Anda di halaman 1dari 81

KARYA TULIS ILMIAH

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ANTEBRACHII


PADA KASUS FRAKTUR DI 1/3 TULANG DISTAL RADIUS
DEXTRA PADA ANAK-ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO

ADDINSA HAKIKILLAH SAIFULLAH


NIM 181141058

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
JULI 2021
KARYA TULIS ILMIAH

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ANTEBRACHII


PADA KASUS FRAKTUR DI 1/3 TULANG DISTAL RADIUS
DEXTRA PADA ANAK-ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO

ADDINSA HAKIKILLAH SAIFULLAH


NIM 181141058

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
JULI 2021
PRASYARAT GELAR JENJANG DIPLOMA

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ANTEBRACHII


PADA KASUS FRAKTUR DI 1/3 TULANG DISTAL RADIUS
DEXTRA PADA ANAK-ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Radiologi

Disusun oleh :

ADDINSA HAKIKILLAH SAIFULLAH


NIM : 181141058

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
JULI 2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Addinsa Hakikillah Saifullah


Nomor Induk Mahasiswa : 181141058
Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :

“Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachii Pada Kasus Fraktur Di 1/3 Tulang

Distal Radius Dextra Pada Anak-Anak Di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr.

Soekandar Kabupaten Mojokerto.” adalah benar-benar hasil karya asli bukan hasil

plagiat. Apabila dikemudian hari ternyata hal ini terbukti tidak benar, saya

bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan dicabut

gelar akademik yang telah diperoleh.

Malang, Juli 2021


Yang menyatakan

ADDINSA HAKIKILLAH SAIFULLAH

NIM : 181141058

i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Nama : Addinsa Hakikillah Saifullah

Nomor Induk Mahasiswa : 181141058

Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Judul : Teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada

kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra

pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof.

dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto

Malang,Juli 2021

Disetujui Untuk Dilaksanakan Ujian Akhir

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Kus Endah Aryati, S.ST., MM Choirun Nissa, S.Gz., M.Biomed.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3
tulang distal radius dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr.
Soekandar Kabupaten Mojokerto”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang turut
membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, pada kesempatan ini
penulis dengan hati yang tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H.Tayubi Hariyanto, SE., MM selaku Ketua STIKes Widya
Cipta Husada Malang.
2. Ibu Sri Sugiarti, S.Si, M.Si selaku Kepala Prodi D-III Radiodiagnostik dan
Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada Malang
3. Ibu Kus Endah Aryati, S.ST.,MM selaku pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Choirun Nissa, S.Gz., M. Biomed selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan ibu dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
6. Ayah, ibu, adik dan semua keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan do’a, semangat, material serta moralnya.
7. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga
terselesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Malang, Juli 2021
Penulis

Addinsa Hakikillah Saifullah

iii
ABSTRAK
Saifullah, A.H. 2021. Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachii Pada Kasus
Fraktur Di 1/3 Tulang Distal Radius Dextra Pada Anak-Anak Di
Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten
Mojokerto. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D-III Radiodiagnostik
dan Radioterapi. Stikes Widya Cipta Husada. Pembimbing (1) Kus
Endah Aryati, S.ST.,MM Pembimbing (2) Choirun Nissa, S.Gz., M.
Biomed.

Penelitian ini mengambil sampel pada anak-anak dengan pertimbangan masalah


yang peneliti temukan pada saat pelaksanaan praktik kerja lapang pertama yaitu
peneliti sering menjumpai terjadinya pengulangan foto pada pemeriksaan anak-
anak, oleh karena itu pentingnya komunikasi antara petugas dan pasien serta
penunggu pasien tentang bagaimana tata cara pemeriksaan yang akan dilakukan
harus optimal untuk meminimalisir adanya pengulangan foto karena dosis radiasi
yang akan diterima pasien akan menjadi lebih besar. Sesuai dengan asas
justifikasi, limitasi, dan optimasi, suatu pemanfaatan harus dapat mengoptimalkan
keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Penelitin ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan 1
sampel pasien anak-anak yang datang ke Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr.
Soekandar Kabupaten Mojokerto dengan permintaan foto Antebrachii. Peneliti
melakukan observasi langsung dengan menggunakan jenis analisa data kualitatif.
Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini diperlukan persiapaan alat dan bahan
seperti pesawat radiologi, kaset, apron, marker, printer, dan komputer radiologi.
Pemeriksaan radiografi antebrachii menggunakan dua teknik yaitu
Anteriorposterior dan Lateral. Dengan menggunakan FFD 90 cm, Kv 48, dan
mAs 2.

Kata kunci: Radiologi, Antebrachii, Fraktur, Radius, Dextra.

iv
ABSTRACT
Saifullah, A.H. 2021. Antebrachial Radiographic Examination Techniques in
Fractures in 1/3 of the Distal Radius Dextra Bone in Children at the
Radiology Installation of Prof. Hospital. Dr. Soekandar, Mojokerto
Regency. Scientific Writing, D-III Radiodiagnostic and Radiotherapy
Study Program. Widya Cipta Husada Stickers. Supervisor (1) Kus
Endah Aryati, S.ST.,MM Supervisor (2) Choirun Nissa, S.Gz., M.
Biomed.

This study took samples of children with consideration of the problems that the
researchers found during the first fieldwork practice, namely the researchers often
encountered photo repetitions on the examination of children, therefore the
importance of communication between officers and patients and patient attendants
about how to proceed. the examination to be carried out must be optimal to
minimize photo repetitions because the radiation dose to be received by the
patient will be greater. In accordance with the principles of justification,
limitation, and optimization, an utilization must be able to optimize profits and
minimize losses.
This study used a descriptive type of research, using 1 sample of pediatric patients
who came to the Radiology Installation of Prof. Hospital. dr. Soekandar,
Mojokerto Regency with a request for a photo of Antebrachii. Researchers
conducted direct observations using qualitative data analysis types. In this
antebrachial radiographic examination, it is necessary to prepare tools and
materials such as radiology equipment, cassettes, aprons, markers, printers, and
radiology computers. Antebrachial radiographic examination uses two techniques,
namely Anteriorposterior and Lateral. By using FFD 90 cm, Kv 48, and mAs 2.

Keywords: Radiology, Antebrachii, Fracture, Radius, Dextra.

v
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
ABSTRAK......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar............................................................................................. 6
2.1.1 Radiologi........................................................................................ 6
2.1.2 Pengertian Anak............................................................................. 6
2.1.3 Pengertian Sinar-X......................................................................... 7
2.1.4 Sifat-Sifat Sinar-X......................................................................... 7
2.1.5 Proses Terjadinya Sinar-X............................................................. 9
2.1.6 Sumber Radiasi.............................................................................. 10
2.1.7 Faktor Eksposi............................................................................... 11
2.1.8 Efek Radiasi................................................................................... 12
2.1.9 Kualitas Radiograf......................................................................... 13
2.2 Anatomi Antebrachii............................................................................... 15
2.2.1 Definisi Tulang.............................................................................. 15
2.2.2 Tulang Ulna................................................................................... 16
2.2.3 Tulang Radius................................................................................ 17
2.3 Fraktur..................................................................................................... 18

vi
2.3.1 Pengertian Fraktur.......................................................................... 18
2.3.2 Etiologi Fraktur.............................................................................. 19
2.3.3 Klasifikasi Fraktur......................................................................... 20
2.3.4 Diagnosa Fraktur............................................................................ 21
2.4 Teknik Pemeriksaan................................................................................ 22
2.4.1 Persiapan Alat................................................................................ 22
2.4.2 Persiapan Pasien............................................................................ 23
2.4.3 Prosedur Pemeriksaan.................................................................... 23
2.5 Proteksi Radiasi...................................................................................... 27
2.6 Nilai Batas Dosis.................................................................................... 30
2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................ 33
2.8 Kerangka Konsep.................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 34
3.2 Kerangka Operasional............................................................................. 35
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 36
3.4 Populasi dan Sampel............................................................................... 36
3.4.1 Populasi.......................................................................................... 36
3.4.2 Sampel............................................................................................ 36
3.5 Variabel Penelitian.................................................................................. 37
3.6 Definisi Operasional............................................................................... 38
3.7 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 38
3.8 Standar Operasional Prosedur................................................................. 39
3.9 Analisa Data............................................................................................ 42
3.10 Etika Penelitian....................................................................................... 43
BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 47
4.1.1 Data Umum.................................................................................... 47
4.1.2 Data Khusus................................................................................... 48
4.2 Pembahasan................................................................................................ 54
4.2.1 Persiapan Alat Dan Bahan............................................................. 54
4.2.2 Persiapan Pasien............................................................................ 55

vii
4.2.3 Prosedur Pemeriksaan.................................................................... 55
4.2.4 Hasil Radiograf.............................................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 56
5.2 Saran....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 59
LAMPIRAN...................................................................................................... 60
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Pelaksanaan Penelitian................................... 60
Lampiran 2 Lembar Keterangan Kesediaan Menjadi Respondenn.................. 61
Lampiran 3 Lembar Keterangan Kesediaan Menjadi Sampel.......................... 62
Lembar Observasi............................................................................................ 63

viii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
2.7 Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu.................................................... 32
3.6 Tabel Definisi Operasional ................................................................... 38
3.8 Tabel Standar Operasional Prosedur..................................................... 40

ix
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
2.1 Gambar Tabung Sinar-X......................................................................... 8
2.2 Gambar Anatomi os Ulna........................................................................ 16
2.3 Gambar Anatomi os Radius .................................................................... 17
2.4 Gambar Marker....................................................................................... 21
2.5 Gambar Apron......................................................................................... 21
2.6 Gambar Kaset.......................................................................................... 22
2.7 Gambar Pesawaat Radiologi.................................................................... 22
2.9 Gambar Proyeksi AP............................................................................... 24
2.10 Hasil Radiograf........................................................................................ 24
2.11 Gambar Proyeksi Lateral......................................................................... 26
2.12 Hasil Radiograf........................................................................................ 26
2.8 Kerangka Konsep ................................................................................... 33
3.2 Kerangka Operasional ............................................................................ 35
4.1 Gambar Pesawat Sinar-X........................................................................ 48
4.2 Gambar Kaset.......................................................................................... 49
4.3 Gambar Komputer Radiologi ................................................................. 49
4.4 Gambar Printer........................................................................................ 50
4.5 Gambar permintaan foto.......................................................................... 53
4.6 Gambar hasil bacaan radiograf................................................................ 53
4.7 Gambar Hasil Radiograf AP.................................................................... 53
4.8 Gambar Hasil Radiograf Lateral............................................................. 53

