Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI HISTEROSALPINGOGRAFI

DENGAN INDIKASI INFERTIL PRIMER DI INSTALASI


RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Sebagai Persyaratan


Kelulusan Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Disusun Oleh:

FITRIANI WULANDARI (713001S19013)

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

CITRA INTAN PERSADA

BANJARMASIN

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis : Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi


Dengan Indikasi Infertil Primer Di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya

Nama : Fitriani Wulandari

NIM : 713001S19011

Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Tugas Akhir dan Karya Tulis Ilmiah di
AKTEK Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.

Palangkaraya, Desember 2021

Pembimbing

(Muh. Amirul Mukminin, M.Kes)

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis :Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi

Dengan Indikasi Infertil Primer Di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus

Palangkaraya

Nama : Fitriani Wulandari

NIM : 713001S19011

Telah di ujikan Tugas Akhir/Karya Tulis Ilmiah oleh dewan penguji dan dinyatakan
lulus pada tangal… Bulan… Tahun 2022

DEWAN PENGUJI

1. Penguji I : DR. H. M Saleh Mursyid, M.Si, Ph.D ( )

2. Penguji II : Hesti Andriyani Putri, M.Kes ( )

3. Penguji III : Muh. Amirul Mukminin M.Kes ( )

Mengetahui

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Citra Intan Persada Banjarmasin

Direktur

DR. H. M Saleh Mursyid, M. Si, Ph.D

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karna kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis mampu melakukan serta menyelesaikan sebuah
Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan benar. Penulis merasa sangat bersyukur untuk
segala Rahmat-Nya yang memampukan, menguatkan, memberi kesehatan serta nafas
kehidupan yang telah Dia berikan untuk sehingga Tugas Akhir yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi Dengan Indikasi Infertil
Primer Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan kemajuan teknologi serta perkembangan ilmu pengetahuan maka
sangat perlu bagi seseorang untuk menguasai alat-alat terutama dibidang kedokteran
demi kepentingan banyak orang. Selain itu sebagai seorang radiografer kita juga
dituntut untuk dapat bekerja sama dalam sebuah team work yang solid guna mencapai
tujuan yang diharapkan untuk membantu sesame kita. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa diucapkan satu
persatu, yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung
atas terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. DR. H. M. Mursyid, M.Si,M.Mkes, Ph.Dsebagai Ketua Yayasan ATRO
Citra Intan Persada Banjarmasin.
2. Muh Amirul Mukminin,M.Mkes Sebagai Kepala Derektur ATRO Citra
Intan Persada Banjarmasin
3. Seluruh Dosen beserta Staf Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin
4. Drg. Yayu Indriati,Sp.KGA sebagai direktur RSUD DORIS SYLVANUS
Palangkaraya
5. dr. Uusara Sp.Rad sebagai Kepala Instalasi Radiologi RSUD DORIS
SYLVANUS Palangkaraya

iii
6. Bagus Aji Purnomo,S.Tr.Kes (RAD) Radsebagai Koordinator PKL ATRO
CIP Banjarmasin RSUD dr. DORIS Sylvanus Palangkaraya
7. Seluruh Radiografer dan staf radiologi RSUD DORIS SYLVANUS
Palangkaraya
8. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, doa serta
dorongan spiritual dan meterial kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis agar karya tulis ilmiah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa atau mahasiswi Akademi Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Semoga dapat berguna dan menjadi bahan
informasi untuk masa yang akan datang.

