Anda di halaman 1dari 47

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI VERTEBRAE THORACOLUMBAL

DENGAN DIAGNOSA TETRAPARESE DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

LAPORAN KASUS

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan I

Disusun Oleh :

NURY AMRETA KAMELIA

P1337430319058

PROGRAM STUDI RADIOLOGI PURWOKERTO PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai

laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi

Radiologi Purwokerto Program Diploma Tiga Jurusan Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi Semarang.

Nama : Nury Amreta Kamelia

NIM : P1337430319058

Judul Laporan Kasus : “Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Thoracolumbal dengan Diagnosa Tetraparese di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta”

Surakarta, April 2021

Clinical Instruktur,

Zita Hadiah Pratami, S.Tr. Rad

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebrae

Thoracolumbal dengan Diagnosa Tetraparese di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Dr. Moewardi Surakarta”

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik

kerja lapangan 1, Program Studi Radiologi Purwokerto Program Diploma

Tiga, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Marsum, BE., S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

2. Ibu Fatimah, S.ST., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

3
3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST., M.Si selaku Ketua Program Studi

D III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto.

4. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST., M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

5. Ibu Zita Hadiah Pratami, S.Tr. Rad Clinical Instructur di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan

bimbingan dan arahan.

6. Ibu Atik, pak Heri, ibu Herni, ibu Tyas, pak Eka, dan pak Makruf

yang telah memberikan bimbingan praktek serta ilmu yang sangat

berharga selaku Radiografer di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

7. Segenap pegawai Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

8. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang telah memberi dukungan

moril maupun materil.

9. Teman-teman Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Purwokerto.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini

masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

4
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk lebih

sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan semua pihak yang telah membaca karya tulis ini pada

umumnya.

Purwokerto, April 2021

Penyusun

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... 1

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. 2

KATA PENGANTAR ............................................................................ 3

DAFTAR ISI........................................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 8

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 8

B. Rumusan Masalah ................................................................... 9

C. Tujuan Penulis .........................................................................10

D. Sistematika Penulisan................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................12

A. Anatomi Vertebrae ...................................................................12

B. Fisiologi Vertebrae....................................................................19

C. Patologi Vertebrae ...................................................................19

D. Teknik Pemeriksaan ................................................................24

E. Proteksi Radiasi .......................................................................32

6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................35

A. Profil Kasus ..............................................................................35

B. Prosedur Pemeriksaan ............................................................35

C. Pembahasan.............................................................................43

BAB IV PENUTUP ...............................................................................45

A. Kesimpulan ..............................................................................45

B. Saran ........................................................................................45

DAFTAR PUSAKA ................................................................................46

LAMPIRAN.............................................................................................47

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman modern saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

sudah tidak perlu di pertanyakan lagi. Teknologi berkembang dengan

sangat cepat dalam waktu yang sangat singkat. Semua teknologi yang

awalnya bersistem analog pun sudah berubah dan bertransformasi

menjadi sistem digital.

Kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas yang baik

menjadi salah satu penyebab pesatnya kemajuan teknologi di bidang

kesehatan. Salah satu bidang kesehatan yang paling dibutuhkan saat ini

adalah bidang radiologi, sebagai bidang yang berfungsi untuk

membantu menegakkan diagnosa dan pengobatan. hal tersebut

menjadikan keberadaan bidang radiologi dibutuhkan oleh masyarakat.

Dalam prinsip radiodiagnostik adalah pemanfaatan sinar-x yang baik

yaitu mengenai suatu bahan/obyek akan menghasilkan gambaran

radiograf yang dapat menentukan diagnosa. Salah satunya adalah pada

pemeriksaan Vertebrae Thoracolumbal.

Pemeriksaan Vertebrae Thoracolumbal merupakan salah satu

pemeriksaan radiologi konvensional tanpa menggunakan media kontras.