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Pelaksanaan Penelitian................................... 60


Lampiran 2 Lembar Keterangan Kesediaan Menjadi Respondenn.................. 61
Lampiran 3 Lembar Keterangan Kesediaan Menjadi Sampel.......................... 62
Lembar Observasi............................................................................................ 63

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan pemanfaatan sinar-X dalam mendiagnosis

penyakit tanpa diperlukan tindakan pembedahan untuk pasien (Prita, 2012).

Salah satunya adalah teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii.

Pemeriksaan radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar

pengion dan bukan pengion, gelombang suara, dan magnet untuk imejing

radiodiagnostik dan terapi. Radiodiagnostik merupakan cabang ilmu

radiologi yang mengunakan sinar pengion untuk membantu mendiagnosa

dalam bentuk foto yang bisa didokumentasikan (Maleuka, 2006).

Teknik radiografi antebrachii adalah suatu teknik radiografi patologis

yang sering dijumpai meliputi : fraktur, dislokasi, dan lain-lain (Andi,

2012). Pada pemeriksaan radiografi antebrachii proyeksi yang digunakan

adalah Anterior posterior dan lateral. Tulang antebrachii terdiri dari dua

tulang yaitu tulang radius dan ulna. Dimana keduanya memiliki ujung atas,

batang, dan ujung bawah. Pemeriksaan tulang antebrachii adalah salah satu

pemeriksaan radiografi tanpa menggunakan bahan kontras. Indikasi yang

sering terjadi pada tulang antebrachii adalah fraktur. Fraktur adalah

diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan

oleh adanya benturan keras atau faktor lain. Fraktur bisa terjadi akibat

peristiwa trauma, kelelahan atau tekanan dan kelemahan abnormal pada

tulang. Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur

tertutup, proyeksi yang sering digunakan dalam pemeriksaan Antebrachii

1
2

adalah proyeksi anterior posterior dan lateral yang bertujuan untuk

menghasilkan gambaran tulang radius dan ulna.

Fraktur merupakan patah tulang yang ditandai dengan kondisi dimana

hubungan atau kesatuan jaringan terputus. Fraktur tidak selalu disebabkan

oleh trauma yang berat, kadang-kadang trauma yang ringan saja dapat

menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu.

Trauma bisa terjadi karena hal-hal eksternal seperti tertabrak dan terjatuh.

Berdasarkan penyebab fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur patologik

dan fraktur stress. Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang

yang sebelumnya telah mengalami proses patologik, sedangkan fraktur

stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus (Rasad, 2005).

Pada tahun 2019 telah dilakukan sebuah penelitian yang menjelaskan

bahwa, insiden tertinggi dan faktor risiko terjadinya fraktur yaitu pada usia

7 sampai 15 tahun pasien laki-laki banyak yang disebabkan karena

kecelakaan kendaraan bermotor, pasien lebih sering mengalami fraktur

tulang radius dan tulang ulna. Pada RS Efarina Berastagi tercatat 86 klien

dengan diagnosis fraktur antebrachii. Ada beberapa dampak yang akan

terjadi bila fraktur tidak mendapat penanganan secara tepat antara lain :

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah, Kerusakan arteri, Infeksi, dan

rusaknya sistem pertahanan bila ada trauma pada jaringan (Kustoyo, 2019).

Pada permasalahan ini, penulis mengambil sampel pada anak-anak

dengan pertimbangan masalah yang sering terjadi pada saat penulis

melakukan praktek kerja lapang pertama yaitu, penulis sering menemui

penggulangan foto rontgen pada anak-anak dikarenakan pada saat


3

pengambilan foto pada anak-anak sering terjadi pergerakan yang tidak

diinginkan oleh radiografer yang menyebabkan diharuskannya pengulangan

foto karena hasil foto yang kurang maksimal yang disebabkan oleh

pergerakan anak tersebut. Sesuai dengan asas justifikasi, limitasi, dan

optimasi, suatu pemanfaatan harus dapat mengoptimalkan keuntungan dan

meminimalisir kerugian terutama kepada pasien oleh karena itu komunikasi

antara petugas dan pasien serta penunggu pasien tentang bagaimana tata

cara pemeriksaan yang akan dilakukan harus optimal untuk meminimalisir

adanya pengulangan foto karena dosis radiasi yang akan diterima pasien

akan menjadi lebih besar.

Dari uraian di atas peneliti merasa perlu menjabarkan tentang

bagaimana teknik pemeriksaan radiografiAntebrachii pada kasusfraktur di

1/3 tulang radius dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof.

dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus

fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-anak di Instalasi

Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada

kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-anak di

Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persiapan alat pada teknik pemeriksaan radiografi

Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra

pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar

Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui persiapan pasien pada teknik pemeriksaan

radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius

dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr.

Soekandar Kabupaten Mojokerto.

3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Anterior Posterior pada

teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3

tulang distal radius dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi

RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.

4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Lateral pada teknik

pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang

distal radius dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD

Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.

5. Untuk menganalisa hasil pemeriksaan radiografi Antebrachii pada

kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-anak di

Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Institusi dapat menambah kepustakaan dan referensi

tentang teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus

fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-anak di Instalasi

Radiologi RSUD prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis

untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii

pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-

anak di Instalasi Radiologi RSUD prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto.

2. Bagi Rumah Sakit

Untuk menambah masukan dan saran untuk meminimalisir

terjadinya pengulangan foto pada teknik pemeriksaan radiografi

Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra

pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar

Kabupaten Mojokerto.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Radiologi

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan

dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk

diagnosis dan prosedur terapi dengan menggunakan panduan radiologi,

termasuk teknik pencintraan dan penggunaan radiasi dengan sinar dan

zat radioaktif. Radiologi ini memanfaatkan sinar-X untuk keperluan

diagnosis baik radiologi diagnostik maupun radiologi intervensional.

Radiologi diagnostik adalah kegiatan yang berhubungan dengan

penggunaan fasilitas untuk keperluan diagnosis. Radiologi

intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang terlibat dalam terapi

dan diagnosis pasien, dengan melakukan terapi dalam tubuh pasien

melalui bagian luar tubuh dengan kawat penuntun, stent, dan lain-lain

dengan menggunakan sinar-X (BAPETEN, 2011).

2.1.2 Pengertian Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang
belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga
merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan
dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka,
meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode
pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau
enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah,

6
7

kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar


(Lesmana, 2018).

2.1.3 Pengertian Sinar-X

Sinar-X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang

sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultra violet

tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-x bersifat

hetrogen, panjang gelombang bervariasi dan tidak terlihat. Berbeda

antara sinar-X dan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada

panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek

yaitu hanya yaitu hanya 1/10.000 panjang jumlah cahaya yang

kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar-X

dapat menembus benda (Rasad, 2005)

2.1.4 Sifat-Sifat Sinar-X

Sinar-x memiliki beberapa sifat yaitu daya tembus, pertebaran,

penyerapan, fluorosensi, dan efek biologik, ionisasi.

1. Menembus Bahan

Sinar-X dapat menembus bahan yang padat dengan daya

tembus yang sangat besar misalnya pada tulang dan gigi. Semakin

tinggi tegangan tabung ( besarnya kV) yang digunakan dan

semakin rendah kepadatan suatu benda maka semakin besar daya

tembusnya (Rasad, 2005).

2. Pertebaran

Apabila berkas sinar-X melewati suatu bahan atau suatu zat,

maka berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah dan

menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau


8

zat yang dilalui. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar

radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara

menyeluruh. Untuk mengurangi dampak radiasi hambur ini

maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang

tipis (Rasad, 2005).

3. Penyerapan

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai

dengan berat atom atau kepadatan bahan tersebut. Semakin tinggi

kepadatannya atau berat atomnya maka semakin besar

penyerapannya (Rasad, 2005).

4. Fluoresensi

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium

tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Yang

mana luminisensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi

sinar-X saja.

b. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa

saat walaupun radiasi sinar-X sudah dimatikan (after – glow).

5. Efek biologi

Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada

jaringan (Rasad, 2005).

6. Ionisasi
9

Efek primer dari sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau

zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut

(Rasad, 2005).

2.1.5 Proses Terjadinya Sinar-X

Gambar 2.1 Tabung Sinar-X (Malueka, 2006)

Menurut Rasad, (2005) proses terbentuknya sinar-X adalah sebagai

berikut:

1. Katoda (Filament) dipanaskan dari 2000℃ sampai menyaladengan

mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.

