Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN 2 POSISI DENGAN KLINIS

METEORISMUS DI INSTALASI RADIOLOGI DIAGNOSTIK

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan 1

Disusun Oleh:

Gigih Ardi Primananda

P133743011646

PRODI DIPLOMA-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2017

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 atas mahasiswa Jurusan Radiodiagnostik
dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang :

nama : Gigih Ardi Primananda

NIM : P1337430116046

kelas : 2A

dengan judul Laporan Kasus “Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi dengan


Klinis Meteorismus di Instalasi Radiologi Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto”.

Purwokerto, November 2017

Pembimbing Laporan Kasus

Suratno, A.Md. Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik Radiografi
Abdomen dengan Kasus meteorismus pada Abdomen polos di Instalasi Radiologi
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi
Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis
2. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, S.ST, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang,
3. Bapak Agus Sholeh, S.Si selaku Clinical Instructure (CI) Praktek Kerja
Lapangan I di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
4. Bapak Suratno, A.Md. Rad selaku pembimbing praktek klinik yang telah
memberikan bimbingan selama penulisan laporan kasus ini di Instalasi
Radiologi Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

6. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini


Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan
kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

iii
Purwokerto, November 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
1.5. Sistematika penulisan.................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi Abdomen......................................................... 3


2.2. Patofisiologi Metorismus .............................................................. 10
2.3. Teknik Radiografi Abdomen 2 Posisi ........................................... 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Profil Kasus ................................................................................... 15
3.2. Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi ....................................... 16
3.3. Hasil ........................................................................................ 18
3.4. Pembahasan................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................... 21
4.2. Saran ........................................................................................... 21

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................... 22

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Organ abdomen adalah organ yang memiliki dua sistem,yaitu sistem


pencernaan dan sistem perkemihan.Di dalam rongga abdomen juga terdapat organ
sebagai aksesoris.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang organ abdomen dan salah satunya
adalah meteorismus. Meteorismus adalah peningkatan volume udara pada saluran
cerna dan/atau dalam rongga peirtoneum.Meteorismus bisa dipicu karena adanya
aeorogi,sindrom malabsorpsi,illeus paralitik,illeus obstruktif,dan Enteroklitis
nekrotikans.

Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi bahwa


abdomen mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai macam proyeksi
pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih informatif dilakukan
dengan berbagai proyeksi seperti AP supine,setengah duduk,dan LLD.

Salah satu teknik pemeriksaan yang menurut penulis sedikit berbeda dari
teori yang telah penulis pelajari adalah pada pemeriksaan Abdomen yang mana
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang tidak terlalu sedikit pada setiap
harinya. Hal yang membuat penulis tertarik adalah pada pemeriksaan Abdomen 2
Posisi dengan klinis pasien. Meteorismus Penulis sering menjumpai pada
pemeriksaan dengan klinis tersebut hanya dilakukan dengan teknik pemeriksaan
abdomen 2 posisi, sementara yang penulis ketahui dari perkuliahan, dilakukan
dengan teknik pemeriksaan abdomen 3 posisi. Sehingga penulis mengangkat hal
ini menjadi laporan dengan judul “Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi dengan
Klinis Meteorismus di Instalasi Radiologi Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis temui, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut,
1. Bagaimana teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi pada kasus meteorismus
di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Sekarjo Purwokerto?

1
2. Apakah hanya dengan teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi sudah dapat
membantu menegakkan diagnosa?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 1.
2. Tujuan Khusus :
Mengetahui prosedur pemeriksaan Abdomen 2 posisi pada kasus
meteorismus di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwoerto
Mengetahui informasi anatomi dan patologi Meteorismus pada pemeriksaan
abdomen 2 posisi.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai teknik

pemeriksaan abdomen 2 posisi pada kasus meteorismus.

2. Sebagai khasanah pustaka tentang teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi

khususnya pada kasus meteorismus bagi mahasiswa Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.

