Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PKL 2

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PEDIS DENGAN


KLINIS ULKUS DIABETIKUM DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:
1. DHEA SUKMA RAHMADANNI 2010070140030
2. ILHAM ZUKRI 2010070140035
3. MUTHIA ADELA 2010070140031

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah


Praktek Kerja Lapangan 2 (PKL 2) pada progam studi Diploma III
Radiologi:

1. Nama : Dhea Sukma Rahmadanni

NPM : 2010070140030

2. Nama : Ilham Zukri

NPM : 2010070140035

3. Nama : Muthia Adela

NPM : 2010070140031

Judul Laporan Kasus : “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pedis dengan


Klinis Ulkus Diabetikum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah Pariaman”

Kepala Ruang Radiologi

Mega Petri,S.Tr.Kes.Rad
NIP. 19830127 200901 2005

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Penatalaksa
naan Pemeriksaan Pedis dengan Klinis Ulkus Diabetikum di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman” dalam rangka tugas PKL 2.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari tanpa bimbingan dari


pihak pihak terkait, tugas ini sulit untuk dilakukan. Untuk itu penulis menyampaik
an ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dr.Mutiara Islam, Sp.OG, selaku Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Pariaman
2. Bapak Elno Satri, S.Si.Apt, selaku Kepala Bidang Penunjang Medis Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman
3. Ibu Mega Petri, S.Tr(Kes)Rad selaku Kepala Ruangan di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
4. Ibu Chairun Nisa, S.Pd,M.Si selaku Ketua Program Studi DIII Radiologi
Universitas Baiturrahmah Padang.
5. Staf Dosen Program Studi DIII Radiologi yang telah memberikan ilmu
selama pendidikan penulis.
6. Staf Clinical Instrukture Radiographer Rumah Sakit Umum Daerah
Pariaman
7. Kakak dan Abang Radiographer di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
8. Teristimewa kepada orang tua, keluarga, yang selalu memberikan doa dan
dukungan secara penuh, baik secara material maupun kasih sayang dan
moral guna keberhasilan dalam menyelesaikan pendidikan.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan-
masukan dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat

ii
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan serta menambah referensi jika
dibutuhkan

Pariaman, Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB II DASAR TEORI .................................................................................... 4
2.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman ........................................ 4
2.2 Sinar-X ................................................................................................. 5
2.3 Pedis .................................................................................................... 8
1. Anatomi Pedis .................................................................................. 8
2. Ulkus Diabetikum .............................................................................. 9
2.4 Teknik Pemeriksaan Pedis ................................................................ 12
1. Proyeksi AP ..................................................................................... 12
2. Proyeksi Lateral ............................................................................... 12
3. Proyeksi Oblique ............................................................................. 13
2.5 Computer Radiography ...................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN................................................................................ 18
3.1 Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus...................................................... 18
3.2 Hasil Bacaan Dokter Radiologi ........................................................... 24
3.3 Pembahasan ........................................................................................ 25
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 28
4.2 Saran................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kedokteran salah satu penunjang medis yang diperlukan untuk
mendiagnosa suatu penyakit untuk menegakkan salah satunya adalah bagian
radiologi. Radiologi mampu membantu menegakkan diagnosa dengan
memanfaatkan sinar- X (sinar rontgen) yang hasilnya berupa citra radiografi.
Radiologi memegang peranan penting sebagai sarana penunjang diagnosis klinis
dengan memanfaatkan radiasi pengion dan non pengion (N,Bawusucito, 2016).
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet. Sinar-X mempunyai panjang
gelombang yang bervariasi dan tidak terlihat. Karna panjang gelombang yang
sangat pendek ini, sinar-X yang menjadi berbeda dengan sinar elektromagnetik
lainya. Panjang gelombang cahaya yang keliatan hanya besar 1/10.000. Dengan
panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar dapat menembus benda-benda.
Salah satu manfaat sinar-X digunakan dalam bidang Radiologi (Daini, 2016).
Radiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran untuk menegakkan
diagnosa dengan melihat bagian tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi
gelombang. Radiologi dibagi menjadi dua yaitu radiodiagnostik dan radioterapi.
Pelayanan Radiologi telah diselenggarakan diberbagai rumah sakit seperti
puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit di seluruh Indonesia. Penepatan
Radiologi ini harus diimbangi dengan penelitian khusus terhadap aspek
keselamatan masyarakat sekitar (Toto Trikasjono, 2015 & Tosi Rahmaddian,
2019).
Salah satu pemeriksaan Radiologi yaitu pemeriksaan pedis yaitu pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada klinis fraktur disertai
dislokasi. Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah AP dan Lateral
ankle (Chhetri et al,2014), Oblik dan AP (Cheng et al,2012), serta AP dan Lateral
(Miersch et al,2011). Terdapat perbedaan penggunaan proyeksi pada ketiga artikel
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proyeksi pemeriksaan