Berbagai macam penyakit yang dapat menyerang Vertebrae

8
Thoracolumbal, dalam hal ini berupa Tetraparese. Tetraparese adalah

kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau trauma pada

manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi motorik pada

keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan lengan lebih

atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta., proyeksi

yang biasa digunakan untuk pemeriksaan Thoracolumbal dengan kasus

Tetraparese yaitu Anterior Posterior (AP) dan Lateral dengan posisi

supine dan recumbent. Sedangkan di dalam teori tidak ada pemeriksaan

Thoracolumbal, yang ada hanya pemeriksaan Thoracal dan pemeriksaan

Lumbal menggunakan proyeksi Anterior Posterior (AP) dan Lateral.

(Bontrager Ninth Edition).

Dengan alasan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya

dalam bentuk tulisan dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi

Vertebrae Thoracolumbal dengan Diagnosa Tetraparese di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi Vertebrae Thoracolumbal

dengan diagnosa Tetraparese di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr.

Moewardi Surakarta?

9
2. Mengapa prosedur pemeriksaan radiografi Vertebrae Thoracolumbal

dengan diagnosa Tetraparese hanya menggunakan Pemeriksaan

Thoracolumbal, tidak menggunakan pemeriksan Thoracal dan

pemeriksaan Lumbal?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Vertebrae

Thoracolumbal dengan diagnosa Tetraparese di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

2. Untuk mengetahui apakah dengan pemeriksaan Thoracolumbal

dengan diagnosa Tetraparese sudah dapat memberikan informasi klinis.

D. Sistematika Penulisan

a. Bagian Awal

Berisi halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi,

daftar gambar, dan daftar lampiran yang terdapat pada laporan kasus.

b. Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan

sistematika penulisan laporan kasus.

c. Bab II Tinjauan Pustaka

Berisi tentang anatomi fisiologi dari vertebrae/spine, patologi, dan teknik

pemeriksaan radiografi Thoracolumbal.

d. Bab III Profil Kasus dan Pembahasan

10
Berisi tentang paparan kasus, tata pelaksanaan pemeriksaan, serta

pembahasan.

e. Bab IV Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

Lampiran

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Columna Vertebralis merupakan bagian yang penting dalam ergonomi

karena rangka ini merupakan penyokong tubuh manusia bersama

dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki

melalui sendi yang terdapat pada pangkal paha. Pada kehidupan awal,

Columna Vertebralis biasanya terdiri dari 33 tulang kecil, tidak berbentuk

teratur. Tulang-tulang ini terbagi menjadi lima kelompok dan diberi nama

sesuai ke wilayah yang mereka tempati. Itu tujuh Vertebrae paling atas

menempati wilayah leher dan disebut Vertebrae Cervical. 12 tulang

berikutnya terletak di bagian punggung, atau Posterior, dari Thorax dan

disebut Vertebrae Thoracal. Lima Vertebrae menempati daerah pinggang

disebut Vertebrae Lumbal. Lima tulang belakang berikutnya, terletak di

daerah panggul, disebut Vertebrae Sacrum. Vertebra terminal, juga dalam

daerah panggul, bervariasi dari tiga hingga lima ruas pada orang dewasa dan

disebut Vertebrae Coccygeal (Merrill’s, 2016).

Setiap vertebra terdiri atas dua bagian yang anterior adalah badan

vertebra dan posterior adalah arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis

(foramen vertebra/sumsum tulang belakang).

12
(Gambar 2.1 Vertebrae) (Bontrager)

Struktur tulang vertebrae terdiri dari :

 Pedikel/pedicle terletak di kedua bagian lateral corpus, tebal dan

membulat.

 Lamina terletak pada ujung posterior pedikel, berbentuk lempengan

tipis. Kedua pedikel bertemu di midline membentuk prosesus

spinosus.

 Incisura vertebralis/vertebral notch (superior dan inferior), lengkungan

yang terletak pada bagian atas dan bawah pedikel. Incisura vertebralis

inferior (vertebrae yang atas) bersatu dengan incisura vertebralis

superior (vertebrae di bawahnya) membentuk foramen intervertebralis;

sebagai tempat keluarnya nervus spinalis dari spinal cord.

13
 Prosesus transverses ada 2 kanan dan kiri, terletek pada pertemuan

antara corpus dan arcus, mencuat kearah lateral.

 Corpus/body terletak di anterior, berbentuk silinder, dengan

permukaan posterior yang rata.

