Oleh:
NADYA UTAMI
NIM: P17430312064
Halaman Pengesahan
2
KATA PENGANTAR
3
7. Bapak Nugroho Utomo, S.ST, selaku Wakil Kepala Ruang
Instalasi Radiologi RSUD. dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
11. Kedua Orang tua dan adikku tercinta yang selalu memberikan
doa serta dukungan moral dan materil.
4
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Dalam penulisan Laporan Kasus ini guna mempermudah pemahaman maka
sistematika penulisannya terdiri atas:
BAB I : Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Pendahuluan yang berisi
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka, yang berisi Landasan Teori Anatomi, Patologi,
Teknik Pemeriksaan Anthebrachii meliputi Persiapan Pasien,
Persiapan Alat dan Bahan, Proyeksi Pemeriksaan meliputi
Proyeksi AP(Antero Posterior) dan Proyeksi Lateral, proteksi
radiasi.
BAB III : Pembahasan yang berisi Identitas Pasien, Prosedur Pemeriksaan
dan Pembahasan Kasus.
BAB IV : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
7
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
Oleh:
NADYA UTAMI
NIM: P17430312064
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Antebrachii(lengan bawah)
terdiri atas dua jenis tulang yaitu ulna dan radius.
2.1.1 Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang
dan dua ujung. Tulang ini adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah
dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di
sebelah ujung bawah. ujung atas ulna kuat dan tebal, dan masuk dalam
formasi sendi siku-siku. Prosesus Olekranon menonjol ke atas di sebelah
belakang dan tepat masuk di dalam fossa Olekranon dari Humerus. Pada
Prosesus Koronoideus dari ulna menonjol didepannya, lebih kecil daripada
Prosesus Olekranon dan tepat masuk di dalam fossa Koronoid dari
Humerus bila siku dibengkokkan.
9
atau peninggian timbul di atasnya sebuah eminens kecil bundar, kepala
ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius
dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus
runcing prosesus stiloideus menonjol kebawah dari belakang ujung
bawah.
2.1.2Radius
Radius adalah tulang sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing
dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari
humenus. Sisi kepala radius bersendi dengan tarik radial dari ulna.
Dibawah kepala terletak leher, dan dibawah serta di sebelah medial
dari leher ada tuberasitas radil yang dikaitkan pada tendon dari insersi
otot bisep. Batang radius disebelah atas batangnya lebih sempit dan
lebih bundar daripada dibawah dan melebar makin mendekati ujung
bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam
beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memnberi kaitan flexar
dan prorator yang letak dalam disebelah anterior dan disebelah
posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam
lengan bawah dan tangan. Ugamentum interosa berjalan dari radius ke
ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah
10
tulang primer atau sekunder, mocloma multipel,
krista tulang, osteomilities dan sebagainya.
- Fraktur stress : disebabkan adanya trauma ringan tetapi terus-
menerus .
- Fraktur Akibat Trauma
Jenis fraktur yang mungkin terjadi sangat bervariasi dan bergantung pada
berbagai faktor misalnya:
- Besar/kuatnya trauma
- Trauma langsung/ tidak langsung
- Umur penderita
- Lokasi fraktur
Beberapa tipe-tipe fraktur:
- Fraktur transversal : Fraktur transversal adalah fraktur yang garis
patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fratur semacam ini, segmen-segmen
tulang yang patah direposisi atau direduksi
kembali ke tempatnya semula, maka segmen-
segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah
dikontrol dengan bidai gips
- Fraktur oblik : adalah fraktur yang garis patahnya membentuk
sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan
sulit diperbaiki
.
- Fraktur spiral : adalah timbul akibat torsi pada ekstrimitas.
Fraktur ini khas pada cidera main ski, dimana
ujung ski terbenam pada tumpukan salju dan ski
berputar sampai patah tulang.dan yang menarik
adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak,
dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh
dengan imobilisasi luar
11
- Fraktur avalsi : Memisahkan sutu frakmen tulang pada tempat
insersi tendon atau pun ligament. Biasanya tidak
ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.
Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan
sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan
untuk membuang atau meletakkan kembali
frakmen tulang tersebut
- Fraktur greenstick : adalah fraktur tidak sempurna dan sering
terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian masih
utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur
ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-
modelling ke bentuk dan fungsi normal.
12
- Segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen, bila dilakukan
reposisi terbuka perlu diperhatikan kedudukan Pen Intramedular (kadang-
kadang Pen menembus tulang) plate dan screw (kadang-kadang screwnya
terlepas).
- Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur:
- Pembentukan celar
- Konsolidasi
- Remodeling: terutama pada anak-anak
- Adanya komplikasi
Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto rontgen ialah:
- Asteonulitis: terutama pada fraktur terbuka
- Nekrosis aneskular : hilangnya/terputusnya suplay darah pada suatu bagian
tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.
- Non-union : biasanya karena imobilitas tidak sempurna juga bila ada
interposisi jaringan diantara fragmen-fragmen tulang radiologis terlihat
adanya sklerosis pada ujung-ujung fragmen sekitar fraktur dan garis patah
menetap.
- Pembentukan kalus dapat terjadi sekitar fraktur, tetapi garis patah menetap.