1
yang digunakan pada pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis fraktur disertai
dislokasi.
Salah satu kelainan pada Pedis adalah Ulkus Diabetikum. Ulkus Diabetikum
merupakan kondisi yang kerap dialami oleh penderita diabetes. Kondisi ini ditandai
dengan munculnya luka yang disertai keluarnya cairan berbau tidak sedap dari kaki.
Ulkus Diabetikum termasuk salah satu komplikasi diabetes yang berbahaya dan
perlu segera ditangani dokter.
Ulkus Diabetikum terjadi akibat kerusakan saraf dan pembuluh darah yang
disebabkan oleh tidak terkontrolnya kadar gula darah, sehingga memicu munculnya
luka. Luka paling sering terjadi di bagian bawah ibu jari atau telapak kaki bagian
depan. Untuk kondisi yang sudah parah, kerusakan saraf bisa meluas hingga ke
tulang sehingga dokter perlu melakukan prosedur amputasi kaki.
Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat untuk mengeta
hui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan pada patologi mau
pun traumatis dapat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang
digunakan pada pemotretan pedis adalah Proyeksi AP dan Oblique. Berdasarkan
uraian di atas kami tertarik mengangkat kasus ini menjadi laporan kasus dengan
judul “Penatalaksanaan Pemeriksaan Pedis dengan Klinis Ulkus Diabetikum di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman”

2
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis akan
menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum pada
pasien tidak kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Pariaman
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari kasus ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum
pada pasien tidak kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Pariaman
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan kasus ini adalah:
1. Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya di Instalasi
Radiologi dalam menentukan kebijakan pelayanan pemeriksaan pada pasien
untuk menegakkan diagnosa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan
menambah wawasan bagi penulis.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman

1. Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman


2. Kelas Rumah Sakit : Kelas B
3. Struktur Pengelolaan : Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
4. Alamat : Jl. Prof. M. Yamin, SH. No. 5 Pariaman
5. Kecamatan : Pariaman Tengah
6. Kota : Pariaman
7. Provinsi : Sumatera Barat
8. Jumlah Tempat Tidur : 167 TT
9. Nomor Telepon : (0751) 91118-91428
10. Email : rsudpariaman.sumbarprov@gmail.com

Tugas Pokok Dan Fungsi

Tugas RSUD Pariaman pada pasal 4 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera


Barat Nomor 6 Tahun 2010, adalah RSUD Pariaman mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara serasi
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.

Fungsi RSUD Pariaman, pada pasal 5 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera


Barat Nomor 6 Tahun 2010, adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan Pelayanan Medis


2. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
3. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

4
4. Penyelenggaraan Pelayanan Rujukan
5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
7. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

2.2 Sinar-X

Pada tanggal 8 November 1895 Wilhelm Conrad Rontgen melakukan


penelitian tabung katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu kertas hitam agar
tidak terjadi kebocoran fotoluminisensi dari dalam tabung keluar. Lalu ia membuat
ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia
mengamati sesuatu yang diluar dugaan. Plat fotoluminesensi yang ada diatas meja
mulai berpendar didalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung plat tersebut
tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 meter dari tabung masih tetap berpendar.
Rontgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi didalam
tabung sinar katoda dan membuat plat fotoluminensasi berpendar. Radiasi ini
disebut sinar X yang maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui. (Oktavia,
2010).