2. Karena panas, elektron dari katoda terlepas.

3.Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,

elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan

dipusatkan kealat pemusat (Focusing cup).

4. Filamen dibuat relatif negativ terhadap sasaran (target) dengan

memilih potensial tinggi.

5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target)

sehingga terbentuk panas (1%).

6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari

tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar


10

melalui jendela, panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat

benturan elektron ditiadakan oleh indikator pendingin.7

2.1.6 Sumber Radiasi

Sumber radiasi dapat berupa alat atau zat radioaktif. Sumber radiasi

yang berupa alat, akan mengemisikan radiasi pada saat alat tersebut

dioprasikan, sebagai contoh pesawat sinar-X. Pesawat sinar-X tersebut

mengemisikan sinar-X yang mengakibatkan proses pembuatan sinar-X

dengan spectrum 10 energinya kontinu. Kuat sumber radiasi dapat

diatur sesuai dengan spesifikasi alat (Indarti, 2017). Berbeda dengan

sumber radiasi berbentuk alat, sumber radiasi berupa zat radioaktif akan

mengemisikan radiasi terus menerus baik saat digunakan maupun saat

tidak digunakan. Radionuklida mempunyai umur paro tertentu dan akan

mengemisikan jenis radiasi dan energi yang tertentu, sehingga spectrum

energi yang diemisikan diskrit, tetapi kuat sumber akan menurun

dengan waktu tergantung umur paronya. Sehingga sumber radiasi

pengion dapat dibedakan menjadi dua manurut Indarti (2017) adalah

sebagai berikut:

1. Sumber Radiasi Alam

Sumber radiasi alam yaitu radiasi yang disediakan alam berupa

unsur radioaktif di alam, seperti Uranium, Cobalt, dan komponen

radioaktif lainnya (Indarti, 2017).

2. Sumber Radiasi Buatan

Sumber radiasi buatan yaitu radiasi yang sengaja dibuat

dengan menggunakan reactor nuklir maupun pesawat sinar-X yang


11

digunakan untuk pemeriksaan medik, dengan memberikan beda

tegangan yang tinggi antara anoda dan katoda pada pesawat

sinar-X (Indarti, 2017).

2.1.7 Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor yang mempengaruhi dan menentukan

kuantitas dan kualitas radiasi sinar-X terhadap objek yang dikenai sinar-

X. Terdapat 4 faktor eksposi yaitu tegangan tabung (kV), arus tabung

(mA), waktu eksposi (s) dan jarak fokus ke film (FFD)(Maleuka, 2006).

1. Tegangan Tabung (kV)

Tegangan tabung dinyatakan dalam kilovolt (kV). Tegangan

tabung ini menunjukan kecepatan elektron menumbuk target dan

juga menunjukkan kemampuan sinar-x dalam menembus bahan.

Dengan meningkatnya tegangan tabung, maka semakin banyak

sinar-X yang dipancarkan sehingga semakin tinggi energi dan daya

tembusnya. Hal tersebut juga menimbulkan radiasi hambur yang

dapat menimbulkan noise pada gambaran radiograf (Bushong,

2001).

2. Arus Tabung (mA)

Arus ini dinyatakan dalam miliampere (mA). Dengan waktu

eksposi yang tepat, arus tabung mengontrol kualitas sinar-x dan

dosis radiasi yang diterima pasien. Semakin banyak aliran elektron

yang menuju tabung sinar-X, maka akan semakin banyak sinar-X

yang dihasilkan (Bushong, 2001)

3. Waktu Eksposi (s)


12

Waktu eksposi diatur sependek mungkin dengan tujuan untuk

mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien yang dan

meminimalisir terjadinya ketidaktajaman akibat pergerakan pasien

(Bushong, 2001).

4. Focus Film Distance (FFD)

Focus film distance (FFD) adalah jarak antara sumber sinar-X

ke image reseptor. Pengaruh jarak penyinaran terhadap intensitas

sesuai dengan hukum kuadrat terbalik. Focus film distance (FFD)

menentukan intensitas paparan sinar-x pada image reseptor tetapi

tidak mempengaruhi kualitas sinar-X (Bushong, 2001).

2.1.8 Efek Radiasi

Selain membawa manfaat yang sangat besar, diketahui pula bahwa

radiasi memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan manusia :

1. Efek Stokastik

Efek stokastik adalah suatu efek radiasi yang terjadi secara acak,

tanpa ada dosis ambang, muncul setelah masa laten (Masa 15

tenang yang lama), dan tidak ada penyembuhan spontan. Contoh

efek stokastik adalah kanker dan leukimia. (Indarti, 2017).

2. Efek Deterministik

Efek deterministik terjadi karena adanya kematian sel sebagai

akibat dari paparan radiasi, baik pada sebagian atau seluruh tubuh.

Efek deterministik adalah suatu efek yang pasti muncul apabila

dosis yang diterima melebihi dosis ambang. Contoh efek


13

deterministik adalah luka bakar, sterilitas (kemandulan), katarak

dan kelainan kongential. (Indarti, 2017).

2.1.9 Kualitas Radiograf

Pertimbangan kualitas gambar dalam sebuah gambaran radiografi

medis sangat beragam dan kompleks. Gambaran ini menjelaskan

berbagai jenis anatomi dan kondisi patologis yang dihadapi. Namun

demikian, terdapat beberapa konsep dasar yang tidak boleh dilupakan,

salah satu yang terpenting adalah kualitas gambaran dalam radiograf

(Ramadhan, 2020). Kualitas gambaran radiograf ditentukan oleh

beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Resolusi merupakan kemampuan radiograf untuk menampakkan

gambaran objek yang berbeda dalam suatu radiograf dan

menampilkan detail antara objek yang satu dengan yang lain.

2. Noise atau kekabruan merupakan ketidaktajaman densitas pada

radiograf.Menurut (Bushong, 2013) kualitas radiograf ditentukan

oleh beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

a. Densitas

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.

Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film.

Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi

pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat

cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakan

fungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua

pengukuran, secara spesifik merupakan perbandingan antara


14

intensitas cahaya yang masuk kefilm (I 0) terhadap intensitas

cahaya yang keluar melewati film (It). Densitas film diukur

dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana,

densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor)

yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan

melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber

cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh

instrumen.

b. Kontras

Kontras merupakan perbedaan densitas suatu daerah dengan

daerah lain pada suatu radiograf. Kontras berfungsi untuk membuat

detail anatomi yang lebih jelas.

c. Detail

Menggambarkan ketajaman struktur-struktur kecil pada

radiograf. Dengan detail yang cukup bagian yang kecil dari

anatomi akan tampak jelas.

d. Ketajaman

Ketajaman merupakan tapal batas peralihan antara dua bagian

yang berbeda kehitamannya. Radiograf dikatakan tajam apabila

keadaan pada radiograf dapat dilihat garis batas antara

bagianbagian yang membentuk radiograf tersebut.


15

2.2 Anatomi Antebrachii

2.2.1 Definisi Tulang

1. Tulang

Tulang adalah jaringan ikat yaang bersifat kaku dan membentuk

bagian terbesar kerangka,tulang merupakan jaringan penunjang

tubuh yang utama (Keith, 2002).Tulang berfungsi untuk:

a. Melindungi struktur vital

b. Menopang tubuh

c. Mendasari gerak secara mekanis

d. Menimbun berbagai mineral (kalsium, fosfor, dan magnesium).

2. Sendi

Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada

saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan

dan fleksibilitas dalam tubuh (Keith, 2002).

3. Otot

Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu

berkontraksi dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana.

Fungsi utama otot yaitu untuk kontraksi dan menghasilkan

pergerakan sebagian atau seluruh tubuh (Keith, 2002).

4. Ligamen

Ligamen adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal dan

merupakan akhir dari suatu otot dan berfungsi sebagai pengikat

suatu tulang (Keith, 2002).

5. Tendon
16

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang

membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan

penyambung yang melindungi tendon, khusunya pada pergelangan

tangan dan tumit (Keith, 2002).

6. Proksimal
Kata proksimal berarti menjelang awal atau awal yang mendekati
dua item. Jika kita katakan bahwa bahu seseorang adalah proksimal
siku, itu berarti bahu dekat dengan siku. Dalam anatomi, proksimal
selalu digunakan untuk menunjukkan bagian yang terletak paling
dekat dengan titik pelekatan. Bahkan jika Anda merasa sulit
mengingat makna proksimal, Anda dapat dengan mudah
menghubungkannya dengan kedekatan yang berarti kedekatan atau
kedekatan.
7. Distal
Dalam istilah anatomi, distal adalah titik yang terletak paling jauh
atau jauh dari titik acuan standar. Ketika seorang dokter
menggunakan istilah distal untuk merujuk pada sebuah titik yang
mengacu pada luka di lengan pasiennya, dia merujuk pada sebuah
titik di lengan lebih dekat ke jari-jari melewati luka itu. Saat dia
berbicara tentang pembuluh darah, distal adalah yang paling jauh
dari jantung.
2.2.2 Tulang Ulna

Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada

lengan bawah, terletak medial dan merupakan tulang yang lebih

panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang medial

antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon,

struktur ini membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas

ke bawah.
17

Gambar 2.2 Anatomi os Ulna (Putz & Pabst, 2007)

2.2.3 Tulang Radius

Tulang radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih

pendek dari dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya

meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke

medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar

saat ke distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong

9 melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus

styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut

memiliki kepentingan klinis ketika ulna atau radius mengalami fraktur

(Hartanto, 2013).

