Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN OS MASTOID PADA

KASUS MASTOIDITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD


PRAMBANAN SLEMAN

Laporan kasus ini disusun guna memenuhi salah satu tugas Praktik kerja
Lapangan III di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman

Disusun oleh:

Tutus Yuli Yani


NIM. 18230025

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instructor/ pembimbing
klinik Instalasi Radiologi RSUD Prambanan dan telah disetujui untuk diajukan
sebagai laporan kasus guna memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan III Teknik
Pemeriksaan CT Scan Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta.
Nama : Tutus Yuli Yani
NIM : 18230025
Judul : Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman.

Sleman, Februari 2021


Pembimbing Lapangan Pembimbing Klinik

Delfi Iskardyani, S.Pd., MSi Marthia Rullyana, S.Tr.Kes(Rad)


NIK 011808009 NIP 198503202010012022

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya, laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan CT-
Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
Sleman” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada


Praktik Kerja Lapangan III program studi D-3 Radiologi POLTEKKES TNI AU
Adisutjipto Yogyakarta yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD yang
berlangsung dari tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan 19 Februari 2021.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat banyak dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak drg. Isa Dharmawidjaja, M.Kes., selaku direktur RSUD Prambanan
2. Bapak Kolonel Kes (Purn) Drs. Purwanto Budi Tjahjono, M.M.,Apt.,
selaku Direktur POLTEKKES TNI AU Adisutjipto Yogyakarta
3. Ibu Delfi Iskardyani, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi D-3
Radiologi sekaligus dosen pembimbing lapangan PKL III POLTEKKES
TNI AU Adisutjipto Yogyakarta
4. Ibu dr. Sofia Suhartini, Sp.Rad., M.Sc., selaku Kepala Instalasi Radiologi
RSUD Prambanan
5. Bapak Rahadianjati, AMR., selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi
RSUD Prambanan
6. Ibu Marthia Rullyana, S.Tr.Kes(Rad)., selaku Clinical Instructor Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan
7. Tri Susanto, A.Md.Kep., Dyah Istiqomah, A.Md.Kep., Deba Permata Sari,
A. Md.TW dan Rukiana Hutagalung, M.Psi.,Psikolog selaku Tim Diklat
RSUD Prambanan
8. Mas Chusni, Mbak Ana, Mbak Tewe, Mas Didik, Mbak Intan, Mas Aziz,
Mbak Murni, Mbak Fika dan Bu Sulipah, selaku radiografer senior
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan

ii
9. Ibu dan Bapak tercinta, mamas serta adik – adikku yang telah memberikan
doa, dukungan moral, dan cinta yang tiada henti-hentinya
10. Teman sejawat (Kiki, Yasmin, Dyah dan Wafdha) yang telah memberikan
banyak dukungan terhadap penulis dalam menulis laporan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih
terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian laporan dapat
diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Sleman, 10 Februari 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH........................................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................4
A. Anatomi Os Mastoid....................................................................................4
B. Patologi Mastoiditis......................................................................................7
C. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid................................................8
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................12
A. Rencana Penelitian.....................................................................................12
B. Populasi dan Sampel...................................................................................12
C. Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................13
D. Prosedur Penelitian.....................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................16
A. Hasil Penelitian...........................................................................................16
C. Pembahasan................................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................21
A. Simpulan.....................................................................................................21
B. Saran...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
LAMPIRAN....................................................................................................23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Cranium Lateral (Atlas, 2018).................................................4


Gambar 2 Permukaan Internal Tulang Temporal (Japardi, 2013)...........................5
Gambar 3 Permukaan Bawah Tulang Temporal (Japardi, 2013).............................6
Gambar 4 Mastoiditis (Aboet, 2011).......................................................................8
Gambar 5 Potongan Axial (Juliano, 2018).............................................................10
Gambar 6 Potongan Coronal (Juliano, 2018).........................................................11
Gambar 7 Pesawat CT-Scan (diambil di Instalasi radiologi RSUD Prambanan
pada tanggal 19 Februari 2021)............................................................13
Gambar 8 Komputer Console (diambil di Instalasi radiologi RSUD Prambanan
pada tanggal 19 Februari 2021).............................................................14
Gambar 9 Printer Radiograf(diambil di Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
tanggal 19 Februari 2021)......................................................................14
Gambar 10 Pilihan Hasil Scanning (diambil di Instalasi radiologi RSUD
Prambanan pada tanggal 19 Februari 2021)..........................................17
Gambar 11 Scout Potongan Sagital (diambil di Instalasi radiologi RSUD
Prambanan pada tanggal 5 Februari 2021)............................................18
Gambar 12 Hasil Citra Radiograf CT-Scan Mastoid (diambil di Instalasi radiologi
RSUD Prambanan pada tanggal 5 Februari 2021)................................18
Gambar 13 Hasil Potongan Axial (diambil di Instalasi radiologi RSUD Prambanan
pada tanggal 5 Februari 2021)...............................................................19