Gambar 2.1 Wilhelm Conrad Rontgen penemu Sinar-X

Sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan panjang


gelombang yang cendrung pendek, akan tetapi memiliki energi yang sangat besar.
Sinar-X juga mempunyai daya tembus yang sangat tinggi. Selain itu sinar-X juga

5
memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi yang dilewati, selanjutnya
menjadikan salah satu sebagai bentuk radiasi elektromagnetik.
Sinar-X mempunyai ukuran panjang gelombang mulai dari 0,01 sampai 10
nm dengan frekuensi mulai dari 30 Petahertz sampai 30 Exahertz dan mempunyai
energi mulai dari 120 Volt sampai dengan 120 KiloVolt. Kemampuan sinar-X
menembus bahan sering kali dimanfaatkan pada bidang medis, seperti dalam
Radiologi diagnostik.
A. Sifat-Sifat Sinar-X
Menurut Puspita Sari sifat sinar-X adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai panjang gelombang 0,1 nm s/d 1 nm.
2. Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara elektron volt sehingga sinar-
X mempunyai daya yang sangat besar pula.
3. Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai bahan.
4. Tidak terlihat, tidak terasa, tidak berbau.
5. Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya phospor).
6. Dapat menghitamkan emulsi film.
B. Komponen-komponen utama tabung sinar X
Komponen-komponen utama tabung sinar-X adalah :
1. Katoda / elektron negative (sumber elektro )
2. Focusing cup
3. Rotor atau stator (Target Device)
4. Glass mental envalope (vacum tube)
5. Oil dan Window
C. Proses Terjadinya Sinar-X
Tabung sinar-X merupakan sebuang tabung yang terbuat dari gelas yang
hampa udara. Didalam tabung sinar-X terdapat dua diode yaitu katoda yang
bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Saat filamen yang berada
dikatoda dipanaskan, filament ini akan mengeluarkan elektron. Semakin lama
dipanaskan, elektron yang keluar dari filamen semakin banyak sehinga
terbentuklah awan elektron.

6
Gambar 2.2.4 Tabung Sinar X

Kemudian antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang sangat
tinggi, sehingga elektron yang berada di katoda bergerak dengan cepat menuju
anoda. Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan cepat akan menumbuk
bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target. Bahannya terbuat dari
tungsten.

Elektron yang bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa, biasa
disebut dengan elektron proyektil. Saat elektron prokyetil ini berbenturan
dengan atom logam berat dari target, elektron berinteraksi dengan atom-atom
inti dan mentransfer energi kinetiknya ke target. Interaksi ini terjadi pada
kedalaman yang sedikit ditarget. Saat terjadi hal tersebut, elektron proyektil
melambat dan akhirnya berhenti.

Elektron proyektil berinteraksi dengan elektron lintasan atau inti dari


atom target. Interaksi tersebut menghasilkan konversi energi kinetik menjadi
energi panas dan energi elektromagnetik ke dalam bentuk sinar-X. Kemudian
hampir semua energi kinetik dari elektron proyektil dikonversi menjadi energi
panas. Elektron proyektil berinteraksi dengan elektron pada kulit terluar atom
target tetapi tidak memberikan energi yang cukup pada elektron kulit terluar ini
untuk mengionisasinya sehingga menyebabkan elektron terluar tereksitasi.
Elektron kulit terluar ini akan langsung kembali ke status energi normal.
(Oktavia, 2010).

7
2.3 Pedis
1. Anatomi Pedis

Ossa Pedis adalah tulang kaki yang terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi
serta otot, tendon dan ligamen. Tulang yang menyusun pedis terdiri dari 7 tulang
tarsal, 5 metatarsal dan 14 phalanx. Pedis manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian
yakni hindfoot, midfoot, forefoot. Hindfoot meliputi talus dan calcaneus yang
menyusun bagian posterior pedis. Midfoot meliputi cuboid, navicular serta tiga
os cuneiform yang menyusun bagian medial pedis. Terakhir forefoot meliputi
jari kaki yang terdiri dari tiga phalanx atau ruas jari kaki kecuali ibu jari atau
hallux yang terdiri dari dua phalanx. Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan
yang sangat tepat digunakan untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu
organ sehingga kelainan pada patologi maupun traumatis dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang digunakan pada pemotretan Ossa
Pedis adalah Proyeksi Axial (Dorso-Plantar), Lateral (Mediolateral) dan
proyeksi Oblique.