Gambar 2.3 Anatomi os Radius (Putz & Pabst, 2007)


18

2.3 Fraktur

2.3.1 Pengertian Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan (Mansjoer,

2000). Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada

kontinuitas tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau

kartilago (Chang, 2010). Beberapa pengertian fraktur menurut para

ahli yaitu :

1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, fraktur terjadi

ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau

tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya

osteoporosis (Grace, 2007).

2. Fraktur atau yang seringkali disebut dengan patah tulang,

biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan

sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak

disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tidak lengkap (Wijaya, 2013).

3. Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan

menghasilkan daya untuk menekan. Ketika terjadi fraktur pada

sebuah tulang , maka periosteum serta pembuluh darah di dalam

korteks, sumsum tulang, dan jaringan lunak di sekitarnya akan

mengalami disrupsi. hematoma akan terbentuk diantara kedua

ujung patahan tulang serta di bawah periosteum, dan akhirnya


19

jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut (Wong,

2009).

2.3.2 Etiologi Fraktur

2.3.2.1 Macam-Macam Fraktur:

1. Fraktur Traumatik

Fraktur traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap

tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan

biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan

pada kulit diatasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada

jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan

berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

dari otot yang kuat.

2. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit

dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur,

seperti :

a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan

jaringan baru yang tidak terkendali atau progresif.

b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai

akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu

proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.


20

c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh

defisiensi Vitamin D.

d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang

bertugas di kemiliteran (Kristiyanasari, 2012).

2.3.3 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi Fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

diantaranya:

1. Klasifikasi Etiologis

a. Fraktur Patologis

Fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah

menjadi lemah oleh karena tumor atau proses 7 patologik

lainnya (infeksi dan kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara

spontan atau akibat trauma ringan(Kusuma, 2015).

b. Fraktur Beban (Kelelahan)

Fraktur yang terjadi pada orangorang yang baru saja

menambah tingkat aktivitas merka atau karena adanya stress

yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang

menopang berat badan(Kusuma, 2015).

2. Klasifikasi Klinis

a. Fraktur Tertutup

Fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmen

tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh

lingkungan(Kusuma, 2015).

b. Fraktur Terbuka
21

Fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus,

dan terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar (Kusuma, 2015).

2.3.4 Diagnosa Fraktur

Menurut(Rasjad, Chairuddin. 2012), pemeriksaan penunjang

fraktur berupa:

1. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

a.Faktor pembekuan darah

b. Golongan darah (jika akan dilakukan tindakan operasi)

c.Urinalisa

d. Kreatinin (trauma otot)

2. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi

kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

3. Pemeriksaan radiologi (rontgen), pada daerah yang dicurigai

fraktur, harus mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior

(AP) dan lateral.

a. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan

distal.

b. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang

cidera

c.maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan

dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum

tindakan dan sesudah tindakan.


22

2.4 Teknik Pemeriksaan

2.4.1 Persiapan Alat

a. Marker

Gambar 2.4Marker (Bontrager, 2005)

b. Apron

Gambar 2.5Apron (Bontrager, 2005)

c. Kaset

Gambar 2.6Kaset (Bontrager, 2005)

d. Pesawat Radiologi
23

Gambar 2.7Pesawat Radiologi

2.4.2 Persiapan Pasien

Persiapan pasien, lepaskan benda-benda asing yang dapat

menggangu gambaran radiograf. Misalnya seperti gelang, jam

tangan, atau benda logam lainnya.

2.4.3 Prosedur Pemeriksaan

2.4.3.1 Anterior Posterior (AP)

1. Posisi Pasien

Pasien duduk di kursi samping meja atau berada di samping

meja pemeriksaan, dengan tangan menempatkan seluruh lengan

pada bidang yang sama.

2. Posisi Objek (Bontrager, 2005)

a. Pakaikan pasien apron untuk proteksi radiasi.

b. Atur antebrachii pada posisi supine, ekstensikan siku dan

pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan antebrachii.

Pastikann kedua persendian masuk kedalam kaset.

c. Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan

antebrachii.

d. Pada pasien yang lateral sampai antebrachii berada pada

posisi true supinated.


24

e. Karena proksimal antebrachii umumnya dalam posisi ini

memutar, raba dan sesuaikan epicondylus humeri sampai

berjarak sama dari kaset.

f. Pastikan bahwa tangan dalam posisi supinated. Pronasi tangan

akan mengakibatkan persilangan radius di atas ulna pada

proksimal ketiga dan humerus berputar dibagian tengah,

mengakibatkan proyeksi oblique dari antebrachii.

3. Posisi Sinar (Bontrager, 2005)

a. CR : Tegak lurus bidang film

b. CP : Pertengahan tulang antebrachii, dengan batas atas elbow

joint dan batas bawah wrist joint

c. FFD : 100 cm

d. kV : 50

e. mAs : 4

4. Kriteria Gambar : (Bontrager, 2005)

a. Tampak gambaran AP antebrachii

b. Pada proksimal dan distal artikulatio radius dan ulna sedikit

overlap, tapi pada korpus tidak

c. Trabekula tulang dan jaringan lunak tampak

d. Wrist joint dan elbow joint dalam posisi “true AP”


25

Gambar 2.9 Proyeksi AP(Bontrager, 2005)

Gambar 2.10 Hasil radiograf (Bontrager, 2005)

2.4.3.2 Lateral

1. Posisi Pasien

Pasien duduk di kursi samping meja atau berada di samping

meja pemeriksaan, dengan siku dilipat atau difleksikan 90

°.

2. Posisi Objek (Bontrager, 2005)

a. Pakaikan pasien apron untuk proteksi radiasi.

b. Turunkan bahu untuk menempatkan seluruh

antebrachii pada bidang horizontal yang sama.


26

c. Luruskan dan pusatkan antebrachii ke sumbu panjang

kaset pastikan kedua sendi pergelangan tangan atau

wrist joint danelbow disertakan pada kaset.

d. Putar tangan dan pergelangan tangan ke posisi lateral

yang benar, untuk mencegah gerakan, pastikan radius

distal dan ulna ditumpangkan secara langsung

e. Untuk antebrachii, tempatkan dukungan di bawah

tangan dan pergelangan tangan sesuai kebutuhan untuk

menempatkan radius dan ulna sejajar dengan kaset.

3. Posisi Sinar (Bontrager, 2005)

a. CR : Tegak lurus bidang film

c. CP : Pertengahan tulang antebrachii, dengan batas atas

elbow joint dan batas bawah wrist joint

d. FFD : 100 cm

e. kV : 50

f.mAs : 4

4. Kriteria Gambar : (Bontrager, 2005)

1. Tampak gambaran lateral antebrachii

2. Tampak radius dan ulna saling superposisi

3. Tampak ulna distal overlap dengan setengah bagaian

radius posterior

4. Tampak serabut-serabut jaringan lunak


27

Gambar 2.11 Proyeksi Lateral(Bontrager, 2005)

Gambar 2.12Hasil radiograf (Bontrager, 2005)

2.5 Proteksi Radiasi

Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi

pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (BAPETEN, 2011).

Untuk mencapai tujuan proteksi dan keselamatan dalam pemanfaatan

diperlukan prinsip utama proteksi radiasi. Kerangka konseptual dalam

prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas pembenaran justifikasi, pembatasan

dosis, dan optimasi proteksi (Hiswara, 2015) adalah sebagai berikut:

1. Justifikasi

Suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika menghasilkan

keuntungan bagi satu atau banyak individu dan bagi masyarakat terpajan

untuk mengimbangi kerusakan radiasi yang ditimbulkannya.

Kemungkinan dan besar pajanan yang diperkirakan timbul dari suatu


28

pemanfaatan harus diperhitungkan dalam proses pembenaran. (Hiswara,

2015)

Pajanan medik, sementara itu, harus mendapat pembenaran dengan

menimbang keuntungan diagnostik dan terapi yang diharapkan terhadap

kerusakan radiasi yang mungkin ditimbulkan. Keuntungan dan resiko

dari teknik lain yang melibatkan pajanan medik juga perlu

diperhitungkan. (Hiswara, 2015)

Sebagaimana tertulis dalam pasal 25 paragraf 1, tentang azas

justifikasi adalah, justifikasi penggunaan pesawat sirar-X sebagaimana

dimaksud dalam pasal 24 ayat 1 huruf a, harus didasarkan pada

pertimbangan bahwa manfaat yang diperoleh jauh 12 lebih besar

daripada risiko bahaya radiasi yang ditimbulkan. (BAPETEN, 2011)

2. Limitasi

Sebagaimana tertulis dalam BAPETEN (2011) pasal 30 paragraf 2,

tentang azas limitasi dosis adalah sebagai berikut:

- Limitasi dosis sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat 1 harus

mengacu pada nilai batas dosis.

- Nilai batas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak boleh

dilampaui dalam kondisi oprasi normal.

- Nilai batas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku untuk:

a. Pekerja radiasi

b. Anggota masyarakat

D. Nilai batas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk

Pasien dan Pendamping pasien.


29

Nilai batas dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan dapat

diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka

waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti

akibat pemanfaatan tenaga nuklir. (Hiswara, 2015)

3. Optimasi

Dalam kegiatan dengan pajaan dari suatu sumber tertentu 2dalam

pemanfaatan, proteksi dan keselamatan harus dioptimisasikan agar besar

dosis individu, jumlah orang terpajan, dan kemungkinan terjadinya

pajanan ditekan serendah mungkin (ALARA, as low as reasonably

achievable), dengan memperhitungkan faktor ekonomi, sosial, dan

dengan pembatasan bahwa dosis yang diterima sumber memenuhi

penghambat dosis. (Hiswara, 2015).