 Prosesus articularis (superior dan inferior), terletak di bagian superior

dan inferior pada dasar (base) prosesus transversus. Persendian

antara prosesus articularis inferior (vertebrae yang atas) dengan

prosesus articularis superior (vertebrae di bawahnya) membentuk

zygapophyseal, Vertebre cervical mempunyai foramen transversum

yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis dan nervus spinalis.

 Foramen vertebralis, lubang yang terletak di bagian posterior corpus

dibatasi oleh arcus di bagian posterior dengan foramen vertebralis

yang lain membentuk canalis vertebralis sebagai tempat spinal cord.

14
(Gambar 2.2, 2.3, 2.4 Struktur Vertebrae)(Bontrager)

Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

a. Vertebrae Cervical

Terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil

dengan Spina atau Processus Spinosus (bagian seperti sayap pada

belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini

merupakan tulang yang mendukung bagian leher

15
(Gambar 2.5 Vertebrae Cervikal—oblique posterior view)(Bontrager)

b. Vertebrae Thoracal

Terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang Dorsal.

Prosessus Spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk.

Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.

(Gambar 2.6 Vertebrae Thoracal)(Bontrager)

c. Vertebrae Lumbal

Terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap

konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lain.

Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan

beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

16
(Gambar 2.7 Vertebrae lumbal lateral View)(Netter)

d. Vertebrae Sacrum

Terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak

memiliki celah atau InterVertebral Disc satu sama lainya. Tulang ini

menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.

17
(Gambar 2.8 Vertebrae Sacrum-Anterior View)(Bontrager)

e. Vertebrae Coccyx

Terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara satu

dengan yang lainya. Tulang Coccyx dan Sacrum tergabung menjadi satu

kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.

(Gambar 2.9 Vertebrae Coccyx-Anterior View)(Bontrager)

B. FISIOLOGI

Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam

posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya

gravitasi agar tubuh secara seimbang dan tetap tegak. Vertebra servikal,

torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan

dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut

mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang

terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan.

18
Prosesus transverses terletak pada kedua sisi korpus vertebra, merupakan

tempat melekatnya otot-otot punggung. Bagian lain dari vertebrae, adalah

“lamina” dan “pedikel” yang membentuk arkus tulang vertebrae, yang

berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan bagian

posterior dan vertebrae yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi

tempat melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang

vertebrae terdapat diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan

atau “shock absorbers” bila vertebrae bergerak.

C. PATOLOGI

Adapun jenis patologi yang di temukan pada vertebra antara lain :

1. Gangguan bawaan

Gangguan kongenital , spina bifida , terjadi sebagai akibat dari

tabung saraf embrionik yang rusak, ditandai dengan penutupan

lengkung vertebrae yang tidak lengkap atau penutupan permukaan

kanal vertebrae yang tidak lengkap. Situs yang paling umum untuk

malformasi spina bifida adalah area lumbar dan sakral.

Kelainan bawaan lainnya adalah sindrom regresi caudal yang

juga dikenal sebagai agenesis sakral . Ini ditandai dengan

perkembangan yang tidak normal pada embrio (terjadi pada minggu

ketujuh) dari tulang belakang bagian bawah. Kadang-kadang bagian

19
tulang ekor tidak ada, atau tulang belakang bagian bawah tidak ada,

atau kadang-kadang ada bagian kecil tulang belakang yang hilang

tanpa tanda luar.

2. Fraktur

Gangguan kontinuitas jaringan tulang yang terjadi jika tulang

dikenai stres yang lebih besar dari yang diabsorsinya yang terjadi

pada ruas-ruas tulang punggung karena adanya trauma/benturan yang

dapat menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung atau

tidak langsung.

3. Scoliosis
Scoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa

kelengkungan ke arah samping dari tulang belakang. Sebanyak 75-

85% kasus scoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak

diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus scoliosis lainya

merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan

tertentu, seperti distorfi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan

penyakit lainya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau

saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan

menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.

