Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS

FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.


DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan I

Oleh:

NADYA UTAMI

NIM: P17430312064

yang baik adalah gambaran yang memberikan kepuasan pada konsumen


yaitu pasien,dokter pengirim, dan dokter radiologi sebagai pembaca hasil
radiograf. Sebab informasi tersebut selain untuk menegakkan diagnosa dapat juga
di pergunakan sebagai penentu upaya yang dapat dilakukan terhadap pasien.
Dalam prinsip radiodiagnostik adalah pemanfaatan sinar-x yang baik yaitu
mengenai suatu bahan/obyek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat
menentukan diagnosa. Salah satunya adalah pada pemeriksaan Antebrachii.
Dalam pemeriksaan Antebrachii penting perannya untuk mengetahui diagnosa
penyakit tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Rumah Sakit Dr.
Kariadi Semarang, maka penulis tertarik membuat laporan kasus dengan judul
“Teknik Pemeriksaan Antebrachii dengan Kasus Fraktur Antebrachii di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang”.

1.1 Rumusan Masalah


Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan kasus ini penulis
membatasi masalah-masalah yang akan di bahas sehingga terfokus pada pokok-
pokok bahasan antara lain :

Halaman Pengesahan

Judul Laporan Kasus : Teknik Pemeriksaan Antebrachi Pada Kasus Fraktur di


Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
Nama : Rezky Ahuluheluw
NIM : P 17430105275
Laporan dengan judul ”Teknik Pemeriksaan Antebrachi Pada Kasus Fraktur di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang” di tujukan untuk memenuhi
tugas PKL I di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.

Semarang 6 Desember 2006


Pembimbing

Martin Setiawibowo. AMR


NIP 140 302 017

2
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan I dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN
SHOULDER JOINT PADA KASUS FRAKTUR COLLUM HUMERI DI
INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA”.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan


dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Nonot Mulyono, M.Kes, selaku Direktur RSUD. dr. R.


Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

2. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Teknik


Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.

4. Ibu Dartini, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III


Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.

5. Bapak dr. H. Urip Santosa, Sp.Rad, selaku Kepala Instalasi


Radiologi RSUD. dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

6. Bapak Sutimin, selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSUD.


dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

3
7. Bapak Nugroho Utomo, S.ST, selaku Wakil Kepala Ruang
Instalasi Radiologi RSUD. dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.

8. Bapak Lujeng Agus S, S.ST, selaku Instruktur Pembimbing


dalam penyusunan laporan kasus di Instalasi Radiologi RSUD. dr.
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

9. Mas Aziz D Setiyanto, Mas Hana Purendra, Mas Hari Prayitno,


Mas Hermawan Dwi S, Pak Lujeng Agus S, Bu Widhi Kurniarti,
dan Bu Widya Nurmayanti, selaku Radiografer Instalasi Radiologi
RSUD. dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yang telah
membimbing saya selama PKL I.

10. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan


Radioterapi Purwokerto Politeknik Kesehatan Semarang.

11. Kedua Orang tua dan adikku tercinta yang selalu memberikan
doa serta dukungan moral dan materil.

12. Sahabat-sahabat tersayang saya yang berada dilain tempat,


Laksmi Wienur A, Zahidah Zulfa H dan Zaskia Nurul A, yang
selalu memberikan doa, support, motivasi, kritik dan nasehat.

13. Teman-teman senasib dan seperjuangan, Jurusan Teknik


Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto angkatan V
Politeknik Kesehatan Semarang.

14. Teman-teman prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi


Semarang yang telah memberikan motivasi dalam observasi
selama penulisan laporan kasus ini.

15. Kakak-kakak Koas UII Yogyakarta.

16. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus


Praktek Kerja Lapangan 1.

4
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.

