P1337430117014
SEMARANG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan II
Nim : P1337430117014
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Alloh SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan II dari tanggal 6 Mei 2019 sampai 1 Juni 2019 di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta serta penyusunan laporan kasus dari hasil
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”
Dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak
2. Kedua Orangtua, kakak dan adik yang selalu memberikan semangat dan doanya tanpa
henti.
3. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
4. Ibu Fatimah, S.ST., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Teknik Radioagnostik dan
Radioterapi.
5. Ibu Darmini, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Semarang.
6. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
7. dr. H. Muh. Komarudin, Sp.A selaku Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
ii
8. dr. H. Ahmad Faisol, Sp.Rad, M.Kes selaku kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit
9. Ibu Dhevi Astuti, AMR, selaku supervisor Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
10. Ibu Sri Martiah, Dipl.Amd selaku Clinical Instructure Praktek Kerja Lapangan II di
11. Seluruh radiografer dan staff Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah membimbing dan membina dalam penulisan selama PKL II.
13. Teman – teman Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
Semoga Allah Swt memberi Rahmat - Nya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan studi kasus ini, demi kesempurnaan laporan study kasus
ini. Akhir kata semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pada umumnya.
Penulis
Afifah Dwi Azharima
iii
DAFTAR ISI
D. Tujuan Penulisan.................................................................................................... 4
B. Pembahasan ........................................................................................................... 30
iv
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 32
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 32
B. Saran...................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang sinar x yang ditemukan
mendiagnosa kelainan pada tubuh manusia juga semakin maju, dan menjadi
salah satu cara menegakkan diagnosa suatu penyakit. Salah satu perkembangan
dunia radiologi adalah penggunaan media kontras yakni bahan yang dapat
manusia.
Traktus urinarius merupakan salah satu sistem tubuh yang memiliki organ-
lebih tepatnya pada uretra. Hematuria sendiri merupakan suatu kondisi adanya
darah di dalam urine. Urine akan berubah warna menjadi kemerahan atau
literatur yang dijadikan bahan ajar di kampus. Perbedaannya antara lain pada
1
dan oblique kiri, sedangkan pada literatur Bontrager proyeksi yang digunakan
oblique posisi pasiennya tetap supine diatas meja pemeriksaan, dan hanya
B. Rumusan Masalah
Yogyakarta?
saja?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis ini adalah :
2
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan uretrografi dengan
Muhammadiyah Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan Laporan Kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Muhammadiyah Yogyakarta.
saran-saran yang berguna bagi rumah sakit, dalam hal ini Instalasi
3. Bagi Institusi
3
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan pertimbangan
Hematuria.
4. Bagi Pembaca
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
urethrografi.
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
DASAR TEORI
Uretra merupakan salah satu organ yang termasuk dalam system urinaria
urinaria serta meluas sekitar 3,8 cm pada wanita dan 17,8 sampai 20cm pada
pria.
Uretra pada wanita melewati dinding tebal anterior vagina ke lubang uretra
Uretra pada pria memanjang dari vesika urinaria ke ujung penis dan
didalamnya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu prostatic uretra, membranosa
uretra, dan cavernosa/spongy uretra.
5
Gambar 2.2. Anatomi pada Pria (Bontrager, 2010)
membranosa uretra panjangnya sekitar 1,3 cm. Dan untuk cavernosa uretra
uretra eksternal.
Semua sistem urinaria ada di bawah peritoneum. Ginjal dan ureter adalah
Bontrager).
6
B. Patologi Hematuria
1. Definisi
di dalam urine. Penemuan klinis ini sering terjadi pada orang dewasa,
dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual
yaitu :
a. Hematuria Makroskopik
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada
awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra
b. Hematuria mikroskopik
tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
7
urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
3 sel darah merah pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen
2. Patofisiologi
urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada
keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada urin. Adanya
eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau perubahan
atau tidak.
merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik,
8
disertai hematuria juga merupakan variasi dari glomerulonephritis. Pada
penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri
3. Etiologi
a. Infeksi.
Tuberculosis.
b. Batu
c. Tumor
Prostaticcarcinoma
d. Inflamasi
e. Trauma
(kateterisasi).