2.4. Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka, berisi tentang anatomi dan fisiologi abdomen,
patofisiologi meteorismus, pemeriksaan radiografi abdomen,
teknik radiografi abdomen 2 posisi.
BAB III Hasil dan Pembahasan, berisi tentang paparan kasus, profil kasus
pasien, persiapan alat dan bahan, prosedur pelaksanaan, hasil, dan
pembahasan.
BAB IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Anatomi dan Fisiologi Abdomen


1.1.1. Otot Abdomen
Setiap otot di dalam rongga Abdomen saling terkait. Terdapat tiga otot
utama yang terdapat didalamnya, yaitu diafragma, psoas major kanan
dan kiri. Diafragma merupakan otot berbetuk kubah yang berfungsi
untuk memisahkan rongga abdomen dengan thorax. Otot psoas major
kanan dan kiri yang berada pada sisi columna vertebrae lumbal, dalam
radiograf otot ini digambarkan agak samar. (Bontrager, 2018)

A B
Gambar 2.1.1.A, Otot Abdomen. B, Otot Abdomen yang tampak pada
radiograf
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy
9th Edition

1.1.2. Pemabagian Kuadran dan Regio Abdomen


1. Kuadran Abdomen
Bila abdomen dibagi dengan garis bidang maya, dengan kedua bidang
tersebut Saling tegak lurus dan berpusat di umbilicus, maka akan ada
empat kuadran abdomen, pada kebanyakan orang, umbilicus setinggi
antara vertebrae lumbar 4 dan 5, dan setinggi krista iliaka pada
wanita. Empat kuadran tersebut membagi rongga abdomen dan
rongga pelvis atau sering disebut rongga Abdominopelvic antara lain

3
kuadran kanan atas (Right Upper Quadrant), kuadran kiri atas (Left
Upper Quadrant), kuadran kanan bawah (Right Lower Quadrant), dan
kuadran kiri bawah (Left Lower Quadrant). (Bontrager, 2018)

A B
Gambar 2.1.2.A, Kuadran pada rongga abdomen. B, Kuadran pada
rongga abdomen tampak organ didalamnya
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition

Pembagian kuadran abdomen ini berfungsi untuk menentukan letak


organ sehingga dapat mempermudah dalam beberapa pemeriksaan
tertentu. Letak organ dan pembagiannya dalam keempat kuadran
tersebut dituliskan dalam tabel berikut. (Bontrager, 2018)
Kadran Kanan Kuadran Kiri Kuadran Kuadran Kiri
Atas Atas Kanan Bawah Bawah
(RUQ) (LUQ) (RLQ) (LLQ)
Hati Limpa Colon Colon
Empedu Lambung ascenden descenden
Right colic Left colic Appendix Colon sigmoid
(hepatic) (splenic) (umbai 2/3 dari
flexure flexure cacing) jejunum
Duodenum Bagian ekor Cecum
2
Bagian kepala pankreas /3 dari Ileum
pankreas Ginjal kiri Katup
Ginjal kanan Kelenjar Ileocecal
Kelenjar adrenal kiri
adrenal

4
kanan
Keterangan: Pembagian letak organ pada table tersebut pada usia
orang dewasa.

Tabel 2.1.1. Pembagian letak organ didalam rongga abdomen sesuai


dengan pembagian kuadran.
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition

2. Regio Abdomen
Rongga abdominopelvic juga dapat dibagi menjadi 9 regio abdomen,
dengan dibagi 2 bidang horizontal dan 2 bidang ventrikal. 2 bidang
horizontal tersebut adalah bidang transpyloric dan bidang
transtubercular, sedangkan 2 bidang vertikal adalah bidang lateral
kanan dan lateral kiri. Bidang transpiloric berada setinggi vertebrae
lumbal 1 dan bidang transtubercular berada setinggi vertebrae lumbal
5, sementara bidang lateral kanan dan kiri berada pada bidang sagital
sejajar dengan SIAS. (Bontrager, 2018)

Gambar 2.1.3. Regio pada rongga Abdomen tampak organ


Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy
9th Edition

Dibandingkan pembagian dengan sistem “regio”, pembagian abdomen


dengan sistem “Kuadran” lebih sering digunakan karena dapat lebih
menunjukan letak organ yang lebih spesifik, terlepas dari body
habitus, posisi tubuh, dan usia seseorang. (Bontrager, 2018)