Purbalingga, 23 November 2013

Penulis

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan maka pekerja swasta maupun instansi pemerintah bersaing untuk
meningkatkan profesionalisme kerja masing-masing instansi. Dibidang radiologi
merupakan salah satu penunjang pelayanan kesehatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang radiologi diperlukan untuk
menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas. Kualitas radiograf dapat
dinilai baik jika radiograf dapat memberikan informasi secara jelas.sehingga
dapat membantu menegakan diagonosa. gambaran radiograf
 Bagaimana teknik pemeriksaan Antebrachii dengan kasus fraktur di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang?
 Mengapa dibuat pryeksi AP(anterior posterior) dan Lateral?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Anthebrachii dengan kasus fraktur
 Untuk mengetahui latar belakang dibuatnya proyeksi AP(anterio posterior)
dan Lateral

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
 Dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
pemeriksaan pada kasus fraktur Antebrachii.
 Untuk memenuhi salah satu Tugas/Laporan mata kuliah PKL I semester III
Jurusan Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.

1.5 Sistematika Penulisan

6
Dalam penulisan Laporan Kasus ini guna mempermudah pemahaman maka
sistematika penulisannya terdiri atas:
BAB I : Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Pendahuluan yang berisi
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka, yang berisi Landasan Teori Anatomi, Patologi,
Teknik Pemeriksaan Anthebrachii meliputi Persiapan Pasien,
Persiapan Alat dan Bahan, Proyeksi Pemeriksaan meliputi
Proyeksi AP(Antero Posterior) dan Proyeksi Lateral, proteksi
radiasi.
BAB III : Pembahasan yang berisi Identitas Pasien, Prosedur Pemeriksaan
dan Pembahasan Kasus.
BAB IV : Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

7
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan I

Oleh:

NADYA UTAMI

NIM: P17430312064

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Antebrachii(lengan bawah)
terdiri atas dua jenis tulang yaitu ulna dan radius.
2.1.1 Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang
dan dua ujung. Tulang ini adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah
dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di
sebelah ujung bawah. ujung atas ulna kuat dan tebal, dan masuk dalam
formasi sendi siku-siku. Prosesus Olekranon menonjol ke atas di sebelah
belakang dan tepat masuk di dalam fossa Olekranon dari Humerus. Pada
Prosesus Koronoideus dari ulna menonjol didepannya, lebih kecil daripada
Prosesus Olekranon dan tepat masuk di dalam fossa Koronoid dari
Humerus bila siku dibengkokkan.

Gambar 1. Anatomi Antebrachii


Batang ulna makin mendekati ujung bawah makin mengecil. memberi
kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan
tangan dan jari. Otot-otot flexor datang dari permukaan anterlor dan
otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan
pronasi atau putaran ke depan, dan otot yang mengadakan supinasi atau
putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang
ulna. ujung bawah ulna kecil dibanding ujung atasnya. Dua eminens

9
atau peninggian timbul di atasnya sebuah eminens kecil bundar, kepala
ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius
dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus
runcing prosesus stiloideus menonjol kebawah dari belakang ujung
bawah.

2.1.2Radius
Radius adalah tulang sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing
dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari
humenus. Sisi kepala radius bersendi dengan tarik radial dari ulna.
Dibawah kepala terletak leher, dan dibawah serta di sebelah medial
dari leher ada tuberasitas radil yang dikaitkan pada tendon dari insersi
otot bisep. Batang radius disebelah atas batangnya lebih sempit dan
lebih bundar daripada dibawah dan melebar makin mendekati ujung
bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam
beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memnberi kaitan flexar
dan prorator yang letak dalam disebelah anterior dan disebelah
posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam
lengan bawah dan tangan. Ugamentum interosa berjalan dari radius ke
ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah

2.2 Patologi Fraktur


Fraktur Antebrachii
Alasan dilakukannya pemeriksaan/pembuatan radiograf pada antebrachi adalah
karena adanya fraktur/patah tulang. Beberapa penyebab fraktur yang terjadi pada
antebrachi antara lain:
- Fraktur Patologic: Fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya
telah mengalami proses patologic, misalnya tumor

