BAGUS IRAWAN
NIM. 171141074
25
LEMBAR PENGESAHAN
CI Institusi CI Lapang
ME
Farida Wahyuni,S.Si.,M.S Firman Hananto,SST
MENGETAHUI,
26
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini dengan judul
“TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI HUMERUS DENGAN INDIKASI
FRAKTUR SUPRA CONDYLER HUMERUS DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN JOMBANG”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja
Lapang I, yang dilaksanakan dari tanggal 26 November sampai dengan 22
Desember 2018 di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Jombang.
Melalui kesempatan yang berharga ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini,
terutama kepada yang terhormat :
1. Direktur RSUD Jombang yang telah bersedia memberi tempat untuk
lahan PKL I.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini.
27
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya laporan kasus ini. Namun demikian, besar
harapan penulis semoga segala sesuatu yang disampaikan dalam makalah ini
dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak dan pembaca
pada umumnya.
Penulis
28
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3. Tujuan .................................................................................... 2
1.4. Manfaat... ............................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Humerus ............................................ 3
2.1.1 Kaput ............................................................................ 3
2.1.2 Korpus .......................................................................... 3
2.1.3 Ujung Bawah ................................................................ 3
2.2 Fraktur ................................................................................... 4
2.2.1 Definisi ......................................................................... 4
2.2.2 Etiologi ........................................................................ 4
2.2.3 Tanda dan Gejala .......................................................... 5
2.2.4 Klasifikasi ..................................................................... 5
2.3 Teknik Pemeriksaan Humerus ............................................... 7
2.3.1 Persiapan Pasien ........................................................... 7
2.3.2 Persiapan Alat............................................................... 7
2.3.3 Prosedur Pemeriksaan ................................................. 7
2.4 Proteksi Radiasi ..................................................................... 11
2.4.1 Asas Proteksi Radiasi ................................................... 11
2.4.2 Proteksi Radiasi Untuk Masyarakat Umum ................. 11
2.4.3 Proteksi Radiasi Untuk Pasien ..................................... 12
2.4.4 Proteksi Radiasi Untuk Pekerja Radiasi ....................... 12
29
BAB III PROFIL KASUS
3.1 Identitas Pasien ...................................................................... 13
3.2 Riwayat Pasien ....................................................................... 13
3.3 Prosedur Pemeriksaan ............................................................ 13
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan .......................................... 14
3.3.2 Pelaksanaan Pemeriksaan .......................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Kasus ................................................................. 21
4.1.1 Pesawat X - Ray ......................................................... 21
4.1.2 Posisi Pasien............................................................... 21
4.1.3 Teknik Pemeriksaan ................................................... 21
4.1.4 Faktor Eksposi............................................................ 21
4.1.5 Proteksi Radiasi.......................................................... 21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 23
5.2 Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 25
30
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
31
Lampiran 1. Surat Permintaan Foto .......................................................... 26
32
BAB I
PENDAHULUAN
33
RADIOLOGI RSUD JOMBANG”. Penulis mencoba menjelaskan teknik
radiografi yang bisa dilakukan sehubungan dengan kasus tersebut di
instalasi ini.
34
1.4.3 Bagi Akademik
Dapat dipakai sebagai literatur tambahan dan bahan acuan untuk
pemeriksaan lebih lanjut tentang pemeriksaan humerus.
BAB II
DASAR TEORI
35
Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah
sendi dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang
terletak disisi sebelah dalam berbentuk gelendong – benang tempat
persendian dengan ulna dan disebelah luar terdapat kapitulum yang
bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah
humerus terdapat epikondilus yaitu epikondilus lateral dan medial.
(Pearce, Evelyn C, 1997).
2.2 Fraktur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh radupaksa (trauma).
(Mansjoer, Arif, 2000).
Fraktur Humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan/trauma langsung maupun tak langsung
karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus.
(Sjamsuhidajat,R. 2004)
36
2.2.2 Etiologi
1. Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan
fraktur ditempat tersebut, jaringan lunak rusak.
2. Trauma tidak langsung : tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari area benturan (memar), kerusakan
jaringan lunak pada fraktur mungkin tidak ada.
