PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang salah satu unit usaha yang
menggunakan semua modalitas energi radiasi untuk diagnosis dan terapi, termasuk
radiologi.
kesehatan radiologi prima dengan cara pengumpulan data dan melakukan evaluasi
secara sistematis (Papp, 2010). Kendali mutu atau Quality Control (QC) adalah
pengawasan sistematis periodik terhadap alat, metode, dan reagen. Quality Control
sebelum hasil dikeluarkan. Salah satu quality control dilakukan di kamar gelap, yaitu
pada film yang sering disebut dengan Uji Optimasi Film Radiografi (Rahman, 2009).
pencatat bayangan sehingga gambaran yang diinginkan bisa dapat dilihat melalui
film. Bagian bagian pada film radiografi adalah supercoat, emulsi, Adhesive, Film
Base, Anti Halation Backing (Rahman, 2009). Jika film radiografi rusak maka tidak
bisa memberikan kualitas radiografi yang optimal , maka film radiografi dapat rusak
dan bila film radiografi di simpan dengan suhu lebih dari 21 oC selama lebih dari 4
minggu maka bisa merusak speed, kontras, dan fog level film.
butiran perak halida tanpa adanya eksposi yang diberikan (Pasaribu, 2015). Fog
mengakibatkan densitas yang tidak merata yang hanya ada pada beberapa bagian
tertentu pada film x-ray. Ada beberapa faktor penyebab fog atau kabut pada film
diantaranya Age Fog atau fog yang terjadi karena faktor usia film, Light Fog atau fog
yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight, Radiation
Fog atau fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi, Oxygen Fog
atau fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas
menjamin bahwa film radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan masih dapat
jam), kelembapan 50-60%, ventilasi sirkulasi udara harus baik, jarak antara rak atas
dan rak bawah cukup lapang, tidak terkena cahaya matahari, aman dari radiasi sinar-
pembelian film.
Selama penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di RSUD Karang
asem penulis menemukan beberapa ketidak sesuaian pada kamar gelap, pada syarat-
syarat penting yang harus di perhatikan seperti; Pintu masuk hanya satu, tidak ada
AC, tidak ada ruk tempat film, tidak ada pengukur suhu dan kelembapan serta
ventilasi udaranya tidak berfungsi. Selain itu di RSUD Karangasem belum pernah
tertarik untuk membahas lebih dalam dan mengangkatnya dalam Proposal Karya
2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana hasil uji optimasi film dalam penyimpnan di kamar gelap
BAB I : Pendahuluan
Isi dari bab ini adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Keaslian Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagian akan diserap dan sebagian lagi akan diteruskan. Sinar-X yang keluar
dari objek secara otomatis akan berkurang intensitasnya. Akibatnya pada film
sementara bagian yang tidak di halangi objek akan mendapatkan sinar-X yang
banyak. Bahan fim radiografi yang paling utama adalah emulsi. Emulsi film
radiografi terbuat dari senyawa yang bernama perak bromida atau dengan
rumus senyawa kimia adalah AgBr. Ukuran film yang umumnya digunakan
adalah berukuran 18x24 cm, 24x30 cm, 30x40 cm, dan 35x35 cm. Bagian
film yang mendapatkan sinar-X lebih sedikit nantinya akan berwarna putih
sementara bagian film yang mendapatkan sinar-X lebih banyak akan berwarna
hitam. Perbedaan gambaran ini tentunya baru bisa di lihat dengan mata
Film terbuat dari bahan berbahan dasar plastik yang di lapisi pada satu
atau kedua sisinya dengan lapisan emulsi sensitive cahaya yang terdiri dari
kristal perak halida (95% AgBr dan 15% Agl) yang ditahan oleh water-soluble
mengkilat. Lapisan ini juga berfungsi untuk menahan debu dan kotoran serta
menjaga film dari goresan. Selama prosesing, penembusan oleh cairan kimia
akan diperlambat oleh lapisan ini, hal inilah yang menjadikan lapisan ini
2. Emulsi : merupakan lapisan film yang sensitive terhadap radiasi, terdiri dari
butiran perak halida / perak bromida (AgBr) yang diletakan di gelatin murni. Lapisan
ini sangat mudah rusak oleh cairan kimia, pergerakan mekanik atau pemanasan.
emulsi.