Palangkaraya, Desember 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii

DAFTAR ISI……………………………………………………….………………..iv

DAFTAR GAMBAR………………………………………..……………………..viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...ix

ABSTRAK……………………………………………………………………………x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...……………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………..…………2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………..3

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….…..3

1.4.1 Bagi Penulis……………………………………………………..3

1.4.2 Bagi Pembaca………………………………………………...…3

1.4.3 Bagi Institusi…………………………………………………….3

1.4.4 Bagi Intalasi Radiologi……………………………………….....3

1.5 Batasan Masalah…………………………………………………….…….4

1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………….4

v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….6

2.1 Anatomi Fisiologi…………………………………………………………6

2.1.1 Anatomi Uterus………………………………………………….6

2.1.2 Anatomi Saluran Telur (Tuba Uterine)………………………....7

2.1.3 Anatomi Ovarium……………………………………………….7

2.2 Patologi……………………………………………………………………8

2.2.1 Infertilitas………………………………………………………..8

2.2.2 Abortus Berulang………………………………………………10

2.2.3 Hydrosalphinx………………………………………………….10

2.2.4 Neoplasma……………………………………………………..11

2.2.5 Salpingitis……………………………………………………...11

2.3 Teknik Pemeriksaan ……………………………………………………..11

2.3.1 Persiapan Pasien……………………………………………….11

2.3.2 Persiapan Alat………………………………………………….12

2.3.3 Teknik Pemasukkan Kontras Media…………………………..12

2.3.4 Teknik Radiografi…………………………………………..…13

2.3.5 Hasil Gambar Radiograf……………………………………….16

2.3.6 Kriteria Hasil Radiograf Normal………………………………16

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN…………………………………………18

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………..18

3.2 Definisi Operasional……………………………………………………..19

3.2.1 Input……………………………………………………………19
vi
3.2.2 Proses…………………………………………………………..19

3.2.3 Output………………………………………………………….19

3.3 Desain Penelitian………………………………………………….……..19

3.4 Sumber Data……………………………………………………………..20

3.4.1 Observasi…………………………………………………........20

3.4.2 Keperpustakaan………………………………………………..20

3.4.3 Wawancara………………………………………………….…20

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………20

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Uterus…………………………………………………….….6

Gambar 2.2 Anatomi Tuba Falopi……………………………………………...…..7

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita…………………………………7

Gambar 2.4 Alat HSG Set………………………………………………………….12

Gambar 2.5 Ilustrasi Memasukkan Kontras Media…………………………..…13

Gambar 2.6 AP Plain Position……………………………………………………..14

Gambar 2.7 Foto Oblique.........................................................................................15

Gambar 2.8 HSG X-Ray…………………………………………………..………16

Gambar 2.9 Radiograf Normal……………………………………………………17

Viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………18

ix
ABSTRAK

FITRANI WULANDARI (713001S19011) “TEKNIK PEMERIKSAAN


RADIOLOGI HISTEROSALPINGOGRAFI DENGAN INDIKASI INFERTIL
PRIMER DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) DR. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA” Karya Tulis Ilmiah pada
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.
Infertilitas primer dan sekunder pada wanita umumnya disebabkan oleh
kesalahan perkembangan saat embryogenesis atau proses lain pada masa dewasa.
Kelainan pada proses histerosalpingografi (HSG).
Histerosalpingogram adalah salah satu pemeriksaan pilihan untuk mendeteksi
kelainan bentuk, ukuran serta massa pada lumen uterus. Selain itu juga mendeteksi
kelainan bentuk ukuran dan patensi tuba falopii. Pemeriksaan ini hanya
membutuhkan waktu kurang dari ½ jam dan cukup aman dilakukan dengan
kemungkinan komplikasi hanya 1%. HSG dilakukan setelah menstruasi dan sebelum
terjadinya ovulasi, yaitu pada hari 9-10 dihitung dari hari pertama haid. Hal itu untuk
menghindari kemungkinan telah terjadi kehamilan yang merupakan kontra indikasi
pemeriksaan tersebut.

Kata kunci : Histerosalpingografi, kelainan uterus, kelainan tuba falopii.