Sebagaimana tertulis dalam BAPETEN (2011) pasal 36 paragraf 3,

tentang penerapan optimasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah

sebagai berikut :

1. Penerapan optimasi proteksi dan keselamatan radiasi harusdiupayakan

agar pekerja radiasi di instalasi radiologi dan anggota masyarakat di

sekitar instalasi radiologi menerima paparan radiasi serendah mungkin

yang dapat dicapai.

2. Penerapan optimasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan

agar pasien menerima dosis radiasi serendah mungkin sesuai dengan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan diagnostik.


30

3. Penerapan optimasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2

dilaksanakan melalui prinsip optimasi proteksi dan keselamatan

radiasi yang meliputi :

a. Pembatasan dosis untuk pekerja radiasi dan anggota masyarakat.

b. Tingkat paduan paparan medik untuk pasien.

Oleh sebab itu sebagai petugas radiasi (radiografer) harus mengerti

tugas dan tanggung jawab pada pekerjaan. Radiografer adalah tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi dengan memberikan tugas,

wewenang, dan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan

kegiatan radiologi diagnostik dan intervensional (BAPETEN, 2011).

tugas dan tanggung jawab sebagai seorang radiografer adalah sebagai

berikut :

a. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan

masyarakat dan disekitar ruang pesawat sinar-X.

b. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan

paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.

c. Melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap.

d. Semua tugas dan tanggung jawab tersebut harus diterapkan dalam

pekerjaan sebagai seorang radiografer, guna meminimalisir efek

radiasi.

2.6 Nilai Batas Dosis (NBD)

Dosis radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi

atau jumlah energi yang diserap atau akan diterima oleh materi yang

dilaluinya. Dosis ekuivalen adalah besaran dosis yang khusus digunakan


31

dalam proteksi radiasi untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada

jaringan tubuh akibat terserapnya sejumlah energi radiasi dengan

memperhatikan faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan dosis efektif

adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang

nilainya adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi

yang nilainya adalah jumlah perkalian dosis ekuivalen yang diterima

jaringan dengan faktor skor jaringan.

Menurut BAPETEN Nilai Batas Dosis (NBD) adalah dosis terbesar

yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan

anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek

genetikdan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. NBD

tidak tergantung pada laju dosis baik untuk radiasi eksternal maupun

internal. Dalam hal ini tidak termasuk penyinaran medis dan alam. Pekerja

radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan pekerja wanita dalam

masa menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dengan resiko

kontimasi tinggi.

Berikut ini adalah NBA yang ditetapkan sesuai SK Kepala BAPETEN

No. 1/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi :

a. Proteksi radiasi pada pasien ada beberapa tahapan diantaranya :

1. Memilih modalitas sinar-x sesuai dengan penggunaannya

2. Modalitas sinar-x harus mempunyai izin dari BAPETEN

3. Menyediakan semua prosedur operasional untuk penyinaran dengan

sinar-x, termasuk prosedur skrining pasien


32

4. Memiliki dan menjalankan program kalibrasi atau pengujian rutin untuk

modalitas sinar-x termasuk indikator dosis dan atau keluaran radiasi.

b. Pekerja radiasi

NBA yang tidak boleh dilampaui setiap pekerja radiasi akibat penyinaran

kerja adalah :

1. Dosis penyinaran seeluruh tubuh adalah 50 mSv/tahun

2. Dosis penyinaran lokal adalah 500 mSv/tahun. Khusus untuk lensa

mata adalah 150 mSv/tahun dan 500 mSv/tahun untuk kulit, tangan,

lengan, serta kaki.

c. Keadaan khusus

Pembatasan dosis untuk penyinaran khusus direncanakan hanya boleh

dilakukan bagi pekerja radiasi kategori A dan sudah mendapat izin dari

pengusaha Instalasi Nuklir setempat dengan mempertimbangkan bahwa

sudah tidak ada cara lagi, usia dan kesehatan. Penyinaran khusus

tersebut tidak boleh diberikan kepada pekerja, apabila :

1. Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar

daripada NBD seluruh tubuh

2. Pernah menerima penyinaran akibat keadaan darurat atau kecelakaan

sehingga jumlah dosis melebihi 5 kali NBD untuk seluruh tubuh lokal

d. Masyarakat umum

NBD yang tidak boleh dilampaui masyarakat umum adalah

1. Dosis penyinaran seluruh tubuh adalah 1/10 dari NBD pekerja radiasi

yaitu sebesar 5 mSv/tahun

2. Dosis penyinaran lokal adalah 5 mSv/tahun.


33

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Metode Penelitian Kesimpulan

Sauda Teknik Deskriptif dengan Hasil analisa yang dilakukan

Karepesina, pemeriksaan pendekatan studi menunjukan bahwa pada

2020 antebrachii kasus. Peneliti teknik pemeriksaan

dengan klinis melakukan antebrachii dengan klinis

fraktur pada pengamatan fraktur os radius of ulna

distal radius langsung, dalam menampakan central

of ulna. wawancara dan point harus di pertengahan

menganalisis hasil antebrachii agar luas

pengamatan. kolimator sesuai dan terletak

di tengah-tengah kaset.

Perbedaan pada penelitian ini dengan sebelumnya adalah teknik

pemeriksaan antebrachii yang pengambilan sampel dilakukan pada anak-

anak sedangkan penelitian terdahulu mengunakan teknik random sampling

dalam pengambilan data.


34

2.8 Kerangka Konsep

Antebrachii adalah dua tulang


panjang yaitu radius dan ulna, Fraktur merupakan tekanan
namun kita harus memperhatikan berlebihan atau trauma langsung
syarat pada setiap pemeriksaan pada tulang yang menyebabkan
tulang panjang, selain objek inti suatu retakan sehingga
yang kita foto, kedua persendian mengakibatkan kerusakan pada
tulang harus tampak. otot dan jaringan.

Teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii


pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius
dextra pada anak-anak.

Anterior Posterior Lateral

Hasil radiograf

Untuk mengetahui hasil dari Teknik pemeriksaan


radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3
tulang distal radius dextra pada anak-anak.
35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti adalah jenis

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu sistem

pemikiran, suatu kondisi, maupun peristiwa pada saat ini. Penelitan

deskriptif bertujuan guna untuk membuat gambaran, deskripsi, atau lukisan

secara sistematis, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara

fenomena yang sedang diselidiki (Hidayat, 2010).

Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung dan

pendokumentasian tentang Teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada

kasus fraktur di 1/3 tulang radius dextra pada anak-anak di Instalasi

Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto. Yang meliputi

peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan, persiapan

pasien sebelum dilakukan pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan yang

akan dilakukan kepada pasien.

34
35

3.2 Kerangka Operasional

Populasi yaitu seluruh pasien anak-anak dengan permintaan foto Antebrachii pada
kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto.

Teknik pengambilan sampel/ Sampling Non


probability sampling adalah metode
pengambilan sampel secara tidak acak dengan
kriteria subjektif tertentu (Sugiono, 2001).

Sampel yaitu pasien anak-anak yang memenuhi kriteria dengan permintaan foto
Antebrachii pada kasus fraktur diInstalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar
Kabupaten Mojokerto.

Teknik pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur.

Persiapan alat dan bahan

Persiapan pasien

Pelaksanaan pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur.

Anteriorposterior

Lateral

Hasil radiograf
TEKNIK
Observasi dan dokumentasi

Analisis dan pembahasan

Kesimpulan
36

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian dan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini adalah Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar

Kabupaten Mojokerto.Waktu penelitian dan pengumpulan data

dilakukan hingga didapatkan hasil penelitian dan kesimpulan yang

dimulai pada bulan November 2019 sampai dengan Juli 2021.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah semua pasien anak-anak yang datang ke

Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto

dengan permintaan foto Antebrachii dengan kasus fraktur.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi dan harus bersifat representative (Mewakili)

(Sugiono, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel

sebanyak 1 sampel yaitu pasien anak-anak yang datang ke Instalasi

Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto dengan

permintaan foto Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal

radius dextra.
37

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental

sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, sehingga peneliti bisa mengambil sampel

pada siapa saja yang ditemui tanpa perencanaan sebelumnya

(Sugiyono, 2009). Teknik ini termasuk dalam teknik pengambilan

nonprobability sampling dalam penelitian kuantitatif, alasan yang

mendasari peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan metode accidental sampling adalah kasus yang diteliti

ditemukan tanpa perencanaan sebelumnya.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2009).

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

variabel tunggal yaitu sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau

kondisi didalamnya yang berfungsi mendominasi dalam kondisi atau

masalah tanpa dihubungkan dengan lainnya (Hadari Nawawi, 1996).

Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan

Antebrachii dengan kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada

anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto. Tujuan dari penggunaan variabel tunggal adalah untuk

memudahkan peneliti dalam merumuskan objek atau inti penelitian yang

hanya terdiri dari satu objek.


38

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.6 Definisi Oprasional

Variabel Variabel tunggal :

Teknik pemeriksaan Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3

tulang distal radius dextra pada anak-anak.

Definisi Radiografi Antebrachii adalah suatu teknik pemeriksaan untuk

mendapatkan gambaran radiograf Tulang Antebrachii

(Bontrager, 2001). Dengan menggunakan dua teknik

pemeriksaan yaitu Anterior Posterior dan Lateral.

