Disusun Oleh :
CI Institusi CI Lapangan
MENGETAHUI,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis masih di berikan pengetahuan dan
kesehatan untuk menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan
Radiografi Thorax dengan klinis Dyspnea di Rumah Sakit Umum Daerah
Jombang”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja
Lapang I, yang dilaksanakan dari tanggal 18 Desember 2023 sampai dengan 14
Januari 2024 di Instalasi Radiologi RSUD Jombang.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
A. Dr. dr. Ma’murotus Sa’diyah, M.Kes selaku Direktur RSUD
Jombang, yang telah bersedia memberi lahan PKL I.
B. Ibu Sri Sugiarti, M.Si selaku Kaprodi D3 Radiodiagnostik dan
Radoterapi ITKM Widya Cipta Husada.
C. Bapak Firman Hananto S.ST selaku CI lapangan di Instalasi Radiologi
RSUD Jombang.
D. Ibu Dr. Farida Wahyuni S.Si M.Si selaku CI Institusi D3
Radiodiagnostik dan Radioterapi ITKM Widya Cipta Husada.
E. Semua Radiografer dan segenap staf administrasi radiologi yang telah
membimbing kami.
F. Seluruh staff dan dosen ITKM Widya Cipta Husada.
G. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung dan selalu mendoakan
saya.
H. Teman-teman seperjuangan PKL di RSUD Jombang.
iii
guna memperbaiki Laporan Kasus berikutnya. Penulis juga berharap,
semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat baik bagi mahasiswa jurusan
D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi ITKM Widya Cipta Husada dan bagi
penulis sendiri khususnya.
penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
DASAR TEORI......................................................................................................4
PROFIL KASUS..................................................................................................18
PEMBAHASAN...................................................................................................25
PENUTUP.............................................................................................................27
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................27
5.2 Saran......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bony Thorax (lampignano & Hendrick 2018)....................................4
Gambar 2. 2 paru-paru dan Mediastinum................................................................7
Gambar 2. 3 Proyeksi AP Supine..........................................................................14
Gambar 2. 4 Hasil Radiograf Thorax.....................................................................15
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
DASAR TEORI
Keterangan :
1. Manubrium sterni
2. Clavicula
3. Skapula
4. Tulang rusuk
5. Vetebra torakalis
6. Prosessus xipoideus
7. Korpus sterni
a. Sternum
Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi
atas tiga bagian yaitu manubrium sterni adalah sepotong tulang berbentuk
segitiga terletak diatas badan sternum. Pada sisi atas dan samping
4
manubrium sterni membuat sendi dengan clavicula, melalui melalui
perantara takik klavikuler. Yang kedua, badan sternum merupakan tempat
persambungan iga ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh.Yang
terakhir prosesus ensiformis atau tulang xifoid bagian terendah dari
sternum(Pearce, 2019).
b. Costae
Terdapat dua belas pasang costae. Costae bersambung pada tulang
punggung di belakang, membuat sendi dengan perantaraan faset yang
terdapat pada sisi badan ruas tulang punggung dan processus transversus
yang sesuai dengan faset yang serupa pada setiap costae. Terdapat tujuh
pasang tulang costae sejati yang bersambung dengan sternum melalui
perantaraan tulang rawan costae, tiga pasang tulang costae tak sejati yang
berhubungan dengan tulang dada dan dengan perantara tulang rawan dan dua
costae melayang yang tidak berhubungan dengan tulang dada (Pearce, 2019).
c. Vertebrae Thoracalis
Vertebae Thoracalis atau ruas tulang punggung lebih besar daripada
yang sevikal, dan disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra
torakalis adalah sebagai berikut : Badannya berbentuk lebar lonjong (bentuk
jantung) dengan faset atau lekukan kecil disetiap sisi untuk menyambung
1ga; lengkungannya agak kecil, prosesus spinosus panjang dan mengarah ke
bawah, sedangkan prosesus transversus yang membantu mendukung iga
tebal dan kuat serta memuat faset persendian untuk costae (Pearce,2019).
d. Clavicula
Clavicula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang
membentuk bagian antero gelang bahu, ujung medial disebut ekstremitas
sternal dan membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral disebut dengan
ekstremitas akromial yang bersendi pada prosesus akromion skapula.
