Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang salah satu unit usaha yang

memberikan pelayanan jasa kesehatan, kususnya memberikan layanan pemeriksaan

radiodiagnostik dengan hasil pemeriksaan berupa radiograf. Pelayanan medik yang

menggunakan semua modalitas energi radiasi untuk diagnosis dan terapi, termasuk

teknik pencitraan dan penggunaan emisi radiasi dengan sinar-X, radioaktif,

ultrasonografi dan radiasi radio frekwensi elektromagnetik merupakan Pelayanan

radiologi.

Jaminan mutu atau Quality Assurance( QA) merupakan keseluruhan dari

program manejemen (pengelolaan) yang diselenggarakan guna menjamin pelayanan

kesehatan radiologi prima dengan cara pengumpulan data dan melakukan evaluasi

secara sistematis (Papp, 2010). Kendali mutu atau Quality Control (QC) adalah

pengawasan sistematis periodik terhadap alat, metode, dan reagen. Quality Control

lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan membuat koreksi

sebelum hasil dikeluarkan. Salah satu quality control dilakukan di kamar gelap, yaitu

pada film yang sering disebut dengan Uji Optimasi Film Radiografi (Rahman, 2009).

Film radiografi sangat penting dalam menegakkan diagnosa, Menurut buku

radiofotografi film dalam radiografi secara umum mempunyai fungsi sebagai

pencatat bayangan sehingga gambaran yang diinginkan bisa dapat dilihat melalui

film. Bagian bagian pada film radiografi adalah supercoat, emulsi, Adhesive, Film
Base, Anti Halation Backing (Rahman, 2009). Jika film radiografi rusak maka tidak

bisa memberikan kualitas radiografi yang optimal , maka film radiografi dapat rusak

dan bila film radiografi di simpan dengan suhu lebih dari 21 oC selama lebih dari 4

minggu maka bisa merusak speed, kontras, dan fog level film.

Fog merupakan densitas yang dihasilkan melalui pembangkitan butiran-

butiran perak halida tanpa adanya eksposi yang diberikan (Pasaribu, 2015). Fog

mengakibatkan densitas yang tidak merata yang hanya ada pada beberapa bagian

tertentu pada film x-ray. Ada beberapa faktor penyebab fog atau kabut pada film

diantaranya Age Fog atau fog yang terjadi karena faktor usia film, Light Fog atau fog

yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight, Radiation

Fog atau fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi, Oxygen Fog

atau fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas

Prehardener (Rahman, 2009).

Menurut KMK No.1250/Menkes/SK/XII/2009, Uji optimasi film bertujuan

menjamin bahwa film radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan masih dapat

menunjukkan kualitas radiografi yang optimal guna menegakkan dignosa. Ketentuan

penyimpanan film yang belum diekspose yaitu temperature 20-25 0C (Pakai AC 24

jam), kelembapan 50-60%, ventilasi sirkulasi udara harus baik, jarak antara rak atas

dan rak bawah cukup lapang, tidak terkena cahaya matahari, aman dari radiasi sinar-

X. Frekuensi pengukuran uji optimasi film dilakukan setiap kali dilakukkan

pembelian film.
Selama penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di RSUD Karang

asem penulis menemukan beberapa ketidak sesuaian pada kamar gelap, pada syarat-

syarat penting yang harus di perhatikan seperti; Pintu masuk hanya satu, tidak ada

AC, tidak ada ruk tempat film, tidak ada pengukur suhu dan kelembapan serta

ventilasi udaranya tidak berfungsi. Selain itu di RSUD Karangasem belum pernah

melakukan uji optimasi film radiografi.

Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan di lapangan, maka penulis

tertarik untuk membahas lebih dalam dan mengangkatnya dalam Proposal Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul UJI OPTIMASI FILM RADIOGRAFI DI

INSTALASI RADIOLODI RSUD KARANG ASEN.

2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana hasil uji optimasi film dalam penyimpnan di kamar gelap

Instalasi Radiologi RSUD Karang Asen?


2 bagaimana nilai uji optimais film tersebut sesuai dengan standar

Keputusan Menteri Kesehatan No.1250/Menkes/SK/XII/2009 ayat

B.1.b tentang pedoman kendali mutu (Quality Control) ?


3 Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui hasil uji optimasi film dalam penyimpanan di

kamar gelap instalsi radiologi RSUD karang Asen.