1 Single emulsi adalah jenis film radiografi yang memiliki satu lapisan
annihilation backing.
Supercoat
Emulsi
Perekat
Base
emulsi pada kedua sisinya. Film jenis ini lazim digunakan pada
cahaya yang melapisi dua sisi lapisan penahan yang disebut film base.
Film base ini terbuat dari cellulose tri acetate, material mirip plastik
yang kaku. Lapisan emulsi film melapisi film base sebelumnya diberi
dengan film base. Diatas lapisan emulsi terdapat lapisan gelatin (pada
kedua sisi film). Lapisan gelatin ini penting untuk melindungi lapisan
2007).
Supercoat
Emulsi
Subratum
Base
Subratum
Emulsi
Gambar : 2.4 Film double emulsi Supercoat
sebagai tempat meletakkan film saat film itu hendak di eksposi oleh sinar-X.
Dengan kaset, film yang berada di dalamnya tidak akan terbakar akibat
cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya tidak ada
satupun cahaya yang bisa masuk ke dalam kaset. Di dalam kaset biasanya
Ukuran kaset yang digunakan sama dengan ukuran film yang diproduksi yaitu
tampak, maka kaset harus kedap cahaya, artinya tidak boleh ada cahaya
tampak yang bisa masuk ke dalam kaset meskipun sedikit. Oleh karena itu
terutama pada bagian engsel untuk menyambung bagian depan dan belakang
kaset. Bagian engsel ini biasanya akan mulai mengendur karena penggunaan
kaset yang sering dan usia kaset yang sudah tua. Karena pengenduran engsel
ini akibatnya cahaya tampak bisa masuk ke dalam sela-sela engsel tersebut.
b Melindungi Intensifying Screen (IS) Dari Tekanan Mekanis
dua sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang kaset. IS sangat terlindung di dalam
terhadap IS tidak mungkin ada selama masih berada di dalam kaset. Selalu
diingat bahwa jika kaset sedang tidak dipergunakan, jangan membuka kaset,
IS tidak bisa merubah sinar-X menjadi cahaya tampak dengan merata. Pada
jumlah posfor akibat goresan tadi. Pada bagian yang melengkung, pendaran
gambaran film di bagian ini akan terlihat lebih hitam dibandingkan bagian
Kontak antara screen dengan film harus selalu terjaga agar selalu rata.
Apabila kontak antara screen dengan film tidak rata, maka akan terjadi
perbedaan dinsitas (derajat kehitaman) dalam satu film. Kaset akan menjaga
kontak antara screen dengan film tidak rata maka akan terjadi pembedaan
densitas (derajat kehitaman) dalam satu film. Kaset akan menjaga kontak antara
screen dengan dengan selalu rata, karena kaset mempunyai spon yang menekan
a Alumunium (AL)
Al berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi sinar-X yang
masuk ke kaset. Hal ini dimaksudkan agar sinar-X yang masuk akan
menekan dua screen pada bagian depan dan bagian belakang, sehingga
c Pb (Timba)
Pb hanya dipasang pada bagian belakang kaset. Sesuai dengan
agar sinar-X yang masih kuat sampai ke bagian belakang kaset tidak
yang melengkung atau letak dan obyeknya berada pada posisi yang
membentuk kurva.
b Gridded Cassette
Yaitu kaset yang di lengkapi dengan grid. Umumnya dipakai untuk
yang paling sederhana terbuat dari kertas. Yang terpenting adalah harus
Processing Area adalah sebuah ruangan yang gelap, yang artinya tidak boleh
ada cahaya tampak yang masuk ke ruangan tersebut hanya sebuah lampu
pengaman (safe light) yang boleh ada di kamar gelap. Di dalam kamar gelap
hanya boleh diakukan pengolahan film (Film Processing), hingga film bisa
Manual Processing
Automatic Processing
dengan istilah dry to dry yang artinya film masuk keadaan kering dan
(Rahman,2009).
