Laporan kasus ini disusun guna memenuhi salah satu tugas Praktik kerja
Lapangan III di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman
Disusun oleh:
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instructor/ pembimbing
klinik Instalasi Radiologi RSUD Prambanan dan telah disetujui untuk diajukan
sebagai laporan kasus guna memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan III Teknik
Pemeriksaan CT Scan Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta.
Nama : Tutus Yuli Yani
NIM : 18230025
Judul : Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman.
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya, laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan CT-
Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
Sleman” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
ii
9. Ibu dan Bapak tercinta, mamas serta adik – adikku yang telah memberikan
doa, dukungan moral, dan cinta yang tiada henti-hentinya
10. Teman sejawat (Kiki, Yasmin, Dyah dan Wafdha) yang telah memberikan
banyak dukungan terhadap penulis dalam menulis laporan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih
terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian laporan dapat
diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vi
DAFTAR ISTILAH........................................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................4
A. Anatomi Os Mastoid....................................................................................4
B. Patologi Mastoiditis......................................................................................7
C. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid................................................8
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................12
A. Rencana Penelitian.....................................................................................12
B. Populasi dan Sampel...................................................................................12
C. Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................13
D. Prosedur Penelitian.....................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................16
A. Hasil Penelitian...........................................................................................16
C. Pembahasan................................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................21
A. Simpulan.....................................................................................................21
B. Saran...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
LAMPIRAN....................................................................................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v
Lampiran 1 Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi.....................................23
vi
DAFTAR ISTILAH
SLICE THICKNESS : Tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa
FAKTOR EKSPOSI : Kualitas gambar akan dipengaruhi oleh arus tabung (mA),
waktu (s) dan tegangan tabung (kV)
GANTRY TILT : Sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-x dan detektor)
vii
ABSTRAK
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi
yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam
tubuh yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata secara langsung serta mampu
memberikan informasi mengenai kelainan – kelainan yang mungkin dijumpai
pada organ yang akan diperiksa (Sjahriar, 2015).
Modalitas pencitraan/modality merupakan istilah dari alat – alat yang
digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit.
Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal
sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Pelayanan
radiologi diagnostik memiliki tiga jenis pelayanan yaitu radiodiagnostik,
pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional. Pelayanan radiodiagnostik
adalah pelayanan untuk melakukan diagnosa dengan menggunakan radiasi
pengion meliputi pemeriksaan sinar-X konvensional, mammografi dan computed
tomography scanner/ CT-Scan (Kartawiguna & Georgiana, 2011).
Computed tomography scanner atau sering disebut dengan CT-Scan
merupakan suatu prosedur pemeriksaan radiodiagnostik yang bekerja dengan
sinar-X, tetapi memberikan gambar yang tidak tumpang tindih yang disebut
tomografi. Daerah yang diperiksa akan disinari dengan sinar-X pada banyak irisan
tipis yang terpisah, yang dapat dilihat secara individual atau dapat dikombinasikan
untuk membentuk tampilan tiga dimensi, sehingga memudahkan diagnosa dengan
kata lain akan memperjelas adanya dugaan yang kuat suatu kelainan, seperti
gambaran lesi dari tumor, hematoma, abses, perubahan vaskuler/malformasi,
infark, brain contusion, brain atrofi, hydrocephalus dan inflamasi (Kartawiguna
& Georgiana, 2011:8).
Selama pemeriksaan CT-Scan pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus
yang secara perlahan – lahan dipindahkan kedalam gantry. Sebuah tabung sinar-
X, yang terletak di dalam cincin berbentuk donat atau biasa disebut gantry,
diarahkan menuju pusat cincin, dimana pasien berbaring. Seberkas sinar-X
1
2
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis
perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus pada
pokok pembahasan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka,
permasalahan yang dapat dikaji yaitu:
1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada Kasus
mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman?
2. Apakah prosedur pemeriksaan CT Scan os mastoid di Instalasi Radiologi
RSUD Prambanan telah berhasil memperlihatkan gambaran klinis
mastoiditis?
3
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan laporan ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada
Kasus mastoiditis yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD
Prambanan
2. Untuk mengetahui hasil gambaran CT-Scan os mastoid pada Kasus
mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman.
D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan serta memperdalam
pengetahuan tentang tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid
2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan yaitu memberikan pertimbangan
dalam penentuan protokol CT-Scan yang tepat pada saat pemeriksaan
3. Manfaat bagi pembaca yaitu dapat mengetahui dan juga menambah
wawasan tentang tatalaksana pemeriksaan CT-Scan os mastoid pada
Kasus mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Os Mastoid
Mastoid merupakan rongga berisi udara yang terdapat didalam tulang
temporal yang berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius dan
berhubungan dengan mastoid air cell (rongga mastoid) melalui antrum timpanic.