2 Untuk mengetahui optimasi film radiografi yang peneliti uji

optimasinya sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan

No.1250/Menkes/SK/XII/2009 ayat B.1.b tentang pedoman kendali

mutu (Quality Control).


4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1.4.1. Bagi Penulis
Peneliti ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan

ilmu bagi penulis untuk mengetahui Uji Optimasi film Radiografi di

RSUD Karang Asen.


1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini bermanfaat bagi institusi pendidikan khususnya

untuk ATRO Bali sebagai referensi kepustakaan untuk pengembngan


1.4.3. Bagi tempat penilitian

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Isi dari bab ini adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, sistematika

penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Isi dari bab ini adalah tinjauan teori, kerangka teori.

BAB III : Metodologi Penelitian

Isi dari bab ini adalah rancangan penlitian, populasi dan

sempel, variabel, definisi operasional, alat dan bahan., prosedur

penelitian, metode pengambilan data, metode pengolahan dan analisa

data serta alur penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Keaslian Penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Film Radiografi

Pada umumnya film radiografi mempunyai fungsi sebagai pencatat

bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sinar-X yang mengenai objek

sebagian akan diserap dan sebagian lagi akan diteruskan. Sinar-X yang keluar

dari objek secara otomatis akan berkurang intensitasnya. Akibatnya pada film

yang letaknya berdekatan dengan objek akan mendapatkan sinar-X sedikit,

sementara bagian yang tidak di halangi objek akan mendapatkan sinar-X yang

banyak. Bahan fim radiografi yang paling utama adalah emulsi. Emulsi film

radiografi terbuat dari senyawa yang bernama perak bromida atau dengan

rumus senyawa kimia adalah AgBr. Ukuran film yang umumnya digunakan

adalah berukuran 18x24 cm, 24x30 cm, 30x40 cm, dan 35x35 cm. Bagian

film yang mendapatkan sinar-X lebih sedikit nantinya akan berwarna putih

sementara bagian film yang mendapatkan sinar-X lebih banyak akan berwarna

hitam. Perbedaan gambaran ini tentunya baru bisa di lihat dengan mata

apabila film telah di proses (Rahman, 2009).

Film terbuat dari bahan berbahan dasar plastik yang di lapisi pada satu

atau kedua sisinya dengan lapisan emulsi sensitive cahaya yang terdiri dari
kristal perak halida (95% AgBr dan 15% Agl) yang ditahan oleh water-soluble

gelatin (Bushberg, 2011).

2.1.1.1 Bagian-bagian pada fim radiografi

Gambar : 2.2 Bagian pada film

1. Supercoat : Merupakan lapisan pelindung atau anti abrasive. Lapisan ini

terbuat dari gelatin murni dengan kecerendungan keras dan permukaan

mengkilat. Lapisan ini juga berfungsi untuk menahan debu dan kotoran serta

menjaga film dari goresan. Selama prosesing, penembusan oleh cairan kimia

akan diperlambat oleh lapisan ini, hal inilah yang menjadikan lapisan ini

bersifat antistatik (Rahman, 2009).

2. Emulsi : merupakan lapisan film yang sensitive terhadap radiasi, terdiri dari

butiran perak halida / perak bromida (AgBr) yang diletakan di gelatin murni. Lapisan

ini sangat mudah rusak oleh cairan kimia, pergerakan mekanik atau pemanasan.

3. Adhesave : Lapisan ini juga disebut dengan

subbing layer, digunakan untuk lebih merekatkan antara

film base dengan lapisan emulsi.


4. Film Base : Merupakan bahan plastik

transparan (polyester) yang secara fisik terlihat tidak

mudah sobek. Polyester mempunyai bentuk yang tipis dan

tidak kaku namun kuat.

Anti Halation Backing : Saat gambaran terbentuk

oleh cahaya pada film double emulsi, cahaya memantul

pada film base dan mengenai emulsi pada sisi sebelahnya.

Cahaya yang melewati bagian belakang emulsi ini

menghasilkan gambaran kabut disekitar gambaran yang

terbentuk. Untuk menghilangkan efek ini maka

ditambahkan dibelakang film base anti halation yang

bekerja menyerap cahaya dan mencegah terjadinya

pemantulan. Anti halation tidak terdapat pada film single

emulsi.