5
2.1.3. Sistem Organ pada Rongga Abdomen
Dalam rongga abdomen terdapat dua sistem organ, yaitu sistem organ
pencernaan dan sistem organ perkemihan.Didalam sistem
pencernaan,sebagian besar organ aksesoris mengisi rongga perut
seperti;hati,kantong empedu,dan pancreas.Enam organ sistem
pencernaan adalah sebagai berikut:
1. Rongga mulut
2. Faring
3. Esofagus
4. Lambung
5. Usus halus
6. Usus besar

1. Sistem Organ Pencernaan


a. Lambung
Lambung merupakan organ pertama dari sistem pencernaan
yang terletak didalam rongga abdomen. Ukuran dan kapasitas
lambung tergantung pada body habitus setiap orang. (Bontrager,
2018).
b. Usus Halus (Small Intestine)
Usus halus merupakan kelanjutan dari organ lambung dan
memiliki panjang sekitar 4,5 sampai dengan 5,5 m. terdapat tiga
bagian dari usus halus, yaitu:
1) Duodenum
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus.
bagian dari usus halus ini merupakan bagian terpendek
(panjangnya kurang lebih 25 cm) namun merupakan
bagian terlebar diameternya dibandingkan dengan dua
bagian usus halus lain. Apabila ditampilkan dalam
radiograf (dengan bantuan media kontras) duodenum
digambarkan seperti huruf “C”. bagian proximal
duodenum disebut duodenal bulb, merupakan ciri-ciri
yang digunakan dalam pemeriksaan yang menggunakan
6
media kontras (barium) untuk menampakkan saluran
Gastrointestinal. (Bontrager 2018).

2) Jejunum dan Ileum


Bagian ini berada pada tengah dan bawah rongga
abdomen. 2/5 bagian pertamanya disebut jejunum dan 3/5
distalnya disebut ileum. Terdapat katup yang
menghubungkan antara ileum dan cecum (bagian dari usus
besar) yaitu katup ileocecal. (Bontrager, 2018)
Secara umum, usus halus berfungsi sebagai tepat absorbsi
produk digesti. (Sloane, 2003)

Gambar 2.1.4. Lambung dan pembagian usus halus


dalam beberapa bagiannya
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and
Related Anatomy 9th Edition

c. Usus Besar (Colon)


Usus besar diawali pada kuadaran kanan bawah pada katup
ileocecal. Dilanjutkan dengan cecum dan di bagian
posteromedial dari cecum terdapat appendix (vermiform
appendix). Bagian vertikal di atas cecum yang memanjang
disebut dengan colon ascenden diamana arahnya menuju ke
atas. Dilanjutkan dengan bagian colon yang mengarah
horisontal disebut colon transversal. Dan terdapat bagian
vertikal colon yang mengarah kebawah disebut colon
descenden. Colon ascenden dan colon transversal bergabung

7
pada suatu sambungan yang disebut right colic (hepatic) flexure
dan pertemuan antara colon transversal dan colon descenden
disebut dengan left colic (splenic) flexure. Setelah colon
descenden, terdapat rectum dengan panjang 15 cm dan diakhiri
dengan anus. Setiap body habitus orang memiliki perbedaan
letak colon, terutama perbedaan letak colon transversal.
(Bontrager, 2018)

Gambar 2.1.5. Colon dan pembagiannya


Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition

d. Peritoneum
Rongga abdomen dibungkus oleh suatu selaput yang disebut
oleh peritoneum. Ada dua macam peritoneum:Parietaldan
visceral.Dua selaput peritoneum melekat pada dinding rongga
abdomen disebut parietal peritoneum,sedangkan bagian yang
melindungi organ disebut visceral peritoneum. Diantara kedua
rongga peritoneum tersebu terdapat suatu rongga yang diebut
peritoneal cavity,yang berada disekitar organ dalam. Diantara
kedua rongga peritoneum tersebut terdapat suatu rongga yang
disebut peritoneal cavity, yang pada keadaan normal berisi
cairan.Kemungkinan organ-organ bergerak berlawanan tanpa
bergesekan satu sama lain(Bontrager, 2018)