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan


penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan
prosedur terapi. Pada umumnya layanan radiologi dikelompokkan menjadi dua,
yaitu radiologi diagnostik dan intervensional. Radiologi diagnostik adalah cabang
ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan
diagnosis, sedangkan radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang
terlibat dalam diagnosis dan terapi dengan diagnostik langsung (real-time). Ada
beberapa modalitas yang digunakan pada radiologi diagnostik dan interfensional.
Pada radiologi diagnostik diantaranya adalah pesawat sinar-X, mamografi, dental,
fluoroskopi konvensional dan CT-Scan, sedangkan pada radiologi interfensional
seperti CT-SCAN angiografi, fluoroskopi intervensional mobile dan fluoroskopi
intervensional (Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9, 2011).

Histerosalpingografi adalah pemeriksaan yang menggambarkan bagian dalam


uterus dan tuba falopi. Kontras dimasukkan ke dalam uterus melalui serviks, yang
akan melapisi kavum uteri bagian dalam, tuba falopii dan menentukan patensi
tuba. Kelainan ginekologi seperti perdarahan abnormal uterus, abnormalitas
kavum uterus dan tuba, abnormalitas perkembangan duktus Mulleri, dan paska
pembedahan.
Pasangan infertil : Adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilandan kelahiran bayi hidup. Ada dua jenis infertile yaitu
primer dan sekunder. Kondisi pertama adalah infertilitas primer di mana
kehamilan belum terjadi sama sekali. Kondisi infertilitas lainnya adalah kondisi
infertilitas sekunder yang dapat terjadi setelah kelahiran anak pertama atau pernah
hamil meskipun akhirnya terjadi keguguran. Infertilitas sekunder : Jika istri
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
Protokol pemeriksaan infertilitas awal yang optimal adalah protokol
diagnostik yang akurat, cepat, efektif, terpercaya dan semininal mungkin tingkat
invasifnya. Skrining diagnostik patensi tuba yang ada saat ini dianggap telah
cukup akurat namun memiliki kekurangan yang signifikan. (Dr. Tono 2012)

1
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan dalam bidang radiografi adalah
pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG). HSG merupakan pemeriksaan yang
menggambarkan bagian dalam uterus dan tuba falopi. Kontras dimasukkan ke
dalam uterus melalui serviks, yang akan melapisi kavum uteri bagian dalam, tuba
falopii dan menentukan patensi tuba. Kelainan ginekologi seperti perdarahan
abnormal uterus, abnormalitas kavum uterus dan tuba, abnormalitas
perkembangan duktus Mulleri, dan paska pembedahan.

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis membahas pemeriksaan HSG
di Rumah Sakit Doris Sylvanus dengan indikasi Infertil Primer atas permintaan
dokter spesialis radiologi. Oleh karena itu penulis mengangkat Karya Tulis Ilmiah
ini yang berjudul ‘Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi
Dengan Indikasi Infertil Primer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan

masalah :

1. Bagaimana kriteria gambaran pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)


dengan indikasi Infertil primer dengan proyeksi tidur di atas meja
pemeriksaan (supine) di RSUD dr.Doris Sylvanus?
2. Apakah pemeriksaan Histerosalpingografi proyeksi AP dan oblique (Supine)
sangat efektif dengan Indikasi invertil primer di RSUD dr.Doris sylvanus?
3. Bagaimana teknik pemeriksaan Histerosalpingografi posisi supine dengan
Indikasi infertil primer di RSUD dr.Doris sylvanus ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

2
Tujuan Umum penulisan adalah untuk mengetahui teknik pemeriksaan
HSG , apakah ada kelainan pada uterus ataupun tuba falopi serta
melaksanakan pemeriksaan HSG ini dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tentang masing-masing teknik pemeriksaan