Gambar 2.3 Anatomi Os.Pedis

8
Gambar 2.3 Anatomi Ossa Pedis

2. Ulkus Diabetikum

Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial


Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke
jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada
seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul
akibat dari peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki
berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan
menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri
perifer merupakan penyebab terjadinya gangren dan amputasi ekstremitas pada
bagian bawah (Tarwoto & Dkk., 2012).
Terdapat 2 penyebab ulkus diabetikum secara umum yaitu neuropati dan
angiopati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu kelainan pada urat saraf
akibat dari diabetes melitus akibat kadar gula dalam darah 10 yang tinggi dapat
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak
terasa. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa dan menurunnya kemampuan
merasakan sensasi sakit, panas atau dingin. Titik tekanan, seperti akibat
pemakaian sepatu yang terlalu sempit menyebabkan terjadinya kerusakan saraf

9
yang dapat mengubah cara jalan pasien. Kaki depan lebih banyak menahan berat
badan sangat rentan terhadap luka tekan. Dapat disimpulkan bahwa gejala
neuropati meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak kaki, kram.
Angiopati diabetik merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah yang
terdapat pada penderita diabetes. Pembuluh darah besar atau kecil pada
penderita diabetes melitus mudah mengalami penyempitan dan penyumbatan
oleh gumpalan darah. Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah sedang atau
besar pada tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangrene diabetic,
yaitu luka pada daerah kaki yang berbau busuk dan berwarna merah kehitaman.
Adapun angiopati dapat menyebabkan terganggunya asupan nutrisi, oksigen
serta antibiotik sehingga kulit sulit sembuh. Dengan kata lain, meningkatnya
kadar gula darah dapat menyebabkan pengerasan, bahkan kerusakan pembuluh
darah arteri dan kapiler (makro/mikroangiopati). Hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen ke jaringan, sehingga timbul risiko
terbentuknya nekrotik (Maryunani, 2013).
Patofisiologi ulkus diabetikum berkaitan dengan neuropati dan penyakit
arteri perifer yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Hiperglikemia menghasil
kan stres oksidatif pada sel saraf dan menyebabkan neuropati. Disfungsi saraf
tambahan terjadi lebih lanjut oleh karena glikosilasi protein sel saraf, yang
menyebabkan iskemia (aliran darah berkurang) lebih lanjut. Perubahan sel ini
terwujud pada komponen motorik, otonom, dan sensorik dari ulkus diabetikum.
Penyakit arteri perifer (Peripheral Arterial Disease/PAD) merupakan
faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan ulkus diabetikum hingga 50%
kasus. Disfungsi sel endotel dan kelainan sel otot polos terjadi di arteri perifer
sebagai konsekuensi dari keadaan hiperglikemik yang terus-menerus, sehingga
mengakibatkan penurunan resultan pada vasodilator endotelium yang
menyebabkan penyempitan. Selanjutnya, hiperglikemia pada diabetes dikaitkan
dengan peningkatan tromboksan A2, agonis agregator vasokonstriktor dan
platelet, yang menyebabkan peningkatan risiko hiperkoagulabilitas plasma. Ada
juga potensi perubahan dalam matriks ekstraselular vaskular yang
menyebabkan stenosis lumen arteri. Selain itu, merokok, hipertensi, dan