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran 1 Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi.....................................23

vi
DAFTAR ISTILAH

AXIAL : Bidang yang membagi seluruh tubuh atau bagian tubuh


menjadi bagian anterior dan posterio

CORONAL : Membagi seluruh tubuh atau bagian tubuh menjadi bagian


anterior dan posterior atau depan-belakang

SAGITAL : Membagi seluruh tubuh atau bagian tubuh menjadi bagian


kiri dan kanan

OBLIQUE : Bidang miring

HEAD FIRST : Pasien berbaring dimana kepala dekat dengan gantry

SUPINE : Tubuh berbaring terlentang

PRONE : Tubuh berbaring tengkurap

SLICE THICKNESS : Tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa

FAKTOR EKSPOSI : Kualitas gambar akan dipengaruhi oleh arus tabung (mA),
waktu (s) dan tegangan tabung (kV)

DFOV/SFOV : Diameter maksimal dari gambaran yang akandirekontruksi

GANTRY TILT : Sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-x dan detektor)

WINDOW WIDTH : Mengontrol kontras gambar yang ditampilkan

WINDOW LEVEL : Mengontrol kecerahan gambar dan menentukan nomor CT

RANGE/SCOUT : Perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness

ALGHORITM : Prosedur matematis (algoritma) yang digunakan


dalam merekonstruksi gambar

SCANOGRAM : Gambaran dua dimensi yang digunakan untuk rencana


pengambilan potongan/irisian

vii
ABSTRAK

Nama : Tutus Yuli Yani

Program Studi : D-3 Radiologi

Judul : Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis


di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman

Computed Tomography Scanner atau CT-Scan adalah suatu prosedur yang


digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tubuh.
Pemeriksaan CT-Scan untuk pemeriksaan os mastoid/temporal merupakan
pemeriksaan yang standar dilakukan untuk pasien yang dicurigai mengalami
mastoiditis. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
anatomis dari tulang mastoid/temporal sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa kelainan – kelainan pada tulang mastoid. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitiatif deskriptif dengan metode studi kasus. Sampel yang
diambil adalah pasien rawat inap suspect mastoiditis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan CT-Scan os mastoid menggunakan
prosedur pemeriksaan standar untuk CT-Scan kepala. Hasil citra yang diperoleh
telah berhasil memperlihatkan gambaran os mastoid yang mengalami peradangan.
Kata Kunci: CT-Scan, Os Mastoid/Temporal, Mastoiditis, Teknik Pemeriksaan

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi
yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam
tubuh yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata secara langsung serta mampu
memberikan informasi mengenai kelainan – kelainan yang mungkin dijumpai
pada organ yang akan diperiksa (Sjahriar, 2015).
Modalitas pencitraan/modality merupakan istilah dari alat – alat yang
digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit.
Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal
sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Pelayanan
radiologi diagnostik memiliki tiga jenis pelayanan yaitu radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional. Pelayanan radiodiagnostik
adalah pelayanan untuk melakukan diagnosa dengan menggunakan radiasi
pengion meliputi pemeriksaan sinar-X konvensional, mammografi dan computed
tomography scanner/ CT-Scan (Kartawiguna & Georgiana, 2011).
Computed tomography scanner atau sering disebut dengan CT-Scan
merupakan suatu prosedur pemeriksaan radiodiagnostik yang bekerja dengan
sinar-X, tetapi memberikan gambar yang tidak tumpang tindih yang disebut
tomografi. Daerah yang diperiksa akan disinari dengan sinar-X pada banyak irisan
tipis yang terpisah, yang dapat dilihat secara individual atau dapat dikombinasikan
untuk membentuk tampilan tiga dimensi, sehingga memudahkan diagnosa dengan
kata lain akan memperjelas adanya dugaan yang kuat suatu kelainan, seperti
gambaran lesi dari tumor, hematoma, abses, perubahan vaskuler/malformasi,
infark, brain contusion, brain atrofi, hydrocephalus dan inflamasi (Kartawiguna
& Georgiana, 2011:8).
Selama pemeriksaan CT-Scan pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus
yang secara perlahan – lahan dipindahkan kedalam gantry. Sebuah tabung sinar-
X, yang terletak di dalam cincin berbentuk donat atau biasa disebut gantry,
diarahkan menuju pusat cincin, dimana pasien berbaring. Seberkas sinar-X