Cara ukur Observasi, dan dokumentasi.

Hasil ukur Hasil observasi, dan hasil dokumentasi.

Skala ukur Dalam penelitian ini menggunakan skala ukur nominal.

Parameter Dikatakan baik jika sesuai dengan (SOP).

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian “Teknik pemeriksaan

radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra

pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto.” bersifat kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan

dokumentasi. Menurut Sugiono (2011) kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-


39

anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil

penelitian kualitatif.

Peneliti akan menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Observasi, merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian. Dalam metode

observasi ini peneliti mengamati secara langsung jalannya pemeriksaan

radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius

dextra pada anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar

Kabupaten Mojokerto.

2. Dokumentasi, Peneliti akan mengumpulkan data yang mendukung pada

penelitian ini. Data tersebut meliputi surat permintaan foto, hasil

radiograf, dan hasil bacaan yang berkaitan dengan pemeriksaan

Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada

anak-anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto.

3.8 Standar Operasional Prosedur (SPO)


Standar operasional prosedur yang selalu up to date akan menciptakan
keteraturan pelaksanaan kegiatan dimanapun kegiatan tersebut dilakukan.
Pola yang teratur ini selain akan menaikan kualitas hasil kegiatan pelayanan
juga akan meninggalkan moral petugas untuk melaksanakan setiap kegiatan
secara bersungguh-sungguh. Dengan demikian standar operasional prosedur
merupakan suatu keharusan yang perlu dimiliki oleh setiap instansi
pengelolaan rasiasi, karena tidak saja akan meningkatkan kualitas
pengelolaan radiasi tetapi juga akan meningkatkan manfaat radiasi itu sendiri
guna kebutuhan kesehatan masyarakat juga akan meningkatkan derajat
kesehatan dan keselamatan pekerja yang mengelola radiasi serta lingkungan
40

dimana sumber radiasi itu dimanfaatkan. Penggelolaan radiasi yang


diselenggarakan untuk pelayanan kesehatan, sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku harus tersedia berbagai standar
operasional prosedur mulai dari awal pengelolaan radiasi sampai akhir
pengelolaan radiasi, termasuk standar prosedur operasional pengelolaan zat
atau sumber radiasi yang sudah tidak digunakan lagi (Cahyo, 2020).

PROSEDUR FOTO RONTGEN ANTEBRACHII


RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN
MOJOKERTO

Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X pada organ /


Pengertian bagian antebrachii atau Tulang lengan bawah. Sehingga
menghasilkan gambaran radiograf.
1. Mengetahui anatomi tulang antebrachii
2. Mengetahui apakah ada fraktur/patah tulang pada
Tujuan antebrachii / lengan bawah.
3. Untuk tindakan terapi selanjutnya sebelum
perawatan.
1. Mohon dilakukan tindakan kegawat daruratan
terlebih dahulu sebelum dilakukan foto rontgen oleh
petugas.
Kebijakan
2. Jika memungkinkan pasien di pasang
sepalek/penyangga sehingga memudahkan dalam
mengatur posisi objek.
Petugas Radiografer
Peralatan dan 1. Alat Rontgen
prosedur 2. Film
pelaksanaan 3. Kaset
4. Marker
5. Printer
6. Komputer radiologi
41

PROSEDUR PELAKSANAAN
Pasien duduk menyaping disisi meja pemeriksaan, kaset
diletakan diatas meja pemeriksaan dan tangan yang akan
dilakukan pemotretan diletakan diatas kaset posisi film
bisa dilakukan 2 kali ekspose dalam satu film. (dibagi 2
sebelah kanan dan sebelah kiri)
posisi Anterior Posterior (AP)
a. Posisi Objek : Lengan bawah diletakan terlentang
memanjang true lateral di atas kaset.
b. FFD : 90cm, CR : Vertikal, CP : Pertengahan
antebrachii pada aspek ventral
c. Kreteria gambar : Tampak gambaran AP Tulang
antebrachii, Os ulna dan Os radius terpisah satu sama
lain.
Pos Posisi Lateral (LAT)
a. Posisi Objek : Sendi siku fleksi 90 0 lengan bawah di
letakan miring di atas kaset dengan tepi digit V menempel
pada permukaan kaset, sendi bahu direndahkan mendekati
meja pemeriksaan, sehingga sendi siku dapat diposisikan
miring (true lateral), sendi pergelangan tangan
diposisikan true lateral, dan gambar kedua sendi
diusahakan masuk ke dalam film.
b. FFD : 90cm, CR : Vertikal, CP : Pertengahan
antebrachii pada aspek radialis.
c. Kreteria gambar : Tampak gambar aspek lateral ossa
antebrachii. Os ulna dan os radius superposisi satu sama
lain terutama bagian distal dan proximal. Sendi siku pada
batas proximal dan pertengahan tangan pada batas distal,
keduanya dalam gambaran aspek lateral.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Selama melakukan tindakan atau pemotretan
tergantung keadaan umum pasien, jika posisi objek
42

tidak dapat dilakukan lateral maka posisi film dan alat


di buat posisi sinar horisontal.
2. Jika keadaan antebrachii mengeluarkan banyak darah
mohon dihentikan dahulu pendarahannya karena jika
masuk ke dalam kaset/film akan menganggu gambaran
film rontgen
3. Perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan
guna menghindari pengulangan foto rontgen.

3.9 Analisis Data

Adapun analisis data pada penelitian “Teknik pemeriksaan radiografi

Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-

anak di Instalasi Radiologi RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten

Mojokerto” bersifat kualitatif. Analisis data kualitatif adalah proses secara

sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari

wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka) untuk

menghasilkan suatu laporan temuan penelitian (Mc.Milla&Schumacher,

2001).

Analisa dimulai pada saat praktik kerja lapang pertama pada bulan

november 2019 sampai dengan bulan Juli 2021 di Instalasi Radiologi RSUD

Prof. dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto, mulai dari mengamati bagaimana

awal persiapan pasien, persiapan alat dan bahan hingga pada proses

pelaksanaan pemeriksaan radiografi Antebrachii pada kasus fraktur di 1/3

tulang distal radius dextra. Data dari pengamatan observasi tersebut

dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian dilakukan dokumentasi terhadap

data-data yang tersedia. Setelah rangkaian pengambilan data tersebut


43

selanjutnya peneliti mengkaji data-data yang diperoleh lalu

memprosentasekannya dalam bentuk rangkuman ringkasan untuk

membahas permasalahan yang ada sehingga dapat diambil kesimpulan dan

saran terhadap penelitian yang peneliti teliti.

3.10 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memperhatikan etika yang

harus dipatuhi dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa penelitian

kesehatan akan berhubungan langsung dengan manusia. Peneliti

menjelaskan dan mendeskripsikan tahapan yang dilakukan dalam menjamin

hak responden, di bidang kesehatan etika penelitian meliputi:

a. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human

Dignity).

Peneliti secara mendalam menghormati hak responden terhadap

kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian. Subjek penelitian

yang rentan terhadap bahaya penelitian memerlukan pelindungan. Oleh

karena itu, peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian

untuk mendapatkan informasi melalui tujuan peneliti melakukan

penelitian. Peneliti juga memberi kebebasan kepada subyek untuk

secara sukarela memeberikan informasi, untuk itu perlu disiapkan

informed consent.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Hal ini merupakan tindakan dalam sebuah penelitian dengan tidak

mencantumkan nama reponden pada lembar kuesioner, proses analisis

data, serta hanya mencantumkan tanda tangan tanpa nama terang pada
44

lembar persetujuan sebagai responden. Hal tersebut dilakukan dengan

cukup hanya memberikan inisial atau kode yang dimengerti oleh

peneliti, tujuannya adalah responden terjaga kerahasiaannya dan merasa

nyaman dikarenakan identitasnya tidak deketahui sehingga

mempermudah dalam penelitian. Responden diberikan angka atau kode

dalam pengisian instrument.

c. Kemanfaatan (Benefience and nomaleficience)

Prinsip dari kemanfaatan mengutamakan pemberian manfaat bagi

responden, serta menjauhkan responden dari hal-hal yang merugikan.

Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang

merugikan. Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko

yang mungkin terjadi pada responden. Peneliti berupaya semaksimal

mungkin agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat

lebih besar daripada resiko yang akan terjadi. Peneliti berusaha

meminimalisir dampak yang merugikan bagi subyek. Penggunakan asas

kemanfaatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara menjelaskan

dengan detail, tujuan, manfaat, kemungkinan resiko atau

ketidaknyamanan dan teknik penelitian kepada responden sebelu,

penelitian dilaksanakan. Peneliti juga akan memberikan motivasi dan

dukungan terhadap responden untuk dapat menjalani kondisi yang

dialami dengan baik, sebagai suatu bentuk manfaat langsung yang

diberikan kepada responden.

d. Kerahasiaan (Confidenciality)
45

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi, sehingga peneliti

tidak boleh menampikan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan

identitas subyek kepada orang lain. Peneliti akan menyimpan data hasil

penelitian, bila data diperlukan maka data tersebut akan digunakan

sebagaimana mestinya.

e. Kejujuran (Veracity)

Dalam hal ini peneliti memberikan pemahaman kepada responden

terhadap semua tahap penelitian yang dilakukan terlebih dahulu dengan

menjelaskan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti

berusaha dengan teguh memegang prinsip kejujuran dengan

menjelaskan prosedur penelitian yang dilakukan.

f. Keadilan (Justice)

Penelitian dilakukan secara cermat, tepat, hati-hati dan professional

terhadap semua responden secara adil. Penggunaan prinsip keadilan

pada penelitian ini, yaitu peneliti menjamin bahwa semua subyek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan jenis kelamin, usia, pendidikan, modalitas penanganan,

letak kanker dan stadium penyakit pada saat pemberian kuesioner.

