Disusun Oleh :
5. Rezekinor 713001S20021
Mengesahkan
Fajar Makussia, AMR. SKM Risa Dameria Surbakti, Dipl. Rad S.Tr.
Kes
Mengetahui
i
Muh. Amirul Mukminin, M.Mkes
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
Reflux Desease) Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin
Banjarmasin”
Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam penulisan laporan
studi kasus ini. Dengan segala ketulusan hati kami ingin menyampaikan ucapan
1. Kepada Tuhan Masa Esa yang telah memberikan kesehatan dan berkah-
Nya.
4. Bapak dan Ibu dosen beserta staff ATRO Citra Intan Persada Banjarmasin.
5. Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT., FICS (K) sebagai Direktur RSUD
Ulin Banjarmasin.
iii
7. Rekan – rekan mahasiswa angkatan XII ATRO Citra Intan Persada
Banjarmasin.
laporan studi kasus ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
Besar harapan kami agar laporan studi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat
Citra Intan Persada pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga
dapat berguna dan menjadi bahan informasi untuk masa yang akan datang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Anatomi.....................................................................................7
2.1.1 Oesophagus.......................................................................7
2.1.2 Lambung............................................................................9
2.1.3 Duodenum.........................................................................11
v
2.2 Fisiologi......................................................................................13
2.3 Patologi.......................................................................................14
2.4.1 Definisi..............................................................................20
Duodenum)........................................................................24
vi
3.2 Definisi Operasional.................................................................41
3.2.1 Input.................................................................................41
3.2.2 Proses...............................................................................41
3.2.3 Output..............................................................................42
Duodenum)...............................................................................48
4.5 Pembahasan...............................................................................58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................62
5.2 Saran...........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 2. 22 Proyeksi PA Maag Duodenum........................................................33
Gambar 3. 4 Film...................................................................................................44
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran atau ilmu pengobatan
yang menggunakan sinar-x, sumber suara dan magnet untuk imaging pada
dapat menggambarkan semua struktur dari objek yang akan didiagnosa serta
dengan apa yang diinginkan maka harus mengetahui teknik radiografi (tata
cara pemeriksaan).
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
1
2
menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras
Obliq (LPO), dan Right Anterior Obliq (RAO). Dengan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk menyusun sebuah laporan akhir PKL II yang berjudul
REFLUX DISEASE)”
Banjarmasin?
3
Banjarmasin.
1.4 Manfaat
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik
secara keseluruhan maupun bagan – bagian serta berhubungan alat tubuh satu
2.1.1 Oesophagus
2. Lapisan muskuler
3. Lapisan submukosa
7
8
Pada bagian ini oesophagus terletak sesuai mid sagital plane, seiring
kanan arkus aorta dan di posterior kiri dari bronkus serta diantara
diafragma.
2.1.2 Lambung
a. Cardia, bagian yang paling dekat dengan lubang yang ada disebelah
Kelenjar dari fundus adalah kelenjar tubuler dan berisi berbagai jenis
10
sel. Beberapa sel (sel asam atau oxintik) menghasilkan asam yang
(Kusrianto, 2004)
dipengaruhi oleh tekanan organ lain, posisi tubuh (berdiri atau tidur) dan
bentuk postur tubuh. Ada tiga macam bentuk postur tubuh yang dapat
hypostenic / astenic.
a. Hyperstenic
b. Stenic
Bentuk tubuh sedang atau rata – rata. Bentuk lambung dari type
kanan dari lambung disebut curvature minor dan bangunan kiri lambung
2.1.3 Duodenum
Jejenum
Duodenum, Pars
descendens
2.2 Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari pekerjaan dari tiap - tiap tubuh
atau bagian dari alat – alat tubuh dan sebagainya. (Syaifudin, 2007)
2.3 Patologi
pada aspek – aspek penyakit yang dapat diukur seperti perubahan struktur –
struktur sel, jaringan dan organ – organ (makroscopik dan mikroscopik) serta
untuk mengendor.
pervorasi.
akut.
organ-organ abdomen.
jari, yaitu bagian awal dari usus halus. Luka di usus 12 jari ini dapat
2.4.1 Definisi
sulfat saja), dan bisa juga double kontras (menggunakan barium dan
udara).
atom besar), dan tidak larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan
Oesophagus.
dilaksanakan (kooperatif)
1. Pesawat X-Ray
2. Baju Paien
5. Soda (sprite)
(Ballinger, 1999)
satu garam berwarna putih, mempunyai berat atom yang besar dan
tidak larut dalam air. Bahan diaduk dengan air dalam perbandingan
diberi suspensi barium kurang lebih 200 ml, atau kurang lebih satu
dan diminta untuk memutar badan ke kiri dan ke kanan sebanyak 2-3
(Kertoleksono, 1999).
24
Duodenum)
c. Posisi Objek :
grid
barium sulfat
f. Faktor Eksposi : Kv : 78
mA : 200
s : 0,80
FFD : 100 cm
h. Kriteria Gambaran
kelainan.
2. Proyeksi Lateral
Oesophagus.
c. Posisi Objek :
27
lateral.
f. Faktor Eksposi : Kv : 78
mA : 200
s : 0,100
FFD : 100 cm
h. Kriteria Gambaran
gaster.
29
Duodenum.
c. Posisi Objek :
memudahkan pasien.
bulbus doudenum.
f. Faktor Eksposi : Kv : 75
mA : 200
s : 0,080
FFD : 100 cm
g. Eksposi : Ekspirasi
h. Kriteria Gambaran
kelainan.
c. Posisi Objek :
bawah : SIAS
bulbus duodeni.
f. Faktor Eksposi : Kv : 72
mA : 160
s : 0,063
FFD : 100
h. Kriteria Gambaran
batas udara.
