Disusun Oleh:
P133743011646
TAHUN 2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 atas mahasiswa Jurusan Radiodiagnostik
dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang :
NIM : P1337430116046
kelas : 2A
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik Radiografi
Abdomen dengan Kasus meteorismus pada Abdomen polos di Instalasi Radiologi
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi
Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis
2. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, S.ST, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang,
3. Bapak Agus Sholeh, S.Si selaku Clinical Instructure (CI) Praktek Kerja
Lapangan I di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
4. Bapak Suratno, A.Md. Rad selaku pembimbing praktek klinik yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan laporan kasus ini di Instalasi
Radiologi Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
iii
Purwokerto, November 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu teknik pemeriksaan yang menurut penulis sedikit berbeda dari
teori yang telah penulis pelajari adalah pada pemeriksaan Abdomen yang mana
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang tidak terlalu sedikit pada setiap
harinya. Hal yang membuat penulis tertarik adalah pada pemeriksaan Abdomen 2
Posisi dengan klinis pasien. Meteorismus Penulis sering menjumpai pada
pemeriksaan dengan klinis tersebut hanya dilakukan dengan teknik pemeriksaan
abdomen 2 posisi, sementara yang penulis ketahui dari perkuliahan, dilakukan
dengan teknik pemeriksaan abdomen 3 posisi. Sehingga penulis mengangkat hal
ini menjadi laporan dengan judul “Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi dengan
Klinis Meteorismus di Instalasi Radiologi Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis temui, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut,
1. Bagaimana teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi pada kasus meteorismus
di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Sekarjo Purwokerto?
1
2. Apakah hanya dengan teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi sudah dapat
membantu menegakkan diagnosa?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 1.
2. Tujuan Khusus :
Mengetahui prosedur pemeriksaan Abdomen 2 posisi pada kasus
meteorismus di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwoerto
Mengetahui informasi anatomi dan patologi Meteorismus pada pemeriksaan
abdomen 2 posisi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A B
Gambar 2.1.1.A, Otot Abdomen. B, Otot Abdomen yang tampak pada
radiograf
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy
9th Edition
3
kuadran kanan atas (Right Upper Quadrant), kuadran kiri atas (Left
Upper Quadrant), kuadran kanan bawah (Right Lower Quadrant), dan
kuadran kiri bawah (Left Lower Quadrant). (Bontrager, 2018)
A B
Gambar 2.1.2.A, Kuadran pada rongga abdomen. B, Kuadran pada
rongga abdomen tampak organ didalamnya
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition
4
kanan
Keterangan: Pembagian letak organ pada table tersebut pada usia
orang dewasa.
2. Regio Abdomen
Rongga abdominopelvic juga dapat dibagi menjadi 9 regio abdomen,
dengan dibagi 2 bidang horizontal dan 2 bidang ventrikal. 2 bidang
horizontal tersebut adalah bidang transpyloric dan bidang
transtubercular, sedangkan 2 bidang vertikal adalah bidang lateral
kanan dan lateral kiri. Bidang transpiloric berada setinggi vertebrae
lumbal 1 dan bidang transtubercular berada setinggi vertebrae lumbal
5, sementara bidang lateral kanan dan kiri berada pada bidang sagital
sejajar dengan SIAS. (Bontrager, 2018)
5
2.1.3. Sistem Organ pada Rongga Abdomen
Dalam rongga abdomen terdapat dua sistem organ, yaitu sistem organ
pencernaan dan sistem organ perkemihan.Didalam sistem
pencernaan,sebagian besar organ aksesoris mengisi rongga perut
seperti;hati,kantong empedu,dan pancreas.Enam organ sistem
pencernaan adalah sebagai berikut:
1. Rongga mulut
2. Faring
3. Esofagus
4. Lambung
5. Usus halus
6. Usus besar
7
pada suatu sambungan yang disebut right colic (hepatic) flexure
dan pertemuan antara colon transversal dan colon descenden
disebut dengan left colic (splenic) flexure. Setelah colon
descenden, terdapat rectum dengan panjang 15 cm dan diakhiri
dengan anus. Setiap body habitus orang memiliki perbedaan
letak colon, terutama perbedaan letak colon transversal.