Berfungsi untuk memberikan kaitan untuk otot leher dengan bahu, sehingga
bekerja sebagai penopang lengan (Pearce, 2019).
e. Skapula
5
Skapula atau belikat merupakan bagian belakang dari gelang bahu
dan terletak dibagian postero thorax lebih dekat dengan permukaan 1ga.
Bentuknya segitiga pipih, dan memperlihatkan dua permukaan, tiga
sudut, dan tiga s1s1. Permukaan antero atau kostal disebut fossa
subscapularis dan terletak paling dekat dengan costae. Permukaan
postero atau dorsal terbagi oleh sebuah blebas yang disebut spina dari
skapula dan yang berjalan menyebrangi permukaan itu sampai ujungnya
dan berakhir menjadi prosesus akromion. Prosesus akromion itu menutupi
sendi bahu (Pearce, 2019).
2.1.2 Paru-paru
6
insisura ini membagi paru kiri atas dan dua lobus yaitu lobus superior
(bagian yang terletak di atas dan di depan insisura) dan lobus inferior
(bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura).
Keterangan :
1. Trakea
2. Kelenjar tiroide
3. Apek paru
4. Fisura
5. Dasar paru
6. Diafraghma
7. Sinus costophrenicus
8. Jantung
9. Kelenjar timus
10. Pembuluh darah besar
7
berasal dari tempat lain,biasanya hematogen. Tumor payudara,
saluran kemih, testis, saluran pencemaan, tiroid, dan tulang
sering menjadi sumber primer.
2.2.4 Pneumonia
8
dilatasi ireversibel dari bronkus. Faktor penyebab utama
kemungkinannya adalah obstruksi yang menyebabkan dilatasi
bronkial dibagian distal dan infeksi yang menyebabkan
kerusakaan permanen dinding bronkus.
9
2.2.12 Elevasi diafragma
10
rontgen paru tampak putih atau berawan.
2.2.17 Edema paru
2.3 Dyspnea
2.3.1 Definisi
Dyspnea, juga dikenal sebagai sesak napas, merujuk pada sensasi
sulit atau tidak nyaman dalam bernapas. Hal ini dapat disertai dengan
perasaan tidak mendapatkan cukup udara. Dyspnea dapat menjadi tanda
adanya penyakit pada paru-paru atau jantung. Sensasi ini bersifat
subjektif dan dilaporkan oleh penderita, dan dapat disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk gangguan pernapasan, penyakit jantung,
kelelahan, atau kondisi medis lainnya. Dyspnea dapat bersifat akut,
muncul tiba-tiba dan berlangsung singkat, atau bersifat kronis,
berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama. Penanganan dyspnea
melibatkan identifikasi dan pengobatan penyebabnya, serta dapat
memerlukan peran tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis seperti
internis, pulmonolog, dan perawat.
2.3.2 Etiologi
Dyspnea, atau sesak napas, merupakan sensasi sulit atau tidak
nyaman dalam bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi, termasuk gangguan pernapasan, penyakit jantung, kelelahan,
atau kondisi medis lainnya. Beberapa penyebab umum dyspnea
meliputi:
11
C. Kondisi medis lainnya seperti anemia, kelelahan, obesitas, atau
reaksi alergi.
2.3.3 Klasifikasi
Dyspnea, atau sesak napas, dapat diklasifikasi menjadi acute
(mendadat cepat dan berlangsung hampir waktu hari) dan chronic
(berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama). Beberapa penyebab
umum dyspnea meliputi:
a) Kehamilan
b) Henti jantung
c) Gangguan paru-paru
d) Obat yang menghalangi saluran napas
e) Reaksi alergi
f) Anemia
g) Kelemahan kelembapan, seperti defisitsi besi
h) Pengalaman asam seperti kelembapan karbon monoksida yang
berbahaya
i) Gagal napas
j) Hipotensi (tekanan darah yang rendah)
12
Pencegahan dan pengobatan dyspnea melibatkan beberapa langkah,
seperti:
13
Pasien supine atau tiduran di atas meja pemeriksaan,dada
menempel pada kaset
b. Posisi Objek
Inspirasi cukup untuk deteksi kelainan intrapulmoner. Rotasi
minimal dengan membentuk garis vertikal yang dapat dinilai
dengan melihat ujung medial.