- Delayed union : Umumnya terjadi pada orang-orang tua karena aktivitas
osteoblas menurun. Distribusi fragmen-fragmen tulang
karena reposisi kurang baik, misalnya traksi terlalu kuat
atau fikrasi internal kurang baik defisiensi vitamin C dan
D, adanya infeksi dan fraktur patologis
- Atrofi sudect : suatu komplikasi yang relatif jarang pada fraktur ekstemitas
yaitu adanya disue osteoporosis yang berada pada tulang distal dari fraktur
disertai pembengkakan jaringan lunak dan rasa nyeri.
13
Pada dasarnya pemeriksaan antebrachi tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien
melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar tangan agar tidak
menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu
prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan
dari pasien tersebut. Pemeriksaan antebrachi dilakukan dengan dua cara
yaitu AP (Anterior Posterior) dan Lateral
2.3.2 Persiapan Alat
a. Pesawat sinar-x.
b. Kaset ukuran 35 x 43.
c. Marker R dan L.
d. Identitas pasien.
e. Lembaran timbal/pb.
2.3.3 Prosedur Pemeriksaan
2.3.3.1 Proyeksi AP(antero posterior).
Posis Pasien : Pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan.
Posisi Objek : - Kedua lengan lurus diatas kaset
- Atur antebrachi true AP dengan cara
mengukur ketinggian yang sama kedua
epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag).
- Kedua sendi masuk radiograf.
Posisi arah sinar : - CR(central ray) vertikal tegak lurus
terhadap kaset
- SID(source image distance) 100 cm
- CP(central point) pada mid antebrachi
14
Kriteria Radiograf: - Tampak os radius dan dalam posisi tidak
superposisi.
- Tampak batas bawah adalah gambaran
wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius
dan ulna saling overlaping.
- epicondilus medial dan lateral os
humerus tidak mengalami elongasi dan
freshotened.
15
- Gunakan selalu apron pada pasien.
- Kedua sendi masuk wrist joint dan elbow
joint.
Posisi arah sinar: - CR(central ray) vertikal tegak lurus terhadap
kaset.
- SID(source image distance) 90 cm.
- CP(central point)pada posisi mid antebrachi
Kriteria radiograf: - Radius dan ulna banyak superposisi pada
bagian distal dengan batas atas elbow joint
dan batas bawah wrist joint tampak dalam
film.
- Caput radius dan Prosesus Coronoid
overlap.
- Epicondilus humenus superposisi.
- Elbow kelihatan flexi.
- Softisue dan troclea tampak dalam
gambaran radiograf.
16
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Pasien menggunakan apron.
Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya .
2.4.2 Proteksi bagi petugas.
Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas
Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.
2.4.3 Proteksi bagi masyarakat.
Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum.
17
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
Oleh:
NADYA UTAMI
NIM: P17430312064
BAB III
PEMBAHASAN
19
- Tampak batas bawah adalah gambaran
wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius
dan ulna saling overlaping.
- epicondilus medial dan lateral os
humerus tidak mengalami elongasi dan
freshotened.
3.3.2 Proyeksi lateral
Posisi pasien : pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan.
Posisi Obyek : - atur lengan bawah flexi 90 derajat dengan
tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag).
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Posisi arah sinar: - CR vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- SID 90 cm.
- CP pada posisi mid antebrachi.
Kriteria radiograf: - Radius dan ulna banyak superposisi pada
bagian distal dengan batas atas elbow joint
dan batas bawah wrist joint masuk dalam
film.
- Caput radius dan Prosesus Cinovoid
overlap.
- Epicondilus humenus superposisi.
- Elbow kelihatan fraksi.
- Softisue dan trabuchela tampak dalam
gambaran radiograf.
20
Aligment masih cukup baik, tak tampak angulasi
Tampak fragment fraktur impacted dan salah satu fragmen menonjol ke
anterior
KESAN : FRAKTUR KOMINUTIF APOSISI JELEK (IMPACTED)
21
tangan kanan pasien diatas meja pemeriksaan. Mempersiapkan kaset ukuran 85 x
43, kemudian meletakkan tangan pada kaset dengan posisi AP, mengatur posisi
tangan di salah satu sisi kaset (35 x 43 dibagi dua) dan sebagian ditutup lembaran
timbal. Mengatur CR pada pertengahan antebrachi, faktor exposi 56 KV 5 mAs,
melakukan ekposi.
Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi lateral memposisikan
pasien duduk menyamping pada meja pemeriksaan. Tangan pasien dibuat fleksi
900 dengan baik, mempersiapkan kaset ukuran 35 x 43 mengatur CR tegak lurus
kaset dan CP tegak lurus antobrachi. Faktor eksposisi 56 KV 5 mAs. Melakukan
ekposi.
22
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
Oleh:
NADYA UTAMI
NIM: P17430312064
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pemeriksaan Radiologi Antebrachi pada kasus fraktur di Rumah
Sakit Dr. Kariadi Semarang hanya digunakan proyeksi AP dan Lateral
tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan.
2. Pada pemeriksaan AP dan Lateral sudah dapat menghasilkan gambaran
radiograf yang baik dan sudah dapat mendukung diagnosa penyakit
tersebut.
4.2 Saran
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pemeriksaan ini perlu adanya
situasi yang cukup komunikatif dan kondusif antara petugas radiografer, pasien
dan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
24
Bontrager, Kenneth L. Textbook of Radiographic Positioning and Related
anatomy. United States of America : Mosby, 2001.
25