10
hiperlipidemia adalah faktor lain yang umum terjadi pada pasien diabetes dan
berkontribusi pada perkembangan PAD. Secara kumulatif, hal ini mengarah
pada penyakit arteri oklusif yang menyebabkan iskemia pada ekstremitas bawah
dan peningkatan risiko ulserasi pada pasien diabetes.
Neuropati mempengaruhi saraf motorik, sensorik, dan otonom. Kelainan
motorik dapat menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan paresis. Kemudian
kelainan sensoris mempengaruhi daya sensasi nyeri, tekanan, dan panas. Karena
hal ini, banyak luka yang terjadi tidak diketahui oleh pasien sehingga terus-
menerus terkena trauma atau tekanan yang repetitif. Kelainan saraf otonom juga
berkontribusi untuk meningkatkan risiko infeksi karena mengurangi produksi
keringat dan vasodilatasi.
Kaki Charcot (neuropatik osteoartropati) dialami oleh sekitar 2% dari
pasien diabetes, dan disebabkan oleh gabungan neuropati motorik, otonom, dan
sensorik. Kaki Charcot adalah sebuah kondisi inflamasi yang mempengaruhi
tulang, persendian, dan jaringan lunak di kaki dan pergelangan kaki (ankle). Ciri-
ciri kaki Charcot termasuk destruksi, subluksasi, dislokasi atau deformitas
tulang, kaki ‘rocker-bottom’ (gangguan otot dan persendian yang mengubah
lengkung/arch kaki), dan hilang/kurangnya rasa nyeri bila dibandingkan dengan
pasien normal. Bila kondisi ini terus berlanjut, ulkus bisa terbentuk di lokas-
lokasi tekanan abnormal (seperti bagian medial tulang navicular, dan bagian
inferior tulang kuboid).
Penyakit arteri perifer (Peripheral Arterial Disease /PAD) adalah
penyebab utama iskemik pada kaki diabetikum. Pasien diabetes memiliki angka
kejadian aterosklerosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa
diabetes, dan lokasi penyumbatan sering kali terbentuk di segmen infrapopliteal.
Peningkatan kejadian penyakit arteri di pasien diabetes kemungkinan karena
gangguan metabolic seperti peningkatan Very Low Density Lipoprotein(VLDL)
peningkatan plasma Von Willenbrand Factor, inhibisi sintesa prostasiklin,
peningkatan plasma fibrinogen dan peningkatan adhesi platelet.
Infeksi tentunya juga berperan penting dalam patofisiologi ulkus
diabetikum. Kaki adalah lokasi yang rumit karena memiliki banyak

11
kompartemen yang saling berhubungan dan memiliki banyak jaringan lunak
yang mudah terkena infeksi. Infeksi dapat menyebar secara inter-kompartemen.
Infeksi juga dapat menyebar ke dalam korteks tulang hingga menyebabkan
osteomyelitis.
2.4 Teknik Pemeriksaan Pedis
Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan Radiologi Pedis adalah
Anterior Posterior (AP), Lateral dan Oblique
1. Proyeksi Anterior Posterior (AP)
1) Posisi Pasien: Pasien duduk atau supine pada meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
1. Tempatkan telapak kaki dalam posisi menempel pada kaset
2. Pastikan MSP (Mid Sagital Plane) tegak lurus pada kaset

Gambar 2.3.1 Posisi Pasien AP


3) Central Ray: Vertikal tegak lurus
4) Central Point: Pada metatarsal digiti 3
5) FFD: 100cm
2. Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien: Pasien duduk atau supine pada meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
1. Rotasikan kaki pasien kearah lateral sehingga kaki sejajar bidang
horizontal dengan penyangga pada bagian lutut pasien
2. Posisi kaki pasien hingga membentuk sudut 90 derajat

12
Gambar 2.3.2 Posisi Pasien Lateral
3) Central Ray: Vertikal tegak lurus
4) Central Point: Pada navicular
5) FFD: 100cm
3. Proyeksi Oblique
1) Posisi Pasien: Pasien duduk atau supine pada meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
1.Rotasikan kaki pasien kearah medial dengan telapak kaki yang menempel
pada kaset
2. Dalam posisi ini telapak kaki bagian lateral akan sedikit terangkat
membentuk sudut 30 derajat
3. Pastikan tidak terjadi pergerakan pada kaki pasien

Gambar 2.3.3 Posisi Pasien Oblique


3) Central Ray: Vertikal tegak lurus
4) Central Point: Pada metatarsal digiti 3
5) FFD: 100cm

13
2.5 Computed Radiography (CR)
Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk
mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi
yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data gambar
(Ballinger, 1999).
1. Komponen Computer Radiografi (CR)
1) Imaging Plate

Gambar 2.4 Imaging Plate

Imaging plate merupakan media pencatat sinar-X pada Computed


Radiografi yang terbuat dari bahan photostimulable phosphor tinggi. IP
mempunyai peran yang sama seperti intensifying screen yang mirip dengan
kaset radiografi konvensional
2) Kaset

Gambar 2.4 Kaset

14
Fungsi utama melindungi Imaging Plate (IP). Pada kaset terdapat
barcode sebagai identitas kaset. Bingkai yang terbuat dari aluminium/ baja
dengan dilengkapi tube side yang terbuat dari serat karbon.
3) Image Reader

Gambar 2.4 Imaging Reader

Berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar yang diperoleh dari


Image plate.
4) Image Console

Gambar 2.4 Image Console

Image console berfungsi sebagai media pengolahan data, berupa


computer khusus untuk medical imaging dengan touch screen monitor. Image
console dilengkapi oleh bebagai macam menu yang menunjang dalam proses
editing dan pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi
hasil gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue.