8
Gambar 2.1.6. Rongga Peritoneum tampat dari potongan
sagital
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition

2. Sistem Organ Perkemihan


Secara umum, pada organ perkemihan terdapat organ sebagai berikut:
2 ginjal, 2 ureter, 1 kantung kemih dan 1 uretra. Pada setiap renal
memiliki pasangan ureter yang mesuk ke dalam vesica urinary (VU)
yang selanjutnya diteruskan dengan organ urethra.Kandung kemih
terletak pada superior dan posterior symphysis pubis yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan urin. Darah yang masuk ginjal disaring
dan hasil eksresinya selanjutnya dibuang keluar tubuh. Untuk
menyalurkan hasil eksresi dari ginjal, urin harus melalui urether dan
dilanjutkan masuk ke dalam kantung kemih. Eksresi urin dari vesica
urinary keluar tubuh melalui urethra. (Bontrager, 2018)

9
Gambar 2.1.7. Organ perkemihan didalam rongga abdomen dan
pelvis
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 9th Edition

2.2. Patofisiologi Meteorismus


2.2.1. Pengertian
Meteorismus atau perut kembung adalah peningkatan volume
udara pada saluran pencernaan dan/atau dalam rongga peritonium.Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti banyak udara yanb
tertelan,stres,makan makanan yang mengandung gas,kebiasaan makan
dan minum yang terlalu cepat,makan terlalu kenyang,dan dehidrasi.
Meteorismus umumnya merupakan kondisi yang tidak terlalu
mengkhawatirkan,namun apabila terjadi kelanjutan akan menyebabkan
dapat berkaitan dengan suatu keadaan yag disebut illeus
(http://m.klikdokter.com/tanya-dokter/read/27072/penumpukkan-gas-
pada-usus diunduh pada tanggal 21 November 2017 pukul 20.30 )
Penyebab meteorismus salah satu nya Illeus Obstruktif yang akan
menyebabkan dehidrasi dan kegagalan sirkulasi.Gejala utama obstruksi
usus antara lain muntah,dengan atau tanpa bercampur
empedu,nyeri,konstipasi,dan distensi abdomen.
(http://documen.tips/document/meteorismus.html diunduh pada tanggal
14 November 2017 pukul 20.05)

10
2.2.2. Gejala Meteorismus
1. Sensasi penuh,sesak,atau pembengkakkan pada bagian perut.
2. Rasa nyeri dari ringan hingga berat)dan penuh gas pada perut.
3. Rasa sakit yang muncul bisa menyebabkan kram perut.
4. Frekuensi bersendawa menjadi lebih sering.
5. Perut terasa bergejolak.
6. Buang angin secara berlebihan.
http://www.alodokter.com/meteorismus diunduh pada tanggal 14
November 2017 pukul 21.23)

2.2.3. Penyebab Meteorismus


1. Sembelit atau konstipasi
2. Kondisi medis lainnya seperti diverticulitis,penyakit inflamasi usus(
colitis ulseratif atau penyakit Chrons,diabetes.
(http://www.alodokter.com/meteorismus diunduh pada tanggal 14
November 2017 pukul 21.23)

2.3. Teknik Radiografi Abdomen 2 Posisi


2.3.1. Pemeriksaan Abdomen Proyeksi Anteroposterior (AP)
1. Faktor Teknik
a. Image Receptor ukuran 35 x 43 cm (14 x 17”) membujur
b. Grid
c. Marker “R” atau “L”

Gambar 2.4.1. Image Receptor dan marker untuk pemeriksaan


abdomen proyeksi anteroposterior (AP)
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy
6th Edition

