PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Radiasi partikel pada umumnya menyebabkan ionisasi jaringan biologi
secara langsung. Hal ini disebabkan energi kinetik partikel dapat langsung
merusak struktur atom jaringan biologi yang dilewatinya, dan mengakibatkan
kerusakan kimia dan biologi molekular. Lain halnya dengan radiasi partikel,
radiasi elektromagnetik mengionisasi secara tidak langsung dengan cara
membentuk elektron sekunder terlebih dahulu untuk mengakibatkan kerusakan
jaringan.
Radiasi pada jaringan biologik dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase fisika,
kimia dan biologi. Radiasi pengion foton yang mengenai jaringan biologi, pada
awalnya menyebabkan fase fisika dengan metode ionisasi dan eksitasi.
Selanjutnya, terjadi fase kimia dengan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk mengakibatkan kerusakan biologi dengan cara merusak
DNA.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Radiasi
Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan
lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan
sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional
terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan
sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel
terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus).
Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur
berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic
yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan
penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang
berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom
manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan
suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu
kode informasi tertentu dan spesifik.
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang
akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis
radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada
umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi
ketika melewati materi yang ditumbuknya. Ionisasi bisa terjadi pada saat
radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya. Radiasi yang dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Termasuk dalam
katagori radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma,
sinar-X dan neutron. Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat
menumbuk elektron orbit sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya
timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
2
Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion:
1. Efek Genetik
Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang
menerima radiasi, karena perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa
keturunan.
2. Efek Somatik
Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima
radiasi tersebut.
Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain:
1. Efek Stokastik
Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi
pengion. Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek
stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa
laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan
oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah
sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah
sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi
dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara
3
statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta
terkait dengan paparan individu.
4
1. Tahap Fisika
Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat setelah
terkena radiasi. Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi atom atau
molekul.
Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di dalam sel
dan menyebabkan ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan sebagai:
H2O —> H2O+ + e–
Dimana H2O+ adalah ion positif dan e– adalah ion negative
2. Tahap Kimia – Fisika
Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara
kimiawi. perubahan ini diakibatkan oleh antara lain:
a. Efek langsung
b. Efek tidak langsung
Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan molekul
air lainnya yang menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai contoh, ion
positif terdisosiasi:
H2O+ —> H+ + OH–
Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang selanjutnya
terdisosiasi
H2O+ + e– —> H2O
H2O– —> H + OH–
Sehingga produk dari reaksinya adalah H+, OH–, H dan OH. Dua ion
pertama, yang ada dalam sebagian besar air, tidak mengambil bagian dalam
reaksi berikutnya. Dua produk lainnya, H dan OH disebut radikal bebas, yaitu
mereka yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan dan secara kimia
sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen peroksida H2O2, yang
merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk dengan reaksi:
OH + OH —> H2O2
3. Tahap kimia
Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi dengan
molekul-molekul organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan oksidan
5
dapat menyerang molekul komplek yang membentuk koromosom. Misalnya,
sebagai contoh, radikal tersebut dapat mengikatkan dirinya ke molekul atau
menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.
4. Tahap Biologi
Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun
bergantung pada gejala khusus yang muncul. Perubahan kimia yang
didiskusikan diatas dapat mempengaruhi sel individu dalam berbagai cara,
misalnya:
1. Kematian sel lebih awal
2. terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel
3. perubahan tetap pada sel turunannya
Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi
fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila
penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang
mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak
langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam
sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting.
Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar
interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsunng.
6
Secara umum, sel dianggap mati oleh radiasi jika sel kehilangan
kemampuan reproduksinya, bukan karena apakah sel tetap hidup dalam
populasi. Kematian sel dapat berupa apoptosis, nekrosis, mitotic catastrophe,
atau senescence.
Efek radiasi pada tingkat sel ini, menjadi dasar dari pengobatan kanker pada
radioterapi, dengan tujuan akhir mengurangi jumlah sel kanker sampai sekecil
mungkin, dengan mempertahankan jumlah sel normal sebanyak mungkin. Hal
ini dapat dijelaskan dengan kurva survival sel dan probabilitas kontrol tumor.
Kerusakan DNA
7
atom sel, radiasi dapat menyebabkan kerusakan sel dan target
utamanya adalah kerusakan DNA. Meskipun relatif kecil,
kerusakan DNA tetap dapat menyebabkan kematian sel.
8
terjadilah kematian sel. Kerusakan DNA melalui mekanisme DSB
adalah yang paling penting, sebab terjadi pemisahan rantai DNA
sehingga sulit diperbaiki. Sel yang gagal diperbaiki tidak langsung
mengalami kematian, tetapi mengalami beberapa pembelahan sel
(mitosis) terlebih dahulu.