1
2

berbentuk kipas dengan ketebalan 1 – 10 mm melewati pasien menuju detektor


irisan berganda pada sisi yang berlawanan memungkinkan gambar dalam bentuk
volume dibuat. (Kartawiguna & Georgiana, 2011:8).
Salah satu contoh kelainan yang dapat di diagnosa melalu pemeriksaan CT-
Scan adalah mastoiditis. Mastoiditis merupakan suatu proses inflamasi pada
rongga udara tulang mastoid. Terdapat dua jenis mastoiditis, yaitu mastoiditis akut
dan kronis. Pemeriksaan CT-Scan untuk pemeriksaan os mastoid/temporal
merupakan pemeriksaan yang standar dilakukan untuk pasien yang dicurigai
mengalami mastoiditis. CT-Scan sebagai modalitas yang dapat memberikan
gambaran opasifikasi pada sel mastoid air, pembengkakan pada mukosa telinga
tengah, cairan, enhancement pada area yang mengalami abses dan demineralisasi
pada dinding sel mastoid dibandingkan menggunakan modalitas MRI yang hanya
digunakan pada pasien yang dicurigai mengalami komplikasi seperti abses dalam
sinus thrombosis.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin membahas lebih lanjut
mengenai prosedur pemeriksaan CT-Scan Mastoid/temporal dengan suspect
mastoiditis sehingga penulis tertarik untuk menyusun sebuah laporan kasus yang
berjudul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman.”

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis
perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus pada
pokok pembahasan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka,
permasalahan yang dapat dikaji yaitu:
1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada Kasus
mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman?
2. Apakah prosedur pemeriksaan CT Scan os mastoid di Instalasi Radiologi
RSUD Prambanan telah berhasil memperlihatkan gambaran klinis
mastoiditis?
3

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan laporan ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada
Kasus mastoiditis yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD
Prambanan
2. Untuk mengetahui hasil gambaran CT-Scan os mastoid pada Kasus
mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman.

D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan serta memperdalam
pengetahuan tentang tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid
2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan yaitu memberikan pertimbangan
dalam penentuan protokol CT-Scan yang tepat pada saat pemeriksaan
3. Manfaat bagi pembaca yaitu dapat mengetahui dan juga menambah
wawasan tentang tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada
Kasus mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Os Mastoid
Mastoid merupakan rongga berisi udara yang terdapat didalam tulang
temporal yang berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius dan
berhubungan dengan mastoid air cell (rongga mastoid) melalui antrum timpanic.
Rongga timpanik dan mastoid merupakan kelanjutan dari saluran pernafasan dan
menjadi tempat yang mengalami infeksi yang berasal dari saluran pernafasan
melalui tuba eustachius.

Gambar 1 Anatomi Cranium Lateral (Atlas, 2018)

Menurut Netter (2018), petrosum dan mastoid bersama – sama membentuk


bagian petromastoid (petromastoid portion). Bagian petromastoid ini terdiri dari:
1. Bagian Mastoid (mastoid portion)
Mastoid membentuk bagian bawah dan bagian belakang tulang temporal
yang memanjang menuju prosesus mastoideus yang berbentuk kerucut.
Mastoid berartikulasi dengan tulang parietal di batas atas sutura
parietomastoid dan dengan tulang oksipital di batas belakang sutura
occipitomastoid, yang berdekatan dengan sutura lambdoidal. Prosesus