Rongga timpanik dan mastoid merupakan kelanjutan dari saluran pernafasan dan
menjadi tempat yang mengalami infeksi yang berasal dari saluran pernafasan
melalui tuba eustachius.
4
5
Keterangan:
1. Gambar 2 Permukaan Internal Tulang Temporal (Japardi, 2013)
Artikulasi dengan tulang temporal
2. Squama
3. Alur Arteri Meningeal medial
4. Greater Wing Sphenoid
5. Proc. Zygomaticum
6. Internal Acoustic Meatus
7. Proc. Styloideus
8. Occipital
9. Petrosum
10. Alur sinus lateral
3. Petrosum (petrous portion)
Bagian petrosum atau sering disebut petrous pyramid, merupakan tulang
padat di cranium, berbentuk kerucut atau piramida dan tebal. Bagian dari
tulang temporal ini berisi organ pendengaran dan keseimbangan. Dari
dasar squama dan mastoid, petrosum terlihat di bagian medial dan bagian
6
depan antara greater wing dari tulang sphenoid dan tulang oksipital ke
badan tulang sphenoid yang terdapat di puncak artikulasi. Arteri karotis
interna di karotis kanalis memasuki bagian bawah petrosum, melewati atas
koklea, kemudian melewati bagian medial untuk keluar menuju petrous
apex. Dekat petrous apex adalah foramen kasar yang disebut foramen
lacerum. Saluran karotis membuka foramen ini dan di dalamnya berisi
arteri karotis interna. Di tengah bagian belakang petrosum terdapat
internal acoustic meatus (IAM), yang menyebarkan vestibulocochlear dan
saraf wajah. Batas atas dari petrosum sering disebut sebagai petrous ridge.
Bagian atas ridge disebut top of ear attachment (TEA).
B. Patologi Mastoiditis
7
Sel udara mastoid adalah lapisan membran mukosa yang mana diploic
bagian dari tulang temporal. Saat lahir, struktur ini terdiri dari antrum satu sel,
dan paling banyak pada usia 3 tahun mengalami perkembangan multiple sel
udara mastoid. Struktur ini terhubung dengan ujung distal rongga telinga
tengah melalui kanal kecil yaitu aditus ad antrum. Karena terhubung langsung
dengan telinga tengah, peradangan mastoid akan disertai dengan episode otitis
media akut (Arnold, 2011).
Mastoiditis adalah suatu peradangan dan atau proses infeksi bakteri pada
sel udara mastoid yang terjadi akibat komplikasi dari otitis media supurative
chronis. Infeksi dapat menyebar membentuk abses subperiosteal. Organisme
bakteri yang menyebabkan mastoiditis akut tidak seluruhnya paralel dengan
penyebab otitis media akut (AOM). Yang paling umum adalah streptococcus
pneumoniae dan pseudomonas aeruginosa, serta staphylococcus aureus dan
nontypeable haemophilus influenzae. Organisme bakteri anaerobik mungkin
juga dapat menyebabkan mastoiditis (Arnold, 2011).
Mastoiditis terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Mastoiditis akut
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
akut. Mastoiditis akut dapat berhubungan dengan periostitis, osteitis,
atau dapat menjadi kronik.
2. Mastoiditis kronik
Mastoiditis kronik terjadi terjadi akibat penggunaan antibiotik
spektrum luas yang tidak adekuat untuk mengobati penyakit telinga
tengah. Bakteri pseudomonas dan staphylococcus aureus sering
ditemukan pada mastoiditis kronik (Aboet, 2011).
8
3. Persiapan Pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus, hanya saja pasien diinstruksikan untuk
melepas benda metalik yang ada di daerah kepala terutama yang
menempel pada obyek seperti gigi palsu, anting, penjepit rambut dan lain-
lain agar tidak menimbulkan bayangan artefact. Kemudian pasien dan atau
keluarga pasien diberi edukasi mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan
sampai dengan memahami manfaat dan resiko pemeriksaan yang akan
dilakukan .Apabila memungkinkan pasien diingatkan tentang hal-hal yang
tidak boleh dilakukan selama pemeriksaan berlangsung seperti bergerak.