Selain itu terdapat keseimbangan manfaat dan resiko yang dihadapi

mencakup fisik, mental, dan sosial akibat proses penelitian.

g. Informed Consent

Informe consent merupakan pernyataan kesediaan dari subyek

penelitian untuk diambil datanya dan secara sukarela ikut serta dalam
46

penelitian. Responden dalam penelitia ini akan memperoleh lembar

inform consent setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan

terbuka mengenai manfaat penelitian, kemungkinan resiko atau

ketidaknyamanan, prosedur penelitian, pengunduran diri dari subyek

penelitian, jaminan anonimitas dan kerahasiaan identitas dan informasi.


BAB IV

DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan mengenai teknik pemeriksaan antebrachii


pada kasus fraktur di 1/3 tulang distal radius dextra pada anak-anak di
instalasi radiologi RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto, maka
diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.1.1 Data Umum

4.1.1.1 Gambaran Umum


Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak
satu pasien anak-anak yang datang ke instalasi radiologi RSUD
Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto dengan membawa
surat permintaan pemeriksaan radiologi antebrachii. Rumah
Sakit Umum Daerah Prof Dr Soekandar terletak di wilayah
Mojokerto, Jawa Timur. RSUD Prof Dr Soekandar memiliki
Visi mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau, dengan Misi meningkatkan pelayanan yang bermutu,
memperluas jangkauan rumah sakit, mengelola rumah sakit
secara efisien dan efektif. RSUD Prof Dr Soekandar memiliki
berbagai fasilitas seperti unit pelayanan radiologi yang
didalamnya terdapat berbagai fasilitas seperti pemeriksaan
Radiologi Konvensional, Ct-Scan, Dental Panoramik, dan
pemeriksaan Ultrasonografi.
4.1.1.2 Gambaran Umum Responden
Responden yang dipilih untuk mengevaluasi radiograf dari
sampel penelitian yaitu responden yang memiliki jenjang
pendidikan D3 Radiodiagnostik dan dikodekan seperti tabel 4.1.

No Responden Kode

1. Radiografer R1

47
48

4.1.2 Data Khusus


Hasil ukur dari penelitian ini adalah teknik pemeriksaan
antebrachii pada kasus fraktur pada 1/3 tulang distal radius dextra serta
kualitas hasil radiograf tulang antebrachii yang ditandai dengan
densitas kontras detail.
4.1.2.1 Alur Pendaftaran
b. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan antebrachii pada kasus fraktur pada
distal radius dextra
c. Kemudian pasien mendaftarkan di loket, lalu pasien
diberikan nomor antrian pemeriksaan
d. Selanjutnya pasien menunggu giliran untuk dipanggil sesuai
nomor antrian
e. Saat sudah dipanggil giliran pasien untuk melakukan
pemeriksaan, pasien serta pendamping pasien yaitu
keluarganya diberi petunjuk bagaimana alur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
4.1.2.2 Persiapan Alat Dan Bahan
a. Pesawat Radiologi
Sebagai sumber radiasi dari sinar-X yang digunakan
untuk melakukan pemeriksaan, pesawat yang digunakan
mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Toshiba Corporation
Model : BLD-150RK
kV : 100 kV
Nomor Seri : 60383R6
49

Gambar 4.1 Pesawat sinar-X


b. Kaset
Kaset merupakan alat yang didalamnya terdapat image
plate atau penangkap gambar yang merupakan lembaran
yang dapat menangkap dan menyimpan sinar-X. Image
plate digunakan dengan cara dibaca oleh sinar laser yang
dapat dihapus dan digunakan lagi, yang terdiri dengan
berbagai ukuran. Dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Philips Wdr
Ukuran : 24 X 30 cm

Gambar 4.2 Kaset


c. Komputer Radiologi
Berfungsi sebagai tempat scan image plateuntuk
ditampilkan di PC agar bisa diolah sebelum proses
pencetakkan.
Merk : Toshiba
Sistem Operasi : Vitrea
Image Rekontruksi : 512 x 512 pixel
50

Gambar 4.3 Komputer Radiologi


d. Printer
Berfungsi sebagai alat pencetak hasil radiograf. Deng
spesifikasi sebagai berikut :

Merk : Hildland Equipments


Tipe : FCR Capsula XL 2
Ukuran Film : 14 x 17 inch (35x 43 cm)

Gambar 4.4 Printer

4.1.2.3 Persiapan Pasien


Persiapan pasien pada pemeriksaan antebrachii tidak
memerlukaan persiapan khusus, hanya saja pasien diintrusikan
51

melepaskan benda yang dapat menggangu gambaran radiograf.


Selain itu juga sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus
memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien dan karena
pasien pada kasus ini termasuk dalam umur anak-anak maka
petugas juga memberitahu kepada pendamping pasien agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam pelaksanaan pemeriksaan ini.

4.1.2.4 Pelaksanaan Pemeriksaan


Setelah melakukan registrasi administrasi radiologi, pasien
dipanggil sesuai urutan oleh petugas untuk dimintai surat
permintaan foto. Setelah dilakukan identifikasi, pasien
dipersilahkaan masuk ke ruang pemeriksaan.
Peneliti menjumpai pemeriksaan antebrachii denga klinis
fraktur pada distal radius dextra yang dikirim dari Instalasi
Gawat Darurat dengan dua posisi pemeriksaan yaitu
anteriorposterior dan lateral. Sebelum dilakukan pemeriksaan
perlu berkomunikasi dengan baik antara pasien, karena pasien
pada kasus ini termasuk dalam umur anak-anak maka petugas
juga memberitahu kepada pendamping pasien tentang bagaimana
alur pemeriksaan yang akan dilakukan sehingga dapat
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa berakibat
pada pengulangan foto.
1. Pemeriksaan Posisi Anteriorposterior (Ap)
a. Posisi Pasien
Pasien duduk menyamping di samping meja
pemeriksaan dengan sisi kanan dekat dengan meja
pemeriksaan, atur ketinggian posisi duduk pasien sehingga
lengan pasien dapat dengan mudah untuk diletakkan diatas
meja pemeriksaan dengan nyaman.
b. Posisi Objek
- Atur antebrachii pada posisi supine, ekstensikan siku
dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan
antebrachii dan pastikan kedua sisi masuk pada kaset.
52

- Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar


dengan antebrachiidan pastikan tidak ada rotasi.
- Berikan arahan pada pasien dan pendamping agar tetap
tenang dan rileks guna untuk meminimalisir terjadinya
pergerakanpadaa saat pemeriksaan dilakukan.
c. Arah Sinar
Arah sianr (central ray) yang digunakan yaitu tgak
lurus pada kaset.
d. Central Point
Central ray terletak pada pertengahan antebrachii.
e. Faktor Eksposi
Pada pemeriksaan ini menggunakan faktor eksposi
dengan kV 48, mAs 2, dan FFD 90 cm.
2. Pemeriksaan Posisi Lateral
a. Posisi Pasien
Pasien duduk menyamping di samping meja
pemeriksaan dengan sisi kanan dekat dengan meja
pemeriksaan, atur ketinggian posisi duduk pasien sehingga
lengan pasien dapat dengan mudah untuk diletakkan diatas
meja pemeriksaan dengan nyaman.
f. Posisi Objek
- Fleksikan lengan 90 derajat pada meja pemeriksaan dan
atur lengan bawah sehingga tepat berada tepat
dipertengahan kaset.
- Letakkan lengan secara tegak miring diatas kaset pada
sisi ulna. Ibu jari berada disisi atas dan menempel pada
telapak tangan, posisikan lengan dalam satu garis lurus.
- Berikan arahan pada pasien agar rileks untuk
menghindari pergerakan.
- Bagian bawah punggung tangan dapat diberi sofbag
untuk kenyamanan pasien.
g. Arah Sinar
53

Arah sinar (central ray) yang digunakan yaitu tegak


lurus pada kaset.
h. Central Point
Central ray terletak pada pertengahan antebrachii.
i. Faktor Eksposi
Pada pemeriksaan ini menggunakan faktor eksposi
dengan kV 48, mAs 2, dan FFD 90 cm.