Histerosalpingografi serta manfaatnya dalam menegakkan indikasi / klinis
tersebut. Serta diharapkan setelah penelitian tersebut mahasiswa dapat
memahami anatomi foto rontgen dan mampu menilai kualitas foto hasil
pemeriksaan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan tentang pemeriksaaan Histerosalpingografi
dengan Indikasi invertil primer, serta melatih dalam pembuatan kasus yang
berkaitan dengan tugas-tugas supaya lebih profesionalisme.
1.4.2 Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan bagi pembaca terutama untuk teknik
pemeriksaan Histerosalpingografi dengan kasus infertil primer.
1.4.3 Bagi Institusi
Diharapkan dapat berguna bagi kita semua dan menambah makalah di
perpustakan kampus ATRO CIP Banjarmasin serta berguna untuk yang
membutuhkan panduan tentang teknik pemeriksaan Histerosalpingografi
dengan klinis infertil primer.
1.4.3 Bagi Intalasi Radiologi
Sebagai bahan masukkan bagi institusi pelayanan kesehatan
khususnya di bidang Radiologi dalam pemeriksaan HSG di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylavanus Palangkaraya.

1.5 Batasan Masalah


Pada Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi permasalahannya
hanya pada Teknik Pemeriksaan Histerosalpingografi dengan Indikasi Infertil
Primer.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada karya tulis ilmiah ini dibagi dalam lima
bab, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran sekilas bab demi bab
tentang karya tulis ilmiah ini. Penulisannya dibuat dengan sistematis sebagai
berikut :

BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini di uraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan tentang definisi, anatomi,fisiologi, patologi,
serta dijelaskan tentang teori mengenai teknik pemeriksaan
Histerosalpingografi (HSG) dengan klinis infertil primer.
BAB III : Metodelogi Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang kerangka konsep, definisi
operasional, sumber data, waktu dan tempat penelitian serta alat dan
bahan.
BAB IV : Hasil dan pembahasan
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yaitu identitas pasien
dan pembahasan yaitu penejelasan mengenai alur pemeriksaan hingga
selesai dan juga penjelasan tentang expertise dari Radiolog.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat
berguna bagi pembaca dan penulis.

4
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Istilah Anatomi berasal dari bahasa Yunani Ana dan Tomos. Ana berarti
“habis” atau “keatas” dan Tomos berarti “memotong” atau “mengiris”. Yang
dimaksud Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh
dengan menguraikan tubuh menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai ke
bagian terkecil. Fisiologi adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi
dan kegiatan kehidupan serta zat hidup, yakni organ, jaringan atau sel. Bila
disederhanakan, fisiologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari system
kehidupan makhluk hidup.
2.1.1 Anatomi Uterus
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang
6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung
kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus arteri yang merupakan
bagian terbesar dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan serviks.
Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 – 3 cm. Biasanya pada
nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. beberapa posisi uterus
antara lain: Antefleksi, Rofleksi, Teversi dan Retroversi. Rahim retrofleksi
merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana Rahim
melengkung ke belakang kea rah punggung, sementara Rahim biasanya
(antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat
pada 20% wanita.

Gambar 2.1 Anatomi Uterus

(care-radiologi.blogspot.com)

6
2.1.2 Anatomi Saluran telur (tuba uterine)
Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira
10-12 cm. Terdiri dari 4 bagian yaitu :
a). Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus.
b). Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya.
c). Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar.
d). Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria.

Gambar 2.2 Anatomi Tuba Fallopi

(id.m.wikipedia.org)

2.1.3 Anatomi Ovarium


Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum.
Ukuran normal ovarium yaitu memiliki panjang 2,5 cm – 5 cm, lebar 1,5 cm –
3 cm dan tebal 0,6 cm – 1,5 cm.

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Tampak Depan

(www.melakafertility.com)

7
Etiologi infertilitas pada wanita adalah :

• Faktor uterus
• Faktor tuba
• Disfungsi ovulasi
• Faktor cerviks
• Faktor pelvis
• Lain – lain; serum antibodi pada wanita, vaginitis Kronis.
Hysterosalpingography atau HSG merupakan pemeriksaan dengan
memasukkan media kontras radio-opaque melalui cannula untuk
memperlihatkan bentuk, ukuran dan posisi uterus serta tuba fallopi. Infertilitas
primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun (Masrochah, 2016).