Berdasarkan lapisan yang dimiliki, film radiografi dibagi

menjadi dua, yaitu :

1 Single emulsi adalah jenis film radiografi yang memiliki satu lapisan

emulsi. Contoh penggunaan jenis ini adalah pada mamografi dan

dental radiography. Struktur film emulsi tunggal adalah film surface,

supercoat, emulsi, adhesive atau bahan pelekat, film base dan

annihilation backing.
Supercoat

Emulsi
Perekat

Base

Gambar : 2.3 Film single emulsi


2 Double mulsi merupakan jenis film radiografi yang memiliki lapisan

emulsi pada kedua sisinya. Film jenis ini lazim digunakan pada

radiografi konvensional. Film jenis ini tersusun dari emulsi sensitive

cahaya yang melapisi dua sisi lapisan penahan yang disebut film base.

Film base ini terbuat dari cellulose tri acetate, material mirip plastik

yang kaku. Lapisan emulsi film melapisi film base sebelumnya diberi

lapisan subratum. Lapisan subratum akan merekatkan lapisan emulsi

dengan film base. Diatas lapisan emulsi terdapat lapisan gelatin (pada

kedua sisi film). Lapisan gelatin ini penting untuk melindungi lapisan

emulsi yang sensitive dari kerusakan , seperti lecet (Krisnamurthy,

2007).
Supercoat
Emulsi
Subratum
Base

Subratum
Emulsi
Gambar : 2.4 Film double emulsi Supercoat

2.1.2 Pengertian Kaset Radiografi


Kaset adalah sebuah kotah pipih yang kedap cahaya. Kaset berfungsi

sebagai tempat meletakkan film saat film itu hendak di eksposi oleh sinar-X.

Dengan kaset, film yang berada di dalamnya tidak akan terbakar akibat

cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya tidak ada

satupun cahaya yang bisa masuk ke dalam kaset. Di dalam kaset biasanya

terdapat Intensifying Screen (IS). Kaset diproduksi oleh berbagai macam

perusahaan yang biasanya juga memproduksi film radiografi, ukuran, warna

dan bahan dasarnya sangat bervariasi tergantung perusahaan pembuatnya.

Ukuran kaset yang digunakan sama dengan ukuran film yang diproduksi yaitu

18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm dan 35 x 35 cm.

2.1.2.1 Fungsi Kaset

Kaset radiografi berfungsi sebagai tempat meletakkan kaset, namun

fungsi kaset secara keseluruhan sebagai berikut :

a Melindungi Film Dari Pengaruh Cahaya

Karena berfungsi untuk melindungi film dari pengaruh cahaya

tampak, maka kaset harus kedap cahaya, artinya tidak boleh ada cahaya

tampak yang bisa masuk ke dalam kaset meskipun sedikit. Oleh karena itu

pembuatannya harus diperhatikan mengenai kerapatan dari kaset tersebut

terutama pada bagian engsel untuk menyambung bagian depan dan belakang

kaset. Bagian engsel ini biasanya akan mulai mengendur karena penggunaan

kaset yang sering dan usia kaset yang sudah tua. Karena pengenduran engsel

ini akibatnya cahaya tampak bisa masuk ke dalam sela-sela engsel tersebut.
b Melindungi Intensifying Screen (IS) Dari Tekanan Mekanis

Di dalam kaset terdapat Intensifying Screen (IS) yang berfungsi untuk

merubah sinar-X menjadi cahaya tampak. IS dilekatkan di dalam kaset pada

dua sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang kaset. IS sangat terlindung di dalam

kaset, karena konstruksi kaset yang begitu kuat. Tekanan-tekanan mekanis

terhadap IS tidak mungkin ada selama masih berada di dalam kaset. Selalu

diingat bahwa jika kaset sedang tidak dipergunakan, jangan membuka kaset,

karena tentu hal ini akan membahayakan IS dari tekanan-tekanan mekanis

tadi. Tekanan mekanis pada IS akan menyebabkan IS rusak misalnya tergores,

melengkung permukaannya dan lain sebagainya. Jika IS di dalam kaset sudah

seperti di atas kondisinya, maka gambaran yang dihasilkan di film menjadi

tidak bagus lagi. Goresan atau lengkungann pada permukaan IS menyebabkan

IS tidak bisa merubah sinar-X menjadi cahaya tampak dengan merata. Pada

bagian yang tergores, IS akan sedikit berpendar cahayanya karena kekurangan

jumlah posfor akibat goresan tadi. Pada bagian yang melengkung, pendaran

cahaya IS lebih dekat ke film dibandingkan dengan bagian lain, akibatnya

gambaran film di bagian ini akan terlihat lebih hitam dibandingkan bagian

lainnya yang tidak melengkung.

c Menjaga Agar Kontak Antara Screen Dengan Film Tetap Rata

Kontak antara screen dengan film harus selalu terjaga agar selalu rata.