3. Fraktur patologis/kelemahan abnormal pada tulang : fraktur
yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis yaitu osteoporosis, penyakit
metabolik, dan infeksi tulang.
2.2.4 Klasifikasi
1. Menurut penyebab terjadinya
a. Fraktur Traumatik : direct atau indirect
b. Fraktur Fatik atau Stress : kerusakan tulang karena
kelemahan yang terjadi sudah berulang-ulang ada tekanan
berlebihan yang menyebabkan retak.
c. Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pada
olahragawan
d. Fraktur patologis : karena adanya penyakit local pada
tulang, maka kekerasan yang ringan saja pada bagian
tersebut sudah dapat menyebabkan fraktur. Contoh
osteoporosis dan lain-lain.
2. Menurut Hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
37
a. Fraktur Tertutup/ Closed : Bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka/ Open : Bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan di kulit. Kulit robek dapat berasal dari dalam
karena fragmen tulang yang menembus kulit atau karena
kekerasan yang berlangsung dari luar.
c. Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf,
organ visera dan persendian juga ikut terkena. Fraktur
seperti ini dapat berbentuk “fraktur tertutup” atau “fraktur
terbuka”. Contoh : fraktur pelvis tertutup, rupture vesica
urinaria, fraktur costa, luka pada paru-paru, fraktur corpus
humerus, paralisis nervus radialis.
3. Menurut bentuknya
a. Fraktur Komplet : Patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur Inkomplet (Green Stick Fraktur) : Patah hanya
pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur Spiral : Fraktur yang garis patahnya berbentk
spiral yang disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi/ Crush fracture : Fraktur dimana tulang
mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang
belakang).
4. Menurut jumlah tulang patahnya
a. Fraktur Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa fragmen.
b. Fraktur Segmental : Fraktur dengan gais path lebih dari
satu tetapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple : Fraktur dengan garis patah lebih dari
satu tapi tidak pada tulang yang sama.
38
Gambar 2.2 Tipe – Tipe Fraktur (Ignatavicus, Donna D,1993)
39
c. Marker R dan L
d. Computer Radiography
e. Scanner Kaset
f. Printer Computer Radiography
40
6. Tampak Os radius dan os ulna superposisi
B. Proyeksi Lateral
41
a) Posisi Pasien : Pasien erect di depan meja pemeriksaan.
b) Posisi Objek :
1. Os humerus dan os antebrachi diatur lurus dengan
meja pemeriksaan
2. Tempatkan os humerus didepan kaset 35 x43 cm
3. Humerus di endorotasi sampai bagian palmar tangan
menghadap sisi medial
4. Dua sendi masuk area penyinaran
5. Kaset diatur sejajar long axis tangan
c) Ukuran kaset : 35 x 43 cm Horizontal
d) FFD : 90 – 100 cm
e) Marker : R atau L
f) Faktor Eksposi : Menggunakan 52 kV dan 3,2 mAs
g) Central Ray : Vertikal / tegak lurus pada kaset
h) Central Point : Pada Mid Ossa Humerus.
i) Kriteria Gambar :
a. Elbow dan shoulder joint masuk dalam lapangan
penyinaran.
b. Humerus dalam posisi true lateral.
1. Epicondylus tidak superposisi.
2. Tampak acromion pada head of humerus
3. Greater tubercle dan lesser tubercle terlihat jelas
karena pasien tidak true lateral.
4. Tampak scapula dan clavicula
5. Tampak os radius dan os ulna
42
(Texbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy – Bontrager,
Kenneth)
43
dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Dalam
kaitannya dengan penyusunan program proteksi radiasi asas
optimisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen
dalam program telah dipertimbangkan secara seksama, termasuk
besarnya biaya yang dapat dijangkau.
3. Asas Limitasi atau pembatasan dosis perorangan
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh
seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh
melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instalasi yang
berwenang.
44
₋ Nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun atau ( 5
rem) / tahun.
₋ Pekerja radiasi tidak dibenarkan memegang pasien selama
eksposi.
₋ Hindari penyinaran bagian-bagian yang tidak terlindungi.
₋ Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal
0,5 mm Pb.
₋ Gunakan alat pengukur radiasi.