Jaringan adalah sekelompok sel dengan asal embriologi yang sama yang
membawa fungsi khusus tertentu. Sel dalam jaringan memiliki sistem
organisasi spesifik. Berdasarkan klasifikasi Michalowski6, dapat dibedakan
dua tipe jaringan, yakni:
9
Tiga kompartemen dari tipe jaringan ini adalah:
10
pada tipe jaringan ini adalah identik, memiliki fungsi spesifik dari jaringan
dan kemampuan untuk memperbarui diri. Sel hepar menjadi salah satu
contoh dari jaringan tipe fleksibel. Setiap sel di hepar berfungsi penuh,
kebanyakan berada pada fase G0 dan memiliki potensi proliferasi.
Berkurangnya jumlah sel oleh sebab apapun pada hepar, contohnya pada
parsial hepatektomi, merangsang sel lain yang tidak mati berproliferasi
lebih cepat (accelerated rate of proliferation).
11
fungsi, dalam kondisi berdiferensiasi penuh dan khusus. Contohnya
adalah neuron, sel otot dan sel darah merah.
Efek radiasi pada jaringan normal atau kerusakan jaringan normal yang
diinduksi radiasi, terbagi dalam dua fase yang terpisah oleh perbedaan populasi
sel target yang berbeda, yaitu fase akut dan fase lambat. Efek akut, timbul
karena kematian dalam skala cukup besar dari sel-sel berproliferasi yang
terorganisasi secara hirarki, dan efek lambat karena hilangnya jumlah sel yang
cukup banyak dari sel-sel parenkimal yang terorganisasi dalam tipe fleksibel.
Tipe kematian sel terpenting setelah radiasi adalah kematian sel mitosis
sebagai hasil dari kerusakan DNA, interval waktu antara radiasi dan timbulnya
manisfestasi kerusakan (interval latensi) akan sangat tergantung pada
karakteristik sel target dan tipe organisasi jaringan.
Pada jaringan dengan tipe organisasi hirarki, sel-sel yang berada dalam fase
proliferasi, dengan tingkat pergantian sel yang tinggi, akan mengekspresikan
kerusakan akibat radiasi lebih dini dengan kematian pada pembelahan sel
dalam hitungan hari. Sedangkan pada kelompok sel matur, yang tidak lagi
mengalami proliferasi dan menjalani siklus sel, secara relatif tidak terpengaruh
oleh radiasi karena mereka tidak dapat mati pada pembelahan sel. Sel
fungsional matur akan mati sesuai dengan umur biologisnya.
Radiasi pada tipe jaringan hirarki akan mengurangi jumlah sel punca dan
sel progenitor, tetapi tidak berefek langsung pada sel matur. Kerusakan
jaringan dan timbulnya gejala sebagai akibat dari kegagalan selsel yang
berproliferasi untuk dapat menggantikan sel matur yang kemudian mati pada
12
umur biologisnya. Radiasi pada tipe jaringan hirarki akan mengurangi jumlah
sel punca dan sel progenitor, tetapi tidak berefek langsung pada sel matur.
Derajat keparahan gejala yang timbul berkaitan dengan dosis absorbsi dan
jumlah sel punca yang mati, tetapi waktu terjadinya gejala berkolerasi dengan
usia hidup sel matur dengan periode laten yang pendek serta dapat diprediksi.
Tipe jaringan fleksibel, yang tersusun oleh sel matur fungsional dengan
kemampuan proliferasi, dengan tingkat pergantian sel relatif lambat. Ekspresi
dari kerusakan akibat radiasi dapat berupa kematian mitosis dan timbulnya
gejala tergantung dari besarnya dosis, dengan periode laten relatif panjang
yang bervariasi dari bulan sampai tahunan.
13
Terletak tepat dibawah epidermis adalah lapisan dermis bagian atas, yang
terutama tersusun oleh jaringan ikat dengan fibroblas, sel imunitas, dan
pembuluh darah kapiler yang tersebar didalamnya. Efek radiasi lambat
sebagian besar terjadi karena kerusakan pembuluh darah dan fibroblas pada
lapisan ini. Fibrosis subkutan diakibatkan oleh pembentukan berlebih
jaringan ikat fibrosa, yang biasanya disertai atrofi atau penipisan kulit.