4
5

mastoideus memiliki ukuran yang bervariasi, tergantung pada


pneumatisasi, namun ukuran pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan
2. Sel udara mastoid (mastoid air cells)
Sel udara mastoid terletak di bagian atas di depan prosesus mastoideus
yang disebut antrum mastoid. Sel udara ini memiliki ukuran yang cukup
besar dan berhubungan dengan rongga timpanik. Sesaat sebelum atau
setelah lahir, sel – sel udara yang kecil mulai berkembang di sekitar
antrum mastoid dan terus meningkat dalam jumlah maupun ukuran sampai
sekitar usia pubertas. Jumlah dan ukuran dari sel udara sangat bervariasi

Keterangan:
1. Gambar 2 Permukaan Internal Tulang Temporal (Japardi, 2013)
Artikulasi dengan tulang temporal
2. Squama
3. Alur Arteri Meningeal medial
4. Greater Wing Sphenoid
5. Proc. Zygomaticum
6. Internal Acoustic Meatus
7. Proc. Styloideus
8. Occipital
9. Petrosum
10. Alur sinus lateral
3. Petrosum (petrous portion)
Bagian petrosum atau sering disebut petrous pyramid, merupakan tulang
padat di cranium, berbentuk kerucut atau piramida dan tebal. Bagian dari
tulang temporal ini berisi organ pendengaran dan keseimbangan. Dari
dasar squama dan mastoid, petrosum terlihat di bagian medial dan bagian
6

depan antara greater wing dari tulang sphenoid dan tulang oksipital ke
badan tulang sphenoid yang terdapat di puncak artikulasi. Arteri karotis
interna di karotis kanalis memasuki bagian bawah petrosum, melewati atas
koklea, kemudian melewati bagian medial untuk keluar menuju petrous
apex. Dekat petrous apex adalah foramen kasar yang disebut foramen
lacerum. Saluran karotis membuka foramen ini dan di dalamnya berisi
arteri karotis interna. Di tengah bagian belakang petrosum terdapat
internal acoustic meatus (IAM), yang menyebarkan vestibulocochlear dan
saraf wajah. Batas atas dari petrosum sering disebut sebagai petrous ridge.
Bagian atas ridge disebut top of ear attachment (TEA).

Gambar 3 Permukaan Bawah Tulang Temporal (Japardi, 2013)


Keterangan:
1. Proc. Zygomaticum
2. Artikulasi Fossa dengan Condilus Mandibula
3. Proc. Styloideus
4. External Acoustic Meatus
5. Proc. Mastoideus
6. Fossa Jugularis
7. Karotis Kanalis
8. Petrosum
9. Tuba Eustachius

B. Patologi Mastoiditis
7

Sel udara mastoid adalah lapisan membran mukosa yang mana diploic
bagian dari tulang temporal. Saat lahir, struktur ini terdiri dari antrum satu sel,
dan paling banyak pada usia 3 tahun mengalami perkembangan multiple sel
udara mastoid. Struktur ini terhubung dengan ujung distal rongga telinga
tengah melalui kanal kecil yaitu aditus ad antrum. Karena terhubung langsung
dengan telinga tengah, peradangan mastoid akan disertai dengan episode otitis
media akut (Arnold, 2011).
Mastoiditis adalah suatu peradangan dan atau proses infeksi bakteri pada
sel udara mastoid yang terjadi akibat komplikasi dari otitis media supurative
chronis. Infeksi dapat menyebar membentuk abses subperiosteal. Organisme
bakteri yang menyebabkan mastoiditis akut tidak seluruhnya paralel dengan
penyebab otitis media akut (AOM). Yang paling umum adalah streptococcus
pneumoniae dan pseudomonas aeruginosa, serta staphylococcus aureus dan
nontypeable haemophilus influenzae. Organisme bakteri anaerobik mungkin
juga dapat menyebabkan mastoiditis (Arnold, 2011).
Mastoiditis terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Mastoiditis akut
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
akut. Mastoiditis akut dapat berhubungan dengan periostitis, osteitis,
atau dapat menjadi kronik.
2. Mastoiditis kronik
Mastoiditis kronik terjadi terjadi akibat penggunaan antibiotik
spektrum luas yang tidak adekuat untuk mengobati penyakit telinga
tengah. Bakteri pseudomonas dan staphylococcus aureus sering
ditemukan pada mastoiditis kronik (Aboet, 2011).
8

Gambar 4 Mastoiditis (Aboet, 2011)

C. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid


CT-Scan os mastoid merupakan pemeriksaan radiologi CT-Scan tulang
temporal yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran cross sectional anatomi
tulang temporal bagian mastoid. CT-Scan tulang temporal merupakan
pemeriksaan standar yang dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami
mastoiditis. Pada pemeriksaan CT-scan dapat ditemukan opasifikasi pada sel
mastoid air, pembengkakan pada mukosa telinga tengah, cairan, enhancement
pada area yang mengalami abses, demineralisasi pada dinding sel mastoid
sehingga tidak tampak atau tampak kabur, atrofi, dan nekrosis septa tulang. (Chen,
2014)
1. Indikasi Pemeriksaan
a. Cholesteatoma
b. Kehilangan pendengaran
c. Frakture
d. Mastoiditis
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Unit pesawat CT-Scan
b. Alat fiksasi
c. Selimut
d. Oksigen
9

3. Persiapan Pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus, hanya saja pasien diinstruksikan untuk
melepas benda metalik yang ada di daerah kepala terutama yang
menempel pada obyek seperti gigi palsu, anting, penjepit rambut dan lain-
lain agar tidak menimbulkan bayangan artefact. Kemudian pasien dan atau
keluarga pasien diberi edukasi mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan
sampai dengan memahami manfaat dan resiko pemeriksaan yang akan
dilakukan .Apabila memungkinkan pasien diingatkan tentang hal-hal yang
tidak boleh dilakukan selama pemeriksaan berlangsung seperti bergerak.
4. Prosedur Pemeriksaan
Menurut Juliano (2018), Pemeriksaan CT-Scan os mastoid/temporal
menggunakan dua jenis potongan, yaitu potongan axial dan potongan
coronal.
a. Potongan Axial
1) Posisi pasien : Pasien berbaring supine diatas meja pemeriksaan
dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada
pada pertengahan gantry. Posisi pasien diatur senyaman mungkin
2) Posisi objek : Kepala hiperextensi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpapillary line
sejajar dengan lampu indikator horisontal. Lengan pasien diletakan
diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan
dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus
pada head holder dan meja pemeriksaan.
3) Parameter scan (Juliano, 2018):
a) Start positions : Skull base
b) End positions : Superior margin of petrous temporal bone
c) Gantry angle : 300 cranial to infraorbital meatal line
d) Slice thickness : 1 mm
e) kV/mAs : 140 kV/300 mAs
f) Algorithm : Bone
10

g) SFOV/DFOV : 25 cm/18 cm
h) Window width : 4000
i) Window level : 750

Gambar 5 Potongan Axial (Juliano, 2018)


b. Potongan Coronal
1) Posisi pasien : Pasien berbaring prone diatas meja pemeriksaan
dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada
pada pertengahan gantry
2) Posisi objek : Kepala hiperextensi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpapillary line
sejajar dengan lampu indikator horisontal. Lengan pasien diletakan
diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan
dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan sabuk khusus
pada head holder dan meja pemeriksaan
3) Parameter scan (Juliano, 2018):
a) Start position : Anterior margin of petrous temporal bone
b) End position : Posterior margin of petrous temporal bone
c) Gantry angle : 900 to skull base of middle cranial fossa
d) Slice thickness : 1 mm
e) kV/mAs : 140 kV/300 mAs
f) Algorithm : Bone
g) SFOV/DFOV : 25 cm/18 cm
11

h) Window width : 4000


i) Window level : 750

Gambar 6 Potongan Coronal (Juliano, 2018)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman” adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan metode studi kasus
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan Sleman” yaitu di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah Prambanan Sleman
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman” yaitu seorang pasien
dengan suspect mastoiditis yang memerlukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan CT-Scan Mastoid
4. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan judul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os
Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
Sleman” dilakukan selama periode PKL 3 dari tanggal 1 Februari – 19
Februari 2021

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan Sleman” menggunakan populasi seluruh
pemeriksaan CT-Scan

12
13

2. Sampel
Sampel yang digunakan penulis dalam penelitian “Teknik Pemeriksaan
CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD
Prambanan Sleman” menggunakan sampel 1 pasien rawat inap dengan
data sebagai berikut:
a. Nama : Tn. S
b. Tanggal lahir : 08-08-1944
c. Jenis kelamin : Laki - laki
d. No. foto : *5*8
e. No. RM : *745**
f. Diagnosis : Suspect mastoiditis
g. Dokter pengirim : dr. Windarti Isminarsih, Sp.THT-KL
h. Dokter Radiolog : dr. Sofia Suhartini, Sp.Rad., M.Sc

C. Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk pemeriksaan CT-Scan os
mastoid pada Instalasi Radiologi RSUD Prambanan, antara lain:
1. Pesawat CT-Scan dalam posisi ready
a. Merk : GE BRIVO CT 385
b. No. Seri : 105902BI1
c. kV/mA maximum : 140 kV/300 mA

Gambar 7 Pesawat CT-Scan


(diambil di Instalasi radiologi
RSUD Prambanan pada tanggal
19 Februari 2021)
14

2. Komputer console

Gambar 8 Komputer Console (diambil di Instalasi


radiologi RSUD Prambanan pada tanggal 19
Februari 2021)

3. Printer DRY PRO 873

Gambar 9 Printer Radiograf(diambil di


Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
tanggal 19 Februari 2021)
4. Film ukuran 35 x 43 cm
5. Alat fiksasi seperti; head holder dan body strap

D. Prosedur Pemeriksaan
1. Persiapan Pemeriksaan
Tidak diperlukan persiapan khusus, namun pasien dianjurkan untuk
melepas benda logam yang ada disekitar kepala seperti anting, kalung dan
lain sebagainya serta menginstruksikan pasien agar tidak melakukan
pergerakan selama pemeriksaan berlangsung
2. Teknik Pemeriksaan
15

a. Posisi pasien : Pasien berbaring supine dengan head first. Kedua


tangan disamping tubuh kemudian difiksasi menggunakan body strap.
Pasien diatur senyaman mungkin
b. Posisi objek : Kepala hiper-extensi pada head holder. Kepala
diposisikan sehingga lampu indikator sejajar mid sagittal plane (MSP)
dengan glabella. Sedangkan mid coronal plane (MCP) sejajar dengan
meatus acousticus externus (MAE)
c. Parameter Scan
1) Scanogram : AP dan Lateral
2) Slice thickness: 0,5 mm
3) kV : 120 kV
4) mA : 115 mA
5) Window width: 3000 HU
6) Window level : 300 HU
7) DFOV : 25,0 cm
8) Gantry Tilt : 0.0
d. Proses Scanning
Melakukan scanning awal untuk mendapatkan gambaran topogram dan
mengatur DFOV dengan panduan batas atas vertex sampai simpisis
menti
e. Rekonstruksi Gambar
Membuat potongan axial dan coronal oblique kanan-kiri
f. Proses Filming
Menentukan jumlah layout yang dikehendaki, kemudian masukan
scout gambaran sagital pada layout pertama lalu memilih gambaran
axial dan coronal oblique kanan-kiri yang akan dimasukkan kedalam
layout dengan membuang gambaran yang tidak memberikan informasi
anatomi sesuai dengan klinis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Prosedur pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada kasus mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan, petugas melakukan cek
identitas pasien terlebih dahulu, anamnesa, memberikan edukasi kepada
pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan termasuk memberikan
arahan untuk melepas barang logam yang ada pada sekitar kepala pasien
serta menginstruksikan pasien untuk tidak melakukan pergerakan selama
pemeriksaan berlangsung serta menandatangani informed consent oleh
pasien dan/atau keluarga pasien
2. Pasien dilakukan pemeriksaan foto thorax terlebih dahulu sesuai dengan
permintaan dokter
3. Petugas menginput data pasien pada komputer console dengan memilih
protokol pemeriksaan CT Head 1 Group/Sequence sembari menunggu
pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan CT-Scan
4. Petugas melakukan positioning terhadap pasien. Pasien diminta untuk
berbaring pada couch/meja pemeriksaan dan diberi fiksasi body strap.
Kepala pasien diatur hiper-extensi pada head holder. Lampu indikator
sejajar mid sagital plane dengan glabella dan mengatur mid coronal plane
sejajar dengan meatus acousticus externus
5. Selanjutnya petugas melakukan scanning terhadap pasien. Scanning awal
dilakukan untuk menentukan range yang digunakan, kemudian petugas
melakukan scanning lagi sampai selesai. Bila hasil gambaran scanning
sudah sesuai yang diharapkan maka pemeriksaan dinyatakan selesai.
Pasien diperbolehkan untuk melakukan alur pemeriksaan berikutnya
6. Tahap berikutnya yaitu rekonstruksi gambar. Pilih nama pasien yang telah
dikerjakan tadi pada layar monitor komputer console kemudian pilih hasil
scanning dengan irisan paling tipis (Axial 1,25 mm STD 60%) lalu klik
reformat akan muncul empat window. Window pertama dan keempat