Apabila kontak antara screen dengan film tidak rata, maka akan terjadi

perbedaan dinsitas (derajat kehitaman) dalam satu film. Kaset akan menjaga
kontak antara screen dengan film tidak rata maka akan terjadi pembedaan

densitas (derajat kehitaman) dalam satu film. Kaset akan menjaga kontak antara

screen dengan dengan selalu rata, karena kaset mempunyai spon yang menekan

film di antara dua screen.

2.1.2.2 Struktur Kaset Radiografi

Struktur kaset terdiri dari bagian-bagian yang mempunyai nama dan

fungsi masing-masing. Masing-masing kaset radiografi yang ada pada

gambar di atas tentu memiliki fungsi masing-masing, fungsi dari masing-

masing bagian tersebut adalah :

a Alumunium (AL)
Al berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi sinar-X yang

masuk ke kaset. Hal ini dimaksudkan agar sinar-X yang masuk akan

mengenai screen adalah sinar-X yang benar-benar berkualitas, bukan

sinar-X yang sifatnya hamburan.


b Spon
Spon adalah dari busa lembut. Spon ini berfungsi untuk

menekan dua screen pada bagian depan dan bagian belakang, sehingga

akan benar-benar menekan film yang berada dua screen tersebut.

c Pb (Timba)
Pb hanya dipasang pada bagian belakang kaset. Sesuai dengan

bahannya, dipasangnya Pb pada bagian belakang kaset dimaksudkan

agar sinar-X yang masih kuat sampai ke bagian belakang kaset tidak

mampu menembus lagi karena dihambat oleh Pb.


3 Macam-macam Kaset Dalam Pemakaian Khusu
a Curved Casette
Yaitu kaset yang bentuknya melengkung dengan komposisi sama

seperti kaset umum. Kaset ini dipakai untuk pemotretan obyek-obyek

yang melengkung atau letak dan obyeknya berada pada posisi yang

membentuk kurva.
b Gridded Cassette
Yaitu kaset yang di lengkapi dengan grid. Umumnya dipakai untuk

pemotrertan dimana Centar Ray (CR) tegak lurus terhadap kaset.


c Flexible Cassette
Yaitu kaset dindingnya lentur, biasanya terbuat dari plastic atau

yang paling sederhana terbuat dari kertas. Yang terpenting adalah harus

kedap cahaya. Kaset jenis ini tidak memiliki screen didalamnya.


d Multi Section Cassette
Kaset jenis ini digunakan untuk pemotretan jaringan yang terdiri

dari beberapa lapisan. Bedanya dengan tomografi adalah bahwa pada

tomografi yang di foto hanya satu lapis.

2.1.3 Pengertian Kamar Gelap

Kamar gelap (dark room) yang biasanya disebut juga dengan

Processing Area adalah sebuah ruangan yang gelap, yang artinya tidak boleh

ada cahaya tampak yang masuk ke ruangan tersebut hanya sebuah lampu

pengaman (safe light) yang boleh ada di kamar gelap. Di dalam kamar gelap

hanya boleh diakukan pengolahan film (Film Processing), hingga film bisa

dilihat pada keadaan normal (Rahman, 2009)

a Fungsi Kamar Gelap Menurut (Rahman, 2009)


1 Sebagai tempat pengolahan film.
2 Tempat Silver recovery.
3 Mengisi dan mengosongkan kaset.
4 Tempat perawatan dan pemeliharaan Processing.
b Sarana dan Prasarana Kamar Gelap.

Dalam kamar gelap terdapat sarana penunjang yang sangat

penting Processing tempat pencucian film antara lain :

Manual Processing

Manual Processing atau Pengolahan film manual ini

dilakukan secara bertahap, dimana setiap tahapan pengolahan film

mempunyai fungsi yang masing-masing berbeda. Tahapan dari

pengolahan film ini harus dilakukan secara berurutan artinya

dilakukan mulai dari tahapan pertama hingga tahapan terakhir. Adapun

tahapan-tahapan dari pengolahan film adalah pembangkitan

(developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian

(washing), pengeringan (drying) (Rahman, 2009).