4. Spondilosis

Spondilosis merupakan penyakit akibat degenerasi discus

intervertebralis. Discus yang berdegenerasi bisa berherniasi kedalam

20
jaringan sekelilingnya dan jika discus yang berherniasi tersebut

menekan medulla spinalis atau nervus spinalis bisa timbul rasa nyeri

dan/atau devisit neurology. Spondilosis timbul maksimum dalam regio

cervikalis bawah dan lumbalis bawah. Tanda-tanda spondilosis pada

film polos adalah penyempitan ruang diskus , pembentukan osteofit dan

sklerosis, yang sering timbul pada permukaan corpus vertebrae yang

berdekatan. Osteofit pada permukaan posterior corpus vertebrae

menyempitkan canalis vertebralis dan bisa mengganggu foramina

intervertebralis.

5. HNP (Hernia Nukleus pulposus)


Hernia nukleus pulposus (HNP) atau herniated disc adalah

kondisi ketika salah satu bantalan atau cakram (disc) tulang rawan dari

tulang belakang menonjol keluar dan menjepit saraf. Penyakit ini sering

disebut oleh orang awam sebagai saraf terjepit.

6. Tetraparese
Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan

oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya

sebagian fungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan

kelumpuhan/kelemahan lengan lebih atau sama hebatnya

dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan oleh adanya

kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi

(khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer,

21
kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. kerusakan diketahui

karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada

keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas

pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau

sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio,

atau spina bifida).

Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau

kehilangan kemampuan dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi

seksual, pengosongan saluran kemih dan rektum, sistem pernafasan

atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/kehilangan

fungsi sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan

sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi

kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan

lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat

memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut masih bisa

digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya

masih bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknyanya

kerusakan.

 Penyebab umum dari tetraparesis:

- Complete/incomplete transection of cord with fracture

Prolapsed disc

22
Cord contusion-central cord syndrome, anterior cord

syndrome

- Guillain-Barre Syndrome (post infective polyneuropathy)

- Transverse myelitis Acute myelitis

- Anterior spinal artery occlusion

- Spinal cord compression

- Haemorrhage into syringomyelic cavaty

- Poliomyelitis

 Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya :

a. Tetrapareses spastik

Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai

upper motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan

peningkatan tonus otot atau hipertoni.

b. Tetrapareses flaksid

Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai

lower motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan

tonus atot atau hipotoni.

 Komplikasi yang paling umum adalah:

Masalah pernapasan seperti atelektasis, hipersekresi,

bronkospasme, edema paru dan pneumonia

Tromboemboli paru dan emboli lain (pembekuan darah)

23
Infeksi saluran kencing dan paru

Dekubitus

Hilangnya kontrol kandung kemih dan peristaltik usus

Nyeri

D. TEKNIK PEMERIKSAAN

A). Pemeriksaan Thoracal

a. Persiapan pasien

Pemeriksaan Thoracal tidak memerlukan persiapan pasien secara

khusus, hanya saja pada pasien dianjurkan untuk melepas benda-

benda yang dapat menimbulkan bayangan radioopaq pada

radiograf sehingga tidak mengganggu hasil radiograf. Selain itu

sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai

pemeriksaan yang akan dilakukan.

b. Alat dan Bahan


• Ukuran Kaset — 30 x 40 cm, 35 x 43 cm

• Bucky dan Grid

• Marker, plester

• Alat fiksasi

• Pesawat sinar-X

• Surat Permintaan Pemeriksaan

• Processing film

c. Teknik Pemeriksaan

24
1) Proyeksi Antero Posterior (AP)

a). Posisi Pasien

- Tidur supine diatas meja pemeriksaan, dengan kedua tangan

disamping tubuh.

- Letakan tangan pasien di samping dan atur bahu sampai

sejajar dengan garis horizontal

- Jika pasien tidur supine letakan kepala di atas meja

pemeriksaaan /di beri bantalan untuk menekan kebengkokan

troracal.

(Gambar 2.10 Proyeksi AP supine Thoracal) (Bontrager)

b). Posisi Obyek

• Sejajarkan bidang midsagital ke Central Ray dan garis tengah

meja.