2.2 Patologi

Patologi adalah ilmu ataupun studi mengenai suatu penyakit. Patologi juga
merupakan spesialis klinis pada kedokteran manusia. Patologi menekankan pada
aspek-aspek penyakit yang dapat diukur seperti perubahan struktur-struktur sel,
jaringan dan organ (makroscopik dan mikroskopik) serta temuan-temuan
laboraturium. (Price, 2002).

1. Infertilitas : Gambaran tuba falopi dan salurannya sampai ke


cavum peritoneum.

2. Abortus berulang : Gambaran mengenai kelainan bawaan pada cavum


uteri.

3. Hydrosalphinx : Tuba yang melebar, berisi cairan dan non paten.

4. Neoplasma : Terdapat tumor dan metastase pada dinding uterus.

5. Salpingitis : Peradangan pada daerah mulut rahim.

2.2.1 Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan
setelah 12 bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur
tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
8
Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan
sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil
sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah
hami.
Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut :
1) Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk
berproliferasi sekresi, sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan
bagi sperma, kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
2) Obstruksi
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital, penyakit radang pelvis yang umum, contohnya apendisitis dan
peritonitis, dan infeksi tractus genitalis, contohnya gonore.
3) Faktor local
Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah
fibroid uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi cervix yang
mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma, kelainan kongenital
vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum,
mioma uteri oleh karena menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau
elongasi kavum uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang
bertangkai.
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat
disebabkan oleh faktor perempuan,laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas
dapat juga tidak diketahui penyebabnya yang dikenal denganistilah infertilitas
idiopatik.Masalah infertilitas dapat memberikan dampak besar bagi pasangan
suami-istriyang mengalaminya, selain menyebabkan masalah medis,
infertilitas juga dapat menyebabkan masalahekonomi maupun psikologis.

Ada 2 jenis infertile yaitu Interfil Primer dan Interfil Sekunder :

9
1. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-
3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
http://digilib.unimus.ac.id anak lagi setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.2.2 Abortus Berulang
Abortus habitualis atau keguguran yang berturut-turut termasuk
kondisi yang jarang terjadi. Gejala yang terjadi tidak berbeda dengan
keguguran pada umunya. Namun, kondisi ini perlu dievaluasi lebih teliti
karena bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan yang serius. Penyebab yang
bisa membuat seorang wanita mengalami abortus berulang adalah
1. Sindrom Antifosfolipid (APS) yaitu suatu penyakit autoimun
yang bisa membuat penempelan calon janin di Rahim menjadi
lebih sulit.
2. Trombofilia kondisi yang dimiliki sejak lahir, yaitu membuat
darah lebih cepat membeku.
3. Penyakit Infeksi seperti chlamydia, gonore, sifilis dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan Kromosom
5. Masalah Pada Rahim seperti miom, kelainan bentuk rahim,
kelainan dinding rahim, leher rahim lemah.
6. Masalah Pada hormone.
2.2.3 Hydroshalpinx
Hydrosalphinx adalah gangguan fungsi tuba falopi akibat adanya
sumbatan cairan. Sumbatan cairan itu dapat menghalangi sel telur bertemu
dengan sel sperma yang menyebabkan pembuahan tidak dapat terjadi.
Kondisi tersebut dipicu oleh banyak hal, seperti infeksi, peradangan,
hingga efek samping dari prosedur bedah di sekitar organ reproduksi.