Duodenum.
33
dari C. Vertebrae
duodenum
e. Faktor Eksposi : Kv : 72
mA : 160
s : 0.063
FFD : 100
34
g. Kriteria Gambaran
dan duodenum
yang ada.
ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerima dosisi yang tidak
1. Asas Justifikasi
lebih besar kepada seseorang yang terkena penyinaran radiasi atau bagi
pula estimasi kerugian yang berasal dari penyinaran yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya.
2. Asas Limitasi
Yaitu penerimaan dosisi oleh seseorang tidak boleh melampaui nilai batas
dosis yang ditetapkan badan pengawas (BP). Yang dimaksud nilai batas
dosisi disini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna
dan interna selama satu tahun dan tidak bergantung pada laju dosis.
3. Asas Optimisasi
sehingga besarnya dosis yang diterima seseorang dan jumlah orang yang
Dosis) yang diatur dalam buku keselamatan kerja terhadap radisi, dengan
Batas dosis radiasi yang boleh diterima oleh petugas radiasi sebesar 20
dilakukannya penyinaran.
ketentuan.
film badge.
dibutuhkan.
sedang hamil maka bagian janin atau perut harus ditutup dengan
1/10 dari pekerja radiasi, sebesar 2 MSV pertahun. Usaha – usaha yang
pemeriksaan.
pintu.
a. Waktu
38
mungkin
b. Jarak
c. Shielding
dari beton yang lebih tebal atau adanya timbal pelapis sehingga
a. Apron
39
c. Sarung Tangan
tangan).
BAB III
METODELOGI PENILITIAN
Banjarmasin.
Definisi Operasional
3.2.1 Input
40
41
jelas.
X dan cahaya.
3.2.2 Proses
3.2.3 Output
42
Banjarmasin.
Merk : SIEMENS
2. Control Panel
Merk : SIEMENS
3. Computer DR
44
Gambar 3. 3 Computer DR
(Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin)
4. Film
Merk : Carestream
Gambar 3. 4 Film
(Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin)
5. Printer Processing
Merk : Carestream
45
6. Baju Pasien
Nama : Ny. AM
Umur : 35 Tahun
47
48
samping tubuh.
pada tubuh.
mAs : 7.8
FFD : 110 cm
f. Kriteria Gambaran
b. Posisi Objek :
bawah SIAS
duodeni
mAs : 9
FFD : 110 cm
51
f. Kriteria Gambaran
duodenum
b. Posisi Objek :
memudahkan pasien
grid
duodeni.
mAs : 6.5
FFD : 110 cm
53
f. Kriteria Gambaran
b. Posisi objek :
grid
barium sulfat
mAs : 10.3
FFD : 110 cm
diekspose
g. Kriteria gambaran
kelainan
b. Posisi Objek :
bawah SIAS
duodeni
mAs : 10.3
FFD : 110 cm
f. Kriteria Gambaran
batas udara
duodenum
4.2 Pembahasan
mendaftar dengan membawa surat rujukan dari dokter yang berisi permintaan
(Oesophagus Maag Duodenum), yaitu harus puasa 6-8 jam dari setelah makan
malam sekitar jam 10 malam sampai dengan jam 8 pagi atau sampai
tidak tertutup oleh sisa makanan yang ada di Maag Duodenum dan gambaran
yang dihasilkan jelas. Selama puasa, pasien di larang meminum obat dalam
meminum barium yang nantinya akan dicampurkan soda agar barium cepat
berbahaya jika tercampur dengan obat-obatan, maka dari itu pasien di larang
59
Duodenum). Pasien juga diberitahu untuk membawa satu kaleng sprite dan
gelas minum.
mengganti pakaian dengan baju pasien agar lebih leluasa dan memudahkan
eksposi, luas kolimasi yang akan digunakan untuk pemeriksaan, agar tidak
terjadi pengulangan foto. Bahan yang perlu disiapkan oleh radiografer yaitu
gelas, sendok makan, soda (sprite) sebagai kontras negatif, dan kontras barium
sulfat sebagai kontras positif. Setelah pasien selesai mengganti pakaian, pasien
dilaksanakan foto plain yang bertujuan untuk melihat persiapan pasien serta
tubuh pasien. Setelah persiapan pasien dirasa sudah bagus, maka pemeriksaan
makan barium ke dalam gelas, setelah itu ditambahkan soda secukupnya aduk
selanjutnya pasien diposisikan prone untuk proyeksi PA, dua proyeksi tersebut
gambaran yang bagus dengan kriteria gambaran yaitu lambung terisi penuh
mulut sampai terdengar aba – aba untuk menelan dari radiografer. Pasien
Setelah itu didapatkan gambaran yang bagus dengan kriteria gambaran yaitu
tampak daerah lambung dan duodenum, tampak duodenum terisi barium dan
tampak batas body dan pylorus dengan batas udara, tampak media kontras
61
sudah masuk pada usus halus, serta tidak ada pergerakan dan kekaburan
SOP dan pemeriksaan sudah selesai, pasien diberitahukan untuk bersiap – siap
Ekspertise :
defect.
Kesan :
Gastritis
Dari hasil gambaran yang dibacakan oleh dr. Mashuri, SpRad (K)., M.Kes
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dan udara.
3. Dari hasil gambaran yang dibacakan oleh dr. Mashuri, SpRad (K)., M.Kes
5.2 Saran
63
64
maksimal dan agar tidak ada pengulangan gambar upaya mengurangi paparan
radiasi
menangani pasien.
informasi seputar pemeriksaan yang diminta pasien secara baik dan jelas
memilih faktor eksposi yang tepat agar pasien mendapatkan dosis yang
Rose and Wilson, 2011. Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi, Salemba Medika,
Jakarta.
66
LAMPIRAN