Penerangan khusus :
Penerangan Umum :
antara lain, rak kaset, film hopper dan asesoris lainnya yang
masih basah, seperti hanger yang baru saja keluar dari tangki
prosesing.
e Label Printer (Pencetak Indentifikasi Pasien)
film radiologi yang dapat dipasang pada bagian atas meja kerja di
kamar gelap. Alat ini terdiri dari jendela kaca kecil dimana di
bagi menjadi dua bagian, untuk film yang belum dan sesudah
terekspos. Biasanya kotak transfer terbuat dari kayu yang kuat dan
kamar gelap.
b Adanya penyekat sehingga kotak transfer menjadi dua bagian,
bentuknya berupa laci biasanya terdiri dari empat bagian atau slot. Slot
pertama yang terbesar, untuk film ukuran 35x35 Cm, slot kedua untuk
ukuran film 30x40Cm, slot ketiga 24x30Cm, slot keempat ukuran film
g Hanger Film
h Termometer
dan skala Fahrenheit, dan memiliki klip baja yang membentuk kait
untuk menggantung termometer di dalam tangki (Neill Serman. Aug,
2010 )
terhindar dari :
1 Kelembapan relative yang tinggi
Kelembapan relative yang tinggi pada penyimpanan film
(WHO, 2008).
Kelembapan yang tinggi lebih dapat merusak film
yang sedang lebih baik dari pada suhu rendah dengan kelembapan
tersimpan pada kondisi yang dingin, kering dan ventilasi yang baik
film terkena radiai 10R/h maka fog level film akan naik 0.3 di
menghasilkan fog level yang sama pada film yang sama dalam
yang layak.
b Menggunakan lokasi yang berbeda untuk penyimpanan film.
c Ketebalan dinding yang layak yaitu 2 mmPb.
d Pintu untuk penyimpanan film juga harus terhindar dari
pembersih.
5 Kerusakan fisik
Kerusakan film dapat disebebkan oleh adanya tekanan.
Ukuran box yang sama dari film dengan tipe yang sama harus di
penekanan box film. Jarak antara rak satu dengan rak yang lain
160 cm.
film dari dua film yang dating secara berurutan dapat sama, maka perlu
film dalam perputaran yang jelas. Misalnya, beri nomor pada sisi
masing-masing rak dengan sisi box yang telah ditandai dapat terlihat.
Nomor yang ditulis sesuai dengan bulan saat film datang. Box dengan
satu minggu. Metode ini bukanlah suatu yang mudah untuk diatur,
memperoleh nomor rata-rata dari tiap ukuran dan jenis film yang
digunakan.
6 Kerangka Teori
INPUT OUTPUT
PROSES
Uji Optimasi Film
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
Penilitian yang penulis gunakan dalam penyusun karya tukis ilmia ini
radiologi RSUD Karangasen sebagai tempat kondisi kamar gelap terhadap hasil
uji optimasi.
Populasi dari penilitian ini adalah semua film yang disimpang di kamar
gelap di instalasi radiologi RSUD Karang Asen dan sampel penilitian ini adalah
. Subyek penilitian ini adalah orang yang melakukan uji optimasi film.
terhadap x- ray dan cahaya. Film yang dgunakan dalam penilitan ini
berjenis double emulsi. Untuk unkuran film yang digunakan 18 x 24 cm,
kondisi kamar gelap mengolah data hasil pengujian radiograf yang diproses.
3.7.2 Dokumentasi
Peniliti melakukan dokumentasi dengan mencatat hasil penilitian
dalam tabel penilitian, foto yang berkaitan dengan penelitian selama penulis
data. Hasi dari rekapitulasi nilai tersebut kemudian disajikan dalam bentuk table
Analisa deskritif
kesimpulan