• Atur kedua knee joint dan hip joint fleksi

• Pastikan tidak ada pergerakan pada thorax maupun pelvis.

c). Pusat Sinar

25
- CP: T7 (8cm dibawah jugular notch)

- CR: Tegak lurus dengan T7 (8cm dibawah jugular notch)

- FFD: 102 cm

- Batas atas kaset: C7

- Batas bawah kaset: L1

- Faktor ekspose: 55-60 kVp, 8-10

mAs. Eksposi dilakukan pada saat

ekspirasi dan tahan nafas.

d). Kriteria Evaluasi

- Tampak processus spinosus dan transversus

- Intervertebral joint space

- Body of thoracal vertebrae

(Gambar 2.11 Radiograf Proyeksi AP supine Thoracal) (Bontrager)

2) Proyeksi Lateral

a). Posisi Pasien

- Posisi pasien tidur miring kesalah satu sisi dengan kepala

diatas bantal dan kaki ditekuk (fleksi).

26
(Gambar 2.12 Proyeksi Lateral Thoracal) (Bontrager)

b). Posisi Obyek

- Atur MCP ditengah meja pemeriksaan atau kaset.

- Letakkan fiksasi dibawah abdomen, sehingga thoracal lurus

- Kedua knee dan hip joint fleksi

- Pastikan tidak ada rotasi pada shoulder dan pelvis

c). Pusat Sinar

- CP: T7 (8cm dibawah jugular notch)

- CR: Tegak lurus dengan T7 (8cm dibawah jugular notch)

- FFD: 102 cm

- Batas atas kaset: C7

- Batas bawah kaset: L1

- Faktor ekspose: 55-60 kVp, 8-10 mAs. Eksposi dilakukan pada

saat ekspirasi dan tahan nafas.

27
d). Kriteria Evaluasi

- Tampak foramen intervertebralis

- Intervertebral joint

- Body of thoracal vertebrae

(Gambar 2.13 Radiograf


Proyeksi Lateral Thoracal)
(Bontrager)

B). Pemeriksaan Lumbal

a. Persiapan pasien

Pemeriksaan Lumbal tidak memerlukan persiapan pasien secara

khusus, hanya saja pada pasien dianjurkan untuk melepas benda-

benda yang dapat menimbulkan bayangan radioopaq pada

radiograf sehingga tidak mengganggu hasil radiograf. Selain itu

sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai

pemeriksaan yang akan dilakukan.

b. Alat dan Bahan

• Ukuran Kaset — 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm

• Bucky dan Grid

• Marker, plester

28
• Alat fiksasi

• Pesawat sinar-X

• Surat Permintaan Pemeriksaan

• Processing film

c. Teknik Pemeriksaan

1) Proyeksi Antero Posterior (AP) / Postero Anterior (PA)

a). Posisi Pasien

- Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan

(Gambar 2.14 Proyeksi AP/PA lumbal) (Bontrager)

b). Posisi Obyek

- Atur MSP tubuh pasien pada pertengahan kaset

- Atur kedua knee joint dan hip joint fleksi

- Pastikan tidak ada pergerakan pada thorax maupun pelvis.

c). Pusat Sinar

- CP: Diantara crista iliaca

29
- CR: Tegak lurus menuju pertengahan kaset setinggi L4 (3cm

superior SIAS)

- FFD: 102 cm

- Batas atas kaset: T12

- Batas bawah kaset: L5

- Faktor ekspose: 70-80 kVp, 12-16 mAs. Eksposi dilakukan

pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

d). Kriteria Evaluasi

- Terlihat bagian bawah vertebrae thoracal hingga

sacrum

- Diskus Intervertebralis terbuka

- Prosessus spinosus di pertengahan vertebrae

(Gambar 2.15 Radiograf Proyeksi AP

lumbal) (Bontrager)

2) Proyeksi Lateral

a). Posisi Pasien

- Posisi pasien lateral recumbent

30
(Gambar 2.16 Proyeksi lateral lumbal) (Bontrager)

b). Posisi Obyek

- Atur MCP ditengah meja pemeriksaan atau kaset.

