrsal 1
pedis kanan dengan ujung tulang yang terlihat irreguler, curiga erosi disertai
korteks yang irreguler dan penebalan jaringan lunak regio tersebut.
Struktur tulang pedis kanan lainnya intak, tidak tampak
fraktur/destruksi. Sendi intertarsalia, tarsometatarsal, metatarsophalangeal
dan interphalangeal normal.
Kesan:
Amputatum setinggi distal metatarsal 1 pedis kanan dengan erosi dan
irregularitas korteks disertai soft tissue swelling region tersebut suspek
osteomielitis
3.3 Pembahasan
Ulkus diabetikum adalah keadaan adanya ulkus/luka, infeksi, dan atau
kerusakan dari jaringan, yang berhubungan dengan kelainan neurologi dan
penyakit pembuluh darah perifer pada ekstremitas bawah (Hendra et al.,
2019).
Jadi dapat disimpulkan ulkus diabetikum adalah luka terbuka yang
terjadi pada kaki penderita Diabetes Melitus (DM) yang disebabkan oleh
tekanan berulang pada kaki dan disertai dengan adanya neuropati perifer,
kelainan bentuk kaki serta perkembangan infeksi yang sering mempersulit
penyembuhan akibat berkurangnya sirkulasi arteri. Pemeriksaan radiograf
pedis dengan indikasi ulkus diabetikum menggunakan teknik AP dan oblique
25
untuk mencari luka dan deformitas, karena pasien terkadang tidak menyadari
kapan dan bagaimana terjadinya luka tersebut.
Pada pemeriksaan pedis tidak ada persiapan khusus untuk
melanjutkan tindakan pemotretan radiograf. Teknik pemeriksaan radiograf
pedis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan
dengan mempersipkan alat terlebih dahulu seperti, pesawat sinar-X, kaset
ukuran 18x24 cm, memastikan printer berfungsi dengan baik dan film tidak
habis. Teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum mengguna
kan proyeksi AP dan oblique.
Pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2022 pukul 19.20 WIB pasien
dengan umur 62 tahun dari ruang IGD bernama Tn. N datang ke Instalasi
Radiologi RSUD Pariaman bersama keluarga dan seorang brangkarman
dengan membawa surat permintaan dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan
radiologi.
Dari surat permintaan tersebut dokter meminta untuk dilakukan
pemeriksaan pedis dextra AP dan lateral dengan klinis ulkus diabetikum.
Kemudian pasien dibawa masuk ke ruang pemeriksaan dan ditanya mengenai
kronologi peristiwa yang terjadi. Kemudian diketahui pasien dibawa ke IGD
pasca mengetahui kakinya sudah mengeluarkan darah yang tidak diketahui
penyebabnya . Hanya saja didalam kasus pasien ini bisa disimpulkan ketidak
tahuan pasien yang menyebabkan kakinya berdarah karena bagi penderita
diabetes melitus sangat mudah untuk terluka bahkan tanpa diketahui oleh si
penderita, baik hanya terbentur bisa menyebabkan luka dan pendarahan yang
sukar berhenti.
Setelah mengetahui penyebabnya radiografer langsung melakukan
pengambilan radiograf pedis dengan posisi AP dengan kaki pasien yang tidak
dapat menempel pada kaset posisi horizontal, maka posisi kaset akan
mengikuti posisi objek dimana kaki pasien terangkat membentuk sudut 45
derajat dengan kaset yang tepat berada di telapak kaki pasien yang dibantu
oleh keluarga yang sudah memakai apron untuk memegang kaset agar tidak
terjadinya pergerakan saat pengeksposan. X-ray tube juga akan menyudut 45
26
derajat karena posisi pasien dan objek menyudut 45 derajat, central point
berada pada metatarsal digiti 3, menggunakan kV 45 dan mAs 4,5.
Pemeriksaan selanjutnya yaitu oblique dengan posisi pasien dan objek yang
sama seperti AP hanya saja untuk oblique kaki pasien difleksikan ke arah
medial hingga kaki bagian lateral pasien sedikit terangkat kira-kira
membentuk sudut 30 derajat.
Setelah dieskpos, film di print dan hasil radiofragnya menunjukkan
adanya amputasi pada distal metatarsal digiti 1 pedis dextra pasien. Setelah
pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruang IGD dengan membawa hasil
radiograf tanpa hasil bacaan dari dokter radiologi,
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis ulkus diabetikum
pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan
dengan 2 proyeksi yaitu Antero Posterior (AP) dan Oblique. Prosedur
pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis ulkus diabetikum dilakukan
dengan persiapkan pasien dan persiapan alat. Untuk persiapan pasien tidak
ada persiapan khusus yang harus dilakukan oleh pasien.
4.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, R. N., 2015. Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5), 93-101.
Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
Roza, R, L., Afriant, R., Edward, Z., 2015. Faktor Risiko Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap
di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan
29
LAMPIRAN
30
31