(Bontrager, 2018)
d. Peritoneum
Rongga abdomen dibungkus oleh suatu selaput yang disebut
oleh peritoneum. Ada dua macam peritoneum:Parietaldan
visceral.Dua selaput peritoneum melekat pada dinding rongga
abdomen disebut parietal peritoneum,sedangkan bagian yang
melindungi organ disebut visceral peritoneum. Diantara kedua
rongga peritoneum tersebu terdapat suatu rongga yang diebut
peritoneal cavity,yang berada disekitar organ dalam. Diantara
kedua rongga peritoneum tersebut terdapat suatu rongga yang
disebut peritoneal cavity, yang pada keadaan normal berisi
cairan.Kemungkinan organ-organ bergerak berlawanan tanpa
bergesekan satu sama lain(Bontrager, 2018)
8
Gambar 2.1.6. Rongga Peritoneum tampat dari potongan
sagital
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition
9
Gambar 2.1.7. Organ perkemihan didalam rongga abdomen dan
pelvis
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition
10
2.2.2. Gejala Meteorismus
1. Sensasi penuh,sesak,atau pembengkakkan pada bagian perut.
2. Rasa nyeri dari ringan hingga berat)dan penuh gas pada perut.
3. Rasa sakit yang muncul bisa menyebabkan kram perut.
4. Frekuensi bersendawa menjadi lebih sering.
5. Perut terasa bergejolak.
6. Buang angin secara berlebihan.
http://www.alodokter.com/meteorismus diunduh pada tanggal 14
November 2017 pukul 21.23)
11
2. Proteksi Radiasi
Melindungi organ sensitif dengan pelindung, selama organ terbeut
tidak dalam daerah pemeriksaan.
3. Posisi Pasien
a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan mid sagital plane
(MSP) berada pada pertengahan meja pemeriksaan dan atau kaset.
b. Memposisikan lengan berada pada samping tubuh dan diposisikan
agak jauh dari tubuh.
c. Memberi bantalan dibawah lutut jika hal ini membuat nyaman
pasien
4. Posisi Objek
a. Meletakkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka dengan batas
atas kaset dibawah diafragma.
b. Tidak ada rotasi pada pelvis atau bahu (memastikannya dengan
cara melihat kedua ASIS berjarak sama terhadap permukaan meja)
5. Arah Sinar
a. Arah sinar vertikal tegak lurus meuju pertengahan image receptor
(setinggi krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
12
6. Luas lapangan penyinaran / kolimasi
Kolimasi minimal pada tepi kulit pasien dan pada bagian batas atas
dan bawah kaset.
7. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan saat ekspirasi dan menahan nafas (sekitar 1 detik
setelah ekspirasi untuk mengurangi pergerakan usus)
2.3.2. Pemeriksaan abdomen proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
1. Faktor Teknik
a. Image Receptor ukuran 35 x 43 cm (14 x 17”) melintang di atas
meja pemeriksaan, atau membujur terhadap pasien)
b. Grid
c. Marker “R” dan “anak panah”
2. Proteksi Radiasi
Melindungi organ sensitif dengan pelindung, selama organ tersebut
tidak dalam daerah pemeriksaan.
3. Posisi Pasien
a. Pasien recumbent dengan posisi lateral di atas meja pemeriksaan,
memberi penopang kaset di belakang tubuh pasien.
b. Memberi bantalan pada bagian abdomen yang dekat dengan meja
pemeriksaan agar anatomi abomen tidak terpotong.
c. Lutut yang dekat dengan meja pemeriksan difleksikan, sedangkan
lutut lain berada diatasnya untuk menahan posisi pasien.
d. Memposisikan lengan berada pada dibawah kepala, sebagai
bantalan
13
4. Posisi Objek
a. Mengatur posisi pasien dan memastikan pertengahan image
receptor dan arah sinar menuju pada MSP 5 cm di atas krista
iliaka (agar diafragma masuk lapangan penyinaran), batas atas
kaset setinggi axilla.
b. Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis dan bahu.
c. Menyesuaikan kaset berada pada pertengahan midsagittal plane
(MSP) tubuh pasien, dan sekaligus memastikan agar bagian atas
abdomen dapat masuk dalam image receptor.
5. Arah Sinar
a. Arah sinar horisontal tegak lurus meuju pertengahan image
receptor (pada MSP setinggi 5 cm di atas krista ilaka)
c. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
6. Luas lapangan penyinaran / kolimasi
Kolimasi minimal pada keempat sisi pasien dan jangan sampai
terpotong.
7. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan saat ekspirasi dan menahan nafas.
14
BAB III
15
Rentang mA : 25 – 500 mA
Rentang kV : 40 – 125 kVp
b. Kaset ukuran 35 x 43 cm (2 Buah)
c. Marker “R” atau “L”
d. Printer merk AGFA
e. Film Computed Radiography ukuran 11 x 14 inchi (1 lembar)
3.4. Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi
3.2.1. Proyeksi anteroposterior (AP)
1. Posisi Pasien
a. Pasien supine di atas brankar, dengan mid sagital plane (MSP)
berada pada pertengahan kaset.
b. Memposisikan lengan berada pada samping tubuh dan diposisikan
agak jauh dari tubuh.