₋ Periksa perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan
apabila ada kemungkinan bocor/rusak.
BAB III
PROFIL KASUS
45
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat : GADINGMAU PERAK JOMBANG
No.RM : 426681
No.Radiologi : 2922734
Proyeksi Pemeriksaan : Anteroposterior (AP) dan Lateral
Keterangan Klinis : Supra Condyler Humerus
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2018
46
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan
1. Pesawat Rontgen
47
Gambar 3.2 Kaset dan film
3. Marker
Marker atau penandaan yang terbuat dari timbal dengan
huruf R atau L sangat penting untuk menghindari kesalahan
diagnosa.
4. Computer Radioghaphy
Pemprosesan film di Instalasi Radiologi RSUD Jombang
menggunakan Computer Radiography. Proses pengolahan ini
dimulai dengan memasukkan identitas pasien ke dalam computer.
Setelah itu masukkan kaset yang telah di ekspose ke dalam
48
scanner. Lalu print film tersebut dan tunggu beberapa menit
sampai film yang diproses keluar dengan sendirinya. Film yang
sudah keluar kemudian diberikan kepada Dokter Spesialis
Radiologi untuk dilakukan pembacaan radiograf.
Jenis : Computer Radiography
5. Scanner kaset
Berfungsi untuk memindahkan dokumen (foto) dari kaset
yang telah terekspose untuk kemudian ditampung ke dalam
memori Computer Radiography.
49
Gambar 3.6 Scanner Kaset
50
2. Menjelaskan kepada pasien tentang pelaksanaannya pemeriksaan.
3. Pastikan tidak ada gambaran opasitas pada obyek yang akan
diperiksa.
4. Mempersiapkan dan memasang kaset ukuran 35 x 43 cm pada
brankard.
5. Memposisikan pasien.
a. Posisi Anteroposterior (AP)
Pasien supine diatas brankard. Posisikan os humerus dan os
antebrachi lurus diatas meja pemeriksaan dalam posisi AP.
Abduksikan sedikit os humerus lalu taruh diatas film 35 x 43
cm. Shoulder joint dan elbow joint masuk ke area penyinaran.
Kaset diatur sejajar dengan long axis tangan.
b. Posisi Lateral
Pasien supine diatas brankard. Os humerus dan os antebrachi
diatur lurus diatas meja pemeriksaan. Tempatkan os humerus
diatas kaset 35 x 43 cm. Humerus di endorotasi sampai bagian
palmar tangan menghadap sisi medial. Dua sendi masuk area
penyinaran. Kaset diatur sejajar long axis tangan.
6. Mengatur Central Ray tegak lurus pada kaset dan Central point
pada mid ossa humerus.
7. Memasang marker R
8. Mengatur FFD 90 – 100 cm
9. Mengatur faktor eksposi 52 kV dan 3,2 mAs.
10. Melakukan eksposi.
11. Ekspose saat pasien tidak bergerak
12. Struktur yang di tampakkan :
Keseluruhan tulang humerus dan kedua sendi harus tampak.
51
8. Great Tubercle dan lesser tubercle terlihat jelas
9. Tampak acromion pada head o humerus
10. Tampak glenoid cavity dengan jelas
11. Tampak scapula dan clavicula
12. Tampak Os radius dan os ulna superposisi
14. Kriteria Radiograf posisi lateral :
c. Elbow dan shoulder joint masuk dalam lapangan penyinaran.
d. Humerus dalam posisi true lateral :
6. Epicondylus tidak superposisi.
7. Tampak acromion pada head of humerus
8. Greater tubercle dan lesser tubercle terlihat jelas karena
pasien tidak true lateral.
9. Tampak scapula dan clavicula
10. Tampak os radius dan os ulna
15. Melakukan processing film menggunakan computer radiography.
a. Mengambil kaset dari meja pemeriksaan dan menaruh kembali
marker pada tempatnya.
b. Memasukkan identitas pasien ke dalam computer.
c. Memasukkan kaset ke dalam scanner untuk diproses.