10
tulang primer atau sekunder, mocloma multipel,
krista tulang, osteomilities dan sebagainya.
- Fraktur stress : disebabkan adanya trauma ringan tetapi terus-
menerus .
- Fraktur Akibat Trauma
Jenis fraktur yang mungkin terjadi sangat bervariasi dan bergantung pada
berbagai faktor misalnya:
- Besar/kuatnya trauma
- Trauma langsung/ tidak langsung
- Umur penderita
- Lokasi fraktur
Beberapa tipe-tipe fraktur:
- Fraktur transversal : Fraktur transversal adalah fraktur yang garis
patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fratur semacam ini, segmen-segmen
tulang yang patah direposisi atau direduksi
kembali ke tempatnya semula, maka segmen-
segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah
dikontrol dengan bidai gips
- Fraktur oblik : adalah fraktur yang garis patahnya membentuk
sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan
sulit diperbaiki
.
- Fraktur spiral : adalah timbul akibat torsi pada ekstrimitas.
Fraktur ini khas pada cidera main ski, dimana
ujung ski terbenam pada tumpukan salju dan ski
berputar sampai patah tulang.dan yang menarik
adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak,
dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh
dengan imobilisasi luar

11
- Fraktur avalsi : Memisahkan sutu frakmen tulang pada tempat
insersi tendon atau pun ligament. Biasanya tidak
ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.
Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan
sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan
untuk membuang atau meletakkan kembali
frakmen tulang tersebut
- Fraktur greenstick : adalah fraktur tidak sempurna dan sering
terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian masih
utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur
ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-
modelling ke bentuk dan fungsi normal.

Gambar 2. Tipe-tipe Fraktur

Pemeriksaan Radiografi Antebrachii akan dapat memberikan informasi


mengenai keadaan fraktur Antebrachii baik tipe fraktu maupun lokasi fraktur
Pemeriksaan radiodiagnostik selanjutnya adalah untuk kontrol:

12
- Segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen, bila dilakukan
reposisi terbuka perlu diperhatikan kedudukan Pen Intramedular (kadang-
kadang Pen menembus tulang) plate dan screw (kadang-kadang screwnya
terlepas).
- Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur:
- Pembentukan celar
- Konsolidasi
- Remodeling: terutama pada anak-anak
- Adanya komplikasi
Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto rontgen ialah:
- Asteonulitis: terutama pada fraktur terbuka
- Nekrosis aneskular : hilangnya/terputusnya suplay darah pada suatu bagian
tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.
- Non-union : biasanya karena imobilitas tidak sempurna juga bila ada
interposisi jaringan diantara fragmen-fragmen tulang radiologis terlihat
adanya sklerosis pada ujung-ujung fragmen sekitar fraktur dan garis patah
menetap.
- Pembentukan kalus dapat terjadi sekitar fraktur, tetapi garis patah menetap.
- Delayed union : Umumnya terjadi pada orang-orang tua karena aktivitas
osteoblas menurun. Distribusi fragmen-fragmen tulang
karena reposisi kurang baik, misalnya traksi terlalu kuat
atau fikrasi internal kurang baik defisiensi vitamin C dan
D, adanya infeksi dan fraktur patologis
- Atrofi sudect : suatu komplikasi yang relatif jarang pada fraktur ekstemitas
yaitu adanya disue osteoporosis yang berada pada tulang distal dari fraktur
disertai pembengkakan jaringan lunak dan rasa nyeri.