11
2. Proteksi Radiasi
Melindungi organ sensitif dengan pelindung, selama organ terbeut
tidak dalam daerah pemeriksaan.
3. Posisi Pasien
a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan mid sagital plane
(MSP) berada pada pertengahan meja pemeriksaan dan atau kaset.
b. Memposisikan lengan berada pada samping tubuh dan diposisikan
agak jauh dari tubuh.
c. Memberi bantalan dibawah lutut jika hal ini membuat nyaman
pasien
4. Posisi Objek
a. Meletakkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka dengan batas
atas kaset dibawah diafragma.
b. Tidak ada rotasi pada pelvis atau bahu (memastikannya dengan
cara melihat kedua ASIS berjarak sama terhadap permukaan meja)

Gambar 2.4.2. Posisi pasien dan posisi objek pada pemeriksaan


abdomen proyeksi anteroposterior(AP)
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 6th Edition

5. Arah Sinar
a. Arah sinar vertikal tegak lurus meuju pertengahan image receptor
(setinggi krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.

12
6. Luas lapangan penyinaran / kolimasi
Kolimasi minimal pada tepi kulit pasien dan pada bagian batas atas
dan bawah kaset.
7. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan saat ekspirasi dan menahan nafas (sekitar 1 detik
setelah ekspirasi untuk mengurangi pergerakan usus)
2.3.2. Pemeriksaan abdomen proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
1. Faktor Teknik
a. Image Receptor ukuran 35 x 43 cm (14 x 17”) melintang di atas
meja pemeriksaan, atau membujur terhadap pasien)
b. Grid
c. Marker “R” dan “anak panah”

Gambar 2.4.3. Image Receptor dan marker untuk pemeriksaan


abdomen proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 6th Edition

2. Proteksi Radiasi
Melindungi organ sensitif dengan pelindung, selama organ tersebut
tidak dalam daerah pemeriksaan.
3. Posisi Pasien
a. Pasien recumbent dengan posisi lateral di atas meja pemeriksaan,
memberi penopang kaset di belakang tubuh pasien.
b. Memberi bantalan pada bagian abdomen yang dekat dengan meja
pemeriksaan agar anatomi abomen tidak terpotong.
c. Lutut yang dekat dengan meja pemeriksan difleksikan, sedangkan
lutut lain berada diatasnya untuk menahan posisi pasien.
d. Memposisikan lengan berada pada dibawah kepala, sebagai
bantalan

13
4. Posisi Objek
a. Mengatur posisi pasien dan memastikan pertengahan image
receptor dan arah sinar menuju pada MSP 5 cm di atas krista
iliaka (agar diafragma masuk lapangan penyinaran), batas atas
kaset setinggi axilla.
b. Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis dan bahu.
c. Menyesuaikan kaset berada pada pertengahan midsagittal plane
(MSP) tubuh pasien, dan sekaligus memastikan agar bagian atas
abdomen dapat masuk dalam image receptor.

Gambar 2.4.4. Posisi pasien dan posisi objek pada pemeriksaan


abdomen proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
Sumber: Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy 6th Edition

5. Arah Sinar
a. Arah sinar horisontal tegak lurus meuju pertengahan image
receptor (pada MSP setinggi 5 cm di atas krista ilaka)
c. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
6. Luas lapangan penyinaran / kolimasi
Kolimasi minimal pada keempat sisi pasien dan jangan sampai
terpotong.
7. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan saat ekspirasi dan menahan nafas.

14
BAB III

PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. ADS


Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 42 Tahun
Alamat : Jl.Rancah,Cilacap
No. RM : 02-00-87-XX
No. Foto : 17-331XX
Pengirim : dr. Joyo Santoso,Sp.Pd
Tanggal Pemeriksaan : 13 November 2017
Permintaan Pemeriksaan : Abdomen 2 posisi
Diagnosa : Meteorismus
3.2. Riwayat Pasien

Pada tanggal 13 November 2017 pasien datang ke Instalasi Radiologi Diagnostik


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan diantar oleh perawat
Ruangan membawa surat permintaan pemeriksaan radiografi abdomen 2 posisi
dengan klinis Meteorismus dari dokter pengirim dr.Joyo Santoso,Sp.Pd