Menunggu beberapa menit sampai film yang diproses
terdeteksi oleh computer.
d. Memproses film di dalam computer yaitu dengan melakukan
pengeditan pada film dan memberi marker pada film, kemudian
print dan tunggu beberapa menit sampai film yang diproses
keluar dengan sendirinya.
e. Setelah film yang diproses keluar dari printer, kemudian
menyerahkan kepada Dokter Spesialis Radiologi untuk
dilakukan pembacaan. Hasil bacaan dibawa ke ruangan atau
poli klinik yang memberi rujukan.
52
Gambar 3.8 Hasil Radiograf Os Humerus Posisi AP
53
BAB IV
PEMBAHASAN
54
,penggunaan faktor eksposi yang optimum sehingga pengulangan
foto dapat dihindari, penggunaan kolimasi yang tepat dan menutup
pintu ruangan sewaktu pemeriksaan berlangsung dan penggunan
apron untuk keluarga yang mendampingi pasien. Namun masih
terdapat celah pada ruang foto yang dapat menyebabkan radiasi
terhambur keluar dari ruang foto. Tentunya hal ini perlu menjadi
perhatian.
55
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Dari laporan diatas yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Humerus dengan Indikasi Fraktur supra condyler Humerus Dextra Di
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Jombang” maka dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pemeriksaan radiografi humerus dengan indikasi fraktur
humerus dextra ini dilakukan dengan menggunakan proyeksi
anteroposterior (AP) dan lateral. Di diagnosa adanya fraktur supra
condyler, tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan.
2. Pada pemeriksaan radiografi humerus ini sudah sesuai dengan standar
teori, dengan menggunakan proyeksi anteroposterior (AP) dan lateral
sudah dapat menghasilkan gambaran radiograf yang baik dan sudah
mendukung diagnosa penyakit tersebut.
5.4 Saran
Pada laporan kasus ini, penulis menyarankan :
1. Agar tidak terjadi pengulangan foto sebaiknya melakukan
pemeriksaan radiologi terhadap pasien dengan baik dan selalu
diperhatikan pengaturan faktor eksposi, FFD dan lain - lain.
2. Agar pasien post kll tidak mengalami kesakitan saat diposisikan
hendaknya diberi biday/spalk pada bagian yang mengalami fraktur.
3. Perlunya komunikasi yang baik bagi sesama petugas radiografer,
perawat agar menjadi harmonis dalam bekerja serta meningkatkan
komunikasi dengan pasien, supaya dalam melaksanakan pemeriksaan
berjalan dengan lancar.
4. Proteksi radiasi bagi pasien perlu ditingkatkan dengan membatasi luas
lapangan penyinaran sesuai dengan luas obyek yang akan difoto.
Proteksi radiasi bagi masyarakat umum hendaknya pengantar pasien
atau orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki ruang
pemeriksaan, kecuali sangat dibutuhkan dan apabila memang
56
dibutuhkan hendaknya diberi apron untuk meminimalisir paparan
radiasi yang diterima.
5. Untuk mempersingkat waktu pemeriksaan sebaiknya menggunakan
satu kaset ukuran 35 x 43 cm dibagi menjadi dua bagian dan dibatasi
dengan loth pembagi.
57
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/amp/s/firzandinata.wordpress.com/2012/01/05/teknik-
radiografi-ekstremitas-superior-oss-brachi-humerus/amp/
di akses pada tanggal 24 Desember 2017
http://dararontgen.blogspot.co.id/2013/12/teknik-pemeriksaan-os-
humerus.html?m=1
di akses pada tanggal 24 Desember 2017
BAPETEN. 2011. Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Sinar-X Radiologi
Bontrager, KL. 2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy. Eighth Edition. CV. Mosby. Missiouri
Yunitakrismasari. 2012. Fraktur. yunitakrismasar.blogspot.co.id,
di akses pada tanggal 25 Desember 2017
58
Lampiran 1. Surat Permintaan Foto
59
Lampiran 3. Istilah – Istilah
Proyeksi : Mengacu pada arah pusat sinar central ray saat keluar dari
tabung sinar x dan menembus objek hingga sampai image
reseptor (film).
Lateral : Menyamping
60
Dextra : Kanan
R : Right
L : Left
Rupture : Robekan
61
Shoulder Joint : Sendi yang menguhubungkan tulang lengan atas dan bahu
62
63