9
f. Hematologi
2. Indikasi
a. Striktur
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis
korpus spongiosum.
b. Retensi urine
c. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital adalah suatu kelinan bawaan dari lahir dan ini
jarang terjadi.
d. Fistule
Fistule adalah suatu kelainan yang ditandai dengan terbentuk dua
e. Tumor
10
Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak
diri secara berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati masih terus
f. Hematuria
3. Kontra indikasi
a. Infeksi akut
4. Persiapan Pasien
inform consent
(Bontrager, 2010).
antara lain :
a. Pesawat sinar x
11
c. Media kontras urografin konsentrasi 300mg/mL dengan volume 10mL
e. Gliserin
f. Spuit 20 cc
g. Abocath
h. Kassa steril
j. Plester
k. Baju pasien
l. Handscoon
(Bontrager, 2001).
urethrografi
12
Menurut Bontrager 2010, teknik pemeriksaan urethrografi adalah sebagai
berikut :
1) Posisi Pasien
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan
2) Posisi Objek
pemeriksaan
13
c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset 5cm dibawah
sympisis pubis.
sebanyak 20 cc
14
Tujuan dari proyeksi AP adalah untuk melihat seluruh bagian uretra
1) Posisi Pasien
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan
2) Posisi Objek
pemeriksaan
d) Ukuran Kaset : 24 x 30 cm
4) Kriteria
15
Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan
1) Posisi Pasien
16
a) Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan dengan MSP
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan
2) Posisi Objek
d) Ukuran Kaset : 24 x 30 cm
4) Kriteria
17
Gambar 2.7. Hasil Radiograf Proyeksi RPO (Ballinger, 2010)
8. Proteksi Radiasi
a) Proteksi bagi pasien
1) Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan
dokter
2) Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
3) Waktu penyinaran sesingkat mungkin
bertugas
pemeriksaan
18
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Pasien
Nama : TN. DS
Umur : 47 Tahun
Alamat : Yogyakarta
2. Riwayat Penyakit
mengatakan baru saja tertimpa bata dari ketinggian tertentu disebuah proyek
berada di bangsal, pasien mengeluh sakit ketika hendak buang air kecil.
19
Pasien juga mendapati adanya darah dalam cairan urinnya. Setelah
3) Media kontras
20
Gambar 3.3. Media kontras merk Iohexol konsentrasi 300 mg/mL
4) NaCl
5) Gliserin
21
6) Spuit 20 cc
7) Abocath
8) Kassa steril
10) Plester
22
Gambar 3.8. Baju Pasien
12) Handscoon
b. Persiapan Pasien
23
3) Pasien kencing sebelum pemeriksaan, fungsinya agar kontras tidak
1) Posisi Pasien
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan.
2) Posisi Objek
pemeriksaan
c) Batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset sympisis pubis.
24
Gambar 3.10. Hasil Radiograf Foto Polos AP
Oblique.
25
1) Posisi Pasien
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan
2) Posisi Objek
1) Posisi Pasien
(Mid Sagital Plane) diatur tepat diatas pada garis tengah meja
pemeriksaan
2) Posisi Objek
dilateralkan kirikan
26
a) Arah sinar/central ray (CR) :Tegak lurus terhadap kaset
prostatica.
b. Kontras lancar
c. Dinding licin
membranosa
vesika urinaria.
27
Kesan :
B. Pembahasan
khusus, pasien hanya diminta untuk kencing terlebih dahulu agar media
tercampur dengan urine, karena jika hal itu terjadi akan membuat media
kontras yang tervisualisasi lebih radiolucent, dan hal ini akan mengurangi
nilai densitas dan menurunkan kontras yang dihasilkan dari media kontras.
polos dengan tujuan untuk melihat anatomi pasien serta menentukan faktor
Posterior (AP).
28
pemeriksaan urtethrografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit PKU
NaCl sebanyak 10 cc. Setelah media kontras masuk, pantau aliran media
anatomi urethra berkelok-kelok dan ini akan tampak overlapping satu sama
memberikan informasi yang dibutuhkan. Dan juga dari segi paparan yang
proyeksi saja.
29
Right Posterior Oblique maupun Left Posterior Oblique, yang bertujuan
agar urethtra tidak super posisi dengan soft tissue otot paha. Akan tetapi
posisi seperti ini tidak memberi rasa nyaman terhadap pasien, dan hal inilah
Tetapi pada saat posisi pasien supine gambaran urethra akan super
posisi dengan soft tissue otot paha, dan agar gambaran tetap dapat dievaluasi
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oblique kanan dan Oblique kiri. Karena hanya dengan 2 proyeksi saja sudah
superposisi dengan otot paha, kemudian juga posisi seperti ini lebih nyaman
31
B. Saran
apron.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
2010.
Radiologic Procedures.
34
LAMPIRAN
35