- Letakkan fiksasi dibawah abdomen, sehingga thoracal lurus

- Kedua knee dan hip joint fleksi

- Pastikan tidak ada rotasi pada thorax dan pelvis

c). Pusat Sinar

- CP: Di crista iliaca

- CR: Tegak lurus terhadap kaset menuju L4 (3cm superior

SIAS)

- FFD: 102 cm

- Batas atas kaset: T12

- Batas bawah kaset: L5

- Faktor ekspose: 70-80 kVp, 12-16 mAs. Eksposi dilakukan

pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

31
d). Kriteria Evaluasi

-Terlihat bagian bawah vertebrae thoracal hingga coccyx

-Diskus intervertebralis dan foramen intervertebra

terbuka

-Crista iliaca kanan dan kiri saling superposisi

(Gambar 2.17 Radiograf Proyeksi lateral

lumbal) (Bontrager)

E. PROTEKSI RADIASI

Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi

pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. (PP Nomor 33 Tahun

2007 ). Tanpa adanya proteksi radiasi maka tubuh dapat terpapar langsug

radiasi yang dapat menyebabkan efek biologi, yaitu efek radiasi terhadap

tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan sel den menyebabkan

kelainan. Misal, efek deterministik yaitu efek yang dapat langsung terlihat dan

tergntung pada dosis ambang, seperti: katarak, kemandulan, kerusakan kulit

dsb. Efek stokastik yaitu efek yang tidak langsung terlihat dan tidak

tergantung pada dosis ambang, seperti: kanker, leukimia, dan penyakit

keturunan.

32
1. Bagi pasien

 Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan

penyinaran.

 Menggunakan faktor eksposi yang tepat.

 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.

 Waktu penyinaran sesingkat mungkin.

 Pasien menggunakan Gonad shield pada pemeriksaan

thoracal.

 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda

pemeriksaannya .

2. Bagi petugas

 Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke

petugas.

 Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.

3. Bagi masyarakat umum

 Pintu pemeriksaan tertutup rapat.

33
 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan

umum.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kasus

1. Identitas pasien.

Nama : Ny N

Umur : 61 tahun

Alamat : Sragen

Nomor RM : 0152xxxx

Foto : Thoracolumbal AP/Lat

Tanggal : Maret 2021

Diagnosa : destruksi, abses V Th 12 TB

2. Riwayat Pasien

Nyeri punggung sejak 6 bulan yang lalu. Tidak dapat berjalan

sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri bertambah bila duduk dan berdiri.

Anggota gerak bawah kebas tangan kesemutan.

B. Prosedur Pemeriksaan

a. Persiapan Alat

1) Pesawat sinar-X Digital Radiografi:

kV Max :125 kv

34
mA Max : 1000 mA

2) Detektor ukuran 43 x 43 cm

3) Komputer

4) Output Device

5) Analog to digital converter

b. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus menjelang pemeriksaan. Pasien

hanya diminta melepaskan benda-benda logam yang ada di

tubuhnya pada area leher hingga panggul. Selain itu sebelum

pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan

yang akan dilakukan.

c. Teknik pemeriksaan AP

a. Posisi pasien :

- Tidur supine diatas meja pemeriksaan

- Letakkan kedua tangan disamping tubuh pasien

- Saat pemeriksaaan beri bantalan pada kepala pasien

b. Posisi Obyek :

• Atur MSP agar sejajar dengan IR

• Pastikan tidak ada pergerakan pada thorax maupun

pelvis.

c. FFD : 90-100 cm

35
d. CR : Vertikal tegak lurus

e. CP : Pertengahan kaset

f. Faktor exposi : kV :70 , mAS :16

g. Saat eksposi instruksikan pasien untuk diam dan tidak

bergerak.

(Gambar 3.1 Radiograf proyeksi AP)

h. Kriteria Radiograf :

- Tampak costae 2-12

- Tampak scapula dan klavikula

- Tampak soft tissue jantung dan diafragma

- Tampak T12 destruksi

36
- Tampak sinus cardiofrenicus kanan tumpul kemungkinan

ada pembesaran pada liver (hepatomegali)

- Tampak Thoracal 1-12

- Tampak Lumbal 1-5 tidak lurus ada pergeseran sedikit ke

kiri

- Tampak Intervertebral disk-space terbuka

- Tampak radiolucent pada L 2 sisi kanan kemungkinan

merupakan bone cement

- Processus spinosus tidak berada pada satu garis lurus

d. Teknik pemeriksaan Lateral

a. Posisi pasien :

- Pasien tidur recumbent di atas meja pemeriksaan

- Kedua tangan berpegang pada brankar

- Beri bantalan kepala pada saat pemeriksaan

b. Posisi Obyek :

- Atur MCP pada pertengahan kaset.