2. Posisi Objek
a. Meletakkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka dengan batas
atas kaset dibawah diafragma.
b. Tidak ada rotasi pada pelvis atau bahu (memastikannya dengan
cara melihat kedua ASIS berjarak sama terhadap permukaan kaset)
3. Arah Sinar dan Pngaturan Faktor Eksposi
a. Arah sinar vertikal tegak lurus meuju pertengahan image receptor
(setinggi krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
c. Pengaturan Faktor Eksposi
Tegangan tabung : 75 kV
Arus Tabung x waktu : 20 mAs
4. Usaha proteksi radiasi
a. Luas lapangan penyinaran / kolimasi secukupnya
b. Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan untuk
meninggalkan ruang pemeriksaan
c. Menutup semua pintu yang terdapat pada ruang pemeriksaan.
5. Aba – aba saat eksposi
16
Eksposi dilakukan dengan teknik mencuri nafas, saat pasien melakukan
ekspirasi
3.2.2. Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
1. Posisi Pasien
a. Pasien recumbent dengan posisi lateral kiri di atas brankar.
b. Kedua lutut difleksikan.
c. Memposisikan lengan berada pada dibawah kepala, sebagai
bantalan dan agar tidak menutupi gambaran abdomen.
2. Posisi Objek
a. Mengatur posisi pasien dan memastikan pertengahan image
receptor dan arah sinar menuju pada MSP 5 cm di atas krista
iliaka (agar diafragma masuk lapangan penyinaran), batas atas
kaset setinggi axilla.
b. Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis dan bahu.
c. Menyesuaikan kaset berada pada pertengahan midsagittal plane
(MSP) tubuh pasien, dan sekaligus memastikan agar bagian atas
abdomen dapat masuk dalam image receptor.
3. Arah Sinar
a. Arah sinar horisontal tegak lurus meuju pertengahan image
receptor (pada MSP setinggi 5 cm di atas krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
17
5. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan dengan teknik mencuri nafas, saat pasien
melakukan ekspirasi
3.5. Hasil
Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapat hasil sebagai berikut:
18
Dari hasil bacaan dr. Diah Utami A,Sp.Rad, selaku radiolog adalah sebagai
berikut:
Hasil :
Kesan :
Meteorismus
Curiga hepatomegaly
Tak tampak urolith opaque maupun illeus
3.6. Pembahasan
Pada pemeriksaan radiografi dengan diagnosa meteorismus pada
abdomen,Sering menjumpai menggunakan teknik pemeriksaan abdomen 2
posisi.Maksud dari dibuatnya hanya proyeksi Anteroposterior dengan posisi
pasien supine dan left lateral decubitus (LLD) dengan posisi pasien lateral
recumbent adalah sudah dapat menyajikan gambaran radiografi abdomen dengan
cukup dan dapat menegakkan diagnosa, hasil bacaan oleh radiolog sama dengan
diagnosa dokter pengirim.
Selain itu juga dari aspek proteksi radiasi, pemeriksaan abdomen 2 posisi
sesuai dengan persyaratan proteksi radiasi yaitu;
a. asas justifikasi berkaitan dengan dokter pengirim telah menuliskan
surat rujukan/permohonan/surat permintaan foto untuk dilakukan
pemeriksaan radiologi untuk menegakkan diagnosa.
b. asas optimisasi berkaitan dengan tidak terjadinya pengulangan foto
karena harus mencegah pengulangan paparan radiasi.
19
c. Asas limitasi berkaitan dengan nilai batas dosis yang diterima oleh
pekerja radiasi dan anggota masyarakat tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai laporan kasus yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi dengan Klinis meteorismus di Instalasi Radiologi
Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto” dapat diambil
kesimpulan bahwa teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi yang digunakan yaitu
proyeksi Anteroposterior dengan posisi pasien supine dan left lateral decubitus
(LLD) dengan posisi pasien lateral recumbent sudah dapat menegakkan diagnosa
tanpa harus melakukan pemeriksaan abdomen 3 posisi. Selain itu, radiasi yang
diterima pasien tidak sebanyak dengan dilakukannya pemeriksaan abdomen 3
posisi.
4.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam laporan kasus ini yaitu untuk
mahasiswa praktek maupun radiografer, baiknya menggunakan proyeksi abdomen
2 posisi karena dengan pemeriksaan abdomen 2 posisi sudah dapat menegakkan
diagnosa dan menampakkan gambaran radiografi dengan baik.
21
DAFTAR REFERENSI
http://m.klikdokter.com/tanya-dokter/read/27072/penumpukkan-gas-pada-usus diunduh
pada tanggal 21 November 2017 pukul 20.30
22