16
17

potongan coronal, window kedua potongan axial dan window ketiga


potongan sagital.

a. Simetriskan
hasil potongan axial
dengan menggunakan
tools/ala t “Loop.”
kemudian atur
“Start View” dan
“End View” lalu
simpan dengan nama
Gambar 10 Pilihan Hasil Scanning (diambil
“SIM” di Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
b. Buka tanggal 19 Februari 2021) file “SIM” lalu
klik reformat. Pada window potongan sagital diubah menjadi oblique
kemudian tekan tools/alat “Batch.” Pilih area yang akan dipotong dan
jumlah slice yang diinginkan. Ubah slice thickness sesuai permintan
dokter dari 5 mm menjadi 0,5 mm. Simpan file dengan nama “AXIAL
0,5 MM”
c. Buka file “SIM” lagi untuk membuat potongan coronal oblique kanan
dan kiri. Dengan langkah yang sama, simpan hasil potongan dengan
nama “COR OBLIQ R 0,5 MM” dan “COR OBLIQ L 0,5 MM”
7. Tahap terakhir adalah melakukan filming dan printing. Buka file “AXIAL
0,5 MM” lalu klik viewer, tekan tools/alat “Film Composer.” Masukan
scout gambar potongan sagital os mastoid pada layout pertama kemudian
pilih hasil potongan yang akan dimasukan ke film dengan membuang hasil
gambaran yang tidak memberiksan informasi sesuai dengan klinis.
Arahkan cursor ke gambaran yang ingin dimasukkan ke film lalu tekan
tombol F1 untuk memindahkan ke layout film composer. Lakukan hal
yang sama pada file “COR OBLIQ R 0,5 MM” dan “COR OBLIQ L 0,5
MM.” Jika sudah sesuai dengan yang dikehendaki, klik ‘print.’
18

Gambar 11 Scout Potongan Sagital (diambil


di Instalasi radiologi RSUD Prambanan
pada tanggal 5 Februari 2021)

Dari prosedur pemeriksaan


CT-Scan os mastoid, diperoleh hasil citra radiograf sebagai berikut:

Gambar 12 Hasil Citra Radiograf CT-Scan Mastoid


(diambil di Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
Dalam hasil tanggal 5 Februari 2021) citra
radiograf seperti
diatas terdapat informasi penting untuk membantu dokter menegakkan
19

diagnosa pasien. Pada gambaran hasil citra radiograf baik potongan axial
mapun coronal oblique, radiolog menyatakan bahwa:
1. Struktur tulang mastoid intak, tidak tampak erosi maupun destruksi
2. Tidak tampak sclerosis pada sistema tulang mastoid/temporal
3. Tidak tampak adanya massa atau gambaran cholesteatoma pada os
temporal
4. Perselubungan isodens pada mastoid air cells sinistra
5. Mastoid air cells dextra tampak normolusen
6. Membran timfani dextra dan sinistra intak, namun cavum timfani sinistra
sedikit menyempit dibandingkan dengan bagian dextra
Kesan dari radiolog adalah adanya peradangan pada mastoid air cells atau
mastoiditis. Gambaran peradangan pada mastoid air cells sinistra dapat dilihat
dari hasil potongan axial sebagai berikut:

Gambar 13 Hasil Potongan Axial (diambil di


Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
tanggal 5 Februari 2021)

B. Pembahasan
Prosedur pemeriksan CT-Scan os Mastoid pada kasus mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan Sleman pada laporan kasus ini dilakukan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan standar CT-Scan Kepala. Hanya saja untuk
menentukan range/scout sedikit berbeda dari range scanogram kepala.
20