4. Prosedur Pemeriksaan
Menurut Juliano (2018), Pemeriksaan CT-Scan os mastoid/temporal
menggunakan dua jenis potongan, yaitu potongan axial dan potongan
coronal.
a. Potongan Axial
1) Posisi pasien : Pasien berbaring supine diatas meja pemeriksaan
dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada
pada pertengahan gantry. Posisi pasien diatur senyaman mungkin
2) Posisi objek : Kepala hiperextensi dan diletakkan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpapillary line
sejajar dengan lampu indikator horisontal. Lengan pasien diletakan
diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan
dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus
pada head holder dan meja pemeriksaan.
3) Parameter scan (Juliano, 2018):
a) Start positions : Skull base
b) End positions : Superior margin of petrous temporal bone
c) Gantry angle : 300 cranial to infraorbital meatal line
d) Slice thickness : 1 mm
e) kV/mAs : 140 kV/300 mAs
f) Algorithm : Bone
10
g) SFOV/DFOV : 25 cm/18 cm
h) Window width : 4000
i) Window level : 750
A. Rencana Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman” adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan metode studi kasus
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan Sleman” yaitu di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah Prambanan Sleman
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di
Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman” yaitu seorang pasien
dengan suspect mastoiditis yang memerlukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan CT-Scan Mastoid
4. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan judul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Os
Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan
Sleman” dilakukan selama periode PKL 3 dari tanggal 1 Februari – 19
Februari 2021
12
13
2. Sampel
Sampel yang digunakan penulis dalam penelitian “Teknik Pemeriksaan
CT-Scan Os Mastoid pada Kasus Mastoiditis di Instalasi Radiologi RSUD
Prambanan Sleman” menggunakan sampel 1 pasien rawat inap dengan
data sebagai berikut:
a. Nama : Tn. S
b. Tanggal lahir : 08-08-1944
c. Jenis kelamin : Laki - laki
d. No. foto : *5*8
e. No. RM : *745**
f. Diagnosis : Suspect mastoiditis
g. Dokter pengirim : dr. Windarti Isminarsih, Sp.THT-KL
h. Dokter Radiolog : dr. Sofia Suhartini, Sp.Rad., M.Sc
2. Komputer console
D. Prosedur Pemeriksaan
1. Persiapan Pemeriksaan
Tidak diperlukan persiapan khusus, namun pasien dianjurkan untuk
melepas benda logam yang ada disekitar kepala seperti anting, kalung dan
lain sebagainya serta menginstruksikan pasien agar tidak melakukan
pergerakan selama pemeriksaan berlangsung
2. Teknik Pemeriksaan
15
A. Hasil Penelitian
Prosedur pemeriksaan CT-Scan Os Mastoid pada kasus mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan, petugas melakukan cek
identitas pasien terlebih dahulu, anamnesa, memberikan edukasi kepada
pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan termasuk memberikan
arahan untuk melepas barang logam yang ada pada sekitar kepala pasien
serta menginstruksikan pasien untuk tidak melakukan pergerakan selama
pemeriksaan berlangsung serta menandatangani informed consent oleh
pasien dan/atau keluarga pasien
2. Pasien dilakukan pemeriksaan foto thorax terlebih dahulu sesuai dengan
permintaan dokter
3. Petugas menginput data pasien pada komputer console dengan memilih
protokol pemeriksaan CT Head 1 Group/Sequence sembari menunggu
pasien masuk kedalam ruang pemeriksaan CT-Scan
4. Petugas melakukan positioning terhadap pasien. Pasien diminta untuk
berbaring pada couch/meja pemeriksaan dan diberi fiksasi body strap.
Kepala pasien diatur hiper-extensi pada head holder. Lampu indikator
sejajar mid sagital plane dengan glabella dan mengatur mid coronal plane
sejajar dengan meatus acousticus externus
5. Selanjutnya petugas melakukan scanning terhadap pasien. Scanning awal
dilakukan untuk menentukan range yang digunakan, kemudian petugas
melakukan scanning lagi sampai selesai. Bila hasil gambaran scanning
sudah sesuai yang diharapkan maka pemeriksaan dinyatakan selesai.