4.1.2.5 Hasil Radiograf


Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 1
pasien yang datang ke instalasi radiologi RSUD Prof. Dr.
Soekandar Kabupaten Mojokerto, dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan antebrachii.
1. Data Dan Hasil Bacaan Radiograf :
a. Identitas Pasien
- Nama Pasien : An. F N
- No. RM : 359569
- Tanggal Lahir : 30 Desember 2011
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Jenis Pasien : BPJS Kesehatan
- Keterangan Laborat : Suspect Fraktur Antebrachii
- Permintaan Foto Ro” : Antebrachii AP/Lat
- Dokter Radiologi : dr. Nur Wahidah, Sp.Rad
- Tanggal Pemeriksaan : 09 Desember 2019

Gambar 4.5 permintaan foto Gambar 4.6 hasil bacaan radiograf


54

Gambar 4.7 hasil radiograf Ap

Gambar 4.8 hasil radiograf lat


4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Alat Dan Bahan
Persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan radiografi antebrachii
di instalasi radiologi RSUD prof. dr. Soekandar kabupaten mojokerto
meliputi pesawat radiologi, kaset, film, marker, apron, printer, dan
komputer radiologi sudah memenuhi kriteria Standar Prosedur
Operasional yang berlaku (Bontrager, 2014).
4.2.2 Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada pemeriksaan radiografi antebrachii yang
dilakukan pada anak-anak, langkah pertama yaitu cocokan data pasien
dengan pasien yang ada, berikan penjelasan tentang bagaimana alur
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien dan pendamping
pasien, beritahu pasien dan pendamping pasien untuk melepaskan beda
55

yang dapat menggangu gambaraan radiograf, lalu persilahkan pasien


untuk duduk menyamping di samping meja pemeriksaan. Persiapan
objek, atur antebrachii pada posisi supine, ekstensikan siku, dan
pusatkan pertengahan antebrachii ke pertengahan kaset. Pastikan kedua
persendiaan masuk kedalam kaset, sesuaikan antebrachii agar sejajar
dengen sumbu panjang kaset, pakaikan apron sebagai proteksi radiasi
(Bontrager, 2014).
4.2.3 Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan radiografi antebrachii yaitu pasien duduk
disamping meja pemeriksaan, untuk menampakkan radius of ulna
dextra, medial epicondyle, radial head, radial neck, radial tuberosity,
styloid process.Pada teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi
pasien duduk menyamping pada meja pemeriksaan dengan sisi yang
sakit (kanan) dekat dengan meja pemeriksaan, atur ketinggian posisi
duduk sehinggan lengan dapat diletakkan diatas meja pemeriksaan
dengan mudah dan nyaman. Pemeriksaan ini menggunakan posisi
central ray tegak lurus terhadap kaset, central point berada pada
pertengahan antebrachiii, menggunakan faktor eksposi dengan FFD 90
cm, kV 48, dan mAs 2. Pada pemeriksaan radiografi antebrachii ini
menggunakan dua posisi yaitu Anteriorposterior dan Lateral. pada
posisi Anteriorposterior, Antebrachii pada posisi supine lalu
ekstensikan siku dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan
antebrachii dan pastikan kedua sisi masuk pada kaset lalu sesuaikan
sumbu panjang pada kaset sejajar dengan antebrachii dan pastikan tidak
ada rotasi. Pada pemeriksaan antebrachii posisi Lateral letakkan
antebrachiisecara tegak miring diatas kaset pada sisi ulna, posisikan ibu
jari berada disisi atas dan menempel pada telapak tangan, posisikan
lengan dalam satu garis lurus(Bontreger, 2014).
4.2.4 Hasil Radiograf
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa pasien mengalami fraktur pada antebrachii di 1/3 tulang distal
radius dextra. Pemeriksan yang dilakukan pada anak-anak ini
56

dibutuhkan komunikasi terapeutik yang baik antara petugas dengan


pasien dan orangtua atau pendamping pasien yang berguna untuk
meredam kecemasan pada pasien serta meminimalisir proses terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh pasien anak-anak
agar tidak terjadi pengulangaan foto. Pada pemeriksaan yang dilakukan
terhadap anak-anak memang perlu perhatian khusus yang berguna
untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki pada saat proses
pemeriksaan dilakukan hal ini disebabkan karena anak-anak perlu dapat
penjelasan khusus agar mereka tidak merasa ketakutan pada
pemeriksaan yang akan mereka terima, peranan orangtua atau
pendamping sangat penting dalam kasus ini sebab adanya mereka dapat
membantu petugas dalam menjelaskan bagaimana prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada anak tersebut (Budiono,
2020).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1. Pemeriksaan radiografi antebrachii ini diperlukan persiapaan alat seperti
pesawat radiologi, kaset, marker, apron, printer, dan komputer radiologi.
2. Pemeriksaan radiografi antebrachii di instalasi radiologi RSUD prof. dr.
Soekandar Kabupaten Mojokerto menggunakan dua teknik yaitu
anteriorposterior (Ap) dan lateral.
3. Pada pemeriksaan ini petugas menggunakan faktor eksposi dengan FFD 90
cm, kV 48, mAs 2.
4. Pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk disamping meja pemeriksaan
dengan sisi yang sakit dekat dengan meja pemeriksaan, atur ketinggian
posisi duduk sehingga antebrachii dapat diletakkan diatas meja
pemeriksaan dengan mudah dan nyaman. Posisi central ray yaitu tegak
lurus terhadap kaset, dengan central point yaitu tepat pada pertengahan
antebrachii. Pada posisi Anteriorposterior, antebrachii pada posisi supine
ekstensikan siku dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan
antebrachii, pastikan kedua sisi masuk pada kaset lalu sesuaikan sumbu
panjang pada kaset sejajar dengan antebrachii dan pastikan tidak ada
rotasi. Pada pemeriksaan antebrachii posisi Lateral letakkan antebrachii
secara tegak miring diatas kaset pada sisi ulna, posisikan ibu jari berada
disisi atas dan menempel pada telapak tangan, posisikan lengan dalam satu
garis lurus (Bontreger, 2014).
5. Didapatkan hasil bahwa pasien mengalami fraktur pada antebrachii di 1/3
tulang distal radius dextra. Pemeriksan yang dilakukan pada anak-anak ini
dibutuhkan komunikasi yang baik antara petugas dengan pasien dan orang
tua atau pendamping pasien yang berguna untuk meminimalisir proses
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh pasien anak-
anak agar tidak terjadi pengulangaan foto.

57
58

7.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan bagi petugas yaitu perlu adanya
komunikasi terapeutik yang berguna untuk menurunkan tingkat kecemasan
pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan petugas merupakan
kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka
mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan akan
lebih cepat. Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama
dalam sistem pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan
dalam menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal dan mengurangi
insiden bagi pasien. Pentingnya alat pelindung diri yang harus diberikan pada
pasien anak serta pendamping pasien yang berguna untuk meminimalisir
penerimaan radiasi yang akan mereka dapatkan.
Bagi peneliti selanjutnya, bisa dilakukan penelitian terkait teknik
pemeriksaan antebrachii dengan klinis yang lain dan dengan jumlah sampel
yang lebih banyak.
59

DAFTAR PUSTAKA

BAPETEN. 2011. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat Praktek

Lainnya.

BATAN. 2016. Tinjauan Keamanan Dan Keselamatan Dalam Pemanfaatan

Peralatan Radiograf Terpadu. Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir. BATAN.

Bushong, S.C. 2001. Radiologic Science for technologists: Physics,Biologi, and

Protection Seventh Edition. St. Louis: The CV. Mosby Company.

Bontrager, 2018. “Text Book of Radiographic Positioning and Related

Anatomy”.Ninth Edition. Mosby Inc, St. Louis. Amerika.

Budiono, 2020. “Pemeriksaan Radiologi Pada Anak Usia Dini” Vol.1 hal.7

Malaka. 2017. Analisis Faktor Risiko Paparan Radiasi Sinar-X Vol. 4, No.1

Fadhila, S. N. 2011. Proteksi Radiasi di Instalasi Radiodiagnostik RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Surakrta. Universitas

Sebelas Maret.

Hidayatullah, R. 2017. Dampak Tingkat Radiasi Pada Tubuh Manusia. Jurnal

Mutiara Elektromedik. Vol. 1, No. 1

Indrati. 2017. Proteksi Radiasi Bidang Radiodiagnostik Dan Intervensional.

Magelang: Inti Medika Pustaka

Notoadmodjo, Dr.Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta :Kineka Cipta.

Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI.


LAMPIRAN
PENJELASAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Assalamualaikum Wr, Wb.


Sehubungan dengan penyususan proposal karya tulis ilmiah program studi D3
Radiodiagnostik Dan Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada, dengan ini saya :
Nama : Addinsa Hakikillah Saifullah
Nim : 1811411058
Akan melakukan Penelitian dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Antebrachii Pada Kasus Fraktur Di 1/3 Tulang Distal Radius Dextra Pada Anak-
Anak Di Instalasi Radiologi RSUD PROF. DR. Soekandar Kabupaten
Mojokerto”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam menyelesaikan
studi di STIKes Widya Cipta Husada.
Saya berharap ketersediaan anda sebagai responden dalam penelitian ini,
dimana akan dilakukan pemeriksaan dan pengisian lembar persetujuan. Dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi kita
semua. Peneliti menjamin penelitian ini tidak membawa resiko kepada anda,
hanya saja penelitian ini sedikit akan menggangu waktu anda dan atas kerugian
waktu tersebut maka peneliti mengucapkan permohonan maaf dan terimakasih
yang sebesar-besarnya.
Demikian penjelasan mengenai penelitian ini, peneliti sangat berharap
anda bersedia untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah peneliti
siapkan. Atas perhatian dan ketersediaannya, peneliti mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
61
62
63

LEMBAR OBSERVASI

Hasil Pengamatan

NO Aspek Yang Diamati

Ya Tidak

1. Pasien membawa surat permintaan foto √

2. Radiografer melakukan entri data pasien, meliputi : √

menulis data diri pasien, menulis nomor rekam medis,

dan jenis permintaan foto pasien.

3. Radiografer mempersiapkan alat dan bahan untuk √

pemeriksaan pasien

4. Radiografer menjelaskan alur dan tata cara pemeriksaan √

kepada pasien serta pendamping pasien

5. Radiografer melakukan pemeriksaan kepada pasien √

6. Radiografer mengatur posisi pasien √

7. Radiografer mengatur faktor eksposi √

8. Radiografer mengolah hasil pemeriksaan √

9. Radiografer mengevaluasi hasil pemeriksaan √

10. Radiografer memberikan hasil pemeriksaan kepada √

dokter spesialis radiologi


59

Anda mungkin juga menyukai