15
5) Printer

Gambar 2.4 Printer

Printer mempunyai fungsi sebagai pencetak gambaran. Printer tidak


memerlukan kamar gelap lagi karena dapat dicetak langsung didalam dry imager
tanpa harus di kamar gelap, dan juga tidak memerlukan lagi cairan seperti fixer
dan developer sehingga tempat kerja biasa lebih bersih.
2. Proses Kerja pada Computer Radiografi (CR)

Gambar 2.4 Proses CR

Cara kerja CR di awali dari imaging plate yang telah di eksposi kemudian
dimasukkan ke dalam imaging reader. Didalam imaging reader, kaset secara
otomatis akan terbuka dan IP dikeluarkan dari kaset. Kemudian IP dibaca,
dihapus dan dikembalikan ke dalam kaset agar dapat digunakan untuk

16
pemeriksaan selanjutnya. Citra gambar yang telah dibaca kemudian di transfer
ke dalam computer untuk diproses dan ditampilkan pada monitor, kemudian
dapat di cetak menggunakan printer.

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

1. Identitas Pasien
Pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2022 pasien datang ke ruang
Radiologi di antar oleh brangkarman membawa surat permintaan
pemeriksaan Radiologi. Dokter pengirim mendiagnosa pasien menderita
ulkus diabetikum dan untuk meyakinkan diagnosa tersebut dokter mengirim
penderita ke ruang Radiologi untuk melakukan pemeriksaan Pedis AP dan
Lateral. Tetapi untuk setiap pemeriksaan Pedis radiografer akan
menggunakan teknik pemeriksaan yaitu AP dan Oblique. Maka didapatkan
data pasien sebagai berikut:
1. Nama : Tn. N
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 62 Tahun
4. Alamat : Duku
5. Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2022
6. No.RM : xxxxx
7. Jenis Permintaan : Pedis (D) AP/Lat
8. Klinis : Ulkus Diabetikum et Pedis
9. Dokter Pengirim : dr.Irvan Kurnia
2.Paparan Kasus
Pasien diantar ke Instalasi Radiologi dengan keluhan kaki yang terasa
sakit dan berdarah

18
Gambar 3.1 Surat Permintaan

3.Persiapan Alat
a) Pesawat Sinar-X Computer Radiografi

Gambar 3.2 Pesawat Sinar-X computer Radiograf

Nama Alat : Xray General Purpose


Merk : Siemens
Tipe : Multix Fusion
No.Seri : 870361755

19
b) Computer Radiografi

Gambar 3.3 Computer Radiografi

c) Kaset Ukuran 24x30cm

Gambar 3.4 Image Receptor Ukuran 24x30cm

20
d) Film

Gambar 3.5 film

4.Persiapan Pemeriksaan
Pemeriksaan pedis dengan indikasi ulkus diabetikum pada pasien
tidak kooperatif di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
merupakan pemeriksaan tanpa adanya persiapan khusus hanya saja pasien
melepaskan benda-benda yang dapat mengganggu gambaran radiograf,
seperti gelang kaki agar mendapatkan informasi yang optimal dan dapat
menegakkan diagnosa.
5.Teknik Pemeriksaan
1. Anterior Posterior (AP)
a. Posisi Pasien:
1.Pasien supine diatas meja pemeriksaan
2.Dikarenakan kaki pasien tidak dapat menempel pada meja
pemeriksaan kaset akan diposisikan mengikuti objek
3.Kaset diposisikan mengikuti objek yang menyudut sebanyak 45
derajat
b. Posisi Objek:
1.Tempatkan kaki pasien dengan telapak kaki yang menempel pada
kaset

21
2.Sesuaikan MSP (Mid Sagital Plane) sejajar dengan kaset
3.Tidak ada rotasi yang terjadi pada kaki pasien