Automatic Processing

Dalam pengolahan Automatic Processing semua telah diatur

dengan mesin mulai dari masuk ke developer, ke fixer hingga film

keluar dengan keadaan kering. Automatic processing dikenal juga

dengan istilah dry to dry yang artinya film masuk keadaan kering dan

keluar dengan ke adaan kering, tidak seperti dengan pengolahan film

secara manual film masih harus dikeringkan beberapa saat

(Rahman,2009).

c Penerangan Kamar Gelap.


Menurut (Crownt. 2009) kamar gelap akan membutuhkan

pencahayaan yang aman, cahaya putih, ruang bangku untuk bongkar

muat dan bongkar kaset dan untuk tes Film QA.

Penerangan khusus :

Penerangan secara khusus mengunakan lampu pengaman

(safe light) yang umumnya berwarna merah. Warna merah

mempunyai panjang gelombang yang paling panjang di antara cahaya

tampak, sehingga memiliki daya tembus yang sangat kecil. Dengan

demikian warna merah aman digunakan sebagai penerangan pada saat

prosessing film sedang dilakukan.

Penerangan Umum :

Penerangan umum meggunakan cahaya putih sebagai

peneranganya. Peneranga umum ini dibutuhkan saat melakukan

tugas-tugas lain pengamatan dan perawatan terhadap kaset dan

screen, membersihkan lantai dan membetulkan peralatan.

d Meja Kerja Kamar Gelap

Menurut (Rahman, 2009) Meja kamar gelap terdiri dari dua

bagian yaitu, meja kering dan meja basah :

1 Meja kering merupakan meja yang mempunyai komponen

antara lain, rak kaset, film hopper dan asesoris lainnya yang

bersifat kering. Meja kering merupakan tempat segala kegiatan


yang berkaitan dengan pengolahan film di kamar gelap, baik

yang sudah diekspos atau belum diekspos.


2 Meja basah merupakan meja tempat meletakkan peralatan yang

masih basah, seperti hanger yang baru saja keluar dari tangki

prosesing.
e Label Printer (Pencetak Indentifikasi Pasien)

Label printer merupakan alat pencetak identifikasi pasien pada

film radiologi yang dapat dipasang pada bagian atas meja kerja di

kamar gelap. Alat ini terdiri dari jendela kaca kecil dimana di

belakangnya terdapat lampu yang berpijar. Dengan adanya label

printer kemungkinan tertukarnya hasil foto pasien sangat kecil serta

memperlancar pekerjaan di radiologi.

1 Kotak transfer (transferbox)

kotak transfer (transferbox) adalah suatu alat transfortasi

yang di pasang pada dinding pembatas kamar antara kamar gelap

dengan ruangan pemeriksaan. Kotak ini berpungsi untuk

mempermudah atau memperlancar dan mempermudah

pengambilan dan pengiriman kaset sebelum atau sesudah

diekpose. Bentuk kotak transfer berupa persegi empat yang di

bagi menjadi dua bagian, untuk film yang belum dan sesudah

terekspos. Biasanya kotak transfer terbuat dari kayu yang kuat dan

sisinya dilapisi timbal dengan ketebalan 2mm, agar terlindungi


dari radiasi. Di samping itu suatu kotak transfer juga harus

mengikuti ketentuan yakni

a Menggunakan system interlocking untuk mencegah pintu kotak

transfer terbuka secara serentak (pintu yang berada di dalam

dan di luar kamar gelap) yang mengakibatkan cahaya masuk

kamar gelap.
b Adanya penyekat sehingga kotak transfer menjadi dua bagian,

satu dengan tulisan EXPOSE untuk tempat kaset yang telah

diekspose, dan UNEXPOSE untuk tempat kaset yang belum

diekspose (Rahman. 2009)


f Film Hopper

Tempat penyimpanan film yang belum terkena eksposi,

bentuknya berupa laci biasanya terdiri dari empat bagian atau slot. Slot

pertama yang terbesar, untuk film ukuran 35x35 Cm, slot kedua untuk

ukuran film 30x40Cm, slot ketiga 24x30Cm, slot keempat ukuran film

18x24Cm. (Rahman, 2009)

g Hanger Film

Hanger film adalah alat yang digunakan untuk menjepit

film yang akan dicuci pada prosesiing manual.

h Termometer

Termometer adalah pengolahan kamar sangat diperlukan

aksesori tangki termometer yang jelas ditandai dengan baik Celcius

dan skala Fahrenheit, dan memiliki klip baja yang membentuk kait
untuk menggantung termometer di dalam tangki (Neill Serman. Aug,

2010 )

i Interior Kamar Gelap


1. Peralatan pendukung kamar gelap seperti alat pengaduk cairan

prossesing harus ditandai agar tidak terkontaminasi dan

menggunakan bahan yang kuat seperti stainless steel, plastik atau

karet yang keras (PUSKADIM.2011).