3.3. Prosedur Pemeriksaan


1. Persiapan pasien
a. Pemeriksaan abdomen 2 posisi tidak memerlukan persiapan khusus.
Menata baju pasien agar kancing ataupun benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiograf agar tidak berada di daerah abdomen.
b. Petugas memberikan sedikit arahan saat eksposi dilakukan, yaitu
menahan gerakan selama pemeriksaan dilakukan.
2. Persiapan alat dan bahan
a. Pesawat Sinar-X
 Merk : Quantum
 Nomor Seri : CS-2
 Model : Stationer

15
 Rentang mA : 25 – 500 mA
 Rentang kV : 40 – 125 kVp
b. Kaset ukuran 35 x 43 cm (2 Buah)
c. Marker “R” atau “L”
d. Printer merk AGFA
e. Film Computed Radiography ukuran 11 x 14 inchi (1 lembar)
3.4. Teknik Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi
3.2.1. Proyeksi anteroposterior (AP)
1. Posisi Pasien
a. Pasien supine di atas brankar, dengan mid sagital plane (MSP)
berada pada pertengahan kaset.
b. Memposisikan lengan berada pada samping tubuh dan diposisikan
agak jauh dari tubuh.
2. Posisi Objek
a. Meletakkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka dengan batas
atas kaset dibawah diafragma.
b. Tidak ada rotasi pada pelvis atau bahu (memastikannya dengan
cara melihat kedua ASIS berjarak sama terhadap permukaan kaset)
3. Arah Sinar dan Pngaturan Faktor Eksposi
a. Arah sinar vertikal tegak lurus meuju pertengahan image receptor
(setinggi krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.
c. Pengaturan Faktor Eksposi
Tegangan tabung : 75 kV
Arus Tabung x waktu : 20 mAs
4. Usaha proteksi radiasi
a. Luas lapangan penyinaran / kolimasi secukupnya
b. Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan untuk
meninggalkan ruang pemeriksaan
c. Menutup semua pintu yang terdapat pada ruang pemeriksaan.
5. Aba – aba saat eksposi

16
Eksposi dilakukan dengan teknik mencuri nafas, saat pasien melakukan
ekspirasi
3.2.2. Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
1. Posisi Pasien
a. Pasien recumbent dengan posisi lateral kiri di atas brankar.
b. Kedua lutut difleksikan.
c. Memposisikan lengan berada pada dibawah kepala, sebagai
bantalan dan agar tidak menutupi gambaran abdomen.
2. Posisi Objek
a. Mengatur posisi pasien dan memastikan pertengahan image
receptor dan arah sinar menuju pada MSP 5 cm di atas krista
iliaka (agar diafragma masuk lapangan penyinaran), batas atas
kaset setinggi axilla.
b. Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis dan bahu.
c. Menyesuaikan kaset berada pada pertengahan midsagittal plane
(MSP) tubuh pasien, dan sekaligus memastikan agar bagian atas
abdomen dapat masuk dalam image receptor.
3. Arah Sinar
a. Arah sinar horisontal tegak lurus meuju pertengahan image
receptor (pada MSP setinggi 5 cm di atas krista ilaka)
b. Jarak antara sumber radiasi dengan image receptor atau Source
Image Distance (SID) minimal 40 inchi atau 100 cm.

c. Pengaturan Faktor Eksposi


Tegangan tabung : 75 kV
Arus Tabung x waktu : 20 mAs
4. Usaha proteksi radiasi
a. Luas lapangan penyinaran / kolimasi secukupnya
b. Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan untuk
meninggalkan ruang pemeriksaan
c. Menutup semua pintu yang terdapat pada ruang pemeriksaan.
d. Memastikan ruangan yang dituju sinar-X tidak dipakai aktifitas
oleh orang lain (toilet pasien)

17
5. Aba – aba saat eksposi
Eksposi dilakukan dengan teknik mencuri nafas, saat pasien
melakukan ekspirasi
3.5. Hasil
Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapat hasil sebagai berikut:

Gambar 3.3.1. Hasil radiograf Proyeksi Anteroposterior


Sumber: Dokumen Instalasi Radiologi Diagnostik Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto

Gambar 3.3.2. Hasil radiograf Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)


Sumber: Dokumen Instalasi Radiologi Diagnostik Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto

18
Dari hasil bacaan dr. Diah Utami A,Sp.Rad, selaku radiolog adalah sebagai
berikut:

Hasil :

 Pre peritoneal fat line kanan dan kiri baik


 Psoas line kanan kiri kontur kedua ginjal baik
 Tak tampak opasitas patologis pada cavum abdomen
 Tampak opasitas bulat dengan central lusensi pada cavum pelvis kiri
cenderung gambaran plebolith
 Jumlah dan distribusi udara usus meningkat
 Tak tampak dilatasi maupun gambaran herring bone dan coiled spring
 Kontur hepar meembesar dengan liver tip setiggi L4

Kesan :

 Meteorismus
 Curiga hepatomegaly
 Tak tampak urolith opaque maupun illeus
3.6. Pembahasan
Pada pemeriksaan radiografi dengan diagnosa meteorismus pada
abdomen,Sering menjumpai menggunakan teknik pemeriksaan abdomen 2
posisi.Maksud dari dibuatnya hanya proyeksi Anteroposterior dengan posisi
pasien supine dan left lateral decubitus (LLD) dengan posisi pasien lateral
recumbent adalah sudah dapat menyajikan gambaran radiografi abdomen dengan
cukup dan dapat menegakkan diagnosa, hasil bacaan oleh radiolog sama dengan
diagnosa dokter pengirim.
Selain itu juga dari aspek proteksi radiasi, pemeriksaan abdomen 2 posisi
sesuai dengan persyaratan proteksi radiasi yaitu;
a. asas justifikasi berkaitan dengan dokter pengirim telah menuliskan
surat rujukan/permohonan/surat permintaan foto untuk dilakukan
pemeriksaan radiologi untuk menegakkan diagnosa.
b. asas optimisasi berkaitan dengan tidak terjadinya pengulangan foto
karena harus mencegah pengulangan paparan radiasi.

19
c. Asas limitasi berkaitan dengan nilai batas dosis yang diterima oleh
pekerja radiasi dan anggota masyarakat tidak boleh melebihi batas
yang ditentukan.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai laporan kasus yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan Abdomen 2 Posisi dengan Klinis meteorismus di Instalasi Radiologi
Diagnostik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto” dapat diambil
kesimpulan bahwa teknik pemeriksaan abdomen 2 posisi yang digunakan yaitu
proyeksi Anteroposterior dengan posisi pasien supine dan left lateral decubitus
(LLD) dengan posisi pasien lateral recumbent sudah dapat menegakkan diagnosa
tanpa harus melakukan pemeriksaan abdomen 3 posisi. Selain itu, radiasi yang
diterima pasien tidak sebanyak dengan dilakukannya pemeriksaan abdomen 3
posisi.
4.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam laporan kasus ini yaitu untuk
mahasiswa praktek maupun radiografer, baiknya menggunakan proyeksi abdomen
2 posisi karena dengan pemeriksaan abdomen 2 posisi sudah dapat menegakkan
diagnosa dan menampakkan gambaran radiografi dengan baik.

21
DAFTAR REFERENSI

Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano. Textbook of Radiographic Positioning and


Related Anatomy Sixth Edition. Missouri: Mosby Elsevier. 2018

______. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Sixth Edition.


Missouri: Mosby Elsevier. 2005

http://documen.tips/document/meteorismus.html diunduh pada tanggal 14 November


2017 pukul 20.05

http://www.alodokter.com/meteorismus diunduh pada tanggal 14 November 2017 pukul


21.23)

http://m.klikdokter.com/tanya-dokter/read/27072/penumpukkan-gas-pada-usus diunduh
pada tanggal 21 November 2017 pukul 20.30

PERKA BAPPETEN NO. 8 TAHUN 2011. KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN


PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

22

Anda mungkin juga menyukai