Selanjutnya dapat timbul pelebaran kapiler, yang disebut telangiektasis,
salah satu faktor penyebab yang dipertimbangkan adalah oleh karena
kegagalan pertumbuhan pembuluh darah yang rusak. Nekrosis di presipitasi
oleh cedera pada kulit yang mengalami atrofi, dipikirkan karena terdapat
kegagalan respon vaskuler. Kemampuan penyembuhan luka pasca radiasi
kemudian menjadi salah satu pertimbangan klinis yang penting jika reseksi
bedah diperlukan terutama pada area radiasi.
b. Efek Radiasi pada Jaringan Tumor
Jaringan tumor, khususnya tumor padat, adalah sebuah struktur yang
terdiri dari sel neoplastik, sel stroma dan pembuluh darah. Seluruh
komponen tersebut terikat oleh jaringan ekstraseluler. Tumor tumbuh
karena proliferasi dari sel kanker dan bertambahnya massa stroma serta
pembentukan pembuluh darah baru (oleh angiogenesis). Telah diungkapkan
dari penelitian bahwa sekalipun ukuran tumor itu kecil, tidak semua sel pada
tumor dalam keadaan yang aktif berproliferasi.
14
Volume doubling time digunakan untuk menerangkan waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan ukuran tumor dua kali lipatnya. Jika setiap
sel pada tumor berada dalam siklus Efek Dasar Radiasi pada Jaringan
pembelahan sel dan tidak terjadi kematian sel, maka doubling time tumor
akan mewakili lama siklus sel, dengan rata-rata 2-3 hari. Tidak terdapat
perbedaan yang besar respon tumor antara sel normal dan sel kanker
seandainya tidak terdapat perbedaan dalam regulasi siklus sel, kinetik
populasi sel, dan sruktur organisasi kelompok sel (jaringan). Faktor yang
bertanggungjawab terhadap respon radiasi pada prinsipnya sama dengan
sifat yang membedakan antara keduanya.
Istilah radiosensitif dan radioresistan biasanya digunakan untuk
menjelaskan cepat atau lambatnya pengecilan tumor setelah radiasi. Sel
kanker biasanya mengekspresikan kerusakan DNA akibat radiasi dengan
kematian mitosis, oleh karena itu laju respon tumor tergantung dengan
tingkat proliferasinya. Tumor yang memiliki kumpulan sel berproliferasi
dalam proporsi besar akan menunjukkan respon radiasi lebih dini dan
mengalami pengecilan dengan cepat.
15
Walaupun tergolong radioresponsif, tumor kemungkinan tetap memiliki
sel punca yang selamat, yang bertanggungjawab terhadap rekurensinya.
Seperti disebutkan diatas, sel-sel pada tumor tidak memiliki radiosensitifitas
yang seragam. Sensitivitas sel terhadap radiasi dapat juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan mikro disekitarnya. Kondisi hipoksia sebagai salah satu
faktor yang telah bisa di jelaskan, namun masih terdapat faktor lain, antara
lain terkait interaksi dengan materi ekstraseluler yang masih belum
terekplorasi sepenuhnya.
D. Sindroma Terhadap Jaringan Tubuh
1. Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis.
Pajanan radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan
(eritema) sementara yang timbul dalam waktu beberapa jam.
Beberapa minggu kemudian, eritema akan kembali muncul sebagai
akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis. Dosis sekitar 3 –
8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan
pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 – 6 minggu
setelah pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy,
akan mengakibatkan terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan
pelepuhan dan bernanah (blister) serta peradangan akibat infeksi
pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6 minggu kemudian.
Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu pemajanan
radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari
kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di
terima sekitar 50 Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih
singkat yaitu sekitar 3 minggu.
16
2. Jaringan Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna.
Efek deterministik berupa pneumonitis biasanya mulai timbul
setelah beberapa minggu atau bulan. Efek utama adalah pneumonitis
interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai
akibat dari rusaknya sel sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan
ikat, yang dapat berakhir dengan kematian.
17
Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut
paru ini biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Perkembangan tingkat
kerusakan sangat bergantung pada volume paru yang terkena radiasi
dan laju dosis. Hal ini juga dapat terjadi setelah inhalasi partikel
radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu paro pendek.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkatan respon tubuh terhadap radiasi yaitu ada tingkatan respon radiasi
pada tingkat sel dan respon radiasi pada tingkat jaringan.
2. Ada beberapa respon jaringan terhadap radiasi, yaitu tipe jaringan normal,
target sel pada jaringan, dan efek radiasi pada berbagai jaringan.
3. Jika kita terpapar radiasi akan berdampak pada tubuh kita, yaitu ditandai
dengan adanya sindroma.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hall EJ, Giaccia AJ. Radiobiology for the Radiologist. 7th edition. New York.
Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
Stone HB, Coleman CN, Anscher MS, and McBride WH. Reviews: Effects of
radiation on normal tissue: consequences and mechanisms. Lancet Oncol 2003;
4(9):529-36.
20