2. Bagian basah (wet side), contoh: tangki prosesing
3. Bagian kering (dry side), contoh: meja, film box, dan lain lain.
j Syarat Kamar Gelap

Letak kamar gelap seharusnya mudah di akses dan berjarak

sedekat mungkin dengan ruang pemeriksaan guna menunjang

kelancaran di bagian radiologi. Kamar gelap juga harus terlindung dari

sinar langsung atau sinar hambur dan bersebelahan dengan ruang

pemeriksaan dan dihubungkan dengan kaset hatch (Rahman, 2009)

3 Uji Optimasi Film

Tujuan untuk menjamin bahwa film radiografi

yang di gunakan untuk pemeriksaan masih dapat menunjukkan

kualitas radiografi yang optimal guna menegakkan diagnose.

a Alat dan Bahan :


1 Termostat ( yang mampu mengukur suhu dan kelembapan )
2 Meteran
3 Masker pelindung dari gas
4 Kertas kerja dan alat tulis.
b Penyimpanan Film
Ketentuan penyimpanan film yang belum diexpose adalah

sebagai berikut (Depkes, 1999) :

1 Temperatur : 20-250 C (pakai AC selama 24 jam )


2 Kelembapan : 50-60 %
3 Ventilasi : Sirkulasi udara harus baik.
4 Jarak antara rak atas dengan rak dibawahnya cukup lapang.
5 Tata letak kotak film tidak ditumpuk satau sama lain (berdiri

tegak dan berjejer kesamping).


6 Tidak terkena cahaya matahari.
7 Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia.
8 Aman dari radiasi sinar-X.
9 Pemakaian didahulukan pada film yang mempunyai waktu

kadaluarsa yang hamper habis.


c Penyimpanan film yang belum di eaxpose atau diproses, harus

terhindar dari :
1 Kelembapan relative yang tinggi
Kelembapan relative yang tinggi pada penyimpanan film

dapat merusak film dan untuk melindungi material film maka

produk di bungkus dalam keadaan tertutup. Film di kemas di

bawah pengawasan kondisi kelembapan relative antara 20-60%

(WHO, 2008).
Kelembapan yang tinggi lebih dapat merusak film

dibandingkan dengan suhu yang tinggi. Kelembapan dan suhu

yang sedang lebih baik dari pada suhu rendah dengan kelembapan

tinggi. Contoh penyimpanan pada 160 C (600F) dengan 40%

kelembapan lebih baik dari pada penyimpanan pada 4 0C (400F)

dengan 80% kelembapan.


2 Suhu yang tinggi
Maksimum periode penyimpanan film yaitu sekitar 11/2

bulan film yang di simpan pada suhu lebih dari 21 0 C (700F)

selama lebih dari empat minggu, maka akan mengalami

perubahan-perubahan pada speed, kontras dan fog level. Film harus

tersimpan pada kondisi yang dingin, kering dan ventilasi yang baik

serta tidak bersebelahan dengan pipa uap. Jika tempat

penyimpanan film terdapat jendela, maka jendela tidak boleh

menghadap ke selatan karena efek dari sinar matahari dapat

meningkat dan mempengaruhi suhu film. Menurut WHO (2008)

film harus di simpan pada suhu di bawah 24 0C (750F) atau lebih

baik lagi antara 15-210 C(60-700F). menurut DEPKES RI (1999)

suhu ideal peyimpanan film yaitu sekitar 20-250C.


3 Pencahayaan sinar-X
Film high Speed Di desain khusu untuk pencahayaan sinar-

X, dan Di curigai dapat menghasilkan fog ketika radiasi pada

intensitas rendah yaitu sekitar 10-200 R/h. Menurut Chesneys

(1981;82) radiasi teersebut tidak boleh lebih dari 10 R/h. Jika

film terkena radiai 10R/h maka fog level film akan naik 0.3 di

atas nilai standar setelah kira-kira 2 tahun penyimpanan. Jika pada

penyimpanan film terkena radiasi sebesar 40R/h, akan

menghasilkan fog level yang sama pada film yang sama dalam

periode 6 bulan penyimpanan. Jika dalam penyimpanan

memungkinkan terjadinya fog film dari ekspose radiasi sinar-X


atau beberapa yaitu memastikan bahwa dinding-dinding yang

harus di ambil yaitu memastikan bahwa dinding-dinding ruang

penyimpanan film memiliki konstruksi yang layak untuk

mencegah terjadinya fog karena radiasi pada stok film.