- Kedua knee dan hip joint fleksi

- Pastikan tidak ada rotasi pada shoulder dan pelvis

c. FFD : 90-100 cm

d. CR : Vertikal tegak lurus

e. CP : Pada pertengahan kaset

37
f. Faktor exposi : kV: 85 , mAs :25

g. Saat eksposi instruksikan pasien untuk diam dan tidak

bergerak.

(Gambar 3.2 Radiograf proyeksi Lateral)

h. Kriteria Radiograf :

- Tampak costae 8-12

- Tampak Thoracal 8-12

- Tampak Foramen Intervertebralis

- Tampak Pedicle

- Tampak lumbal 1-5

- Tampak scapula dan 1/3 humerus

- Tampak prox. Femur

38
- Tampak Rongga abdomen dan soft tissue lemak pada

perut

- Tampak kompresi pada corpus L5

- Tidak ada rotasi karena Posterior Surface pada Vert. Body

tampak superposisi

- Tampak destruksi pada T 12

e. Bacaan dokter:

Foto Torakolumbal AP/Lat :

- Tampak terpasang fiksasi internal pada corpus VTh10

hinggal VL 2 dengan bone cement (+), destruksi pada

corpus VTh 12, aposisi dan alignment baik

- Tampak kompresi pada corpus VL 5 dengan indeks

kompresi 25%

- Curve normal

- Trabekulasi tulang diluar lesi normal

- Superior dan inferior endplate tak tampak kelainan

- Pedicle dan spatium intervertebralis diluar lesi tampak

normal

- Tampak osteofit di corpus VL1- VL5

- Tak tampak paravertebral soft tissue mass

- Tampak opasitas berbentuk iregular yang terpoyeksi

setinggi corpus VL 2 sisi kanan

39
- Tampak terpasang multiple drain dari arah caudal dengan

tip terproyeksi setinggi corpus VTh 10 dan corpus VTh 11

Kesimpulan :

1. Terpasang fiksasi internal pada corpus VTh10 hinggal VL

2 dengan bone cement (+), destruksi pada corpus VTh

12, aposisi dan alignment baik

2. Mild compression VL 5

3. Spondilosis lumbalis

4. Opasitas berbentuk iregular yang terpoyeksi setinggi

corpus L2 kemungkinan merupakan bone cement

5. Terpasang multiple drain dari arah caudal dengan tip

terproyeksi setinggi corpus VTh 10 dan corpus VTh 11

f. Proteksi Radiasi

a. Proteksi Bagi Pasien

1) Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan

penyinaran.

2) Menggunakan faktor eksposi yang tepat.

3) Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.

4) Waktu penyinaran sesingkat mungkin.

b. Proteksi Bagi Petugas

Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.

c. Proteksi Untuk Mayarakat.

40
Pintu pemeriksaan tertutup rapat

g. Pengolahan Gambar

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.Moewardi sudah menggunakan Digital Radiography

(DR), maka pengolahan citra radiografi dilakukan secara

digital. Radiograf tidak dicetak melainkan dikirim ke

PACS dan bisa dilihat melalui komputer di seluruh

Rumah Sakit dr Moewardi.

Cara penggunaan DR GE Proteus dengan monitor tipe alfa:

1. Nyalakan monitor dan control table dan cpu tunggu

hingga menyala.

2. Masukan username dan paswordnya kemudian masuk

pada user mode karena kita hanya akan melakukan

pengolahan gambar.

3. Pilih short cut data base, kemudian pilih filter supaya

memudahkan memilih data dari RIS.

4. Klik yang mau dipilih lalu new exam

5. Atur pemeriksaan yang mau dipilih select protocol Spine

AP dan Lateral jangan sampe terbalik karena sudah ada

riset untuk factor eksposinya juga.