2.3 Teknik Pemeriksaan


2.3.1 Persiapan Pasien

13
Pada dasarnya pemeriksaan antebrachi tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien
melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar tangan agar tidak
menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu
prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan
dari pasien tersebut. Pemeriksaan antebrachi dilakukan dengan dua cara
yaitu AP (Anterior Posterior) dan Lateral
2.3.2 Persiapan Alat
a. Pesawat sinar-x.
b. Kaset ukuran 35 x 43.
c. Marker R dan L.
d. Identitas pasien.
e. Lembaran timbal/pb.
2.3.3 Prosedur Pemeriksaan
2.3.3.1 Proyeksi AP(antero posterior).
 Posis Pasien : Pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan.
 Posisi Objek : - Kedua lengan lurus diatas kaset
- Atur antebrachi true AP dengan cara
mengukur ketinggian yang sama kedua
epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag).
- Kedua sendi masuk radiograf.
 Posisi arah sinar : - CR(central ray) vertikal tegak lurus
terhadap kaset
- SID(source image distance) 100 cm
- CP(central point) pada mid antebrachi

14
 Kriteria Radiograf: - Tampak os radius dan dalam posisi tidak
superposisi.
- Tampak batas bawah adalah gambaran
wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius
dan ulna saling overlaping.
- epicondilus medial dan lateral os
humerus tidak mengalami elongasi dan
freshotened.

Gambar 3. teknik pemeriksaan dan radiograf antebrachii dalam proyeksi AP

2.3.3.2 Proyeksi lateral


 Posisi pasien : pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan.
 Posisi Obyek : - atur lengan bawah flexi 90 derajat dengan
tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag).

15
- Gunakan selalu apron pada pasien.
- Kedua sendi masuk wrist joint dan elbow
joint.
 Posisi arah sinar: - CR(central ray) vertikal tegak lurus terhadap
kaset.
- SID(source image distance) 90 cm.
- CP(central point)pada posisi mid antebrachi
 Kriteria radiograf: - Radius dan ulna banyak superposisi pada
bagian distal dengan batas atas elbow joint
dan batas bawah wrist joint tampak dalam
film.
- Caput radius dan Prosesus Coronoid
overlap.
- Epicondilus humenus superposisi.
- Elbow kelihatan flexi.
- Softisue dan troclea tampak dalam
gambaran radiograf.

Gambar 4. teknik pemeriksaan dan radiograf antebrachii dalam proyeksi Lateral

2.4 Proteksi Radiasi


2.4.1 Proteksi pasien.
 Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan penyinaran.
 Menggunakan factor eksposi yang tepat.

16
 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
 Pasien menggunakan apron.
 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya .
2.4.2 Proteksi bagi petugas.
 Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas
 Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.
2.4.3 Proteksi bagi masyarakat.
 Pintu pemeriksaan tertutup rapat.
 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum.

17
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan I

Oleh:

NADYA UTAMI

NIM: P17430312064

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien


Nama Pasien : Tn S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
No Registrasi : 5390070
No Foto : 7353
Tanggal Pengambilan Foto : 15-11-06
Proyeksi Pemeriksaan : AP dan LAT
Keterangan Klinis Pasien : Fraktur radius dextra

3.2 Persiapan Alat


1.) Pesawat sinar-X.
2.) Imaging Plate ukuran 35 x 43 cm.
3.) Mesin CR (Computer Radiografi).
4.) Identitas pasien .
5.) marker R dan L.
6.) lembaran timbal/pb.
3.3 Prosedur Pemeriksaan
3.3.1 Proyeksi AP
 Posis Pasien : Pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan
 Posisi Objek : - Kedua lengan lurus diatas kaset
- Atur antebrachii true AP dengan cara
mengukur ketinggian yang sama kedua
epicondilos dengan permukaan kaset
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag)
 Posisi arah sinar : - CR (central ray)vertikal tegak lurus
terhadap kaset.
- SID (source image disten)100 cm.
- CP (central point)pada mid antebrachii.
 Kriteria Radiograf: - Tampak os radius dan dalam posisi tidak
superposisi.