Solusi untuk mencegah terjadinya penyerapan radiasi dari

dinding, antar lain :


a Melapisi dinding dengan campuran barium pada ketebalan

yang layak.
b Menggunakan lokasi yang berbeda untuk penyimpanan film.
c Ketebalan dinding yang layak yaitu 2 mmPb.
d Pintu untuk penyimpanan film juga harus terhindar dari

kebocoran radiasi seperti adanya celah kecil di sekeliling pintu.


4 Gas yang berbahaya
Masalah lain yang dapat timbul di bagian radiologi Waupun

jarang di jumpai adalah timbulnya gas-gas tertentu yang dapat

merusak film, diantaranya formaldehida, Sulfid hydrogen,

amoniak dan uap-uap yang berasal dari bahan pelarut dan

pembersih.
5 Kerusakan fisik
Kerusakan film dapat disebebkan oleh adanya tekanan.

Ukuran box yang sama dari film dengan tipe yang sama harus di

simpan bersama-sama dan ukuran terbesar harus ditempatkan di

rak bagian bawah. Sedangkan ukuran terkecil ditempatkan pada

rak teratas. Ini merupakan usaha untuk mengurangi resiko

penekanan box film. Jarak antara rak satu dengan rak yang lain

harus dapat memudahkan penyediaan dan pemindahan film tanpa


harus menggunakan tangga. Tinggi rak di atas harus di antara 30-

160 cm.

2.1.5 PENGATURAN STOK FILM

Ketentuan pengaturan film yaitu :

a Film dapat dengan mudah terlihat dan mudah dikenali.


b Pemasukan dan pengeluaran film dicatat dan diatur menurut system

FIFO (First In First Out).

Kadaluarsa suatu film tergantung pada kondisi penyimpanan

film. Umumnya penyimpanan film dilakukan kurang sempurna,

sehingga mencantumkan tanggal kadaluarsa film merupakan hal yang

sangat diperlukan. Karena tanggal kadaluwarsa yang tertera pada box

film dari dua film yang dating secara berurutan dapat sama, maka perlu

digunakan suatu system identifikasi untuk memastikan penggunaan

film dalam perputaran yang jelas. Misalnya, beri nomor pada sisi

masing-masing box kemudian box film tersebut di tempatkan pada

masing-masing rak dengan sisi box yang telah ditandai dapat terlihat.

Nomor yang ditulis sesuai dengan bulan saat film datang. Box dengan

nomor kecil harus dipergunakan terlebuh dahulu.

Stok Kontrol Pengadaan Film :

1 . Jumlah tetap dan waktu bervariasi


Prinsip dari pengendalian stok film yaitu untuk menentukan

atau memperbaiki kualitas dari masing-masing ukuran film sebagai

tindakan pemicu agar dapat memesan kembali. Untuk pemesanan

kembali biasanya jumlah yang diperlukan untuk memenuhi permintaan

maksimum yaitu antara waktu pemesanan dan batas waktu

penyerahan, ditambah dengan faktor keamanan dari penyediaan dalam

satu minggu. Metode ini bukanlah suatu yang mudah untuk diatur,

karena membutuhkan proporsi yang besar pada waktu membeli. Tetapi

metode ini adalah cara yang efisien dan ekonomis.

2 . Jumlah dan waktu tetap

Ini adalah metode yang paling mudah tetapi paling sedikit

keakuratan untuk beroperasi. Tingkat persediaan maksimum tidak

pernah yang diketahui dengan pasti, tetapi itu perlu dipertimbangkan

sebagai suatu metode komparatip. Semua itu diperlukan untuk

memperoleh nomor rata-rata dari tiap ukuran dan jenis film yang

digunakan per bulan atau sebelumnya.

3 Jumlah bervariasi dan waktu tetap

Digunakan perhitungan statistic untuk penentuan jumlah film

yang akan dipesan. Penggunaan metode ini mempunyai nilai

penaksiran yang akurat dan layak.

4 Kapasitas penyimpanan film maksimum yang diperlukan yaitu

penyediaan film selama enam minggu.