Gambar 3.6 Posisi Pasien Proyeksi AP

c. Central Ray: Penyudutan 45 derajat


d. Central Point: Metatarsal digiti 3
e. FFD: 100cm
f. kV: 45
g. mAs: 4,5
h. Kriteria Gambar:
1. Tidak ada rotasi pada kaki
2. Jumlah space yang sama antara metatarsal digiti II hingga IV
3. Tingkap overlap terjadi dibagian dasar metatarsal II hingga V

Gambar 3.7 Hasil Radiograf Proyeksi AP

22
2. Oblique
a. Posisi Pasien:
1.Pasien supine diatas meja pemeriksaan
2.Dikarenakan kaki pasien tidak dapat menempel pada meja
pemeriksaan kaset akan diposisikan mengikuti objek
3.Kaset diposisikan mengikuti objek yang menyudut sebanyak 45
derajat
4.Posisi kaki pasien dan lutut sedikit ditekuk ke bagian medial
sehingga bagian lateral terangkat dan membentuk sudut 30 derajat
b. Posisi Objek:
1.Tempatkan kaki pasien dengan telapak kaki yang menempel pada
kaset
2.Sesuaikan MSP (Mid Sagital Plane) sejajar dengan kaset
3.Tidak ada rotasi yang terjadi pada kaki pasien

Gambar 3.8 Posisi Pasien Proyeksi Oblique

c. Central Ray: Penyudutan 45 derajat


d. Central Point: Metatarsal digiti 3
e. FFD: 100cm
f. kV: 45
g. mAs: 4,5
h. Kriteria Gambar:
1.Dasar metatarsal III sampai V bebas superposisi
2. Tarsometatarsal dan intertarsal joint tampak

23
3. Sinus tarsi tampak
4. Tuberositas dari metatarsal V diperlihatkan

Gambar 3.9 Hasil Radiograf Proyeksi Oblique

3.2 Hasil Bacaan Dokter Radiologi

Gambar 3.10 Hasil Bacaan Dokter Radiologi

Berdasarkan hasil bacaan yang telah dilakukan oleh bapak dr.Ifni


Nursam, Sp.Rad selaku dokter Radiologi di Instalasi Radiologi di RSUD
Pariaman menyatakan bahwa pasien:

24
1.Nama : Tn. N
2.Jenis Kelamin : Laki-Laki
3.Umur : 62 Tahun
4.Alamat : Duku
5.Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2022
6.No.RM : xxxxx
7.Jenis Permintaan : Pedis (D) AP/Lat
8.Klinis : Ulkus Diabetikum et Pedis
9.Dokter Pengirim : dr.Irvan Kurnia
Disimpulkan bahwa tampak n amputatum setinggi distal metatrsal 1
pedis kanan dengan ujung tulang yang terlihat irreguler, curiga erosi disertai
korteks yang irreguler dan penebalan jaringan lunak regio tersebut.
Struktur tulang pedis kanan lainnya intak, tidak tampak
fraktur/destruksi. Sendi intertarsalia, tarsometatarsal, metatarsophalangeal
dan interphalangeal normal.
Kesan:
Amputatum setinggi distal metatarsal 1 pedis kanan dengan erosi dan
irregularitas korteks disertai soft tissue swelling region tersebut suspek
osteomielitis
3.3 Pembahasan
Ulkus diabetikum adalah keadaan adanya ulkus/luka, infeksi, dan atau
kerusakan dari jaringan, yang berhubungan dengan kelainan neurologi dan
penyakit pembuluh darah perifer pada ekstremitas bawah (Hendra et al.,
2019).
Jadi dapat disimpulkan ulkus diabetikum adalah luka terbuka yang
terjadi pada kaki penderita Diabetes Melitus (DM) yang disebabkan oleh
tekanan berulang pada kaki dan disertai dengan adanya neuropati perifer,
kelainan bentuk kaki serta perkembangan infeksi yang sering mempersulit
penyembuhan akibat berkurangnya sirkulasi arteri. Pemeriksaan radiograf
pedis dengan indikasi ulkus diabetikum menggunakan teknik AP dan oblique