19
- Tampak batas bawah adalah gambaran
wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius
dan ulna saling overlaping.
- epicondilus medial dan lateral os
humerus tidak mengalami elongasi dan
freshotened.
3.3.2 Proyeksi lateral
 Posisi pasien : pasien duduk menyamping pada meja
pemeriksaan.
 Posisi Obyek : - atur lengan bawah flexi 90 derajat dengan
tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan
(sand bag).
- Gunakan selalu apron pada pasien.
 Posisi arah sinar: - CR vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- SID 90 cm.
- CP pada posisi mid antebrachi.
 Kriteria radiograf: - Radius dan ulna banyak superposisi pada
bagian distal dengan batas atas elbow joint
dan batas bawah wrist joint masuk dalam
film.
- Caput radius dan Prosesus Cinovoid
overlap.
- Epicondilus humenus superposisi.
- Elbow kelihatan fraksi.
- Softisue dan trabuchela tampak dalam
gambaran radiograf.

3.4 Hasil Pembacaan Radiograf


 Tampak discontinuitas os radius dextra bagian distal (multipel fragmen)

20
 Aligment masih cukup baik, tak tampak angulasi
 Tampak fragment fraktur impacted dan salah satu fragmen menonjol ke
anterior
KESAN : FRAKTUR KOMINUTIF APOSISI JELEK (IMPACTED)

Foto Hasil pemeriksaan Radiografi Tn. S

3.5 Pembahasan Kasus


Pada pemeriksaan os. Antobrachi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr.
Kariadi menunjukkan proyeksi AP dan lateral. Dari pemeriksaan tersebut dapat
dilihat struktur anatomi dengan jelas dan patologi penyakit dapat di diagnosa
yaitu tampak fraktur pada os. Radius dan os. Ulna bagian distal. Dari
pemeriksaan di atas dapat dihasilkan gambaran radiograf yang baik. Hal ini
ditandai dengan pengambilan gambar tanpa pengulangan foto.
Dalam pemeriksaan os antebrachi dilakuakan dengan 2 kali pemeriksaan
yaitu dengan proyeksi AP dan lateral. Untuk pemeriksaan pertama dengan
menggunakan proyeksi AP prosedurnya memanggil pasien dan mencocokkan
identitasnya, menjelaskan kepada pasien pelaksanaan pemeriksaan,
memposisikan pasien duduk menyamping pada meja pemeriksaan memposisikan

21
tangan kanan pasien diatas meja pemeriksaan. Mempersiapkan kaset ukuran 85 x
43, kemudian meletakkan tangan pada kaset dengan posisi AP, mengatur posisi
tangan di salah satu sisi kaset (35 x 43 dibagi dua) dan sebagian ditutup lembaran
timbal. Mengatur CR pada pertengahan antebrachi, faktor exposi 56 KV 5 mAs,
melakukan ekposi.
Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi lateral memposisikan
pasien duduk menyamping pada meja pemeriksaan. Tangan pasien dibuat fleksi
900 dengan baik, mempersiapkan kaset ukuran 35 x 43 mengatur CR tegak lurus
kaset dan CP tegak lurus antobrachi. Faktor eksposisi 56 KV 5 mAs. Melakukan
ekposi.

22
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT PADA KASUS
FRAKTURCOLLUM HUMERIDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD.
DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan I

Oleh:

NADYA UTAMI

NIM: P17430312064

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pemeriksaan Radiologi Antebrachi pada kasus fraktur di Rumah
Sakit Dr. Kariadi Semarang hanya digunakan proyeksi AP dan Lateral
tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan.
2. Pada pemeriksaan AP dan Lateral sudah dapat menghasilkan gambaran
radiograf yang baik dan sudah dapat mendukung diagnosa penyakit
tersebut.
4.2 Saran
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pemeriksaan ini perlu adanya
situasi yang cukup komunikatif dan kondusif antara petugas radiografer, pasien
dan dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama, 1999.

24
Bontrager, Kenneth L. Textbook of Radiographic Positioning and Related
anatomy. United States of America : Mosby, 2001.

25

Anda mungkin juga menyukai