6. Pastikan detektor image aktif supaya bisa di expose

7. Expose

41
8. Tunggu layar hitam menjadi gambar radiograf

9. Lakukan pengolahan gambar, seperti cropping, kontras

agar hasil radiograf lebih bagus.

10. Jika sudah dilakukan pengolahan gambar radiograf d

save dan di upload ke PACS.

C. PEMBAHASAN

Pemeriksaan pada Vertebrae Thoracolumbal dalam teori

Bontrager dilakukan dengan pemeriksaan Thoracal dan

pemeriksaan Lumbal. Tujuan dari pemeriksaan tersebut untuk

memperlihatkan bagian anatomi Thoracal dan Lumbal secara

jelas, dengan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan

Lateral. Namun, dalam realitanya terdapat kasus dimana ada

kerusakan pada Thoracal 10, dan untuk menghitung atau melihat

dimana adanya Thoracal 10 biasanya dilihat dari batas atas C7

atau batas bawah L5 dan terkadang dokter ingin melihat

lumbalnya juga. Dengan alasan itulah dibuat pemeriksaan

Thoracolumbal.

Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pemeriksaan

Thoracolumbal dengan diagnosa Tetraparese pada pasien ini

dibuat dengan proyeksi Anterior Posterior (AP) dan Lateral sesuai

permintaan dari dokter pengirim. Proyeksi ini dianggap sudah

42
dapat memberikan informasi diagnostik kepada dokter radiologi

pada kasus Tetraparese.

Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk memilih

pemeriksaan Thoracolumbal dibandingkan dengan menggunakan

pemeriksaan Thoracal dan pemeriksaan Lumbal sebagai berikut :

1. Dengan pemeriksaan Thoracolumbal sudah dapat

menampakkan patologi yang dibutuhkan untuk mendiagnosa

keadaan pasien.

2. Prosedur pemeriksaan Thoracolumbal ini dapat

meminimalisasi dosis radiasi bagi pasien karena pasien tidak perlu

foto berulang-ulang. Namun, jika menggunakan pemeriksaan

Thoracolumbal seharusnya kolimasi ke tulang vertebraenya saja,

tidak perlu ke seluruh tubuh agar proteksi radiasi yang diterima

pasien lebih sedikit.

43
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan penulis, dari

Laporan kasus ini dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :

1. Pemeriksaan radiografi Vertebrae Thoracolumbal dengan diagnosa

Tetraparese di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta dilakukan dengan proyeksi Anterior Posterior (AP) dan

Lateral sesuai dengan permintaan dokter pengirim.

2. Pada kasus Tetraparese dengan pemeriksaan Thoracolumbal

sudah dapat memberikan infomasi diagnostik kepada dokter

radiologi. Karena adanya diagnosa destruksi pada Thoracal 12,

maka untuk melihat Thoracal 12 menggunakan batas bawah

Lumbal 5, yang ternyata di Lumbal 5 juga terlihat adanya kompresi

yang menjadi penyebab Tetraparase pada pasien tersebut.

B. Saran

Untuk pemeriksaan Thoracolumbal sebaiknya difokuskan

lapangan penyinaran kolimasinya hanya pada vertebrae saja, tidak

seluruh tubuh. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian

anatomi thoracal dan lumbal secara jelas agar proteksi radiasi

44
kepada pasien lebih diperhatikan supaya dapat meminimalisir dosis

radiasi yang diterima pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, W. J Philip, 1995, Meril’s Atlas Of Radiographic

Positioning And Radiologic Prosedure, Volume One, Eighth

Edition, Mosby Year Book, Amerika

Bontrager, Kenneth. L, 2014, Text Book Of Radiographic

Positioning And Related Anatomi, Eight Edition, The Mosby,

St. Louis

Netter, Frank H. 2014, Atlas of Human Anatomy Sixth Edition,

Saunders: United States of America

Lampignano, J. P. 2018. Textbook Of Radiographic Positioning

And Related Anatomy.United States of America : Elsevier

B.V.

Long, B, W, 2016. Merrill’s Atlas Of Radiographic Positioning&

Procedures Radiology

45
LAMPIRAN

46
47

Anda mungkin juga menyukai