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 5 Februari 2021, pasien datang membawa


formulir permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter.
Secara garis besar, prosedur pemeriksaan yang dilakukan yaitu melakukan
konfirmasi identitas pasien, anamnesa dan memberikan edukasi serta informed
consent untuk persetujuan tindakan. Input data pasien pada komputer console,
pilih protokol pemeriksaan CT Head lalu lakukan positioning terhadap pasien.
Lakukan scan awal untuk menentukan range area organ yang diperiksa, lalu
lakukan scanning lanjutan sampai proses scanning selesai. Selanjutnya adalah
proses rekonstruksi gambar. Simetriskan terlebih dahulu gambar pada potongan
axial lalu simpan. Ubah slice thickness sesuai dengan permintaan dokter dari 5
mm menjadi 0,5 mm potongan yang lebih tipis. Selanjutnya membuat potongan
axial dan coronal oblique dari file yang telah disimpan. Lakukan filming serta
printing dengan memilih gambaran potongan yang akan dimasukan ke film
dengan membuang hasil gambaran yang tidak memberikan informasi sesuai
dengan klinis.
Pemeriksaan CT-Scan os Mastoid dapat membantu dokter spesialis THT serta
radiolog dalam menegakkan diagnosa kelainan pada tulang mastoid/temporal. Di
RSUD Prambanan sendiri pemeriksaan ini terhitung sangat jarang dilakukan
sehingga radiographer atau petugas mengambil keputusan untuk mengerjakannya
sesuai protokol pemeriksaan CT-Scan Kepala dengan alasan mudah untuk
dilakukan dan sudah dapat menampakkan kelainan klinis dari mastoiditis. Pada
hasil pemeriksaan CT-Scan os Mastoid terdapat informasi yang sesuai dengan
hasil expertise radiolog. Informasi yang terkandung dalam citra menggambarkan
kondisi dari tulang kepala pasien. Terdapat gambaran isodens pada rongga udara
tulang mastoid sinistra bila dibandingkan dengan rongga udara tulang mastoid
dextra yang berwarna hipodens serta tampak cavum timfani sinistra sedikit lebih
menyempit daripada cavum timfani dextra. Hal tersebut menandai bahwa memang
terjadi inflamasi atau peradangan pada mastoid air cells sinistra.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik pemeriksaan radiografi CT-Scan os Mastoid pada kasus mastoiditis
di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman menggunakan protokol
pemeriksaan CT-Scan Head. Positioning terhadap pasien dilakukan sama
dengan posisi CT kepala dengan central point berada di glabella. Proses
scanning dilakukan guna memperoleh gambaran scanogram untuk
menentukan range/scout area yang akan dipotong. Selanjutnya melakukan
rekontruksi gambar untuk menentukan hasil potongan termasuk slice
thickness dan jumlah potongan yang diinginkan. Memilih gambaran
potongan yang akan dimasukan ke film dengan membuang hasil gambaran
yang tidak memberiksan informasi sesuai dengan klinis.
2. Prosedur pemeriksaan CT-Scan os mastoid yang dilakukan di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan telah berhasil menampakkan kelainan klinis
dari mastoiditis ditandai dengan adanya perbedaan antara rongga udara
tulang mastoid sinistra dan dextra yaitu bagian sinistra tampak gambaran
isodens sedangkan dextra penuh dengan udara.

B. Saran
Adanya komunikasi efektif antara petugas dan pasien pada saat pemeriksaan
harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi suatu kesalahan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aboet, Askaroellah. (2011). Mastoiditis. Medan: FK Universitas Sumatera Utara.

Arnold, Donald H., & Spiro, David M. (2011). Mastoiditis. Berman’s Pediatric
Decision Making (fifth edition), 132-135.

Chen, James Y., & Mafee, Mahmood F. (2014). Computed Tomography Imaging
Technique and Normal Computed Tomography Anatomy of The Temporal
Bone. Operative Techniques in Otolaryngology, 25, 3-12.

Japardi, I. (2013). Anatomi Tulang Tengkorak. Medan: Universitas Sumatera


Utara Digital Library.

Juliano, Amy F. (2018). Cross Sectional Imaging of The Ear & Temporal Bone.
Head Neck Pathol, 12(3): 302-329.

Kartawiguna & Georgiana. (2011). Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi.


Jakarta: Graha Ilmu.

Kucur, C. (2013). The Clinical Value of Temporal Bone Tomography in Chronic


Otitis Media. Kulak Burun Bogaz Ihtis Derg, 23(1): 21-5.

Netter, Frank H. (2018). Atlas of Human Anatomy Seventh Edition. Philadelphia:


Elsevier Health Sciences.

Sjahriar, R. (2015). Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

22
23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Permintaan Pemeriksaan


Radiologi

Anda mungkin juga menyukai