Laporan Kasus
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk laporan PKL IIIPendidikan Diploma III
Diajukan Oleh :
011710054
(ATRO BALI)
2019
HALAMAN PENGESAHAN
tugas Praktek Kerja Lapangan III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali
NIM : 011710054
Surakarta”
ClinicalInstructure
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapanTuhan Yang MahaEsa, karena
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
tanpa henti.
2
6. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
E. Sistematika Penulisan....................................................................... 4
C. Rhinosinusitis................................................................................... 16
F. Proteksi Radiasi................................................................................ 29
4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Kasus................................................................................... 34
1. Persiapan pemeriksaan.................................................................. 35
2. Persiapan pasien............................................................................ 36
3. Posisi Pasien.................................................................................. 37
4. Posisi objek................................................................................... 37
6. Pemilihan protokol........................................................................ 38
7. Pembuatan scanogram.................................................................. 39
C. Proteksi Radiasi................................................................................ 43
D. Pembahasan...................................................................................... 44
5
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 46
B. Saran............................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh epithelium silia dan berhubungan dengan cavum nasi. Antrum maxilla
dan sinus sphenoid sudah ada sejak lahir, dan mulai membesar pada usia 8
tahun, tapi akan terbentuk sempurna saat dewasa (Ellis, 2006). Salah satu
kelainan yang terjadi pada sinus paranasal yaitu Rhinosinusitis tumor, polip,
7
Rhinosinusitis kronis merupakan kondisi inflamasi pada hidung dan
sinus paranasalis (Benninger et al, 2007). Penyakit ini dapat diakibatkan oleh
infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi gigi,dan yang lebih jarang
fraktur dan tumor. Rhinosinusitis kronis lebih sering dijumpai pada wanita
Rinoshinusitis kronis secara lebih teliti ada MSCT Sinus paranasal non
kontras.
berdasarkan kasus atau klinis pasien dan hal tersebut menentukan pemelihan
optimal.
mm.
8
Rhinosinusitis Kronis” sebagai laporan kasus di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Moewardi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Moewardi.
9
D. Manfaat
Dari laporan kasus ini, terdapat beberapa manfaat yang diharapkan, yaitu:
3. Bagi Penulis
E. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
sistematika penulisan.
10
Bab ini berisi teori tentang anatomi dan fisiologi Kepala.Definisi
Dalam bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penulisan laporan
kasus.
Bab IV Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulisan laporan kasus.
Daftar Pustaka
Lampiran
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sinus paranasal adalah rongga yang berisikan udara yang dilapisi oleh
merupakan sinus maxilla (antrum) dan sel-sel dari sinus etmoid. Sebelah cranial
adalah sinus frontal, dan sebelah dorsal adalah sinus sphenoid. Sinus paranasal
terletal tepat di depan klivus dan atap nasofaring. Sinus paranasal juga dilapisi
dengan epitel berambut getar. Lendir yang dibentuk di dalam sinus paranasal
dialirkan ke dalam meatus nasalis. Alirannya dimulai dari sinus frontal, sel
ethmoid anterior, dan sinus maxilla kemudian masuk ke dalam mearus medius.
Sedangkan aliran dari sel ethmoid posterior dan sinus ethmoid masuk ke meatus
superior. Aliran yang menuju ke dalam meatus inferior hanya masuk melalui
hidung dan berkembangannya dimulai dari fetos usia 3-4 bulan, kecuali sinus
sphenoid dan sinus frontal. Sinus maxilla dan sinus ethmoid sudah ada sejak saat
bayi lahir, sedangkan sinus friontal berkembang dari sinus ethmoid anterior pada
anak yang berusia kurang lebih 8 bulan. Pneumatiasi sinus sphenoid dimulai pada
usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-
sinus ini umumnya mencapai besal maksimal pada usia antara 15-18
tahun(Soetjipto 2010).
12
Gambar Anatomi Sinusparanasal (patel,2007)
a. Sinus Frontal
13
Frontal terletak pada tulang frontal. Sinus frontal memiiki
terkadang tidak ada atau tidak terlihat. Jika dilihat bentuknya seperti
b. Sinus Maxillary
14
sinusmaxillaryyang menyebar kedalam meatus media pada hiatus
semilunaris (Ellis, 2006).
c. Sinus Ethmoid
15
d. Sinus Sphenoid
16
B. Fisiologi Sinus paranasal
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
hidung.
melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-
17
3. Membantu keseimbangan kepala
tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
18
C. Rinoshinusitis kronis
oleh infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi gigi,dan yang lebih
jarang fraktur dan tumor. Rhinosinusitis kronis lebih sering dijumpai pada
1. Definisi
oleh infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi gigi,dan yang lebih
19
3. Komplikasi Rinushinusitis kronis
membentuk polip.
1. Definisi MSCT
20
Pada tahun 1998, scanner 4 sliceyang pertama kali diperkenalkan,
MSCT tidak hanya meningkatkan jumlah slice , tetapi juga waktu sekali
rotasi dari yang 1 detik hingga sekarang yang mecapai 0,375 detik
perrotasi (Nagel,2004).
konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2
a. Gantry
meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa
pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya
21
jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh
c. Sistem Konsul
banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu,
a. Slice Thickness
gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan
timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise. MSCT sinus
22
b. Range
c. Faktor Eksposi
eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu
12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV
lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis
e. Rekonstruksi Matriks
23
Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam
tinggi resolusinya.
f. Rekonstruksi Algorithma
metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-
g. Window level
h. Window Width
24
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang
(Bontrager, 2001).
1. Pengertian
memuaskan atas sinus dan dapat menilai opasitas, penyebab, dan jenis
2. Indikasi
25
3. Prosedur Pemeriksaan
berikut :
1) Pesawat MSCT
2) Printer
3) Tabung oksigen
5) Selimut
c. Teknik Pemeriksaan
potongan coronal.
1) Posisi Pasien
26
Pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan. Kedua lengan di
2) Posisi Objek
MSP kepala pasien sejajar dengan garis laser longitudinal gantry dan
3) Scan Parameter
Scanogram : ap lateral
Axial : 5 mm
Coronal : 3 mm
Factor Eksposi
kV : 120
Keterangan :
1. Nasal septum
3. Maksila
4. Zigomaticum
27
5. Sinus maksilaris
Gambar 2. Axial I
28
Keterangan :
1.sphenoid sinus
2. lakrimal bone
3.ethmoid bone
4. Zygomaticum
Gambar 3. Axial II
29
Keterangan :
1.Optic canal
2.Ethmoid sinus
3.Zygomaticum
5.Dorsum sella
Keterangan :
30
1.Foramen rotundum
4.Sphenoid process
Gambar 4. Coronal I
Gambar 5. Coronal II
Keterangan :
1.Maksilari sinus
2.Ethmoid bone
3. Ethmoid sinus
5. Middle meatus
F. Proteksi Radiasi
31
Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip
proteksi radiasi ini terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang
a. Asas Limitasi
suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan
(NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna
dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis.
tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam. NBD yang berlaku
saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja radiasi
untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh
mSv (100 mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati
dalam mengadopsinya
32
Penerapan asas justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir
lebih kecil dari resiko yang ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak
boleh dilaksanakan
c. Asas Optimasi
agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan
33
penerimaan dosis yang rendah, baik individu maupun kolektif,
Radiasi eksterna yang berasal dari zat radioaktif atau dari pesawat
radiasi.
a. Faktor waktu
34
pekerja tradisi yang terlatih dan terdidik dan berpengalaman, sehingga
b. Faktor jarak
seragam ke segala arah. Fluks radiasi pada jarak r dari sumber mengikuti
langsung dengan fluks, maka laju dosis juga mengikuti hukum kebalikan
jarak kwadrat. Hal ini hanya benar jika sumebr radiasi berupa titik, dan
c. Faktor penahan
itu factor waktu dan jarak dapat dipantau terus menerus pada waktu
d. Faktor eksposi
35
radiodiagnostok, pengaturan faktor eksposi harus seminimal dan
e. Ketelitian
BAB III
36
A. Paparan Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Ms AS
Umur : 24
Jenis kelamin :P
RM : 0147---------------
Alamat :
b. Riwayat Pasien
mengeluhkan sakit pada kepala, sakit pada hidung kiri dan mata kiri.
diagnosa.