Pasien diperbolehkan untuk melakukan alur pemeriksaan berikutnya
6. Tahap berikutnya yaitu rekonstruksi gambar. Pilih nama pasien yang telah
dikerjakan tadi pada layar monitor komputer console kemudian pilih hasil
scanning dengan irisan paling tipis (Axial 1,25 mm STD 60%) lalu klik
reformat akan muncul empat window. Window pertama dan keempat
16
17
a. Simetriskan
hasil potongan axial
dengan menggunakan
tools/ala t “Loop.”
kemudian atur
“Start View” dan
“End View” lalu
simpan dengan nama
Gambar 10 Pilihan Hasil Scanning (diambil
“SIM” di Instalasi radiologi RSUD Prambanan pada
b. Buka tanggal 19 Februari 2021) file “SIM” lalu
klik reformat. Pada window potongan sagital diubah menjadi oblique
kemudian tekan tools/alat “Batch.” Pilih area yang akan dipotong dan
jumlah slice yang diinginkan. Ubah slice thickness sesuai permintan
dokter dari 5 mm menjadi 0,5 mm. Simpan file dengan nama “AXIAL
0,5 MM”
c. Buka file “SIM” lagi untuk membuat potongan coronal oblique kanan
dan kiri. Dengan langkah yang sama, simpan hasil potongan dengan
nama “COR OBLIQ R 0,5 MM” dan “COR OBLIQ L 0,5 MM”
7. Tahap terakhir adalah melakukan filming dan printing. Buka file “AXIAL
0,5 MM” lalu klik viewer, tekan tools/alat “Film Composer.” Masukan
scout gambar potongan sagital os mastoid pada layout pertama kemudian
pilih hasil potongan yang akan dimasukan ke film dengan membuang hasil
gambaran yang tidak memberiksan informasi sesuai dengan klinis.
Arahkan cursor ke gambaran yang ingin dimasukkan ke film lalu tekan
tombol F1 untuk memindahkan ke layout film composer. Lakukan hal
yang sama pada file “COR OBLIQ R 0,5 MM” dan “COR OBLIQ L 0,5
MM.” Jika sudah sesuai dengan yang dikehendaki, klik ‘print.’
18
diagnosa pasien. Pada gambaran hasil citra radiograf baik potongan axial
mapun coronal oblique, radiolog menyatakan bahwa:
1. Struktur tulang mastoid intak, tidak tampak erosi maupun destruksi
2. Tidak tampak sclerosis pada sistema tulang mastoid/temporal
3. Tidak tampak adanya massa atau gambaran cholesteatoma pada os
temporal
4. Perselubungan isodens pada mastoid air cells sinistra
5. Mastoid air cells dextra tampak normolusen
6. Membran timfani dextra dan sinistra intak, namun cavum timfani sinistra
sedikit menyempit dibandingkan dengan bagian dextra
Kesan dari radiolog adalah adanya peradangan pada mastoid air cells atau
mastoiditis. Gambaran peradangan pada mastoid air cells sinistra dapat dilihat
dari hasil potongan axial sebagai berikut:
B. Pembahasan
Prosedur pemeriksan CT-Scan os Mastoid pada kasus mastoiditis di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan Sleman pada laporan kasus ini dilakukan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan standar CT-Scan Kepala. Hanya saja untuk
menentukan range/scout sedikit berbeda dari range scanogram kepala.
20
A. Simpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik pemeriksaan radiografi CT-Scan os Mastoid pada kasus mastoiditis
di Instalasi Radiologi RSUD Prambanan Sleman menggunakan protokol
pemeriksaan CT-Scan Head. Positioning terhadap pasien dilakukan sama
dengan posisi CT kepala dengan central point berada di glabella. Proses
scanning dilakukan guna memperoleh gambaran scanogram untuk
menentukan range/scout area yang akan dipotong. Selanjutnya melakukan
rekontruksi gambar untuk menentukan hasil potongan termasuk slice
thickness dan jumlah potongan yang diinginkan. Memilih gambaran
potongan yang akan dimasukan ke film dengan membuang hasil gambaran
yang tidak memberiksan informasi sesuai dengan klinis.
2. Prosedur pemeriksaan CT-Scan os mastoid yang dilakukan di Instalasi
Radiologi RSUD Prambanan telah berhasil menampakkan kelainan klinis
dari mastoiditis ditandai dengan adanya perbedaan antara rongga udara
tulang mastoid sinistra dan dextra yaitu bagian sinistra tampak gambaran
isodens sedangkan dextra penuh dengan udara.
B. Saran
Adanya komunikasi efektif antara petugas dan pasien pada saat pemeriksaan
harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi suatu kesalahan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, Donald H., & Spiro, David M. (2011). Mastoiditis. Berman’s Pediatric
Decision Making (fifth edition), 132-135.
Chen, James Y., & Mafee, Mahmood F. (2014). Computed Tomography Imaging
Technique and Normal Computed Tomography Anatomy of The Temporal
Bone. Operative Techniques in Otolaryngology, 25, 3-12.
Juliano, Amy F. (2018). Cross Sectional Imaging of The Ear & Temporal Bone.
Head Neck Pathol, 12(3): 302-329.
22
23
LAMPIRAN