10
2.2.4 Neoplasma
Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoodinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan itu telah
berhenti.
2.2.5 Salpingitis
Salpingitis merupakan peradangan pada saluran tuba atau tuba falopi.
Sebagian besar kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri akibat
perilaku seks beresiko. Peradangan ini dapat menimbulkan kerusakan
permanen pada saluran tuba yang akhirnya dapat menurunkan tingkat
kesuburan wanita

2.3 Teknik Pemeriksaan


2.3.1 Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan HSG ini dilakukan, ada beberapa persiapan
pasien yang harus dilakukan. Persiapan tersebut antara lain :
1). Pasien diberitahu tentang prosedur HSG, termasuk ditanyai kapan
haid terakhir, karena HSG dilakukan pada waktu 2 – 5 hari setelah
haid terakhir dan sebelum terjadi ovulasi. Atau pada 10 – 14 hari dari
hari pertama haid terakhir. (Diktat kuliah TRL-2).
2). Malam hari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien melakukan
urus-urus. Bisa dengan minum obat laksatif seperti Dulcolax.
3). Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien memberi pernyataan
bersedia mengikuti pemeriksaan.

4). Pasien akan ditawari obat sedative untuk penenang dan mengurangi
kontraksi perut bila perlu.

5). Pasien berganti baju pasien dan mengosongkan kandung kencing.

11
2.3.2 Persiapan Alat
Persiapan lainnya adalah persiapan alat. Alat-alat yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan HSG antara lain :

Gambar 2.4 Alat HSG Set


(docplayer.info)
Keterangan :
1) Larutan desinfektan.
2) Obat antiseptik.
3) Obat sedative atau anti peristaltik.
4) Peralatan memasukkan kontras, ada dua macam :
• Hysterosalpingography set, terdiri atas : pertubator / metal
cannula, speculum, tang porsio, conus, sphigmanometer, spuit
glass
• Foley catheter, biasanya ukuran 8 atau 10, speculum, long
forcep, Colby adaptor, extension tube, 2-way stopcock dan
dua spuit, ukuran 12 ml untuk wadah media kontras, ukuran 3
ml untuk air steril.
5) media kontras radio-opaque, biasanya water-soluble. Contohnya
Sinografin. Water-soluble dipilih karena menghasilkan gambaran
diagnostik yang lebih baik daripada oil-soluble dan tidak memiliki
efek samping.
6) Duk steril dan handscoen.
2.3.3 Teknik pemasukkan kontras media
Ada beberapa langkah saat memasukkan kontras media yaitu sebagai berikut :
1. Membuat foto pendahuluan atau foto polos dari pelvis dan di instruksikan
pasien untuk mixie.
12
2. Pasien tiduran dengan posisi kaki mengangkang atau litotomi
(ginekologi).
3. Bagian eksterna/vaginanya dibersihkan dengan betadine lalu dipasangkan
speculum yaitu alat untuk melebarkan vagina, yang bentuknya seperti
cocor bebek.
4. Setelah dipasang speculum, lanjutkan untuk mencari lubang dari uterus
yang disebut ostium cervical externum/portio.
5. Kemudian masukkan sonde untuk mengukur seberapa besar ruangan uteri.
6. Masukkan alat “salphinogram” yang dihubungkan dengan spuit berisi
bahan kontras.
7. Kemudian masukkan bahan kontras dan akan mengisi cavum uteri dan
tuba uterine.

Gambar 2.5 Ilustrasi memasukkan kontras media

(unniriska.com)

2.3.4 Teknik Radiografi

Pemeriksaan HSG dengan fluoroskopi menggunakan plain foto,


proyeksi anteroposterior sambil mengikuti jalannya media kontras dan
proyeksi tambahan. Proyeksi tambahan adalah oblique, axial maupun lateral,
sesuai kebutuhan radiolog saat mengamati obyek dengan fluoroskopi. Serta
foto post pemeriksaan.

13
1) Plain Foto (Foto polos)
Digunakan untuk mengetahui persiapan pasien, yakni dengan tidak
adanya obyek yang mengganggu (feses) di sekitar area pemeriksaan,
benda asing seperti IUD, melatih pasien untuk ekspirasi dan tahan
nafas saat dilakukan ekspose serta menentukan faktor eksposi yang
tepat.Foto ini dilakukan sebelum dokter memasukkan cairan kontras.
Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis
FFD : 100 cm
KV : 80
Ukuran kaset : 18X24 cm
Faktor eksposi : menggunakan kV tinggi dan waktu eksposi yang
singkat. Pasien ekspirasi dan tahan nafas saat dilakukan ekspose.

2) Proyeksi Anteroposterior
Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis
FFD : 100 cm
KV : 80
Ukuran kaset : 18X24 cm
Faktor eksposi : menggunakan kV tinggi dan waktu eksposi yang
singkat. Pasien ekspirasi dan tahan nafas saat dilakukan ekspose.

Gambar 2.6 AP Plain Position

(Radiograf.blogspot.com)

14
3) Proyeksi Oblique
Proyeksi oblique kanan
Digunakan untuk melihat tuba fallopi sebelah kanan. Pasien
diposisikan agak miring ke arah kanan, sehingga sisi kanan belakang
dekat dengan kaset. Gambaran tuba fallopi sebelah kanan akan tampak
lebih jelas.

Gambar 2.7 Foto Oblique

(Radiograf.blogspot.com)

Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan dengan miring ke


kanan sekitar 45⸰
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis
FFD : 100 cm
KV : 80
Ukuran kaset : 24x30 cm

Proyeksi oblique kiri


Digunakan untuk melihat tuba fallopi sebelah kiri. Pasien diposisikan
agak miring ke arah kiri, sehingga sisi kiri belakang dekat dengan
kaset. Gambaran tuba fallopi sebelah kiri akan tampak lebih jelas.
(Diktat Kuliah TRL-2)
Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan dengan miring ke kiri
sekitar 45⸰
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis

15
2.3.5.Hasil Gambar Radiograf

Gambar 2.8 HSG X-Ray

(WordPress.com)

Proyeksi yang digunakan yaitu Antero Posterior (AP) dengan posisi


pasien supine, kedua kedua tungkai lurus, lengan berada di samping tubuh,
pelvis rapat pada meja pemeriksaan, MSP tubuh sejajar dengan meja
pemeriksaan dan tegak lurus terhaadap kaset.
Central Ray atau arah sinar vertikal tegaklurus terhaadap kaset,
central point atau titik bidik berada pada pertengahan objek atau 5 cm superior
symphisis pubis. Kemudian dilakukan ekspos bersamaan dengan
disuntikkannya media kontras 5 cc. Kriteria radiograf yang didapat tampak
pengisian bahan kontras pada cavum uteri dan tuba fallopi terisi media kontras
tetapi tidak optimal karena belum tampak spill atau tumpahan media kontras
dari tuba ke dalam rongga (titik temu antara ujung tuba dengan ovarium),
Kemudian dilakukan evaluasi hasil radiograf, untuk mengetahui apakah media
kontras sudah masuk. (Asih Puji Utami. 2018).

2.3.6 Kriteria Hasil Radiograf Normal


1. Bentuk dari uterus yang normal berbentuk segitiga, bagian dasarnya
pada fundus dan apex pada sisi inferior. Berhubungan dengan canalis
cervicalis. Uterus normal anteversi dengan kandung kencing dan
corpus uteri anteflexi dengan cervix.
2. Tidak ada gambaran kelainan seperti tumor, polip atau bentuk
abnormal dari uterus.
16
3. Media kontras yang dimasukan tidak akan bocor atau keluar dari
uterus.

.
Gambar 2.9 Radiograf Normal

(www.mochinesu.com)

4. Tuba fallopi terletak di kanan kiri uterus. Terbagi atas empat daerah
yaitu: interstitial, isthmus, ampulla dan infundibulum. Daerah yang
terlihat jelas dengan kontras adalah isthmus yang panjang dan lurus
serta ampulla yang seperti huruf “s” dan tampak melebar. Tuba fallopi
tidak tersumbat, sehingga media kontras dapat mengisi tuba hingga
tumpah ke rongga peritoneal (tampak spil) (Yoder, 1988).
5. Tidak ada benda asing seperti IUD (Peter Chen,M.D, 2004).
6. Terdapat gambaran speculum ataupun ujung pertubator (conus) di
rongga uterus pada metode pemasukan media kontras dengan metal
cannula. Hal ini yang dikenal dengan metal artifacts.
7. AP pada radiograf dengan menggunakan Foley Catether Tehnique
(FCT), tidak diperoleh gambaran metal artifacts yang dapat
menggangu di sekitar rongga uterus (Radiology, 131:542,1979).