5 Film-film dengan ukuran dan tipe berbeda akan lebih banyak

digunakan.
6 Kerangka Teori

UJI OPTIMASI FILM RADIOGRAFI

INPUT OUTPUT

1 Film Quality Control Film


2 Termometer Radiografi

PROSES
Uji Optimasi Film

Bagan 2.1 Kerangka Teori

BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

3.1 Rancangan Peniitian

3.1.1 Jenis Penilitian

Penilitian yang penulis gunakan dalam penyusun karya tukis ilmia ini

adalah jenis penilitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen tentang

kondisi kamar gelap terhadap hasil uji optimasi film.


3.1.2 Lokasi Penilitian

Tempat pengambilan data karya tulis ilmia ini adalah di instalasi

radiologi RSUD Karangasen sebagai tempat kondisi kamar gelap terhadap hasil

uji optimasi.

3.2 Populasi, Sampel Dan Subyek Penilitian

Populasi dari penilitian ini adalah semua film yang disimpang di kamar

gelap di instalasi radiologi RSUD Karang Asen dan sampel penilitian ini adalah

. Subyek penilitian ini adalah orang yang melakukan uji optimasi film.

3.3 Variavel Penilitian

3.3.1 Variavel independen : kondisi kamar gelap

3.3.2 Variavel dependen : hasil uji optimasi film

3.3.3 Kontrol : desaing kamar

gelap, kaset film, emulsi,

processing dan safelight.

3.4 Defenisi Operasional


3.4.1 kamar gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film,

baik sebelum dan sesudah expose.


3.4.2 Sinar X merupaka gelombang elektromagnetik yeng memeliki pangjan

gelombang yang pendek dan energy yang besar.


3.4.3 Temperatur adalah alat untuk mengukur panas dinginnya suatu ruangan.
3.4.4 Kelembaban adalah konsetrasi uap air udara.
3.4.5 Fim radiograf adalah bahan pencacat bayagan radiograf sangat peka

terhadap x- ray dan cahaya. Film yang dgunakan dalam penilitan ini
berjenis double emulsi. Untuk unkuran film yang digunakan 18 x 24 cm,

24 x 30 cm, 30 x 35 cm, 35 x 35 cm.


3.5 Alat Dan Bahan Penilitiian
3.5.1 termostat ( yang mampu mengukur suhu dan kelembapan)
3.5.2 meteran
3.5.3 masker pelingdun dari gas
3.5.4 kerta kerja dan alat tulis
3.5.5 komputer
3.5.6 handphone
3.6 prosedur penilitian

3.6 Prosedur Penilitian

3.6.1 Lakukan pengukuran terhadap:


1. Temperature
2. Kelembapan, ventiasi
3. Jarak antara rak atas dan bawah
4. Tata letak kotak film
5. Tidak terkena cahaya matahari
6. Bahan kimia
7. Aman dari radiasi sinar-x
8. Pemakaian film kadaluarsa
3.7 Metode Pengambilan Data
Untuk mendapatkan objektivitas dan validitas data karya tulsis ilmiah

ini, maka penulis menggunakan beberapa metode dalam pemgambilan data,

yaitu sebagai berikut:


3.7.1 Eksperimen
Penulis mengejarkan langsung percobaan uji optimmasi film dan

kondisi kamar gelap mengolah data hasil pengujian radiograf yang diproses.
3.7.2 Dokumentasi
Peniliti melakukan dokumentasi dengan mencatat hasil penilitian

dalam tabel penilitian, foto yang berkaitan dengan penelitian selama penulis

melakukan eksprimen sebagai bukti hasil penelitian.


3.7.3 Observasi

3.8 Metode Pengolahan Dan Analisis Data


Penilitian mendapatkan data dengan mengukur nilai uji optimasi film

radigrafi. Analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, antara lain


dengan cara observasi langsung kemudian mendokumentasikan data

data. Hasi dari rekapitulasi nilai tersebut kemudian disajikan dalam bentuk table

selanjutnya di analisi secara deskretif, kemudin data tersebut di bandingkan

dengan standar penilaian, sehingga dapat diambil kesimpulan.

3.9. Alur Penilitian

Persiapan alat dan bahan

Pengujian Darkroom Fog Test dengan


filmdouble emulsi

Hasil pengujian di ukur dengan


densitometer

Analisa deskritif

Analisa data dan


pebahasan

kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai