Disusun Oleh:
BANJARMASIN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 713001S19011
Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Tugas Akhir dan Karya Tulis Ilmiah di
AKTEK Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin.
Pembimbing
i
HALAMAN PENGESAHAN
Palangkaraya
NIM : 713001S19011
Telah di ujikan Tugas Akhir/Karya Tulis Ilmiah oleh dewan penguji dan dinyatakan
lulus pada tangal… Bulan… Tahun 2022
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Direktur
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karna kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis mampu melakukan serta menyelesaikan sebuah
Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan benar. Penulis merasa sangat bersyukur untuk
segala Rahmat-Nya yang memampukan, menguatkan, memberi kesehatan serta nafas
kehidupan yang telah Dia berikan untuk sehingga Tugas Akhir yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi Dengan Indikasi Infertil
Primer Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan kemajuan teknologi serta perkembangan ilmu pengetahuan maka
sangat perlu bagi seseorang untuk menguasai alat-alat terutama dibidang kedokteran
demi kepentingan banyak orang. Selain itu sebagai seorang radiografer kita juga
dituntut untuk dapat bekerja sama dalam sebuah team work yang solid guna mencapai
tujuan yang diharapkan untuk membantu sesame kita. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa diucapkan satu
persatu, yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung
atas terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. DR. H. M. Mursyid, M.Si,M.Mkes, Ph.Dsebagai Ketua Yayasan ATRO
Citra Intan Persada Banjarmasin.
2. Muh Amirul Mukminin,M.Mkes Sebagai Kepala Derektur ATRO Citra
Intan Persada Banjarmasin
3. Seluruh Dosen beserta Staf Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin
4. Drg. Yayu Indriati,Sp.KGA sebagai direktur RSUD DORIS SYLVANUS
Palangkaraya
5. dr. Uusara Sp.Rad sebagai Kepala Instalasi Radiologi RSUD DORIS
SYLVANUS Palangkaraya
iii
6. Bagus Aji Purnomo,S.Tr.Kes (RAD) Radsebagai Koordinator PKL ATRO
CIP Banjarmasin RSUD dr. DORIS Sylvanus Palangkaraya
7. Seluruh Radiografer dan staf radiologi RSUD DORIS SYLVANUS
Palangkaraya
8. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, doa serta
dorongan spiritual dan meterial kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis agar karya tulis ilmiah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa atau mahasiswi Akademi Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Citra Intan Persada Banjarmasin pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Semoga dapat berguna dan menjadi bahan
informasi untuk masa yang akan datang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………….………………..iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………..……………………..viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...ix
ABSTRAK……………………………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...……………….1
v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….6
2.2 Patologi……………………………………………………………………8
2.2.1 Infertilitas………………………………………………………..8
2.2.3 Hydrosalphinx………………………………………………….10
2.2.4 Neoplasma……………………………………………………..11
2.2.5 Salpingitis……………………………………………………...11
3.2.1 Input……………………………………………………………19
vi
3.2.2 Proses…………………………………………………………..19
3.2.3 Output………………………………………………………….19
3.4.1 Observasi…………………………………………………........20
3.4.2 Keperpustakaan………………………………………………..20
3.4.3 Wawancara………………………………………………….…20
vii
DAFTAR GAMBAR
Viii
DAFTAR TABEL
ix
ABSTRAK
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan dalam bidang radiografi adalah
pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG). HSG merupakan pemeriksaan yang
menggambarkan bagian dalam uterus dan tuba falopi. Kontras dimasukkan ke
dalam uterus melalui serviks, yang akan melapisi kavum uteri bagian dalam, tuba
falopii dan menentukan patensi tuba. Kelainan ginekologi seperti perdarahan
abnormal uterus, abnormalitas kavum uterus dan tuba, abnormalitas
perkembangan duktus Mulleri, dan paska pembedahan.
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis membahas pemeriksaan HSG
di Rumah Sakit Doris Sylvanus dengan indikasi Infertil Primer atas permintaan
dokter spesialis radiologi. Oleh karena itu penulis mengangkat Karya Tulis Ilmiah
ini yang berjudul ‘Teknik Pemeriksaan Radiologi Histerosalpingografi
Dengan Indikasi Infertil Primer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus’.
masalah :
2
Tujuan Umum penulisan adalah untuk mengetahui teknik pemeriksaan
HSG , apakah ada kelainan pada uterus ataupun tuba falopi serta
melaksanakan pemeriksaan HSG ini dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini di uraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan tentang definisi, anatomi,fisiologi, patologi,
serta dijelaskan tentang teori mengenai teknik pemeriksaan
Histerosalpingografi (HSG) dengan klinis infertil primer.
BAB III : Metodelogi Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang kerangka konsep, definisi
operasional, sumber data, waktu dan tempat penelitian serta alat dan
bahan.
BAB IV : Hasil dan pembahasan
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yaitu identitas pasien
dan pembahasan yaitu penejelasan mengenai alur pemeriksaan hingga
selesai dan juga penjelasan tentang expertise dari Radiolog.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat
berguna bagi pembaca dan penulis.
4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah Anatomi berasal dari bahasa Yunani Ana dan Tomos. Ana berarti
“habis” atau “keatas” dan Tomos berarti “memotong” atau “mengiris”. Yang
dimaksud Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh
dengan menguraikan tubuh menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai ke
bagian terkecil. Fisiologi adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi
dan kegiatan kehidupan serta zat hidup, yakni organ, jaringan atau sel. Bila
disederhanakan, fisiologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari system
kehidupan makhluk hidup.
2.1.1 Anatomi Uterus
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang
6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung
kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus arteri yang merupakan
bagian terbesar dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan serviks.
Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 – 3 cm. Biasanya pada
nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. beberapa posisi uterus
antara lain: Antefleksi, Rofleksi, Teversi dan Retroversi. Rahim retrofleksi
merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana Rahim
melengkung ke belakang kea rah punggung, sementara Rahim biasanya
(antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat
pada 20% wanita.
(care-radiologi.blogspot.com)
6
2.1.2 Anatomi Saluran telur (tuba uterine)
Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira
10-12 cm. Terdiri dari 4 bagian yaitu :
a). Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus.
b). Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya.
c). Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar.
d). Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria.
(id.m.wikipedia.org)
(www.melakafertility.com)
7
Etiologi infertilitas pada wanita adalah :
• Faktor uterus
• Faktor tuba
• Disfungsi ovulasi
• Faktor cerviks
• Faktor pelvis
• Lain – lain; serum antibodi pada wanita, vaginitis Kronis.
Hysterosalpingography atau HSG merupakan pemeriksaan dengan
memasukkan media kontras radio-opaque melalui cannula untuk
memperlihatkan bentuk, ukuran dan posisi uterus serta tuba fallopi. Infertilitas
primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun (Masrochah, 2016).
2.2 Patologi
Patologi adalah ilmu ataupun studi mengenai suatu penyakit. Patologi juga
merupakan spesialis klinis pada kedokteran manusia. Patologi menekankan pada
aspek-aspek penyakit yang dapat diukur seperti perubahan struktur-struktur sel,
jaringan dan organ (makroscopik dan mikroskopik) serta temuan-temuan
laboraturium. (Price, 2002).
2.2.1 Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan
setelah 12 bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur
tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
8
Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan
sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil
sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah
hami.
Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut :
1) Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk
berproliferasi sekresi, sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan
bagi sperma, kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
2) Obstruksi
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital, penyakit radang pelvis yang umum, contohnya apendisitis dan
peritonitis, dan infeksi tractus genitalis, contohnya gonore.
3) Faktor local
Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah
fibroid uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi cervix yang
mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma, kelainan kongenital
vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum,
mioma uteri oleh karena menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau
elongasi kavum uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang
bertangkai.
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat
disebabkan oleh faktor perempuan,laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas
dapat juga tidak diketahui penyebabnya yang dikenal denganistilah infertilitas
idiopatik.Masalah infertilitas dapat memberikan dampak besar bagi pasangan
suami-istriyang mengalaminya, selain menyebabkan masalah medis,
infertilitas juga dapat menyebabkan masalahekonomi maupun psikologis.
9
1. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-
3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
http://digilib.unimus.ac.id anak lagi setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.2.2 Abortus Berulang
Abortus habitualis atau keguguran yang berturut-turut termasuk
kondisi yang jarang terjadi. Gejala yang terjadi tidak berbeda dengan
keguguran pada umunya. Namun, kondisi ini perlu dievaluasi lebih teliti
karena bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan yang serius. Penyebab yang
bisa membuat seorang wanita mengalami abortus berulang adalah
1. Sindrom Antifosfolipid (APS) yaitu suatu penyakit autoimun
yang bisa membuat penempelan calon janin di Rahim menjadi
lebih sulit.
2. Trombofilia kondisi yang dimiliki sejak lahir, yaitu membuat
darah lebih cepat membeku.
3. Penyakit Infeksi seperti chlamydia, gonore, sifilis dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan Kromosom
5. Masalah Pada Rahim seperti miom, kelainan bentuk rahim,
kelainan dinding rahim, leher rahim lemah.
6. Masalah Pada hormone.
2.2.3 Hydroshalpinx
Hydrosalphinx adalah gangguan fungsi tuba falopi akibat adanya
sumbatan cairan. Sumbatan cairan itu dapat menghalangi sel telur bertemu
dengan sel sperma yang menyebabkan pembuahan tidak dapat terjadi.
Kondisi tersebut dipicu oleh banyak hal, seperti infeksi, peradangan,
hingga efek samping dari prosedur bedah di sekitar organ reproduksi.
10
2.2.4 Neoplasma
Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoodinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan itu telah
berhenti.
2.2.5 Salpingitis
Salpingitis merupakan peradangan pada saluran tuba atau tuba falopi.
Sebagian besar kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri akibat
perilaku seks beresiko. Peradangan ini dapat menimbulkan kerusakan
permanen pada saluran tuba yang akhirnya dapat menurunkan tingkat
kesuburan wanita
4). Pasien akan ditawari obat sedative untuk penenang dan mengurangi
kontraksi perut bila perlu.
11
2.3.2 Persiapan Alat
Persiapan lainnya adalah persiapan alat. Alat-alat yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan HSG antara lain :
(unniriska.com)
13
1) Plain Foto (Foto polos)
Digunakan untuk mengetahui persiapan pasien, yakni dengan tidak
adanya obyek yang mengganggu (feses) di sekitar area pemeriksaan,
benda asing seperti IUD, melatih pasien untuk ekspirasi dan tahan
nafas saat dilakukan ekspose serta menentukan faktor eksposi yang
tepat.Foto ini dilakukan sebelum dokter memasukkan cairan kontras.
Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis
FFD : 100 cm
KV : 80
Ukuran kaset : 18X24 cm
Faktor eksposi : menggunakan kV tinggi dan waktu eksposi yang
singkat. Pasien ekspirasi dan tahan nafas saat dilakukan ekspose.
2) Proyeksi Anteroposterior
Posisi pasien : Tidur di atas meja pemeriksaan
Posisi obyek : cavum pelvis tegak lurus kaset
Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset
CP : Simpysis Pubis
FFD : 100 cm
KV : 80
Ukuran kaset : 18X24 cm
Faktor eksposi : menggunakan kV tinggi dan waktu eksposi yang
singkat. Pasien ekspirasi dan tahan nafas saat dilakukan ekspose.
(Radiograf.blogspot.com)
14
3) Proyeksi Oblique
Proyeksi oblique kanan
Digunakan untuk melihat tuba fallopi sebelah kanan. Pasien
diposisikan agak miring ke arah kanan, sehingga sisi kanan belakang
dekat dengan kaset. Gambaran tuba fallopi sebelah kanan akan tampak
lebih jelas.
(Radiograf.blogspot.com)
15
2.3.5.Hasil Gambar Radiograf
(WordPress.com)
.
Gambar 2.9 Radiograf Normal
(www.mochinesu.com)
4. Tuba fallopi terletak di kanan kiri uterus. Terbagi atas empat daerah
yaitu: interstitial, isthmus, ampulla dan infundibulum. Daerah yang
terlihat jelas dengan kontras adalah isthmus yang panjang dan lurus
serta ampulla yang seperti huruf “s” dan tampak melebar. Tuba fallopi
tidak tersumbat, sehingga media kontras dapat mengisi tuba hingga
tumpah ke rongga peritoneal (tampak spil) (Yoder, 1988).
5. Tidak ada benda asing seperti IUD (Peter Chen,M.D, 2004).
6. Terdapat gambaran speculum ataupun ujung pertubator (conus) di
rongga uterus pada metode pemasukan media kontras dengan metal
cannula. Hal ini yang dikenal dengan metal artifacts.
7. AP pada radiograf dengan menggunakan Foley Catether Tehnique
(FCT), tidak diperoleh gambaran metal artifacts yang dapat
menggangu di sekitar rongga uterus (Radiology, 131:542,1979).
17
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
INPUT
1. Pasien
2. HSG Set Hasil akhir
Salpingo pemeriksaan
graph
Riester Dilakukan Histerosalpingog
3. Film Pemeriksaan rafi dengan
radiograf Histerosalpingografi indiksi Infertil
4. Pesawat (HSG) Dengan Primer
Sinar X- Indikasi Infertil
RAY diInstalasi
Primer di Instalasi
5. Procesing Radiologi RSUD dr. Radiologi RSUD
Film DORIS dr. DORIS
(DR) SYLVANUS
SYLVANUS
6. Cairan
Kontras Palangka Raya PALANGKA
Xolmetra RAYA
s Iohexol Palangkaraya
7. Handscoo
n steril
8. Betadine
9. Aquades
Gel
10. Feloy
Cateter Tabel 3.1 Kerangka Konsep
no. 6
11. Spuit 3 cc
& 10 cc
12. Kasa
Steril
18
3.2 Definisi Operasional
Berdasarkan alur skema di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut :
3.2.1 Input
Pasien dating ke instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan HSG dengan indikasi Infertil Primer. Dalam Proses
Pemeriksaannya meliputi :
19
3.4 Sumber Data
3.4.1 Observasi
Dalam rangka menyusun laporan ini, berbagai macam metode
dilakukan, sehingga terkumpul dan didapatkan data hasil observasi. Hal-hal
yang dilakukan diantaranya observasi langsung pada masalah yang berkaitan
yaitu pemeriksaann Histerosalpingografi (HSG) Selain itu, untuk menyusun
laporan ini digunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan judul
laporan tentang Teknik Pemeriksaan Histerosalpingografi dengan indikasi
invertil primer di Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangkaraya.
3.4.2 Keperpustakaan
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data
dengan mengutip dan menelusuri berbagai buku serta media internet yang
berkaitan dengan pemeriksaan Histerosalpingografi (USG) dengan indikasi
infetil primer.
3.4.3 Wawancara
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data
dengan melakukan wawancara langsung dengan dokter radiolog yang
melakukan pemeriksaan Histerosalpingografi (USG) dengan indikasi infertile
primer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangkaraya.
20