17
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

INPUT
1. Pasien
2. HSG Set Hasil akhir
Salpingo pemeriksaan
graph
Riester Dilakukan Histerosalpingog
3. Film Pemeriksaan rafi dengan
radiograf Histerosalpingografi indiksi Infertil
4. Pesawat (HSG) Dengan Primer
Sinar X- Indikasi Infertil
RAY diInstalasi
Primer di Instalasi
5. Procesing Radiologi RSUD dr. Radiologi RSUD
Film DORIS dr. DORIS
(DR) SYLVANUS
SYLVANUS
6. Cairan
Kontras Palangka Raya PALANGKA
Xolmetra RAYA
s Iohexol Palangkaraya
7. Handscoo
n steril
8. Betadine
9. Aquades
Gel
10. Feloy
Cateter Tabel 3.1 Kerangka Konsep
no. 6
11. Spuit 3 cc
& 10 cc
12. Kasa
Steril

18
3.2 Definisi Operasional
Berdasarkan alur skema di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut :
3.2.1 Input
Pasien dating ke instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan HSG dengan indikasi Infertil Primer. Dalam Proses
Pemeriksaannya meliputi :

1. Pasien adalah objek yang kita periksa dengan pemeriksaan


Histerosalpingografi dengan Infertil Primer.
2. HSG Set Salpingograph Riester adalah seapket alat steril untuk
pemeriksaan Histerosalpingografi tersebut.
3. Film adalah pencatat bayangan radiografi yang peka terhadap sinar-
x dan cahaya.
4. Pesawat sinar-x adalah alat yang menghasilkan sinar-x untuk
keperluan diagnosis.
5. Cairan kontras Xolmetras Iohexol adalah obat kontras yang akan
dimasukkan melalui cateter no 6.
3.2.2 Proses
Proses dari penelitian ini adalah dilakukannya pemeriksaan
Histerosalpingografi (HSG) Dengan Indikasi Infertil Primer di Instalasi
Radiologi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
3.2.3 Output
Dihasilkan pemeriksaan Histerosalpingografi dengan indiksi Infertil Primer
diInstalasi Radiologi RSUD dr.Doris Sylvanus Palangkaraya.
3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan


pendekatan studi kasus dimana penelitian ini penulis selain melakukan
observasi juga ikut serta dalam melaksanakan pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengetahui tentang teknik pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)
dengan indikasi atau klinis inferti primer.

19
3.4 Sumber Data
3.4.1 Observasi
Dalam rangka menyusun laporan ini, berbagai macam metode
dilakukan, sehingga terkumpul dan didapatkan data hasil observasi. Hal-hal
yang dilakukan diantaranya observasi langsung pada masalah yang berkaitan
yaitu pemeriksaann Histerosalpingografi (HSG) Selain itu, untuk menyusun
laporan ini digunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan judul
laporan tentang Teknik Pemeriksaan Histerosalpingografi dengan indikasi
invertil primer di Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangkaraya.

3.4.2 Keperpustakaan
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data
dengan mengutip dan menelusuri berbagai buku serta media internet yang
berkaitan dengan pemeriksaan Histerosalpingografi (USG) dengan indikasi
infetil primer.
3.4.3 Wawancara
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data
dengan melakukan wawancara langsung dengan dokter radiolog yang
melakukan pemeriksaan Histerosalpingografi (USG) dengan indikasi infertile
primer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangkaraya.

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di Instalasi Radiologi


RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Rayapada Tahun 2022.

20

Anda mungkin juga menyukai