1. Persiapan pemeriksaan
37
a. Pesawat MSCT multi slice
Merk : Siemen
Kv maximal : 130 kV
b. Computer consule
38
Gambar 3.2 Computer consule
c. Printer
Gambar 8. Printer
d. Selimut
f. Head holder
Sebuah alat bantu untuk imobilisasi dan fiksasi kepala pasien agar
2. Persiapan pasien
39
Tidak ada persiapan khusus saat pemeriksaan MSCT kepala polos
dilepas. Pasien diberi selimut agar tidak dingin dan terasa nyaman.
3. Posisi Pasien
arah gantry (head first). Kedua lengan diletakkan disamping tubuh, kedua
kaki lurus ke bawah, mid sagital plane (MSP) tubuh berada pada tengah
meja pemeriksaan.
4. Posisi objek
vertical setinggi MAE. Mengatur Inter Pupillary line (IPL) sejajar dengan
40
Admitting diagnosis : klinis pasien
Pada kotak dialog patient registrasion harus lengkap, karena jika tidak
dilakukan....gambar
6. Pemilihan protokol
operator konsul dan klik tombol “EXAM” . Maka akan muncul kotak
“patient model dialog” pilih posisi pasien yang akan digunakan yaitu
supine dengan protocol head first. Lalu pilih pemeriksaan yang akan
41
......
7. Pembuatan scanogram
scanogram dari kepala yang akan diperiksa, scanogram dengan batas atas
vertek dan batas bawah yaitu basis cranii sesuai dengan yang akan diambil
42
dilihat pada layar monitor sebelah kanan dari gambar topogram. Kemudian
frontalis
f. FOV :237 mm
g. kV :130
h. mAs :32
43
i. Slice thickness :
- axial 3 mm
- coronal 3 mm
a. Memilih menu viewing kemudian buka folder yang tadi sudah di save
b. Memilih menu filming disana sudah ada gambaran MSCT yang siap
44
10. Hasil Radiograf
Gambar 14. Foto radiograf Pemeriksaan MSCT SPN Non kontas pada
45
b. Sinus frontalis dextra dan sinistra : tidak tampak lesi densitas cairan
C. Proteksi Radiasi
mengunci pintu.
D. Pembahasan
Surakarta mulai dari persiapan pasien hingga teknik pemeriksaan sudah sesuai
46
Teknik pemeriksaan MSCT SPN ini menggunakan reformat gambar
superior sinus frontalis sampai inferior sinus maksilaris dan coronal dari sinus
thickness untuk di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi dengan yang ada
pada teori yaitu 3 mm untuk axial dan coronal. Sedangkan pada teori menurut
potongan irisal yaitu axial dan coronal. Namun hal tersebut tidak berpengaruh
memberikan informasi yang lebih detail namun akan menimbulkan noise yang
lebih banyak dan sebaliknya, jika irisan yang dibuat semakin tebal maka noise
47
terjadi pengulangan pemeriksaan dan keluarga penunggu pasien di dalam
48
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
dengan parameter scaning yaitu Scan area dimulai dari mandibular sampai
foto. Kemudian dibuat dengan dua potongan irisal yaitu axial dan coronal.
informasi yang lebih detail namun akan menimbulkan noise yang lebih
49
banyak dan sebaliknya, jika irisan yang dibuat semakin tebal maka noise
B. SARAN
dan potongan coronal 3mm agara tidak ada informasi gambar yang
50
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier,
Company,
Journal,
Verlag,
Sofiana, Lidya & Johan A.E Noor. 2013. Estimasi Dosis Efektif pada
2
3