14
4. Inspirasi cukup untuk deteksi kelainan intrapulmoner.
5. Rotasi minimal dengan membentuk garis vertikal yang
dapat dinilai dengan melihat ujung medial.
6. Eksposur yang cukup
7. Thoracal 1-4 tampak terlihat samar.
8. Tampak gambaran vaskularisasi paru.
9. Lapangan pulmo tertutup dari gambaran os. scapula
15
setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam dan
diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar
dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.
2. Asas Optimasi
Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low As
Reasonably Achievebel. Asas ini menghendaki agar paparan
radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin
dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan social. Dalam
kaitannya dengan penyusunan program proteksi radiasi asas
optimasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam
program telah dipertimbangkan secara seksama, termasuk
besarnya biaya yang dapat dijangkau.
3. Asas Limitasi atau pembataasan dosis perorangan
Asas ini mengkehendaki agar dosis dari radiai yang diterima
oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh
melebihi nilai yang telah ditetapkan oleh instalasi yang
berwenang.
16
3. Mengatur dosis radiasi sesuai konsisi objek yang akan diperiksa atau
meminimalisasikan dosis radiasi.
17
BAB III
PROFIL KASUS
Nama : Tn. MH
Umur : 58 tahun
Alamat : Jombang
No.RM : 214***
No.Reg RO :-
Ruang/Poli : IGD
18
3.2 Riwayat Pasien
Pada hari Jum’at 05 January 2024 Tn. Miftahul Huda (56 th) dari IGD
RSUD Jombang dirujuk ke Instalasi Radiologi dengan membawa surat
permintaan dari Dokter pemeriksa dengan klinis Dyspnea. Pada surat
permintaan pemeriksaan tertulis Thorax AP.
Merk : DR GEM
Type : GXR-C52SD
kV maksimum : 150 kV
19
20
(c) Central Ray (CR)
Vertikal tegak lurus terhadap kaset
(d) Central Point (CP)
MSL setinggi CV TH VI.
(e) Kaset
Ukuran 35 x 43 cm.Kaset ditaruh di bawah objek (Thorax).
(f) Faktor Eksposi
50 kV, 250 mA, 50 ms, 12,5 mAs.
(g) FFD
100 - 150 cm.
(h) Kolimasi
Luas lapangan penyinaran seluas lapangan objek dengan batas
atas apex paru dan batas bawah sinus costophrenicus` .
(i) Kriteria Radiograf
1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover dan terlihat
cukup untuk densitasnya.
2. Batas atas apex paru dan batas bawah sinus costophrenicus
tampak jelas.
3. Dinding lateral tidak terpotong.
4. Inspirasi cukup untuk deteksi kelainan intrapulmoner.
5. Rotasi minimal dengan membentuk garis vertikal yang dapat
dinilai dengan melihat ujung medial.
6. Eksposur yang cukup
7. Thoracal 1-4 tampak terlihat samar.
8. Tampak gambaran vaskularisasi paru.
21
9. Lapangan pulmo tertutup dari gambaran os. Scapula
22
B. Mesin Printer
Merk : Fuji Film DRY PIX Smart
C. Film
Merk : Fuji Film
Ukuran : Big 26x36 dan Small 20 x 25 cm
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
pemisah antar ruang pemeriksaan dilapisi dengan timbale(Pb), penggunaan
faktor eksposi yang optimum sehinggga pengulangan foto dapat dihindari,
penggunaan kolimasi yang tepat dan menutup pintu ruangan sewaktu
pemeriksaan berlangsung.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, Slone. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula/ahli Bahasa Edisi 3.
James Veldman. Editor Bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti - Jakarta:
EGC.
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Gramedia.
Pearce, C Evelyn. 2011. Ajar Setiatri (llmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2.
Jakarta: FKUI Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis Edisi 2. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
27
Dominik Berliner, Dr. med., Nils Schneider, Prof. Dr. med., Tobias Welte, Prof.
Dr. med., and Johann Bauersachs, Prof. Dr. med. The Differential
Diagnosis of Dyspnea.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5247680/) Dtsch Arztebl
Int. 2016 Dec; 113(49): 834–845. National library of medicine.
28