25
untuk mencari luka dan deformitas, karena pasien terkadang tidak menyadari
kapan dan bagaimana terjadinya luka tersebut.
Pada pemeriksaan pedis tidak ada persiapan khusus untuk
melanjutkan tindakan pemotretan radiograf. Teknik pemeriksaan radiograf
pedis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan
dengan mempersipkan alat terlebih dahulu seperti, pesawat sinar-X, kaset
ukuran 18x24 cm, memastikan printer berfungsi dengan baik dan film tidak
habis. Teknik pemeriksaan pedis dengan klinis ulkus diabetikum mengguna
kan proyeksi AP dan oblique.
Pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2022 pukul 19.20 WIB pasien
dengan umur 62 tahun dari ruang IGD bernama Tn. N datang ke Instalasi
Radiologi RSUD Pariaman bersama keluarga dan seorang brangkarman
dengan membawa surat permintaan dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan
radiologi.
Dari surat permintaan tersebut dokter meminta untuk dilakukan
pemeriksaan pedis dextra AP dan lateral dengan klinis ulkus diabetikum.
Kemudian pasien dibawa masuk ke ruang pemeriksaan dan ditanya mengenai
kronologi peristiwa yang terjadi. Kemudian diketahui pasien dibawa ke IGD
pasca mengetahui kakinya sudah mengeluarkan darah yang tidak diketahui
penyebabnya . Hanya saja didalam kasus pasien ini bisa disimpulkan ketidak
tahuan pasien yang menyebabkan kakinya berdarah karena bagi penderita
diabetes melitus sangat mudah untuk terluka bahkan tanpa diketahui oleh si
penderita, baik hanya terbentur bisa menyebabkan luka dan pendarahan yang
sukar berhenti.
Setelah mengetahui penyebabnya radiografer langsung melakukan
pengambilan radiograf pedis dengan posisi AP dengan kaki pasien yang tidak
dapat menempel pada kaset posisi horizontal, maka posisi kaset akan
mengikuti posisi objek dimana kaki pasien terangkat membentuk sudut 45
derajat dengan kaset yang tepat berada di telapak kaki pasien yang dibantu
oleh keluarga yang sudah memakai apron untuk memegang kaset agar tidak
terjadinya pergerakan saat pengeksposan. X-ray tube juga akan menyudut 45

26
derajat karena posisi pasien dan objek menyudut 45 derajat, central point
berada pada metatarsal digiti 3, menggunakan kV 45 dan mAs 4,5.
Pemeriksaan selanjutnya yaitu oblique dengan posisi pasien dan objek yang
sama seperti AP hanya saja untuk oblique kaki pasien difleksikan ke arah
medial hingga kaki bagian lateral pasien sedikit terangkat kira-kira
membentuk sudut 30 derajat.
Setelah dieskpos, film di print dan hasil radiofragnya menunjukkan
adanya amputasi pada distal metatarsal digiti 1 pedis dextra pasien. Setelah
pemeriksaan, pasien dibawa kembali ke ruang IGD dengan membawa hasil
radiograf tanpa hasil bacaan dari dokter radiologi,

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis ulkus diabetikum
pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan
dengan 2 proyeksi yaitu Antero Posterior (AP) dan Oblique. Prosedur
pemeriksaan radiografi pedis dengan klinis ulkus diabetikum dilakukan
dengan persiapkan pasien dan persiapan alat. Untuk persiapan pasien tidak
ada persiapan khusus yang harus dilakukan oleh pasien.
4.2 Saran

Untuk semua radiogafer menggunakan handscoon saat mengerjakan


pasien sebagai proteksi diri untuk menghindari jika terjadi kasus penularan

28
DAFTAR PUSTAKA

Oktavia. 2010. Fisika Radiasi. Padang: Universitas Baiturrahmah

Merrill’s 2016 Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy

Buraerah, H., 2010. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di

Puskesmas Tanrutedong Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional.

Fatimah, R. N., 2015. Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5), 93-101.

Fitria et al., 2017. Karakteristik Ulkus Diabetikum pada Penderita Diabetes

Mellitus di RSUD. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(3), 153-160.

Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta: EGC

Hastuti., 2008. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes

Melitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Semarang.

Roza, R, L., Afriant, R., Edward, Z., 2015. Faktor Risiko Terjadinya Ulkus

Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap

di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan

Andalas, 4(1), 243-248.

29
LAMPIRAN

30
31

Anda mungkin juga menyukai